You are on page 1of 7

Tetty Herta Doloksaribu, 1* Rohani Retnauli, 2 Sartika Tria Amanda Siregar, 3

UPAYA PENGAJARAN KADER POSYANDU TENTANG GIZI PADA 1000


HPK DAN DETEKSI STUNTING PADA ANAK BADUTA
DI DESA BANGUN SARI TANJUNG MORAWA

Tetty Herta Doloksaribu, 1* Rohani Retnauli, 2 Septia Tri Wulandari Lubis, 3

Poltekkes Kemenkes Medan, Jurusan Gizi Dan Dietetika


Departemen Jurusan Gizi Lubuk Pakam

Jurusan Gizi, Poltekkes Kemenkes Medan, Medan, 20514, Indonesia

JL. Negara Simpang Tanjung Garbus Lubuk Pakam (061) 7951402

ABSTRACT

The period of the first thousand days of life (1000 HPK), namely from the time the fetus is in
the womb until it is 2 years old, has been scientifically proven to be a golden period for child
growth and development. The purpose of this community service is to increase the
knowledge and skills of posyandu cadres regarding 1000 HPK and early detection of stunting
in children under two years old (baduta) in Bangun Sari Village, Tanjung Morawa District,
Deli Serdang Regency. The community service method used is training on: 1) Nutrition at
1,000 HPK, 2) Stunting detection for children under two years old, including advocacy,
socialization and coordination of activity implementation, determining participants, preparing
training material on 1,000 HPK and training Posyandu toddler cadres about nutrition at 1000
HPK and stunting detection. From the results of the research it was found that there was an
increase in cadre knowledge about the importance of nutrition in the 1000 HPK including
stunting prevention and MP ASI Baduta. Increase in pre-test and post-test scores from an
average of 56.5 to an average of 77.5. There is an increase in the ability of cadres in the
practice of measuring the length and weight of children under five, which is the basis for
early detection of stunting. Posyandu cadres have been able to prepare MP ASI with the
principle of balanced nutrition.

Keywords: Baduta; Cader;HPK Nutrition;Stun

1. Pendahuluan
Periode seribu hari pertama kehidupan yaitu sejak janin di kandungan hingga berumur 2
tahun telah dibuktikan secara ilmiah merupakan periode emas pertumbuhan dan
perkembangan anak. Organ–organ tubuh manusia seperti otak, hati, jantung, ginjal, paru–
paru, kelenjar lymphoid dan organ penting lainnya tumbuh dan berkembang pesat pada
periode ini. Periode ini juga merupakan periode kritis dimana kekurangan gizi pada periode

Tetty Herta Doloksaribu, Rohani Retnauli Simanjuntak, Sartika Tria Amanda Siregar
Poltekkes Kemenkes Medan, Jurusan Gizi, Jl. Negara Simpang Tanjung Garbus Lubuk Pakam (20514)
E-mail: hertytetydolok1000@gmail.com ; retanuli@gmai.com ; srtikatriamanda@gmail.com
Tetty Herta Doloksaribu, 1* Rohani Retnauli, 2 Sartika Tria Amanda Siregar, 3

ini bersifat irreversible dan permanen. Oleh karena itu, pemenuhan gizi pada periode 1000
HPK sangat penting untuk pencegahan stunting.
Prevalensi stunting pada baduta masih sangat memprihatinkan. Riset Kesehatan Dasar
tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi baduta stunting di Indonesia sebesar 32,2%, lebih
tinggi dibandingkan prevalensi stunting pada balita yaitu 29,9%. Unicef Indonesia
menyampaikan bahwa salah satu faktor penyebab tingginya stunting di Indonesia adalah
pengetahuan yang tidak memadai dan praktik–praktik gizi yang tidak tepat. Selanjutnya
edukasi gizi direkomendasikan sebagai salah satu cara untuk mengentaskan stunting di
Indonesia. Disisi lain, peran kader posyandu balita sangat penting sebagai ujung tombak
penggerak masyarakat dalam pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita. Tugas
kader di posyandu terkait edukasi gizi terutama pada kegiatan penyuluhan, konseling dan
pada kegiatan pemantauan pertumbuhan.

2 METODE
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan di Kantor Kepala Desa Bangun Sari,
Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Sosialisasi dan koordinasi
pelaksanaan kegiatan dilaksanakan pada bulan Juli 2020 dan kegiatan pelatihan dilaksanakan
pada bulan Agustus 2020. Metode pengabdian masyarakat yang dilakukan adalah pelatihan
tentang Gizi pada 1000 HPK dan Deteksi Stunting pada anak baduta.
Sasaran dalam kegiatan pelatihan pada pengabdian masyarakat ini adalah kader posyandu
balita yang ada di Desa Bangun Sari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.
Sarana dan alat untuk kegiatan pelatihan adalah media pelatihan yaitu LCD, sound system
dan materi pelatihan stunting dan 1000 HPK, alat pengukur berat badan, pengukur panjang
dan tinggi.
Tahapan kegiatan diawali dengan penjajakan lokasi kegiatan, sosialisasi dan koordinasi
rencana pelaksanaan kegiatan, penentuan peserta, pembuatan materi pelatihan dan
pelaksanaan pelatihan.ri, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.
3 HASIL DAN DISKUSI
Seluruh kegiatan pelatihan dibagi menjadi dua tahap dengan jarak waktu satu minggu
antara pelatihan tahap pertama (tanggal 3 Agustus 2020) dengan pelatihan tahap kedua
(tanggal 10 Agustus 2020). Sebelum kegiatan pelatihan dilakukan pre-test dengan
kuesioner yang diisi sendiri oleh peserta pelatihan. Terdapat 15 pertanyaan yang diajukan
oleh pengabdi kepada kader untuk mengukur pengetahuan tentang pentingnya gizi pada
1000 HPK termasuk tentang stunting dan MP ASI Baduta.
Pelatihan tahap pertama dengan materi tentang stunting dan pentingnya gizi pada 1000
HPK. Materi pelatihan disampaikan melalui pemutaran video dan dan slide power point
yang ditampilkan dengan alat bantu LCD. Para kader juga mendapatkan hand out materi
yang sudah dibagikan setelah mengerjakan kuesioner. Pengabdi juga menggunakan
leaflet edukasi gizi sebagai salah satu alat bantu untuk menunjukkan kepada kader
beberapa gambar penting seperti isi piringku.

Tetty Herta Doloksaribu, Rohani Retnauli Simanjuntak, Sartika Tria Amanda Siregar
Poltekkes Kemenkes Medan, Jurusan Gizi, Jl. Negara Simpang Tanjung Garbus Lubuk Pakam (20514)
E-mail: hertytetydolok1000@gmail.com ; retanuli@gmai.com ; srtikatriamanda@gmail.com
Tetty Herta Doloksaribu, 1* Rohani Retnauli, 2 Sartika Tria Amanda Siregar, 3

Gambar 1 Pelatihan Tahap Pertama

Pelatihan tahap kedua dengan materi tentang deteksi dini stunting dan pembuatan MP-
ASI. Pada kegiatan ini, pengabdi membagi menjadi dua kelompok besar kader, masing-
masing kelompok terdiri dari 20 orang kader. Hal ini dilakukan karena keterbatasan
ketersediaan alat ukur. Sebelum materi pelatihan disampaikan, masing-masing kader
diminta terlebih dahulu untuk melakukan praktek mengukur panjang/tinggi badan dan
berat badan. Hal ini dinilai sebagai pre-test tentang ketrampilan kader dalam melakukan
pengukuran panjang/tinggi badan dan berat badan.

Gambar 2 Pelatihan Tahap Kedua

Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan kader termasuk bentuk luaran dari kegiatan
pengabdian masyarakat ini. Rata-rata skor pengetahuan kader sebelum kegiatan pelatihan
yang ditunjukkan oleh hasil pre-test adalah 56,5. Ada beberapa pertanyaan yang sebagian
besar kader tidak dapat menjawab yaitu pertanyaan nomor 2, 9, 14 dan 15. Pertanyaan
nomor 2 tentang apa yang disebut dengan 1000 HPK, hanya 29% kader yang menjawab
benar. Pertanyaan nomor 9 tentang bentuk MP ASI untuk anak usia 12-24 bulan, hanya
19% kader yang menjawab benar. Pertanyaan nomor 15 tentang frekuensi pemberian MP
ASI anak usia 12-24 bulan, hanya 9,7% kader yang bisa menjawab dengan benar.
Berdasarkan nilai pre test terlihat bahwa Sebagian besar kader belum memiliki
pemahaman yang benar tentang 1000 HPK dan MP ASI.
Rata-rata skor pengetahuan kader setelah kegiatan pelatihan yang ditunjukkan oleh
Tetty Herta Doloksaribu, Rohani Retnauli Simanjuntak, Sartika Tria Amanda Siregar
Poltekkes Kemenkes Medan, Jurusan Gizi, Jl. Negara Simpang Tanjung Garbus Lubuk Pakam (20514)
E-mail: hertytetydolok1000@gmail.com ; retanuli@gmai.com ; srtikatriamanda@gmail.com
Tetty Herta Doloksaribu, 1* Rohani Retnauli, 2 Sartika Tria Amanda Siregar, 3

hasil post-test menunjukkan rata-rata nilai kader 77,5. Pertanyaan-pertanyaan yang


mendapat nilai rendah pada saat pre-test, mengalami peningkatan saat post-test.
Pertanyaan nomor 2 tentang apa yang disebut dengan 1000 HPK, dari 29% kader yang
menjawab benar menjadi 77,4% yang menjawab benar. Pertanyaan nomor 9 tentang batas
usia pemberian ASI, dari 23% kader yang menjawab benar menjadi 74,2% yang
menjawab benar. Pertanyaan nomor 14 tentang bentuk MP ASI untuk anak usia 12-24
bulan, dari 19% kader yang menjawab benar menjadi 54,8% yang menjawab benar.
Pertanyaan nomor 15 tentang frekuensi pemberian MP ASI anak usia 12-24 bulan, dari
9,7% kader yang bisa menjawab dengan benar menjadi 71% yang menjawab dengan
benar. Berdasarkan nilai post-test terlihat bahwa sebagian besar kader sudah memiliki
pemahaman tentang stunting, 1000 HPK dan MP ASI.
Pengukuran ketrampilan kader tentang MP ASI juga dilakukan dimana pengabdi
meminta kader mempraktikkan pembuatan MP ASI berdasarkan teori yang disampaikan
pada pelatihan tahap pertama. Ada 8 kelompok kader, sesuai dengan jumlah posyandu
yang ada di Desa Bangun Sari. Masing-masing perwakilan posyandu membuat MP ASI
untuk kelompok umur 6-9 bulan (2 posyandu), kelompok umur 9-11 bulan (2 posyandu),
12-24 bulan (2 posyandu) dan untuk kelompok ibu hamil (2 posyandu). Adapun MP ASI
yang disarankan untuk disiapkan adalah MP ASI yang berasal dari makanan keluarga.
Setelah pelatihan tahap kedua, pengabdi meminta para kader untuk membentuk dua
kelompok besar dimana masing-masing kelompok melakukan pengukuran kembali dan
menjadi nilai post-test. Hasil post-test cukup memuaskan karena ada perbaikan praktik
pengukuran para kader. Jumlah kader yang belum menekan lutut baduta ke baby length
board menurun dari 39% menjadi 5%, kader yang tidak memperhatikan titik nol dari 35%
menjadi 3% dan semua kader sudah melepas alas kaki baduta saat mengukur panjang
badan.

Tetty Herta Doloksaribu, Rohani Retnauli Simanjuntak, Sartika Tria Amanda Siregar
Poltekkes Kemenkes Medan, Jurusan Gizi, Jl. Negara Simpang Tanjung Garbus Lubuk Pakam (20514)
E-mail: hertytetydolok1000@gmail.com ; retanuli@gmai.com ; srtikatriamanda@gmail.com
Tetty Herta Doloksaribu, 1* Rohani Retnauli, 2 Sartika Tria Amanda Siregar, 3

Gambar 3 Kader Perwakilan Posyandu Menjelaskan Cara Pembuatan MP ASI

Setelah pelatihan tahap kedua, pengabdi meminta para kader untuk membentuk dua
kelompok besar dimana masing-masing kelompok melakukan pengukuran kembali dan
menjadi nilai post-test. Hasil post-test cukup memuaskan karena ada perbaikan praktik
pengukuran para kader. Jumlah kader yang belum menekan lutut baduta ke baby length
board menurun dari 39% menjadi 5%, kader yang tidak memperhatikan titik nol dari 35%
menjadi 3% dan semua kader sudah melepas alas kaki baduta saat mengukur panjang
badan.
Kader posyandu adalah pengelola Posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada
saat musyawarah pembentukan Posyandu. Salah satu tugas melakukan penyuluhan
kepada warga masyarakat agar pengetahuan dan tingkat kesehatan di masyarakat akan
meningkat (Iramanggribeth,+JPAI+vol+2+no+1+maret+2020+12-17, n.d.).
Kader kesehatan adalah mitra bidan dalam pelaksanaan deteksi dini pertumbuhan
balita di posyandu danmerupakan enumerator utama dalam pengambilan data Panjang/
tinggi badan, realitanya banyak kader yang belum memiliki pengetahuan baik tentang
stunting dan keterampilan yang baik dalam pengukuran Panjang atau tinggi badan
(Rohmah & Siti Arifah, 2021).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Maddalak (2012) tentang pengaruh pelatihan
kader terhadap tingkat pengetahuan dan sikap kader tentang tugas kader Posyandu, hasil
evaluasi menunjukkan terjadinya peningkatan pengetahuan peserta yang mendapatkan
nilai dengan kriteria baik sebesar 100% yang sebelumnya rata-rata kader berpengetahuan
kurang. Peningkatan pengetahuan disebabkan oleh karena peserta memperhatikan dengan
seksama hal-hal yang disajikan pemateri sehingga apa yang disampaikan oleh pemateri
dapat mereka serap dengan baik. Kemampuan kader akan menjadi lebih baik setelah
mengikuti pelatihan sehingga pemahaman tentang pemantauan 1000 HPK akan menjadi
lebih tahu dan faham. Hal ini tentunya disebabkan pengetahuan yang meningkat yang
didapat kader selama dalam pelatihan yang dilakukan dengan perhatian, keaktifan selama
proses pelatihan (Eka et al., n.d.).
Intervensi untuk menurunkan anak pendek harus dimulai secara tepat sebelum
kelahiran, dengan pelayanan pranatal dan gizi ibu, dan berlanjut hingga usia dua
tahun. Proses untuk menjadi seorang anak bertubuh pendek –yang disebut kegagalan
pertumbuhan (growth faltering) -dimulai dalam rahim, hingga usia dua tahun. Pada
saat anak melewati usia dua tahun, sudah terlambat untuk memperbaiki kerusakan
pada tahun-tahun awal.Oleh karena itu, status kesehatan dan gizi ibu merupakan
penentu penting tubuh pendek pada anak-anak (Yuliani et al., n.d.).
Salah satu bentuk intensif yang dapat diberikan oleh tenaga kesehatan adalah
diadakannya pelatihan yang konsisten untuk para kader sebagai upaya dalam menambah
wawasan agar lebih optimalnya pelayanan posyandu (Iswarawanti, 2010). Pelatihan ini
menjadi bentuk dari insentif non finansial untuk para kader karena adanya rasa

Tetty Herta Doloksaribu, Rohani Retnauli Simanjuntak, Sartika Tria Amanda Siregar
Poltekkes Kemenkes Medan, Jurusan Gizi, Jl. Negara Simpang Tanjung Garbus Lubuk Pakam (20514)
E-mail: hertytetydolok1000@gmail.com ; retanuli@gmai.com ; srtikatriamanda@gmail.com
Tetty Herta Doloksaribu, 1* Rohani Retnauli, 2 Sartika Tria Amanda Siregar, 3

penghargaaan diri dan kader merasakan ilmu yang didapat dari pelatihan dapat berguna
bagi dirinya dan keluarga (Manajemen et al., 2010)

4. KESIMPULAN

Terdapat peningkatan pengetahaun kader tentang pentingnya gizi dalam 1000 HPK
termasuk tentang pencegahan stunting dan MP ASI Baduta. Peningkatan nilai pre-test dan
post-test. Terdapat peningkatan kemampuan kader dalam praktik pengukuran panjang dan
berat badan baduta yang merupakan dasar deteksi dini stunting. Kader posyandu telah
mampu menyiapkan MP ASI dengan prinsip gizi seimbang.

5. PENGAKUAN

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada civitas akademika Politeknik Kesehatan
Medan Jurusan Gizi dan kader posyandu balita yang ada di Desa Bangun Sari, Kecamatan
Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

6. REFERENSI

Eka, B., Saudia, P., Putu, D. N., & Anggraini, D. A. (n.d.). JURNAL Midwifery Update (MU) PEMANTAUAN
1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN DALAM RANGKA PENCEGAHAN STUNTING MELALUI PELATIHAN
KADER KESEHATAN DI DESA MENEMENG WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAGU KECAMATAN
PRINGGARATA KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2018. http://jurnalmu.poltekkes-
mataram.ac.id/index.php/jurnalmu

iramanggribeth,+JPAI+vol+2+no+1+maret+2020+12-17. (n.d.).

Manajemen, J., Kesehatan, P., Posyandu, K., Peranan, :, Pemberdayaannya, D. T., & Iswarawanti, D. N.
(2010). POSYANDU CADRES: THEIR ROLES AND CHALLENGES IN EMPOWERMENT FOR IMPROVING
CHILDREN NUTRITIONAL STATUS IN INDONESIA. In Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan (Vol. 13,
Issue 4).

Rohmah, F. N., & Siti Arifah. (2021). OPTIMALISASI PERAN KADER KESEHATAN DALAM DETEKSI DINI
STUNTING. BEMAS: Jurnal Bermasyarakat, 1(2), 95–102. https://doi.org/10.37373/bemas.v1i2.88

Yuliani, E., Yunding, J., Haerianti, M., Marendeng Majene, Stik., & Kartini Majene, J. R. (n.d.). PELATIHAN
KADER KESEHATAN DETEKSI DINI STUNTING PADA BALITA DI DESA BETTENG (Health Cadre Training
About Early Detection Of Stunting Toddler In Betteng Village).

Eka, B., Saudia, P., Putu, D. N., & Anggraini, D. A. (n.d.). JURNAL Midwifery Update (MU) PEMANTAUAN
1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN DALAM RANGKA PENCEGAHAN STUNTING MELALUI PELATIHAN
KADER KESEHATAN DI DESA MENEMENG WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAGU KECAMATAN
PRINGGARATA KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2018. http://jurnalmu.poltekkes-
mataram.ac.id/index.php/jurnalmu

iramanggribeth,+JPAI+vol+2+no+1+maret+2020+12-17. (n.d.).

Tetty Herta Doloksaribu, Rohani Retnauli Simanjuntak, Sartika Tria Amanda Siregar
Poltekkes Kemenkes Medan, Jurusan Gizi, Jl. Negara Simpang Tanjung Garbus Lubuk Pakam (20514)
E-mail: hertytetydolok1000@gmail.com ; retanuli@gmai.com ; srtikatriamanda@gmail.com
Tetty Herta Doloksaribu, 1* Rohani Retnauli, 2 Sartika Tria Amanda Siregar, 3

Manajemen, J., Kesehatan, P., Posyandu, K., Peranan, :, Pemberdayaannya, D. T., & Iswarawanti, D. N.
(2010). POSYANDU CADRES: THEIR ROLES AND CHALLENGES IN EMPOWERMENT FOR IMPROVING
CHILDREN NUTRITIONAL STATUS IN INDONESIA. In Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan (Vol. 13,
Issue 4).

Rohmah, F. N., & Siti Arifah. (2021). OPTIMALISASI PERAN KADER KESEHATAN DALAM DETEKSI DINI
STUNTING. BEMAS: Jurnal Bermasyarakat, 1(2), 95–102. https://doi.org/10.37373/bemas.v1i2.88

Yuliani, E., Yunding, J., Haerianti, M., Marendeng Majene, Stik., & Kartini Majene, J. R. (n.d.). PELATIHAN
KADER KESEHATAN DETEKSI DINI STUNTING PADA BALITA DI DESA BETTENG (Health Cadre Training
About Early Detection Of Stunting Toddler In Betteng Village).

Tetty Herta Doloksaribu, Rohani Retnauli Simanjuntak, Sartika Tria Amanda Siregar
Poltekkes Kemenkes Medan, Jurusan Gizi, Jl. Negara Simpang Tanjung Garbus Lubuk Pakam (20514)
E-mail: hertytetydolok1000@gmail.com ; retanuli@gmai.com ; srtikatriamanda@gmail.com

You might also like