You are on page 1of 9

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 9 No.

1 FEBRUARI 2020 ISSN 2302 - 2493

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS SABUN CAIR EKSTRAK ETANOL HERBA


SELEDRI (Apium graveolens L) TERHADAP BAKTERI
Staphylococcus aureus

Hamido Persada Hutauruk1), Paulina V. Y. Yamlean1), Weny Wiyono1)


1)
Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115

ABSTRACT

Celery plants (Apium graveolens L.) contain flavonoids, saponins, 1% tannins, 0.033% essential
oils, apiin, apigenin, choline, lipase, asparagine. which can inhibit bacterial activity. This study
aims to formulate, and test the antibacterial activity of liquid celery herbal soap (Apium graveolens
L) liquid soap preparations at concentrations of 1%, 2%, 4% and 8%. This study uses an
experimental method by testing the parameters of the physical evaluation requirements of liquid
soap preparations. Physical evaluation of the preparation includes organoleptic test, pH test, high
test and foam stability, water content test, free alkali test, specific gravity test and irritation test.
The results of the study on the quality test or physical evaluation of celery herbal liquid soap liquid
with a concentration of 1%, 2%, 4% and 8% meet the requirements set by SNI. Antibacterial testing
of celery herbal liquid soap preparations against Staphylococcus aureus bacteria observed on UV-
Vis spectrophotometer produced a minimum inhibitory level of 1.267 for a concentration of 1%,
0.45 for a concentration of 2%, -0.037 for a concentration of 4%, and -0.124 for a concentration of
8 %. It can be concluded that liquid soap concentrations of 1%, 2%, 4% and 8% of celery herbal
extract can be formulated as liquid soap preparations and have antibacterial activity at
concentrations of 1%, 2%, 4%, and 8%.

Keywords: Celery (Apium graveolens L), Liquid soap, Staphylococcus aureus, Antibacterial

ABSTRAK

Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) mengandung flavonoid, saponin, tannin 1%, minyak atsiri
0,033 %, apiin, apigenin, kolin, lipase, asparagine. yang mampu menghambat aktivitas bakteri.
Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi, serta menguji aktivitas antibakteri sediaan sabun cair
ekstrak etanol herba Seledri (Apium graveolens L) pada kosentrasi 1%, 2%, 4% dan 8%. Penelitian
ini menggunakan metode ekperimental dengan melakukan pengujian parameter persyaratan
evaluasi fisik sediaan sabun cair. Evaluasi fisik sediaan meliputi uji organoleptik, uji pH, uji tinggi
dan kestabilan busa, uji kadar air, uji alkali bebas, uji bobot jenis dan uji iritasi. Hasil penelitian
pada uji kualitas atau evaluasi fisik dari sabun cair Ekstrak Etanol Herba Seledri dengan konsentrasi
1%, 2%, 4% dan 8% memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh SNI. Pengujian antibakteri
sediaan sabun cair Ekstrak Etanol Herba Seledri pada bakteri staphylococcus aureus yang diamati
pada spektrofotometer UV-Vis menghasilkan kadar hambat minimum 1,267 untuk konsentrasi 1%,
0,45 untuk konsentrasi 2%, -0,037 untuk konsentrasi 4%, dan -0,124 untuk konsentrasi 8%. Dapat
disimpulkan bahwa sabun cair kosentrasi 1%, 2%, 4% dan 8% Ekstrak Etanol Herba Seledri dapat
diformulasi sebagai sediaan sabun cair yang stabil dan memiliki aktivitas antibakteri pada
konsentrasi 1%, 2%, 4%, dan 8%.
Kata kunci : Seledri (Apium graveolens L), Sabun cair, Staphylococcus aureus, Antibakteri

73
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 9 No. 1 FEBRUARI 2020 ISSN 2302 - 2493

PENDAHULUAN sabun cair yang dapat digunakan sehari-hari.


Indonesia merupakan salah satu negara Sabun dibuat dengan metode saponifikasi
yang memiliki keanekaragaman hayati yang yaitu mereaksikan trigliserida dengan soda
sangat tingggi. Dengan luas Kawasan hutan kaustik (NaOH) sehingga menghasilkan
tropis terkaya kedua di dunia setelah Brazil, sabun dan produk samping berupa gliserin.
negara Indonesia menyimpan potensi hayati Bahan baku pembuatan sabun dapat berupa
yang merupakan sumber pangan dan obat – lemak hewani maupun lemak/minyak nabati.
obatan yang telah lama dimanfaatkan oleh Penggunaan sabun dalam kehidupan sehari-
masyarakat di Indonesia. Dengan luas hari sudah tidak asing lagi, terutama sesuai
Kawasan yang mencapai 120,35 juta hektar dengan fungsi utamanya yaitu membersihkan.
Indonesia memiliki sekitar 80% dari total Berbagai jenis sabun ditawarkan dengan
jenis tumbuhan yang berkhasiat obat. Salah beragam bentuk mulai dari sabun cuci (krim
satu tumbuhan yang berkhasiat yaitu tanaman dan bubuk), sabun mandi (padat dan cair),
Seledri (Apium graveolens L.) sabun tangan (cair) serta sabun pembersih
(Heriyanto,2006). peralatan rumah tangga (Apriana, 2013).
Tanaman Seledri (Apium graveolens L.) Berdasarkan penelitian di atas peneliti tertarik
mengandung flavonoid, saponin, tannin 1%, untuk mengembangkan menjadi suatu sediaan
minyak atsiri 0,033 %, apiin, apigenin, kolin, Sabun cair.dan menguji efektivitasnya pada
lipase, asparagine dan vitamin (A, B dan C) bakteri Staphylococcus aureus.
(Dalimartha, 2000). Flavonoid memiliki
aktivitas antiinflamasi, antioksidan, METODOLOGI PENELITIAN
antibakteri dan sifat spasmolitik (Supriyatno Bentuk Penelitian
dkk, 2014). Sedangkan pada Penelitian Penelitian ini dilakukan secara
Khildah (2011), menyatakan bahwa Ekstrak eksperimental Laboratorium (laboratory
Etanol Herba Seledri memiliki aktivitas experiment). Dengan membuat formulasi
antibakteri yang kuat terhadap bakteri sediaan sabun dan menguji aktivitas
Staphylococcus aureus pada konsentrasi 1%, antibakteri.
2%,4% dan 8%. Sedangkan pada penelitian
Waktu dan Tempat Penelitian
Kristianingsih, menyatakan bahwa Ekstrak
Penelitian ini dilakukan di
Etanol Herba Seledri yang dijadikan sediaan
Laboratorium Farmasi lanjut dan
gel hand sanitizer menunjukkan aktivitas
laboratorium Mikrobiologi program studi
antibakteri dengan konsentrasi ekstrak Seledri
Farmasi Universitas Sam Ratulangi Manado,
12,5%, 15% dan 20% dengan basis CMC Na
pada bulan Juni 2019 - bulan September
2%.
2019.
Bakteri Staphylococcus aureus dapat
ditemukan pada permukaan kulit sebagai flora
Alat dan Bahan
normal, terutama disekitar hidung, mulut, alat
Alat
kelamin dan sekitar anus. Bakteri ini
Alat yang digunakan dalam penelitian
menyebabkan infeksi pada luka biasanya
ialah pH meter (ATC®), gelas ukur (pyrex®
berupa abses yaitu kumpulan nanah atau
Iwaki), batang pengaduk, pipet tetes,
cairan dalam jaringan. Jenis-jenis abses yang
erlenmeyer (pyrex® Iwaki), timbangan
spesifik diantaranya bengkak, dan radang
analitik (BB Adam), labu takar (pyrex®
akar rambut (Dowshen, et al, 2002).
Iwaki), cawan petri, incubator (Ecocell MMM
Penggunaan ekstrak tanaman Seledri
Group), autoklaf (ALP), oven,
sebagai antibakteri lebih mudah dalam bentuk
74
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 9 No. 1 FEBRUARI 2020 ISSN 2302 - 2493

blender(Philips), beker gelas (pyrex® Iwaki), Formulasi sediaan sabun cair yang
penangas, piknometer (pyrex®Iwaki), jarum akan dibuat berbeda konsentrasi 1%, 2%, 4%
ose, pinset, mikropipet (Eco pipette CAPP), dan 8%
ayakan, mistar berskala, Hot plate, stirrer,
spektrofotometer UV-Vis, aluminium foil,
Cling wrap, gunting, botol sampel, plester
(one med), kasa steril.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam Tabel 1. Formula sediaan sabun cair
penelitian ini yaitu Herba Seledri, bakteri Bahan Satuan Formula
Staphylococcus aureus, minyak zaitun,
Ekstrak % 1 2 4 8
kalium hidroksida (KOH), carboksil metal
celulosa (CMC), asam stearat, butyl hidroksi Minyak mL 15 15 15 15
anisol (BHA), Sodium Lauryl sulfate(SLS), Zaitun
alkohol 96%, Nutrien Agar (Oxoid), Nutrient KOH mL 8 8 8 8
Brooth, sabun detol, NaCl 0,9 %, HCl 0,1 N, CMC G 0,5 0,5 0,5 0,5
Fenolftalein dan Tikus Putih Galur Wistar SLS G 0,5 0,5 0,5 0,5
(rattus norvegicus). Asam G 0,25 0,25 0,25 0,25
stearate
BHA G 0,5 0,5 0,5 0,5
Prosedur Penelitian
Pengambilan Sampel Aquades mL 100 100 100 100
Sampel yang digunakan pada
penelitian ini ialah Herba Seledri yang
diambil di wilayah Tomohon Provinsi Pembuatan Sabun Cair Ekstrak Etanol
Sulawesi Utara. Sampel berupa Tanaman Herba Seledri
Seledri segar. Semua bahan yang akan digunakan
ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan
Identifikasi Tanaman takaran yang dianjurkan. Dimasukkan minyak
Identifikasi tanaman dilakukan di zaitun sebanyak 15 mL ke dalam gelas kimia,
Laboratorium Biologi, Fakultas Matematika kemudian ditambahkan dengan kalium
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sam hidroksida 40% sebanyak 8 mL sedikit demi
Ratulangi, Manado. sedikit sambil terus dipanaskan pada suhu
50°C hingga mendapatkan sabun pasta. Sabun
Ekstraksi pasta ditambahkan dengan kurang lebih 15
Herba Segar sebanyak 4,5kg yang mL aquades, lalu ditambahkan karboksil
dikeringkan kemudian dihaluskan metal selulosa (CMC) yang telah
menghasilkan serbuk simplisia Herba Seledri dikembangkan dalam aquades panas, diaduk
sebanyak 480g. Dari hasil proses maserasi, hingga homogen. Kemudian ditambahkan
remaserasi, dan penguapan didapatkan ekstrak asam stearat, diaduk hingga homogen.
kental 114,5g yang berwarna hijau pekat. Ditambahkan sodium laurel sulfat (SLS),
diaduk hingga homogen. Ditambahkan butyl
Formulasi hidroksi anisol (BHA), lalu diaduk hingga
homogen. Dimasukkan Ekstrak Etanol Herba

75
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 9 No. 1 FEBRUARI 2020 ISSN 2302 - 2493

Seledri, diaduk hingga homogen. Sabun cair sampai mendidih. Bila larutan berwarna ungu
ditambahkan dengan aquades hingga kemudian dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N
volumenya 100 mL, dimasukkan ke dalam dalam alkohol sampai warna ungu tepat
wadah bersih yang telah disiapkan. hilang.
Pembuatan sabun cair Ekstrak Etanol Herba
Seledri disesuaikan dengan masing-masing
Uji Bobot Jenis
konsentrasi. Setelah itu dilakukan Pengujian Piknometer dikeringkan dan
kualitas dan juga antibakteri dari masing – ditimbang. Air dimasukkan ke dalam
masing konsentrasi sabun cair yang dibuat. piknometer dan didiamkan pada suhu 25℃
selama 10 menit. Piknometer diangkat dan
ditimbang. Pekerjaan diulangi dengan
memakai sampel sabun cair sebagai pengganti
Pengujian Kualitas Sabun Cair
air.
Uji Organoleptik
Uji Organoleptik dilakukan untuk Uji Iritasi
mengamati bentuk, warna dan bau sediaan Uji iritasi sediaan sabun cair dilakukan
sabun cair Ekstrak Etanol Herba Seledri. menggunakan hewan uji Tikus Putih dengan
metode Draize test (1959). Penelitian ini
menggunakan 18 ekor Tikus Putih. Rambut
Uji pH
pH diukur dengan menggunakan pH pada bagian punggung Tikus dicukur sampai
universal pada semua formulasi sediaan sabun bersih. Punggung Tikus lalu dibuat menjadi 1
cair. bagian yang berbentuk bujur sangkar, yang
akan diberikan perlakuan sediaan sabun
Uji Tinggi dan Kestabilan Busa dengan konsentrasi 1%, 2%, 4%, dan 8%,
Sampel sabun cair sebanyak 1g Masing-masing sampel sabun sebanyak 0,5 g
dimasukkan ke dalam tabung berskala yang dioleskan pada bagian punggung Tikus yang
berisi 10 ml aquades dan kemudian ditutup. telah dicukur, lalu ditutup dengan kasa steril
Tabung dikocok selama 20 detik dan diukur kemudian direkatkan dengan plester. Setelah
tinggi busa yang terbentuk. 24 jam, plester dan perban dibuka dan
dibiarkan selama 1 jam, lalu diamati. Setelah
diamati, bagian tersebut ditutup kembali
Uji Kadar Air
Penetapan kadar air dilakukan dengan dengan plester yang sama dan dilakukan
metode gravimetri. Ditimbang 1 gram sampel pengamatan kembali setelah 72 jam (Irsan
pada cawan petri yang telah diketahui dkk, 2013).
bobotnya, dipanaskan pada lemari pengering
pada suhu 105℃ selama 2 jam sampai bobot Uji antibakteri
tetap. Pengujian antibakteri dilakukan
dengan metode dilusi cair Kirby and Bauer
yang dimodifikasi (Lennete, dkk.,1991)
Uji Alkali Bebas
Sampel sabun cair ditimbang sekitar menggunakan media cair Nutrien Broth (NB)
5g, kemudian dimasukkan ke dalam gelas dan diukur absorbansi dengan
piala 250 ml. Selanjutnya ditambahkan 100 spektrofotometer UV-Vis sebelum dan
ml alkohol 96%, batu didih serta beberapa sesudah inkubasi untuk melihat pertumbuhan
tetes larutan indikator fenolftalein. Lalu bakteri uji.
dipanaskan di atas penangas selama 30 menit
76
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 9 No. 1 FEBRUARI 2020 ISSN 2302 - 2493

HASIL DAN PEMBAHASAN bercampur dengan basis berubah menjadi


Pengamatan organoleptik dilakukan hijau muda. Sedangkan untuk basis sendiri
dengan melihat bentuk, bau dan warna dari berwarna kuning. Berdasarkan hasil yang
sediaan Sabun Cair. Hasil pengamatan diperoleh, hasil pada penelitian ini sesuai
organoleptik dapat dilihat pada Tabel 2. dengan standar yang ditetapkan SNI.

Tabel 3. Hasil Uji PH


Formulasi Sediaan sabun PH Keterangan
cair
F0 (Tanpa Ekstrak) 10,2 Memenuhi
Syarat
F1 (1%) 9,8 Memenuhi
Syarat
F2 (2%) 9,8 Memenuhi
Syarat
F3 (4%) 9,6 Memenuhi
Syarat
F4 (8%) 9,5 Memenuhi
Tabel 2. Hasil Uji Organoleptik Syarat
Formulasi
Sediaan sabun Bentuk Warna Bau
cair Uji pH merupakan salah satu syarat
F0 (Tanpa Cair, Kuning Bau Minyak mutu sabun cair. Hal tersebut karena sabun
Ekstrak) Kental zaitun
cair kontak langsung dengan kulit dan dapat
F1 (1%) Cair, Hijau Bau Khas
Kental Muda Seledri menimbulkan masalah apabila pH-nya tidak
F2 (2%) Cair, Hijau Bau Khas sesuai dengan pH kulit. Kulit memiliki
Kental pekat Seledri
F3 (4%) Cair, Hijau Bau Khas kapasitas ketahanan dan dapat dengan cepat
Kental pekat Seledri beradaptasi terhadap produk yang memiliki
F4 (8%) Cair, Hijau Bau Khas pH 8.0-10.8 (Frost et al., 1982). Hasil
Kental pekat Seledri
pengujian pH yang telah dilakukan
Uji organoleptik dimaksudkan untuk menunjukan nilai pH 9,5 untuk konsentrasi
melihat penampakan atau tampilan fisik suatu 8%, 9,6 untuk konsentrasi 4%, 9,8 untuk
sediaan yang meliputi bentuk, warna dan bau. konsentrasi 2%, 9,8 untuk konsentrasi 1% dan
Standar yang ditetapkan SNI, standar untuk 10,2 untuk basis, Nilai pH ini di pengaruhi
uji organoleptik sabun cair, bentuk yaitu cair, oleh bahan penyusun sabun yaitu KOH yang
bau dan warna yaitu memiliki bau dan warna merupakan basa kuat. Menurut SNI, untuk pH
yang khas. Pengujian organoleptik sediaan sabun cair diperbolehkan antara 8-11. Hasil
sabun cair ekstrak etanol herba Seledri untuk menunjukan semua formula sabun cair yang
hasilnya menunjukan bahwa sabun dengan dihasilkan memenuhi kriteria sabun cair yang
konsentrasi 1%, 2%, 4%,dan 8% memiliki baik.pH yang tinggi dapat menyebabkan kulit
bentuk Cair sedangkan bau menyerupai bau iritasi karena memiliki tingkat akali bebas
khas Seledri serta warna yang mengikuti yang tinggi. Tingkat alkali bebas dalam sabun
warna ekstrak Seledri yaitu hijau pekat kecuali ini disebabkan oleh adanya alkali yang tidak
konsentrasi 1% yang memiliki warna hijau bereaksi dengan asam lemak dalam proses
muda karena disebabkan oleh penambahan saponifikasi (Zulkifli dan Estiasih, 2014).
konsentrasi yang sedikit sehingga Besarnya jumlah alkali dalam tiap formula
menyebabkan warna hijau pekat yang adalah sama, sehingga pH antar formula tidak
memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
77
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 9 No. 1 FEBRUARI 2020 ISSN 2302 - 2493

Uji tinggi busa dilakukan untuk Tabel 5. Hasil Uji Kadar Air
melihat daya busa yang dihasilkan sabun cair Konsentrasi Berat Berat Berat Kadar
yang dibuat sesuai dengan standar tinggi busa (%) Cawan Awal Akhir Air
(Gram) Sampel (Gram) (%)
sabun yang ditetapkan oleh Standar Nasional (Gram)
Indonesia (SNI) yaitu 13-220 mm. Hasil uji 1% 43,963 1,068 44,485 51,12
tinggi busa dapat dilihat pada Tabel 4.
2% 49,851 1,008 50,357 49,80
Tabel 4. Hasil Uji Tinggi dan Kestabilan Busa
4% 43,172 1,023 43,711 47.31
Formulasi Sediaan Tiinggi Busa (mm)
sabun cair
8% 37,870 1,004 38,555 31,77
Basis 30
1% 30
2% 30
4% 35 Uji kadar air dilakukan untuk
8% 40
mengetahui presentase kandungan air yang
terdapat pada masing-masing sediaan. Standar
Untuk uji tinggi dan kestabilan busa
kadar air yang ditetapkan oleh SNI yaitu
Berdasarkan SNI, syarat tinggi buih/busa dari
maksimal 60%. Untuk pengujian kadar air
sabun cair yaitu 13-220 mm. Pengujian tinggi
dilakukan dengan cara menimbang terlebih
busa menggunakan tabung berskala, dari hasil
dahulu cawan petri lalu menimbang berat
pengamatan tinggi busa didapat dari basis
sampel lalu dimasukan kedalam oven bersuhu
sabun cair 30 mm, sedangkan untuk formulasi
105°C selama 2 jam, setelah 2 jam sampel
sabun cair 1% 30 mm, 2% 30 mm, 4% 35
beserta sawan petri yang telah dipanaskan
mm, dan 8% 40 mm. makin besar konsentrasi
ditimbang lalu dihitung menggunakan rumus
maka makin banyak busa yang dihasilkan,
kadar air sehingga diperoleh hasil yang
busa yang dihasilkan berasal dari senyawa
berkisar dari 31,77-52,24 (Lampiran 4). Kadar
saponin yang dimiliki oleh herba Seledri.
air sabun cair sangat dipengaruhi oleh
Busa pada sabun berfungsi untuk mengangkat
kecepatan mixing dan konsentrasi.
minyak atau lemak pada kulit, jika busa yang
Berdasarkan hasil yang diperoleh kadar air
dimiliki oleh sabun terlalu tinggi maka dapat
yang dihasilkan, semakin besar konsentrasi
membuat kulit kering, saat lemak di kulit
ekstrak yang ditambahkan maka semakin kecil
hilang, maka akan membuat kulit lebih rentan
presentase kadar air yang didapatkan. Kadar
terhadap iritasi, karena Lemak pada kulit ini
air yang tinggi juga dapat dipengaruhi oleh
bermanfaat sebagai pertahanan, Lapisan
bahan--bahan yang bersifat higroskopis yaitu
paling atas kulit disebut sawar kulit, salah satu
seperti SLS, CMC dan juga dapat dipengaruhi
penyusun sawar kulit adalah lemak. Lemak
oleh penambahan aquadest.
akan membuat sawar kulit lebih rapat, agar
Uji alkali bebas dilakukan untuk
bakteri maupun mikroorganisme tidak mudah
mengetahui ada tidaknya alkali bebas pada
untuk masuk dalam tubuh.
sabun cair. Menurut SNI, alkali bebas dalam
Uji kadar air dilakukan untuk
suatu sediaan sabun cair maksimal 0,1%.
mengetahui presentase kandungan air dalm
Hasil uji alkali bebas dapat dilihat pada Tabel
sabun cair. Menurut SNI, kadar air dalam
6.
sediaan sabun cair maksimal 60%. Hasil uji
kadar air dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 6. Hasil Uji Alkali Bebas
Konsentrasi V Kadar Alkali
78
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 9 No. 1 FEBRUARI 2020 ISSN 2302 - 2493

(%) Bebas (%) konsentrasi 2% 1,036 g/mL, bobot jenis


1 0,80 0,089 konsentrasi 4% 1,034 g/mL, bobot jenis
2 0,82 0,091 Konsentrasi 8% 1,012. bobot jenis dari
4 0,85 0,095 masing-masing konsentrasi memiliki
8 0,88 0,098
perbedaan yang jelas, semua konsentrasi
memiliki bobot jenis sabun cair yang sesuai
Kadar alkali bebas yang didapatkan
dengan standar yang ditetapkan oleh SNI.
dari masing-masing konsentrasi sabun cair
Nilai bobot jenis dipengaruhi suatu bahan
yaitu 0,089%-0,098 Lampiran 5. Berdasarkan
penyusunnya dan sifat fisiknya. Menurut
SNI, standar alkali bebas pada sabun cair yaitu
Gaman dan sherington (1990) penurunan
maksimal 0,1%. Hal ini menunjukan bahwa
bobot jenis disebabkan oleh adanya lemak
sabun cair Ekstrak Etanol Herba Seledri
atau etanol dalam larutan.
terbukti sesuai dengan standar yang ditetapkan
Uji iritasi dilakukan untuk melihat
oleh SNI. Kurangnya kandungan alkali bebas
apakah sabun yang dibuat dapat mengiritasi
yang terdapat dalam sabun cair, ini
kulit atau aman untuk digunakan, berdasarkan
disebabkan karena pada pembuatan basis
indeks iritasi pada table 2, maka dapat
sabun cair dilakukan pemanasan yang lama
disimpulkan bahwa hasil uji iritasi pada sabun
hingga sabun menjadi pasta yang kering
cair dengan konsentrasi 1%, 2%, 4% dan 8%
sehingga kalium hidroksida yang merupakan
tidak mengiritasi kulit dan aman untuk
salah satu pembentukan basis sabun sudah
digunakan.
bereaksi dengan lemak atau minyak zaitun.
Uji bobot jenis dilakukan untuk
mengetahui bobot jenis dari sabun cair. Bobot
jenis dari suatu sediaan sabun cair menurut
SNI adalah 1,01 – 1,1 g/mL. hasil uji bobot
jenis dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 8. Hasil Uji Iritasi
Tabel 7. Hasil Uji Bobot Jenis Konsentrasi 24 Jam 72 Jam Hasil

Konentrasi (%) Bobot Jenis (g/ml) K+ 0 0 0


1 1,042 K- 0,3 0,3 0,3
2 1,036 1% 0 0 0
4 1,034 2% 0 0 0
8 1,012 4% 0 0 0
8% 0 0 0
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk
mengetahui pengaruh bahan-bahan yang Pengujian iritasi menggunakan 18 ekor
digunakan dalam formulasi sabun cair yaitu tikus putih yang dicukur bulunya hingga
bahan yang terdapat dalam formula terhadap bersih lalu dioleskan sabun cair dipunggung
bobot jenis sabun yang dihasilkan. tikus lalu ditutup menggunakan kasa dan di
Berdasarkan SNI, standar bobot jenis pada plester lalu diamati setelah 24 jam, diamati
sabun cair yaitu 1,01 – 1,1 g/mL. Pengujian kembali pada hari yang ke-3 (72 jam) setelah
bobot jenis menggunakan Piknometer, dari pengamatan dan hasilnya dicatat kemudian
hasil pengamatan diperoleh bobot jenis dari dilakukan perhitungan sehingga memperoleh
basis sabun 1,108 g/mL, bobot jenis hasil tidak ditemukan iritasi pada konsentrasi
konsentrasi 1% 1,042 g/mL, bobot jenis 1%, 2%, 4%, dan 8%, dan untuk basis sabun

79
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 9 No. 1 FEBRUARI 2020 ISSN 2302 - 2493

ditemukan iritasi ringan, hal ini dapat dalam media mengalami pengurangan jumlah
dipengaruhi oleh pH yang tinggi sehingga khususnya pada konsentrasi 4% dan 8% hal
kandungan alkali yang dimiliki dapat ini menunjukan bahwa sampel pada
menyebabkan iritasi. konsentrasi tersebut tidak hanya memiliki
Hasil uji antibakteri yang dibaca pada daya hambat yang kuat tetapi juga memiliki
spektrofotometer UV-Vis setelah dijumlahkan daya bunuh terhadap bakteri.
menunjukan adanya aktivitas daya hambat Pada penelitian khilda yang
pada bakteri dan adanya daya bunuh bakteri menggunakan herba Seledri pada pengujian
pada konsentrasi 4% dan 8% hal ini antibakteri terhadap staphylococcus aureus
ditunjukan dengan berkurangnya absorbansi didapatkan diameter zona hambat pada
setelah diinkubasi, besarnya absorbansi konsentrasi 1% sebesar 20,3mm, 2% sebesar
menunjukan berkurangnya jumlah bakteri. 21,3 mm, 4% sebesar 22,2mm hal ini
Hasil uji antibakteri dapat dilihat pada tabel 9. menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi
sampel semakin besar pula daya hambat yang
Tabel 9. Hasil Uji Antibakteri dihasilkan sedangkan pada penelitian
Formula Sebelum Sesudah Rata-rata kristianingsih yang membuat gel hand
Inkubasi Inkubasi Absorbansi sanitizer menggunakan daun Seledri
(nm) (nm) (nm)
diperoleh diameter zona hambat tertinggi
K+ 0,15 0,399 0,249 pada konsentrasi 20% dengan daya hambat
K- 1,346 2568 1,222 14mm sedangkan pada konsentrasi 15%
1% 1,009 2,276 1,267
memilii zona hambat 13mm dan 12,5%
2% 1,352 1,802 0,45
4% 2,379 2,342 -0,037 memiliki zona hambat 12mm hal ini
8% 2,970 2,846 -0,124 menunjuan bahwa daun Seledri juga
memiliki daya hambat bakteri tetapi tidak
Untuk pengujian antibakteri dilakukan sebesar herba Seledri .
dengan cara dilusi, hasil yang diperoleh ialah
0,249 sebagai kontrol positif, 1,222 sebagai KESIMPULAN
kontrol negatif, 1,267 untuk konsentrasi 1%, Berdasarkan dari hasil penelitian yang
0,45 untuk konsentrasi 2%, -0,037 untuk telah dilakukan maka, dapat disimpulkan
konsentrasi 4% dan -0,124 untuk konsentrasi bahwa:
8%. Konsetrasi 1% dianggap memiliki daya 1. Ekstrak etanol Herba Seledri dapat
hambat yang kecil atau tidak memiliki daya diformulasi dalam bentuk sediaan Sabun
hambat karena dilihat dari nilai absorbansi cair antibakteri.
yang di peroleh konsentrasi 1% memiliki nilai 2. Sabun cair herba Seledri pada konsentrai
yang setara bahkan lebih besar sedikit 1%, 2%, 4%, dan 8% memiliki aktivitas
daripada nilai absorbansi kontrol negatif, antibakteri, khususnya pada konsentrasi
sedangkan pada konsentrasi 2%, 4%, dan 8%, 8% Memiliki daya hambat dan daya
memiliki aktivitas antibakteri yang tinggi bunuh yang kuat.
karena nilai absorbansi yang diperoleh lebih
kecil dibandingkan kontrol positif untuk hasil SARAN
lebih jelas dapat dilihat pada lampiran 7. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Semakin kecil nilai absorbansi maka semakin untuk sediaan sabun cair terlebih khusus pada
besar daya hambat bakteri nilai minus pada pengujian antibakteri menggunakan metode
rata-rata absorbansi menunjukan bahwa difusi (sumuran) agar dapat mengetahui besar
bakteri yang di campur Bersama sampel daya hambat sabun cair Ekstrak Etanol Herba
80
PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 9 No. 1 FEBRUARI 2020 ISSN 2302 - 2493

Seledri terhadap bakteri staphylococcuss


aureus.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 1996. Standar
Sabun Mandi Cair. SNI 06-4085-
1996, Dewan Standarisasi Nasional,
Jakarta.

Draize, J.H. 1959. Dermal Toxicity. The


Association of Food and Drug
Officials of the United States : Bureau
of Food and Drugs.

Irsan, M.A, Manggav, E., Pakki., Usmar,.


2013. Uji Iritasi Krim Antioksidan
Ekstrak Biji Lengkeng (Euphoria
longana Stend) pada Kulit Kelinci
(Oryctolagus cuniculus). Majalah
Farmasi dan Farmakologi. 17(2):55–
60

Khilda, K., Ihwan. Uji Efek Antibakteri


Ekstrak Etanol Herba Seledri (Apium
graveolens Linn.) Terhadap
Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus dan Analisis KLT
Bioautografi, Jurnal Biocelebes,
Universitas Tadulako, Palu. 5:13-21.
Zulkifli, M., dan Estiasih, T., 2014, Sabun
dari Distilat Asam Lemak Minyak
Sawit, Jurnal Pangan dan
Agroindustri. 2(4), 170-177.

81

You might also like