You are on page 1of 29

NAMA : Ambrosius Asro

NIM : 2001120594
PRODI : S1 Keperawatan

e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK


PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUANG EUNIKE
RSU GMIM KALOORAN AMURANG

Vanda Lucyana Walansendow


Odi R. Pinontoaan
Sefti S. Rompas

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email : vlwalansendow@gmail.com

Abstract : Patients will feel satisfied when obtaining health care performance equals or exceeds
expectations. Research purposes: To determine the Relationship Between Attitudes and Techniques
Therapeutic Communication Nurse Inpatient Satisfaction in in Space Eunike General Hospital
GMIM Kalooran Amurang. Research design: Using Cross Sectional methods. Samples: The
sampling technique used by researchers is accidential sampling is a way of sampling by taking
respondents or cases of accidental and there or provided with a sample of 110 people. The
instrument used in this study were questionnaires. Research result: The data obtained in the
descriptive analysis and use statistical tests chi-square test with 95% confidence level (α = 0.05)
and obtained p-value 0.000 <0.05 and p-value 0.000 <0.05. Conclusion: There is a relationship of
attitude and patient satisfaction in the room Eunike General Hospital GMIM Kalooran Amurang
and there is a relationship of communication techniques therapeutic nurse with patient satisfaction
at room Eunike General Hospital GMIM Kalooran Amurang. Recommendations: For public
hospitals GMIM Kalooran Amurang to remain able to maintain and even improve the quality of the
services, especially how the new communicates attitudes and techniques applied in the therapeutic
nurse airport or deal with patients and their families well. As well as providing rewards for nurses
who are considered to have good performance.
Keywords : Attitudes, Techniques of therapeutic communication nurse, patient satisfaction

Abstrak : Pasien akan merasa puas ketika kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau
melebihi harapannya. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui Hubungan Antara Sikap dan Teknik
Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap di Ruang Eunike RSU
GMIM Kalooran Amurang. Desain Penelitian: Menggunakan Cross Sectional. Sampel: Teknik
pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah accidential sampling yang merupakan cara
pengambilan sampel dengan mengambil responden atau kasus yang kebetulan dan ada atau tersedia
dengan jumlah sampel 110 orang. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner.
Hasil Penelitian: Data yang diperoleh di analisa secara deskriptif dan menggunakan uji statistic chi-
square test dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dan diperoleh p-value 0,000 < 0,05 dan p-value
0,000 < 0,05. Kesimpulan: Yaitu terdapat hubungan sikap dan kepuasan pasien rawat inap di ruang
Eunike RSU GMIM Kalooran Amurang dan terdapat hubungan teknik komunikasi terapeutik
perawat dengan kepuasan pasien rawat inap di ruang Eunike RSU GMIM Kalooran Amurang. Saran:
Bagi rumah sakit umum GMIM Kalooran Amurang untuk tetap bisa mempertahankan bahkan
meningkatkan kualitas dalam pelayanan khususnya bagaimana sikap dan teknik komuniksi terapeutik
perawat yang diterapkan dalam melayani atau menangani pasien dan keluarga pasien dengan baik.
Serta memberikan reward bagi perawat yang dinilai memiliki prestasi baik.
Kata Kunci : Sikap, Teknik Komunikasi Terapeutik Perawat, Kepuasan Pasien
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

PENDAHULUAN Instalasi Rawat Inap Non Bedah (penyakit


Perawat merupakan profesi yang dalam pria dan wanita), mengatakan tidak
difokuskan pada perawatan individu keluarga puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh
dan masyarakat sehingga mereka dapat perawat. Menurut Afriani (2011) menemukan
mencapai, mempertahankan atau memulihkan bahwa sebanyak 65 % responden menyatakan
kesehatan yang optimal dan kualitas hidup tidak puas terhadap pelayanan informasi di
dari lahir sampai mati (Aripuddin, 2014). instalasi rawat inap bedah RSUP Dr. M.
Salah satu hal yang dilakukan perawat dalam Djamil Padang.
menjaga kerjasama yang baik dengan klien Hasil penelitian yang dilakukan Ningsih
dalam membantu memenuhi kebutuhan (2014), terkait dengan (Hubungan sikap
kesehatan klien, maupun dengan tenaga perawat dengan kepuasan pasien rawat inap
kesehatan lain dalam rangka membantu kelas III di rumah sakit PKU Muhammadiyah
mengatasi masalah klien adalah dengan Yogyakarta) menunjukan distribusi frekuensi
berkomunikasi. Dengan berkomunikasi sikap disimpulkan bahwa mayoritas
perawat dapat mendengarkan perasaan klien responden menilai sikap perawat di ruang
dan menjelaskan prosedur tindakan rawat inap kelas III rumah sakit PKU
keperawatan (Mundakir, 2013). Muhammadiyah Yogyakarta pada kategori
Sikap diartikan sebagai fungsi dari
“baik” sebanyak 18 responden (52,9%), dan
manusia seperti persepsi, motivasi, dan
kepuasan pasien berada pada kategori “tinggi”
berpikir yang seperti itu menunjukan
yaitu sebanyak 19 responden (55,9%). Hasil
hubungan-hubungan, bahwa sampai batas-
Penelitian Ardia Putra (2013) di ruang rawat
batas tertentu perilakunya dapat
inap RSUD dr. Zainoel Abidin, secara
diramalkan(Mar’at, 2006). Komunikasi
presentase dari 41 orang (52,6%) yang
merupakan proses yang dilakukan perawat
menyatakan komunikasi terapeutik berada
dalam menjaga kerjasama yang baik dengan
pada kategori baik, sebanyak 23 orang
klien dalam membantu memenuhi kebutuhan
(56,1%) mengaku puas, sedangkan presentase
kesehatan klien, maupun dengan tenaga
dari 37 orang (86,5%) yang menyatakan tidak
kesehatan lain dalam rangka membantu
puas. Jadi kesimpulanya pasien lebih banyak
mengatasi masalah klien (Mundakir, 2006).
merasa tidak puas, dengan kategori
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat
komunikasi terpeutik kurang. Sedangkan
perasaan pasien yang timbul sebagai akibat
penelitian yang dilakukan oleh Dhama Yanfi
dari kinerja layanan kesehatan yang
(2009) di RSUD Wonogiri terhadap 50
diperolehnya setelah pasien membandingkan responden mengatakan 8 dari 13 perawat
dengan apa yang diharapkannya (Pohan, tidak melakukan komunikasi terapeutik
2007). dengan baik, mereka hanya sekedar merawat
Manurung (2003), dalam penelitiannya di pasien, dan 8 dari 24 pasien mengatakan tidak
Rumah Sakit Persahabatan menemukan puas, 5 dari 24 pasien mengatakan sangat
bahwa penerapan komunikasi terapeutik puas dan 16 dari 24 pasien mengatakan puas
masih kurang yaitu (46,3 %). Hasil penelitian
dengan komunikasi terapeutik perawat.
Ekasari (2007), terkait dengan (faktor-faktor
Pengambilan data awal dilakukan di
yang berhubungan dengan kepuasan pasien
Rumah Sakit Umum GMIM Kalooran
terhadap layanan kesehatan) menunjukkan
Amurang pada tanggal 29 Oktober 2016,
bahwa 70,0 % pasien menilai pelayanan
didapatkan jumlah pasien yang dirawat di
keperawatan yang diberikan kurang baik di
ruang Eunike pada bulan September 152
IRNA Bedah Umum RSUP Dr. M. Djamil
pasien. Wawancara lebih lanjut dilakukan
Padang. Sejalan dengan itu, hasil penelitian
Amelia (2010), terkait dengan (hubungan pada 7 orang pasien yang sudah berada di
perilaku empati perawat dalam pemberian ruang rawat inap 3 hari, dan terdapat 3
asuhan keperawatan dengan kepuasan pasien) orang yang menyatakan perawat kurang
juga menunjukkan bahwa 92,5% pasien di menunjukan sikap yang baik atau tidak
ramah, ada juga 1 orang yang mengatakan
2
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

kurang puas dengan pelayanan perawat, dan 3


orang mengatakan puas dengan sikap dan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
teknik komunikasi terapeutik dari beberapa Menurut Pekerjaan
perawat seperti murah senyum, selalu
memperhatikan dan menanyakan kondisi Pekerjaan n %
pasien serta menghargai pasien. Berdasarkan PNS 14 12,7
latar belakang yang ditemukan, maka peneliti Karyawan Swasta 26 23,6
tertarik untuk meneliti hubungan antara sikap Wiraswasta 51 46,4
dan teknik komunikasi terapeutik perawat Pelajar 19 17,3
dengan kepuasan pasien rawat inap di ruang Total 110 100,0
Eunike Rumah Sakit Umum GMIM Kalooran Sumber : Data Primer 2017
Amurang.
Tabel 2 di atas menjelaskan
METODE PENELITIAN pengelompokkan responden berdasarkan
Penelitian ini menggunakan desain Pekerjaan dan didapatkan pekerjaan
penelitian Cross Sectional. Penelitian ini telah terbanyak adalah Wiraswasta dengan
dilakukan di ruang Eunike Rumah Sakit presentase 46,4 %.
Umum GMIM Kalooran Amurang. Waktu
penelitian telah dilakukan pada bulan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
Februari 2017. Populasi dalam penelitian ini Menurut Pendidikan
adalah pasien yang berada di rawat inap ruang
Eunike Rumah Sakit GMIM Kalooran Pendidikan n %
Amurang. Jumlah pasien pada bulan SD 31 28,2
September 2016 adalah 152 pasien. Pada SMP 29 26,4
penelitian ini diambil dengan cara Purposive SMA 26 23,6
sampling. Instrumen penelitian yang Sarjana 19 17,3
digunakan untuk mengumpulkan data adalah Lainnya 5 4,5
lembar kuesioner, dan pengolahan data Total 110 100,0
melalui tahap editing, coding, tabulating, dan Sumber : Data Primer 2017
analisis univariat dan bivariate dengan Tabel 3 di atas menjelaskan
menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat pengelompokkan responden berdasarkan
kepercayaan (CI) 95% atau α ≤ 0.05. Pendidikan dan didapatkan pendidikan
terbanyak adalah SD dengan presentase 28,2
HASIL dan PEMBAHASAN %.
Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Responden Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur M enurut Sikap
Sikap n %
Umur n % Sikap Baik > 18 91 82,7
< 30 Tahun 54 49,1 Sikap Tidak Baik ≤ 18 19 17,3
31 - 40 Tahun 24 21,8 Total 110 100,0
41 - 50 Tahun 20 18,2 Sumber : Data Primer 2017
> 51 Tahun 12 10,9
Total 110 100,0 Tabel 4 menjelaskan pengelompok-kan
Sumber : Data Primer 2017 responden berdasarkan Sikap dari perawat
Berdasarkan data pada tabel 1 dan didapatkan Sikap terbanyak adalah Sikap
menjelaskan pengelompokkan responden Baik dengan presentase 82,7%.
berdasarkan jenis kelamin dan didapatkan
Umur terbanyak adalah <30 tahun dengan
presentase 49,1 %.

3
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden pasien), sedangkan sikap perawat yang tidak
Menurut Teknik Komunikasi Terapeutik baik dan pasien yang mengatakan kurang
Perawat puas adalah 10,0% (11 pasien). Variabel dari
Komunikasi Terapeutik n % sikap menghasilkan nilai p = 0,000 < 0,05
nilai tersebut menyatakan bahwa Ho ditolak
Komunikasi Baik > 60 88 80,0
Komunikasi Kurang Baik 22 20,0 dan Ha diterima atau terdapat hubungan
≤ 60 antara sikap perawat dengan kepuasan pasien
rawat inap di ruang Eunike RSU GMIM
Total 110 100,0
Sumber : Data Primer 2017
Kalooran Amurang.

Tabel 5 di atas menjelaskan Tabel 8 Hubungan Komunikasi Terapeutik


pengelompokkan responden berdasarkan dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap di
Teknik Komunikasi Terapeutik Perawat dan Ruang Eunike RSU GMIM Kalooran
didapatkan Komunikasi Terapeutik terbanyak Amurang
adalah Komunikasi Baik dengan presentase
Kepuasan Pasien
80,0 %. Komunikasi
Puas
Kurang
Puas
Total
Pv
Terapeutik

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden n % n % n %


Baik 86 78,2 2 1,8 88 80,0
Menurut Kepuasan Pasien Tidak Baik 11 10,0 11 10,0 22 20,0 0,000

Total 97 88,2 13 11,8 110 100,0


Sumber : Data Primer 2017
Kepuasan Pasien n %
Berdasarkan data pada Tabel 8 di atas
Puas > 23 97 88,2
menunjukan bahwa hasil analisis dari teknik
Kurang Puas ≤ 23 13 11,8
komunikasi perawat yang baik dan pasien
Total 110 100,0
yang puas adalah sebesar 78,2% (86 pasien),
Sumber : Data Primer 2017
sedangkan teknik komunikasi perawat yang
Tabel 6 di atas menjelaskan pengelompokkan
baik namun pasien yang kurang puas adalah
responden berdasarkan Kepuasan Pasien dan
1,8% (2 pasien). Hasil terhadap teknik
didapatkan yang terbanyak adalah Puas dengan
presentase 88,2%. komunikasi perawat yang tidak baik namun
pasien mengatakan puas ada 10,0% (11
pasien), sedangkan sikap perawat yang tidak
Analisis Bivariat
baik dan pasien yang mengatakan kurang
Tabel 7 Hubungan Sikap dengan puas adalah 10,0% (11 pasien). Variabel dari
Kepuasan Pasien Rawat Inap di Ruang teknik komunikasi perawat menghasilkan
Eunike RSU GMIM Kalooran Amurang nilai p = 0,000 < 0,05 nilai tersebut
menyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima atau terdapat hubungan antara teknik
Kepuasan Pasien komunikasi terapeutik perawat dengan
Sikap Kurang Total
Puas
Puas
Pv kepuasan pasienrawat inap di ruang Eunike
RSU GMIM Kalooran Amurang.
n % n % n %
0,000
Baik 89 80,9 2 1,8 91 82,7 Pembahasan
Tidak Baik 8 7,3 11 10,0 19 17,3
Sikap
Total 97 88,2 13 11,8 110 100,0
Sumber : Data Primer 2017
Berdasarkan data pada Tabel 7 Gambaran dari sikap perawat terhadap
menunjukan bahwa hasil analisis terhadap pasien rawat inap di ruang Eunike RSU
sikap perawat yang baik dan pasien yang puas GMIM Kalooran Amurang didapati bahwa
adalah sebesar 80,9% (89 pasien), sedangkan dari 110 responden (100%), sikap yang baik
sikap perawat yang baik namun pasien yang dari perawat 91 responden (82,7%),
kurang puas adalah 1,8% (2 pasien). Hasil sedangkan sikap yang tidak baik dari perawat
terhadap sikap perawat yang tidak baik 19 responden (17,3%). Menurut Purwanto
namun pasien mengatakan puas ada 7,3% (8 (2008), sikap merupakan suatu perbuatan atau
4
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

tingkah laku sebagai reaksi (respons) terhadap telah menerapkan komunikasi terapeutik dan
sesuatu rangsangan atau stimulus, yang didapatkan hasil dalam kategori tinggi.
disertai dengan pendirian dan perasaan orang Menurut peneliti yang sesuai dengan
itu. kejadian di lapangan didapatkan komunikasi
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan terapeutik perawat di Rumah Sakit Umum
oleh Dewi (2014) didapati hasil yang GMIM Kalooran Amurang sering diterapkan
menunjukan sikap perawat dalam kategori kepada pasien maupun keluarga pasien,
baik lebih banyak. Hasil penelitian ini juga seperti menanyakan keluhan pasien,
didukung dengan hasil penelitian menjelaskan tujuannya datang, menggunakan
Nugrahaningsih (2016) dikatakan bahwa komunikasi yang mudah dimengerti, sehingga
mayoritas responden menilai bahwa sikap perawat mampu membangun atau membina
perawat RSUD Salatiga termasuk dalam hubungan yang baik dengan pasien dalam
kategori cukup baik. Hasil penelitian Sukatmi memberikan pelayanan keperawatan untuk
(2008) di ruang Cendana RSUD Unit kesembuhan pasien. Namun masih adapula
Swadana Pare Kediri, didapati hasil dari sikap yang lupa untuk mengucapkan salam atau
perawat pada kategori cukup baik lebih menyapa pasien saat akan melakukan
banyak. tindakan keperawatan.
Menurut peneliti sesuai yang ada di
lapangan sikap perawat yaitu dengan Kepuasan Pasien
menghargai pasien dan menunjukan sikap Gambaran dari Kepuasan pada pasien
yang baik kepada siapa saja terlebih saat rawat inap di ruang Eunike RSU GMIM
melayani kebutuhan pasien sehingga baik Kalooran Amurang didapati bahwa dari 110
pasien maupun keluarga pasien merasa responden (100%), kepuasan pasien yang
nyaman, namun ada juga terkadang kurang puas 97 responden (88,2%), sedangkan
memperhatikan sikap saat melakukan kepuasan pasien yang kurang puas ada 213
tindakan keperawatan. responden (11,8%). Kepuasan pasien adalah
perasaan puas yang dirasakan oleh pasien
Teknik Komunikasi Terapeutik setelah mendapatkan pelayanan dari rumah
Gambaran dari teknik komunikasi sakit. Kepuasan akan tercapai apabila
terapeutik perawat pada pasien rawat inap di
diperoleh hasil yang optimal bagi setiap klien
ruang Eunike RSU GMIM Kalooran
dan keluarganya, ada perhatian terhadap
Amurang didapati bahwa dari 110 responden
keluhan, kondisi lingkungan fisik dan tanggap
(100%), komunikasi terapeutik perawat yang
kepada atau memprioritaskan kebutuhan klien
baik 88 responden (80,0%), sedangkan
(Supranto, 2006).
komunikasi terapeutik perawat yang tidak
Hasil penelitian Anis (2009) di Rumah
baik ada 22 responden (20,0%). Komunikasi
Sakit Siti Khodijah Sepanjang seabgian besar
terapeutik pada akhirnya menentukan perawat
menyatakan telah puas dengan pelayanan
untuk menetapkan hubungan kerja dengan
yang telah diberikan oleh perawat. Hasil
klien dan keluarganya (Potter dan Perry,
penelitian dari Sitorus (2006) tentang
2005).
kepuasan klien dan keluarga menunjukan
Penelitian yang sesuai yaitu penelitian
bahwa tingkat kepuasan dengan kategori baik
Luvi (2013) di ruang rawat inap RSI NU adalah yang tertinggi.
Demak bahwa hasil yang didapatkan sebagian Menurut peneliti yang sesuai dengan
besar komunikasi terapeutik perawat paling kejadian di lapangan didapatkan kepuasan
tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan pasien di Rumah Sakit Umum GMIM
Husna, dkk (2009) tentang hubungan Kalooran Amurang, perawat melakukan
komunikasi terapeutik perawat dengan tindakan keperawatan yang sopan, serta
kepuasan pasien di RS Siti Khodijah Sepajang kerapihan dan kebersihan penampilan perawat
bahwa perawat di RS Siti Khodijah Sepajang dapat memberikan nilai yang baik atau
memberikan kepuasan terhadap pasien.
5
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

Namun ada juga terkadang perawat yang merasa takut, khawatir, hilang kontrol, dan
tidak segera datang ketika pasien memerlukan putus asa. Selain itu juga pasien akan merasa
pelayanan yang dinilai kurang dan tersaing, merasa tidak ada yang akan
menyebabkan pasien merasa kurang puas. menolong, dan kemungkinan sakitnya akan
bertambah, proses penyembuhan pasien akan
Hubungan Sikap dengan Kepuasan Pasien semakin lama, serta hubungan interpersonal
Rawat Inap di Ruang Eunike RSU GMIM perawat dan pasein tidak terjalin dengan baik.
Kalooran Amurang Menurut peneliti sikap merupakan aspek
Berdasarkan hasil analisis dengan penting yang harus dilakukan oleh perawat
menggunakan uji statistic chi-square dalam praktik keperawatan. Pelayanan
menunjukan bahwa hasil analisis terhadap keperawatan yang didasari oleh sikap yang
sikap dengan kepuasan pasien rawat inap di diperlihatkan atau dilakukan dengan efektif
RSU GMIM Kalooran Amurang, penelitian dapat mendorong kesehatan serta mampu
ini didapatkan sebagian besar sikap daripada meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
perawat dibutuhkan agar mempengaruhi
kepuasan pasien. Jadi dapat dikatakan bahwa Hubungan Teknik Komunikasi Terapeutik
kepuasan pasien sangat di tentukan dari sikap dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap di
seorang perawat. Dengan menggunakan uji Ruang Eunike RSU GMIM Kalooran
chi-square menghasilkan nilai signifikan Amurang
yaitu 0,000 atau lebih kecil dari nilai Berdasarkan hasil analisis dengan
signifikannya 0,05. menggunakan uji statistic chi-square
Komunikasi terapeutik merupakan menunjukan bahwa hasil analisis terhadap
komunikasi profesional yang mengarah pada teknik komunikasi terapeutik dengan
tujuan penyembuhan pasien. Dengan kepuasan pasien rawat inap di RSU GMIM
demikian Kepuasan pasien terjadi apabila apa Kalooran Amurang. Dalam penelitian ini
yang menjadi kebutuhan, keinginan, harapan didapatkan sebagian besar komunikasi
pasien dapat dipenuhi, maka pasien akan terapeutik perawat dibutuhkan agar
puas. mempengaruhi kepuasan pasien. Jadi dapat
Hasil penelitian dari Wahyu (2016) dikatakan bahwa kepuasan pasien sangat di
menunjukan, bahwa sikap perawat di Bangsal tentukan dari teknik komunikasi terapeutik
Pavilliun RSUD Kota Salatiga termasuk perawat. Dengan menggunakan uji chi-square
dalam kategori cukup baik. Terdapat menghasilkan nilai signifikan yaitu 0,000 atau
hubungan sikap perawat dengan kepuasan lebih kecil dari nilai signifikannya 0,05.
pasien dalam pelayanan keperawatan di Hasil penelitian Siti (2015) menyatakan,
Bangsal Pavilliun RSUD Salatiga. Semakin penelitian deskriptif korelasi dengan
baik penilaian responden terhadap sikap rancangan cross sectional ini bertujuan untuk
perawat, semakin tinggi tingkat kepuasan mengetahui hubungan komunikasi terapeutik
responden, begitu pula sebaliknya. Hal perawat dengan kepuasan pasien di ruang
tersebut didukung oleh Wiyana (2008) yang rawat inap pringgodani RSU Rajawali Citra
mengemukakan bahwa salah satu indikator Bantul Yogyakarta. Kesimpulan ada
mutu layanan keperawatan adalah kepuasan hubungan yang signifikan Antara komunikasi
pasien dan sikap perawat menjadi jaminan terapeutik perawat dengan kepuasan pasien.
apakah layanan perawatan tersebut bermutu Hasil penelitian dari Priscylia (2014)
atau tidak. menyatakan bahwa, dari 67 responden
Hasil penelitian yang dikemukakan oleh menunjukkan bahwa keterampilan
Hayati (2010) dalam penelitiannya bahwa komunikasi terapeutik perawat baik dan
apabila perawat tidak bersikap caring dalam pasien merasa puas. Hasilnya menunjukan
memberikan pelayanan keperawatan terhadap adanya hubungan komunikasi terapeutik
pasien maka akan memberikan dampak yang perawat dengan kepuasan pasien. Serta hasil
negatif pada pasien sehingga pasien akan penelitian Rahil (2015) yang menyatakan
bahwa ada hubungan komunikasi terapeutik
6
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

perawat dalam memberikan obat terhadap perawat dengan tingkat kepuasan


tingkat kepuasan pasien dalampemberian obat pasien di bangsal penyakit dalam RSUD
di RSUD Sleman,Yogyakarta. Kab. Wonogiri.
Menurut peneliti komunikasi merupakan Ekasari, D. (2007). Faktor-faktor yang
sarana dalam membina hubungan antar berhubungan dengan kepuasan pasien
perawat dan pasien, dan dapat mempengaruhi terhadap layanan kesehatan di Irna
tingkat kepuasan pasien terhdap pelayanan Bedah umum RSUP Dr. M. Djamil
kesehatan yang diberikan. Padang. Skripsi. Program Studi Ilmu
Keperawatan FK UNAND.
SIMPULAN Lusa. (2007). Mengukur Kepuasan Pasien
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka Rumah Sakit dalam:
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : (1) http://jsofian.wordpress.com. Diakses
Sikap perawat pada penelitian ini didapatkan tanggal 11 November 2016.
hasil Sikap pada kategori Baik adalah yang Lutfiyati, M. (2013). Hubungan Caring
terbanyak, (2)Teknik Komunikasi Terapeutik Perawat Pelaksan dengan Kepuasan
Perawat pada penelitian ini didapatkan hasil Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr.
Komunikasi Terapeutik pada kategori H. Soewondo Kendal dalam:
Komunikasi Baik adalah yang terbanyak, (3) http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/e-
Kepuasan Pasien pada penelitan ini journal/index.php/ilmukeperawatan/
didapatkan hasil Kepuasan Pasien pada article/view/179. Diakses tanggan 14
kategori Puas adalah yang terbanyak, (4) Ada November 2016
hubungan antara sikap dan kepuasan pasien Mar’at, S. (2006). Psikologi Perkembangan.
rawat inap di Ruang Eunike RSU GMIM Bandung : Rosda
Kalooran Amurang, (5) Ada hubungan antara Mundakir. (2006). Komunikasi Terapeutik
teknik komunikasi terapeutik perawat dengan Perawat. Komunikasi Keperawatan-
kepuasan pasien di Ruang Eunike RSU aplikasi dalam pelayanan. Edisi
GMIM Kalooran Amurang. Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Hal
109-31
DAFTAR PUSTAKA Mundakir. (2013). Komunikasi Keperawatan
Ardia, P. (2013). Hubungan Komunikasi Aplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta:
Terapeutik Perawat dengan Kepuasan Graha Ilmu. Diakses tanggal 14
Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD dr. November 2016.
Zainoel Abidin. Jurnal Ilmu Notoatmodjo S. (2012). Metodologi
Keperawatan. Diakses tanggal 17 Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Januari 2017. Cipta.
Afriani. (2011). Hubungan tingkat kepuasan Pohan. (2007). Jaminan Mutu Layanan
pasien terhadap pelayanan kesehatan di Kesehatan; Dasar-dasar, Pengertian
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Skripsi. dan Penerapan. Jakarta : EGC.
Amelia, GR. (2010). Hubungan prilaku Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik
empati perawat dalam pemberian Penulisan Riset Keperawatan.
asuhan keperawatan dengan kepuasan Yogyakarta : Graha Ilmu.
pasien di Irna Non Bedah (penyakit Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik :
dalam) RSUP Dr. M. Djamil Padang. teori dan praktik. Jakarta : ECG.
Skripsi. Program Studi Ilmu Suryawati, dkk. (2006). Penyusunan
Keperawatan FK UNAND. Indikator Kepuasan Pasien Rawat Inap
Aripuddin I. (2014). Ensiklopedia Mini: Asal RS di Propinsi Jawa Tengah . Jurnal
Mula Profesi Perawat. Jakarta : Manajemen Pelayanan Kesehatan, (Vol
Angkasa. 9 No 4: 177-84)
Dhama Yanfi, M. E. (2009). Hubungan
komunikasi verbal dan non verbal

7
Jurnal komunikasi, ISSN 19 7‘898X
Volume 9, Nomor e, April eoi5

Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat


Terhadap Tingkat Stres Pasien di Ruang Neurologi
Rumah Sakit Umum Daerah dr M.HauIussyAmbon

Marlen Febiyana Patty, Dewi Kartika Sari & Yafet Pradikatama


Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana

Someone u›ho is sick tends to suffer from stress. This ype of patient really needs a
figure of nurse to reduce their sWess level. Beside that’s, patient otso needs a therapeutic
communication. Therefore, a research is done in the Neurology Ward in M Haulussy
General Hospital in Ambon uiith fhe purpose is to find out the therapeutic
communication relationship of the nurses touiard the patients’ stress level in the
Neurology Ward in M Haulussy General Hospital in Ambon. The method used in this
study is the correlation quantitatiue methad. The correlation result of the nurses’
verbal communication tOtllOTd the patients’ stress leuel is o,i9 8 uiith the significant
point of o,oos k›<o ,os1 And the result of the correlation
nurses’ non verbal communication toward the patients’ stress leuel O,497 north the
significant point of o, oos (p<o,o s) While the correlation result of the
correlation test beMeen the nurses’ therapeutic communicotion tou›ard the patients’ stress
level is o,s8 with the signifitant point of o,oo @ro ,os). Therefore, Ho (there is no
relation of therapeutic communication to patients stress leuel) is rejected and H1 (There is
relation of therapeutic communication to patients stress level) is accepted. It can be
concluded that there is a significant relationship between the nurses’ therapeutic
communication totllard the patients’stress leuel.

ICT IVords : nurses’ verbal communicnfion, nurses’ non uerbal communication,


patients’ sWess level.

PENDAHULUAM pasien yang di rawat di rumah sakit akan


Semua manusia cenderung akan membutuhkan kehadiran seorang perawat
mengalami stres dalam kehidupannya untuk berkomunikasi dengan mereka.
‘(Sunaryo,2OO2:212). Ketika seseorang Oleh karena itu sangat dibutuhkan sikap
sakit maka stres akan meningkat. Ketika peduli perawat terhadap pasiennya
kita menjadi seorang pasien dan dirawat (Arline,l 997:25)a Keperawatan
di rumah sakit kita akan mengalami didasar- kan pada suatu hubungan yang
keadaan stres dan dapat berpengaruh’ merawat dan membantu pasien untuk
terhadap .proses penyembuhan. Menurut mencapai proses penyembuhan.
(Arline, 99a:•s) yang yang dirawat di Hubungan ini dibangun melalui suatu
, ’rumah sakit beranggapan bahwa rumah komunikasi terapeutik yang baik dari
sakit adalah tempat yang menimbulkan perawat kepada pasien (Potter & Perry,ao
stres. Dengan demikian sebagian besar s :301).
Jurnal komunikasi, Volume 9, Nomor z, April zoi5

Menurut Anthony (dalam Mundakir, pasien dam keluarga. Perawat juga


2O1O:3 8) komunikasi terapeutik sangat
menjadi pendengar baik atas keluhan
penting dan merupakan komunikasi pasien dan kadang mengontrol pasien
yang tanpa dipanggil. Data pra survey peneliti
direncanakan secara sadar dan dipusatkan terhadap pasien pada waktu praktik
serta bertujuan untuk kesembuhan klinik, pasien mengatakan bahwa selama
pasien. Data penelitian dari Weimann & dirawat di rumah sakit pasien sudah
Giles,i988 (dalam Rosalind & Lucie, mendapatkan pelayanan yang baik dari
,9Ss:*413) menunjukan bahwa perawat. Pelayanan tersebut adalah
komunikasi perawat sangat penting bagi pelayanan dalam tindakan dan cara
pasien dengan alasan sebagai proses berkomunikasi.
interaksi dengan pasien, pertukaran
RSUD M. Haulussy Ambon dipilih
informasi serta dukungan selama stres.
menjadi lokasi penelitian ini karena salah
enurut Rosalind & Lucie kurangnya
satu anggota keluarga peneliti dirawat di
komunikasi yang memuaskan dan
ruang Neurologi. Peneliti ingin
berkualitas dari perawat dapat
mengetahui apakah fakta yang peneliti
berimplikasi serius terhadap kesehatan
temui di RSUD Ambarawa, RS Pam dr
ik dan psikologis pasien.
Ario Wirawan, RS Ken Saras sama
Seluruh perilaku dan pesan yang dengan yang peneliti temui di RSUD M.
@sampaikan perawat hendaknya Haulussy Ambon.
bertujuan terapeutik untuk pasien.
Peneliti berfokus di ruangan neurologi
karena ruangan ini merupakan ruangan
khusus bagi pasien yang mengalami sakit
pada bagian sistem saraf, dimana kondisi
pasien di ruangan ini tidak boleh terbeban
(Prihatiningsih, 201a:40)
dengan pikiran. Apabila pasien di ruangan
menunjukan komunikasi terapeutik yang
ini terbeban dengan pikiran, entah karena
faktor komunikasi terapeutik perawat atau
dan tingkat stres pasien di karena faktor lain, maka kecenderungan
ruang pasien akan mengalami stres dan hal
RSUD Kebumen mayoritas sedang tersebut berbahaya bagi kondisi pasien
tersebut.
memahamisepenuhnyaakan
komunikasi terapeutik dengan
METODE PENELITIAN
Dalam peneli0an ini, peneliti
cukup. Stres yang dirasakan oleh menggunakan metode penelitian
diakibatkan oleh ketakutan akan komplikasi kuantitatif korelasi atau korelasional yaitu
penyakit, komunikasi dan juga perabiayaan suatu penelitian untuk mengetahui
perawatan hubungan dan tingkat hubungan antara
rumah sakit (Prihatiningsih, soi l:4 )- dua variabel atau lebih tanpa ada upaya
untuk mempengaruhi variabel tersebut
Dari pendapat para ahli tersebut fa
sehingga tidak terdapat manipulasi
yang peneliti temui saat melakuluui klinik di
variabel (Fraenkel & Wallen,ooo8 :734)-
RSUD Ambarawa, RS
dr Ario Wirawan, RS Ken Saras yakni Terdapat dna variabel dalam penelitian ini
mampu merijalin hubungan baik yaitu komunikasi tezapeutik perawat
pasien, mampu menggunakan
terapeutik yang baik kepada
Mnrfen f’ebipnrin Patty, Devi Kartika Ikari &: Yafet
Pradikatama, Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap
Tingkat Stres Pasien di Ruang Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah dr
M.Haulussy Ambon

sebagai variabel independen dan tingkat maupun dari kepala ruangan Neurologi
stres pasien sebagai variabel dependen. RSUD M Haulussy Ambon

HIPOTESIS
Ho :Tidak ada hubungan komunikasi Criteria Eksklusi
terapeutik perawat terhadap Criteria eksklusi adalah
tingkat stres pasien menghilangkan atau mengeluarkan subjek
HI :Ada hubungan komunikasi dari penelitian karena berbagai sebab
terapeutik perawat terhadap dengan atau kata lain tidak layak untuk
tingkat stres pasien tidak diteliti atau tidak memenuhi
Criteria inklusi pada saat penelitian
berlangsung (Nursalam,zoo =s9) * ang
POPULASI
termasuk kriteria eksklusi adalah
Populasi penelitian merupakan mengalami gangguan orientasi, pasien
keseluruhan dari obyek penelitian yang dewasa berusia 417 d= >6o tahun, pasien
akan diteliti (Nursalam,2OO1:s 6). Dalam tidak sadar, pasien yang menolak untuk
penelitian ini yang dijadikan populasi menjadi
yaitu pasien yang dirawat inap di ruang responden dan tidak mendapat ijin dari
Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah dr keluarga maupun dari kepala ruangan
M Haulussy Ambon yang be uml4 3 N.eurologi RSUD M Haulussy Ambon.
pasien.

PENGUMPULAN DATA
SAMPEL
Pada bagian ini peneliti
Sampel adalah bagian dari populasi menggunakan instrumen pengumpulan
yang dipilih dengan cara tertentu dan data penelitian kuantitatif berupa
dianggap mewakili seluruh populasi
kuesioner dan memanfaatkan data yang
(Nursalam ,zooi :s8). Peneliti mengguna-
tersedia 5engan nieliiiat catatan rekam
kan teknik purposive sampling, yaitu
medis pasien di ruang neurologi. Dalam
teknik pengambilan sampel secara instrumen penelitian, peneliti
sengaja. Peneliti menentukan sendiri
menghilangkan alternatif jawaban netral
sampel yang diambil tidak secara acak,
(N) dalam penggunaan skala likert karena
tapi ditentukan sendiri oleh peneliti.
pengalaman sewaktu melakukan
Criteria sampel terbagi atas a bagian,
penelitian, responden cenderung memilih
yarn :
jawaban netral (N) sehingga berpengaruh
Criteria Inklusi pada proses pengolahan hasil penelitian
Criteria inklusi adalah karakteristik ( ar,2Ol2:1 7)•
sampel yang layak untuk diteliti
(Nursalam,aooi:58) Criteria tersebut
adalah pasien yang dirawat di ruang
Neurologi, pasien dewasa berusia >i 7 Suatu angket dikatakan valid (sah)
tahun, pasien tidak mengalami jika pertanyaan pada suatu angket mampu
kecacatan (bisu, tuli, buta), pasien mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh
sadar, pasien yang bersedia menjadi angket tersebut. Untuk mengetahui
responden, dan yang mendapat ijin dari validitas intrumen, data hasil uji coba
keluarga pasien instrumen di analisa dengan uji coba
validitas Pearson Product Moment rumus
Jumal komunikasi, Volume g, NOIROfi 2, April aoi5

yaitu : Teknik statistik yang digunakan penelitian ini, penulis menggunakan


adalah korelasi product moment dari Karl teknik uji reliabilitas Alpha Gonbach.
Pearson. Sebagai Criteria, pemilihan item
b,erdasarkan korelasi item total dengan Dalam penelitian ini, hasil'”akan diukur
konvensi yaitu, batasan koefisien korelssi dengan b tuan program khusus
komputer statistik yaitu SPSS seri 16.o
g diangga memuaska dan for windows.
p kontribusinyang baik sebesar
mencukupi atau jauh dari jumlah yang
Hasil uji validitas dan reliabilitas
maka batas Criteria koeasien
komunikasi terapeutik perawat
yang semula .3o dapat
at«r«xJan menjadi o,z5 (Azwar, Variabel komunikasi terapeutik
2012:1OO). memilki az ITEM pertanyaan, setelah di
lakukan uji validitas hasil yang diperoleh
adalah nilai koefisien pada item z - o,l 9
dan item y = 0,28 nilai koefisien pada
Reliabilitas merujuk pada konsistensi kedua item tersebut <o .3o sehingga Item
atau stabilitas sebuah alat ukur z dan item 7 yatakan tidak valid, item
(Cozby,zoO 9:>6). Secara empirik, tinggi yang dinyatakan valid adalah
rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh itemi.z .4.5 $ ,Q,1O,T t,1R,1;j,xq,i
suatu angka yang disebut koefisien 5,16
rlliabilitas yang ang ya berada dalam ›+7 +9›* =• • a dari hasil tersebut item
rentang dari o sampai dengan i,oo yang valid akan peneliti gunakan
( ar,2O1e:ioi). Untuk melihat apakah dalam penelitian.
reliabel kuisioner baik atau tidak, maka Hasil uji reliabilitas variabel
peneliti menggunakan standar reliabel komunikasi terapeutik diperoleh nilai
menurut (Azwar,eooo:57) sebagai koefisien alpha sebesar o,889. Hal ini
berikut: berarti instrumen komunikasi terapeutik
< .7 : tidak reliabel adalah reliable dengan standar b

Hasil uji validitas dan reliabilitas


tingkat stres pasien
Variabel tingkat stres pasien memiliki
tinggi , koeasien reliabilitas angka i3 ITEM pertanyaan setelah di lakukan
1,oo berarti semakin reliabilitas. uji validitas hasil yang diperoleh adalah
Sebaliknya, koefisien semakin nilai koefisien pada item ii = 0,27 4O›3O
rendah mendekati o, berarti sehingga item ii dinyatakan tidak valid,
item yang dinyatakan valid adalah item
+.*.3›4› 5,6.7.8.p,io,i a,z2. Item yang
valid akan peneliti gunakan dalam
penelitian.
kepercayaan hasil pengukuran alat
bagikelompoksubjekyang Hasil uji reliabilitas variabel tingkat
diteliti. Suatu alat ukur dikatakan stres pasien diperoleh nilai koefisien alpha
’‘ m'empunyai taraf kepercayaan yang tinggi sebesar = o,88o. Hal ini berarti instrumen
apabila alat ukur tersebut mampu tingkat stres pasien adalah reliable dengan
memberikan hasil yang tetap. Dalam standar baik.
3fnrlen Febiyona Patty, Devi Kartika dariI Yafet Pradikatama,
Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Tingkat Stres Pasien
di Ruang Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah dr M.HaulussyAmbon

Teknik Pengelompokan dan Analisis Usia


Data ‹_
Berdasarkan penelitian dan hasil
Pengolahan data distribusi frekuensi didapatkan bahwa
Editing (memerilcsa ) : Editing adalah responden yang berusia eo-3o tahun yaitu
memeriksa daftar observasi yang telah sebany 7 responden (23.3 ), berusia 3i-
dilakukan mencakup kelengkapan 40 tahun sebanyak 5 responden (i6 ,7 ).
pengisian lembar observasi, keterbacaan berusia 4 i- s o tahun sebanyak 6
pengisian dan relavansi pengisian. responden (zo,o%), berusia s -6o tahun
sebanyak le responden (4o,o%).
Entry Data : Nilai-nilai dalam lembar
observant dijumlahkan dan dimasukan Berdasarkan diagram frekuensi usia,
dalam tabel hitung, melalui program partisipan yang berusia s1-6o tahun lebih
microsoft office excel. banyak dengan jumlah 12 partisipan
(4O,o% ). Menurut survey kesehatan
Cfenning : Pembersihan data, dengan
rumah tangga (SKRT,1g95 >>)
melihat variabel apakah data sudah menyimpulkan bahwa penyakit pada
benar atau belum. sistem . degeneratif dan sistem saraf
Analisa data banyak ditemukan pada usia 6o tahun ke
Metode yang digunakan data atas. Karena faktor kemunduran fungsi
organ sehingga pada usia tersebut rawan
melalaui metode kuantitatif yaitu
terhadap gangguan kesehatan. Stres yang
metode dengan analisa yang dapat
dialami bahkan menunjukan sikap masa
digunakan untuk menganalisa variabel
bndoh, kurang ramah dan kurang
yang dapat diukur dengan angka untuk
beradaptasi dengan lingkungan. Sama
memecahkan masalah. Analisa yang
halnya dengan fakta yang peneliti
digunakan adalah analisa korelasi yang
temukan saat melakukan penelitian di
digunakan untuk mengetahui hubungan
ruang Neurologi. Salah seorang anggota
komunikasi terapeutik perawat terhadap keluarga pasien (Ny. H) mengatakan
tingkat stres pasien (AAziz,2OO7:10 7- bahwa (Ny. H) sangat tidak betah berada
108).
di rumah sakit dan selalu meminta agar
segera pulang. (Ny. H) sering marah-
marah ketika ditanya tentang kondisinya,
terkadang te adi perubahan mood yang
sebelumnya tenang kemudian berubah
PROFIL RESPONDEN menjadi marah.
Responden penelitian seluruhnya
be umlah 3o responden. Gambaran
Tingkat pendidikan
umum responden peneliaan berisi
tentang karakteristik jenis kelamin, usia, Berdasarkan penelitian dan hasil
tingkat pendidikan, dan pekerjaan. distribusi frekuensi didapatkan bahwa
tidak ada responden yang tidak sekolah
dan tidak ada yang tidak tamat SD, yang
Jenis Kelamin berpendidikan SD sebanyak 2 responden
Berdasar penelitian dan hasil (6,y°ñ), berpendidikan SMP sebanyJ s
distribusi frekuensi didapatkan bahwa responden (16,75'), berpendidikan SMA i
jumlah responden laki-laki sebany 7 s responden (5o,o%) dan berpendidikan
responden (s7. ) dan jumlah responden Akademi/Universitas sebanyak 8
perempuan sebanyak i3 responden responden (a6,7%)
(q3,3%).
Jurnal komunikasi, Volume 9. Nomor a, April void

Pekerjaan Responden yang di teliti adalah


Berdasarkan penelitian dan hasil pasien yang mengalami gangguan pada
distribusi frekuensi didapatkan bahwa sistem saraf (stroke dan cedera kepala),
tidak ada responden yang beke a sebagai untuk itu peneliti mengkondisikan
wiraswasta, tidak beke a sebanyak i keadaan pasien dalam melaksanakan
responden t3.3%). hang beke a sebagai‘ penelitian. Peneliti sebelumnya
swasta sebanyak 4 responden (13.3%). mendatangi pasien dan keluarganya
PNS/ABRI sebanyak 5 responden (16,7%). untuk memperkenalkan nama dan
pensiunan PNS/ Purnawirawan sebanyak institusi peneliti sekaligus membina
3 responden (io,o%), dan lain-lain hubungan saling percaya dengan pasien.
sebanyak *7 responden (s 6,7%) Jenis Peneliti memberikan penjelasan
pekerjaan partisipan dalam kategori lain- mengenai maksud dan tujuan peneliti
lain adalah petani, ibu rumah' tangga, melakukan penelitian kepada pasien
nelayan, penjahit, sopir angkutan umum. dari sekaligus meminta ijin partisipasi
pasien untuk berperan serta dalam
penelitian ini dengan mengisi kuisioner
PELAKSANAAN PEJ'4ELITIA2f yang disebarkan kepada mereka.
Peneliti melakukan penelitian di Peneliti menemani pasien dalam proses
Rumah Sakit Umum Daerah Dr M pengisian kuisioner dengan maksud
Haulussy Ambon, pelaksanaan penelitian agar selama pengisian kuisioner ada
dimulai tanggal i3 -20 oktober 2 4 pernyataan yang tidak di mengerti oleh
Sebelum melakukan penelitian peneliti pasien peneliti bisa langsung
bertemu dan menjelaskan kepada kepala menjelaskan. Selama pengisian
ruangan Neurologi terlebih dahulu kuisioner ada 5 pasien yang tidak
tentang tujuan peneliti melakukan sekaligus menyelesaikan pengisian
penelitian di ruangan neurologi RSUD. kuisioner untuk itu peneliti membuat
HAULUSSY M Ambon. Peneliti kontrak waktu dengan pasien dalam
melaksanakan penelitian ini setelah penyelesaian pengisian kuisioner
mendapat ijin dari kepala ruangan tersebut. Setelah pengisian kuisioner
neurologi dan di minta langsung sebesar langsung diberikan kepada
membagikan kuisinner kepada pasien di peneliti dan peneliti langsung mengecek
temani oleh seorang perawat jaga. kuisioner yang telah di isi oleh pasien.
Dari kuisioner yang di sebar semuanya
terktimpul kembali dan semuanya itu
bisa di pakai dalam penelitian ini.
3farfen Pebiyana Patty, Devi Kartika Sat &: Yafet Pradikatama,
Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Tingkat Stres
Pasien di Ruang Neurologi Rumah 5akit Umum Daerah dr M.Haulussy
Ambon

Tabel z : Hasil Uji Korelasi Komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat stres
pasien di zzzaag Neuz'ologi RSUO BE. EEautussy Ambon

komunBasiterapaâ Tingkatstespasie
kperauat N
komun[aAaa Cp
PeaconGonebb
@g@Wdt Sfg.(2-tailed)
30

tinglatsFespasizn PeaoonCorelakr 1

N 3D

Berdasarkan hasil perhitungan uji komunikasi terapeutik perawat dengan


korelasi pada tabel i diperoleh koefisien tingkat stres pasien maka Ho ditolak dan
korelasi antara komunikasi terapeutik Hi diterima. Jadi, dapat disimpulkan
perawat dengan tingkat stres pasien bahwa ada hubungan yang signifikan
sebesar o.s8i dengan signifikansi = o,ooi antara komunikasi terapeutik perawat
(p<o,o5) yang berarti ada hubungan yang terhadap tingkat stres pasien.
berkriteria sedang dan signifikan antara

Tabel z : Analisa bubuzzgan koszzuzñkasi yez'baI perawat dengao tizzgkat stces


pasien di ruang Neurologi REUD M. Haulussy Ambon

KomumhsñeAa PeasonCorelaion

N 30 30
Tingkatstrespasien PearsonCorelatñn ”
&ig.(2zeé}
N 30 3D
Berda’sarkan hasil perhitungan signiffkanksi = o,oo s ( < o=, s) y g
menggunakan pearson product moment oxti ayn terdapat hubungan yang
diperoleh nilai koefisien korelasi antara berkriteria sedang dan signifikan antara
komunikasi verbal perawat dengan tingkat komunikasi verbal perawat dengan
tingkat stres pasien sebesar .498 dengan stres pasien.
' urnal komunikasi, Volume 9. Nomor z, April 2015

Tabel 3 : Analisa hubungan komunikasi non verbal perawat dengan tingkat stres
pasien
d“i ruang Neurologi RSUD M. £fanlussy Ambon ”

tomunitasinaye Tingkatsbespasie

K0lTIUnit3Si00fiV 9BrS0flC0ITeIat0n
'* Sig.(2-tailed)
30 30
ting/3tStTeS{I3Si9 93fS0n C0fI4l2tI0fl 1
Sig.(2-tailed)
N 30 30

Berdasarkan hasil perhitungan


menggunakan pearson product penyakit yang dirasakari atau diderita
moment diperoleh nilai koefisien oleh pasien tersebut.
]torelasi antara komunikasi non Duff & Hollingshead (dalam
verbal clengan tingkat stres pasien Muhazam,ig9$:1 3) mewawancarai
sebesar dengan signifikansi = o,oos sejumlah i6i pasien yang semuanya
(P menyatakan stres dan takut pada saat
yang artinya terdapat masuk rumah sakit bahkan sz% dari
yang berkriteria sedang pasien tersebut merasa sangat
antara komunikasi ketakutan. Ketakutan dan stresor
perawat dengan tingkat yang dialami berkaitan dengan
ancaman penyakit yang diderita.
Hasil penelitian nilai korelasi Menurut (Smeet,i994:•s ) bahwa
1:omunikasi verbal dan nonverbal berbagai macam faktor yang amat
$›erawat adalah 0,498 '*all 0,497 penting dalam intervensi untuk
clengan signifikansi o,oos meningkatkan kepuasan pasien dan
iaenggambarkan bahwa bukan hanya mengurangi tingkat kecemasan,
l'omunikasi perawat yang merupakan ketakutan dan stres adalah
satu-satunya faktor penyebab stres pengontrolan, komunikasi dan
¿ asien yang dirawat di ruang dukungan sosial.
2leurologi namun masih ada faktor
1in yang mempengaruhi tingkat stres
pasien ketika di rawat di rumah sakit.
(Abraham & Shanley, Komunikasi Terapeutik Perawat
bahwa stres pasien Komunikasi terapeiitik bukan
ketika pasien akan tentang apa yang dilakukan oleh
prosedur medis yang seorang perawat, tetapi bagaimana
sangat kompleks dan karena perawat itu melakukan komunikasi
3farfen Febiyana Patty, Demi xortika Sari &: Yafet
Pradikatama, Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap
Tingkat Stres Pasien di Ruang Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah dr
M.HaulussyAmbon

dengan pasien serta mengembangkan menerapkan prinsip dasar dalam


hubungan yang saling membantu komunikasi terapeutik yaitu
antara perawat dengan pasien yang komunikasi secara verbal maupun
dengan tujuan untuk kesembuhan nonverbal.
pasien tersebut. (Suryani,zoo6:1§2).
Salah satu hal yang dilakukan
perawat dalam menjaga ke asama lizzglcat Stz'es
yang baik dengan pasien dalam Tingkat stres menurut (Rasmun,
membantu mengatasi masalah pasien aooq:oa) terbagi atas tiga bagian yaitu
adalah dengan berkomunikasi. Dengan stres ringan, stres sedang dan stres
berkomunikasi perawat dapat berat. Sesuai hasil crosstab usia
mendengarkan perasaan pasien dan responden dengan tingkat stres
menjelaskan prosedur tindakan didapatkan bahwa kategori usia s i -6o
keperawatan (Mundakir, 2olo:log). tahun sebanyak la responden (4o%)
Komunikasi perawat dan pasien mengalami stres tingkat sedang.
memegang peranan penting dalam Memasuki lanjut usia merupakan
membantu pasien rnemecahkan stresor bagi seseorang. Hal ini
masalah yang dihadapi. Diharuskan tergantung pada kepribadian, dan
seorang perawat di ruang Neurologi lingJrungan sosialnya. Usia tua
menerapkan kemampuannya dalam ditandai dengan adanya berbagai stres.
berkomunikasi terapeutik secara Semakin tua seseorang akan
efektif ketika melayani pasien, karena mengalami kerusakan biologis, sosial
tujuan dari komunikasi terapeutik dan kesulitan ekonomi. Menurut
adalah untuk kesembuhan pasien Schulz & Ran, 1988 (dalam Shika &
sendiri. Smita, zoi3) tekanan terbesar dialami
Berdasarkan hasil penelitian di oleh usia yang lebih tua berbeda
peroleh hasil bahwa dari 3o responden dengan usia muda dan usia tengah.
menggambarkan komunikasi yang Sebagai contoh orang tua yang
dilakukan perawat di ruang Neurologi dipisahkan dari anak-anak mereka,
terhadap pasien berkriteria sedang menghadapi kematian pasangan,
dengan nilai pearson correlation kurang adanya dukungan dari kerabat
0,498 dengan signifikansi o,oos. dan teman-teman. Oleh karena sering
Menurut pendapat seorang pasien (Ny. menghadapi begitu banyak masalah
H) bahwa perawat di ruang dalam hidup mereka mengakibatkan
Neurologi sudah menjalankan stres sering te adi dan mempengaruhi
tugasnya merawat pasien disini kesehatan mental serta fisik mereka.
namun ada beberapa perawat ketika (Shika & Smita, aol 3:666-66 7).
berbicara dengan pasien kadang tidak Berdasarkan hasil crosstab jenis
disertai dengan ekspresi yang baik. kelamin bahwa laki-laki sebany 7
Menurut pendapat tersebut perawat responden ($^.7%) "' e Il ga1ami t ingkat
telah menjalankan proses komunikasi stres sedang. Beberapa penelib
dengan pasien yang di rawat di menyatakan bahwa jenis kelamin
ruangan neurologi namun perawat merupakan penentu perbedaan
sendiri masih kurang
Jumal komunikasi, Volume 9. NOIHOT a, April zoi5

pengaruh sumber stres terhadap emosi


dan kelangsungan fisik seseorang. beranggapan bahwa rumah sakit
Beberapaahli menemukan bahwa adalah tempat yang menimbulkan
tingkat stres yang dialami wanita stress (Arline, ig 97:56). Pasien (Tn.N)
hampir tidak ada perbedaan dengan yang di rawat di ruang Neurologi yang
ngkat stres yang dialami oleh pria telah mendapat informasi tentang
(Collins, i993:11). Menurut (Bernstein keadaannya dari dokter maupun
8r Douglas, 2o12:5491 stres lebih perawat kadang ingin membicarakan
besar dialami oleh wanita kembali tentang informasi yang ia
dapat, kadang ia akan memilih dengan
dibandingkan dengan pria
perawat yang mana hendak ia ajak
meskipun demikian pria
untuk berbicara. Rasa cemas dan stres
menampakan gejala-gejala
banyak di rasakan oleh pasien yang di
t'ersebut dalam jangka waktu yang
rawat di ruang neurologi karena faktor
panjang, sehingga pria lebih
komunikasi, kesakitan di anggota
sakit berkepanjangan dan
tubuh dan merasa terganggu karena
daya tahan tubuh yang lemah
keramaian pada waktu berkunjung
dari pada wanita (Daniel & Jason,
keluarga di ruangan. Biasanya mereka
2013:126).
hanya mendengar apa yang dikatakan
Hasil kategori peke aan sebanyak i,7 oleh perawat setelah itu menilai cara
responden (56.7o) mengalami perawat menyampaikan informasi
@gkat stres sedang. Aarass et at kepada mereka.
(dalam Julian,2OOi:ss o) yang
menyatakan bahwa stres di bidang
peke aan mengacu pada semua Hubungan Komunikasi
karakterisktik pekerjaan artinya tidak Terapeutik Perawat terhadap
hanya pada satu jenis pekerjaan. Stres Tingkat stres pasien
merupakan respon tubuh yang Dari hasil pengolahan data hasil
non spesifik terhadap setiap penelitian diperoleh koefisien
beban atasnya, yaitu hubungan antara komunikasi
bagaimana re5pon tubuh seseorang terapeutik perawat dengan tingkat
stres pasien sebesar o,58i dengan
signifikansi = o,ool (p• o. 5)
artinya tidak ada
8-gg•= fungsi organ tubuh. Tetapi (Sugiyono, zoo8 :78) yang berarti ada
jika seseorang tidak hubungan yang berkriteria sedang dan
mengatasinya maka orang bersignifikan antara komunikasi
terapeutik perawat dengan tingkat stres
pasien. Hubungan yang berkriteria
sedang mengartikan bahwa
tubuh dan mengakibatkan tidak sepenuhnya faktor komunikasi
tidak lagi dapat perawat yang mempengaruhi tingkat
tugasnya dengan baik. stres pasien namun masih ada faktor
Ketika kita menjadi seorang pasien lain. Menurut salah seorang pasien
di rawat di rumah sakit, kita (Tn. N) bahwa faktor keramaian di
ruangan neurologi dan kesakitan yang
ñfnrfen Febiyana Patty, Demi Kartika Sari 8r Yafet
Pradikatama, Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap
tingkat Stres Pasien di Ruang Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah dr
M.Haulussy Ambon

di rasakan di anggota tubuh juga wajah, penampilan terhadap tingkat


mempengaruhi tingkat stres pada stres pasien sebesar o.497 dengan
pasien di ruang neurologi. signifikansi = o,oos ( <o,os) mans
Seperti yang dijelaskan oleh artinya terdapat hubungan yang
(Abraham & Shanley,1g97:1 O-*52) berkriteria sedang dan signifikan
bahwa stres pasien juga diakibatkan antara komunikasi non verbal perawat
ketika pasien akan rnenjalani prosedur dengan tingkat stres pasien. hubungan
medis yang terkadang sangat yang berkriteria sedang dan
kompleks dan karena penyakit yang bersignifikan artinya komunikasi
dirasakan atau diderita oleh pasien verbal dan non verbal yang diterapkan
tersebut. Dan untuk mengurangi oleh perawat di ruangan neurologi
tingkat kecemasan, ketakutan dan juga mempengaruhi tingkat stres
stres adalah dengan pengontrolan, pasien yang di rawat di ruangan
komunikasi dan dukungan sosial. tersebut.
Komunikasi dari perawat sangat Komunikasi verbal dan
dibutuhkan oleh pasien dan nonverbal perawat mempengaruhi
keluarganya baik itu komunikasi tingkat stres pasien yang dirawat di
verbal maupun nonverbal. Melalui ruang Neurologi, diakibatkan oleh
komunikasi terapeutik secara tepat
kurangnya keterampilan
dapat membantu meringankan beban
berkomunikasi yang baik dari perawat
pasien dan membantu pasien dalam
terhadap pasien maupun keluarga
proses penyembuhannya. Bagi pasien,
pasien. Perawat harus waspada akan
berkomunikasi dapat mengeluarkan
adanya komunikasi non verbal yang
keluhan - keluhari yang mereka
mengikuti pesan verbal yang
hadapi sekaligus merupakan suatu
disampaikan pada pasien. Pesan
bentuk pengobatan (Isyanto &
verbal harus menguatkan atau diikuti
Syafei,
oleh isyarat non verbal yang tepat
3:59-6o). Menurut (Anemona & Elena,
Berdasarkan hasil perhitungan 20 4:3115). pesan non verbal penting
diperoleh nilai koefisien korelasi dan mampu mengidentifikasi keadaan
antara komunikasi verbal perawat mental seseorang, sehingga cara
yang meliputi kejelasan suara, menginterprestasikan pesan non
kekerasan suara, bahasa yang verbal harus dengan penafsiran yang
sedarhana, kecepatan suara, umpan
benar. Komunikasi verbal sebagian
balik terhadap tingkat stres pasien
besar di pandang sebagai proses
sebesar o.49$ dengan signifikansi = interaktif yang penting bagi pasien
o,oos (P <o,os) lo g artinya terdapat untuk memberikan informasi dan
hubungan yang berkriteria sedang dan dalam pemberian dukungan untuk
signifikan antara komunikasi verbal membantu dalam mengurangi stres.
perawat terhadap tingkat stres pasien.
Sedangkan nilai koefisien korelasi Menurut (Rosalind & Lucie,
1g99:l 4*>) * munikasi verbal juga
antara komunikasi non verbal perawat
dapat mengurangi stres yaitu dengan
yang meliputi kontak mata, sentuhan,
. ‘gerakan tubuh, intonasi, ekspresi cara perawat memfasilitasi pasien
menggunakan mekanisme koping yang
Jumal komunikasi, Volume g, Nomor a, April • •s

Komunikasiverbalsangat dan pertukaran informasi antara

berkomunikasi tepat waktu dan cepat


respon dari pasien
sehingga
di perlukari keterampilan baik
dari perawat untuk mampu
berkomunikasi baik dengan pasien
hal Mini dikarenakan komunikasi ini
bertujuan untuk kesembuhan pasien
(Purwanto,oOO3 :1 37-13 )-
Menurut studi Lawrence,1g9s
(dalam Rosalind 8r Lucie,i 999:l dl
5- J4 l 7) pasien yang di rawat di
rumah sakit menggambarkan
bagaimaria mereka
mendengar, mengerti dan
menanggapi secara emosional apa
yang dikatakan oleh petugas
kesehatan. Data hasil penelitian yang
peneliti dapatkan bahwa komunikasi
yang diterapkan oleh perawat
terhadap di ruang Neurologi memiliki

(p<o, s) yang artinya


korelasi sedang. Data
hasil ini menggambarkan
juga
bahwa ada faktor lain yang belum
diketahui yang mempengaruhi
tingkat stres pasien selain faktor
komunikasi perawat. Faktor lain
yang peneliti dapatkan
berdasarkan informasi dari yang
dirawat di ruang
eurologi adalah selain faktor
perawat faktor keramaian ruangan
dan rasa sakit yang
di anggota tubuh.
Data penelitian sebelumnya dari
eimann & Giles,1988 (dalam Elliot &
menunjukan
komunikasi dalam keperawatan
penting dengan alasan sebagai
perawat dengan pasien serta dukungan
emosional selama stres. Kurangnya
komunikasi yang memuaskan dan
berkualitas dari perawat dapat
berimplikasi serius terhadap
kesehatan fisik dan psikologis
pasien.
Perawat yang terapeutik berarti
melakukan interaksi dengan pasien,
interaksi tersebut untuk
memfasilitasi proses penyembuhan
pasien, sedangkan hubungan
terapeutik artinya suatu hubunga;n
interaksi yang mempunyai sifat
menyembuhkan dan berbeda dengan
hubungan sosial. Hubungan ini di
banquet untuk keuntungan pasien.
Pasien tidak boleh diremehkan,
pasien mempunyai motivasi sembuh
yang tinggi akan selalu berfikir dia
akan segera sembuh dari
penyakitnya, dan keadaan sekitar
mampu mempengaruhinya, sebagian
besar pasien merindukan perawat
untuk berkomunikasi dengan mereka
untuk membantu meningkatkan rasa
pengendalian diri salah satunya
melalui pernberian informasi dan
penjelasan yang benar dan tepat,
informasi dapat diberikan dengan
baik apabila didukung oleh
pelaksana komunikasi yang baik dari
perawat kepada pasien maupun
keluarga pasien (Maramis,ao s:io6).

KESIMPULAN DAY SARAN


Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan
pembahasan dapat diambil
kesimpulan untuk menjawab tujuan
dari penelitian sebagai berikut :
• Berdasarkan hasil perhitungan
uji korelasi diperoleh koefisien
Marlen Febiynna Petty, DettJi RnFti£o Seri & Yafet
Pradikatama, Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap
Tingkat Stres Pasien di Ruang Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah dr
M.Haulussy Ambon

korelasi antara komunikasi Hubungan yang berkriteria


terapeutik perawat terhadap sedang dan bersignifikan
tingkat stres pasien sebesar artinya komunikasi verbal dan
o,$8i dengan signifikansi non verbal yang diterapkan oleh
O,OO1 (p<o, os) yang berarti ada perawat di ruangan Neurologi
hubungan yang berkriteria juga mempengaruhi tingkat
sedang dan signifikan antara stres pasien yang di rawat di
komunikasi terapeutik perawat ruangan tersebut.
terhadap tingkat stres pasien,
maka Ho ditolak dan Hi
diterima. Hubungan yang Saran
berkriteria sedang mengartikan • Ilmu Keperawatan
bahwa tidak sepenuhnya faktor Disarankan hasil penelitian ini
komunikasi perawat yang menjadi masukan dan
mempengaruhi tingkat stres pengembangan dalam ilmu
pasien namun masih ada faktor keperawatan khususnya dalam
lain. Menurut salah seorang bidang komunikasi terapeuok.
pasien (Tn. N) bahwa faktor • Rumah Sakit
keramaian di ruangan neurologi Perlu adanya pelatihan tentang
dan kesakitan yang di rasakan komunikasi terapeutik perawat
di anggota tubuh juga terhadap pasien. Serta perlu
mempengaruhi tingkat stres meningkatkan mutu pelayanan
pada pasien di ruang neurologi. kesehatan yang dilakukan,
• Berdasarkan hasil perhitungan khususnya sikap, kemampuan
diperoleh nilai koefisien dan keterampilan perawat
korelasi antara komunikasi dalam melakukan komunikasi
verbal perawat dengan tingkat terapeutik terhadap pasien.
stres pasien sebesar o.498 • Peneliti selanjutnya
dengan signifikansi = o,oo5
(p<o,o5) dan korelasi antara Bagi peneliti sekaligus penelitian
komunikasi non verbal selanjutnya agar perlu meneliti apakah
sebesar ada faktor lain selain faktor
.497 dengan signifikansi = komunikasi’ yang mempengaruhi
o,oo5 (p<o,o5) yang artinya tingkat stres pasien yang di rawat di
terdapat hubungan yang ruang neurologi RSUD Dr. M.
berkriteria sedang dan Haulussy Ambon.
signifikan antara komunikasi
verbal dan nonverbal perawat
dengan tingkat stres pasien.
umal komunikasi, Volume 9, Nomor z, April zoi5

DAFTARPUSTAKA

Abraham, C., Shanley, F. 1997. ’!Education. New York :


Psikologi Sosial Untuk Perawat. Jakarta : McGraw-
EGC Azwar, S. 2000. Reliabilitas dan
Kafidifns.
Yogyakarta : Pustaka
Belajar 2012.
Penyusunan
psikologi. Edisi 2. Yogyakarta
Pustaka Pelajar
Eline, Matthews. 1997. Belajar merawat
di bangsal penyakit dalam. Jakarta :
ECG
emona, Paunescu., Elena, Simona
Indreica. 2014. Use of non-verbal
Rreschooler
s emotional development. Vol 10
A.Aziz, A.H. 2007. fetode Penefiriax
Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. U arta : Salemba Medika
Bernstein, A., Douglas., et all. 2012.
syc. International
ia
Zaeland edilioirWadsworth
Cengage Learning
Badan litbang kesehatan. (1995).
Laparan SKRT 1995 Badan Litbang
Kesehatan. Jakarta
Cozby, P.C. 2009. Methods in behavioral
research. Yogyakarta Pustaka
Pelajar
Collins, K.M. 1993. Stress and
departures from the P ublic
accounting profession : A study of
gender
. difference. Accounting Horizons
(March)
Daniel; Freeman., Jason, Freeman. 2013.
The Stressed sex : Uncovering the
truth about men, women, and
mental he!alth. Oxford University
Press
, ‘’›. , ,F. ,raenkel J.R. Wellen N.E. 2008. how
fo Design and Evaluate research in
Istiyanto, S.B., Syafei, M. 2003. Jurnal . Studi
Komparatif Strategi Komuni. h
So if
Daerah Banyumas dan Rumah Sakit
Margono Soekarjo
Terhadap Penyembuhan Pasien.
file:///C:/Windows/svstem32/confio/
svstemorofile/Down1oads/2577- 5078-
1-PB%20f13.pdf
januari 2015
Julian, Barling. 2001. Handbook of work
sress. India Pvt. Ltd
Mundakir. 2010.
Keperawatan dalam
Pelayanan. Yog|akarta : Grabal Dmu
Mubazam, 1995. Memperkenalkan
Sosiologi Kesehatan. Jakarta Press
Maramis, W.F. 2005. Ilmu Kedokteran iw
Airlangga Universitas
Surabaya
Nursalam, Pariani. 2001 . Pendekatan ra is
Metodologi is
Keperawatan. Jakarta : Sagung Seto
Purwanto, Hery. 2003. Komunikasi Untuk
Perawat. Jakarta : EGC
Potter, Perry. 2005. Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, dan Praktik. Vol 1. Ed 4. Jakarta
: ECG
Prihatiningsih, (2012).
komu ka. terapeutik dengan tingkat
cemas pasien di ruang Melati RSUD
Kebumen. STIKES Muhammadiyah
Gombong.
Rasmun. 2004. Stress, Koping dan Adaplasi
Teori dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto
Marlen Febiyana Patty, Dewi Kartika had 8r Yafet
Pradikatama, Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap
Tingkat Stres Pasien di Ruang Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah dr
M.HaulussyAmbon

Rosalind, Elliot., Lucie, Wright. 1999. Suryani. 2006. Komunikasi Terapeutik


Verbal communication what do Teori dan Praktik. Jakarta : EGC
critical care nurses say to their Sunaryo. 2002. Psikologi Untuk
unconscious or sedated patients? Keperawatan. Jakarta : ECG
Journal of Advanced Nursing .Vol Shika, A., Smita. J. 2013. Anasakti :
29 Stress and Coping in Old Age. Vol
Rusmini. 2006. Hubungan komunikasi 27. Indian Journal of Gerontology
terapeutik dengan stres pasien di Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
RSU Doris Sylvanus Palangkaraya Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Bandung : Alfabeta
Jakarta Gramedia Widiasarana
Indonesia

You might also like