You are on page 1of 16

AKTUALISASI DIRI CALON GURU BAHASA INGGRIS DALAM 21ST

CENTURY LEARNING

AGNES SIWI PURWANING TYAS


Prodi Bahasa Inggris Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada
Email: agnesiwi@ugm.ac.id

Abstract:
Language teaching in the 21st century should accommodate various skills that must be acquired by
the students which include skills to analyze and solve problems, create and innovate, think
critically, collaborate, and communicate. Language teachers should also integrate information and
communication technology in the learning process to improve the quality of learning instruction
and help to reach those learning goals. Addressing these challenges, teachers as well as teacher
candidates need to develop their qualities and keep updating their knowledge. Teaching training
program in the university therefore offer courses and programs to improve the competence and
skills of the teacher candidates. English Program of Vocational College of Universitas Gadjah Mada
also offer similar training although it is not extensively implemented since it only covers the
introductory foundation for language teaching. Nevertheless, the students successfully
demonstrate their teaching potentials and self-actualize themselves as teachers. The results of
questionnaire, observation, and reflection show that the teacher candidates actualize their
potentials as decision maker, designer, manager, learning facilitator, motivator, as well as creative,
reflective, technology-literate, self-efficacious, and communicative teacher.

Key words: language teaching, 21st century learning, self-actualization

Intisari:
Pengajaran bahasa di abad 21 harus mengakomodasi beragam keterampilan yang harus dikuasai
oleh mahasiswa, seperti misalnya keterampilan menganalisis dan memecahkan masalah, mencipta
dan berinovasi, berpikir kritis, berkolaborasi, dan bekomunikasi. Pengajar bahasa juga harus
mengintegrasikan informasi dan teknologi komunikasi dalam proses belajar mengajarnya untuk
meningkatkan kualitas instruksi belajar dan membantunya mencapai tujuan pembelajaran
tersebut. Dalam menyikapi tantangan ini, pengajar dan calon pengajar perlu untuk
mengembangkan kualitasnya dan memperbaharui pengetahuan-pengetahuannya. Oleh karenanya
program pelatihan pengajar di universitas menawarkan pelatihan-pelatihan dan program-program
untuk meningkatkan kompetensi dan keterampilan calon pengajar. Program Diploma Bahasa
Inggris di Sekolah Vokasi UGM juga menawarkan pelatihan serupa meskipun tidak
diimplementasikan secara ekstensif karena hanya meliputi fondasi perkenalan dari pengajaran
bahasa. Meski demikian, mahasiswa berhasil mendemonstrasikan potensi-potensi mengajar
mereka dan mengaktualisasi diri mereka sebagai pengajar. Hasil dari kuesioner, observasi dan
refleksi menunjukkan bahwa calon-calon pengajar mengaktualisasikan potensi mereka sebagai
pengambil keputusan, perancang, pengelola, fasilitator pembelajaran, motivator, demikian juga
sebagai pengajar yang kreatif, reflektif, peka teknologi, mandiri dan komunikatif.

Kata kunci: pengajaran bahasa, pembelajaran di abad 21, aktualisasi diri

Jurnal Lingua Aplicata Volume 1, Nomor 1 September 2017


1
Pendahuluan mereka harus memiliki kompetensi dan

Perkembangan teknologi kualifikasi untuk mampu mengajarkan

informasi serta pemenuhan kebutuhan bahasa Inggris sesuai dengan kurikulum

akan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang memenuhi standard internasional.

yang diperlukan di era modernisasi Untuk menjawab tantangan dan

menjadi tantangan dan peluang bagi guru kebutuhan dunia global, guru sebagai

dalam melaksanakan proses pengajaran pendidik memiliki peranan penting dan

bahasa, terutama dalam tanggung jawab yang besar untuk

mengintegrasikan teknologi informasi membekali peserta didik dengan

sebagai media dan sumber pembelajaran. keterampilan yang diperlukan dalam era

Di Indonesia, walaupun belum digunakan modern khususnya keterampilan

seluas dan seintegratif negara maju di berkomunikasi. Selama menempuh

dunia, teknologi pendidikan sudah studinya di program pendidikan dan

banyak dikembangkan dan diaplikasikan pelatihan guru, mahasiswa sebagai calon

di sekolah-sekolah dan institusi-institusi guru bagi generasi masa depan

pendidikan, tidak terkecuali dalam membekali diri dengan ilmu, sikap, dan

pembelajaran bahasa, khususnya dalam keterampilan untuk mencapai

pembelajaran bahasa Inggris. Learning kompetensi dan kualifikasi tenaga

Management System (LMS) dan open pendidik yang profesional. Maka dari itu,

learning software dapat dikembangkan proses pendidikan dan pelatihan guru di

dan digunakan untuk meningkatkan universitas perlu mengembangkan

efektivitas dan kualitas pembelajaran kompetensi akademik, kompetensi

bahasa. Pemerintah juga telah pedagogik dan kualitas personal calon

mengalokasikan dana untuk guru melalui matakuliah yang meliputi

pengembangan teknologi pendidikan metodologi pengajaran, psikologi

tersebut. Selain penggunaan teknologi pengajaran, desain pengajaran, dan

dalam pengajaran bahasa, tren praktek mengajar (UNESCO, 2006).

penggunaan buku teks terbitan luar Matakuliah tersebut memberikan

negeri dalam pengajaran bahasa Inggris peluang bagi para calon guru untuk

di kota-kota besar di Indonesia juga mengaktualisasikan diri sesuai dengan

menjadi tantangan bagi guru karena pemahaman mereka mengenai profil

Jurnal Lingua Aplicata Volume 1, Nomor 1 September 2017


2
tenaga pendidik profesional yang guru, sesama pembelajar, media
terbentuk selama proses tersebut. pembelajaran, dan sumber pembelajaran
Penelitian ini bertujuan untuk melihat baik dalam synchronous maupun
bagaimana calon guru asynchronous learning. Menurut Steven
mengaktualisasikan diri mereka sesuai (2011) dalam 21st century learning, guru
dengan ekspektasi, peluang, dan dapat mengaplikasikan metode
tantangan dalam 21st century learning pembelajaran yang mengintegrasikan
yang mewujud dalam praktek teknologi untuk membuat konten dan
pedagogiknya. proses pembelajaran bahasa lebih
informatif, mudah diakses, dan
Pengajaran Bahasa dalam 21st Century
melibatkan siswa untuk aktif Berbagai
Learning
Kemajuan dan inovasi dalam 21st open learning software dan learning
century learning membawa wajah baru management system seperti Moodle,
bagi dunia pendidikan yang ditandai Edmodo, Blackboard, dan Schoology
dengan perubahan pada peran menawarkan berbagai fitur interaktif
pembelajar, peran pengajar, dan proses untuk mendukung proses pengajaran
pembelajaran itu sendiri. Memasuki 21st bahasa Inggris.
century learning, transformasi dalam Selain penggunaan teknologi
dunia pendidikan mempengaruhi konten, dalam metode pengajaran, aktifitas
proses, dan luaran pembelajaran. Cator pembelajaran bahasa dalam 21st century
(Rich, 2010) menyebutkan bahwa 21st learning juga meliputi proses discovery
century learners harus mengembangkan and exploration dan discovery and
kemampuan komunikasi interpersonal creation (Blaire, 2012). Setelah melalui
dalam dunia global yang dinamis, proses eksplorasi terhadap konten atau
kompleks, dan selalu terhubung. Hal ini materi pembelajaran, siswa dapat
mendukung integrasi teknologi dalam menemukan konsep pengetahuan yang
pendidikan karena media pembelajaran di antaranya meliputi tata bahasa, tata
juga harus disesuaikan dengan bunyi, fungsi bahasa, dan diksi.
kebutuhan di abad ke-21. Akses terhadap Pemahaman tersebut yang selanjutnya
teknologi informasi memungkinkan akan diterapkan untuk memproduksi
pembelajar untuk terhubung dengan bahasa yang tepat sesuai dengan kaidah

Jurnal Lingua Aplicata Volume 1, Nomor 1 September 2017


3
gramatika, kaidah bunyi, dan fungsinya. aktualisasi diri karena dalam proses
Keterlibatan aktif siswa dalam seluruh aktualisasi diri, berarti ada potensi pribadi
proses pembelajaran berdampak pada yang perlu dihadirkan, dimunculkan, dan
perubahan peran siswa. Menurut Rich, diaktualisasikan secara optimal (Maslow,
proses pembelajaran serupa diperlukan 1971, hal. 46). Potensi ini mewujud dalam
untuk membangun kompetensi dan bentuk penguasaan materi
keterampilan siswa yang diperlukan di pembelajaran, penggunaan metode
era modernisasi; kemampuan berkreasi pengajaran, interaksi dengan siswa,
dan berinovasi, kemampuan berpikir pengelolaan kelas, dan kemampuan
kritis, kemampuan menganalisa dan mengevaluasi hasil belajar.
memecahkan masalah, keterampilan Menurut Maslow (1971, hal. 42,)
berkomunikasi, dan bekerjasama aktualiasasi diri dapat digambarkan
(Partnerships for 21st Century Learning, sebagai pengabdian diri dan usaha untuk
2016). meraih hal yang berharga bagi dirinya.
Oleh karena itu, aktualisasi diri calon guru
Aktualisasi Diri
diwujudnyatakan dalam ketekunan dan
Selama proses praktek
usahanya untuk mengembangkan
pengajaran dan perkuliahan, para calon
potensi diri selama proses studi dan
guru membekali diri dengan
pelatihan calon guru di universitas.
pengetahuan dan kemampuan praktis
Dalam proses tersebut sebenarnya
untuk melaksanakan proses
mereka juga sedang membangun prinsip,
pembelajaran yang efektif yang
nilai, dan karakter yang dapat
diantaranya meliputi mempersiapkan
menentukan bagaimana para calon guru
silabus, rencana pembelajaran, media,
tersebut akan mengajar dan
dan materi, menyusun aktivitas belajar
mendampingi siswa di sekolah. Hal ini
yang sesuai dengan tujuan dan konten
yang mendasari pentingnya
pembelajaran, mengelola kelas,
memaksimalkan proses aktualisasi diri
membangun interaksi dengan siswa, dan
para calon guru sebagai landasan untuk
membuat instrumen evaluasi. Melalui
mewujudkan profesionalisme mereka di
tindakan-tindakan tersebut, mereka
dunia pendidikan.
memformulasikan ilmu pengetahuan dan
hasil pemikiran sebagai tindakan

Jurnal Lingua Aplicata Volume 1, Nomor 1 September 2017


4
Metodologi matakuliah-matakuliah di universitas

Penelitian ini dilaksanakan di mendukung proses aktualisasi diri

Program Studi Diploma III Bahasa Inggris, mereka.

Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada.


Pendidikan Guru dan Aktualisasi Diri
Program Studi Bahasa Inggris
Calon Guru Bahasa Inggris
menawarkan matakuliah khusus untuk
Guru yang profesional adalah guru
bidang pendidikan. Matakuliah-
yang mampu mendidik dengan baik.
matakuliah tersebut membekali
Begitulah yang dituliskan oleh 17
mahasiswa untuk mengembangkan
mahasiswa tersebut untuk mengawali
kompetensi dan keterampilan untuk
refleksi pribadi mereka di awal semester.
mengajarkan bahasa Inggris kepada
Dalam refleksi tersebut mereka
pembelajar usia dini hingga dewasa.
menuliskan bahwa untuk mampu
Mahasiswa juga dapat berlatih
mendidik dengan baik, guru perlu
mengembangkan kursus atau program
menguasai materi yang akan diajarkan,
belajar bahasa Inggris.
menguasai metodologi untuk
Untuk mendapatkan data,
mengajarkan materi tersebut, mengenal
kuesioner diberikan kepada 17 mahasiswa
peserta didik, dan mengelola kelas
semester 6 tahun akademik 2016/2017
dengan baik. Pada semester tersebut,
yang mengambil matakuliah bidang
mereka akan memulai program kuliah
pendidikan bahasa Inggris dan
khusus sesuai bidang pengajaran bahasa
melakukan praktek pengajaran di
Inggris.
sekolah. Mahasiswa ini perlu mengambil
Selama dua semester mereka
beberapa matakuliah paket yang di
mempelajari teori-teori pendidikan dan
antaranya meliputi Desain Proses
mengaplikasikan pengetahuan serta
Pengajaran, Psikologi Pengajaran, dan
keterampilan untuk mengajar bahasa
Microteaching. Kuesioner yang diberikan
Inggris, seperti menyusun silabus dan
pada kelompok mahasiswa tersebut
lesson plan, menyusun materi dan media,
terdiri dari 30 pertanyaan tertutup dan 5
menggunakan metodologi pengajaran
pertanyaan terbuka mengenai potensi
yang efektif, serta menerapkan teori
dan aktualisasi diri mereka sebagai calon
dasar perkembangan siswa, dan teori
guru bahasa Inggris dan bagaimana
psikologi pengajaran. Pengetahuan dan
Jurnal Lingua Aplicata Volume 1, Nomor 1 September 2017
5
keterampilan ini akan digunakan untuk
mempersiapkan dan melaksanakan
program pembelajaran yang membantu
para peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal. Di akhir
semester ganjil tahun akademik
2016/2017 sebelum para mahasiswa
melaksanakan program magangnya di
sekolah, mereka diberikan kuesioner
Hasil kuesioner menunjukkan
untuk mengidentifikasi aktualisasi diri
bagaimana mahasiswa sebagai calon
mereka sebagai calon guru melalui
guru yang kompeten dalam 21st century
kegiatan-kegiatan pengajaran dan
learning ini meningkatkan dan
tindakan-tindakan profesional mereka di
melaksanakan good teaching practice.
sekolah.
Mahasiswa ini telah berupaya untuk
mengembangkan potensi sebagai
pendidik yang profesional agar sesuai
dengan tuntutan, situasi, dan kondisi
pendidikan saat ini. Melalui kuesioner dan
hasil refleksi terhadap pertanyaan yang
diberikan, mereka menggambarkan profil
guru yang kompeten pada masa 21st
century learning ini dan aktualisasi diri
mereka sebagai calon guru bahasa
Inggris yang profesional di abad 21 ini
khususnya dalam tindakan profesional,
strategi, dan metodologi pengajaran.

a. Guru yang reflektif


Seorang guru yang profesional
adalah guru yang selalu merefleksikan
seluruh pengalamannya selama proses

Jurnal Lingua Aplicata Volume 1, Nomor 1 September 2017


6
pengajaran dan mengevaluasi proses proses belajar mengajar sudah berjalan
pengajaran untuk meningkatkan kualitas dengan efektif.
pengajaran dan kompetensi mereka. Salah satu ciri guru yang reflektif
Boon (2011) menyebutkan bahwa praktek adalah memiliki sifat investigatif.
reflektif tersebut merupakan tindakan Menurut Slavin (2005, hal. 14) guru perlu
self-monitoring. Mahasiswa calon guru melakukan studi atau observasi di kelas
mengevaluasi diri secara mandiri selama untuk mengidentifikasi faktor yang
proses pengajaran dengan menuliskan mendukung atau menghambat proses
kegiatan yang telah dilakukan di dalam belajar mengajar. Melalui refleksi yang
kelas, proses yang terjadi selama dilakukan di kelas, hampir seluruh
kegiatan belajar mengajar, faktor yang mahasiswa menyebutkan bahwa mereka
mendukung proses belajar mengajar, dapat merefleksikan pengalaman
kendala dan tantangan dalam proses mengajar mereka melalui lesson report
pengajaran, dan hal yang perlu serta kegiatan observasi pengajaran di
ditingkatkan. Setelah mengajar atau kelas Microteaching maupun di sekolah,
mengikuti kelas, para calon guru tersebut baik observasi atau refleksi mandiri
diberikan kesempatan untuk menuliskan maupun observasi untuk calon guru lain
refleksi dan mengevaluasi diri. Sebagian sebagai peer-observer. Dalam kedua jenis
besar biasanya menuliskan alokasi waktu kegiatan observasi tersebut mahasiswa
untuk proses belajar mengajar, aktivitas merekam dan menuliskan apa yang
yang dilakukan, cara menjelaskan materi, dilakukan oleh guru dalam mengajar,
cara memotivasi siswa, sikap siswa di menganalisa faktor yang mendukung dan
kelas, kendala atau masalah beserta menghambat pembelajaran di kelas, hal
solusi yang dilakukan, serta ketercapaian yang sudah berjalan baik di kelas dan hal
tujuan dan target pembelajaran dalam yang masih perlu ditingkatkan, serta
kegiatan tatap muka di kelas tersebut. solusi yang dapat diberikan. Kedua
Metode refleksi ini yang disebut dengan metode reflektif ini bertujuan untuk
penulisan lesson report. Menurut Richard membantu para calon guru
dan Lockhart (1996, hal. 9) metode ini meningkatkan kemampuan mengajar
berguna untuk memonitor proses belajar mereka.
dan mengajar serta menilai apakah

Jurnal Lingua Aplicata Volume 1, Nomor 1 September 2017


7
Metode self-monitoring yang Wholeheartedness menjadi ciri guru
dilakukan membantu guru maupun calon profesional yang mengabdikan diri
guru untuk mengenali kegiatan sepenuhnya untuk mendidik siswa
pengajarannya secara objektif, mencapai potensi diri.
menganalisa kelebihan dan
b. Guru adalah decision maker
kekurangannya sebagai guru, serta untuk
Hampir seluruh mahasiswa
meningkatkan instruksi pembelajaran
menjawab bahwa mereka adalah decision
bila diperlukan (Richards & Farrell, 2005,
maker. Mereka berpendapat bahwa guru
hal. 37). Proses self-monitoring tersebut
harus dapat mengambil keputusan
dapat dilakukan dalam bentuk tulisan
karena keseluruhan proses belajar
naratif. Mahasiswa secara reguler dan
mengajar merupakan decision-making.
berkelanjutan melaksanakan kegiatan
Dalam proses decision making,
serupa dalam bentuk refleksi mingguan,
pengajaran dapat dibagi menjadi tiga
teaching report, dan peer-observation
fase; planning decisions, interactive
untuk memberikan umpan balik kepada
decisions, dan evaluative decisions
calon guru yang sedang melakukan
(Richards & Lockhart, 1996, hal. 78).
praktek mengajar. Metode pengajaran
Ketika menyusun silabus atau lesson plan,
reflektif ini berbeda dengan kegiatan
para calon guru tersebut harus
mengajar sebagai rutinitas semata
menentukan beberapa hal, misalnya
karena dapat membangun aspek
materi apa yang akan digunakan, metode
openmindedness, responsibility, dan
penyampaian materi, aktivitas yang akan
wholeheartedness sebagai pendidik yang
dilakukan di kelas, dan alokasi waktu
profesional (Grant & Zeichner, 1984, hal.
untuk setiap kegiatan. Hal-hal tersebut
104). Openmindedness menunjukkan
merupakan fase planning decisions yang
keterbukaan guru untuk mendengarkan
dilakukan mahasiswa calon guru
dari sisi yang lain, baik dari rekan pengajar
tersebut.
lain maupun dari siswa sekalipun. Aspek
Interactive decisions dilakukan
kedua adalah responsibility yang
ketika guru harus segera mengambil
membantu guru untuk memperhatikan
keputusan atau tindakan pada saat
pengaruh dari tindakan atau sikap yang
proses belajar mengajar berlangsung
diambil dalam proses pengajaran.
dikarenakan hal yang terjadi di luar
Jurnal Lingua Aplicata Volume 1, Nomor 1 September 2017
8
rencana. Hal serupa biasa terjadi dalam Goodwyn dan Branson (2005, hal.30)
proses pengajaran, misalnya bila terjadi berpendapat bahwa keberhasilan proses
suatu masalah di kelas, seperti murid belajar mengajar ditentukan oleh
yang datang terlambat, tidak pengalaman dan didukung dengan
memperhatikan pelajaran, atau tidak perencanaan yang matang. Hampir
mengerjakan tugas, guru perlu seluruh mahasiswa selalu
mengambil keputusan untuk mempersiapkan proses pembelajaran
menentukan tindakan apa yang akan dengan baik. Sebelum memulai kelas,
diberikan. Sebagai contoh bila ada murid para calon guru tersebut menyusun
yang tidak memperhatikan pelajaran, lesson plan yang menggambarkan
calon guru tersebut mengajak mereka bagaimana proses belajar mengajar di
menyanyi atau mengikuti instruksi agar kelas akan berlangsung. Perencanaan itu
murid fokus kembali pada pelajaran. meliputi konten dan proses pembelajaran
Di akhir proses belajar mengajar, seperti mendeskripsikan keterampilan
para calon guru tersebut selalu yang akan dipelajari oleh siswa dan tujuan
menuliskan lesson report dan yang akan dicapai, mempersiapkan
mendapatkan hasil observasi dari peer- materi yang akan diberikan, menyusun
observer. Dari kedua hasil tersebut, aktivitas yang akan dilakukan dan alokasi
mereka dapat menentukan keefektifan waktu, serta menentukan metode
proses belajar mengajar. Proses inilah pembelajaran dan media yang akan
yang disebut dengan evaluative decisions. digunakan. Keseluruhan perencanaan
Proses ini membantu guru untuk tersebut membentuk karakteristik
memahami permasalahan, melihat situasi intentional teacher yang tindakannya
dari banyak sudut pandang, dilandasi oleh ekpektasi yang jelas
mengaplikasikan pemahaman dan mengenai hasil yang akan dicapai oleh
pengetahuan untuk mengambil tindakan, siswa dan bagaimana siswa akan
bertindak dengan tepat, dan menganalisa mencapai tujuan tersebut (Slavin, 2005,
hasil tindakan (Slavin, 2005, hal. 44). hal. 7)
Selain mempersiapkan lesson
c. Guru adalah designer
plan, para calon guru tersebut juga harus
Sebagai designer, guru
menyusun materi sesuai dengan tujuan
merencanakan proses pembelajaran.
Jurnal Lingua Aplicata Volume 1, Nomor 1 September 2017
9
pembelajaran. Seluruh mahasiswa Aktifitas ini meliputi aktifitas mandiri dan
menyebutkan bahwa mereka merujuk aktifitas dalam grup.
beberapa sumber untuk menyusun Para calon guru ini merencanakan
materi, seperti artikel, buku, dan internet. aktivitas pembelajaran, mulai dari pre-
Menurut Stronge (2007, hal. 58), ada activities sampai dengan post-activities.
beberapa hal yang perlu diperhatikan Dalam hasil observasi di kelas dan
oleh guru ketika menyusun materi dari kuesioner, mahasiswa calon guru ini
sumber-sumber tersebut, yaitu menyebutkan bahwa kegiatan belajar
kesesuaian materi dengan level siswa, mengajar akan dimulai dari aktivitas awal
kesesuaian materi dengan standar atau pre-activities yang biasanya berupa
kurikulum, kesesuaian informasi yang review dan warming-up activities seperi
terkandung dengan materi yang akan games atau songs. Kegiatan warming-up
diberikan, alokasi waktu untuk setiap lebih banyak digunakan ketika mengajar
pertemuan, dan manfaat konten dari siswa Sekolah Dasar dan Taman Kanak
sumber tersebut bagi siswa. Dalam Kanak karena sesuai dengan karakteristik
refleksi mandiri, sebagian besar calon pembelajar. Aktifitas yang melibatkan
guru menyebutkan bahwa mereka dapat seluruh kemampuan audio-visual dan
menyusun materi dengan baik. Ketika kinestetik tersebut lebih mudah
menyusun materi, mereka juga dipahami, ditiru dan diingat oleh siswa.
memperhatikan beberapa hal seperti
d. Guru adalah manager
tujuan yang akan dicapai di akhir
Dalam proses persiapan
pembelajaran serta metode yang akan
pengajaran, para calon guru ini menyusun
digunakan untuk menyampaikan materi
materi dan aktivitas yang terdiri dari pre-
tersebut. Setelah menentukan target
activity, main-activity, dan post activity
yang ingin dicapai, mereka dapat
yang dituliskan dalam lesson plan. Mereka
mempersiapkan materi yang akan
akan melakukan kegiatan pengajaran
membantu siswa untuk mencapai tujuan
sesuai dengan rencana pengajaran yang
pembelajaran tersebut dan menentukan
sudah disusun, termasuk alokasi waktu
kegiatan atau aktivitas yang akan
untuk setiap kegiatan. Dalam kuesioner,
mendukung penyampaian materi dan
sebagian besar mahasiswa calon guru
meningkatkan keterampilan siswa.
yang menyebutkan bahwa mereka
Jurnal Lingua Aplicata Volume 1, Nomor 1 September 2017
10
memiliki manajemen kelas yang baik. yang dilakukan siswa berupa praise,
Karakteristik guru yang memiliki reward, dan punishment. Namun
manajemen yang baik adalah selalu sebelumnya, guru dan siswa perlu
memiliki kesiapan dalam mengajar dan mendiskusikan dan menyepakati
salah satu hal yang menjadi tolok ukur classroom rules untuk mencegah perilaku
kesiapan guru dalam mengajar adalah negatif siswa. Menurut Slavin (2005, hal.
manajemen waktu yang baik (Stronge, 363), guru harus menyampaikan kondisi
2007, hal. 40). Untuk membentuk dan ekspektasi yang diharapkan di kelas.
kedisiplinan dan manajemen waktu, Siswa akan mengikuti instruksi yang
mahasiswa calon guru menerapkan diberikan dan mematuhi aturan yang
prinsip time on task. Mereka menentukan telah disepakati bersama.
waktu yang diperlukan untuk Ketika melaksanakan praktek
mengerjakan suatu tugas atau project mengajar di kelas, mahasiswa tersebut
dan berdiskusi dalam kelompok serta juga memberikan praise dan reward
menyampaikan alokasi waktu tersebut. untuk mengapresiasi perilaku positif
Selama waktu berjalan, siswa melakukan siswa. Stronge menyebutkan bahwa
kegiatan sesuai instruksi dari guru dan membangun perilaku positif siswa dapat
harus mengakhiri kegiatan sesuai dengan menciptakan atmosfer kelas yang positif
waktu yang ditentukan. Pada waktu yang dan kondusif untuk belajar (2007, hal.
bersamaan, guru dapat mengobservasi 40). Dengan memberikan apresiasi
dan mengontrol siswa untuk terhadap perilaku positif siswa, guru
berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. menunjukkan kebiasaan positif yang
Mengaktualisasikan diri sebagai harus dilakukan dan membangun
manager juga berarti memastikan agar kebiasaan siswa untuk berperilaku
proses belajar mengajar berjalan lancar positif.
dan kondusif serta mengkondisikan siswa
e. Guru adalah fasilitator
terlibat dalam proses belajar mengajar.
Ketika melaksanakan praktek
Mereka menyebutkan bahwa guru perlu
mengajar, mahasiswa calon guru
mencegah dan mengatasi perilaku
tersebut mengaktualisasikan diri sebagai
negatif siswa. Yang biasa dilakukan
learning facilitator. Mereka menerapkan
adalah memberikan respon atas tindakan
pola pembelajaran siswa-sentris yang
Jurnal Lingua Aplicata Volume 1, Nomor 1 September 2017
11
berfokus pada partisipasi dan keaktifan adalah agar siswa dapat saling
siswa. Sebagai fasilitator, guru juga bekerjasama dan belajar melalui proses
menggunakan teknik scaffolding. Proses mentoring others dan learning from
pembelajaran yang menggunakan teknik others. Memfasilitasi siswa untuk belajar
atau metode ini dilakukan secara juga dilakukan dengan menyediakan
bertahap untuk membangun sumber belajar (Brown, 2000, hal. 168).
keterampilan, rasa percaya diri, dan Dalam praktek mengajar, para calon guru
kemandirian siswa dalam memproduksi selalu mempersiapkan sumber belajar
bahasa bahasa, Pada fase awal, guru berupa teks, handout, audio, dan media.
berkontribusi penuh dalam memberikan Keseluruhan metode tersebut dapat
penjelasan dan materi. Pada tahap membangun kreatifitas, keterampilan
selanjutnya, guru mengembangkan problem-solving, dan critical-thinking
pemahaman siswa mengenai konten siswa.
pembelajaran melalui kegiatan berupa
f. Guru yang kreatif dan fasih dalam
diskusi dalam kelas maupun dalam grup
teknologi
dan latihan terstruktur sehingga di tahap
Di dalam kuesioner, para calon
akhir siswa mampu berproduksi secara
guru menyebutkan bahwa di era modern
mandiri dan memiliki pengetahuan,
ini, pendidik harus kreatif dalam
konsep, serta keterampilan tertentu.
menyusun materi, aktifitas, serta media
Teknik ini juga sesuai dengan metode
pembelajaran dan pandai dalam
shaping (Slavin, 2005, hal. 146) yang
mengeksplor banyak sumber untuk
melibatkan siswa untuk belajar secara
memperkaya materi, aktifitas, dan media
bertahap dan aktif hingga akhirnya
pembelajaran tersebut sehingga metode
mereka dapat mencapai target
dan kegiatan belajar mengajar menjadi
pembelajaran.
lebih variatif. Sebagai contohnya,
Sebagai fasilitator pembelajaran,
mahasiswa menggunakan metode yang
mahasiswa calon guru tersebut selalu
berbeda-beda seperti songs, games, dan
menerapkan prinsip collaborative
chants serta media pembelajaran yang
learning dengan memberikan
variatif berupa flashcard, gambar, dan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja
real object. Melalui matakuliah desain
dalam grup atau berpasangan. Tujuannya
pembelajaran, calon guru
Jurnal Lingua Aplicata Volume 1, Nomor 1 September 2017
12
mengaplikasikan pengetahuan mereka relasi positif dengan siswa diperlukan
untuk merancang elemen pembelajaran untuk menciptakan iklim kelas yang
tersebut. Teknologi informasi juga positif dan menyenangkan, melibatkan
memudahkan mahasiswa calon guru siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
untuk mengakses materi dan media proses pembelajaran, meningkatkan rasa
pembelajaran. Mahasiswa tersebut percaya diri siswa, dan membangun relasi
menyebutkan bahwa mereka fasih dan positif antara guru dan siswa.
aktif mengakses teknologi informasi Beberapa mahasiswa calon guru
sebagai salah satu referensi materi juga menyebutkan bahwa tindakan dan
pembelajaran dan media pembelajaran. sikap mereka di kelas juga berpengaruh
terhadap iklim kelas. Semangat dan
g. Guru adalah motivator
antusiasme yang mereka tunjukkan
Menurut calon guru tersebut,
ketika melakukan aktifitas pembelajaran
salah satu faktor pendukung
mempengaruhi siswa untuk termotivasi
keberhasilan siswa dalam belajar adalah
mengikuti arahan dan instruksi guru.
iklim positif kelas yang dapat dibangun
Selain kedua hal tersebut, penampilan
melalui relasi positif antara guru dan
guru di kelas juga mempengaruhi
siswa dan antara siswa dengan siswa lain.
motivasi siswa. Apabila guru
Untuk membangun interaksi dengan
berpenampilan baik dan bersemangat,
siswa, para calon guru menggunakan
siswa akan menjadi bersemangat untuk
reinforcement atau suatu teknik untuk
melakukan aktifitas di kelas.
membangun motivasi dan sikap positif
siswa (Slavin 2005, hal. 318). h. Guru yang komunikatif
Reinforcement diberikan melalui praise Menurut mahasiswa calon guru,
seperti ‘Very good!’, ‘Excellent!’, pembelajaran bahasa yang efektif adalah
‘Marvelous!’, atau ‘You are smart!’ dan pembelajaran bahasa yang komunikatif.
challenge untuk membangun partisipasi Hal ini sesuai dengan pendapat Brown
aktif siswa dalam pembelajaran dengan bahwa pembelajaran harus interaktif
ekspresi ‘Who can do this?’, ‘Who can (Brown, 2000, hal. 165). Guru yang
answer this question?’, ‘Who wants to try? komunikatif harus berinteraksi dengan
Raise your hand.’ atau ‘Come in front.’ siswa melalui komunikasi dua arah.
Memberikan motivasi dan membangun Dalam proses pembelajaran, mahasiswa
Jurnal Lingua Aplicata Volume 1, Nomor 1 September 2017
13
calon guru tersebut mengelola Protheroe, 2008). Mahasiswa calon guru
komunikasi yang efektif dengan menyebutkan bahwa mereka memiliki
memberikan pertanyaan dan instruksi keterampilan mengajar yang baik.
yang jelas serta memberi kesempatan Mereka dapat mempersiapkan proses
siswa untuk bertanya atau pembelajaran yang meliputi silabus,
mengungkapkan pendapat. Tujuannya lesson plan, materi, media, dan aktifitas.
adalah agar siswa terlibat secara aktif Persiapan yang baik dan kesiapan
dalam membangun komunikasi efektif di meningkatkan kepercayaan diri
kelas. mahasiswa ketika mengajar.
Mahasiswa juga menyebutkan Rasa percaya diri juga
bahwa selain membangun komunikasi diaktualisasikan dalam sikap dan
yang efektif dengan siswa, guru perlu tindakan mahasiswa calon guru di dalam
memfasilitasi komunikasi antar siswa. kelas. Yang menjadi faktor pendukung
Guru dapat menambah aktifitas yang adalah penguasaan materi dan
melibatkan siswa untuk berinteraksi dan penyampaian materi yang baik.
berkomunikasi dengan siswa lain seperti Mahasiswa berpendapat bahwa mereka
peer work, group work, atau group menguasai materi pelajaran dan mampu
discussion. Aktifitas-aktifitas tersebut menyampaikan materi dengan baik,
juga menunjang proses pemerolehan menarik, dan mudah dipahami. Selain
bahasa sebagaimana keterampilan memiliki kompetensi akademis yang baik,
berbahasa merupakan kefasihan mahasiswa juga menyebutkan bahwa
menggunakan bahasa tertentu untuk mereka dapat mengaplikasikan teori
berkomunikasi secara efektif. yang dipelajari dalam matakuliah
psikologi pengajaran. Dalam evaluasi dan
i. Guru yang percaya diri
refleksi yang dilaksanakan setelah
Salah satu karakter yang perlu
praktek mengajar, para calon guru
dimiliki oleh guru dalam pembelajaran di
menyebutkan bahwa mereka dapat
abad ke 21 ini adalah rasa percaya diri.
melaksanakan proses pembelajaran
Guru perlu membangun kepercayaan diri
sesuai alokasi waktu, mengelola interaksi
bahwa usaha dan tindakan mereka
dan komunikasi di kelas, mengelola
menentukan dan mendukung
aktifitas pembelajaran, dan membangun
keberhasilan siswa (Slavin, 2005, hal. 7;
Jurnal Lingua Aplicata Volume 1, Nomor 1 September 2017
14
iklim positif di kelas. Hal ini sesuai dengan mendukung pencapaian tujuan
pendapat Richard dan Farrel bahwa guru pembelajaran dalam 21st century learning
yang percaya diri selalu membangun tersebut.
persepsi positif terhadap pengetahuan, Mahasiswa mengaktualisasikan
keterampilan, dan sikap yang dimilikinya diri sebagai guru yang reflektif, decision
(2005, hal. 34). maker, designer, manager, fasilitator,
guru yang kreatif dan fasih dalam
Kesimpulan
teknologi, motivator, guru yang
Pendidikan dan pelatihan calon
komunikatif, dan guru yang percaya diri.
guru di universitas dapat menjadi bekal
Metode aktualisasi diri tersebut
bagi mahasiswa calon guru untuk
melandasi tindakan profesional para
membangun kompetensi dan kualifikasi
calon guru yang ditunjukkan melalui
sebagai pendidik yang profesional.
tindakan mereka pada proses persiapan
Matakuliah yang meliputi Desain Proses
sebelum mengajar, ketika mengajar, dan
Pengajaran, Psikologi Pengajaran, dan
setelah mengajar. Keseluruhan proses
Microteaching memberi kesempatan
tersebut menjadi gambaran praktek
kepada mahasiswa mempelajari teori
pengajaran mereka di masa depan sesuai
pengajaran bahasa dan
dengan pemahaman mereka mengenai
mengaplikasikannya dalam praktek
profil guru yang kompeten.
pengajaran di kelas. Melalui kuesioner
dan refleksi pribadi, mahasiswa Referensi
mendeskripsikan aktualisasi diri mereka
Blair, N. (2012). Technology for 21st
dalam 21st century learning yang bertujuan
century learner. Diakses 15 Maret
untuk mengembangkan keterampilan
2017, dari
siswa untuk berpikir kritis, berkreasi,
https://www.naesp.org/sites/default
menganalisa dan memecahkan masalah,
/files/Blair_JF12.pdf
bekerjasama, dan berkomunikasi.
Boon, A. (2011). The reflective teacher:
Perkembangan teknologi informasi juga
Towards self-actualization. The
menyediakan akses mudah serta cepat
Language Teacher 35(4) hal. 27-29
terhadap sumber dan media
Brown, D. (2000). Teaching by Principles
pembelajaran. Oleh karena itu, materi,
(2nd Ed.). New York: Longman
media, dan aktifitas pembelajaran harus
Jurnal Lingua Aplicata Volume 1, Nomor 1 September 2017
15
Grant, C.A. & Zeichner, K.M. (1989). On http://www.edweek.org/tsb/articles/
Becoming a Reflective Teacher. New 2010/10/12/01panel.h04.html
York: Allyn and Bacon Richards, J.C. & Farrel, T.S.C. (2005).
Goodwyn, A. & Branson, J. (2005). Professional Development for
Teaching English. New York: Language Teachers: Strategies for
Routledge Teacher Learning. New York:
Maslow, A.H. (1971). The Farther Reaches Cambridge University Press
of Human Nature. Arkana: Penguin Richards, J.C. & Lockhart, C. (2007).
Books Reflective Teaching in Second
Organization for Economic Co-operation Language Classrooms (15th ed). New
and Development. (2006). 21st York: Cambridge University Press
Century Learning Environments. Slavin, R. (2005). Educational Psychology:
OECD Publishing Theory and Practice (8th Ed.).
Partnerships for 21st Century Learning. Pearson Education
(2016). Framework for 21st century Steven, M. (2011). 21st Century Learner.
learning. Diakses 10 April 2017, dari National Education Association.
www.P21.org Diakses 10 Februari 2017 dari
Protheroe, N. (2008). Teacher efficacy: http://www.nea.org/home/46989.ht
What is it and does it matter?. m
Principal. Diakses 10 April 2017 dari Stronge, J.H. (2007). Qualities of Effective
https://www.naesp.org/.../1/.../Teach Teacher. Alexandria: ASCD.
er_Efficacy Trilling, B. & Fadel, C. (2009). 21st Century
_What_is_it_and_Does_it_Matter.p Skills. San Fransisco: Wiley
df UNESCO. (2006). Teachers and
Rich, E. (2011). How do You Define 21st Educational Quality: Monitoring
Century Learning? Diakses 10 Global Needs for 2015. Montreal:
Februari 2017 dari UNESCO

Jurnal Lingua Aplicata Volume 1, Nomor 1 September 2017


16

You might also like