You are on page 1of 11

PUTERI HIJAU: Jurnal Pendidikan Sejarah, 8 (1) (2023): 12-22

DOI: 10.24114/ph.v8i1. 40438

PUTERI HIJAU: Jurnal Pendidikan Sejarah


Available online http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/ph

PENDEKATAN PARADIGMA PEDAGOGIK REFLEKTIF


DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK
MENINGKATKAN KOMPETENSI 4C DI ABAD 21

Debi Setiawati1, Fatmawati2


Program Studi Pendidikan Sejarah dan Sosiologi, Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial
Humaniora, IKIP Budi Utomo Malang1,2

matahariok9@gmail.com1, fatma.pssbu@gmail.com2

Accepted: 3 Desember 2022 Published: 17 Januari 2023

Abstract

Learning challenges in the era of globalization are expected to produce human resources who have
complete competence to face world competition. For this reason, 21st century competency skills are
needed for students including critical thinking and problem solving skills, Communication Skills,
Creativity And Innovation Skills, and Collaboration Skills (4C). The role of the teacher in learning
history is very decisive in the formation of 21st century skills. Teachers must be able to develop
learning media, learning models and learning methods that are innovative and contextual, so as to
foster historical awareness. This article aims to describe and inform the reflective pedagogic
paradigm approach that can be used as a model of history learning approach in fulfilling 21st century
competency skills. Learning in the era of globalization is oriented towards data collection, data
analysis, problem solving and collaboration. The reflective pedagogic paradigm can be used as an
approach to learning history that can develop students to become fully human beings both in
Competence conscience and Compassion (compassion for others) so that they can respond to
educational challenges in the era of globalization.

Key Words: Reflective Pedagogic Paradigm, learning history, Competency 4C

How to Cite: Setiawati. D, Fatmawati. (2023). Pendekatan Paradigma Pedagogik Reflektif Dalam
Pembelajaran Sejarah Untuk Meningkatkan Kompetensi 4C Di Abad 21. Puteri Hijau:
Jurnal Pendidikan Sejarah (8-18)
*Corresponding author: ISSN 2085-482X (Print)
matahariok9@gmail.com ISSN 2407-7429 (Online)

12
dikarenakan peran guru sejarah yang belum
INTRODUCTION
memahami akan tugas dan tanggung jawab
Era society 5.0 merupakan konsep
dengan baik. Untuk itu guru sejarah perlu untuk
masyarakat yang berpusat pada manusia serta
mengembangkan diri serta mengembangkan
berbasis pada teknologi dalam menyelesaikan
stretagi pembelajaran yang lebih inovatif sesuai
berbagai tantangan dan permasalahan sosial
dengan karakteristik dan kebutuhan anak. Guru
dengan memanfaatkan berbagai inovasi yang
sejarah dapat memanfaatkan pembelajaran yang
muncul di era evolusi industry 4.0. Peran guru
dekat dengan lingkungan siswa sebagai sumber
sangat strategis dalam meningkatkan kualitas
belajar maupun memanfaatkan teknologi sebagai
SDM yang unggul di sekolah.Peserta didik di
media maupun sarana dalam pengembangan
sekolah diharapkan dapat memiliki kecakapan
literasi. Untuk saat ini pmebelajaran sejarah
hidup abad 21 yang dikenal dengan istilah
tidak hanya berorientasi pada inovasi
kompetensi 4 c yaitu critical thingking and
pembelajaran berbasis teknologi tetapi harus
problem solving, collaborative, creativity and
dapat mengintenalisasi nilai – nilai karakter bagi
innovation, dan communication. Sebelum
peserta didik yang dapat menjadi pedoman
kompetensi tersebut dapat dimiliki oleh peserta
dalam menghadapai tantangan abad 21.
didik, maka guru harus dapat memiliki
Kompetensi 4c menjadi ketrampilan
kecakapan hidup abad 21 terlebih dahulu agar
kecakapan hidup yang penting dimiliiki bagi
dapat meneladani bagi anak didiknya. Guru
peserta didik dalam menghadapi era society 5.0.
harus dapat memiliki ketrampilan dan
Kompetensi yang harus dimiliki peserta didik
kecakapan sebelum membelajarkan pada
pada saat ini ada empat yaitu critical thinking
peserta didik. Guru sebagai pendidik dan
and problem solving (berpikir kritis dan
fasilitator dalam pembelajaran di sekolah harus
menyelesaikan rmasalah), Creativity ( kreatif),
dapat mengimplemtasikan kompetensi 4c dalam
Communication ( komunikasi) dan ability to work
pembelajaran di sekolah yang dapat
collaboratively ( kemampuan untuk bekerja
diinternalisasikan dalam diri siswa. Guru dan
sama). Melalui kecakapan hidup tersebut peserta
siswa dituntut dapat berpikir kritis dan mampu
didik dapat menumbuhkan sikap kritis, kreatif,
mengkonstruksi terhadap permasalahan belajar
komunikatif dan mampu bekerjasama dalam
dan permasalahan sosial dalam berfikir dan
kelompok, sehingga pembelajaran sejarah tidak
bersikap. Untuk itu guru dan siswa dapat
hanya Transfer Knowledge, tetapi dapat
memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan dapat
menumbuhkan nation building, Untuk itu peran
memecahkan masalah yang dihadapi dengan
guru sejarah sangat penting dalam melatihkan
memanfaatkan teknologi dalam pengembgangan
kompetensi 4C tersebut bagi peserta didik. Guru
kompetensi literasi dan numerasi. Guru harus
sejarah harus memiliki stretagi pembelajaran
memiliki kompetensi yang kuat, soft skill berupa
yang efektif dan efisien dalam melatihkan
kreatifitas, inovatif, komunikatif, kolaboratif,
kecakapan abad 21 agar dapat tercapai dengan
inspiratif dan hard skill, sehingga guru dapat
baik. Salah satu pendekatan yang dapat
menjadi teladan dan inspirasi yang positif bagi
digunakan berupa paradigma pedagogic reflektif
peserta didik maupun lingkungan masyarakat.
yang berorientasi pada pembelajaran yang
Dan hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh
menenkankan pada integrasi permasalahan –
teknologi.
permaslaahan yang ditemukan di lingkungan
Pembelajaran sejarah yang
sekitar serta mengembangkan nilai – nilai
berorientasi pada pembentukan karakter nation
kemanusiaan. Peserta didik diajak untuk
building yang dapat membentuk pemahaman
merefleksikan dan memberikan solusi sebagai
serta kesadaran sejarah selama ini di sekolah
tindak lanjut dari permasalahaan yang
belum dilakukan secara optimal. Guru sejarah
ditemukan.
hanya menyampaikan fakta – fakta kering dalam
Paradigma pedagogi Reflektif (PPR)
pembeljaarn di sekolah sehingga peserta didik
merupakan pendekatan yang menekankan pada
hanya mendapat informasi masa lalu tanpa
perkembangan pengetahuan, hati dan karakter
dapat menginternaslisasi pemaknaan nilai –
siswa (Suparno,2015). Paradigma pedagogic
nilai historis masa lalu untuk dapat
reflektif merupakan sebuah pendekatan
direfleksikan dan dapat memunculkan kesdaran
pembelajaran yang melibatkan subyek
sejarah dan pemahaman sejarah dengan baik.
pembelajar untuk mampu menemukan makna
Pembelajaran sejarah di sekolah hanya
dari pengalaman berdasarkan nilai – nilai yang
menggunakan buku teks serta LKS dan
ada dalam nilai – nilai kemanusiaan. Di dalam
memberikan assessment yang berupa capaian
praktiknya paradigm pedagogic reflektif
kognitif atau pengetahuan. Hal tersebut terjadi
membutuhkan komitmen dari setiap unsur

13
pendidik dan tenaga kependidikan secara tetapi disertai dengan kasih sayang. Untuk
konsisten. Pendekatan ini mengajak siswa untuk mengatasi permasalahan kemandirian siswa di
dapat melakukan refleksi di akhir kegiatan sekolah, khususnya dalam pembelajaran sejarah
pembelajaran, sehingga dari hasil refleksi dapat dilakukan melalui pendekatan Paradigma
tersebut siswa dapat memperoleh pengalaman pedagogi Reflektif (PPR), yang dapat membentuk
yang berharga dan dapat dilakukan tindak lanjut siswa menjadi pribadi seutuhnya yang dapat
sebagai rencana aksi dari hasil refleksi yang mengembangkan competence, Conscience dan
telah dilakukan. Di dalam kegiatan refleksi siswa Compassion, sehingga tidak hanya pada aspek
dapat menangkap makna dari materi ajar dalam pengetahuan tetapi pada afektif dan
kehidupan sehari – hari, sehingga pembelajaran psikomotorik.
menjadi bermakana atau meaningful learning. Hasil penelitian sebelumya yang
Selain itu melalui kegiatan refleksi siswa dapat dilakukan (Hasudungan, 2022) menyatakan
mengembangkan karakter sehingga bahwa Pengembangan pembelajaran sejarah
pembelajaran menjadi utuh dan holistic serta dengan Paradigma Pedogogi Reflektif (PPR)
bermakna dalam pengembangan hidup secara membangun potensi siswa menjadi pribadi yang
pribadi. utuh. Melalui pemahaman materi dan
Paradigma pedagogic reflektif pemaknaan nilai-nilai yang terkandung di
merupakan pola pembelajaran yang dalamnya seperti rasa tanggung jawab,
mengintegrasikan pemahaman masalah yang kejujuran, kerjasama, peduli, sikap juang dan
ada di lingkungan sekitar dan mengembangkan persatuan. Melalui refleksi mengarahkan peserta
nilai – nilai kemanusiaan yang terpadu, sehingga didik untuk menemukan nilai-nilai kehidupan,
nilai – nilai tersebut muncul dari kesadaran dan sehingga bisa merencanakan tindakan yang
kehendak siswa melalaui refleksi. Penerapan berguna bagi orang lain. Sejalan dengan
pendekatan paradigm pedagogic reflektif ini pendapat tersebut Brigida Intan Printina
terpusat pada kegiatan refleksi yang menyatakan bahwa Paradigma pedagogi reflektif
dapatdipahami sebagai proses dalam yang diterapkan memberi makna cara berpikir
mempertimbangkan sikap dan pikiran yang dan bertindak yang menyaturagakan nilai
dipengaruhi oleh daya ingat, imajinasi, dan kemanusiaan ke setiap materi dalam proses
perasaan untuk mengangkap makna dan nilai pembelajaran(Printina, 2019a) . Penelitian
yang hakiki dari apa yang dipelajari. Melalui sejenis yang dilakukan Briginda Intan Printina
penerapan Paradigma pedagogic reflektif (2019: 12) bahwa pemanfaatan komik digital
diharapkan siswa dapat berkembang secara dalam implementasi Paradigma Pedogogi
integral atau berkembang secara utuh dan Reflektif (PPR) dapat digunakan sebagai sarana
menyeluruh meliputi aspek kognitif, afektif dan mengajarkan pendidikan karakter dalam
psikomotorik. Tujuan dari Pembelajaran menjawab tantangan revolusi 4.0 (Printina,
Paradigma Pedagogik Reflektif siswa dapat 2019b). Penelitian yang dilakukan (Ofori et al.,
menjadi manusia seutuhnya yang memiliki 2020) menyatakan bahwa Pendekaatan
competence (kompetensi / pengetahuan sesuai paradigma pedagogi reflektif berisi interaksi
keahliannya), Conscience (suara hati), dan peserta didik dengan materi yang dipelajarinya
Compassion (berbela rasa terhadap orang lain). dengan guru sebagai fasilitator. Proses
Langkah – langkan penerapan Paradigma pembelajaran menempatkan peserta didik
pedagogi Reflektif (PPR) terdiri dari lima menjadi pusat proses belajar, sehingga mereka
tindakan yaitu : konteks, pengalaman, refleksi, mampu menggali pengetahuan serta nilai dengan
tindakan dan evalusai. penuh tanggungjawab. Capian pembelajaran
Kelebihan dari pendekatan tersebut dapat dikatakan berhasil apabila peserta didik
antara lain : (1). Siswa mampu memecahkan dan dapat menemukan pengetahuan, pengertian,
menemukan sendiri solusi terkait permasalahan ketrampilan, serta nilai, dan tugas pendidik
yang ditemui, (2). Siswa dapat merefleksikan adalah sebagai fasilitator. Sedangkan untuk
pengalaman belajar yang dialami, sehingga meningkatkan hasil belajar siswa dengan
dapat ditindaklanjuti dari hasil refleksi tersebut, Pembelajaran Paradigma Pedagogik Reflektif
(3). Siswa memiliki hak yang sama untuk dinilai, dapat meningkat sebesar 87,63 % yang diikuti
(4) Guru dapat memiliki perhatian menyeluruh dengan perubahan suasana pembelajaran
kepada siswa, (5). Menumbuhkan semangat menjadi lebih aktif serta guru dan siswa sangat
berbagi dalam proses pembelajaran. antuasias (Ignasius et al., 2020). Sependapat
(6).Memperbaiki kelemahan siswa dengan tegas dengan hal tersebut penelitian yang dilakukan

14
oleh (Kamarudin, 2021)menyatakan bahwa Teknik pengumpulan data menggunakan
Pembelajaran Paradigma Pedagogik Reflektif Observasi secara langsung, Wawancara tidak
dapat meningkatkan hasil belajar siswa SD pada terstruktur digunakan untuk menggali informasi
mata pelajaran PPKn dari 21 % meningkat secara mendalam dan Dokumentasi berupa arsip
menjadi 84%. Penelitian – penelitian relevan atau dokumen dan foto. Analisis data
tersebut dalam kajiannya lebih menekankan menggunakan teknik analitis interaktif model
pada implementasi pembelajaran pedagogic Miles and Hubermen yang terdiri dari empat
reflektif untuk meningkatkan hasil belajar serta langkah yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penanaman nilai -nilai karakter siswa yang penyajian data atau analisis data dan penarikan
mempengaruhi pada perubahan suasana kesimpulan Untuk validasi data menggunakan
pembelajaran di kelas menjadi lebih aktif antara teknik trianggulasi sumber /data dan metode
guru dengan siswa. untuk membandingkan atau cross cek data
Sedangkan dalam Artikel ini lebih dalam menguji keabsahan data. Untuk
menekankan kajian paradigma pedagogic trianggulasi sumber data diperoleh dari sumber
reflektif dapat digunakan sebagai salah satu data primer berupa data wawancara yang
strategi bagi guru sejarah dalam melatihhkan dicross cek dengan sumber data sekunder
kecakapan hidup pada abad 21 yang terdiri dari berupa data observasi dan dokumentasi. Untuk
empat kompetensi yaitu : creativitas, Trianggulasi metode diambil dari hasil
collaborative, communication dan critical wawancara yang dibandingkang dengan hasil
thingking secara efektif dan efisien. Hal tersebut observasi.
dapat terlihat dari sikap siswa mampu
memecahkan dan mencari solusi terkait dengan DISCUSSION
permasalahan pembelajaran yang ditemui, 1. Tantangan Guru Sejarah Abad 21
refleksi yang dilakukan siswa dengan Pada era globalisasi terjadi transformasi
pengalaman belajar yang dialami sehingga siswa besar – besaran meliputi aspek ekonomi, politik,
mampu mengendalikan diri dalam berperilaku sosial dan budaya yang ditandai dengan
dan bertindak. Kolaborasi dan komunikasi siswa kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, life stile
juga Nampak dalam sikap mau berbagi dan atau gaya hidup. Teknologi menjadi salah satu
sharing kepada teman dalam proses aspek yang membawa tranformasi dalam
pembelajaran, sehingga dapat saling melengkapi berbagai aspek kehidupan manusia.Tantangan
satu dengan yang lain. Apabila kompetensi 4 C yang dihadapi guru tidak lagi dalam
siswa dapat terbentuk dengan baik, maka dapat kemamapuan akademik tetapi juga dalam
memiliki dampak positif bagi peningkatan hasil kemampuan intelektual. Emosional, moral dan
belajar. Dengan demikian kompetensi 4C dapat ahklak. Guru sejarah diharapkan dapat transfer
mempengaruhi prestasi belajar siswa. behavior serta memberikan nilai – nilai karakter
Untuk itu Pendekatan Paradigma yang dapat menginternalisasi dalam berpikir dan
Pedagogik Reflektif dalam pembelajaran sejarah bersikap. Menurut Susanto (2010) terdapat tujuh
untuk meningkatkan kompetensi 4 C di era tantangan guru di abad 21, yaitu : Pertama.
globalisasi penting untuk dikaji agar dapat Teaching in multicultural society, mengajar di
menumbuhkan kecakapan hidup siswa di abad masyarakat yang memiliki beragam budaya
21 melalui perkembangan pengetahuan dan dengan kompetensi multi bahasa.
karakter, yang dapat memotivasi diri untuk Kedua.Teaching for the construction of meaning,
memiliki sikap disiplin, tanggung jawab, percaya mengajar untuk mengkonstruksi makna
diri, dan motivasi dalam mengeksplore (konsep). Ketiga. Teaching for active learning,
pengetahuan serta memecahkan masalah dan mengajar untuk pembelajaran aktif.
mencati solusi trehadap permasalahan yang Keempat.Teaching and technology, mengajar dan
ditemukan dalam pembelajaran sejarah. teknologi. Kelima. Teaching with new view about
abilities, mengajar dengan pandangan baru
METHODOLOGY mengenai kemampuan. Keenam. Teaching and
Penelitian ini menggunakan penelitian choice, mengajar dan pilihan, dan Ketujuh.
kualitatif dengan metode analitis deskriptif, Teaching and accountability, mengajar dan
serta menggunakan pendekatan fenomenologi akuntabilitas. (Viana, 2020).
untuk mengungkap kesamaan makna yang Untuk itu karakteristik guru sejarah di
menjadi esensi dari suatu konsep serta secara abd 21 harus memiliki inovasi dan kreativitas
sadar individual alami dalam kelompoknya. serta berkolaborasi yang dapat dijabarkan secara

15
lebih rinci sebagai berikut : Life-long learner kepribadian.
atau Pembelajar seumur hidup yaitu Guru perlu Untuk menghadapi dan menjawab
meng-upgrade terus pengetahuannya dengan tantangan tersebut diatas guru sejarah harus
banyak membaca serta berdiskusi dengan bertransformasi dalam paradigma student center,
pengajar lain atau bertanya pada para ahli. Tak tidak lagi teacher center. Transformasi tersebut
pernah ada kata puas dengan pengetahuan yang harus diikuti dengan perubahan pola pikir, cara
ada, karena zaman terus berubah dan guru mengajar, strategi dan model pembelajaran,
wajib up to date agar dapat mendampingi siswa Pendekatan pembelajaran, motivasi diri untuk
berdasarkan kebutuhan mereka. Kreatif dan maju dan berubah, konsistensi dan komitmen
inovatif yaitu Siswa yang kreatif lahir dari guru yang tinggi. Guru harus dapat mengikuti dan
yang kreatif dan inovatif. Guru diharap mampu mengupdate setiap perubahan kebijakan
memanfaatkan variasi sumber belajar untuk maupun model dan pendekatan pembelajaran
menyusun kegiatan di dalam kelas. yang berkembang di sekolah, sehingga siswa
Mengoptimalkan teknologi yang merupakan dapat selalu mengalami perkembangan seiring
Salah satu ciri dari model pembelajaran abad 21 dengan tuntutan yang ada dalam masyarakat.
adalah blended learning, gabungan antara Guru harus dapat menggali minat dan bakat
metode tatap muka tradisional dan penggunaan siswa serta memanfaatkan lingkungan sekitar
digital dan online media. Pada pembelajaran sebagai sumber belajar, sehingga peserta didik
abad 21, teknologi bukan sesuatu yang sifatnya mudah untuk memahami apa yang disampaikan
additional, bahkan wajib. Reflektif. adalah guru oleh guru.
yang mampu menggunakan penilaian hasil Guru sejarah memiliki peranan penting
belajar untuk meningkatkan kualitas di Era Revolusi Industri 4.0. terdapat tiga hal
mengajarnya. Guru yang reflektif mengetahui penting yang harus dilakukan yaitu menyiapkan
kapan strategi mengajarnya kurang optimal peserta didik untuk menciptakan pekerjaan yang
untuk membantu siswa mencapai keberhasilan saat ini belum ada, menyiapkan peserta didik
belajar. Ada berapa guru yang tak pernah peka untuk menyelesaikan masalah yang belum ada,
bahkan setelah mengajar bertahun-tahun bahwa dan menyiapkan peserta didik mampu
pendekatannya tak cocok dengan gaya belajar menggunakan teknologi. Tentunya untuk
siswa. Guru yang reflektif mampu mengoreksi. mempersiapkan itu guru sejarah memerlukan
Guru pada saat ini memiliki tantangan strategi pembelajaran yang mampu memfasilitasi
yang cukup besar sebagai dampak globalisasi di peserta didik untuk berkembang.Guru sejarah
sector pendidikan. Guru menghadapi berbagai tidak hanya menyampaikan informasi
banyak tuntutan dalam kebijakan kurikulum pengetahuan terkait peristiwa – peristiwa masa
yang dikeluarkan pemerintah yang menjadi lampau untuk dipahami dan dimengerti, tetapi
acuan utama dalam penyelenggaraaan dari peristiwa- peristiwa masa lampau tersebut
pembelajaran di tingkat satuan pendidikan. Di dapat direfelksikan untuk masa saat ini dan
samping itu guru dihadapkan dengan peserta digunakan sebagai pijakan dalam merencanakan
didik yang memiliki latar belakang dan untuk kehidupan masa sekarag dan yang akan
karekteristik yang beraneka ragam , Capaian datang. Untuk itu guru sejarah diharapkan dapat
pembelajaran yang sangat tinggi agar dapat menghidupkan pemaknaan persitiwa masa lalu
mengikuti daya saing. Capaian kemampuan dalam diri peserta didik, agar mereka dapat
berpikir peserta didik yang sangat tinggi ,memiliki kesadaran dan pemahaman sejarah
disesuaikan dengan tuntutan dan kebutuhan yang baik. Hal tersebut akan nyata terlihat
zaman. Penguasaan dan skill guru di bidang perubahan dalam berpikir dan bersikap.
teknologi sebagai sarana menyampaikan materi Tantangan pembelajaran di abad 21
dengan efektif dan efisien. Pengembangan diri tidak hanya membekali peserta didik dengan
atau soft skill seperti kreativitas, keloborasi, pengetahuan yang tinggi tetapi juga harus dapat
komunikasi dan berpikir kritis untuk membekali dengan nilai – nilai karakter yang
mengembangkan kepribadian sehingga dapat dapat menjadi landasan dan pensoman peserta
menjadi inspirasi yang positif bagi peserta didik. didik dalam berpikir dan bersikap. Nilai – nilai
Dari tantangan tersebut jika disimpulkan lebih karakter dapat meliputi nasionalime, religiusitas,
spesifik guru pada abad 21 harus dapat humanisme, keberagaman, moralitas, kejujuran,
mengembangkan soft skiil, kompetensi kerja keras, toleransi, kepedulian sosial, cinta
pedagogic, kompetensi professional, damai, peduli lingkungan, kedisiplinan, tanggung
kemampuan ICT, kompetensi sosial dan jawab dan komunikatif. Untuk itu perkembangan

16
era society 5.0 yang ditandai dengan hidup dan karir. (Syaputra & Sariyatun, 2020).
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan Kompetensi yang dibutuhkan dalam
perlu dikontrol dengan penguatan nilai kecakapan abad 21 berupa kompetensi 4 c yaitu
karakter, sehingga tidak mudah terpengaruh Critical Thinking and Problem Solving, Creativity
dan terbawa arus pada hal – hal yang and Innovation, Communication, Collaboration.
bertentangan dengan capaian pembelalajaran Critical Thinking and Problem Solving
yang ada. Teknologi tidak dapat memberikan (Berpikir Kritis & Pemecahan Masalah)
penguatan nilai – nilai karakter tersebut, merupakan suatu proses yang terarah dan jelas
sehingga tugas dan peran guru sejarah sangat yang digunakan dalam kegiatan mental seperti
dibutuhkan dalam mendampingi peserta didik memecahkan masalah, mengambil keputusan,
menginternaslisai nilai – nilai karakter tersebut membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan
dalam pembelajaran di sekolah. Untuk itu guru penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah
sejarah harus dapat memilih dan menentukan kemampuan untuk berpendapat dengan cara
pendekatan pembelajaran yang dapat yang terorganisasi. Berpikir kritis merupakan
mengakomodir seluruh kebutuhan peserta kemampuan untuk mengevaluasi secara
didik, tidak hanya tercukupinya capaian sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat
penegtahuananya tetapi juga dapat mencetak orang lain . Berpikir kritis secara esensial adalah
peserta didik menjadi sumber daya manusia proses aktif dimana seseorang memikirkan
yang cerdas dan humanis. berbagai hal secara mendalam, mengajukan
pertanyaan untuk diri sendiri, menemukan
2. Kecakapan Abad 21 berupa kompetensi 4 informasi yang relevan untuk diri sendiri
C daripada menerima berbagai hal dari orang lain
Pembelajaran di era globalisasi Dalam konsep ini peserta didik belajar
merupakan transformasi kurikulum yang memecahkan masalah yang ada dan mampu
menekankan pada perubahan pembelajaran menjelaskan, menganalisis dan menciptakan
yang bersifat teacher center menjadi student solusi bagi individu maupun masyarakat. Peran
center. Hal tersebut disesuaikan dengan peserta didik dalam penerapan pembelajaran
tuntutan perkembangan zaman bahwa siswa abad 21 adalah; belajar secara kolaboratif,
harus dapat memiliki kecakapan dalam belajar belajar berbasis masalah, memiliki kemampuan
dan berpikir. Kecakapan tersebut berupa high order thinking, serta belajar mengajukan
berpikir kritis, pemecahan masalah, kreatif, pertanyaan.
kolaborasi dan kecakapan komunikasi. Menurut
Prensky (2012) menganjurkan untuk Creativity and Innovation (Daya Cipta dan
mengembangkan kurikulum yang berpusat pada Inovasi) merupakan kegiatan Creativity tidak
siswa dengan komponen The 3 Ps. Ps yang selalu identik dengan anak yang pintar
pertama adalah passion, yang berarti bahwa menggambar atau merangkai kata dalam tulisan.
pendidikan harus mampu melahirkan peserta Namun, kreativitas juga dapat dimaknai sebagai
didik yang memiliki keterampilan atau keahlian kemampuan berpikir outside the box tanpa
khusus. Ps yang kedua adalah problem solving, dibatasi aturan yang cenderung mengikat. Anak-
yang mengandung maksud bahwa kurikulum anak yang memiliki kreativitas tinggi mampu
harus mengarahkan siswa untuk memiliki berpikir dan melihat suatu masalah dari berbagai
keterampilan dalam memecahkan masalah. sisi atau perspektif. Hasilnya, mereka akan
Adapun Ps yang ketiga adalah producing what is berpikiran lebih terbuka dalam menyelesaikan
required creativity and skill, yang berarti bahwa masalah. Pada konsep ini peserta didik akan
pendidikan harus mampu menghasilkan peserta diajak untuk bisa membiasakan diri dalam
didik yang memiliki keterampilan dan melakukan dan menjelaskan setiap ide yang
kreativitas yang sedang dibtuhkan oleh dunia dipikirkannya. Ide ini akan dipresentasikan
kerja. Selain beberapa pendapat di atas, kepada teman kelas secara terbuka sehingga
Partnership for 21st Century Learning nantinya akan menimbulkan reaksi dari teman
mengembangkan sebuah framework kelas. Aktivitas ini bisa menjadikan sudut
pembelajaran di abad 21 yang menuntut peserta pandang peserta didik menjadi luas dan terbuka
didik untuk memiliki keterampilan, dengan setiap pandangan yang ada.
pengetahuan dan kemampuan dibidang Collaboration (Kerjasama) adalah
teknologi, media dan informasi, keterampilan aktivitas bekerja sama dengan seseorang atau
pembelajaran dan inovasi serta keterampilan beberapa orang dalam satu kelompok untuk

17
mencapai tujuan yang ditetapkan bersama. kemampuan untuk berpikir secara reflektif, logis,
Aktivitas ini penting diterapkan dalam proses kritis, imajinatif, dan kreatif), ketrampilan
pembelajaran agar anak mampu dan siap untuk menggunakan teknologi, ketrampilan kejuruan,
bekerja sama dengan siapa saja dalam apresiasi seni kreatif, olahraga, dan rekreasi, dan
kehidupannya mendatang. Saat berkolaborasi keterampilan komunikasi yang efektif.
bersama orang lain, anak akan terlatih untuk Conscience yaitu memiliki hati nurani yang dapat
mengembangkan solusi terbaik yang bisa membedakan perbuatan yang baik dan
diterima oleh semua orang dalam kelompoknya. perbuatan tidak baik, membedakan apa yang
Konsep kerjasama akan mengajak peserta didik benar dan tidak benar, serta memiliki keberanian
untuk belajar membuat kelompok, untuk melakukannya, mengambil sikap bila
menyesuaikan dan kepemimpinan. Tujuan diperlukan, memiliki hasrat akan keadilan social.
kerjasama ini agar peserta didik mampu bekerja Selain memiliki pengetahuan diharapkan pserta
lebih efektif dengan orang lain, meningkatkan didik dapat memiliki kepekaan dalam
empati dan bersedia menerima pendapat yang membedakan kebaikan dan keburukan dari
berbeda. Manfaat lain dari kerjasama ini untuk materi yang dipelajari sehingga dapat
melatihpeserta didik agar bisa bertanggung membedakan nilai kebermanfaatan dari apa yang
jawab, mudah beradaptasi dengan lingkungan, dipelajari bagi dirinya maupun lingkungan
masyarakat, dan bisa menentukan target yang disekitarnya. Compassion merupakan kepekaan
tinggi untuk kelompok dan individu. untuk berbuat baik bagi sesama serta kepedulian
Communication (Komunikasi) sosial terhadap lingkungan sekitar. Menguatkan
merupakan kegiatan yang dimaknai sebagai tumbuhnya sikap empati dan solidaritas
kemampuan anak dalam menyampaikan ide dan terhadap sesama. Paradigma pedagogic reflektif
pikirannya secara cepat, jelas, dan efektif. dilakukan dalam pembelajaran melalui lima
Keterampilan ini terdiri dari sejumlah sub-skill, tahapan yaitu konteks, pengalaman,refleksi,
seperti kemampuan berbahasa yang tepat tindakan dan evalusi.
sasaran, kemampuan memahami konteks, serta Pendidikan yang didasarkan pada
kemampuan membaca pendengar (audience) paradigma pedagogi reflektif memiliki keyakinan
untuk memastikan pesannya tersampaikan. akan gambaran tentang manusia yang akan
Dalam hal ini peserta didik diminta untuk bisa dikembangkan, serta gambaran manusia ideal
menguasai, mengatur, dan membangun yang akan dicapai untuk diwujudkan. Pendidikan
komunikasi yang baik dan benar bail secara diharapkan dapat membentuk peserta didik
tulisan, lisan, maupun multimedia. Peserta didik menjadi manusia yang “utuh”, memiliki
diberi waktu untuk mengelola hal tersebut dan kompetensi intelektual yang cerdas, memiliki
menggunakan kemampuan komunikasi untuk kemauan untuk berkembang, religius, penuh
berhubungan seperti menyampaikan gagasan, kasih, dan memiliki komitmen untuk
berdiskusi hingga memecahkan masalah yang mewujudkan keadilan dan nilai-nilai
ada. (Daryanto, 2017) kemanusiaan dalam pelayanannya terhadap
umat Allah. Pendidikan ditujukan untuk
3. Pendekatan Pedagogik Reflektif dalam mengembangkan segala aspek kemanusiaan
Pembelajaran Sejarah setiap orang di dalamnya, semakin memiliki
Paradigma Pedagogik Reflektif kecerdasan dalam penalaran, semakin memiliki
merupakan suatu pendekatan dalam kepekaan dalam merasa, dan semakin memiliki
pembelajaran untuk menumbuhkan pribadi kehendak yang kokoh untuk mewujudkan nilai-
peserta didik menjadi manusia seutuhnya atau nilai kemanusiaan, agar dia menemukan diri
mengembangkan nilai – nilai kemanusiaa dan sebagai orang yang diciptakan Allah demi
memiliki kepekaan terhadap lingkungan di sesamanya (Suparno, 2015:18-20).
sekitar dengan memiliki karakteristik Pembelajaran sejarah yang baik dapat
competence (kompetensi), conscience (suara membentuk pemahaman dan kesadaran sejarah
hati) dan compassion (hasrat bela rasa). Tujuan bagi peserta didiknya. Pemahaman sejarah
dari paradigm pedagogic reflektif yaitu merupakan pemahaman tentang perubahan
membentuk manusia seutuhnya yaitu memiliki kehidupan manusia di masa lalu melalui gagasan
kepribadian utuh yang competen, conscience yang berdampak bagi kehidupan manusia pada
dan compassion. Competen yaitu memiliki masa saat ini dan yang akan datang, sehingga
kompetensi sesuai dengan bidangnya meliputi dalam pemahaman sejarah lebih berorientasi
kemampuan - kemampuan akademis (termasuk pada cara berpikir seseorang dalam memaknai

18
peristiwa masa lampau untuk dapat yang dimiliki oleh guru sejarah. Selain itu juga
direfleksikan pada masa saat ini dan yang akan mengembangkan strategi pembelajaran sejarah
datang. Sedangkan Kesadaran sejarah yang sesuai dengan materi dan capaian
merupakan kondisi kejiwaan yang menunjukkan pembelajaran. Untuk itu di dalam pengembangan
tingkat penghayatan pada makna dan startegi pembelajaran diharapkan peserta didik
hakekat sejarah pada masa kini dan bagi masa dapat memiliki kemampuan inquiri yaitu
yang akan datang serta menyadari fungsi makna menemukan sendiri konsep pemahaman dan
sejarah dalam pendidikan maupun kehidupan pengetahuan yang dibangun dari pengalaman
sehari – hari. Materi sejarah memili potensi yang belajar yang dialami. Peserta didik diharapkan
esensial dalam mengajarkan pendidikan nilai dapat menemukan pemaknaan nilai – nilai
karakter bangsa, sehingga guru sejarah dalam karakter kebangsaan yang dapat
mengajarkannya harus berbeda dengan diimplementasikan secara kekinian sehingga
pembelajaran yang lain. Pembelajaran sejarah dapat direlevansikan dalam kehidupan sehari –
diharapkan harus kaya dengan nilai dan kering hari. Di samping perencaan dan strategi yang
dengan fakta sehingga dapat membekali nilai – tidak kalah penting berupa pengembangan
nilai karakter keabngsaan yang dapat dimaknai evaluasi pembelajaran yang menekankan pada
dalam kehidupan sehari –hari. Pembelajaran kemampuan akademik, kesadaran sejarah,
sejarah dapat mengajarkan tentang spriti pemahaman sejarah dan nilai nasionalisme atau
perjuangan para pahlawan, nilai moral yang patriotism. Oleh karena itu guru sejarah tidak
dikembangkan dalam pemikiran – pemikiran hanya menghasilkan siswa yang pandai secara
tokoh – tokoh nasional, makna yang dapat akademik tetapi juga memiliki kepribadian yang
diambil dari peristiwa sejarah, tradisi budaya unggul yang dapat menjadi teladan dalam
warisan masa lampau, sikap patriotism dari kehidupan di sekolah, masyarakat maupun
pahlawan nasional, sikap nasionalisme dari para dalam keluarga.
tokoh pahlawan. Materi tersebut dapat Salah satu pendekatan yang dapat
direlevansikan dengan kehidupan peserta didik dikembangkan dalam pembelajaran sejarah,
pada masa kini dan yang akan datang. khususnya dalam menghadapi tantangan
Untuk menghadapi tantangan pembelajaran abad 21 berupa paradigma
pembelajaran abad 21 pembelajaran sejarah pedagogi reflektif yaitu menemukan nilai – nilai
harus berinovasi agar dapat menyesuaikan kemanusiaan dalam pembelajaran yang
dengan transformasi tersebut. Inovasi dilakukan melalui kegiatan refleksi, sehingga
pembelajaran sejarah dilakukan secara terpadu peserta didik dapat merencanakan tindakan
sehingga dapat mengajarkan pendidikan nilai maupun sikap yang lebih baik serta dapat
karakter kebangsaan serta menumbuhkan menemukan solusi terhadap permasalahan yang
kesadaran sejarah dan pemahaman sejarah. Hal ditemukan dalam kegiatan pembelajaran. Peserta
tersebut dikarenakan dalam perkembangan didik dapat memiliki sikap yang dewasa dalam
abad 21 yang ditandai dengan perkembangan berpikir dan bertindak. Di samping itu juga dapat
ilmu pengetahuan dan teknologi memiliki menumbuhkan kepekaan terhadap lingkungan di
pengaruh terhadap kemunduran niali – nilai sekitar, sehingga pengalaman belajar yang
karakter bangsa atau jati diri bangsa yang lemah didapatkan dapat diimplementasikan secara
sehingga perlu adanya revolusi mental. nyata dalam kehidupan sehari – hari. Guru
Pembelajaran sejarah dapat digunakan sebagai memiliki peran sebagai fasilitator yang
salah satu cara dalam melaukan revolusi mental mendampingi peserta didik untuk dapat
di sekolah. Untuk dapat menjalankan peran menemukan konsep pemahaman dan
tersebut, maka pembelajaran sejarah perlu pemaknaan terhadap pengalaman belajar yang
mengembangkan pembelajaran yang bermakna dimiliki, sehingga peserta didik memiliki
bagi peserta didik. Langkah – langkah yang kemandirian dalam berpikir dan berproses
dapat dilakukan berupa : melakukan dalam kegiatan pembelajaran.
perencanaan pembelajaran yang disesuaikan Pendekatan paradigma pedagogic
dengan karakteritsik, bakat, minat serta latar reflektif dapat dikembangkan oleh guru sejarah
belakang sosil dan budaya peserta didiknya, sebagai salah satu strategi pembelajaran dalam
serta lingkungan sekolah, Untuk itu guru harus meningkatkan kompetensi 4 C yaitu critical
dapat memahami capaian pembelajaran yang thingking, communication, collaboration dan
ingin dicapai yang disesuaikan dengan creativity. Pendekatan tersebut apabila
kemampuan peserta didik serta kompetensi diimplementasikan dalam pembelajaran sejarah

19
dapat dilakukan melalui lima langkah yang memiliki pengalaman secara langsung. Hal
terintegrasi yaitu konteks, pengalaman, refleksi, tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
tindakan dan evaluasi. Secara rinci lima langkah lingkungan sekitar sebagai sumber
tersebut dapat dijabarkan dalam uraian berikut : pembelajaran, sehingga peserta didik dapat
Konteks, merupakan langkah awal melakukan observasi maupun pengumpulan
yang menggambarkan kondisi latar belakang data, Selain itu guru sejarah dapat mengajak
peserta didik yang menyangkut bakat, minat, siswa ke museum atau situs sejarah untuk
kemampuan akademik, karakteristik, latar mengobservasi atau melakukan penelitian mini
belakang budaya, lingkungan sosial dan kondisi untuk menggali informasi secara mendalam. Dari
ekonomi. Dari latar belakang tersebut dapat kegiatan tersebutvdapat melatih peserta didik
dijadikan sebagai pedoman bagi guru sejarah untuk memiliki kompetensi critical thingking and
untuk dapat membuat perencanaan problem solving serta melatih collaboration serta
pembelajaran yang disesuaikan dengan communication. Sedangkan pengalaman secara
kebutuhan siswa. Perencanaan tersebut tidak langsung dapat dialami oleh peserta didik
menyangkut pada pemilihan materi, sumber melalui sarana yang dapat menstimulus peserta
belajar, media yang digunakan, metode didik untuk memperoleh pengalaman berharga
pembelajaran, pendekatan yang tepat bagi dalam kegiatan pembelajran. Sarana yang dapat
peserta didik. Setelah guru dapat memahami digunakan berupa media pembelajaran yang
konteks yang dimiliki peserta didik, maka guru dapat merangsang pengalaman yang berharga
sejarah dapat lebih mudah dalam mendesain dengan melihat, merasakan, mendengar. Untuk
kegiatan pembelajaran yang akan diterapkan, itu media pembelajaran berupa Audio Visual
serta dapat mudah untuk merumuskan capaian ,maupun Video dapat digunakan sebagai sarana
pembelajaran yang berpatokan pada kurikulum yang efektif, sebab melalui suara dapat ikut
sejarah yang digunakan. Di dalam memahami merasakan apa yang ditayangkan. Untuk itu guru
konteks pembelajaran guru sejarah dapat sejarah harus dapat mengembangkan
melakukan observasi awal ataupun dapat pembelajaran sejarah berbasis iCT dengan
melaksanakan assessment diagnostic, sebagai menggunakan media pembelajaran yang menarik
intrumen untuk menjaring informasi peserta seperti film, kuis intreakstif, peta digital, literasi
didik. Guru sejarah dapat memotret bakat dan digital, website, museum digital berbasis
minat anak melalui instrument asesment android. Film- filem sejarh yang diputar dapat
diagnostic tersebut sehingga guru sejarah dapat mengembalikan memori kolektif peserta didik
memetakan kebutuhan peserta didik. Gaya terhadap perstiwa sejarah, sehingga mereka
belajar siswa juga dapat diketahui dari intrumen akan lebih mudah dalam menemukan
asesmen diagnostic, sehingga guru dapat pemaknaan yang ada dalam peristiwa masa lalu.
menyusun metode mengajar yang sesuai dengan Refleksi, merupakan kegiatan yang
peserta didik. Guru sejarah juga dapat dilakukan peserta didik sebagai reaksi yang
mengethaui gambaran lingkungan sosial dan ditimbulkan oleh adanya tindakan yang telah
budaya peserta didik tinggal, sehingga dapat dilakukan. Refleksi dapat diartikan sebagai
digunakan sebgaai pertimbangan dalam proses pengendapan terhadap pengalaman
memberikan contoh – contoh maupun dalam belajar yang diterima oleh peserta didik. Proses
pemilihan sumber belajar yang sesuai dengan refleksi dapat dilakukan dengan merenungkan
kondisi peserta didik. pengalaman maupun pengetahuan baru yang
Pengalaman, pengalaman belajar yang diterima. Kegiatan refleksi sangat penting dalam
dialami peserta didik dapat dibedakan menjadi proses pembelajaran, sebab dapat melatih
dua yaitu pengalaman secara langsung dan peserta didik untuk merenungkan dan memfilter
pengalaman secara tidak langsung. Perbedaan pengalaman yang dialami sehingga dapat
dari keduanya terletak pada reaksi yang mengginternalisasi dalam dirinya. Guru sejarah
ditimbulkan atau yang dialami oleh peserta memiliki peran penting dalam mendampingi
didik. Pengalaman secara langsung yang dialami peserta didik dalam melaksanakan refleksi dapat
oleh peserta didik dapat diperoleh melalui dilakukan dengan menggunakan media berupa
kegiatan – kegiatan dalam pembelajaran seperti video, catatan harian, resume, maupun secara
diskusi, observasi, demonstrasi, bermain peran, lisan. Di dalam model Pendekatan Paradigma
mengerjakan soal, menyimak penjelasan guru, Reflektif kegiatan refleksi diharapkan sebagai
eksplorasi lietrasi. Untuk itu guru sejarah harus cara untuk peserta didik dapat mengambil nilai –
dapat memfasilitasi peserta didik agar dapat nilai kemanusiaan yang dapat

20
diimplementasikan dalam kehidupan sehari – jangan hanya berorientasi pada capaian kognitif
hari, sehingga materi pembelajaran dapat atau pengetahuan tetapi juga menyeluruh pada
memiliki kontribusi yang real dalam kehidupan aspek capaian pembelajaran meliputi afektif dan
sehari – hari. Proses pembelajaran di sekolah psikomotorik. Untuk itu dalam kegiatan evaluasi
memiliki kesinambungan dengan kehidupan diperlukan instrument untuk mengukur aspek
real peserta didik sehingga relevansinya ada. afektif seperti nilai – nilai kepekaan sosial, nilai –
Untuk itu dalam menyampaikan pembelajaran nilai karakter kebangsaan, nilai – nilai
di sekolah guru diharapkan menggunakan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Untuk
lingkungan sekitar sebagai sumber mengukur capaian non kognitif dapat
pembelajaran sehingga bersifat contextual menggunakan skala likert sebagai ukuran
teaching learning. Guru sejarah dalam ketercapaiannya. Orientasi evaluasi
memfasilitasi peserta didik untuk melkaukan pembelajaran sejarah tidak hanya berupa produk
refleksi dalam pembelajaran dapat pembelajaran tetapi juga perlu diimbangi dengan
menggunakan video berupa peristiwa – penilaian proses pembelajaran. Untuk itu guru
peristiwa masa lalu seperti perang dunia, sejarah harus dapat mengembangkan
pembacaan teks proklamasi, film – film sejarah, assessment pembelajaran yang disesuaikan
novel sejarah, gambar ilustrasi perang, gambar dengan bakat, minat dan karakteristik peserta
tokoh- tokoh pahlawan nasional, dari media – didik, sehingga assessment yang digunakan
media tersebut guru sejarah dapat mengajak sebagai alat evaluasi dapat mengukur secara
peserta didik untuk menggali nilai – nilai baik obyektif dan valid. Guru sejarah dapat
yang bisa dipelajari atau pengalaman baik yang menggunakan lembar fortofolio, lembar
dapat digunakan dalam kehidupan sehari – hari. pengamatan, checklist, untuk mengukur aspek
Kegiatan refleksi ini dapat melatih peserta didik psikomotorik dan afektif. Kegiatan evaluasi di
untuk memiliki kompetensi critical thingking dalam model paradigma pedagogic reflektif
dan creativity digunakan untuk mengukur keberhasilan
Aksi / Tindakan, merupakan aksi kegiatan berupa pengalaman, refleksi dan aksi,
nyata sebagai reaksi dari refleksi yang telah apabila dalam kegiatan tersebut belum tercapai
dilakukan oleh peserta didik. Untuk itu dalam secara optimal dapat diperbaiki dan
melaksanakan tindakan dapat sesuai dengan disempurnakan dalam siklus
capaian pembelajaran maupun tidak. Hal berikutnya.(Wahana, 2016)
tersebut berdasarkan stimulus yang diterima
oleh peserta didik serta pemahaman yang CONCLUSION
diperoleh dari apa yang dilihat, didengar, dilihat Pembelajaran sejarah sebagai mata
dan dialami sendiri. Untuk itu guru sejarah pelajaran yang esensial dapat mengajarkan nilai
harus dapat mendampingi dan mengarahakan – nilai pendidikan karakter kebangsaan, yang
peserta didik dalam bertindak yang merupakan dapat menumbuhkan kesadaran sejarah dan nilai
cerminan secara nyata pengetahuan yang nasionalisme bagi peserta didik. Untuk itu
dipahami oleh peserta didik. Hasil refleksi yang dibutuhkan guru sejarah yang mampu berinovasi
telah dilakukan oleh peserta didik dapat dalam menjawab tantangan abad 21. Salah satu
ditindaklanjuti dengan melakukan aksi nyata, cara yang dapat dilakukan guru sejarah dalam
sehingga refleksi tersebut memiliki dampak menjawab tantangan tersebut berupa
nyata dalam kegaitan pembelajaran. Guru pengembangan strategi pembelajaran dengan
sejarah dapat mengntrol perilaku peserta didik menggunakan pendekatan paradigma pedagogic
melalui kegiatan – kegiatan diskusi maupun reflektif sebagai pendekatan dalam pembelajaran
sharing terkait pengalaman- pengalaman yang yang membentuk manusia seutuhnya yaitu
dimiliki, sehingga masing – masing dapat saling memiliki kompetensi akademik yang disertai
melengkapi sati dengan yang lain. Kegiatan ini dengan kepekaan sosial dan nilai – nilai
dapat melatih peserta didik untuk memiliki kemanusiaan. Pendekatan tersebut sangat
kompetensi berupa colalaboration dan dibutuhkan dalam pembelajaran sejarah untuk
communication. memenuhi kompetensi kecakapan hidup abad 21
Evaluasi, merupakan kegiatan evaluasi yaitu critical thingking and problem solving,
pembelajaran merupakan cara untuk mengukur creativity, communication, collaboration
keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan oleh peserta didik. Di dalam
melakukan evaluasi pembelajaran guru sejarah

21
ACKNOWLEDGMENT Komik Digital Melalui Unsur PPR
Penelitian ini dapat terselesaikan oleh (Paradigma Pedagogi Reflektif) Pada
adanya bantuan beberapa pihak yaitu Dekan Matakuliah Sejarah Asia Barat Modern.
FPISH dan Kaprodi Pendidikan Sejarah dan Jurnal Pendidikan Sejarah, 8(1), 1–13.
Sosiologi. https://doi.org/10.21009/jps.081.01
Syaputra, E., & Sariyatun, S. (2020).
Pembelajaran Sejarah di Abad 21 (Telaah
REFERENCE LIST Teoritis terhadap Model dan Materi). Yupa:
Historical Studies Journal, 3(1), 18–27.
Journal Article (Primary Journal) https://doi.org/10.30872/yupa.v3i1.163
Daryanto, S. K. (2017). Pembelajaran abad 21. Viana, D. W. (2020). Tantangan Pembelajaran di
Pembelajaran Abad 21 Yogyakarta, 276. Abad 21 Bagi Guru Indonesia. 1–5.
https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.a https://www.edukasinfo.com/2022/01/tan
spx?id=1145389 tangan-pembelajaran-abad-21-bagi.html
Hasudungan, A. N. (2022). Paradigma Pedagogi Wahana, P. (2016). Mengenal Pendekatan
Reflektif (PPR): Konstruksi Nilai-Nilai Paradigma Pedagogi Reflektif Dalam
Karakter dalam Materi Sejarah Maritim Pendidikan Untuk Membangun Manusia
Untuk Sekolah Menengah Atas. Education & Yang Cerdas Dan Humanis. Didaktika, 5(1),
Learning, 2(2), 64–73. 12–27.
https://doi.org/10.57251/el.v2i2.347
Ignasius, I., Wibowo, D. C., & Kurniati, A. (2020). Books
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Brian Garvey. (2020). Model – Model
Menggunakan Pendekatan Pembelajaran Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta : Ombak
Paradigma Pedagogi Reflektif. JURNAL Heri Susanto. (2014). Seputar Pembelajaran
PENDIDIKAN DASAR PERKHASA: Jurnal Sejarah : Isu, Gagasan dan Strategi
Penelitian Pendidikan Dasar, 6(1), 119–130. Pembelajaran.Yogyakarta : Aswaja
https://doi.org/10.31932/jpdp.v6i1.674 Pressindo
Kamarudin, K. (2021). Meningkatkan Hasil Nana Supriatna. (2019). Pedagogi Kreatif :
Belajar Siswa Pada Pelajaran PPKn Dengan Menumbuhkan Kreativitas Dalam
Menerapkan Model Paradigma Pedagogi Pembelajaran Sejarah dan IPS. Bandung :
Reflektif di Sekolah Dasar. Edukatif : Jurnal Rosda
Ilmu Pendidikan, 3(5), 3371–3375. Suparno, P. (2015). Pembelajaran di perguruan
https://edukatif.org/index.php/edukatif/a tinggi bergaya paradigma pedagogi refleksi
rticle/view/918 (PPR). Yogyakarta : Universitas Sanata
Ofori, D. A., Anjarwalla, P., Mwaura, L., Dharma
Jamnadass, R., Stevenson, P. C., Smith, P.,
Koch, W., Kukula-Koch, W., Marzec, Z.,
Kasperek, E., Wyszogrodzka-Koma, L.,
Szwerc, W., Asakawa, Y., Moradi, S., Barati,
A., Khayyat, S. A., Roselin, L. S., Jaafar, F. M.,
Osman, C. P., … Slaton, N. (2020). No
主観的健康感を中心とした在宅高齢者に
おける
健康関連指標に関する共分散構造分析Titl
e. Molecules, 2(1), 1–12.
https://doi.org/10.5281/zenodo.4049459
Printina, B. I. (2019a). Analisa Potensi Geografis
Timur Tengah Menjadi Kekuatan Teritori
Melalui Komik Digital Berlandaskan
Paradigma Pedagogi Reflektif. Agastya:
Jurnal Sejarah Dan Pembelajarannya, 9(1),
44.
https://doi.org/10.25273/ajsp.v9i1.3642
Printina, B. I. (2019b). Pemanfaatan Media

22

You might also like