You are on page 1of 9

PENGARUH AKTIVITAS FISIK PADA LANSIA

PENDERITA GOUT ARTRITIS

LAPORAN KASUS BLOK ELEKTIF

Disusun oleh :
Aufa Mahdiya Izzaty
NPM : 1102017042
Bidang Kepeminatan Geriatri Kelompok 1
Tutor : Prof. dr. Qomariyah RS, MS, PKK, AIFM.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2020
ABSTRAK

Background: Gouty arthritis is the third most common type of arthritis after osteoarthritis
and rheumatoid arthritis group, which can interfere with the quality of life of the sufferer.
High blood uric acid levels have long been known to cause gout. One of the factors that can
affect uric acid levels is physical activity
Case Presentation: An elderly male aged 72 years, the patient has not worked for 6 months
and comes with complaints of joint pain in the right toe and right knee which is still often felt
by the patient even though he has taken medication since 1 month ago. The patient has never
done sports, but since the last 2 weeks the patient has been doing sports by walking around
the house every 2 days.
Discussion and Conclusions: Based on a study conducted there is a relationship between
physical activity and Gout Arthritis in patients. Moderate physical activity can reduce uric
acid levels in the blood and relieve the pain you feel. Activities that are carried out gradually
from warm-up to cooling, measure the activity according to the intensity and time that has
been measured, and are regularly carried out routinely 3 to 5 times a week. In the Islamic
perspective, it is stated that Allah will weaken our bodies again when we are old, this is in
accordance with the number of elderly people with arthritis gout.
Keywords: Gouty Arthritis, Elderly, Physical Activity

Latar Belakang: Artritis gout adalah jenis artritis terbanyak ketiga setelah osteoartritis dan
kelompok rematik luar sendi, yang dapat mengganggu kualitas hidup penderitanya. Kadar
asam urat darah yang tinggi telah sejak lama diketahui menjadi penyebab gout. Salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi kadar asam urat adalah aktivitas fisik
Presentasi Kasus: Seorang laki-laki lansia berusia 72 tahun, sudah 6 bulan ini pasien tidak
bekerja datang dengan keluhan nyeri sendi pada jari kaki kanan serta lutut kanan yang masih
sering dirasakan oleh pasien meskipun sudah minum obat sejak 1 bulan yang lalu. Pasien
tidak pernah melakukan olahraga, tetapi sejak 2 minggu terakhir pasien melakukan olahraga
dengan berjalan disekitar rumah setiap 2 hari.
Diskusi dan Simpulan: Berdasarkan kajian yang dilakukan adanya hubungan aktivitas fisik
dengan penyakit Gout Arthritis pada pasien. Aktivitas fisik sedang dapat menurukan kadar
asam urat dalam darah serta meringankan rasa nyeri yang dirasakan. Aktivitas yang
dilakukan secara bertahap dari pemanasan hingga pendinginan, terukur melakukan aktivitas
sesuai dengan intensitas dan waktu yang telah diukur, serta teratur dilakukan rutin 3 hingga 5
waktu dalam 1 minggu. Dalam pandangan islam, dinyatakan bahwa Allah akan melemahkan
tubuh kita kembali saat tua, hal ini sesuai dengan banyaknya penderita gout artritis yang
lansia.
Kata Kunci: Gout Artritis, Lansia, Aktivitas fisik

LATAR BELAKANG
Gout adalah penyakit progresif yang diakibatkan deposisi kristal monosodium urat
(MSU) di sendi, ginjal, dan jaringan ikat lainnya yang diakibatkan oleh hiperurisemia yang
berlangsung kronik (P. R Indonesia, 2018). Artritis gout adalah jenis artritis terbanyak ketiga
setelah osteoartritis dan kelompok rematik luar sendi (gangguan pada komponen penunjang
sendi, peradangan, penggunaan berlebihan), yang dapat mengganggu kualitas hidup
penderitanya (Wahyu Widyanto, 2017). Prevalensi Artritis Gout menurut World Health
Organization (WHO) diperkirakan bahwa sekitar 335 juta orang di dunia mengidap penyakit
rematik. Prevalensi gout di Amerika serikat sekitar 2,6 dalam 1000 kasus. Prevalensi
penyakit Gout Arthritis berdasarkan umur 55-64 tahun sebesar 45%, umur 65-74 tahun
sebesar 51,9% dan umur lebih dari 75 tahun sebesar 54,8% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan
hasil studi Riskesdas tahun 2018, prevalensi penyakit sendi di Indonesia berdasarkan
diagnosis dokter didapatkan hasil bahwa pada kelompok umur 65 tahun (Lansia) yang
menderita penyakit sendi berjumlah 56.394 orang. Di Indonesia tahun 2018 prevalensi yang
mengalami atau penderita asam urat berdasarkan umur yaitu umur 45-54 tahun berdasarkan
diagnosis yaitu 11,1%, umur 55-64 tahun berdasarkan diagnosis yaitu 15,5%, umur 65-74
tahun berdasarkan diagnosis yaitu 18,6% dan umur 75 tahun atau lebih yaitu mencapai 18,9%
(Riskesdas, 2018).
Kadar asam urat darah yang tinggi telah sejak lama diketahui menjadi penyebab gout.
Dua kondisi yang dapat membuat peningkatan kadar asam urat dalam darah, yaitu tinggi
purin yang dihasilkan serta pengeluaran asam urat yang rendah, yang menyebabkan
keseimbangan purin dalam tubuh menjadi terganggu. Kadar asam urat dalam tubuh
dihasilkan dari pembentukan purin (Natania & Milanti, 2020).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar asam urat adalah aktivitas fisik.
Aktivitas yang dilakukan manusia berkaitan dengan kadar asam urat yang terdapat dalam
darah. Aktivitas fisik seperti olahraga atau gerakan fisik dapat menurunkan ekskresi asam
urat dan meningkatkan produksi asam laktat tubuh (Fauzi & Widaryati, 2018). Tujuan dari
laporan kasus ini dibuat adalah untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik pada lansia yang
menderita gout artritis.

PRESENTASI KASUS
Tn. R, berusia 72 tahun sudah 6 bulan ini pasien tidak bekerja. Pasien telah menikah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan dengan suhu 36,2˚C,
tekanan darah 150/100 mmHg dan nadi 96 x/menit. Pada status lokalis Regio patella dekstra
didapatkan nyeri tekan (+) dan regio digiti I dan II pedis dekstra didapatkam warna (+) dan
nyeri tekan (+).Serta pada pemeriksaan penunjang didapatkan asam urat 7,56 mg/dl.
Pasien berobat karena nyeri sendi pada jari kaki kanan serta lutut kanan yang masih
sering dirasakan meskipun sudah minum obat. Nyeri sendi dirasakan hilang timbul. Biasanya
nyeri bertambah setelah sebelumnya pasien mengkonsumsi sayur-sayur berwarna hijau tua
seperti daun singkong. Sebelumnya 1 bulan yang lalu pasien mengeluhkan nyeri sendi di jari-
jari (ibu jari dan jari telunjuk) kaki kanan dan lutut kanan sampai susah untuk berjalan. Selain
itu pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak 1 tahun yang lalu dan rutin
mengkonsumsi obat anti hipertensi. Riwayat penyakit kencing manis tidak pernah dimiliki
oleh pasien. Riwayat penyakit keluarga yang pernah dialami seperti pasien tidak diketahui
oleh pasien karena keluarga pasien yang tinggal di pulau Jawa, tetapi anak pasien yang
tinggal dalam 1 rumah bersama pasien memilki riwayat penyakit stroke sejak 3 tahun yang
lalu. Sebelumnya pasien memiliki riwayat merokok selama 30 tahun tetapi sudah 2 tahun ini
pasien berhenti merokok. Pasien tidak pernah melakukan olahraga, tetapi sejak 2 minggu
terakhir pasien melakukan olahraga dengan berjalan disekitar rumah setiap 2 hari, tetapi
pasien kurang mengatur pola makan sehingga pasien tidak menghindari makanan yang
berisiko terhadap penyakitnya. Sehari-hari pasien hanya duduk, mengobrol dan tidur
dirumah, sebelumnya pasien bekerja sebagai kuli di pelabuhan dan bekerja selama 8 jam
mengangkut barang-barang Pada status generalis kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher,
paru, jantung, abdomen semua dalam batas normal. Pasien diberikan terapi obat
asammefenamat 3x500 mg, allopurinol 1x100 mg dan captopril 1x25 mg.
Penegakan diagnosis klinik utama pada pasien sudah benar, yaitu gout arthritis dan
hipertensi grade I. Insiden gout berkorelasi kuat dengan konsentrasi serum asam urat, jika
meningkat ketika melebihi 7 mg/dL dan berdasarkan JNC VIII, hipertensi stage I apabila
kanan sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg. (Kusumastuti &
Kurniawati, 2015).

DISKUSI
Kelebihan asam urat dalam darah menjadi masalah yang cukup serius, terutama bagi
orang yang berusia 40 tahun keatas. Kadar asam urat yang tinggi akan menyebabkan
peningkatan kristal asam urat yang berbentuk seperti jarum terutama di persendian yang akan
menimbulkan rasa sakit pada persendian yang disebut dengan artritis gout. Penyakit ini
menyebabkan nyeri luar biasa serta menurunkan kualitas hidup (Ningtyas & Ramadhian,
2016). Gout yang telah kronis dan tanpa penanganan dapat mengakibatkan kondisi yang lebih
buruk. Rasa sakit akibat serangan asam urat dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain
itu kerusakan sendi akibat serangan asam urat yang berulang kali dapat menyebabkan
kecacatan permanen (Natania & Milanti, 2020).
Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal-kristal hasil akhir dari metabolisme
purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat
pada inti sel-sel tubuh. Kadar normal asam urat dalam darah adalah 2-6 mg/dL
untukperempuan dan 3-7,2 mg/dL untuk laki-laki. Konsentrasi asam urat serum tinggi
(hiperurisemia) jika lebih dari 7 mg/dl pada laki-laki dan lebih dari 6mg/dl pada perempuan.
Kadar asam urat serum rendah (hipourisemia) apabila kadarasam urat serum kurang dari 2,5
mg/dl pada laki-laki dan kurang dari 2 mg/dl pada perempuan (Ningtyas & Ramadhian,
2016).
Gambaran klinis dari artritis gout terdapat dalam empat tahap, tahap I (hiperurisemia
asimtomatik), pada tahap ini belum menunjukan gejala selain peningkatan asam urat serum;
tahap II (arthritis gout akut), pada tahap initerjadi pembengkakan mendadak dan nyeri luar
biasa, sendi-sendi lain dapat terserang termasuk sendi jari-jari tangan, lutut mata kaki,
pergelangan tangan, dan siku; tahap III (intercritical); dan tahap IV (gout kronis) (Ningtyas &
Ramadhian, 2016).

Penanganan pada penderita gout dibagi menjadi 2 yaitu secara farmakologi dan
nonfarmakologi. Untuk farmakologi menggunakan obat, seperti: NSAIDs, colchicine,
corticosteroid, probenecid, allopurinol dan urocisuric. Sedangkan nonfarmakologi dengan
membatasi asupan purin atau rendah purin, asupan energi sesuai dengan kebutuhan,
mengonsumsi lebih banyak karbohidrat, mengurangi konsumsi lemak, mengonsumsi banyak
cairan, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, mengonsumsi cukup vitamin dan mineral,
mengonsumsi buah dan sayuran, dan olahraga ringan secara teratur (Sayekti, 2017).

Faktor yang mempengaruhi serum asam urat adalah usia dan jenis kelamin. Serum
asam urat rendah pada anak-anak dan meningkat hingga tingkat normal setelah pubertas.
Pada pria, kadarnya lebih tinggi dibanding wanita, namun pada wanita pasca manupouse
tingkan asa urat serum wanita mencapai pria. Hal ini menjelaskan mengapa asam urat
biasanya merupakan penyakit lansia (Ragab, Elshahaly & Bardin, 2017)

Salah satu factor lain yang dapat mempengaruhi kadar asam urat adalah aktivitas fisik.
Aktivitas berkaitan dengan kadar asam urat yang terdapat dalam darah. Aktivitas fisik seperti
olahraga atau gerakan fisik dapat menurunkan ekskresi asam urat dan meningkatkan produksi
asam laktat dalam tubuh. Beberapa pendapat menyatakan aktivitas yang berat dapat
memperberat penyakit gout atau penyakit asam urat yang ditandai dengan peningkatan kadar
asam urat dalam darah. Asam laktat terbentuk dari proses glikolisis yang terjadi di otot. Jika
otot berkontraksi didalam media anaerob, yaitu media yang tidak memiliki oksigen maka
glikogen yang menjadi produk akhir glikolisis akan menghilang dan muncul laktat sebagai
produksi akhir utama. Asam laktat dalam darah yang terbentuk akan menyebabkan penurunan
pengeluaran asam urat oleh ginjal, apabila asam urat tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal maka
akan terjadi penumpukan asam urat (Fauzi, Widaryati & Anita, 2018).

Pada saat berolahraga dengan intensitas rendah dimana ketersediaan oksigen di dalam
tubuh cukup besar, molekul asam piruvat yang terbentuk ini dapat diubah menjadi CO2 dan
H2O di dalam mitokondria sel. Jika ketersediaan oksigen terbatas di dalam tubuh atau saat
pembentukan asam piruvat terjadi secara cepat, maka asam piruvat tersebut akan terkonversi
menjadi asam laktat. Semakin berat aktivitas fisik yang dilakukan dan berlangsung jangka
panjang, maka semakin banyak asam laktat yang diproduksi. Peningkatan asam laktat yang
berlebihan akan menyebabkan penempelan terhadap pembuluh darah dan akan menyebabkan
asam urat ikut menempel pada asam laktat tersebut. Sehingga meningkatnya kadar asam
laktat dalam darah akan menyebabkan terganggunya ekskresi asam urat (Fauzi, Widaryati &
Anita, 2018).
Aktivitas fisik merupakan pergerakan anggota tubuh yang dapat menyebabkan
pengeluaran tenaga untuk pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan
kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik sangat penting
peranannya terutama bagi orang dengan lanjut usia (Windri, Kinasih & Sanubari, 2019).
Secara umum aktivitas fisik dibagi menjadi tiga macam, yaitu
1. Aktivitas fisik harian
Aktivitas seperti kegiatan sehari-hari dalam mengurus rumah membantu Anda
untuk membakar kalori. Seperti misalnya adalah mencuci baju, mengepel, jalan kaki,
membersihkan jendela, berkebun, menyetrika, dan sebagainya. Kalori yang terbakar
bisa 50 – 200 kcal per kegiatan.
2. Latihan fisik
Aktivitas yang dilakukan secara terstruktur dan terencana misalnya jalan kaki,
jogging, push up, peregangan, senam aerobik, bersepeda, dan sebagainya. Dilihat dari
kegiatannya, latihan fisik memang seringkali disatukategorikan dengan olahraga.
3. Olahraga
Aktivitas fisik yang terstruktur dan terencana dengan mengikuti aturan-aturan
yang berlaku dengan tujuan tidak hanya untuk membuat tubuh jadi lebih bugar namun
juga untuk mendapatkan prestasi seperti sepak bola, bulu tangkis, basket, berenang,
dan sebagainya (Kemenkes RI, 2018).

Aktivitas fisik yang diajurkan dapat dilakukan dengan dengan menerapkan BBTT
(baik, benar, terukur, dan teratur). Baik artinya, aktivitas cocok dengan kondisi dan
kemampuan fisik, benar melakukan aktivitas secara bertahap dari pemanasan hingga
pendinginan, terukur melakukan aktivitas sesuai dengan intensitas dan waktu yang telah
diukur, serta teratur dilakukan rutin 3 hingga 5 waktu dalam 1 minggu (Natania & Milanti,
2020).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa hasil tingkat aktivitas
fisik kebanyakan reponden memiliki aktifitas tinggi, dengan nilai asam urat normal, Hanya
sebagian kecil responden mempunyai nilai asam urat tinggi. Walaupun uji hubungan tidak
menunjukkan hasil yang siknifikan, dapat di asumsikan bahwa asam urat normal yang
dimiliki responden merupakan hasil dari aktifitas fisik yang tinggi dan faktor lain yang
mungkin mempengaruhi (Natania & Milanti, 2020).

Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kadar asam urat di Padukuhan Bedog
Trihanggo Sleman Yogyakarta. Hasil pengujian menemukan adanya hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik dengan kadar asam urat di Padukuhan Bedog Trihanggo
Gamping Sleman Yogyakarta (Fauzi, Widaryati & Anita, 2018).

Peningkatan asupan produk susu skim, bersama dengan peningkatan aktivitas fisik
menurunkan uriemia dan penurunan berat badan yang terkait dengan pembatasan kalori /
karbohidrat sedang, dan peningkatan asupan protein dan lemak tak jenuh secara proporsional
ditemukan memiliki efek menguntungkan tentang kadar urat dan lipoprotein serum (Ragab,
Elshahaly & Bardin, 2017).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Jablonski (2020) didapatkan bahwa aktivitas fisik
intensitas seang dapat menurunkan efek injeksi kristal MSU dan skor nyeri akan rendah pada
pasien gout dengan aktivitas fisik (Jablonski et al, 2020).

Aktivitas fisik ringan hanya memerlukan sedikit tenaga dan tidak menyebabkan
perubahan dalam pernapasan, saat melakukan aktivitas masih dapat berbicara dan bernyanyi.
Energi yang dikeluarkan sekitar (<3,5 Kcal/menit). Contoh:

 Berjalan santai di rumah, kantor, atau pusat perbelanjaan


 Duduk bekerja di depan komputer, membaca, menulis, menyetir, mengoperasikan
mesin dengan posisi duduk atau berdiri
 Berdiri melakukan pekerjaan rumah tangga ringan seperti mencuci piring, setrika,
memasak, menyapu, mengepel lantai, menjahit
 Latihan peregangan dan pemanasan dengan lambat
 Membuat prakarya, bermain kartu, bermain video game, menggambar, melukis,
bermain musikBermain billyard, memancing, memanah, menembak, golf, naik kuda

Pada saat melakukan aktivitas fisik sedang tubuh sedikit berkeringat, denyut jantung
dan frekuensi nafas menjadi lebih cepat, tetap dapat berbicara, tetapi tidak bernyanyi. Energi
yang dikeluarkan antara 3,5 - 7 Kcal/menit. Contoh:
 Berjalan cepat (kecepatan 5 km/jam) pada permukaan rata di dalam atau di luar
rumah, di kelas, ke tempat kerja atau ke toko; dan jalan santai, jalan sewaktu istirahat kerja
 Pekerjaan tukang kayu, membawa dan menyusun balok kayu, membersihkan rumput
dengan mesin pemotong rumput
 Memindahkan perabot ringan, berkebun, menanam pohon, mencuci mobil
 Bulutangkis rekreasional, bermain rangkap bola, dansa, tenis meja, bowling,
bersepeda pada lintasan datar, volley non kompetitif, bermain skate board, ski air, berlayar
(P2PTM Kemenkes RI, 2018).

Hal ini sesuai dengan pandangan islam, dimana dalam al-Qur’an Surah Ar-Rum ayat 54
firman Allah:

Artinya: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia
menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan
(kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.

Dalam ayat diatas disebutkan bahwa Allah SWT menciptakan manusia dari keadaan
lemah lalu tahap demi tahap meningkat kepada tahap bayi, kanak-kanak dan remaja, memiliki
kekuatan sehingga menjadi dewasa dan sempurna umur, masa ini berlangsung cukup lama,
kemudian melewati usia kematangan dan menyandang kekuatan, lalu menderita kelemahan
kembali dengan hilangnya sejumlah potensi. Inilah tahapan manusia secara umum, apapun
yang dialami manusia menurut kadar kekuatan dan kelemahan masingmasing, semua akan
kembali kepada Allah SWT.

SIMPULAN
Pada laporan kasus ini didaatkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh aktivitas fisik
pada lansia penderita gout artritis. Lansia penderita gout yang melakukan aktivitas fisik dapat
menurunkan kada asam urat dalam darah, terutama aktivitas fisik sedang. Aktifitas fisik
sedang juga dapat menurunkan skala nyeri pada penderita gout artritis. Dalam pandangan
islam, dinyatakan bahwa Allah akan melemahkan tubuh kita kembali saat tua, hal ini sesuai
dengan banyaknya penderita gout artritis yang lansia.

SARAN
1. Pasien diharapkan lebih meningkatkan aktivitas fisiknya dengan menambah aktivitas
lainnya di rumah yang dilakukan rutin dalam seminggu minimal 3 kali.
2. Pengontrolan factor lain yang mempengaruhhi seperti asupan makanan yang baik akan
membantu meringankan keluhan pasien serta mengontrol gout artritis itu sendiri.

ACKNOWLEDGEMENT
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan saya mengerjakan
laporan ini. Terimakasih saya ucapkan kepada Prof. dr. Qomariyah RS, MS, PKK, AIFM
selaku tutor atas bimbingnyanya selama ini sehingga laporan ini dapat saya selesaikan dengan
baik. Terima kasih juga kepada dr. Hj. RW. Susilowati selaku koordinator blok ini dan dr.
Drh. Hj. Titiek Djannatun, dr. Faisal Sp.PD, dan dr. Werda Indriarti, Sp.S atas bimbingan dan
ilmu yang sudah diberikan selama blok ini. Serta teman-teman kelompok 1 kepeminatan
geriatri dan teman sejawat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI yang telaah membantu
dalam pengerjaan laporan kasus ini.
DAFTAR PUSTAKA

Dasar, R. K. (2013). RISKESDAS 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Fauzi, M., & Anita, D. C. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kadar Asam Urat di
Padukuhan Bedog Trihanggo Gamping Sleman Yogyakarta.

Indonesia, P. R. (2018). Pedoman Diagnosis dan Pengelolaan Gout 2018. Perhimpunan


Reumatologi Indonesia, Jakarta.

Jablonski, K et al. (2020). Physical activity prevents acute inflammation in a gout model by
downregulation of TLR2 on circulating neutrophils as well as inhibition of serum
CXCL1 and is associated with decreased pain and inflammation in gout patients. PloS
one, 15(10), e0237520.

Kemenkes, R. I. (2018). Hasil utama RISKESDAS 2018. Online) http://www. depkes. go.


id/resources/download/info-terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%
20Riskesdas, 202018.

Kemenkes RI. (2018). Mengenal Jenis Aktivitas Fisik.


https://promkes.kemkes.go.id/content/?p=8 807

Kusumastuti, I. R., & Kurniawati, E. (2015). Tn . R 72 Tahun dengan Gout Arthritis dan
Hipertensi Tingkat 1 Mr . R 72 Years Old with Gout Arthritis dan Hipertensi Grade 1.
Gouth Artritis, 5, 79–84.

Natania, N., & Malinti, E. (2020). HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR
ASAM URAT DI RW 13 KAMPUNG MOKLA, KECAMATAN
PARONGPONG. Klabat Journal of Nursing, 2(2), 17-24.

Ningtiyas, I. F., & Ramadhian, M. R. (2016). Efektivitas Ekstrak Daun Salam untuk
Menurunkan Kadar Asam Urat pada Penderita Artritis Gout. Jurnal Majority, 5(3),
105-110.

P2PTM Kemenkes RI (2018) Aktivitas fisik sedang


http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/obesitas/aktivitas-fisik-sedang

Ragab, G., Elshahaly, M., & Bardin, T. (2017). Gout: An old disease in new perspective–A
review. Journal of advanced research, 8(5), 495-511.

Sayekti, S. (2017). Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Asam Urat Pada Pra Lansia Di Rt:
02/Rw: 02 Desa Candimulyo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. Jurnal Insan
Cendekia, 4(2).

Widyanto, F. W. (2017). Artritis gout dan perkembangannya. Saintika Medika: Jurnal Ilmu


Kesehatan dan Kedokteran Keluarga, 10(2), 145-152.

Windri, T. M., Kinasih, A., & Sanubari, T. P. E. (2019). PENGARUH AKTIVITAS FISIK
DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA HIPERTENSI DI PANTI WREDHA
MARIA SUDARSIH AMBARAWA. e-Jurnal Mitra Pendidikan, 3(11), 1444-1451.

You might also like