You are on page 1of 7

ejournal Keperawatan (e-Kp) Volome 4 Nomor 2, Agustus 2016

HUBUNGAN PERAN PARAWAT SEBAGAI CARE GIVER DENGAN TINGKAT


KEPUASAN PASIEN INSTALASI GAWAT DARURAT
DI RSU. GMIBM MONOMPIA KOTAMOBAGU
KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

Merry Gledis Sixten Gobel


Mulyadi
Reginus T. Malara

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran
E-mail : merrygobel@yahoo.co.id

Abstrack: Patient satisfaction is a patient's level of feeling that arise as a result of healthcare
obtained after patients comparing it to what he expected. Nurse’s role as care giver is a role
in providing nursing care either directly or indirectly to a patient with a problem solving
approach in accordance with the method and the nursing process. The purpose of this study
was to analyze the relationship of nurse’s role as care giver with patient satisfaction level.
The research method is used descriptive analytic with cross sectional design.The sampling
technique in research is saturated sampling with 31 samples. Data collected by using a
questionnaire. The results based on statistical spearman test with 95% significance level (ɑ ≤
0,05) obtained by value p = 0,000 which is smaller than ɑ (0,05) with Ho rejected and Ha
accepted. Conclusion there is a meaningful relationship between nurse’s role as care giver
with patient satisfaction level in the emergency department RSU. GMIBM Monompia
Kotamobagu Bolaang Mongondow district. The advice for nurses to continue to enhance its
role as a provider of nursing care and can improve the planning of nursing will be done
about the relationship nurse's role as a care giver at patient satisfaction level.
Key Word : Role of Nurses, Care Giver, Patient Satisfaction Levels.
Abstrak: Kepuasan pasien merupakan suatu tingkat perasaan pasien setelah pasien
membandingkannya dengan apa yang diharapkannya. Peran perawat sebagai care giver
merupakan peran dalam memberikan asuhan keperawatan dengan pendekatan pemecahan
masalah sesuai dengan metode dan proses keperawatan. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisa hubungan peran perawat sebagai care giver dengan tingkat kepuasan pasien
instalasi gawat darurat di RSU. GMIBM Monompia Kotamobagu Kabupaten Bolaang
Mongondow. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian deskriptif analitik
dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu
sampling jenuh dengan jumlah 31 sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner. Hasil penelitian berdasarkan uji spearman dengan tingkat
kemaknaan 95% (ɑ ≤ 0,05) diperoleh nilai p = 0,000 yakni lebih kecil dibandingkan ɑ (0,05)
dengan Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan terdapat hubungan peran perawat sebagai
care giver dengan tingkat kepuasan pasien instalasi gawat darurat di RSU. GMIBM
Monompia Kotamobagu Kabupaten Bolaang Mongondow. Saran diharapkan bagi perawat
agar tetap terus meningkatkan perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan agar dapat
mengembangkan pelayanan kesehatan dengan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
yang semakin baik dengan intervensi yang akan dilakukan tentang hubungan peran perawat
sebagai care giver dengan tingkat kepuasan pasien.
Kata Kunci : Peran Perawat, Care Giver, Tingkat Kepuasan Pasien.

1
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volome 4 Nomor 2, Agustus 2016

PENDAHULUAN Hal tersebut dapat menunjukan


Rumah sakit merupakan sebuah bahwa ada hubungan antara peran perawat
institusi sosial yang bergerak di bidang sebagai care giver dengan tingkat
pelayanan kesehatan profesional. Rumah kepuasan pasien yang diberikan selama 24
sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan jam dimulai di ruangan, pasien akan terus
yang menyediakan pelayanan rawat inap, berinteraksi dengan perawat. Perawat juga
rawat jalan dan gawat darurat. Kejadian yang akan merawat pasien dan memenuhi
gawat darurat biasanya berlangsung secara kebutuhan dasarnya dalam pemulihan dan
tiba-tiba sehingga sulit memprediksi kapan penyembuhan pasien. Sehingga hubungan
terjadinya sehingga pemerintah menuntut dan interaksi antara perawat dan pasien
setiap rumah sakit untuk memenuhi akan sangat menentukan tingkat kepuasan
kebutuhan sebagai strategi utama yang pasien terhadap kualitas pelayanan di
berorientasi pada kepuasan pasien rumah sakit (Laksono, 2008).
(Riskesdas, 2013). Pada survei awal yang dilakukan di
Kepuasan pasien merupakan RSU. GMIBM Monompia Kotamobagu
perasaan senang dan kecewa pasien. Hasil Kabupaten Bolaang Mongondow pada
perbandingan pasien akan puas apabila tanggal 28 November 2015 diketahui
layanan yang didapatkannya sekurang- kunjungan pasien 1 bulan terakhir 115
kurangnya sama atau melampaui harapan orang pasien. Pada hari itu, peneliti
pasien. Sedangkan ketidakpuasan akan melakukan wawancara terhadap 15 pasien
timbul apabila hasil (outcome) tidak di Instalasi Gawat Darurat, di dapatkan
memenuhi harapan pasien (Kotler, P. bahwa 5 pasien yang mendapat perawatan
2002). tersebut kurang puas dan 2 pasien tidak
Penelitian di Amerika Serikat puas terhadap pelayanan perawat di
tentang tingkat kepuasan pasien di IGD. Instalasi Gawat Darurat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari Berdasarkan survei dan paparan
10 orang pasien yang berkunjung ke IGD, latar belakang yang ditemukan, maka
diketahui 6 pasien (60%) mengeluh peneliti tertarik untuk meneliti hubungan
tentang pelayanan perawatan yang peran perawat sebagai care giver dengan
diberikan tidak sesuai dengan harapan dan tingkat kepuasan pasien Instalasi Gawat
4 orang lainnya (4%) mengatakan Darurat di RSU. GMIBM Monompia
ketidakpuasannya mengenai fasilitas yang Kotamobagu Kabupaten Bolaang
diberikan relatif lama dan memiliki proses Mongondow. Dalam penelitian ini faktor
yang rumit (Suryani, 2010). yang mempengaruhi tingkat kepuasan
Peran dapat diartikan sebagai pasien yaitu peran perawat sebagai care
seperangkat perilaku yang diharapkan oleh giver yang akan diteliti berdasarkan
individu sesuai dengan status sosialnya. jumlah rata-rata pasien yang puas dengan
Peran yang dijalankan oleh sorang perawat pelayanan.
haruslah sesuai dengan lingkup
kewenangan seorang perawat. Pemberian METODE PENELITIAN
pelayanan agar bisa memberikan kepuasan Penelitian ini menggunakan Jenis
pasien khususnya pelayanan gawat darurat penelitian yang digunakan dalam
dapat dinilai dari kemampuan perawat penelitian ini yaitu metode penelitian
dalam hal responsiveness (cepat tanggap), deskriptif analitik dengan rancangan cross
reliability (pelayanan tepat waktu), sectional (potong lintang), dimana data
assurance (sikap dalam memberikan yang menyangkut variabel bebas dan
pelayanan), emphaty (kepedulian dan terikat akan dikumpulkan dalam waktu
perhatian dalam memberikan pelayanan) yang bersamaan (Setiadi, 2013). Penelitian
dan tangible (mutu jasa pelayanan) dari ini dilaksanakan di RSU. GMIBM
perawat kepada pasien (Asmadi, 2008). Monompia Kotamobagu Kabupaten

2
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volome 4 Nomor 2, Agustus 2016

Bolaang Mongondow. Pada tanggal 21-25 orang (29,0%). Sedangakan untuk


Juni 2016. Pengumpulan data dilakukan pendidikan terakhir perawat didapatkan D3
dengan membagikan kuesioner yang terdiri keperawatan berjumlah 21 orang (67,8%),
dari kuesioner peran perawat sebagai care lebih banyak dari pada perawat dengan
giver dan kuesioner tingkat kepuasan pendidikan terakhir S1 Keperawatan (Ns)
pasien. yang berjumlah 10 orang (32,2%).
Populasi pada penelitian ini Dalam rangka menghadapi
ditargetkan seluruh perawat dan pasien di persaingan global, maka saat ini sedang
Instalasi Gawat Darurat. Sampel yang dilakukan berbagai upaya untuk lebih
digunakan dalam penelitian ini berjumlah mengembangkan pendidikan keperawatan
62 orang (31 orang perawat dan 31 orang profesional mulai dari mengkonfersi
pasien gawat darurat). Kriteria Inklusi; pendidikan SPK ke jenjang D3
Pasien Instalasi Gawat Darurat yang keperawatan serta D3 keperawatan ke
bersedia menjadi responden dan jenjang S1 (ners). Sehingga diharapkan
menandatangani surat persetujuan, pasien pada akhir tahun 2016, mayoritas
Instalasi Gawat Darurat yang masuk dan pendidikan perawat yang ada di rumah
berobat pada saat penelitian berjalan, sakit memenuhi kriteria minimal sebagai
pasien Instalasi Gawat Darurat yang dapat perawat profesional (Ners) (Nursalam,
berkomunikasi dan berinteraksi dengan 2008). Berdasarkan uraian di atas penulis
baik, dan pasien Instalasi Gawat Darurat berpendapat bahwa masih banyaknya
yang tergolong dalam kategori unurgent jenjang pendidikan D3 keperawatan terjadi
(Tidak gawat dan tidak darurat). Kriteria karena saat ini masih merupakan saat-saat
Eksklusinya yakni; Pasien yang tidak dimana mutu pendidikan keperawatan
sadarkan diri, pasien yang mengalami dalam tahap peningkatan ke arah perawat
gangguan jiwa, dan perawat yang tidak profesional.
berada di lokasi.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
Tabel 1. Distribusi Frekuensi pasien Instalasi Gawat Darurat di RSU.
Berdasarkan Jenis Kelamin dan GMIBM Monompia Kotamobagu.
Tingkat Pendidikan Perawat di Instalasi Usia n %
Gawat Darurat di RSU. GMIBM <40 tahun 10 32,2
Monompia Kotamobagu. 40-50 tahun 9 29,0
Jenis Kelamin n % >50 tahun 12 38,8
Laki-laki 9 29,0 Jumlah 31 100
Perempuan 22 71,0 Jenis Kelamin n %
Jumlah 31 100 Laki-laki 14 45,1
Tingkat Pendidikan n % Perempuan 17 54,9
D3 Keperawatan 21 67,8 Jumlah 31 100
S1 (Ners) 10 32,2 Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016)
Jumlah 31 100 Berdasarkan Hasil penelitian yang
Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016) diatas, didapat 31 responden pasien.
Berdasarkan pada hasil uji statistik Kelompok usia responden lebih banyak
yang dijabarkan pada tabel diatas maka pada usia >50 tahun yaitu sebanyak 12
dasat disimpulkan perawat berjenis orang (38,8%). Menurut Pisu (2015),
kelamin perempuan lebih banyak dari pada Berdasarkan tabel kepuasan pasien di
perawat yang berjenis kelamin laki-laki. instalasi gawat darurat RSUP Prof. Dr. R.
Perawat yang bejenis kelamin perempuan D. Kandou menunjukan bahwa dari 60
berjumlah 22 orang (71,0%), sedangkan responden yang ada sebanyak, 23
perawat yang berjenis kelamin laki-laki 9 responden (38.3%) yang puas, 20

3
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volome 4 Nomor 2, Agustus 2016

responden (33,3%) yang kurang puas dan Tabel 5. Distribusi Frekuensi


17 responden (28,3%) yang tidak puas. Responden Berdasarkan Tingkat Peran
Hasil penelitian ini sesuai dengan Perawat Sebagai Care Giver dan
penelitian Pisu (2015) dengan judul Tingkat Kepuasan Pasien Instalasi
“Hubungan respons time perawat dengan Gawat Darurat di RSU. GMIBM
kepuasan pasien di instalasi gawat darurat Monompia Kotamobagu.
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado” Peran Perawat n %
menunjukan bahwa kepuasan pasien Sebagai Care Giver
berkaitan erat dengan mutu pelayanan Kurang Baik 8 25,9
keperawatan yang di berikan perawat Baik 23 74,1
kepada pasien serta ketepatan dan Jumlah 31 100
kecepatan memberikan pelayanan Kepuasan Pasien N %
menunjang tingkat kepuasan pasien. Kurang Puas 11 35,4
Dalam mewujudkan kualitas pelayanan Puas 20 64,6
keperawatan yang profesional dan Jumlah 31 100
memuaskan bagi pengguna jasa. Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016)
Pada kategori responden yang Berdasarkan hasil statistik pada
berjenis kelamin perempuan merupakan tabel diatas disimpulkan bahwa
responden tertinggi. Responden yang karakteristik peran perawat sebagai care
berada di IGD RSU. GMIBM Monompia giver dalam kategori baik yakni 23 orang
Kotamobagu yaitu laki-laki 14 orang (74,1%) dan karakteristik tingkat kepuasan
(45,1%), sedangkan jenis kelamin pasien berada pada kategori puas yakni 20
perempuan 17 orang (54,9%). orang (64,6%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Alamri dkk Tabel 7. Hasil Analisis Hubungan Peran
(2015) dengan judul “Hubungan antara Sebagai Care Giver Dengan Tingkat
mutu pelayanan perawat dan tingkat Kepuasan Pasien Instalasi Gawat
pendidikan dengan kepuasan pasien Darurat di RSU. GMIBM Monompia
peserta badan penyelenggara jaminan Kotamobagu.
sosial (BPJS) kesehatan di ruang rawat Variabel r P
inap rumah sakit islam (RSI) sitti maryam Peran Perawat 0,641 0,000
kota manado” menunjukan bahwa Sebagai Care
penelitian pada 252 responden didapatkan Giver
hasil terdapat hubungan antara mutu Tingkat
pelayanan perawat dengan kepuasan Kepuasan Pasien
pasien sama halnya dengan penelitian di Sumber : Data Primer (diolah tahun 2016)
RSI Sitti Maryam dimana sebagian besar Berdasarkan uji statistik diatas
responden yakni 51 responden (57,3%) dengan menggunakan uji spearman
merasa mutu pelayanan perawat baik. dengan komputerisasi diperoleh nilai
significansy 0,000 yang menunjukkan
bahwa korelasi antara peran perawat
sebagai care giver dengan tingkat
kepuasan pasien. Nilai korelasi spearman
sebesar 0,641 menunjukkan bahwa arah
korelasi positif dengan kekuatan korelasi
yang kuat. Hasil perhitungan ini berarti
menunjukkan terdapat hubungan yang
bermakna antara peran perawat sebagai
care giver dengan tingkat kepuasan pasien

4
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volome 4 Nomor 2, Agustus 2016

Instalasi Gawat Darurat di RSU. GMIBM apabila kinerja palayanan kesehatan yang
Monompia Kotamobagu. diperolehnya tidak sesuai harapanya.
Kepuasan yang dirasakan pasien ini Perawat yang peduli dengan kebutuhan
menunjukan bahwa perawat di dapat biologis, psikologis, dan sosialbudaya
memenuhi harapan–harapan pasien akan pasien, melihat pengalaman manusia
pelayanan yang prima dan berkualitas baik dalam cakupan yang luas. Mereka harus
dari sisi kejelasan informasi, pelayanan belajar mengatasi ansietas, kemarahan,
yang tepat waktu, kesediaan perawat kesedihan dan keceriaan, dalam membantu
dalam mendengarkan keluhan atau pasien sepanjang rentang sehat-sakit.
permasalahan pasien dan kesediaan Sedangkan menurut pemberian asuhan
membantu mengatasi permasalahan keperawatan mencakup asuhan fisik,
tersebut. Kepuasan pasien akan pelayanan psikososial, perkembangan, budaya, dan
keperawatan merupakan hal mutlak yang spiritual. Kusnanto (2004).
harus dipenuhi oleh perawat sebab salah Pada hasil penelitian ini peneliti
satu indikator jaminan mutu suatu rumah berasumsi bahwa sebagian responden
sakit adalah pernyataan puas dari penerima menyatakan bawah pelayanan perawat atau
pelayanan atau pasien. Meskipun sebagian peran perawat sebagai care giver di
besar pasien menyatakan telah puas Instalasi gawat darurat dalam memberikan
dengan komunikasi yang diberikan oleh pelayanan di anggap pasien sudah puas
perawat, tetapi masih terdapat 7 responden tetapi masih ada sedikit dari total
(8,8%), tidak puas. Dari hasil penelitian ini responden yang mengakui bahwa kurang
menunjukkan bahwa komunikasi puas dengan pelayanan perawat.
terapeutik perawat di Instalasi Gawat Dikarenakan masih ada perawat yang
Darurat RSUD Dr. H. Chasan Boesoirie kurang dalam memberikan pelayanan,
Ternate telah cukup mampu memberikan kurang interaksi oleh pasien dan
kepuasan pada pasien. Aswad (2015) keterbatasan sarana dan prasarana rumah
Tujuan keperawatan yakni sakit yang kurang memadai dibandingkan
membantu individu meraih kesehatan yang jumlah pasien yang tiba dalam waktu
optimal dan tingkat fungsi maksimal yang bersamaan di instalasi gawat darurat.
mungkin bisa diraih setiap indifidu. Peran Sehingga perawat dalam memberikan
perawat yaitu untuk meningkatkan asuhan keperawatan harus memberikan
kesehatan dan mencegah penyakit, pelayanan yang baik, lebih mendekatkan
sementara peran perawat sebagai care diri kepada pasien agar pasien lebih
giver merupakan peran yang sangat merasa nyaman dan merasa puas dengan
penting dari peran-peran yang lain (bukan pelayanan yang ada di instalasi gawat
berarti peran yang lain tidak penting) darurat.
karena baik tidaknya layanan profesi Hasil dalam penelitian ini dapat
keperawatan dirasakan langsung oleh diimplikasikan dalam bidang keperawatan
pasien (Asmadi, 2008). tentunya. Seperti, memberikan informasi
Menurut Pohan, (2003) kepuasan kepada tenaga keperawatan untuk lebih
pasien ialah suatu tingkat perasaan pasien meningkatkan perannya sebagai care giver
yang timbul sebagai akibat dari kinerja atau pemberi asuhan keperawatan meliputi
pelayanan kesehatan yang diperoleh pengkajian, penetapan diagnosa, rencana
setelah pasien membandingkannya dengan tindakan, implementasi dan evaluasi agar
apa yang diharapkannya. Pasien baru akan masyarakat (khususnya pasien gawat
merasa puas apabila kinerja pelayanan darurat) yang menjadi konsumen semakin
kesehatan yang diperolehnya sama atau mendapatkan pelayanan yang optimal dan
melebihi dari pada yang diharapkannya menyeluruh sesuai dengan peran dan
dan sebaliknya, ketidakpuasan akan timbul fungsi keperawatan yang diaplikasikan
atau perasaan kecewa pasien akan terjadi dalam standar proses keperawatan.

5
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volome 4 Nomor 2, Agustus 2016

Sehingga, tingkat kepuasan pasien dapat Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi &
meningkat. Praktik Keperawatan Profesional.
Jakarta: EGC
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan Kotler, P. (2002). Manajemen Pemasaran
pembahasan mengenai hubungan peran di Indonesia: Analisis,
perawat sebagai care giver dengan tingkat Perencanaan, Implementasi dan
kepuasan pasien Instalasi Gawat Darurat, Pengendalian. Jakarta: Salemba
maka dapat disimpulkan bahwa; peran Empat.
perawat sebagai care giver di RSU.
GMIBM Monompia Kotamobagu pada Kozier, Erb, Berman, Snyder. (2011).
kategori baik, tingkat kepuasan pasien di Buku Ajar Fundamental
RSU. GMIBM Monompia Kotamobagu Keperawatan: Konsep, Proses &
berada pada kategori puas, serta ada Praktik, Ed 7. Vol 1. Jakarta: EGC
hubungan peran perawat sebagai care
Laksono. (2008). Analisis Kepuasan dan
giver dengan tingkat kepuasan pasien
Hubungannya dengan Loyalitas
instalasi gawat darurat di RSU. GMIBM
Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
Monompia Kotamobagu Kabupaten
Dedi Jaya Kabupaten Brebes.
Bolaang Mongondow.
Tesis. Semarang. Universitas
Dipenogoro.
DAFTAR PUSTAKA
Alamri, M. A. (2015). Hubungan Antara
Nursalam & Efendi, Ferry. (2008).
Mutu Pelayanan Perawat Dan
Pendidikan Dalam Keperawatan.
Tingkat Pendidikan Dengan
Jakarta: Salemba Medika.
Kepuasan Pasien Peserta Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
Pisu, H. D. (2015). Hubungan Respons
(Bpjs) Kesehatan Di Ruang Rawat
Time Perawat Dengan Kepuasan
Inap Rumah Sakit Islam (Rsi) Sitti
Pasien Di Instalasi Gawat Darurat
Maryam Kota Manado: Skripsi
Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou
Mahasiswa Fakultas Kesehatan
Manado: Skripsi Mahasiswa
Masyarakat Universitas Sam
Program Studi Ilmu Keperawatan
Ratulangi Manado. Diakses tanggal
Universitas Sam Ratulangi.
3 Juli 2016.
Manado. Diaskes tanggal 3 Juli
2016.
Asmadi. (2008). Konsep Dasar
Keperawatan. Jakarta. EGC
Pohan Imbalo. (2007). Jaminan Mutu
Depkes RI. (2005). Pedoman Pelayanan Pelayanan Kesehatan. Jakarta:
Keperawatan Gawat Darurat EGC
Rumah Sakit. PPGD
Riskesdas. (2013). Hasil Riset Kesehatan
(Penanggulangan Pasien Gawat
Dasar Kementrian Kesehatan RI.).
Darurat). BTCLS (Basic Trauma
Diaskes tanggal 1 Desember 2015.
Cardiac life support).
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik
Gartinah. (2008). Aspek Pelayanan Penulisan Riset Keperawatan.
Keperawatan Instalasi Gawat Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Darurat.
(http://www.google.com/jurnal.ug Suryani. (2010). Keperawatan Gawat
m.ac.index.article). Diaskes tanggal Darurat. Online available:
27 November 2015. (http://www.library.upnvj.ac.id/pdf
/5FIKESS1KEPERAWATAN/101

6
ejournal Keperawatan (e-Kp) Volome 4 Nomor 2, Agustus 2016

0712012/BAB%20I.pdf). Diaskes Inap Di Irina A RSUP Prof. Dr. R.


tanggal 3 Desember 2015. D. Kandou Manado: Skripsi
Mahasiswa Program Studi Ilmu
Tiwa, A. C. (2013). Hubungan Kualitas Keperawatan Universitas Sam
Pelayanan Keperawatan Dengan Ratulangi. Manado. Diaskes
Tingkat Kepuasan Pasien Rawat tanggal 30 November 2015.

You might also like