You are on page 1of 8

Pillar of Physics Education, Vol 12.

No 4, 2019, 801-808

Validitas dan Praktikalitas LKPD Berbasis Strategi Scaffolding pada Materi


Pengukuran dan Vektor untuk Kelas X SMA/MA

Miftahul Jannah1) Amali Putra2) Hufri2) Wahyuni Satria Dewi2)Silvi Yulia Sari2)
1)
Mahasiswi Pendidikan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Padang
2)
Dosen FMIPA Universitas Negeri Padang
2)
Dosen FMIPA Universitas Negeri Padang
miffta2704@gmail.com

ABSTRACT
One of the goals of learning is that students' cognitive abilities increase. In an effort to improve cognitive
abilities, there are times when students need to get guidance so that their thinking skills increase from the
average ability they have. One form of guidance is the scaffolding strategy. This study aims to overcome these
problems by producing student worksheets based on scaffolding strategies to improve cognitive abilities, and
determine their worth in terms of validity and practicality. This research was conducted in class X SMAN 2
Pariaman in odd semester 2019/2020. This research is a type of research and development (R & D) using the 4D
development model which is reduced to 3D (define, design and development). The student worksheet developed
involved 5 validators and 2 physics teachers as practitioners and 1 class to test practicality. Instruments of
validity and practicality are used after going through discussions with the validator with indicators of
development goals. The analysis technique used in this research is quantitative analysis using the moment kappa
formula. The results obtained from the feasibility test and practicality of scaffolding-based LKPD based on
validator assessment are categorized as valid, with an average value of kappa moment of 0.82 in the very high
category. Based on practitioners' assessment, it is categorized as practical with an average kappa moment of 0.87
by teachers and 0.74 by students. So that scaffolding-based LKPD can be said to be valid and practically used in
high school physics class X learning.

Keywords : student worksheet, scaffold strategy ,cognitive abilities,4-D model , validation, practicality
his is an open access article distributed under the Creative Commons 4.0 Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction
in any medium, provided the original work is properly cited . ©2018 by author and Universitas Negeri Padang.

PENDAHULUAN berkembang dengan baik, diperlukannya aktivitas


pembelajaran yang dapat melatih keterampilan
Abad ke-21 disebut sebagai era globalisasi.
tersebut. Untuk melatih keterampilan 4C, dalam
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pembelajaran hendaklah berpusat pada peserta didik,
berkembang sangat pesat. Perkembangan ini kerjasama tim, serta pembelajaran yang berkaitan
hendaknya dapat diimbangi oleh kualitas sumber dengan konten kehidupan sehari-hari[1]. Dalam
daya manusia, baik sebagai pengguna ataupun membentuk kerja sama tim yang aktif dalam
sebagai pencipta perkembangan. Pendidikan pembelajaran, dibutuhkan kemampuan setiap anggota
merupakan salah satu sarana membentuk sumber tim dengan tanggung jawab pemikiran pada setiap
daya manusia yang berkualitas. Seorang peserta didik proses kegiatan. Setiap anggota memiliki ide,
perlu untuk mengembangkan kemampuan dan gagasan dan solusi sendiri yang nantinya semua ide
potensi yang dimilikinya agar mampu menghadapi di gabungkan menjadi satu kesatuan yang utuh.
era di abad ke-21 dimulai dengan memecahkan Keterampilan 4C mengharapkan peserta didik
permasalahan yang muncul dihadapannya. untuk membiasakan diri dengan berpikir. Contohnya
dalam berkolaborasi, seseorang diharuskan mampu
Pendidikan yang mampu untuk meningkatkan
bekerja sama dan saling bersinergi. Kerja sama yang
kualitas peserta didik yang memiliki berbagai
terbentuk akan memiliki hasil yang maksimal apabila
keterampilan. Pembelajaran pada abad ke-21 harus
semua anggota kelompok memiliki andil didalamnya
mampu mengembangkan keterampilan kompetitif
(bertukar pikiran, mengutarakan pendapat, dan lain
yang berfokus pada pengembangan keterampilan
sebagainya). Semua hal tersebut tidak terlepas dari
abad 21, seperti penyelesaian masalah, literasi,
kemampuan berpikir. Kemampuan yang mampu
pemikiran kritis (Critical thinking), kreatif
meningkatkan kemampuan seseorang dalam berpikir
(Creative), kolaborasi (Colaboration), dan
disebut kemampuan kognitif[2]. Sehingga
komunikasi (Communication) atau lebih dikenal
diperlukannya peningkatan kemampuan kognitif
sebagai keterampilan 4C.
peserta didik pada setiap pembelajaran untuk
Keterampilan 4C merupakan keterampilan
mencapai tujuan yang diharapkan.
yang sedang dikembangkan dalam dunia pendidikan.
Setiap pembelajaran bertujuan untuk menambah
Agar keterampilan 4C peserta didik mampu
pengetahuan peserta didik yang sejalan dengan

801
peningkatan kemampuan berpikir dan perubahan variasi strategi scaffolding. Lembar kerja peserta
perilaku ke arah yang lebih baik. Dari 3 kompetensi didik adalah panduan bagi peserta didik dalam
yang ingin capai, kompetensi kognitif yang sering melakukan kegiatan yang memuat kumpulan langkah
jadi perhatian utama guru dalam peningkatan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peserta
kemampuan berpikir peserta didik. Adanya harapan didik untuk pembentukan kemampuan proses
guru terhadap peningkatan peserta didik dari kognitif peserta didik.
kemampuan mengingat, memahami, menerapkan Kemampuan memahami dan menyelesaikan
hingga pada kemampuan berkreasi. Agar terjadi soal/permasalahan perlu dibudayakan kepada peserta
peningkatan berpikir peserta didik secara signifikan, didik agar terlatih dalam menelaah, meneliti, dan
maka peran guru sebagai pembimbing, fasilitator, mengkaji hal-hal yang perlu. Peserta didik yang
dinamisator, sangat dibutuhkan bagi peserta didik dapat memahami kondisi dan memecahkan masalah,
yang menemukan masalah dalam pembelajaran. akan mampu menganalisis permasalahan yang
Artinya dalam pembelajaran peserta didik dilatih dihadapi, mencari dan memilih penyelesaian yang
untuk mencari tahu informasi, bukan diberi tahu tepat, logis dan bermanfaat. Sehingga ia akan mampu
dengan guru sebagai pembimbing atau pemberi mengembangkan kemampuan yang ada pada dirinya
bantuannya. jika dihadapkan pada suatu permasalahan dengan
Kurikulum 2013 memiliki pandangan bahwa menyelesaikannya secara baik[3].
pengetahuan tidak bisa begitu saja dapat dipindahkan Lembar kerja peserta didik merupakan salah
dari pendidik ke peserta didik. Peserta didik memiliki satu jenis bahan ajar cetak yang penggunaan istilah
kemampuan aktif untuk mencari, mengolah, siswa mengalami pergantian dengan tidak
mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuannya mengurangi makna dan struktur aslinya. Lembar
agar peserta didik memiliki kesempatan untuk kerja peserta didik (LKPD) merupakan istilah lain
mengkonstruksi pengetahuan dalam proses dari lembar kerja siswa (LKS). Penggantian istilah
siswa menjadi peserta didik ini digunakan sejak
kognitifnya. Dengan hal demikian akan menciptakan
diberlakukannya Kurikulum 2013 di setiap satuan
pembelajaran yang berkualitas.
pendidikan[4].
Ketika diamati di lapangan, ternyata kondisi Dalam LKPD pada umumnya akan memuat
ideal yang diharapkan belum sepenuhnya terlaksana. judul, kompetensi inti (KI)/kompotensi dasar (KD)
Berdasarkan survei yang telah dilakukan di sekolah yang akan dicapai, waktu penyelesaian,
SMAN 2 Pariaman, beberapa faktor yang peralatan/bahan yang dibutuhkan, informasi singkat,
teridentifikasi dari permalasahan yang ada, langkah kerja tugas yang harus dikerjakan, tugas
diantaranya: (1) ditinjau dari hasil belajar peserta yang harus dilakukan dan laporan[5]. Sehingga, dapat
didik, hanya sebagian yang mencapai nilai KKM disimpulkan bahwa LKPD adalah lembaran-
dengan proses kognitif didominasi pada tingkatan lembaran berisi tugas atau kegiatan yang harus
mengingat dan memahami; (2) kemampuan berpikir dilakukan oleh peserta didik untuk membantu
tergolong masih rendah menyebabkan kurangnya peningkatan pemahamannya dalam proses
keaktifan peserta didik dalam pembelajaran fisika di pembelajaran.
Pengembangan LKPD sebagai bahan ajar
kelas; (3) belum optimalnya penggunaan
dikembangkan untuk membantu guru dan peserta
model/strategi pembelajaran yang dianjurkan oleh didik dalam proses pembelajaran. LKPD dalam
Kurikulum 2013; (4) materi yang diberikan guru penyusunannya memiliki beberapa tujuan antara lain:
didominasi pada kemampuan mengingat, dan 1) Menyiapkan kondisi peserta didik untuk siap
memahami sehingga tingkatan kognitif setelahnya belajar sebelum pelaksanaan kegiatan
belum berkembang dengan baik; (5) belum pembelajaran.
tersedianya bahan ajar yang dapat meningkatkan 2) Membimbing peserta didik untuk memproses
kemampuan berpikir dalam bentuk bimbingan; (6) hasil belajarnya (menemukan atau
bahan ajar yang digunakan tidak menarik perhatian membuktikan konsep yang dipelajarinya).
peserta didik untuk meningkatkan kemampuan 3) Memotivasi peserta didik untuk belajar mandiri.
berpikirnya sehingga kemampuan berpikir peserta 4) Memperkaya konsep yang telah dipelajari
didik dikategorikan masih rendah peserta didik (perolehan hasil belajar) untuk
diterapkan dalam kehidupan nyata[6].
Berdasarkan beberapa faktor permasalahan
Sedangkan kegunaan LKPD antara lain: (1)
yang terjadi, alternatif solusi yang dapat membantu
memberikan pengalaman yang nyata bagi peserta
guru mengelola proses pembelajaran adalah didik; (2) membantu variasi belajar; (3)
menggunakan bahan ajar yang dapat meningkatkan membangkitkan minat peserta didik; (4)
kemampuan berpikir. Salah satu upaya yang dapat meningkatkan retensi pembelajaran; dan (5)
dilakukan ialah menggunakan bahan ajar dalam memanfaatkan waktu secara efektif[7].
bentuk Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dengan

802
Guru merupakan seorang pendidik yang membimbing peserta didik dalam memahami suatu
bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan pembelajaran.
memberi bimbingan atau bantuan kepada peserta Bahan ajar berbentuk LKPD yang disajikan
didik dalam perkembangannya. Menurut Undang- kepada peserta didik hendaklah terintegrasi terhadap
undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1 menjelaskan permasalahan kemampuan kognitf yang dihadapi
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan oleh peserta didik. Kemampuan kognitif merupakan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
kemampuan berpikir peserta didik dalam
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
mengkognisi pengetahuannya untuk menghadapi
peserta didik pada pendidikan usia dini jalur formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Maka permasalahan yang ada dalam kehidupannya.
dapat disimpulkan bahwa guru adalah pendidik yang Kemampuan ini merupakan bagian terpenting dalam
bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar, pemecahan masalah, baik dalam memecahkan
melatih, meneliti, mengembangkan, dan mengelola persoalan materi pelajaran ataupun permasalahan
pembelajaran dengan memberikan sejumlah bantuan dalam kehidupan. Dalam Anderson dan Krathwohl
atau bimbingan. (2001) membagi 6 (enam) kemampuan kognitif
Peran guru sebagai pembimbing sangatlah dalam aspek mengingat, memahami, menerapkan,
penting dalam perkembangan diri peserta didik. menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan.
Tanpa bimbingan atau bantuan, peserta didik akan Ranah kognitif memegang peranan penting
mengalami kesulitan dalam perkembangan dirinya. dalam mempengaruhi hasil belajar peserta didik.
Pada saat masa perkembangannya, peserta didik Penguasaan ranah kognitif meliputi aspek intelektual,
sangat bergantung pada guru, hingga ia semakin
seperti pengetahuan serta keterampilan berpikir
dewasa atau semakin menguasai dan mengenali
potensi dalam dirinya, maka ketergantungan tersebut menjadi modal dalam pengembangan diri peserta
akan mulai menghilang. didik. Hal ini dapat diketahui dari berkembangnya
Peran guru sebagai fasilitator hendaknya teori-teori yang dimiliki peserta didik serta memori
menyediakan fasilitas yang dapat memudahkan berpikir peserta didik yang dapat menyimpan hal-hal
kegiatan belajar peserta didik. Baik dari lingkungan baru dan mengkonstruksinya dengan pengetahuannya
belajar, pengkondisian suasana ruang belajar, anjuran yang lama.
sumber belajar yang akan digunakan peserta didik Dalam upaya mengembangkan kemampuan
dalam proses pembelajaran. Tidak hanya itu, seorang peserta didik, dibutuhkan strategi yang sesuai untuk
guru juga harus memiliki pemahaman terhadap mendukung keterlaksanaan interaksi konten dengan
peserta didik melalui kegiatan dalam pembelajaran peserta didik. Salah satunya strategi scaffolding
dengan mampu menyikapi perbedaan individual dalam teori konstruktivisme sosial. Menurut oxford
setiap peserta didik. Ketika guru mampu memberikan
dictionary istilah ‟ scaffolding‟ berasal dari kata
perhatian atau menyalurkannya dalam bentuk tugas
‟ scaffold‟ artinya tangga, perancah, penopang
yang menarik peserta didik akan bekerja keras jika ia
memiliki minat dan perhatian terhadap tugas. Maka yang biasa digunakan oleh pekerja bangunan[8].
seorang guru haruslah memberikan tugas yang jelas Artinya seorang guru berperan dalam membimbing
dan dapat dimengerti, memberikan apresiasi terhadap dan memberi bantuan kepada peserta didik tiap
kegigihan dan hasil belajar peserta didik jika tahapannya. Scaffolding adalah pendampingan
memuaskan serta hukuman yang efektif sebagai kognitif kepada peserta didik sebagai bentuk strategi
tindakan penilaian dengan adil dan transparan. pembelajaran dalam tahapan membantu peningkatan
Penyediaan tugas yang jelas dan dimengerti ranah kognitif peserta didik. [9]. Pendampingan
dapat dilakukan dengan salah satu cara menyediakan peserta didik dalam proses kognitifnya, baik dalam
bahan ajar berbentuk LKPD yang sesuai dengan menemukan masalah dan mengatasi masalah
kondisi peserta didik di kelas. Bahan ajar yang merupakan tugas guru dalam mengakomodir
digunakan dapat membantu tugas guru dalam pengetahuan yang semestinya dimiliki oleh peserta
penyampaian informasi, akan tetapi tidak didik. Guru berperan dalam memfasilitasi dan
mengurangi tugas seorang guru dalam peranannya membimbing perkembangan peserta didik agar dapat
terhadap peserta didik. Penggunaan bahan ajar yang mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
sesuai akan mengurangi ketergantungan peserta didik Pembelajaran scaffolding adalah strategi belajar
terhadap guru. Melalui bahan ajar peserta didik yang dipandu oleh pendidik berupa tingkatan bantuan
mampu untuk belajar dengan waktu yang lebih (helps) yang dapat memfasilitasi peserta didik agar
efektif dan efesien serta membantu potensi peserta dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya.
didik menjadi pelajar yang mandiri. Bagi guru, Bantuan tersebut dapat berupa pemberian contoh-
dengan bahan ajar dapat meningkatkan proses contoh, petunjuk mengerjakan, bagan/alur, langkah-
pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif langkah atau prosedur melakukan tugas, pemberian
sehingga guru memiliki banyak waktu untuk balikan dan sebagainya[10].

803
Strategi scaffolding sebagai suatu strategi dalam perbedaan antara pekerjaan peserta didik dan solusi
proses seorang peserta didik menuntaskan masalah standar yang hendaknya dicapai; (5) mengurangi
tertentu yang melampaui perkembangannya dengan frustasi; (6) mendefinisikan dengan jelas harapan
bantuan dari pendidik ataupun dari teman sebaya mengenai aktivitas [12].
yang lebih berkompeten. Scaffolding merupakan Berdasarkan kebutuhan akan pentingnya bahan
bantuan guru atau orang yang memiliki pengetahuan ajar yang dapat membantu peserta didik dalam
lebih kepada peserta didik pada awal pembelajaran mengkognisi kemampuan berpikirnya, maka
yang secara bertahap menggiatkan kemampuan dilakukan penelitian pengembangan bahan ajar
belajar mandiri peserta didik. Pendidik sebagai berupa lembar kerja peserta didik. Penelitian ini
pelaku budaya yang mengarahkan pembelajaran bertujuan untuk menghasilkan lembar kerja peserta
sehingga peserta didik terbantu menguasai dan didik berbasis scaffolding yang terintegrasi
menginternalisasi kemampuan kognitif yang lebih meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik
tinggi[11]. Bantuan yang diberikan dapat berupa yang valid dan praktis digunakan dalam proses
petunjuk, dorongan, peringatan, menguraikan pembelajaran fisika di sekolah.
masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan,
pemberian contoh, dan tindakan-tindakan lain yang METODE PENELITIAN
memungkinkan peserta didik untuk belajar mandiri. Metode penelitian yang digunakan adalah
Sebelumnya, penggunaan strategi scaffolding penelitian dan pengembangan (Research and
sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti, Development/R&D) dengan model pengembangan
diantaranya; 1) strategi scaffolding yang digunakan Thiagarajan yaitu model 4-D. Prosedur penelitian ini
dijadikan dasar pengembangan lembar kerja peserta tidak dilakukan secara utuh dengan mereduksi model
didik untuk mengukur serta meningkatkan berpikir 4-D menjadi 3-D. Penelitian ini dilakukan di Fakultas
MIPA UNP dan SMAN 2 Pariaman pada kelas X
kritis peserta didik oleh Setyarini dalam jurnalnya
IPA semester ganjil Tahun Ajaran 2019/2020. Subjek
yang berjudul “Kemampuan Berpikir Siswa Dalam
penelitian ini adalah 5 orang sebagai validator yang
Pembelajaran IPA dengan Menggunakan Lembar terdiri dari tiga orang dosen jurusan fisika Fakultas
Kerja Siswa (LKS) berbasis Scaffolding”; 2) MIPA UNP dan dua orang guru fisika SMAN 2
Penelitian yang dilakukan oleh Agus Harydi dan Pariaman, serta 1 kelas X IPA sebagai kelas uji
Hainur Rasyid Achmadi pada tahun 2013 yang kepraktisan dan 2 orang guru fisika sebagai praktisi.
berjudul “Pengembangan Materi Ajar Berbasis Objek pada penelitian ini ialah LKPD berbasis
Scaffolding pada Pokok Bahasan Analisis Vektor”. scaffolding pada materi pengukuran dan vektor pada
Pada penelitian ini, telah dilakukan uji validitas oleh pembelajaran fisika untuk semester ganjil kelas X
para ahli dan uji praktikalitas hasil respon peserta SMA.. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu tahap
didik sehingga dapat dinyatakan bahwa materi ajar define,tahap design, dan tahap development.
yang disajikan layak menjadi salah satu sumber Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah
produk berupa lembaran kerja peserta didik berbasis
belajar
strategi scaffolding sebagai bahan ajar yang
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
memenuhi standar kelayakan valid dan praktis untuk
dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan kognitif
dinyatakan bahwa pengembangan LKPD berupa peserta didik.
materi ajar ataupun lembar kerja peserta didik Instrumen yang digunakan untuk
berbasis scaffolding dapat dilakukan. Kombinasi mengumpulkan data terdiri dari tiga bagian yaitu,
LKPD berbasis strategi scaffolding mampu pertama, lembaran analisis kebutuhan yang
meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik merupakan data awal untuk mendapatkan hasil pada
melalui serangkaian instruksi yang diberikan dengan tahap define. Kedua, lembar penilaian validitas untuk
memberikan bantuan yang diperlukan peserta didik uji kevalidan,yang disusun berdasarkan aspek-aspek
pada materi tertentu. Ini dikarenakan scaffolding yang akan dinilai dari LKPD yang dikembangkan.
merupakan bantuan kepada peserta didik yang secara Aspek tersebut meliputi aspek kelayakan bahan ajar
bertahap mengaktifkan kemandirian belajar peserta dengan format dari Depdiknas dan aspek strategi
didik sehingga dapat meningkatkan kemampuan scaffolding dengan mengambil aspek ada atau
kognitif peserta didik. tidaknya langkah-langkah scaffolding di dalam
Keuntungan dari penggunaan scaffolding, LKPD yang dikembangkan. Ketiga, lembar
diantaranya : (1) memotivasi dan mengaitkan minat praktikalitas yang digunakan untuk menguji
peserta didik; (2) menyederhanakan tugas belajar kepraktisan, yang disusun berdasarkan aspek
agar bisa dicapai oleh peserta didik; (3) membantu kemudahan penggunaan, efisiensi waktu, daya tarik
peserta didik berfokus pada pencapaian tujuan yang dimiliki LKPD serta manfaat yang dirasakan
dengan memberikan petunjuk; (4) menunjukkan oleh pengguna. Lembar penilaian validasi digunakan

804
untuk mengetahui kelayakan LKPD berbasis b) Learner analysis (Analisis Peserta Didik)
scaffolding sedangkan lembar praktikalitas untuk Berdasarkan hasil analisis peserta didik, diketahui
menguji kepraktisan LKPD setelah digunakan oleh bahwa rendahnya kemampuan kognitif peserta didik
guru dan peserta didik. disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari minat
Jenis data yang didapatkan terdiri dari 2 jenis belajarnya, kurang aktifnya dalam proses
data, yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Data pembelajaran dan mencari informasi mengenai materi
kualitatif dianalisis dengan teknik mereduksi data pelajaran.
dan menarik kesimpulan dari tahap uraian data secara c) Task analysis (Analisis Tugas)
naratif. Sedangkan teknik data yang digunakan pada Kegiatan dalam tahap ini adalah menganalisis
data kuantitatif dengan perhitungan data hasil tugas-tugas pokok yang harus dikuasai peserta didik
penyebaran angket validitas dan praktikalitas ialah agar dapat mencapai kompetensi minimal. Analisis
menggunakan momen kappa. Data yang didapatkan tugas yaitu tugas yang cocok untuk peserta didik
akan dianalisis menggunakan formula momen kappa, berdasarkan kompetensi dasar adalah materi
dan pada hasil pengolahan data akan didapatkan pengukuran besaran fisika dan vektor.
momen kappa. Momen kappa diperoleh dengan d) Concept analysis (Analisis Konsep)
rumus berikut: Analisis ini dilakukan dengan cara
mengidentifikasi konsep utama yang perlu diajarkan,
dengan cara mengumpulkan dan memilih materi
Keterangan: yang relevan, dan menyusunnya kembali secara
k = Momen kappa sistematis agar mudah dipahami oleh peserta didik.
e) Specifying instructional objectives (Menetapkan
 = Proporsi yang terealisasi
o Tujuan Pembelajaran)
= Proporsi yang tidak terealisasi Hasil dari analisis tugas, konsep dan perumusan
tujuan pembelajaran ini menjadi dasar dalam
Nilai momen kappa (k) memiliki interval dari 0
sampai 1. Interpretasi nilai momen kappa disajikan mengembangkan isi/content materi dari LKPD
pada Tabel 1 berikut berbasis scaffolding. Sehingga tujuan pembelajaran
Tabel 1. Interpretasi nilai Momen Kappa[13] yang hendak dicapai dengan penggunaan strategi
Interval Kategori scaffolding terdapat dalam rancangan produk yang
≤ 0,00 Tidak dikembangkan.
0,01-0,20 Sangat rendah 2. Tahap design
0,21-0,40 Rendah
Secara umum, format pengembangan LKPD yang
0,41-0,60 Sedang
0,61-0,80 Tinggi dilakukan mengikuti format dari Depdiknas yang
0,81-1,00 Sangat tinggi terdiri dari bagian-bagian antara lain: judul/cover,
daftar isi, petunjuk umum, peta konsep, kompetensi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN yang akan dicapai, informasi pendukung,
tugas/langkah kerja, dan penilaian. Dengan tahapan
A. Hasil Penelitian strategi scaffolding terintegrasi pada bagian informasi
1. Tahap define pendukung dan langkah tugas.
Hasil tahap define ini digunakan untuk membuat Pada informasi pendukung, scaffolding yang
bentuk rancangan lembar kerja peserta didik. diberikan berupa item “Pikirkanlah”, item “
Tahapan ini merupakan analisis awal kebutuhan identifikasi masalah”, dan item “motivasi” kemudian
dalam penelitian pengembangan. Analisis bisa di dalam LKPD akan disajikan bahan bacaan yang
dilakukan dengan studi literature atau penelitian dapat membantu peserta didik memahami materi
pendahuluan. Terdapat 5 langkah yang dilakukan
dengan baik. Kedua item tersebut dibuat agar
pada tahapan ini, diantaranya :
sebelum memasuki materi, peserta didik
a) Front-end analysis (Analisis Ujung Depan)
Pada tahap awal ini, ditemukannya permasalahan diperkenalkan terlebih dahulu dengan sebuah
tidak optimalnya penggunaan model/strategi/metode permasalahan yang dapat merangsang peserta didik
yang dianjurkan oleh Kurikulum 2013 yang untuk berpikir dan mencari tahu. Item “Pikirkanlah”
digunakan oleh guru Hal ini disebabkan oleh merupakan item berupa pemberian stimulus diawal
rendahnya kemampuan berpikir peserta didik dalam memulai pembelajaran untuk peserta didik dengan
mengkonstruksi pengetahuannya sehingga scaffolding. Scaffolding berupa pertanyaan
keterlibatan peserta didik dalam aktivitas membimbing yang dapat membantu peserta didik
pembelajaran yang student center kurang berjalan untuk berpikir. Pertanyaan tersebut berupa analisis
secara optimal. Hal lainnya, belum adanya bahan ajar masalah yang terjadi dalam materi pengukuran dan
yang terfokus pada pembentukan kemampuan vektor.
kognitif dengan bantuan yang bertahap.

805
Pada langkah kerja, LKPD berbasis scaffolding
menyajikan kegiatan praktikum dan contoh soal yang
dilengkapi dengan langkah-langkah scaffolding.
Langkah-langkahnya berupa bimbingan pengerjaan
contoh soal. Dalam LKPD juga disediakan lembar
soal latihan sebagai bahan untuk melatih kemampuan
peserta didik.
3. Tahap development
Setelah melakukan tahap perancangan, LKPD
yang dikembangkan dilakukan uji validitas oleh para
validator. LKPD yang telah tervalidasi dan Gambar 2. Hasil uji praktikalitas oleh guru
mengalami sedikit revisi, maka dilanjutkan ke
tahapan penilaian praktikalitas. Hasil uji validitas dan Berdasarkan Gambar 2 momen kappa
praktikalitas yang diperoleh adalah sebagai berikut: praktikalitas LKPD berbasis scaffolding pada materi
a) Uji Validitas pengukuran dan vektor untuk kelas X SMA diperoleh
Tingkat validitas produk ini didasarkan pada nilai rata-rata tanggapan dari guru adalah sebesar
kelayakan isi, kelayakan bahasa, kelayakan 0.87 dengan kategori sangat tinggi. Sedangkan hasil
penyajian, kelayakan kegrafikan dan aspek analisis data praktikalitas dari peserta didik dengan
scaffolding. Hasil analisis dan nilai uji validitas dapat momen kappa dapat dilihat pada Gambar 3 berikut
dilihat pada Gambar 1 ini.

\
Gambar 1. Hasil analisis data validitas oleh
validator Gambar 3. Hasil uji praktikalitas oleh peserta didik
Dari kelima komponen yang dinilai terhadap
aspek kelayakan bahan ajar berupa LKPD berbasis Berdasarkan lembar penilaian angket respon
scaffolding pada materi pengukuran dan vektor untuk peserta didik, diperoleh hasil analisis data seperti
kelas X SMA diperoleh rata-rata momen kappa untuk yang terdapat pada Gambar 3. Penilaian praktikalitas
keseluruhan komponen adalah 0,82 dengan kategori LKPD berbasis scaffolding pada materi pengukuran
sangat tinggi. dan vektor untuk kelas X SMA/MA diperoleh rata-
rata nilai momen kappa sebesar 0.74 dengan kategori
b) Uji Praktikalitas tinggi atau praktis untuk digunakan oleh peserta
Tingkat praktikalitas produk dilakukan oleh dua didik.
orang guru fisika serta 30 orang peserta didik kelas X
IPA 3 SMAN 2 Pariaman. Uji ini dilakukan dengan B. Pembahasan Penelitian
cara menyebarkan angket praktikalitas. Hasil analisis Penelitian ini diawali oleh tahap penemuan
nilai uji praktikalitas pada guru disajikan pada masalah yang dilakukan pada tahap define dengan
Gambar 2 mengikuti 5 langkahnya. Tahapan dari 5 langkah
tersebut diantaranya permasalahan secara umum,
kesulitan yang dihadapi peserta didik, kemudian
menganalisis tugas yang tepat dalam membantu
peserta didik. Selanjutnya melakukan analisis
terhadap konsep yang dibutuhkan pada materi
pengukuran dan vektor.
Pada tahap design, LKPD berbasis scaffolding
dikembangkan dengan memakai aturan penyusunan
komponen-komponen bahan ajar (LKPD) dari

806
Depdiknas. Komponen tersebut meliputi judul, gambar pada LKPD berbasis scaffolding telah sesuai.
petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, Instruksi dan informasi yang ditampilkan harus
informasi pendukung, tugas atau langkah kerja, dan mampu membantu siswa dalam memahami isi
penilaian[10]. Pengembangan LKPD ini menggunakan LKPD[8].
strategi scaffolding. Sedangkan untuk topik yang Aspek scaffolding mendapatkan rata-rata momen
dikembangkan dalam LKPD merujuk pada hasil kappa adalah sebesar 0,78 dengan kriteria tinggi atau
tahap define yang dilakukan sudah layak. Meskipun nilai rata-ratanya lebih rendah
Pada tahap development, dilakukan dengan daripada aspek lainnya, namun LKPD berbasis
melakukan uji validitas dan praktikalitas dengan scaffolding ini masih dikategorikan layak untuk
ketentuan-ketentuan tertentu. digunakan. Artinya penggunaan scaffolding pada
LKPD membantu peserta didik belajar mandiri
1. Penentuan Uji Validitas
dengan serangkaian bantuan yang diberikan. Bantuan
Penentuan tingkat validitas dilihat dari 5 aspek
yang diberikan oleh pendidik (guru) dapat berupa
diantaranya : kelayakan isi, kelayakan bahasa,
petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan
kelayakan penyajian, kelayakan kegrafikan, dan
masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan
scaffolding.
peserta didik dapat mandiri[14].
Kelayakan isi, mencakup kesesuaian dengan KI
dan KD, kesesuaian dengan perkembangan anak, 2. Penentuan tingkat praktikalitas
kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar dan Penentuan tingkat praktikalitas dilihat dari 4
kebenaran substansi materi pembelajaran, aspek diantaranya : kemudahan penggunaan,
kemampuan berpikir, efektifitas scaffolding, efisiensi, daya tarik dan manfaat. Kepraktisan LKPD
kesesuaian percobaan, dan tujuan pembelajaran. berbasis scaffolding diperoleh dari penilaian pendidik
Kelayakan isi mendapatkan rata-rata momen kappa dan peserta didik.
sebesar 0,81 dengan kriteria tinggi atau layak. Ini Berdasarkan hasil dari uji praktikalitas yang
mengindikasikan bahwa aspek LKPD berupa dilakukan oleh pendidik SMAN 2 Pariaman dapat
kegiatan peserta didik seperti informasi bacaan, disimpulkan bahwa produk yang dihasilkan berada
kegiatan praktikum dan isi LKPD di dalamnya sudah pada kriteria sangat praktis dengan nilai rata-rata
sesuai tuntutan kurikulum dalam pengembangan secara keseluruhan adalah sebesar 0,89. Hal ini
LKPD sebagai bahan ajar. Ini sesuai menurut menunjukkan bahwa LKPD berbasis scaffolding
Depdiknas yang menyatakan bahan ajar yang sangat praktis dari aspek kemudahan penggunaan,
dikembangkan harus sesuai dengan tuntutan efisiensi, daya tarik, dan manfaat. Oleh sebab itu
kurikulum[8]. maka, LKPD berbasis scaffolding yang
Kelayakan bahasa, aspek bahasa mendapatkan dikembangkan sangat praktis untuk digunakan oleh
rata-rata momen kappa sebesar 0,84 dengan kriteria pendidik pada pembelajaran fisika SMA disekolah.
sangat tinggi atau layak. Hal ini mengindikasikan Setelah melakukan uji praktikalitas maka
bahwa tata bahasa LKPD berbasis scaffolding telah didapatkanlah saran-saran dari pendidik (praktisi)
bersifat komunikatif dan jelas oleh peserta didik pada lembaran praktikalitas, Berdasarkan saran-saran
kelas X SMA/MA. Kalimat yang digunakan yang diberikan oleh pendidik(praktisi) tersebut dapat
sederhana sehingga informasi yang disampaikan jelas diketahui bahwa perlu dilakukan revisi terhadap
[8]
. produk yang dihasilkan. Revisi yang dilakukan
Kelayakan penyajian, aspek penyajian adalah pada contoh soal, yaitu perlu ditambahkan
mendapatkan rata-rata momen kappa sebesar 0,83 contoh soal dan berkaitan dengan contoh dalam
dengan kriteria tinggi atau layak. Penyajian konten kehidupan sehari-hari. Setelah direvisi dihasilkan
LKPD dapat dikatakan sudah sistematis. Penyusunan LKPD berbasis scaffolding yang lebih baik dari
LKPD pada biasanya berisi judul materi bahasan, sebelumnya. Berdasarkan uji praktikalitas oleh
pengantar, tujuan pembelajaran, langkah kerja, serta peserta didik di SMA kelas X SMAN 2 Pariaman
evaluasi yang memuat motivasi, stimulus dan respon. dapat disimpulkan bahwa,LKPD berbasis
Depdiknas menjelaskan komponen penyajian scaffolding berada pada kriteria praktis dengan nilai
mencakup kejelasan tujuan yang ingin dicapai, urutan rata-rata secara keseluruhan 0,74. Hal ini
sajian, daya tarik dan kelengkapan informasi[8]. menandakan bahwa LKPD berbasis scaffolding yang
Kelayakan kegrafikan, aspek penyajian dikembangkan praktis digunakan oleh peserta didik
mendapatkan rata-rata momen kappa adalah sebesar sebagai upaya dalam meningkatkan keaktifan,
0,85 dengan kriteria tinggi atau sudah layak. Hal ini kemandirian, motivasi dan pemahaman peserta didik
menunjukkan bahwa jenis dan ukuran pemilihan font pada pembelajaran fisika.
sudah sesuai serta desain tampilan dan penempatan

807
KESIMPULAN [5] Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan
Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Jenderal
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan
bahwa: pada penelitian pengembangan Lembar Kerja Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peserta Didik berbasis scaffolding untuk [6] Sumiati, & Asra. (2007). Metode Pembelajaran.
meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik Bandung: Wacana Prima.
pada pembelajaran Fisika SMA Kelas X materi
pengukuran dan vektor telah menghasilkan produk [7] Oktari, S., Maharta, N., & Ertikanto, C. (2015).
berupa lembar kerja peserta didik dengan hasil yang Pengembangan LKS Berbasis Inkuiri
sangat valid dengan nilai rata-rata 0,83 yang meliputi Terbimbing Pada Materi Suhu dan Kalor.
aspek validasi isi, penyajian, kegrafikan, kebahasaan, Jurnal Pembelajaran Fisika Universitas
dan scaffolding. Lampung , 47-57.
Pada tingkat kepraktisan didapatkan hasil yang
sangat praktis pada uji praktikalitas oleh guru [8] Damayanti, N. W. (2016). Praktik Pemberian
(praktisi) dengan nilai rata-rata 0,86 pada kategori Scaffoldig Oleh Mahasiswa Pendidikan
sangat tinggi yang meliputi aspek kemudahan Matematika pada Mata Kuliah Strategi Belajar
penggunaan, efisiensi waktu, daya tarik, serta Mengajar (SBM) Matematika.
manfaat. Sedangkan untuk tingkat kepraktisan yang LIKHITAPRAJNA. Jurnal ilmiah Fakultas
dilakukan pada uji praktikalitas oleh peserta didik Keguruan dan Ilmu Pendidikan , Volume 18,
juga didapatkan hasil yang praktis dengan nilai rata- No.1, hal 85-89.
rata 0,74 pada kategori tinggi. dari aspek kemudahan
penggunaan, efisiensi waktu, daya tarik, serta [9] Haniin, K., Diantoro, M., & H Koes, S. (2017).
manfaat. Pengaruh Pembelajaran TPS Dengan
Scaffolding Konseptual Terhadap Kemampuan
DAFTAR PUSTAKA Menyelesaikan Masalah Sintesis Fisika Ditinjau
Dari Pengetahuan Awal Siswa. Jurnal
[1] Prihadi, E. (2018). Pengembangan Pembelajaran Sains , I (2), 6-14.
Keterampilan 4C Melalui Metode Poster
Comment Pada Mata Pelajaran PAI dan Budi [10] Budingsih, A. (2012). Belajar & Pembelajaran.
Pekerti. "Passion of the Islamic Studies Jakarta: Rineka Cipta.
Center"JPI_Rabbani , 464-479. [11] Slavin, R. E. (2009). Psikologi Pendidikan :
[2] Vidayanti, N., Sugiarti, T., & Kurniati, D. Teori dan Praktik Edisi Kedelapan Jilid 2 (Ed.).
(2017). Analisis Kemampuan Kognitif Siswa Jakarta: Indeks.
Kelas VIII SMP Negeri 11 Jember Ditinjau dari [12] Melinda, Sugiatno, & Hamdani. (2015). Strategi
Gaya Belajar Dalam Menyelesaikan Soal Pokok Scaffolding Berbasis Multirepresentasi Untuk
Bahasan Lingkaran. Kadikam , VIII (1), 137- Mengatasi Kesulitan Pemahaman Konseptual
144. Siswa Dalam Operasi Pecahan Di SMP. Jurnal
[3] Kusniasih. (2012). Scaffolding Alternative Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa , IV
Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir (1), 1-10.
Kritis Matematika. Jurnal Kreano , III (2), 113- [13] Boslaugh, S., & Watters, P. A. (2008). Statistic
124. In A Nutshell. Tokyo: O'Reilly.
[4] Mizarwan, B., Ratnawulan, & Gusnedi. (2015). [14] Mamin, R. (2008). Penerapan Metode
Pengaruh Lembar Kerja Peserta Didik Pembelajaran Scaffolding Pada Pokok Bahasan
Berorientasi Inkuiri Terbimbing terhadap Sistem Periodik Unsur. Journal Chemica , X,
Kompetensi IPA Kelas VII SMPN 2 55-60.
Bukittinggi. Pillar of Physics Education , VI,
41-48.

808

You might also like