Professional Documents
Culture Documents
ima_chic05@yahoo.co.id
ABSTRACT
Stunting is a public health problem in Indonesia. Prevalence of stunting in Tasikmalaya City is quite high.
The prevalence of malnutrition in Kahuripan primary health care in 2011 is 8.27% and then there is still
undernutrition 1.36%. The prevalence of stunting in Kahuripan Sub District is 21.6%. Puspa Indah and
Edelweis Integrated Health Posts are the highest number of stunting on five under children. Number of
stunting in Puspa Indah and Edelweis Integrated Health Posts were 41 and 42 under five children
respectively. Stunting can cause growth and development disorders. The objective of this activity is to
promote about nutrition balances by providing counseling. The participant in this activity are mother who
have underfive children and pregnant woman. The result in this activity showed that generally, knowledge
about nutritional balances on underfive children, maternal, complementary feeding, exclusive
breasfeeding, and diarrhea have good enough. However, many mothers lake knowladge of good hygiene
and sanitation. The providing counseling activities could make maternal knowledge increased although
not significant.
ABSTRAK
Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Prevalensi stunting di Kota Tasikmalaya
cukup tinggi. Prevalensi gizi kurang di Puskesmas Kahuripan pada tahun 2011 sebesar 8.27% dan masih
terdapat gizi buruk yaitu 1.36%. Prevalensi stunting di Kelurahan Kahuripan yaitu 21.6%. Posyandu
Puspa Indah dan Posyandu Edelweis merupakan posyandu dengan jumlah balita stunting yang paling
tinggi. Jumlah balita stunting di Posyandu Puspa Indah dan Edelweis masing-masing 41 dan 42 balita.
Stunting dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada balita. Tujuan dari kegiatan
ini adalah mempromosikan mengenai gizi seimbang melalui kegiatan penyuluhan. Peserta pada kegiatan
ini adalah ibu balita dan ibu hamil. Hasil dari kegiatan ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu mengenai
gizi seimbang pada balita, pada ibu hamil, makanan pendamping ASI, ASI ekslusif, dan diare sudah cukup
baik. Namun, pada beberapa ibu pengetahuan mengenai higiene sanitasi masih kurang. Kegiatan
penyuluhan ini dapat meningkatkan pengetahuan ibu meskipun tidak signifikan.
Prosiding Seminar Nasional & Diseminasi Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Riset, 10 April 2018
Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya
I. Karimah, T. Agung P, A.Radiati 93
I. PENDAHULUAN
Prevalensi stunting di Indonesia yaitu 37.2%, terdiri dari sangat pendek 18.0% dan 19.2% pendek.
Masalah stunting termasuk masalah berat karena prevalensinya antara 30-39%1. Kondisi ini perlu
mendapatkan perhatian yang serius dari berbagai sektor karena menyangkut masa depan generasi penerus
bangsa. Demikian dengan prevalensi stunting di Jawa Barat juga masih tergolong masalah berat karena
prevalensinya diatas 30%.
Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam
waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi
mulai janin dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Fungsi kognitif pada anak-
anak yang bertubuh pendek lebih rendah jika dibandingkan dengan anak-anak yang berstatus gizi normal.
Pemerintah sudah mencoba dengan berbagai program untuk memperbaiki status gizi balita yang
merupakan bagian dari tujuan pembangunan global, yang tertuang dalam Millenium Development Goals.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut maka pemerintah membuat program
Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam Rangka Percepatan Perbaikan Gizi pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan. Periode 1000 hari pertama kehidupan ini merupakan periode tumbuh kembang yang harus
mendapatkan perhatian, karena gagal tumbuh pada periode ini dapat mengakibatkan gangguan tumbuh
kembang seperti pendek, daya tahan tubuh rendah, serta kecerdasan kurang. Selain itu, dapat
mengakibatkan gangguan metabolik.
Stunting dapat dicegah dengan beberapa upaya, yaitu pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil. Ibu hamil
harus mendapatkan zat gizi tambahan dari kebutuhannya karena asupan gizi ibu akan berpengaruh
terhadap perkembangan janinnya. Ibu hamil memerlukan beberapa suplementasi gizi seperti Fe dan folat.
Fe dan folat sangat penting untuk pembentukan organ-organ janin di dalam kandungan. Selain itu,
pemberian ASI ekslusif dan pemberian makanan pendamping ASI yang cukup jumlah dan kualitasnya
dapat mencegah terjadinya stunting. Pemantauan pertumbuhan balita di posyandu merupakan upaya yang
sangat strategis untuk mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan. Faktor lingkungan yang
mendukung seperti akses air bersih dan fasilitas sanitasi yang memadai dapat mendukung pencegahan
stunting pada balita.
Posyandu merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang mengelola kesehatan ibu dan anak. Kegiatan
penyuluhan ini perlu dilakukan karena dapat merubah pemahaman seseorang atau sekelompok orang
harus secara berkelanjutan supaya sedikit demi sedikit dapat memperbaiki permasalahan gizi yang ada.
Prevalensi balita stunting di Jawa Barat yaitu sebesar 33.6%2. Berdasarkan data Riset Kota
Tasikmalaya merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang prevalensi stuntingnya cukup tinggi.
Prevalensi gizi kurang di Puskesmas Kahuripan pada tahun 2011 sebesar 8.27% dan masih terdapat gizi
buruk yaitu 1.36%3. Data terbaru pada bulan Februari 2015, prevalensi stunting di Kelurahan Kahuripan,
Kecamatan Tawang masih tergolong tinggi dibandingkan dengan gizi buruk atau gizi kurang. Prevalensi
stunting di Kelurahan Kahuripan yaitu 21.6%, sedangkan gizi buruk dan gizi kurang masing-masing
11.3% dan 7.7%4. Posyandu Puspa Indah dan Edelweis merupakan posyandu dengan jumlah balita
stunting yang paling tinggi dibandingkan posyandu lainnya. Jumlah balita stunting di Posyandu Puspa
Indah sebanyak 41 dari 123 balita yang ada, sedangkan jumlah balita stunting di Posyandu Edelweis
sebanyak 42 dari 134 balita. Masih tingginya prevalensi stunting tersebut maka perlu adanya pembinaan
dalam rangka mengurangi prevalensinya. Kegiatan pengabdian ini penting dilakukan untuk mendukung
pencapaian program sadar gizi dalam rangka menurunkan angka stunting pada balita, khususnya di
wilayah Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya.
II. METODE
Prosiding Seminar Nasional & Diseminasi Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Riset, 10 April 2018
Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya
94 Penyuluhan Gizi Di Posyandu.....
Sasaran Kegiatan
Sasaran kegiatan ini adalah ibu balita dan ibu hamil. Jumlah peserta pada setiap kegiatan tidak tetap
karena ada beberapa ibu yang tidak kembali mengikuti kegiatan lanjutannya. Jumlah peserta yang tetap
dicatat sebanyak 20 orang.
1. Penyuluhan Gizi Seimbang pada Balita dan Ibu Hamil Posyandu Edelweis
Tanggal : Rabu, 12 Agustus 2015
Waktu : 15.30-17.30
Tempat : Posyandu Edelweis
Jumlah peserta : 26 orang
Metode penyuluhan : Ceramah, diskusi, tanya jawab
Alat bantu : Power point, leaflet, speaker, LCD
Evaluasi : Pre test dan post test
2. Penyuluhan Gizi Seimbang pada Balita dan Ibu Hamil Posyandu Puspa Indah
Tanggal : Kamis, 13 Agustus 2015
Waktu : 09.00-11.00
Tempat : Posyandu Puspa Indah
Jumlah peserta : 25 orang
Metode penyuluhan : Ceramah, diskusi, tanya jawab
Alat bantu : Power point, leaflet, speaker, LCD
Evaluasi : Pre test dan post test
Prosiding Seminar Nasional & Diseminasi Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Riset, 10 April 2018
Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya
I. Karimah, T. Agung P, A.Radiati 95
8. Demo MP ASI, penyuluhan ASI ekslusif dan MP ASI di Posyandu Puspa Indah
Tanggal : Kamis, 15 Oktober 2015
Waktu : 09.00-11.00
Tempat : Posyandu Puspa Indah
Jumlah peserta : 20 orang
Metode penyuluhan : Ceramah, diskusi, tanya jawab
Alat bantu : Power point, speaker, LCD
Evaluasi : Pre test dan post test
Pada kegiatan ini pengetahuan gizi ibu balita diukur menggunakan kuesioner pre test dan post test.
Jumlah soal dari masing-masing materi penyuluhan adalah 5 soal. Pertanyaan post test diberikan setelah
kegiatan penyuluhan selesai dengan item pertanyaan yang sama. Pengkategorian pengetahuan adalah
sebagai berikut, pengetahuan baik jika pengetahuan >80; sedang 60-80; dan <60 kurang2. Namun, dalam
kegiatan ini dikelompokkan menjadi pengetahuan baik dan cukup saja sehingga klasifikasinya adalah
sebagai berikut. Pengetahuan ibu baik ketika nilainya ≥80 sedangkan pengetahuan cukup apabila nilainya
<80. Jumlah responden dalam setiap kali kunjungan berbeda dan tidak selalu tetap. Jumlah responden
Prosiding Seminar Nasional & Diseminasi Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Riset, 10 April 2018
Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya
96 Penyuluhan Gizi Di Posyandu.....
yang dimasukan dalam pengolahan data diambil dari responden yang tetap datang pada saat penyuluhan
kegiatan.
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan ibu mengenai konsep gizi
seimbang pada balita baik. Hal ini kemungkinan terjadi karena ibu sering datang ke posyandu sehingga
pengetahuan ibu baik. Penyuluhan membuat pengetahuan gizi responden meningkat, hal ini dapat dilihat
dari jumlah responden yang pengetahuan gizinya baik pada saat pre test menjadi bertambah pada saat post
test.
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan ibu mengenai gizi seimbang
pada ibu hamil sebelum diberi penyuluhan masih dalam kategori cukup. Hal ini kemungkinan terjadi
karena ibu kurang memperhatikan kebutuhan gizi yang cukup selama kehamilan untuk pertumbuhan
janinnya. Setelah diberi penyuluhan, pengetahuan ibu mengalami peningkatan menjadi kategori baik.
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan ibu mengenai MP ASI sudah
dalam kategori baik. Hal ini kemungkinan terjadi karena ibu sudah memperhatikan gizi yang dibutuhkan
oleh balitanya.
Prosiding Seminar Nasional & Diseminasi Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Riset, 10 April 2018
Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya
I. Karimah, T. Agung P, A.Radiati 97
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan ibu mengenai ASI ekslusif
pada balita sebelum diberi penyuluhan dalam kategori baik. Hal ini kemungkinan terjadi karena sebagian
besar ibu sudah memperhatikan kebutuhan ASI untuk balita. Setelah diberi penyuluhan, pengetahuan ibu
mengenai ASI ekslusif pada balita mengalami peningkatan menjadi kategori baik. Artinya bahwa ada
partisipasi yang tinggi dari ibu dalam mengikuti penyuluhan.
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan ibu mengenai diare dalam
kategori baik. Hal ini kemungkinan terjadi karena sebagian besar ibu sudah memperhatikan kesehatan
untuk balitanya.
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan ibu mengenai PHBS sebelum
diberi penyuluhan masih dalam kategori cukup. Hal ini kemungkinan terjadi karena tingkat kesadaran ibu
terhadap PHBS masih sangat kurang. Setelah diberi penyuluhan, pengetahuan ibu mengalami peningkatan
menjadi kategori baik. Dalam hal ini, partisipasi ibu dalam mengikuti penyuluhan cukup tinggi, sehingga
ibu mendapatkan tambahan pengetahuan tentang PHBS.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behaviour)2. Pengetahuan ini menjadi dasar dalam perilaku hidup manusia, termasuk kaitannya dengan
praktek pemberian gizi seimbang pada balita. Namun, yang sering menjadi kendala adalah pengetahuan
sudah punya namun tidak dilaksanakan dalam kehidupannya dengan berbagai alasan, seperti tidak ada
waktu ataupun keterbatasan dari segi finansial.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peserta, anggapan pemberian makanan yang bergizi
kepada anak adalah makanan yang mahal. Hal ini yang mungkin harus diperbaiki. Makanan yang bergizi
bukan berarti harus mahal, banyak makanan di sekitar yang baik dan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi
bagi anak maupun anggota keluarga lainnya. Hasil kegiatan ini menunjukkan bahwa, kemungkinan
penyebab tingginya angka stunting pada balita bukan karena pengetahuannya yang sangat rendah, namun
Prosiding Seminar Nasional & Diseminasi Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Riset, 10 April 2018
Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya
98 Penyuluhan Gizi Di Posyandu.....
karena pelaksanaannya yang tidak optimal. Pengetahuan saja tanpa praktek merupakan hal yang kurang
baik.
IV. SIMPULAN
Secara umum pengetahuan gizi ibu mengenai gizi seimbang pada balita, gizi seimbang pada ibu hamil,
MP ASI, ASI Ekslusif, dan diare sudah cukup baik. Namun, pengetahuan ibu mengenai perilaku hidup
bersih dan sehat agak kurang. Kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan membuat pengetahuan ibu
mengenai gizi seimbang pada ibu hamil, MP ASI, ASI Ekslusif, diare dan perilaku hidup bersih dan sehat
mengalami peningkatan meskipun tidak signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] [Kemenkes] Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID): Badan Penelitian
Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013.
[2] Khomsan A. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004.
[3] Notoatmojo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2007.
[4] Paramaiswara WN. Hubungan antara Perbedaan Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi Bayi
6-11 Bulan di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. 2013.
[5] Puskesmas Kahuripan. Data Balita Bermasalah dan Bumil KEK di Kelurahan Kahuripan Tahun
2015. 2015.
[6] WHO. Nutrition Landscape Information System, Country Profile Indicators Interpretation Guide.
2010.
Prosiding Seminar Nasional & Diseminasi Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Berbasis Riset, 10 April 2018
Politeknik Kesehatan Kemenkes Tasikmalaya