You are on page 1of 11

JPPIPA: 5(1), Januari 2019

Jurnal Penelitian Pendidikan IPA (JPPIPA)


P-ISSN : 2460-2582 | E-ISSN : 2407-795X
Sekretariat : Lt. 3 Gedung Pascasarjana Universitas Mataram
Telp./Fax : (0370) 634918
Email : jppipa@unram.ac.id
Website : http://jppipa.unram.ac.id/index.php/jppipa/index

PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN IPA YANG MENDUKUNG


KETERAMPILAN ABAD 21

AGUS RAMDANI1,2*, A. WAHAB JUFRI1,2, GUNAWAN1,3, SAPRIZAL HADISAPUTRA1,4, LALU


ZULKIFLI1,2
1
Program Studi Magister Pendidikan IPA, Pascasarjana Universitas Mataram, Email:
aramdani07@unram.ac.id
2
Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram
3
Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram
4
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram

Accepted: November 28st, 2018. Approved: January 4st, 2019. Published: January 17st, 2019
DOI: 10.29303/jppipa.v5i1.221

Key Words Abstract


21st Century This study aims to develop learning devices, especially in the evaluation section of
Skills, Learning science learning in junior high school, which in turn after being implemented in
Evaluation Tools, the classroom is expected to develop 21st century skills of students. In particular,
Middle School this study aims to, 1) identify science learning evaluation tools made by teachers
Science so that they obtain a clear picture of the profile of the evaluation tool, 2) develop a
junior high school science learning evaluation tool that supports 21st century skills.
This research includes development research in four stages, namely: decide,
design, develop, and evaluate. The results of this study indicate that the tools
developed by the teacher are in complete category, the learning objectives are
clear, although the stages in part still need to be improved. Learning evaluation
instruments developed by the teacher have met the principles of assessment, the
presentation is in accordance with the curriculum, the sentence in the question is
quite communicative, uses good and correct language and does not cause multiple
interpretations. However, the majority of questions made by teachers still measure
low-level thinking skills. This is because teachers have not been trained in
developing questions that measure high-level thinking skills. An evaluation tool
that was then developed together with the teacher was intended to perfect the
shortcomings of the previous evaluation tool
Kata Kunci Abstrak
Keterampilan Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran terutama
Abad 21, Alat pada bagian alat evaluasi pembelajaran IPA di SMP yang pada gilirannya setelah
Evaluasi diimplementasikan di kelas diharapkan dapat mengembangkan keterampilan abad
Pembelajaran, 21 peserta didik. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk, 1) mengidentifikasi
IPA SMP alat evaluasi pembelajaran IPA buatan guru sehingga memperoleh gambaran yang
jelas tentang profil alat evaluasi tersebut, 2) mengembangkan alat evaluasi
pembelajaran IPA SMP yang mendukung keterampilan abad 21. Penelitian ini
termasuk penelitian pengembangan dalam empat tahapan, yaitu: decide, design,
develop, dan evaluate. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perangkat yang
dikembangkan guru sudah dalam kategori lengkap, tujuan pembelajarannya jelas,
meskipun tahapannya sebagian masih perlu diperbaiki. Instrumen evaluasi
pembelajaran yang dikembangkan guru telah memenuhi prinsip-prinsip penilaian,
penyajian sudah sesuai dengan kurikulum, kalimat dalam soal sudah cukup

98
JPPIPA: 5(1), Januari 2019
komunikatif, menggunakan bahasa yang baik dan benar serta tidak menimbulkan
penafsiran ganda. Namun demikian, butir soal yang dibuat guru sebagian besar
masih mengukur keterampilan berpikir tingkat rendah. Hal ini disebabkan guru
belum terlatih dalam mengembangkan soal-soal yang mengukur keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Alat evaluasi yang kemudian dikembangkan bersama
dimaksudkan untuk menyempurnakan kekurangan alat evaluasi sebelumnya.

PENDAHULUAN melalui kementerian terkait. Hal ini terbukti


dengan diberlakukannya kurikulum 2013 yang
Abad 21 merupakan abad yang sejalan dengan spirit pencapaian keterampilan
berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi, abad 21 oleh peserta didik. Berbagai inovasi
sehingga menuntut sumber daya manusia pembelajaran yang memiliki legitimasi
unggul dan berdaya saing dalam menguasai akademik tinggi serta relevan dengan tuntutan
berbagai bentuk keterampilan. Greenstein masyarakat global telah didemonstrasikan oleh
(2012) menyatakan keterampilan yang perlu para pendidik di ruang-ruang kelas. Salah satu
dikuasai dalam menghadapi abad 21 antara bentuk inovasi tersebut adalah dengan
lain adalah keterampilan dalam berpikir kritis, mendesain suatu program pembelajaran yang
keterampilan menyelesaikan masalah, bertujuan memberikan kesempatan peserta
keterampilan berpikir kreatif, metakognisi, didik untuk mengembangkan berbagai
keterampilan berkomunikasi, keterampilan keterampilan yang dibutuhkan di abad 21 ini.
berkolaborasi, berbagai literasi (digital, visual, Program pembelajaran berbasis
dan teknologi), serta kemampuan dalam keterampilan abad 21 ini menjadi sangat
menjalani kehidupan dan karir. penting untuk dipersiapkan dengan baik oleh
Keterampilan abad 21, belakangan ini para guru sebagai pelaku pendidikan di
masih menjadi obyek kajian yang menarik sekolah. Disisi lain, guru perlu difasilitasi dan
bagi para pemerhati, peneliti dan pelaku dimotivasi untuk mengembangkan
pendidikan di berbagai belahan dunia. keterampilan peserta didik secara
Binkley, et al (2010) menyajikan kerangka berkelanjutan. Perencanaan pembelajaran
kerja keterampilan abad 21 dengan (RPP), termasuk alat evaluasi pembelajaran
mengelompokkannya menjadi 1) cara berpikir, menjadi hal yang penting untuk diperhatikan
termasuk didalamnya kreativitas dan inovasi, dalam rangka melatihkan keterampilan abad
berpikir kritis, pemecahan masalah, 21 kepada peserta didik. Darling-Hammond
pengambilan keputusan, dan metakognisi, 2) (2012) menyatakan untuk menilai
cara bekerja, yang dimaksudkan adalah keterampilan abad 21 diperlukan asesmen
komunikasi dan kolaborasi atau kerja tim, 3) yang berkualitas tinggi, sehingga dapat
alat untuk bekerja, antara lain literasi mengukur dengan baik keterampilan peserta
informasi dan literasi teknologi informasi dan didik yang dimaksudkan.
komunikasi, dan 4) kehidupan di dunia, Greenstein (2012) menyatakan
termasuk didalamnya kewarganegaraan, keterampilan yang perlu dikuasai dalam
keterampilan hidup dan karir, tanggung jawab menghadapi abad 21 antara lain adalah
pribadi dan sosial. Ada perbedaan pandangan keterampilan dalam berpikir kritis,
para ahli tentang keterampilan abad 21 ini keterampilan menyelesaikan masalah,
sesuai dengan latar belakang, pengalaman, keterampilan berpikir kreatif, metakognisi,
serta bidang kajian. NC State University. keterampilan berkomunikasi, keterampilan
(2014) menekankan pada penerapan berkolaborasi, berbagai literasi (digital, visual,
pengetahuan melalui keterampilan berpikir dan teknologi), serta kemampuan dalam
yang lebih tinggi (higher-order thinking skills), menjalani kehidupan dan karir.
seperti kemampuan mengkreasi dan Kerangka kerja tentang keterampilan
mendukung argumen berdasarkan bukti dan abad 21 yang lebih komprehensif dipaparkan
alasan yang logis. sebagai keterampilan belajar dan inovasi
Pentingnya peserta didik memiliki termasuk didalamnya kreativitas dan inovasi,
keterampilan abad 21 telah disadari oleh berpikir kritis dan pemecahan masalah,
pelaku pendidikan termasuk pemerintah komunikasi dan kolaborasi. Keterampilan
99
JPPIPA: 5(1), Januari 2019
informasi. media, dan taknologi termasuk di SMP yang mendukung keterampilan abad
didalamnya literasi informasi, literasi media, 21.
dan literasi informasi/ komunikasi/ teknologi. Sejak diberlakukannya kurikulum 2013
Keterampilan hidup dan karir, termasuk para guru telah berupaya membuat
didalamnya fleksibilitas kemampuan perencanaan, melaksanakan, dan mengevaluasi
beradaptasi, inisiatif dan kemampuan proses dan hasil pembelajaran mengacu pada
mengarahkan diri, keterampilan sosial, pedoman yang telah dipersiapkan oleh
produktivitas dan pertanggung jawaban, pemerintah melalui departemen terkait. Pada
kepemimpinan dan responsibilitas (Partnership penelitian ini diungkap dokumen perencanaan
for 21st Century Skills, 2009). Selanjutnya Lai pembelajaran buatan guru, terutama pada
& Viering (2012) mengelompokkan kedalam 5 bagian alat evaluasi pembelajaran sehingga
komponen berdasarkan area penelitian, yaitu: dapat diketahui sejauh mana alat tersebut
berpikir krits, kolaborasi, kreativitas, motivasi, sudah mendukung keterampilan abad 21 dan
dan metakognisi. kendala-kendala yang dihadapi dalam
Pentingnya mengembangkan penyusunan dan pelaksanaannya. Selanjutnya
keterampilan abad 21 telah disadari oleh para peneliti bersama guru mengembangkan alat
pemerhati, peneliti dan pelaku pendidikan. evaluasi pembelajaran yang sesuai untuk
Tantangan ke depan yang dihadapi oleh dunia mendukung keterampilan abad 21 yang
pendidikan adalah mempersiapkan peserta diperlukan peserta didik.
didik yang mempunyai kemampuan berpikir Melalui kajian yang mendalam
kritis dan kreatif. Kajian tentang keterampilan terhadap topik tersebut, secara umum tujuan
berpikir kritis, peningkatan kemampuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan
berpikir kreatif, telah banyak dilaporkan dalam perangkat pembelajaran terutama pada bagian
penelitian dapat menunjang hasil belajar alat evaluasi pembelajaran IPA di SMP yang
peserta didik. Motivasi juga merupakan bagian pada gilirannya setelah diimplementasikan di
penting yang berhubungan dengan pencapaian kelas diharapkan dapat mengembangkan
hasil belajar dan IQ. Hasil-hasil penelitian keterampilan abad 21 peserta didik. Secara
menunjukkan ada hubungan yang relatif khusus penelitian ini bertujuan untuk, 1)
konsisten antara motivasi dan hasil belajar. mengidentifikasi alat evaluasi pembelajaran
Pendidikan abad 21 merupakan IPA buatan guru sehingga memperoleh
pendidikan yang mengintegrasikan antara gambaran yang jelas tentang profil alat
kecakapan pengetahuan, keterampilan, dan evaluasi tersebut, 2) mengembangkan alat
sikap, serta penguasaan terhadap teknologi evaluasi pembelajaran IPA SMP yang
informasi dan komunikasi (Kemdikbud, 2016). mendukung keterampilan abad 21.
Selain itu untuk mempersiapkan peserta didik Berpikir kritis merupakan salah satu
ke depan, dibutuhkan pula keterampilan ciri manusia yang cerdas. Berpikir kritis
berpikir lebih tinggi yang meliputi berpikir bersifat mandiri, berdisiplin diri, dimonitor
kritis dan kreatif, kemampuan menganalisis, diri, memperbaiki proses berpikir sendiri.
mengevaluasi dan kreasi. Kesemuanya ini Akan tetapi berpikir kritis akan terjadi apabila
dapat dicapai dengan baik apabila guru dapat didahului dengan kesadaran kritis yang
membelajarkan peserta didiknya melalui diharapkan dapat ditumbuhkembangkan
berbagai model pembelajaran berbasis melalui pendidikan. Berbagai hasil penelitian
aktivitas yang sesuai dengan karakteristik pendidikan menunjukkan bahwa berpikir kritis
kompetensi dan materi pelajaran (Kemdikbud, mampu menyiapkan siswa berpikir pada
2017). berbagai disiplin ilmu, serta dapat dipakai
Bertitik tolak dari uraian-uraian pada untuk menyiapkan siswa untuk menjalani karir
paragraf sebelumnya, dipandang perlu untuk dan kehidupan nyatanya. Disisi lain, masalah
dikembangkan perangkat pembelajaran yang yang berhubungan dengan pengembangan
dapat melatihkan keterampilan abad 21. Pada berpikir kritis dalam pembelajaran sering luput
penelitian ini, titik tekannya adalah pada dari perhatian guru. Pengembangan berpikir
pengembangan alat evaluasi pembelajaran IPA kritis hanya diharapkan muncul sebagai efek
pengiring semata.

100
JPPIPA: 5(1), Januari 2019
Indikator berpikir kritis dikemukakan perspektif yang berbeda yang merupakan
oleh Wade (1995) meliputi: (1) kegiatan kunci untuk pengambilan keputusan atau
merumuskan pertanyaan, (2) membatasi pemecahan masalah. Keterpaduan antara
permasalahan, (3) menguji data-data, (4) keterampilan berpikir kritis dan kreatif
menganalisis berbagai pendapat dan bias, (5) merupakan hal penting dalam upaya mencari
menghindari pertimbangan yang sangat pemecahan masalah. Ketika dihadapkan pada
emosional, (6) menghindari penyederhanaan suatu permasalahan, kontradiksi, atau
berlebihan, (7) mempertimbangkan berbagai tantangan, pemikir kreatif mampu membuat
interpretasi, dan (8) mentoleransi ambiguitas. berbagai alternatif solusi, selanjutnya
Sementara itu, Beyer (1985) mengemukakan kemampuan berpikir kritis diperlukan untuk
indikator berpikir kritis, yaitu mampu (1) menganalisa dan mengevaluasi berbagai
menentukan kredibilitas suatu sumber, (2) kemungkinan alternatif solusi tersebut.
membedakan antara yang relevan dari yang Pengukuran terhadap keterampilan
tidak relevan, (3) membedakan fakta dari abad 21 telah dan sedang dilakukan oleh para
penilaian, (4) mengidentifikasi dan pendidik dan juga oleh para peneliti dengan
mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, berbagai cara. Pada prinsipnya berbagai cara
(5) mengidentifikasi bias yang ada, (6) dapat dilakukan sepanjang relevan dengan
mengidentifikasi sudut pandang, dan (7) tujuan pembelajaran, relevan dengan indikator
mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk pencapaian kompetensi, serta relevan dengan
mendukung pengakuan. metode yang dipilih oleh guru dalam
Berpikir kreatif disisi lain menekankan membelajarkan peserta didiknya (Kunandar,
pada cara berpikir yang divergen, produktif, 2015). Variasi berbagai cara dalam mengukur
serta berdaya cipta. Kemdikbud (2016) keterampilan abad 21 ini diuraikan pada
menyarankan beberapa kecakapan terkait paragraph berikutnya.
kreatifitas yang dapat dikembangkan dalam Beberapa pendekatan yang digunakan
pembelajaran, antara lain (1) memiliki untuk mengukur keterampilan abad 21 ini
kemampuan dalam mengembangkan, antara lain adalah, laporan diri (self-report),
melaksanakan, dan menyampaikan gagasan- skala penilaian global (global rating scales),
gagasan baru secara lisan atau tulisan, (2) penilaian terstandar (standardized assessments,
bersikap terbuka dan responsif terhadap dan pengamatan (observational measures).
perspektif baru dan berbeda, (3) mampu Laporan diri sangat umum dilakukan oleh para
mengemukakan ide-ide kreatif secara peneliti untuk mengelola survei laporan diri
konseptual dan praktikal, (4) menggunakan atau inventori dalam upaya untuk mengases
konse-konsep atau pengetahuannya dalam keterampilan, sikap, dan disposisi peserta
situasi baru dan berbeda, baik dalam mata ujian. Peneliti kreativitas menggunakan
pelajaran terkait, antar mata pelajaran, maupun laporan diri untuk memeriksa ciri-ciri
dalam persoalan kontekstual, (5) kepribadian dan sikap, seperti pengambilan
menggunakan kegagalan sebagai wahana risiko, keterbukaan terhadap pengalaman baru,
pembelajaran, (6) memiliki kemampuan dalam dan motivasi. Instrumen laporan diri juga
menciptakan kebaharuan berdasarkan memungkinkan individu untuk menilai
pengetahuan awal yang dimiliki, dan (7) keterampilannya, prestasi, perilaku, dan
mampu beradaptasi dalam situasi baru dan kemampuan dan termasuk inventori biografi,
memberikan kontribusi positif terhadap kuesioner, dan ceklis pribadi. Demikian pula,
lingkungan. motivasi sering dinilai melalui pengukuran
Keterkaitan antara kemampuan penilaian diri.
berpikir kritis dan kreatif telah dilaporkan Metode lain yang populer untuk
dalam beberapa penelitian bahwa sering mengases keterampilan abad 21 ini adalah
diekspresikan secara bersama dalam situasi melalui penggunaan sistem penilaian global
yang kompleks. Fleksibilitas yang merupakan yang dilakukan oleh orang tua atau pendidik.
bagian dari kreatifitas ternyata mendukung Misalnya, untuk mengukur keterampilan
berpikir kritis untuk menjadi lebih terbuka kreatif, atribut, atau kemampuan orang lain
memiliki keinginan untuk melihat dari berdasarkan deskripsi spesifik tentang sifat-

101
JPPIPA: 5(1), Januari 2019
sifat kreatif. Skala penilaian global juga Penelitian ini dipandang penting untuk
digunakan untuk mengukur motivasi. Sebagai dilakukan berdasarkan kenyataan dan
contoh, orang tua dan guru diminta untuk pemikiran antara lain, 1) perlu ada informasi
menilai sifat-sifat seperti perilaku belajar, yang akurat tentang perangkat pembelajaran
orientasi tujuan intrinsik versus ekstrinsik. terutama pada bagian alat evaluasi
Penilaian standar telah digunakan oleh pembelajaran IPA SMP yang dikembangkan
para peneliti untuk mengukur beberapa oleh guru, 2) perlu disusun alat evaluasi
keterampilan abad 21. Pengukuran pembelajaran IPA SMP yang telah teruji
keterampilan berpikir kritis dan kreatif dapat secara emperis, efektif, valid, dan reliabel
dilakukan menggunakan instrumen dalam untuk melatihkan keterampilan abad 21.
bentuk essay atau pilihan ganda.
Pengembangan instrumennya diawali dengan METODE
penentuan variabel, mengkaji teori, menyusun
konstruk, menentukan definisi konseptual, Penelitian ini termasuk jenis penelitian
definisi operasional, penetapan instrumen, dan pengembangan (Research and
menyusun kisi-kisi instrumen, menulis butir Development). Secara umum penelitian
instrumen, menguji coba instrumen, dilakukan dalam 4 tahapan, DDD-E, yaitu:
menganalisis hasil uji coba, revisi instrumen, Decide (tahap memutuskan), Design (tahap
finalisasi instrumen, dan perbanyakan mendesain), Develop (tahap pengembangan),
instrumen. dan Evaluate (tahap mengevaluasi). Tahapan
Ada juga bentuk penilaian standar yang penelitian ditampilkan dalam Gambar 1
lebih terbuka yang dirancang untuk mengukur berikut:
keterampilan abad 21. Sebagai contoh, tes
berpikir kritis Ennis-Weir yang merupakan tes
standar menggunakan pertanyaan esai untuk
menilai kemampuan siswa untuk membaca
dan mengevaluasi argumen. Tes pemikiran
divergen biasanya membutuhkan peserta untuk
menghasilkan sebanyak mungkin tanggapan
terhadap stimulus di dalam batas waktu yang
ditetapkan dan biasanya dinilai kelancaran
(jumlah tanggapan unik), fleksibilitas
(berbagai jenis tanggapan), dan orisinalitas
(tanggapan yang menunjukkan bukti
pemikiran di luar kotak). Elaborasi (jumlah
rincian dalam tanggapan) juga kadang-kadang Gambar 1 Tahapan Penelitian
dinilai.
Beberapa peneliti telah menggunakan Subjek penelitian ini adalah guru IPA
sejumlah teknik observasi yang berbeda untuk dan siswanya yang sedang belajar IPA pada
mengkategorikan perilaku siswa yang relevan beberapa sekolah menengah pertama (SMP)
dengan keterampilan abad ke-21. Teknik ini berbeda. Variabel penelitiannya dapat
berbeda satu sama lainnya terutama dikelompokkan menjadi dua yaitu variabel
sehubungan dengan apakah konteks bebas dan variabel terikat. Variabel bebas
pengukuran keterampilan abad 21 ini berbasis penelitian ini adalah model instrumen evaluasi
kelas atau laboratorium. Dengan kata lain, sedangkan variabel terikatnya adalah
tindakan tersebut berbeda dalam kaitannya keterampilan abad 21.
dengan apakah mereka diberikan selama Dalam rangka memperoleh data yang
pekerjaan sekolah reguler yang terjadi di ruang lengkap dan demi ketajaman analisis data
kelas atau apakah mereka dikelola di maka dalam penelitian digunakan beberapa
laboratorium menggunakan tugas yang tidak instrumen penelitian, yaitu: (1) Lembar
terkait dengan sekolah. validasi perangkat yang dikembangkan; (2)
Tes keterampilan abad 21, berbentuk pilihan
102
JPPIPA: 5(1), Januari 2019
ganda dan essay, dalam jumlah yang cukup lembar kegiatan dan instrumen evaluasinya
memadai mengukur setiap indikator yang yang mengacu pada standar isi, standar proses,
diujikan; (3) Lembar observasi kegiatan dan standar evaluasi. Selain itu dalam
selama proses pengembangan, pendampingan, perencanaan pembelajaran juga dilakukan
hingga pengujian dalam kegiatan perencanaan terhadap media yang akan
pembelajaran; dan (4) Angket skala Likert, digunakan dan sumber belajarnya. Penyusunan
dimaksudkan untuk mengetahui tanggapan perangkat pembelajaran yang baik akan
guru dan siswa terhadap model alat evaluasi meningkatkan kualitas keterlaksanaan proses
keterampilan abad 21 dalam pembelajaran pembelajarannya. Sahidu et al (2018)
yang telah dilaksanakan. mengungkapkan bahwa penggunaan
Terdapat beberapa jenis data dalam perangkatan pembelajaran yang baik,
penelitian yaitu: data hasil tes keterampilan menciptakan pembelajaran yang baik pula,
abad 21, serta tanggapan guru dan siswa sehingga diharapkan dapat meningkatkan
terhadap instrumen yang dikembangkan. Data keefektifan dan kualitas pembelajaran.
yang bersifat kualitatif dianalisis secara Kualitas pembelajaran tentunya juga
deskriptif untuk menemukan kecenderungan- berdampak pada hasil belajar siswa. Widodo
kecenderungan yang muncul pada saat & Joko (2015) menyatakkan bahwa proses
penelitian sedangkan data kuantitatif dianalisis pembelajaran dapat dilakukan dengan baik,
dengan uji statistik. Teknik pengolahan data benar, tepat, dan berhasil optimal jika guru
untuk menjawab setiap pertanyaan penelitian memiliki strategi pembelajaran yang dapat
disesuaikan dengan jenis dan karakteristik membantu siswa mengoptimalkan proses
datanya. pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut
dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa pada
HASIL DAN PEMBAHASAN abad 21 ini.
Berdasarkan dokumen perangkat
Perangkat pembelajaran merupakan pembelajaran yang telah dianalisis dapat
seperangkat alat atau perlengkapan untuk diketahui bahwa secara umum guru telah
melaksanakan proses pembelajaran. Perangkat mampu membuat perangkat pembelajaran
pembelajaran menjadi pegangan bagi pendidik untuk pembelajaran masing-masing. Analisis
untuk melakukan kegiatan pembelajaran. pada beberapa aspek terkait perangkat tersebut
Penyusunan perangkat pembelajaran memberikan gambaran yang lebih detail
merupakan bagian dari rencana proses terkait profil perangkat pembelajaran yang
pembelajaran. Rencana pembelajaran dibuat guru tersebut, sebagaimana dapat dilihat
dirancang dalam bentuk silabus, RPP beserta pada Tabel 1, 2, dan 3.

Tabel 1. Rata-Rata Penilaian RPP Guru IPA Pada Setiap Aspek


No Aspek yang dinilai Rata-rata Kategori
1 Penyusunan dan pengembangan kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, 4.80 Sangat Baik
dan indikator pencapaian kompetensi
2 Penyajian dan pengembangan materi pembelajaran yang relevan 4.60 Sangat Baik
3 Metode, model, dan pendekatan, serta media pembelajaran yang 4.20 Baik
digunakan
4 Penyusunan kegiatan/langkah pembelajaran sesuai sintaks 4.10 Baik

Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat pembelajaran agar cukup jelas dalam


diketahui bahwa secara umum RPP yang menunjukkan kecakapan abad 21 yang harus
dibuat guru dalam kategori baik hingga sangat dimiliki peserta didik. Guru juga sudah
baik. Guru sudah mampu menentukan jenis mampu mengembangkan IPK agar dapat
kecakapan abad 21 yang akan dikembangkan mencapai KD dan dapat mengembangkan
sesuai dengan kompetensi dasar (mengacu karakter kecakapan/lifeskills abad 21 (HOTS).
pada semua komponen 4C/4K atau sebagian Materi yang dikembangkan juga sudah sesuai
komponen) serta dapat merumuskan tujuan dengan karakteristik KD. Hal ini dapat dilihat
103
JPPIPA: 5(1), Januari 2019
pula dari struktur penyajian materi dalam RPP dikembangkan masih belum menyertakan
yang sudah sesuai prosedur (ada fakta, konsep, model yang relevan dengan materi yang akan
prosedural, dan metakognitif). diajarkan. Begitupun halnya dengan pemilihan
Meskipun demikian, beberapa guru media yang digunakan sesuai dan dapat
masih perlu diberikan pembekalan yang cukup mendukung tercapainya peningkatan
terkait pemilihan metode, model, dan kecakapan abad 21 dari LOTS menuju HOTS.
pendekatan pembelajaran sesuai dengan Secara umum skenario pembelajaran sudah
pembelajaran abad 21 bagi peserta didik mencakup kegiatan pendahuluan, inti, dan
melalui penerapan pendekatan saintifik, penutup, serta sudah sesuai tujuan
pembelajaran berbasis masalah, penyelesaian pembelajaran yang dikembangkan. Alokasi
masalah, dan pembelajaran berbasis projek. waktunya masih perlu penyesuaian pada
Beberapa diantara perangkat yang beberapa dokumen sehingga lebih rasional.

Tabel 2. Rata-Rata Penilaian Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)


No Aspek yang dinilai Rata-rata Kategori
1 Materi mengacu pada RPP yang dikembangkan dan sesuai dengan 4.75 Sangat Baik
karakteristik model yang digunakan.
2 Aktivitas yang dilakukan sesuai sintaks model pembelajaran dan 4.15 Baik
memperlihatkan aktivitas HOTS.
3 Bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang baik dan benar. 4.80 Sangat Baik
4 Alokasi waktu sesuai dengan permasalahan yang ada pada LKPD. 4.35 Baik
5 Dukungan gambar dan ilustrasi yang sesuai 3.50 Cukup

Pada dokumen LKPD yang dengan jelas sehingga tidak menimbulkan


dikembangkan guru, secara umum sudah penafsiran ganda. Penggunaan bahasa yang
sesuai dengan indikator pencapaian sederhana membantu peserta didik untuk
kompetensi yang diharapkan, setiap LKPD mengerti maksud dan tahapan yang
sudah disertai rangkuman materi dan diharapkan.
permasalahan yang ditampilkan mampu Pada aspek LKPD ini yang masih perlu
meningkatkan kecakapan abad 21 (HOTS). disempurnakan yaitu pada aspek dukungan
Langkah-langkah mengerjakan LKPD ilustrasi dan gambar yang sesuai materi yang
memberikan kesempatan untuk meningkatkan dikerjakan, alokasi waktu perlu disesuaikan
kecakapan abad 21 peserta didik. Kalimat dengan tingkat permasalahan dan aktivitas
yang digunakan dalam LKPD sudah dibuat peserta didik.

Tabel 3. Rata-Rata Penilaian Alat Evaluasi Hasil Belajar


No Aspek yang dinilai Rata-rata Kategori
1 Memenuhi prinsip-prinsip dasar penilaian. 4.70 Sangat Baik
2 Butir soal dapat mengukur kecakapan/lifeskill sesuai kemampuan yang 3.25 Cukup
diharapkan oleh pembelajaran abad 21 (HOTS)
3 Bahasa yang digunakan adalah baik dan benar. 4.80 Sangat Baik
4 Pertimbangan pada sebaran soal, Alokasi Waktu 4.05 Baik

Pada aspek yang terakhir yaitu alat cukup komunikatif, menggunakan bahasa yang
evaluasi yang dikembangkan guru, dapat baik dan benar serta tidak menimbulkan
diketahui beberapa informasi penting penafsiran ganda.
diantaranya bahwa instrumen yang Pada aspek ini secara umum, dokumen
dikembangkan tersebut memenuhi prinsip- butir soal yang dibuat guru sebagian besar
prinsip penilaian, penyajiannya sudah sesuai hanya mengukur LOTS, beberapa diantaranya
dengan aturan kurikulum, serta pertimbangan sudah hampir pada tingkat pengukuran HOTS.
pada kesesuaian antara indikator pencapaian Butir soal telah mencakup masing-masing dari
kompetensi yang diharapkan dengan instrumen tiap indikator kecakapan yang diharapkan,
yang digunakan. Kalimat dalam soal-soal hanya pada beberapa bagian ada materi

104
JPPIPA: 5(1), Januari 2019
tertentu yang tidak diujikan sama sekali, kurikulum 2013, tetapi guru belum mampu
pertimbangan pada bentuk soal yang bervariasi menyusun perangkat pembelajaran yang
masih perlu ditekankan. bertujuan untuk meningkatkan kemampuan di
Pencapaian keterampilan abad ke 21 abad 21 seperti kemampuan berpikir tingkat
dilakukan dengan memperbaiki kualitas tinggi. Menurut Brookhart (2010) siswa dapat
pembelajaran, membantu siswa partisipasi dikatakan memiliki kemampuan berpikir
aktif, menekankan pada pembelajaran berbasis tingkat tinggi jika siswa dapat dengan lugas
proyek/masalah, mendorong kerjasama dan mengemukakan gagasannya, merefleksikan
komunikasi, meningkatkan keterlibatan dan pengetahuan di kehidupan sehari-hari dan
motivasi siswa, mengembangkan kreativitas membuat suatu keputusan.
dan inovasi dalam belajar, menggunakan Salah satu kemampuan guru yang
sarana prasarana pembelajaran yang tepat, harus dimiliki dan menjadi bagian yang
mendesain aktivitas belajar yang relevan penting adalah kemampuan membuat dan
dengan dunia nyata, memberdayakan mengembangkan alat evaluasi hasil belajar
metakognisi, dan mengembangkan siswa. Beberapa permasalahan yang terjadi
pembelajaran yang berpusat pada siswa. terkait rendahnya kemampuan berpikir siswa
Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa adalah tes yang dilaksanakan untuk mengukur
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kemampuan tersebut masih belum layak.
dapat dilakukan dengan upaya meningkatkan Sebagian besar guru belum mampu menyusun
kualitas perangkat pembelajarannya. Secara alat evaluasi yang dapat mengukur
umum guru IPA dapat menyusun perangkat keterampilan pada abad 21. Sebagain soal
pembelajaran dengan lengkap. Hasil penelitian yang disusun oleh guru masih sederhana yaitu
Rahman (2013) menyatakan bahwa rata-rata tergolong low order thinking skill (LOTS).
guru IPA mampu mengelola pembelajaran Kemampuan guru membuat soal high oder
dengan cukup baik yang meliputi perancangan thinking skill (HOTS) masih rendah. Guru
dan pelaksanaan pembelajaran. Pada seringkali menyepelekan pembuatan soal
implementasi kurikulum saat ini, guru masih ulangan yang sebenarnya sangat
mengalami banyak kesulitan dalam berpengaruh untuk mengukur tingkat
mengefektifkan waktu pembelajaran. Guru pencapaian siswa dan keberhasilan guru
belum mampu mengalokasikan pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran.
dengan baik, membagi waktu ke dalam fase- Pratiwi (2015) mengungkapkan bahwa rata-
fase pada sintaks model pembelajaran yang rata guru IPA belum mampu menyusun soal
digunakan. Beberapa kegiatan masih HOTS dengan baik. Hasil penelitiannya
dilakukan berulang kali, sehingga sintaks menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam
model pembelajaran tidak berjalan secara membuat soal HOTS masih sangat kurang baik
sistematis. Collins (2014) mengungkapkan yaitu berkisar 1,1% saja, sedangkan
bahwa guru memiliki kemampuan berpikir kemampuan guru dalam membuat soal LOTS
yang baik tentang konsep pembelajaran, sudah sangat baik yakni 98,9%.
namun tanpa perencanaan yang baik tentu Beberapa permasalahan yang juga
tidak akan meghasilkan hasil yang optimal. sering kali ditemukan pada proses
Hasil penelitian pada indikator pembelajaran salah satunya adalah tentang
melaksanakan pembelajaran IPA yang media pembelajarannya. Media yang
dilakukan guru hanya berada pada kategori digunakan dalam proses pembelajaran masih
sedang. Padahal yang diinginkan adalah guru tergolong sederhana dan monoton, sehingga
mampu menggunakan mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
berbagai pendekatan guna meningkatkan hasil masih belum optimal. Guru sebagai komponen
belajar siswa. Pratiwi, et al (2015) penting dalam pembelajaran belum mampu
mengungkapkan bahwa beberapa guru sudah mengembangkan dan menggunakan media
mampu menyusun perangkat pembelajaran pembelajaran dengan baik. Secara umum
dengan memenuhi karakteristik perangkat penggunaan media pembelajaran yang tepat
yang baik, serta telah sesuai dengan petunjuk akan mampu meningkatkan motivasi siswa
penyusunan perangkat pembelajaran dalam belajar. Gunawan et al (2017)

105
JPPIPA: 5(1), Januari 2019
mengungkapkan bahwa penggunaan model pembelajaran dengan pendekatan saintifik
dan media pembelajaran yang tepat akan dapat terhadap sikap disiplin menyatakan bahwa ada
meningkatkan penguasaan konsep siswa dan hubungan yang linear antara keaktifan dan
kemampuan siswa dalam berpikir kreatif. kemampuan. Hal ini menunjukkan bahwa
Abad 21 membawa perubahan yang pesat semakin tinggi keaktifan siswa maka akan
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan semakin tinggi keterampilan berpikir tingkat
teknologi. Oleh karena itu salah satu tuntutan tinggi (HOTS) siswa yang akan dia capai.
pembelajaran abad 21 adalah integrasi
teknologi sebagai media pembelajaran. KESIMPULAN
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
untuk mendukung keterampilan abad 21 perlu Berdasarkan hasil penelitian dan
adanya inovasi baru terhadap media interpretasinya dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran yang akan digunakan. Salah secara umum RPP yang dibuat guru dalam
satunya adalah media pembelajaran yang kategori Sangat Baik pada aspek penyusunan
berbasis ICT. Pada era baru di abad 21 ini dan pengembangan kompetensi dasar, tujuan
teknologi informasi, kemampuan berpikir pembelajaran, indikator pencapaian
tinggi sangat penting bagi siswa untuk kompetensi, serta penyajian materi yang
menguasai pengetahuan dan berkontribusi relavan, sedangkan pada aspek pemilihan
terhadap pembangunan masyarakat modern. metode dan model pembelajaran masih dalam
Menurut Lombardi (2007) pembelajaran untuk kategori baik. Pada dokumen LKPD yang
abad 21 harus didukung oleh pengembangan dikembangkan guru, secara umum sudah
teknologi karena efektif dalam memberikan sesuai dengan indikator pencapaian
pengalaman belajar yang bermakna positif. kompetensi yang diharapkan, setiap LKPD
Dalam mewujudkan pembelajaran abad sudah disertai rangkuman materi dan
21, siswa harus diasah untuk mampu berpikir permasalahan yang ditampilkan mampu
tinggkat tinggi yang meliputi aspek meningkatkan kecakapan abad 21 (HOTS).
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta Langkah-langkah mengerjakan LKPD
pada taksonomi Bloom. HOTS dapat memberikan kesempatan untuk meningkatkan
ditingkatkan melalui keterampilan proses yang kecakapan abad 21 peserta didik. Kalimat
baik dalam pembelajaran. Guru sebagai yang digunakan dalam LKPD sudah dibuat
evaluator harus dapat mengukur dengan baik dengan jelas sehingga tidak menimbulkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswanya. penafsiran ganda. Pada aspek alat evaluasi
Oleh karena itu, untuk menilai siswa dapat yang dikembangkan guru, dapat diketahui
menunjukkan penguasaan terhadap beberapa informasi penting diantaranya bahwa
pembelajaran, guru perlu merencanakan item instrumen yang dikembangkan tersebut
penilaian yang memungkinkan siswa untuk memenuhi prinsip-prinsip penilaian,
menggunakan semua keterampilan tingkat penyajiannya sudah sesuai dengan aturan
tinggi: analisis, evaluasi, dan kreasi (aspek kurikulum, serta pertimbangan pada
tingkat tinggi Taksonomi Bloom); alasan kesesuaian antara indikator pencapaian
logis; penilaian dan pemikiran kritis; kompetensi yang diharapkan dengan instrumen
penyelesaian masalah; dan kreativitas dan yang digunakan. Pada aspek ini secara umum,
pemikiran kreatif atau kemampuan yang sesuai dokumen butir soal yang dibuat guru sebagian
dengan tagihan abad 21(Collins, 2014). Yuniar besar hanya mengukur LOTS, beberapa
et al (2015) mengungkapkan bahwa dalam diantaranya sudah hampir pada tingkat
pengembangan soal HOTS harus pengukuran HOTS.
memperhatikan kriteria pengembangannya.
Beberapa temuan riset tentang alat evaluasi SARAN
HOTS mampu mendukung keterampilan abad
21. Pratiwi et al (2015) mengungkapkan Beberapa rekomendasi dari penelitian
bahwa instrumen HOTS efektif dalam kami yaitu masih perlunya penyegaran
meningkatkan keberhasilan pembelajaran. pengetahuan guru terkait pemilihan metode,
Hasil analisis pengaruh HOTS dalam model, media dan pendekatan pembelajaran

106
JPPIPA: 5(1), Januari 2019
sesuai dengan pembelajaran abad 21 bagi Kemdikbud. 2016. Panduan Penilaian oleh
peserta didik. Terkait LKPD yang Pendidik dan Satuan Pendidikan.
dikembangkan guru, masih perlu Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP
disempurnakan khususnya yang terkait Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dukungan ilustrasi dan gambar yang sesuai dan Menengah.
materi yang dikerjakan, alokasi waktu masih
perlu disesuaikan dengan tingkat permasalahan Kunandar. 2015. Penilaian Autentik (Penilaian
dan aktivitas peserta didik. Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013).
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Lai, E.R., & Viering M. 2012. Assessing 21st
Binkley, M., Erstad, O., Herman, J., Raizen, Century Skills: Integrating Research
S., Ripley, M., & Rumble, M. 2010. Findings. Vancouver, B.C: National
Defining 21st century skills. Council on Measurement in
Assessment and teaching of 21st Education.
century skills draft white paper. The
University of Melbourne. Lombardi, M. M. 2007. Authentic learning for
the 21st century: An overview.
Brookhart, S. M. 2010. How to assess higher- Educause learning initiative, 1(2007),
order thinking skills in your 1-12.
classroom. ASCD.
NC State University. 2014. Higher-order
Collins, R. 2014. Skills for the 21st Century: Skills in Critical and Creative
teaching higher-order thinking. Thinking. USA: North Carolina State
Curriculum & Leadership Journal, Quality Enhancement Plan.
12(14).
Partnership for 21st Century Skills. 2009.
Darling-Hammond, L. 2012. Policy Assessment: A 21st Century Skills
Frameworks for New Assessments., Implementation Guide.
dalam Grifin, P., Care, E., & McGaw,
B. (Eds), Assessment and Teaching of Pratiwi, I. H. (2015). Kemampuan Guru Mata
21st Century Skills (pp 301-339). Pelajaran Ipa Dalam Pembuatan
London: Springer. Soal HOT (Higher Order Thinking)
Dan Kesesuaian Penulisan Soal Di
Greenstein, L. 2012. Assessing 21st Century Smp Negeri 1 Kragan Rembang
Skills. A Guide to Evaluating Mastery (Doctoral dissertation, Universitas
and Authentic Learning. United State Muhammadiyah Surakarta).
of America: SAGE Publication.
Pratiwi, U., & Fasha, E. F. 2015.
Gunawan, G., Sahidu, H., Harjono, A., & Pengembangan Instrumen Penilaian
Suranti, N. M. Y. (2017b). The Effect HOTS Berbasis Kurikulum 2013
of Project Based Learning with Terhadap Sikap Disiplin. Jurnal
Virtual Media Assistance on Student's Penelitian dan Pembelajaran IPA,
Creativity in Physics. Cakrawala 1(1), 123-142.
Pendidikan, 36 (2)
Rahman, M. H. (2013). Pedagogical
Kemdikbud. 2017. Implementasi CompetenceJunior High School
Pengembangan Kecakapan Abad 21 Science Teacher. In Proceedings of
dalam Perencanaan Pelaksanaan the 2nd International Seminar on
Pembelajaran (RPP). Jakarta: Quality and Affordable Education
Direktorat Pembinaan SMA (ISQAE 2013) (pp. 383-388).
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah. Sahidu, H., Gunawan, G., Rokhmat, J., &
Rahayu, S. 2018. Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Fisika
107
JPPIPA: 5(1), Januari 2019
Berorientasi Pada Kreativitas Calon Innovation of Vocational Technology
Guru. Jurnal Pendidikan Fisika dan Education, 11(1).
Teknologi, 4(1), 1-6.
Yuniar, M., Rakhmat, C. R., & Saepulrohman,
Wade, C. 1995. Using Writing to Develop and A. 2015. Analisis HOTS (High Order
Assess Critical Thinking. Teaching of Thinking Skills) pada Soal Objektif
Psychology, 22 (1): 24-28. Tes dalam Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas V SD
Widodo, G., & Joko, J. 2015. Pengembangan Negeri 7 Ciamis. PEDADIDAKTIKA:
Dan Implementasi Perangkat Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru
Pembelajaran Berbasis Proyek. Sekolah Dasar, 2(2), 187-195.

108

You might also like