Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Abstract : Patients will feel satisfied when obtaining health care performance equals or exceeds
expectations. Research purposes: To determine the Relationship Between Attitudes and Techniques
Therapeutic Communication Nurse Inpatient Satisfaction in in Space Eunike General Hospital
GMIM Kalooran Amurang. Research design: Using Cross Sectional methods. Samples: The
sampling technique used by researchers is accidential sampling is a way of sampling by taking
respondents or cases of accidental and there or provided with a sample of 110 people. The
instrument used in this study were questionnaires. Research result: The data obtained in the
descriptive analysis and use statistical tests chi-square test with 95% confidence level (α = 0.05)
and obtained p-value 0.000 <0.05 and p-value 0.000 <0.05. Conclusion: There is a relationship of
attitude and patient satisfaction in the room Eunike General Hospital GMIM Kalooran Amurang
and there is a relationship of communication techniques therapeutic nurse with patient satisfaction
at room Eunike General Hospital GMIM Kalooran Amurang. Recommendations: For public
hospitals GMIM Kalooran Amurang to remain able to maintain and even improve the quality of the
services, especially how the new communicates attitudes and techniques applied in the therapeutic
nurse airport or deal with patients and their families well. As well as providing rewards for nurses
who are considered to have good performance.
Keywords : Attitudes, Techniques of therapeutic communication nurse, patient satisfaction
Abstrak : Pasien akan merasa puas ketika kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau
melebihi harapannya. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui Hubungan Antara Sikap dan Teknik
Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap di Ruang Eunike RSU
GMIM Kalooran Amurang. Desain Penelitian: Menggunakan Cross Sectional. Sampel: Teknik
pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah accidential sampling yang merupakan cara
pengambilan sampel dengan mengambil responden atau kasus yang kebetulan dan ada atau tersedia
dengan jumlah sampel 110 orang. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner.
Hasil Penelitian: Data yang diperoleh di analisa secara deskriptif dan menggunakan uji statistic chi-
square test dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dan diperoleh p-value 0,000 < 0,05 dan p-value
0,000 < 0,05. Kesimpulan: Yaitu terdapat hubungan sikap dan kepuasan pasien rawat inap di ruang
Eunike RSU GMIM Kalooran Amurang dan terdapat hubungan teknik komunikasi terapeutik
perawat dengan kepuasan pasien rawat inap di ruang Eunike RSU GMIM Kalooran Amurang. Saran:
Bagi rumah sakit umum GMIM Kalooran Amurang untuk tetap bisa mempertahankan bahkan
meningkatkan kualitas dalam pelayanan khususnya bagaimana sikap dan teknik komuniksi terapeutik
perawat yang diterapkan dalam melayani atau menangani pasien dan keluarga pasien dengan baik.
Serta memberikan reward bagi perawat yang dinilai memiliki prestasi baik.
Kata Kunci : Sikap, Teknik Komunikasi Terapeutik Perawat, Kepuasan Pasien
PENDAHULUAN mencapai, mempertahankan atau memulihkan
Perawat merupakan profesi yang kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari
difokuskan pada perawatan individu keluarga lahir sampai mati (Aripuddin, 2014). Salah satu
dan masyarakat sehingga mereka dapat hal yang dilakukan perawat dalam menjaga
1
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017
kerjasama yang baik dengan klien dalam Instalasi Rawat Inap Non Bedah (penyakit
membantu memenuhi kebutuhan kesehatan dalam pria dan wanita), mengatakan tidak
klien, maupun dengan tenaga kesehatan lain puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh
dalam rangka membantu mengatasi masalah perawat. Menurut Afriani (2011) menemukan
klien adalah dengan berkomunikasi. Dengan bahwa sebanyak 65 % responden menyatakan
berkomunikasi perawat dapat mendengarkan tidak puas terhadap pelayanan informasi di
perasaan klien dan menjelaskan prosedur instalasi rawat inap bedah RSUP Dr. M.
tindakan keperawatan (Mundakir, 2013). Djamil Padang.
Sikap diartikan sebagai fungsi dari Hasil penelitian yang dilakukan Ningsih
manusia seperti persepsi, motivasi, dan (2014), terkait dengan (Hubungan sikap
berpikir yang seperti itu menunjukan perawat dengan kepuasan pasien rawat inap
hubungan-hubungan, bahwa sampai batas- kelas III di rumah sakit PKU Muhammadiyah
batas tertentu perilakunya dapat Yogyakarta) menunjukan distribusi frekuensi
diramalkan(Mar’at, 2006). Komunikasi sikap disimpulkan bahwa mayoritas
merupakan proses yang dilakukan perawat responden menilai sikap perawat di ruang
dalam menjaga kerjasama yang baik dengan rawat inap kelas III rumah sakit PKU
klien dalam membantu memenuhi kebutuhan Muhammadiyah Yogyakarta pada kategori
kesehatan klien, maupun dengan tenaga “baik” sebanyak 18 responden (52,9%), dan
kesehatan lain dalam rangka membantu kepuasan pasien berada pada kategori “tinggi”
mengatasi masalah klien (Mundakir, 2006). yaitu sebanyak 19 responden (55,9%). Hasil
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat Penelitian Ardia Putra (2013) di ruang rawat
perasaan pasien yang timbul sebagai akibat inap RSUD dr. Zainoel Abidin, secara
dari kinerja layanan kesehatan yang presentase dari 41 orang (52,6%) yang
diperolehnya setelah pasien membandingkan menyatakan komunikasi terapeutik berada
dengan apa yang diharapkannya (Pohan, pada kategori baik, sebanyak 23 orang
2007). (56,1%) mengaku puas, sedangkan presentase
Manurung (2003), dalam penelitiannya di
dari 37 orang (86,5%) yang menyatakan tidak
Rumah Sakit Persahabatan menemukan
puas. Jadi kesimpulanya pasien lebih banyak
bahwa penerapan komunikasi terapeutik
merasa tidak puas, dengan kategori
masih kurang yaitu (46,3 %). Hasil penelitian
komunikasi terpeutik kurang. Sedangkan
Ekasari (2007), terkait dengan (faktor-faktor
penelitian yang dilakukan oleh Dhama Yanfi
yang berhubungan dengan kepuasan pasien
(2009) di RSUD Wonogiri terhadap 50
terhadap layanan kesehatan) menunjukkan
responden mengatakan 8 dari 13 perawat
bahwa 70,0 % pasien menilai pelayanan
tidak melakukan komunikasi terapeutik
keperawatan yang diberikan kurang baik di
dengan baik, mereka hanya sekedar merawat
IRNA Bedah Umum RSUP Dr. M. Djamil
pasien, dan 8 dari 24 pasien mengatakan tidak
Padang. Sejalan dengan itu, hasil penelitian
puas, 5 dari 24 pasien mengatakan sangat
Amelia (2010), terkait dengan (hubungan
puas dan 16 dari 24 pasien mengatakan puas
perilaku empati perawat dalam pemberian
dengan komunikasi terapeutik perawat.
asuhan keperawatan dengan kepuasan pasien)
juga menunjukkan bahwa 92,5% pasien di Pengambilan data awal dilakukan di
Rumah Sakit Umum GMIM Kalooran
Amurang pada tanggal 29 Oktober 2016,
didapatkan jumlah pasien yang dirawat di
ruang Eunike pada bulan September 152
pasien. Wawancara lebih lanjut dilakukan
pada 7 orang pasien yang sudah berada di
ruang rawat inap 3 hari, dan terdapat 3
orang yang menyatakan perawat kurang
menunjukan sikap yang baik atau tidak
ramah, ada juga 1 orang yang mengatakan
2
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017
telah menerapkan komunikasi terapeutik kepuasan pasien yang kurang puas ada 213
dan didapatkan hasil dalam kategori tinggi. responden (11,8%). Kepuasan pasien adalah
Menurut peneliti yang sesuai dengan perasaan puas yang dirasakan oleh pasien
kejadian di lapangan didapatkan setelah mendapatkan pelayanan dari rumah
komunikasi terapeutik perawat di Rumah sakit. Kepuasan akan tercapai apabila
Sakit Umum GMIM Kalooran Amurang diperoleh hasil yang optimal bagi setiap klien
sering diterapkan kepada pasien maupun dan keluarganya, ada perhatian terhadap
keluarga pasien, seperti menanyakan keluhan, kondisi lingkungan fisik dan tanggap
keluhan pasien, menjelaskan tujuannya kepada atau memprioritaskan kebutuhan klien
datang, menggunakan komunikasi yang (Supranto, 2006).
mudah dimengerti, sehingga perawat Hasil penelitian Anis (2009) di Rumah
mampu membangun atau membina Sakit Siti Khodijah Sepanjang seabgian besar
hubungan yang baik dengan pasien dalam menyatakan telah puas dengan pelayanan
memberikan pelayanan keperawatan untuk yang telah diberikan oleh perawat. Hasil
kesembuhan pasien. Namun masih adapula penelitian dari Sitorus (2006) tentang
yang lupa untuk mengucapkan salam atau kepuasan klien dan keluarga menunjukan
menyapa pasien saat akan melakukan bahwa tingkat kepuasan dengan kategori baik
tindakan keperawatan. adalah yang tertinggi.
Menurut peneliti yang sesuai dengan
Kepuasan Pasien kejadian di lapangan didapatkan kepuasan
Gambaran dari Kepuasan pada pasien pasien di Rumah Sakit Umum GMIM
rawat inap di ruang Eunike RSU GMIM Kalooran Amurang, perawat melakukan
Kalooran Amurang didapati bahwa dari 110 tindakan keperawatan yang sopan, serta
responden (100%), kepuasan pasien yang kerapihan dan kebersihan penampilan perawat
puas 97 responden (88,2%), sedangkan dapat memberikan nilai yang baik atau
memberikan kepuasan terhadap pasien.
Namun ada juga terkadang perawat yang yang menjadi kebutuhan, keinginan, harapan
tidak segera datang ketika pasien memerlukan pasien dapat dipenuhi, maka pasien akan puas.
pelayanan yang dinilai kurang dan Hasil penelitian dari Wahyu (2016)
menyebabkan pasien merasa kurang puas. menunjukan, bahwa sikap perawat di Bangsal
Pavilliun RSUD Kota Salatiga termasuk dalam
Hubungan Sikap dengan Kepuasan Pasien kategori cukup baik. Terdapat hubungan sikap
Rawat Inap di Ruang Eunike RSU GMIM perawat dengan kepuasan pasien dalam pelayanan
Kalooran Amurang keperawatan di Bangsal Pavilliun RSUD Salatiga.
Berdasarkan hasil analisis dengan Semakin baik penilaian responden terhadap sikap
menggunakan uji statistic chi-square perawat, semakin tinggi tingkat kepuasan
menunjukan bahwa hasil analisis terhadap responden, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut
sikap dengan kepuasan pasien rawat inap di didukung oleh Wiyana (2008) yang
RSU GMIM Kalooran Amurang, penelitian mengemukakan bahwa salah satu indikator mutu
ini didapatkan sebagian besar sikap daripada layanan keperawatan adalah kepuasan pasien dan
perawat dibutuhkan agar mempengaruhi sikap perawat menjadi jaminan apakah layanan
kepuasan pasien. Jadi dapat dikatakan bahwa perawatan tersebut bermutu atau tidak.
kepuasan pasien sangat di tentukan dari sikap Hasil penelitian yang dikemukakan oleh
seorang perawat. Dengan menggunakan uji Hayati (2010) dalam penelitiannya bahwa apabila
chi-square menghasilkan nilai signifikan perawat tidak bersikap caring dalam memberikan
yaitu 0,000 atau lebih kecil dari nilai pelayanan keperawatan terhadap pasien maka akan
signifikannya 0,05. memberikan dampak yang negatif pada pasien
Komunikasi terapeutik merupakan sehingga pasien akan
komunikasi profesional yang mengarah pada
tujuan penyembuhan pasien. Dengan
demikian Kepuasan pasien terjadi apabila apa
6
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017
merasa takut, khawatir, hilang kontrol, Kalooran Amurang. Dalam penelitian ini
dan putus asa. Selain itu juga pasien akan didapatkan sebagian besar komunikasi
merasa tersaing, merasa tidak ada terapeutik perawat dibutuhkan agar
yang akan menolong, dan mempengaruhi kepuasan pasien. Jadi dapat
kemungkinan sakitnya akan bertambah, dikatakan bahwa kepuasan pasien sangat di
proses penyembuhan pasien akan semakin tentukan dari teknik komunikasi terapeutik
lama, serta hubungan interpersonal perawat perawat. Dengan menggunakan uji chi-square
dan pasein tidak terjalin dengan baik. menghasilkan nilai signifikan yaitu 0,000 atau
Menurut peneliti sikap merupakan aspek lebih kecil dari nilai signifikannya 0,05.
penting yang harus dilakukan oleh perawat Hasil penelitian Siti (2015) menyatakan,
dalam praktik keperawatan. penelitian deskriptif korelasi dengan
Pelayanan keperawatan yang rancangan cross sectional ini bertujuan untuk
didasari oleh sikap yang diperlihatkan atau mengetahui hubungan komunikasi terapeutik
dilakukan dengan efektif dapat mendorong perawat dengan kepuasan pasien di ruang
kesehatan serta mampu rawat inap pringgodani RSU Rajawali Citra
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Bantul Yogyakarta. Kesimpulan ada
hubungan yang signifikan Antara komunikasi
Hubungan Teknik Komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien.
Terapeutik dengan Kepuasan Pasien Hasil penelitian dari Priscylia (2014)
Rawat Inap di Ruang Eunike RSU menyatakan bahwa, dari 67 responden
GMIM Kalooran Amurang menunjukkan bahwa keterampilan
Berdasarkan hasil analisis dengan komunikasi terapeutik perawat baik dan
menggunakan uji statistic chi-square pasien merasa puas. Hasilnya menunjukan
menunjukan bahwa hasil analisis terhadap adanya hubungan komunikasi terapeutik
teknik komunikasi terapeutik dengan perawat dengan kepuasan pasien. Serta hasil
kepuasan pasien rawat inap di RSU GMIM penelitian Rahil (2015) yang menyatakan
bahwa ada hubungan komunikasi terapeutik
perawat dalam memberikan obat terhadap teknik komunikasi terapeutik perawat dengan
tingkat kepuasan pasien dalampemberian obat kepuasan pasien di Ruang Eunike RSU GMIM
di RSUD Sleman,Yogyakarta. Kalooran Amurang.
Menurut peneliti komunikasi merupakan
sarana dalam membina hubungan antar DAFTAR PUSTAKA
perawat dan pasien, dan dapat mempengaruhi Ardia, P. (2013). Hubungan Komunikasi
tingkat kepuasan pasien terhdap pelayanan Terapeutik Perawat dengan Kepuasan
kesehatan yang diberikan. Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD dr.
Zainoel Abidin. Jurnal Ilmu Keperawatan.
SIMPULAN Diakses tanggal 17 Januari 2017.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka Afriani. (2011). Hubungan tingkat kepuasan
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : (1) pasien terhadap pelayanan kesehatan di
Sikap perawat pada penelitian ini didapatkan RSUP Dr. M. Djamil Padang. Skripsi.
hasil Sikap pada kategori Baik adalah yang Amelia, GR. (2010). Hubungan prilaku empati
terbanyak, (2)Teknik Komunikasi Terapeutik perawat dalam pemberian asuhan
Perawat pada penelitian ini didapatkan hasil keperawatan dengan kepuasan pasien di
Komunikasi Terapeutik pada kategori Irna Non Bedah (penyakit dalam) RSUP Dr.
Komunikasi Baik adalah yang terbanyak, (3) M. Djamil Padang. Skripsi. Program Studi
Kepuasan Pasien pada penelitan ini Ilmu Keperawatan FK UNAND.
didapatkan hasil Kepuasan Pasien pada Aripuddin I. (2014). Ensiklopedia Mini: Asal
kategori Puas adalah yang terbanyak, (4) Ada Mula Profesi Perawat. Jakarta : Angkasa.
hubungan antara sikap dan kepuasan pasien Dhama Yanfi, M. E. (2009). Hubungan
rawat inap di Ruang Eunike RSU GMIM komunikasi verbal dan non verbal
Kalooran Amurang, (5) Ada hubungan antara
7
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017
Abstract
The spread of the Corona Virus Disease (COVID-19) in Indonesia resulted in a
variety of prevention efforts. The focus of prevention efforts is to break the chain
of the spread of COVID-19. One of the effective ways that can be done is through
the implementation of Clean and Healthy Behavior (PHBS). To increase clean
and healthy behavior in the community as a prevention of COVID-19, the
provision of online community nursing care is required. The purpose of
community service program is to change behavior and increase knowledge of the
clean and healthy behavior as prevention efforts of COVID-19. The methods used
are partnership, group process, and online education. This series of program is
carried out in three phases namely preparation, implementation of community
nursing care, and evaluation of community nursing care. The results achieved
during the six weeks of this program are increased knowledge of the community
related to the clean and healthy behavior in RW 04 RT 18 Ledok Code Kotabaru
as prevention efforts of COVID-19, and the presence of behavior change in the
community through the provision of online community nursing care. The
implementation of this activity has some problems, so the role of community
leaders is recommended to ensure the sustainability of changes in clean and
healthy behavior in the community.
Keywords: clean and healthy behavior; COVID-19; online community nursing care
Abstrak
Meluasnya penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) di Indonesia
mengakibatkan berbagai upaya pencegahan dilakukan. Fokus upaya pencegahan
adalah untuk memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19. Salah satu cara
efektif yang dapat dilakukan melalui penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Untuk meningkatkan PHBS di masyarakat sebagai upaya pencegahan
COVID-19, diperlukan pemberian asuhan keperawatan komunitas secara daring.
Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk merubah
perilaku dan meningkatkan pengetahuan terkait perilaku hidup bersih dan sehat
sebagai upaya pencegahan COVID-19. Metode yang digunakan adalah
partnership, proses kelompok, dan edukasi online. Kegiatan ini dilakukan melalui
tiga tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas, dan
evaluasi asuhan keperawatan komunitas. Hasil yang dicapai selama enam minggu
dari kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan masyarakat terkait perilaku
hidup bersih dan sehat di RW 04 RT 18 Ledok Code Kotabaru, dan adanya
perubahan perilaku di masyarakat melalui pemberian asuhan keperawatan
komunitas secara daring. Pelaksanaan kegiatan ini mengalami beberapa kendala
sehingga direkomendasikan peran tokoh masyarakat untuk menjamin
keberlangsungan perubahan PHBS di masyarakat.
Kata Kunci: PHBS; COVID-19; asuhan keperawatan komunitas daring
59
E -D EDUCAT IO NS -
PENG
IMABD IAN KEPA
A DA
MAS
S YARAKAT JURNAL PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT VOLUME 12
NOMOR 01 MARET 2021
60
Pencegahan COVID-19 Melalui Pemberian Asuhan Keperawatan
Komunitas Daring
Mei Rianita Elfrida Sinaga
61
E -D EDUCAT IO NS -
PENG
IMABD IAN KEPA
A DA
MAS
S YARAKAT JURNAL PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT VOLUME 12
NOMOR 01 MARET 2021
diperoleh adalah dua masalah prioritas, antara kebijakan (39 peserta meliputi Kepala
lain ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan Kelurahan, Ketua RW/RT, kader kesehatan,
dan perilaku kesehatan cenderung berisiko di tokoh masyarakat, pengabdi dan asisten).
RW 04 RT 18 Ledok Code Kotabaru DIY. Melalui kegiatan ini terjalin kerjasama dengan
Untuk menyelesaikan masalah tersebut,
disusun beberapa rencana tindakan
keperawatan komunitas dengan melibatkan
peran serta masyarakat melalui grup
whatsapp dengan menyesuaikan sumber daya
yang ada di masyarakat.
Tahap Evaluasi Askep Komunitas
Selanjutnya setelah dilakukan
implementasi, dibagikan kembali kuesioner
yang sama dengan di awal kegiatan,
dibagikan secara daring kepada masyarakat
untuk mengetahui perubahan pengetahuan
dan perilaku pada masyarakat di Ledok Code
setelah diberikan asuhan keperawatan
komunitas secara daring. Hasil data yang
didapatkan akan dipaparkan melalui grup
whatsapp.
62
Pencegahan COVID-19 Melalui Pemberian Asuhan Keperawatan
Komunitas Daring
Mei Rianita Elfrida Sinaga
feedback terhadap penjelasan materi yang pendidikan dalam bidang kesehatan, secara
sudah disampaikan pada hari sebelumnya, operasional pendidikan kesehatan adalah
misalnya hari pertama pemberian edukasi semua kegiatan untuk memberikan dan
tentang etika batuk yang benar maka hari meningkatkan pengetahuan, sikap, praktik
kedua masyarakat akan mengirimkan tentang baik individu, kelompok atau masyarakat
cara etika batuk yang benar dan dievalusi dalam memelihara dan meningkatkan
bersama-sama. kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo,
Tabel 2. Perubahan Tingkat Pengetahuan 2012). Setelah dilakukan pendidikan
Masyarakat tentang PHBS kesehatan di RT 18 Ledok Code Kotabaru
Di RW 04 RT 18 Ledok Code Kotabaru didapatkan hasil bahwa pengetahuan tentang
(N=98) penyakit COVID-19 semakin meningkat dan
No Pengeta Pretest Posttest mau menjaga dan mencegah penyakit
huan n % n % COVID-19. Hal tersebut didukung dengan
1 Tinggi 17 17,3 24 24,5 data posttest dari kuesioner yang dibagikan
2 Sedang 59 60,2 74 75,5 kepada masyarakat melalui online (Tabel 2).
3 Rendah 22 22,5 0 0 Pengetahuan masyarakat tentang
Tabel 3. Penilaian risiko penularan COVID- COVID-19 merupakan aspek yang sangat
19 di RW 04 RT 18 Ledok Code Kotabaru penting untuk kondisi pandemi seperti saat
ini, meliputi pengertian, tanda dan gejala,
(N=98)
pencegahan, penanganan COVID-19.
No Risiko Pretest Posttest Pemberian edukasi sangat diperlukan untuk
Penularan n % n % memperbaiki persepsi masyarakat yang
1 Risiko 8 8,1 0 0 masih kurang tepat dan mengubah sikap
tinggi negatif serta meningkatkan praktik
2 Risiko 42 42,9 4 4,1 pencegahan dan pengobatan (Olum,
sedang Chekwech, Wekha, Nassozi, & Bongomin,
3 Risiko 48 49 94 95,9 2020). Teknik penyuluhan menggunakan
rendah media poster atau video dapat lebih
Total 98 100 98 100 meningkatkan pengetahuan. Tingkat
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan data pengetahuan yang buruk berpengaruh pada
bahwa terjadi perubahan pengetahuan terkait perilaku penggunaan masker bentuk
PHBS pada masyarakat RW 04 RT 18 Ledok “unobservable behavior” atau “covert
Code Kotabaru. Adapun perubahan perilaku behavior” apabila respon tersebut terjadi
dapat dilihat dari beberapa kriteria dalam dalam diri sendiri, dan sulit diamati dari luar
kuesioner yang dibagikan diantaranya yang disebut dengan pengetahuan
riwayat pergi ke luar rumah menurun dari (knowledge) dan sikap (attitude). Suatu
70,4% menjadi 27,5%, menggunakan respon dalam bentuk tindakan yang dapat
transportasi umum dari 16,3% menajdi 5,1%, diamati dari luar (orang lain) yang disebut
berjabat tangan dengan orang lain dari 21,4% praktik (practice) yang diamati orang lain
menjadi 8,1%, tidak menjaga jarak minimal dari luar “observable behavior” (Sunaryo,
1,5 meter dari 49% menajdi 28,6%, tidak 2014). Tingkat pengetahuan masyarakat yang
mencuci tangan dengan sabun dari 29,6% tinggi terkait COVID-19 berpengaruh
menjadi 19,4%, tidak menggunakan masker terhadap kejadian dan upaya pencegahan
saat berkumpul dari 53,1% menjadi 16,2%. COVID-19, hal ini dikarenakan pengetahuan
Perubahan perilaku ini juga akan yang baik dapat didukung dengan
mempengaruhi besarnya risiko penularan penerimaan terhadap informasi yang beredar
COVID-19 (Tabel 3). Hal ini didukung oleh di masyarakat dan akan mempengaruhi
teori yang mengatakan bahwa pendidikan kemampuan dalam mengambil keputusan
kesehatan adalah aplikasi atau penerapan yang tepat terkait penyelesaian masalah
kesehatan (Purnamasari & Raharyani, 2020).
63
E -D EDUCAT IO NS -
PENG
IMABD IAN KEPA
A DA
MAS
S YARAKAT JURNAL PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT VOLUME 12
NOMOR 01 MARET 2021
Hal ini juga didukung dengan teori sebelum masuk rumah di setiap rumah
model pengetahuan - sikap - perilaku, bahwa masyarakat, poster di area-area yang dapat
pengetahuan merupakan faktor penting yang dijangkau oleh masyarakat
dapat mempengaruhi perubahan perilaku, dan
individu tersebut dapat memperoleh
pengetahuan dan keterampilan melalui
kegiatan pembelajaran, salah satunya dengan
cara edukasi oleh pihak-pihak yang
berwenang (Liu, Liu, Wang, An, & Jiao,
2016).
2. Penyediaan fasilitas cuci tangan di depan
pintu masuk dan keluar RW 04 RT 18 dan
tempat MCK umum, masker, sanitizer,
desinfektan sebagai penunjang PHBS di
masyarakat.
D. PENUTUP
Simpulan
Kegiatan pemberian asuhan
Gambar 3. Penyerahan dan
keperawatan komunitas secara daring ini
Penempelan Poster
didahului dengan pengkajian di RW 04 RT
Kegiatan ini dilakukan untuk
18 Ledok Code Kotabaru dimulai tanggal 5-8
memotivasi dan sebagai pengingat kepada
April melalui pengisian kuisioner terkait
masyarakat bilamana langkah-langkah cara
skrining COVID-19 secara online. Kegiatan
cuci tangan lupa, dan poster-poster ditempel
ini dapat berjalan dengan lancar dan memberi
di tempat-tempat yang strategis seperti di
manfaat bagi masyarakat, hal ini dibuktikan
papan pengumuman, di balai pertemuan.
dengan adanya peningkatan pengetahuan
Adapun media poster merupakan
masyarakat terkait perilaku hidup bersih dan
penggambaran yang ditunjukan sebagai
sehat sebagai upaya pencegahan COVID-19,
pemberitahuan, peringatan, maupun
dapat dilihat dari hasil pretest dibandingkan
penggugah selera yang biasanya berisi
dengan nilai posttest. Pemberian asuhan
gambar-gambar (Kunoli, 2012). Dan
keperawatan komunitas secara daring ini
didukung oleh penelitian Harsismanto dalam
diikuti oleh 98 peserta yang aktif dalam grup
judul pengaruh pendidikan kesehatan media
whatsapp baik dalam hal penyampaian
video dan poster terhadap pengetahuan dan
edukasi, pemutaran video, pengiriman
sikap anak dalam pencegahan penyakit diare
kembali video oleh peserta dan diskusi
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
selama
64
Pencegahan COVID-19 Melalui Pemberian Asuhan Keperawatan
Komunitas Daring
Mei Rianita Elfrida Sinaga
edukasi dilakukan dengan antusias, peserta Diana, F. M., Susanti, F., & Irfan, A. (2014).
dapat mengikuti setiap kegiatan. Peserta Pelaksanaan program perilaku hodup
pengabdian masyarakat ini yaitu ketua bersih dan sehat (PHBS) di SD Negeri
RW/RT, tokoh masyakarat, kader keshetaan 001 Tanjung Balai Karimun. Jurnal
dan mayarakat yang memiliki handphone dan Kesehatan Masyarakat, 8(1), 46–51.
aplikasi whatsapp. Effendi, F., & Makhfud. (2009).
Saran Keperawatan kesehatan komunitas:
Namun, dalam pelaksanaan kegiatan teori dan praktik dalam keperawatan.
ini ada beberapa kendala yang ditemui Jakarta: Salemba Medika.
pengabdi, diantaranya belum semua J, H., Oktavidiati, E., & Astuti, D. (2019).
masyarakat mengikuti grup whatsapp, materi Pengaruh pendidikan kesehatan media
yang diberikan tidak bisa langsung direspon video dan poster terhadap pengetahuan
oleh peserta dikarenakan gangguan sinyal, dan sikap anak dalam pencegahan
beberapa peserta mengerjakan kegiatan lain penyakit diare. Jurnal Kesmas
bersamaan dengan waktu pemaparan materi, Asclepius (JKA), 1(1), 75–85.
kurangnya fokus peserta pada materi yang Kunoli, F. J. (2012). Asuhan keperawatan
dipaparkan sehingga sulit untuk penyakit tropis. Jakarta: CV. Trans Info
menyelesaikan edukasi online sesuai dengan Media.
yang dijadwalkan, tetapi tujuan dan target Liu, L., Liu, Y. P., Wang, J., An, L. W., &
dapat dicapai. Pengabdi merekomendasikan Jiao, J. M. (2016). Use of a knowledge-
peran tokoh masyarakat sangat diperlukan attitude-behaviour education programme
dalam hal memberikan dukungan, for Chinese adults undergoing
bimbingan, motivasi, serta pengarahan pada maintenance haemodialysis:
masyarakat terkait penerapan PHBS Randomized controlled trial. Journal of
sebagai upaya pencegahan International Medical Research, 44(3),
penularan COVID-19 baik 557–568.
dilakukan secara daring maupun tatap muka. Mubarak, & Chayatin. (2011). Teori dan
Ucapan Terimakasih aplikasi ilmu kesehatan masyarakat.
Terimakasih pengabdi ucapkan Jakarta: EGC.
kepada Bapak Lurah Kelurahan Kotabaru, NN. (2020). Update data virus Corona.
Bapak Ketua RW 04 RT 18 Kotabaru DIY Retrieved August 13, 2020, from
beserta jajarannya serta masyarakat di RW 04 https://jogja.tribunnews.com/2020/04/15
RT 18 Ledok Code Kotabaru atas semua ijin, /update-data-virus-corona-rabu-15-april-
bantuan, peran aktif, dan kerjasamanya jakarta-terbanyak-di-yogyakarta-urutan-
sehingga kegiatan berjalan dengan lancar. ke-10-jatim-nomor-3
Terimakasih pula pengabdi ucapkan kepada Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bethesda dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Yakkum Yogyakarta atas kesempatan dan Olum, R., Chekwech, G., Wekha, G., Nassozi,
dukungan yang diberikan serta asisten yang D. R., & Bongomin, F. (2020).
ikut membantu kelancaran kegiatan ini. Coronavirus disease-2019: Knowledge,
attitude, and practices of health care
E. DAFTAR PUSTAKA workers at Makerere University
Akbar, M. A. (2019). Buku ajar konsep- Teaching Hospitals, Uganda. Frontiers
konsep dasar dalam keperawatan in Public Health, 8(April), 1–9.
komunitas (1st ed.). Deepublish Purnamasari, I., & Raharyani, A. E. (2020).
Publisher. Tingkat pengetahuan dan perilaku
Andriansyah, Y., & Rahmantari, D. N. masyarakat kabupaten Wonosobo
(2013). Penyuluhan Dan Praktik Phbs tentang COVID-19. Jurnal Ilmiah
( Perilaku Hidup Bersih. Inovasi Dan Kesehatan, 10(1), 33–42.
Kewirausahaan, 2(1), 45–50.
65
E -D EDUCAT IO NS -
PENG
IMABD IAN KEPA
A DA
MAS
S YARAKAT JURNAL PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT VOLUME 12
NOMOR 01 MARET 2021
ABSTRAK
Angka kematian penderita sakit jantung di Indonesia atau secara nasional masih sangat tinggi. Penyakit
jantung menjadi salah satu penyebab kematian utama di Indonesia .Kebiasaan merokok, mengonsumsi
alkohol dan makanan berlemak, kurang berolahraga merupakan faktor risiko gangguan jantung, hal ini
sangat merugikan, tidak hanya medis, tetapi juga sosial-ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan suatu media informasi (Audiovisual) tentang pencegahan dan perawatan yang dapat
disampaikan pada keluarga dan penderita, sehingga dapat secara efektif meningkatkan pemahaman
keluarga dan penderita tentang pencegahan dan perawatan penyakit jantung.
Penelitian ini menggunakan metode action research. Tahap pertama Mengidentifikasi pengetahuan
penderita dan keluarga, Tahap kedua menyusun multimedia customer education pencegahan dan
perawatan pada penderita dan keluarga penyakit jantung tahap ketiga mengidentifikasi pengetahuan
penderita dan keluarga setelah melihat tayangan multimedia customer education tentang pencegahan dan
perawatan pada penyakit jantung.
Analisa pengetahuan responden setelah diberi materi tentang penyebab terjadinya penyakit Jantung dan
Hipertensi serta pencegahan dan penanganannyadengan Media Audio Visual tersebut didapat : 8
responden (28.50%) pengetahuannya sangat baik dan 20 responden (70.40%) dengan pengetahuan baik.
Dukungan terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat terkait beberapa penyakit, pencegahan dan
perawatannya sangatdibutuhkan saat ini. Oleh karena itu penggunaan Media informasi seperti Audio
Visual sangat membantu sekali dalam meningkatkan pengetahuan dengan cara belajar yang menarik dan
dapat digunakan setiap mereka membutuhkannya, sehingga akan terwujud sikap dan perilaku terhadap
kesehatan Jantung dengan baik.
ABSTRAK
Komunikasi efektif merupakan sebuah proses yang sangat penting dalam menunjang
keberhasilan asuhan keperawatan. Kunci dari terciptanya hubungan yang baik antara
perawat dan klien adalah kemampuan perawat dalam berkomunikasi. Perawat yang
memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik dalam berkomunikasi akan mudah
menumbuhkan kepercayaan klien, sehingga klien bisa lebih terbuka untuk berbicara
mengenai masalah yang berhubungan dengan penyakitnya. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendapatkan gambaran secara mendalam tentang pelaksanaan komunikasi
efektif antara perawat dan klien di Instalasi Rawat Jalan Al Islam Bandung. Metode
penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif. Informan dalam penelitian ini
adalah perawat di Instalasi Rawat. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling dengan jumlah informan 9 orang perawat. Pengumpulan data dilakukan pada
tanggal 10 desember 2016. Penelitian ini menggunakan metode FGD (Focus Group
Discussion) dengan teknik analisa data menggunakan analisis sistematik (systematic
analysis). Hasil penelitian ini didapatkan 3 tema utama mengenai persepsi perawat
terhadap pelaksanaan komunikasi efektif. Tema pertama adalah pelaksanaan komunikasi
efektif di instalasi rawat jalan berjalan baik, masih adanya hambatan yang dirasakan
perawat ketika melakukan komunikasi efektif, dan pola komunikasi perawat-klien
mempengaruhi tingkat kepuasan klien terhadap pelayanan. Saran dari penelitian ini
adalah diharapkan agar perawat lebih meningkatkan keterampilan komunikasi
efektifdalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan. Selain hal itu disarankan juga bagi
RS Al Islam untuk membuat Standard Operational procedure (SOP) mengenai
komunikasi dengan klien yang dapat menunjang kelancaran pemberian asuhan
keperawatan.
ABSTRACT
Effective communication is a crucial process in supporting the success of nursing care.
The key into the good relations between the nurse and client is the ability of nurses to
communicate. Nurses who have the ability and good skills in communication will easily
build the trust of clients, so that the clients can be more open to talking about the
problems associated with they disease.The purpose of this research is to get in depth
overview of the implementation of effective communication between nurses and client in
outpatient installation Al Islam Hospital Bandung. The research method used is
descriptive explorative, while sampling technique used is purpossive sampling with the
number of informants nine nurses. Data collection was conducted on December 10 th
2016. FGD (Focus Group Discussion) method used in this research with data analysis
techniques using a systematic analysis.The result of this research shows the three main
themes of the nurses perception of the implementation of effective communication. First
theme is the implementation of effective communication has been running well, the nurses
still perceived barriers when implementating effective communication, and nurse-client
PENDAHULUAN
Rumah Sakit Al Islam adalah salah satu berdampak terhadap ketidakpuasan klien
klinik utama di kota Bandung yang saat terhadap pelayanan keperawatan di RS Al
ini sedang beranjak menuju Rumah Sakit Islam, yang tentu saja akan berdampak
Ibu dan Anak. Jumlah kunjungan klien ke terhadap penurunan kepercayaan dan
pelayanan rawat Jalan sepanjang tahun loyalitas klien sehingga bisa berdampak
2015 adalah 43596 klien, angka ini terhadap penurunan angka kunjungan.
meningkat dari tahun sebelumnya yang Hasil penelitian yang dilakukan oleh
berjumlah 38929 klien. Seiring dengan Hanafi & Richard (2012) dengan desain
kepercayaan yang semakin meningkat, penelitian Cross Sectional dilaporkan
kualitas pelayananpun harus terus adanya pengaruh komunikasi
ditingkatkan begitu juga dengan interpersonal terhadap tingkat kepuasan
pelayanan di Instalasi Rawat jalan. klien dengan (p= 0,000) sehingga dapat
Instalasi rawat jalan sebagai pintu masuk disimpulkan keterampilan komunikasi
pertama dalam sebuah Rumah sakit interpersonal perawat yang tinggi pasien
memiliki andil yang besar dalam akan memberikan kepuasan pada pasien.
menentukan kualitas Rumah Sakit Hasil tersebut juga didukung oleh
tersebut. Apabila kesan pertama penelitian Indriyanti (2012) yang
mengecewakan klien dan klien menjadi menggunakan uji spearman dilaporkan
tidak puas, besar kemungkinan klien akan adanya hubungan antara komunikasi
mencari fasilitas pelayanan kesehatan lain perawat dengan tingkat kepuasan tentang
dan akan berdampak terhadap penurunan pelayanan kesehatan.
angka kunjungan. Dari ke 13 surat yang Salah satu yang menjadi aspek penting
masuk untuk perawat di Instalasi Rawat dan mendasar dalam peningkatan mutu
Jalan, sikap kurang ramah dari perawat pelayanan adalah komunikasi efektif
paling banyak dikeluhkan oleh klien perawat yang tepat waktu, akurat,
sehingga menjadi perhatian peneliti. lengkap, jelas dan dipahami oleh
Faktor pelayanan administrasi, akses penerima pesan. Keluhan dan
lokasi, tarif dan fasilitas, dan faktor tenaga berkomunikasi dengan efektif sangat
medis merupakan faktor yang penting dalam proses terjalinnya suatu
mempengaruhi pelayanan di rawat jalan. hubungan (Pohan,2007). Dimensi
Perawat merupakan tenaga medis yang hubungan antar manusia yang kurang baik
mempengaruhi kualitas pelayanan di dapat mengurangi kadar dimensi
rumah sakit, karena pada hakekatnya efektivitas dan dimensi kompetensi teknis
pasien mencari pelayanan rawat jalan dari layanan kesehatan yang
untuk mendapatkan konsultasi/pendapat diselenggarakan.
dari petugas medis mengenai masalah Komunikasi efektif merupakan dasar bagi
kesehatannya yang disertai dengan terciptanya hubungan interpersonal antara
tindakan pengobatan maupun tidak. perawat dan klien yang menjadi metode
(Sumarno & Agustiono, 2012). utama dalam mengimplementasikan
Tidak efektifnya komunikasi yang terjalin proses keperawatan (Watson,2008). Seni
antara perawat dan klien tentu akan dalam keperawatan adalah kemampuan
untuk peduli kepada klien dengan fokus Penelitian tentang komunikasi verbal dan
pada komunikasi untuk memahami respon nonverbal diantaranya penelitian
emosional terhadap pengalamannya Purwanto, Anggraeni & Heni (2014) yang
menjadi klien (Betcher, 2010). menggunakan pendekatan cross sectional
Berdasarkan fenomena diatas, maka terdapat hubungan antara komunikasi
tujuan penelitian ini adalah untuk verbal dengan komunikasi non verbal
mendapatkan gambaran secara mendalam dengan kepuasan pasien sebesar ( r =
tentang pelaksanaan komunikasi efektif 0,705, p = 0,000 ), dari level of significant
antara perawat dan klien di Instalasi 5 % (0,000 < 0,05), maka dapat
Rawat Jalan RS Al Islam Bandung disimpulkan bahwa komunikasi verbal
dan komunikasi non verbal mempunyai
KAJIAN LITERATUR hubungan yang signifikan dengan
Komunikasi efektif terjadi apabila dalam kepuasan pasien. Adapun hasil
komunikasi menghasilkan persamaan penelitian Gunawan, Hidayah,
persepsi sehingga tidak menimbulkan Yulisetyaningrum (2015) menyatakan
multi tafsir dan multi interpretasi dari bahwa ada hubungan komunikasi verbal
pihak-pihak yang terlibat dalam proses dan non verbal yang dilakukan perawat
komunikasi (Nasir, Muhith, Sajidin, dengan tingkat kecemasan keluarga pasien
Mubarak, 2009). Komunikasi yang dirawat di Instalasi Perawatan
efektif didefinisikan sebagai proses dua Intensif .
arah pengiriman pesan dengan tepat dan Efektifitas komunikasi antarpribadi jika
benar yang dapat diterima dan dipahami dijelaskan dari prespektif The 5 inevitable
oleh orang lain (Onong Uchana Effendy, of laws of effective communication atau
2011). Komunikasi efektif adalah lima hukum komunikasi efekttif meliputi
penciptaan makna dalam komunikasi lima aspek yang disingkat REACH yang
antara klien dan petugas kesehatan (Tubbs meliputi Respect, Empathy, Audible,
& Moss, 2000). Clarity, dan Humble. Hal ini relevan
Dari pernyataan tersebut peneliti dengan prinsip komunikasi antar pribadi
menyimpulkan bahwa komunikasi efektif yakni sebagai upaya meraih perhatian,
adalah penciptaan makna dalam pengakuan, cinta kasih, maupun
komunikasi sebagai suatu proses dua arah penghargaan terhadap diri dari lingkungan
pengiriman pesan antara pembicara dan sosial.
pendengar yang didalamnya terdapat Penelitian yang dilakukan oleh Sheldon et
interaksi saling bertukar informasi dengan al (2006) yang menggunakan pendekatan
hasil apa yang diucapkan oleh pembicara Grounded Theory dengan tehnik Focus
dan didengar oleh pendengar adalah sama. Group Discussion terhadap 30 orang
Komunikasi efektif mencakup bentuk partisipan perawat yang masing-masing
komunikasi verbal dan komunikasi non dibagi kedalam 6 sesi. Hasil penelitian
verbal (Hardjana,2003). Komunikasi menunjukkan adanya pandangan perawat
verbal efektif mempunyai karakteristik yang mengalami kesulitan dalam
jelas dan ringkas. Perbendaharaan katanya berkomunikasi dengan klien dan
mudah dimengerti, mempunyai arti menemukan emosi negatif klien dan
denotatif dan konotatif, intonasi mampu perawat sebagai faktor merugikan dalam
mempengaruhi isi pesan, kecepatan bicara kesuksesan berkomunikasi.
yang memiliki tempo dan jeda yang tepat, Penelitian Tay et al (2011) menunjukkan
serta ada unsur humor. Komunikasi faktor –faktor yang mempengaruhi
nonverbal dapat disampaikan melalui komunikasi efektif adalah perawat, klien
beberapa cara yaitu penampilan fisik, dan lingkungan. Faktor psikologis, faktor
sikap tubuh dan cara berjalan, ekspresi sosial seperti usia, jenis kelamin, latar
wajah, dan sentuhan. Kesesuaian antara belakang budaya baik itu etnis maupun
komunikasi verbal dan nonverbal tentu bahasa, tingkatan kelas sosial, dan peran
akan berpengaruh terhadap kualitas isi sosial berpengaruh dalam sebuah
pesan yang disampaikan. komunikasi (Suryani, 2014).
Karakteristik pasien adalah ciri khas yang komunikasi efektif, dan pola komunikasi
dimiliki setiap pasien yang perawat-klien mempengaruhi tingkat
membedakannya dengan pasien lain yang kepuasan klien terhadap pelayanan.
terdiri atas jenis kelamin, umur, Tema pertama terbagi menjadi 9 sub tema,
pekerjaan, penghasilan dan status diantaranya : membina hubungan saling
ekonomi, pendidikan, dan sumber biaya percaya, professional dalam
pengobatan (Kusumapraja et al, 2013). berkomunikasi dengan klien, peka
Klien yang berkunjung ke Poliklinik terhadap respon klien, empati dalam
Umum, bisa terdiri dari anak-anak sampai berkomunikasi, bekali dengan ilmu dalam
dengan dewasa dengan bermacam – berkomunikasi, keramahtamahan dalam
macam jenis penyakit, sehingga berkomunikasi, 5 S (senyum, salam, sapa,
komunikasi efektif perawat yang tepat sopan, santun) dalam berkomunikasi
waktu, akurat, lengkap, jelas dan dengan klien, kesabaran dalam
dipahami oleh penerima pesan di Istalasi berkomunikasi, tehnik komunikasi non-
Rawat Jalan menjadi aspek penting dan verbal sentuhan diperlukan dalam
mendasar dalam peningkatan mutu melakukan komunikasi.
pelayanan. Membina hubungan saling percaya
adalah hal yang harus bisa dilakukan oleh
METODE PENELITIAN perawat .
Penelitian ini merupakan penelitian Salah satu dampak dari hambatan dalam
deskriptif eksploratif. Sampel pada berkomunikasi dengan klien adalah
penelitian ini adalah perawat yang bekerja ketidakpuasan klien terhadap pelayanan
di Instalasi Rawat Jalan. Metode yang diberikan. Beberapa informan
pengumpulan data dengan tehnik FGD mengatakan bahwa klien yang merasa
(Focus Group Discussion) dengan tidak puas terhadap komunikasi yang
menggunakan wawancara semi terstruktur dilakukan perawat bisa menyebabkan
kepada 9 orang perawat. Instrument / alat klien marah dan komplain baik itu
pengumpul data yang digunakan dalam diungkapkan secara langsung ataupun
penelitian ini yaitu : pedoman wawancara, dituliskan di kotak saran.
pedoman observasi, alat perekam gambar Komunikasi merupakan peristiwa multi
(handycam), dan alat perekam suara dimensi, multi faktorial, proses yang
(Digital Voice Recorder). Analisa data dinamis, kompleks, dan berkaitan erat
dilakukan dengan pendekatan Krueger. dengan lingkungan yang menjadi tempat
Proses analisis dan penyajian hasil harus dari setiap individu tersebut berbagi
menggunakan analisis sistematik pengalaman (Norouzinia et al, 2016).
(systematic analysis), prosedur yang dapat Dalam berbagai literatur, yang menjadi
dibuktikan (verifiable procedures) dan syarat atau hukum dari komunikasi efektif
penyajian hasil yang tepat (appropriate umumnya terdiri dari respect, empathy,
reporting) Krueger (2000). Hal – hal audible, clarity, dan humbleatau yang
penting yang harus diperhatikan dalam biasa disebut dengan The five inevitable
melakukan analisis data FGD adalah kata, laws of effective communication yang
konsistensi internal, frekuensi atau disingkat REACH (Suryadi,2011). Kelima
penekanan, intensitas, hal-hal spesifik, syarat tersebut merupakan indikator
dan menemukan ide utama. penting bagi terciptanya komunikasi yang
efektif, sehingga memungkinkan klien
PEMBAHASAN untuk dapat bekerjasama dengan petugas
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 kesehatan, meningkatkan ststus fungsional
desember 2016. Dari data informan yang dan psikologikal klien, dan meningkatkan
sudah dikumpulkan, didapatkan 3 tema kepuasan klien.
utama yaitu pelaksanaan komunikasi Berdasarkan hasil penelitian, dalam
efektif di instalasi rawat jalan berjalan melaksanakan komunikasi efektif dengan
baik, masih adanya hambatan yang klien perawat harus memiliki kemapuan
dirasakan perawat ketika melakukan yang dapat menunjang sehingga
komunikasi bisa berjalan efektif. Hal penelitian ini menyatakan bahwa sentuhan
tersebut terbagi dalam 9 sub tema yang merupakan bentuk komunikasi non verbal
sudah dirumuskan oleh peneliti. Salah yang penting dalam menjalin hubungan
satu yang menjadi topik paling dibahas dengan klien sehingga bisa menjadi lebih
oleh informan adalah bina trust atau akrab. Sentuhan dapat menimbulkan arti
membina hubungan saling percaya dengan yang lebih bermakna sehingga klien
klien. merasa puas dengan pelayanan yang
Sebagai seorang perawat kita dituntut diberikan.
untuk selalu dapat bersikap profesional Keterampilan yang baik dalam
saat bertugas. Ada empat nilai berkomunikasi perlu dipelajari,
professional penting menurut Watson, dipraktekkan dan disempurnakan oleh
2008 yaitu (1) komitmen yang tinggi semua perawat sehingga mereka dapat
untuk melayani, (2) penghargaan atas berkomunikasi dengan jelas, singkat dan
harkat dan martabat klien/pasien, (3) tepat dalam lingkungan yang serba cepat
komitmen terhadap pendidikan, dan (4) dan situasi yang tidak terprediksi,oleh
otonomi. Salah satu contoh karena itu diperlukan alat penunjang untuk
profesionalisme yang ditunjukkan adalah menjamin kelancaran proses komunikasi
saat menghadapi klien walaupun keadaan tersebut. Standard
emosi perawat sedang kesal, lelah atau Operational Procedure (SOP) mengenai
sedih perawat harus tetap memiliki cara melakukan komunikasi dengan klien
komitmen tinggi untuk melayani dan belum ada di RS Al Islam Bandung,
memberikan yang terbaik. Hasil penelitian padahal SOP juga merupakan komponen
menyebutkan bahwa 7 orang informan yang penting dalam menunjang
menyatakan bahwa mereka seringkali komunikasi yang efektif antara perawat-
menghadapi konflik emosional saat klien.
bertugas, namun demikian sebagai Hasil penelitian menyebutkan bahwa 9
seorang perawat profrsional hal tersebut orang informan yang mengikuti diskusi
harus dipisahkan antara pekerjaan dan mengalami hambatan dalam melakukan
masalah emosi. Perawat harus bisa komunikasi efektif karena waktu yang
meredam emosi dan mengesampingkan terbatas. Beberapa informan menyebutkan
urusan pribadi saat bekerja. bahwa masalah yang digali tidak bisa
Hal lain yang tidak kalah penting yang optimal karena waktu yang sebentar dan
harus dimiliki oleh perawat dalam seringkali perawat menjadi buru-buru
melakukan komunikasi adalah sikap dalam memberikan informasi kepada
empati. Empati merupakan sikap dan klien. Selain itu klien juga seringkali
perilaku perawat untuk mau menjadi marah hingga akhirnya complain
memperhatikan pasien (Kusminarti, karena perawat terlalu lama berdiskusi
2013). Tiga dari sembilan informan yang dengan klien lainnya. Tentu saja hal
mengikuti diskusi menyatakan bahwa tersebut akan berdampak kepada
dalam melakukan komunikasi dengan ketidakpuasan klien terhadap pelayanan
klien perawat harus memiliki sikap empati yang diberikan.
sehingga dapat terbina hubungan saling Beberapa informan juga menyatakan
percaya antara perawat dan klien. karena waktu yang terbatas terkadang
Bentuk komunikasi bisa berupa penyampaian informasi pun menjadi
komunikasi verbal dan non verbal. terburu-buru sehingga isi dari pesan yang
Sentuhan merupakan bentuk komunikasi disampaikan perawat menjadi kurang
non verbal yang penting pada situasi jelas.
emosional, meskipun begitu, sangat perlu Hal tersebut diatas tentu tidak sesuai
bagi perawat untuk memahami siapa, dengan salah satu hukum komunikasi
kapan dan mengapa sentuhan dilakukan efektif yang disampaikan oleh Suranto
dikarenakan komunikasi non verbal ini (2011). Clarity memiliki makna bahwa
mempunyai efek yang berlainan pada pesan yang disampaikan harus jelas dan
setiap individu. 4 orang informan dalam tidak menimbulkan multi interpretasi atau
berbagai tafsir yang beralainan, karena komunikasi efektif. Tema keempat yang
ketidakjelasan dari isi pesan yang diidentifikasi oleh peneliti adalah pola
disampaikan perawat dapat berdampak komunikasi klien – perawat
pada kesalahfahaman yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan klien
menurunkan kepuasan klien dan terhadap pelayanan.
menurunkan kualitas dari penyedia Saran bagi Institusi Rumah Sakit dan
pelayanan kesehatan. Perawat diharapkan agar perawat lebih
Faktor budaya, bahasa dan kesabaran meningkatkan keterampilan mengenai
diperlukan ketika berkomunikasi dengan komunikasi efektif, dalam rangka
klien yang sudah lanjut usia. Penelitian meningkatkan kualitas pelayanan. Selain
yang dilakukan oleh Callinan & Brandt hal itu disarankan juga bagi pihak Klinik
(2015) menyebutkan bahwa hambatan Utama untuk membuat SOP mengenai
perawat dalam berkomunikasi dengan komunikasi dengan klien yang dapat
orang lanjut usia dikarenakan adanya menunjang kelancaran pemberian asuhan
gangguan kognitif, oleh karena itu keperawatan.
dibutuhkan teknik berkomunikasi yang
sesuai dengan keadaan mereka seperti REFERENSI
menggunakan bahasa yang sederhana dan Betcher, DK. (2010). Elephant in the
berbicara dengan perlahan-lahan. Room Project: Improving Caring
Tingkat kepuasan atas pelayanan tindakan Efficacy through Effective and
keperawatan yang diberikan oleh seorang Compassionate Communication
perawat terhadap klien dapat terlihat dari with Palliative Care Patients.
cara perawat melakukan komunikasi MEDSURG Nursing Vol. 19/No. 2
dengan klien.
Hasil penelitian Hanafi & Richard (2012) Callinan & Brandt. (2015). Tackling
ada pengaruh komunikasi interpersonal Communication Barriers Between
perawat terhadap tingkat kepuasan pasien. Long-Term Care Facility and
Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap Emergency Department Transfers
penurunan angka kunjungan di RS Al to Improve Medication Safety in
Islam padahal pihak penyedia pelayanan Older Adults. J Gerontol Nurs.
perlu mempertahankan dan meningkatkan 2015 Jul;41(7):8-13.
kunjungan pasien dengan menampilkan doi:
dan memberikan pelayanan kesehatan 10.3928/00989134-20150616-04.
yang berkualitas.
Gunawan, et al (2015). Hubungan
PENUTUP Komunikasi Terapeutik Verbal
Penelitian ini telah dilakukan pada 9 dan Non Verbal Perawat Dengan
orang informan yaitu perawat yang Tingkat Kecemasan Keluarga
bekerja di Instalasi rawat jalan. Penelitian Pasien Di Instalasi Perawatan
untuk mengetahui persepsi perawat Intensif Rumah Sakit Umum
terhadap komunikasi efektif di Instalasi Daerah Kabupaten Kudus. Jurnal
Rawat Jalan Klinik Utama Al Islam Vol.6/No 2
Bandung. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah terdapat 3 tema Hanafi, I., & Richard, SD. (2012).
utama yaitu pelaksanaan komunikasi Keterampilan Komunikasi
efektif di instalasi rawat jalan berjalan Interpersonal Perawat
baik, masih adanya hambatan yang Berpengaruh Peningkatan
dirasakan perawat ketika melakukan Kepuasan Pasien. Jurnal STIKES
komunikasi efektif, pola komunikasi Vol. 5/No. 2.
perawat-klien mempengaruhi tingkat
kepuasan klien terhadap pelayanan. Tema Hardjana, A. (2003). Komunikasi
ketiga adalah adanya hambatan yang Intrapersonal & Komunikasi
dirasakan perawat ketika melakukan Interpersonal, (Yogyakarta:
Kanisius, h. 22
Indriyanti, D D. (2012). Hubungan Pohan, Imbalo S. (2007). Jaminan Mutu
komunikasi perawat dengan Layanan Kesehatan. Jakarta:
tingkat kepuasan tentang Penerbit Buku
pelayanan kesehatan pada pasien
tuberculosis paru di puskesmas Purwanto, D,. Anggraeni, T,. Heni S, SS.
Sukodono Sidoarjo. Medica (2014). Hubungan komunikasi
Majapahit. Vol 4. No. 1 verbal dan nonverbal perawat
dengan tingkat kepuasan pasien di
J Meolong, Lexy. (2013). Metodologi Instalasi Rawat Inap RSUD
Penelitian Kualitatif. Bandung : Kabupaten Sragen. Jurnal Ilmu
PT Remaja Rosda karya Offset Keperawatan Indonesia Vol. 7,
No. 2
Krueger, N. F. Reilly, M. D. Carsrud, A.
L. (2000). Competing models of Sheldon, L.K., Barret, R&Ellington, L.
Entrepreneurial Intentions. (2006). Difficult Communication
Journal of Business Venturing, In Nursing. Journal Of Nursing
411– 432. Scholarship, 38 (2), 141-147.
Kusminarti, R. (2013). Persepsi Tentang Suranto AW. (2011). Komunikasi
Profesionalisme, Komunikasi, Interpersonal. Yogyakarta: Graha
Motivasi kerja, lingkungan Kerja Ilmu.
Dan Kinerja Perawat. Daya Saing
Jurnal Ekonomi Manajemen Suryadi,E. (2011). Modul Kewirausahaan.
Sumber Daya Vol. 14, No. 2
Suryani. (2014). Komunikasi Terapeutik :
Kusumapraja, R., Suandewi, NPA., & Teori & Praktik, Ed. 2. Jakarta:
Germas, A. (2013). Analisis Penerbit Buku Kedokteran EGC.
hubungan antara kualitas
pelayanan dengan karakteristik Sumarno & Agustiono, B. (2012).
pasien dan hambatan pindah Analisis Pengaruh Kualitas
dengan loyalitas pasien Rawat Pelayanan Jasa Terhadap
Jalan RSUD Cibinong. Forum Kepuasan Dan Loyalitas Pasien
Ilmiah Volume 10 Nomor 1 Rawat Inap diRumah Sakit ST.
Elisabeth
Nasir, Muhith, Sajidin & Mubarak. Semarang.jurnal.online.www.kop
(2009). Komunikasi dalam ertis6.or.idv
keperawatan: teori dan aplikasi,
Jakarta: Salemba Medika Tay, LH., Ang, E., & Hegney, D. (2011).
Nurses’ perceptions of the barriers
Norouzinia, R., Aghabarari, M., Shiri, M., effective communication with
Kaiimi, M., & Samami, E. (2016). inpatient cancer adults in
Communication Barriers Singapore. Journal Of Clinical
Perceived by Nurses and Patients. Nursing, 21, 2647–2658.
Global Journal of Health Science;
Vol. 8, No. 6; 2016 ISSN 1916- L. Tubbs, Stewart & Sylvia Moss. (2000).
9736 E-ISSN 1916-9744 Human Communication, Remaja
Published by Canadian Center of Rosda Karya, Bandung, 2000
Science and Education
Watson, J. (2007). Theory of Human
Onong Uchana Effendy. (2011). Caring, Danish Clinical Nursing.
Komunikasi Teori dan Praktek. Journal.Availablefromwww.uchsc
Rosda Karya : Bandung. .edu/nursing/caring. Diakses pada
tanggal 5 januari 2011.
Watson, J. (2008). Assesing and Indonesia. Saat ini penulis
Meansuring Caring in Nursing sedang
and Health Sciences. Available
from: http//books.google.co.id/.
Diakses pada tanggal 5 januari
2011.
BIODATA PENULIS
Mutiara Syagitta adalah Alumnus S1
Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran yang sedang
mengikuti program profesi (Ners) tahun
ajaran 2016-2017.
Aat Sriati, S.Kp., M.Si., CH., CHt., lahir di
Kuningan, 8 Oktober 1970. Menyelesaikan
pendidikan Sarjana Keperawatan di
Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
tahun 1994 dan melanjutkan studi di
Program Pascasarjana Unpad dengan
peminatan Psikologi
Perkembangan dan lulus 2008. Penulis
menjadi staf pengajar di Fakultas
Keperawatan Unpad sejak 1996 pada
Bagian Keperawatan Jiwa dan saat ini
penulis menjabat sebagai Kepala
Departemen Keperawatan, jiwa serta telah
beberapa kali diundang untuk menjadi
pembicara/pemakalah untuk keilmuan
keperawatan Jiwa. Prestasi lain yang
dimiliki oleh penulis adalah mendapatkan
Certifiet hypnotis & Hypnotherapy from
IBH, Certifiet NLP dari NFNLP USA,
Certifiet EFT dari Indonesia, dan Certifiet
Quntum Thouch dari Indonesia.
Nita Fitria, S.Kp., M.Kes., lahir di
Bandung, 13 Oktober 1975.
Menyelesaikan pendidikan S-1
Keperawatan di Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Unpad
pada tahun 1999 dan merampungkan
pendidikan Magister Kesehatannya di
Program Studi Ilmu Kedokteran Dasar,
Ilmu Fisiologi dan Kesehatan Olahraga,
Unpad pada tahun 2005. Penulis
mengawali kariernya sebagai staf pengajar
di Akper Pemda Kabupaten Sumedang
dan beberapa institusi keperawatan sejak
tahun 2000 hingga 2007. Kini, Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas
Padjadjaran telah menjadi tempatnya
berbagi ilmu dengan para calon perawat
mengikuti pendidikan program Doktor di
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU LANSIA
DALAM PENGENDALIAN HIPERTENSI
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku lansia dalam
pengendalian hipertensi di Wilayah Kecamatan Koja Jakarta Utara. Metode penelitian menggunakan
cross sectional, dengan jumlah sampel 99 responden. Pengambilan sampel dengan teknik multi stage
random sampling. Sampel pada penelitian ini adalah lansia dengan usia 60 tahun ke atas, didiagnosis
hipertensi TD ≥ 140/90 mmHg, lansia tinggal bersama keluarga, berkomunikasi verbal dengan baik,
bersedia menjadi responden. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan
ada hubungan antara dukungan emosional, dukungan penghargaan, informasi, dan instrumental dengan
perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi dengan nilai (p<0,05). Analisis lebih lanjut menunjukan
bahwa dukungan informasi merupakan faktor yang dominan terhadap perilaku lansia dalam pengendalian
hipertensi. Dukungan keluarga sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan lansia.
id
a
k
ef
e
kt
if
D
u
k
u
n
g
a
50,5 68,7 60,6
49,5 31,3 39,4
Tabel 3
Hubungan dukungan Keluarga
dengan Perilaku Lansia
Hipertensi Di Wilayah
Kecamatan Koja Jakarta Utara
Juni Tahun 2011 (n=99)
Dukungan Perilaku Hipertensi
Keluarga
Baik Tidak Baik
n % n
1. Emosional
Efektif 45 65,2 24
Tidak efektif 7 23,3 23
2. Penghargaan
Efektif 35 70,0 15
Tidak efektif 17 34,7 32
3. Informasi
Efektif 45 66,2 23
Tidak efektif 7 22,6 24
4. Instrumental
Efektif 40 66,7 20
Tidak efektif 12 30,8 27
Tabel 4.
Hubungan karakteristik lansia (usia,
pendapatan, jenis kelamin, pendidikan)
dengan Perilaku Lansia Hipertensi Di
Wilayah Kecamatan Koja Jakarta Utara
Bulan Juni Tahun 2011 (n=99)
1. Usia
Lansia dini 47 54,7 39 45,3 86 100
(60-74)
Lansia tua (>75) 5 38,5 8 61,5 13 100
2. Pendapatan
Tinggi (>2 jt) 25 58,1 18 41,9 43 100
Rendah
(500.000- 27 48,2 29 51,8 56 100
2000.000)
3. Jenis Kelamin
Perempuan 36 51,4 34 48,6 70 100
Laki-laki 16 55,2 13 44,8 29 100
4. Pendidikan
Rendah (SD- 38 48,1 41 51,9 79 100
SMP) 14 70,0 6 30,0 20 100
Tinggi ( SMA-
PT)
Tabel 5.
Hasil Eliminasi variabel multivariat
di Kecamatan Koja Jakarta Utara
Juni 2011
Variabel B Pvalue
1 Dukungan informasi 1,903 0,000
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Lansia Dalam Pengendalian Hipertensi 111
Lily Herlinah, Wiwin Wiarsih, Etty Rekawati
penelitian dari Hasurungan (2002), sebesar (79,8%) . Lansia dengan status
menyebutkan bahwa usia 60 – 64 tahun pendidikan rendah kurang dapat
berpeluang terjadi hipertensi 2,18 kali. berperilaku gaya hidup yang lebih sehat
Menurut hasil penelitian National Health karena kurang memiliki informasi yang
and Nutrition Examination Survey cukup terkait dengan penyakit dan
(NHANES III, 1993) terjadi hipertensi pada perawatannya. Tingkat pendidikan
usia lebih dari 60 tahun berkisar 60%. seseorang dapat mempengaruhi
Hipertensi pada lansia disebabkan kemampuan untuk menyerap informasi,
karena proses penuaan dimana terjadi menyelesaikan masalah, dan berperilaku
perubahan sistem kardiovaskuler, katup baik (Lueckenotte, 2000). Pendidikan
mitral dan aorta mengalami sklerosis dan rendah juga berisiko ketidakpatuhan lansia
penebalan, miokard menjadi kaku dan dalam mengontrol kesehatannya (WHO,
lambat dalam berkontraktilitas. 2003).
Kemampuan memompa jantung harus Dukungan emosional, penghargaan,
bekerja lebih keras sehingga terjadi informasi, dan instrumental menunjukkan
hipertensi. paling banyak lansia yang mendapatkan
Lebih banyak lansia hipertensi yang dukungan dari keluarga. . Hasil ini sesuai
mempunyai pendapatan rendah yaitu dengan hasil penelitian Zulfitri (2006), yang
sebesar 56,6%. Kondisi lansia yang sudah melaporkan paling banyak lansia hipertensi
pensiun dan berkurangnya pendapatan yang mendapatkan dukungan emosional,
untuk memenuhi kebutuhan yang penghargaan, informasi, instrumental dari
berhubungan dengan kesehatan seperti keluarga secara efektif .
kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal Menurut Bomar (2004), bahwa
yang layak maupun perawatan kesehatan, dukungan emosional keluarga
sehingga lansia menjadi berisiko untuk mempengaruhi terhadap status alam
menjadi timbulnya masalah kesehatan. perasaan dan motivasi diri dalam mengikuti
Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), program terapi. Menurut Friedman (2003),
tidak seimbangnya antara kebutuhan dukungan penghargaan keluarga merupakan
dengan penghasilan dapat berisiko untuk bentuk fungsi afektif keluarga terhadap
timbulnya masalah baik secara fisik, lanjut usia yang dapat meningkatkan status
maupun psikologis. Lansia dengan psikososial lansia. Menurut Watson (2003),
Penghasilan rendah tidak dapat melakukan salah satu sifat lansia adalah terjadinya
perawatan diri terhadap kesehatan karena penurunan kemandirian sehingga
keterbatasan biaya. membutuhkan bantuan orang lain yang
Mayoritas lansia hipertensi berkaitan dengan perawatannya. Lansia
dengan jenis kelamin perempuan yaitu cenderung mengalami gangguan psikososial
sebesar 70,7%. Lansia perempuan yang disebabkan oleh penurunan status
mengalami penurunan pada sistem endokrin kesehatan akibat penyakit akut dan kronis ,
seperti hormon estrogen dan progesteron pensiun atau kehilangan jabatan atau
sehingga mempercepat proses penuaan. pekerjaan, serta teman atau relasi (Nugroho,
Hasil penelitian Zulfitri (2006) menemukan 2000).
lansia hipertensi mayoritas berjenis kelamin Perilaku yang merupakan komposit
perempuan sebesar 64,6% . Zulfitri dari pengetahuan, sikap dan keterampilan
membahas bahwa perempuan dan laki-laki lansia hipertensi didapatkan hasil bahwa
memiliki respon yang berbeda dalam lansia hipertensi mempunyai perilaku baik
menghadapi masalah, laki-laki cenderung dan tidak baik hampir sama besarnya. Hasil
tidak perduli, tidak memperhatikan ini sesuai dengan hasil penelitian Zulfitri
kesehatannya sedangkan perempuan lebih (2006), dimana perilaku sehat ditunjukkan
banyak ditemukan untuk memeriksakan sedikit lebih banyak. Hal ini disebabkan
kesehatannya. jumlah lansia yang menjadi responden
Mayoritas lansia hipertensi mayoritas perempuan yaitu 70 orang dari 99
berpendidikan rendah tingkat sekolah dasar orang dan semua lansia responden tinggal
dan sekolah menengah pertama yaitu bersama dengan keluarga yang dicintai.
Abstrak
Salah satu penyebab utama peningkatan masalah penyakit menular adalah kurangnya kesadaran
dalam menjalankan hidup bersih dan sehat (PHBS). Mencuci tangan dengan air bersih dan
menggunakan sabun, memberikan ASI eksklusif, tidak merokok, beraktifitas fisik,
mengkonsumsi air bersih, jamban dan memberantas jentik nyamuk, merupakan indikator PHBS
dalam rumah tangga. Peningkatan masalah kesehatan seperti covid-19 dapat dicegah dengan
menjalankan perilaku hidup bersih sehat. Tujuan pelaksanaan pengabdian ini adalah untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjalankan PHBS dalam tatanan rumah tangga
dengan pendekatan asuhan keperawatan komunitas. Pengabdian ini dilakukan terhadap 50
keluarga di Dusun Rejeng Desa Bangka Lelak, Kabupaten Manggarai selama 4 minggu. Hasil
pengkajian terhadap sikap dan perilaku masyarakat menunjukkan 48% warga memiliki sikap
negatif terhadap PHBS dan 42% warga memiliki perilaku PHBS kurang baik. Sikap warga
dalam menghadapi covid-19 cenderung positif ditunjukkan dengan Sebagian besar warga
menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap upaya pencegahan penularan covid-19. Kegiatan
pelayanan masyarakat bertujuan mengatasi masalah kurangnya perilaku hidup bersih sehat yang
dapat berakibat pada mudahnya penularan covid-19. Pelaksanaan pengabdian didasarkan pada
pemberian asuhan keperawatan komunitas berupa pengkajian, analisa data, rencana intervensi,
implementasi hingga evaluasi. Intervensi pengabdian yang dilakukan berupa pendidikan
kesehatan tentang perilaku hidup bersih sehat serta pendidikan kesehatan tentang cara
pencegahan penularan virus corona. Dampak dari kegiatan ini adalah meningkatnya
pengetahuan dan kesadaran warga dalam menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat berawal
dari lingkungan keluarga.
Abstract
One of the leading causes of the increase in infectious diseases is the lack of adoption of clean
and healthy living habits. Indicators of clean and healthy living habits in household
arrangements include washing hands with clean water and soap, exclusive breastfeeding, not
smoking, physical activity, using clean water, latrines, and eradicating mosquito larvae. The
increase in health problems such as COVID-19 can be prevented by adopting healthy hygiene
habits. This service
ABSTRAK
Latar Belakang : Dukungan keluarga merupakan suatu sifat yang mendukung dan selalu memberikan pertolongan
serta bantuan jika diperlukan oleh salah satu dari anggota keluarga. Bentuk dari dukungan keluarga berupa informasi,
penilaian, instrumental, dan emosional.Menurut catatan dari Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2017, jumlah pasien
penderita hipertensi sebanyak 8355 jiwa. Dukungan keluarga juga mempengaruhi terjadinya kepatuhan minum obat
pada pasien dengan hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pada lansia penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Gayamsari Kota Semarang.
Metodelogi Penelitian : Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelasi dengan
pendekatan cross sectional dan instrument penelitian dengan menggunakan kusioner. Teknik sampel yang digunakan
adalah Teknik Purposive Sampling. Populasi dengan jumlah 210 lansia penderita hipertensi dan jumlah sampel 137
lansia penderita hipertensi. Analisa data yang digunakan yaitu uji Rank Spearman.
Hasil : Hasil dari penelitian ini didapatkan dari 62 lansia responden terdapat dukungan keluarga baik, 46 (33,6%)
mempunyai kepatuhan minum obat yang tinggi dan 15 lansia mendapat dukungan keluarga kurang, 15 (10,9%)
mempunyai kepatuhan minum obat yang sedang. Hasil uji statistik Spearman Rho menunjukkan bahwa nilai value
0,000 ≤ 0,05. Koefisiensi korelasi 0,874 yang artinya terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat pada lansia penderita hipertensi di Wilayah Puskesmas Gayamsari Kota Semarang adalah sangat kuat.
Kesimpulan : Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada lansia penderita hipertensi di
wilayah Puskesmas Gayamsari Kota Semarang.
ABSTRACT
Background: Family support a trait that supportive and always provides help and assistance if needed by one of the
family members. Form of family support in the form of information, assessment, instrumental, and emotional.
According to records from the Health Profile of Central Java in 2017, the number of patients with hypertension was
8355 people. Family support also affects the occurrence of medication adherence in patients with hypertension. The
purpose of this study was to determine the relationship of family support with medication adherence in elderly people
with hypertension in the Gayamsari Community Health Center in Semarang.
Research Methodology: This study uses quantitative research with a descriptive correlation method with a cross
sectional approach and research instruments using questionnaires. The sample technique used Purposive Sampling
Technique. The population 210 elderly and the sample 137 elderly. Analysis of the data used is the Spearman Rank test.
Results: The results of this study were obtained from 62 elderly respondents with good family support, 46 (33,6%) had
high medication adherence and 15 elderly received less family support, 15 (10,9%) had moderate medication
adherence . Spearman Rho statistical test results showed that ρ value 0,000 ≤α 0,05. Correlation coefficient 0,874
which means there is a relationship of family support with medication adherence in elderly people with hypertension in
the Gayamsari Community Health Center in Semarang city very strong.
Conclusion: There is a relationship of family support with medication adherence in elderly patients with hypertension
in the Gayamsari Community Health Center in Semarang.
21
PENDAHULUAN penderita yang tidak memiliki keluarga atau tidak ada
Lansia merupakan proses akhir dari perkembangan
manusia. Proses akhir perkembangan ditandai dengan
penurunan sistem kardiovaskuler. Salah satu masalah
yang dihadapi lansia pada penurunan fungsi
kardiovaskuler adalah hipertensi (Azmi, Karim, Nauli,
2018). Hipertensi pada lansia terjadi karena adanya
penebalan pada dinding arteri yang mengakibatkan
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga
pembuluh darah berangsur-angsur mengalami
penyempitan dan menjadi kaku. Penyempitan pada
sistem peredaran darah mengakibatkan kenaikan
tekanan darah diatas nilai normal yaitu tekanan
sistolik
≥140 mmHg sedangkan tekanan diastolik ≥90 mmHg
(Novitaningtyas, 2014). Hipertensi pada lansia
merupakan penyakit kronis yang disebut juga dengan
pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk dalam
kategori penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan
gejala-gejala terlebih dahulu sebagai peringatan bagi
korbannya. Jika gejala tersebut muncul, seringkali
dianggap gangguan biasa oleh penderita, sehingga
penderita terlambat menyadari akan datangnya dampak
penyakit hipertensi yang berkembang dari tahun ke
tahun sehingga menyebabkan komplikasi
(Merdikoputro, 2014). Prevalensi hipertensi di
Indonesia tercatat sebanyak 8355 jiwa, penderita
hipertensi berdasarkan usia lanjut usia (≥60 tahun)
sebanyak 7413 jiwa. Upaya yang telah dilakukan untuk
menangani kasus hipertensi yaitu mengaktifkan
kegiatan posbindu, pemeriksaan tekanan darah di
pelayanan kesehatan terdekat dan pemberian obat
penurun tekanan darah (Profil Kesehatan Jawa Tengah,
2017). Dari data hasil rekapitulasi Penyakit Hipertensi
puskesmas kota Semarang tahun 2017 menunjukkan
bahwa Puskesmas Gayamsari merupakan puskesmas
dengan rate kasus tertinggi yaitu 8,56% dan selalu
mengalami kenaikan jumlah kasus-kasus baru pada
tahun 2015-2017. Pada tahun 2015 terdapat 1651 kasus
baru, tahun 2016 naik 2% menjadi 1682 kasus baru dan
pada tahun 2017 terjadi peningkatan lagi sebesar 13%
menjadi 1940 kasus baru (Puskesmas Gayamsari, 2017).
Lansia dengan penyakit hipertensi memiliki masalah
besar pada kepatuhan minum obat, derajat dimana
lansia mengikuti anjuran klinis dari dokter yang
memberi obat untuknya. Dalam hal ini dukungan
keluarga merupakan faktor penting dalam membantu
individu dalam menyelesaikan masalah pada lansia.
Dukungan keluarga yang didapatkan lansia akan
menambah rasa percaya diri dan menambah motivasi
untuk menghadapi masalah dan meningkatkan kepuasan
hidup, dukungan ini berupa pemberian motivasi,
dukungan ekonomi serta kesediaan mengingatkan atau
menyiapkan obat yang akan diminum oleh lansia
penderita hipertensi (Niman, 2017). Dukungan keluarga
berpengaruh pada kepatuhan minum obat penderita
hipertensi. Pengobatan pasien yang tidak lengkap
disebabkan oleh peranan anggota keluarga yang tidak
sepenuhnya mendampingi penderita, akibatnya penyakit
hipertensi yang diderita kambuh kembali. Kepatuhan
dalam pengobatan akan meningkat ketika penderita
mendapat bantuan dari keluarga. Di samping itu,
22
suportif dari keluarga akan mempengaruhi terakhir SMA dan sebanyak 8 lansia (5,8%) lansia
terminasi pengobatan lebih awal dan hasil tidak terakhir Perguruan Tinggi. Pada penelitian ini mayoritas
memuaskan (Desy, 2014). yang paling banyak pendidikan
Berdasarkan fenomena tersebut peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian terkait
“Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pada lansia penderita hipertensi di
wilayah Puskesmas Gayamsari Kota Semarang”.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah cross sectional
yaitu peneliti mengukur atau mengumpulkan
datanya dan dilakukan dalam satu waktu secara
bersamaan. Populasi dalam penelitian ini lansia
yang memiliki penyakit hipertensi sebanyak 137
lansia yang melakukan pemeriksaan di puskesmas
gayamsari kota semarang. Pada penelitian ini
teknik yang digunakan non probability sampling
yaitu teknik purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
23
hipertensi dan yang terakhir
D
Jumlah sebanyak 53 tidak terdapat lansia
u lansia (38,7%) yang memiliki
k Pres sedangkan 84 kategori kepatuhan
u enta lansia (61,3%) minum obat rendah.
n se dan kepatuhan Pada penilitian ini
g (%) minum obat mayoritas kepatuhan
a berkategori minum obat dalam
n sedang kategori sedang
sebanyak 84 lansia
K (61,3%). Hal itu
e diartikan bahwa
l responden
u membutuhkan
a keluarga untuk
r sekedar
g mengingatkan,
a menyimpan atau
Baik kategori baik sebanyak 62 mengawasi
lansia (45,3%). hal responden dalam
62 tersebut menunjukkan waktu minum obat.
bahwa responden lansia Menurut Niven
45,3 merasa mendapatkan (2013) dalam
Cukup perhatian dari Ningrum (2018)
keluarganya, responden mengatakan bahwa
lansia merasa disayangi, salah satu faktor
60
dicintai dan dihormati yang menyebabkan
oleh anggota keluarganya. ketidakpatuhan
43,8 dalam minum obat
Dukungan keluarga
Kurang yaitu sebagian besar
dinyatakan baik jika
lansia pasien tidak
15 memahami instruksi
yang diberikan,
10,9 karena kegagalan
Total professional
kesehatan dalam
137 memberikan
informasi yang
100% lengkap, penggunaan
Berdasarkan istilah-istilah medis
tabel 4 diketahui hasil dan banyaknya
penelitian yang telah instruksi yang harus
dilakukan menunjukkan diingat oleh pasien.
bahwa sebagian besar Hal ini diperkuat
responden mendapat oleh Susanto (2015)
dukungan keluarga bahwa kurangnya
berkategori baik pemahaman pasien
berjumlah 62 lansia tentang hipertensi
(45,3%) sedangkan 60 dan tujuan terapi
lansia (43,8%) yang hipertensi dapat
mendapat dukungan mempengaruhi
keluarga berkategori kepatuhan pasien
cukup dan yang terakhir dalam pengobatan
15 lansia (10,9%) hipertensi.
mendapat dukungan
keluarga berkategori
kurang. Dari hasil
tersebut diketahui
bahwa lansia yang
paling banyak
mendapatkan dukungan
keluarga dengan
24
Analisa Bivariat
Tabel 7. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah
Puskesmas Gayamsari Kota Semarang
24
SIMPULAN sarjana keperawatan serta mengembangkan tugas
1. Dukungan keluarga pada lansia penderita keperawatan khususnya keperawatan gerontik.
hipertensi di wilayah Puskesmas Gayamsari
Kota Semarang menunjukkan bahwa lansia
hipertensi dengan kategori dukungan keluarga DAFTAR PUSTAKA
baik sebanyak 62 lansia (45,3%) dukungan
keluarga cukup sebanyak 60 lansia (43,8%), Azmi, Nur., Karim, Darwin., Nauli, F.A. (2018).
dan dukungan keluarga kurang sebanyak 15 Gambaran Kualitas Hidup Lansia Dengan
lansia (10,9%). Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
2. Kepatuhan minum obat pada lansia penderita Sidomulyo Kecamatan Tampan Pekanbaru.
hipertensi di wilayah Puskesmas Gayamsari Diakses pada bulan Mei 2019.
Kota Semarang menunjukkan bahwa lansia Beigi, M.A., Zibaeenezad M.J., Aghasadeghi K.,
hipertensi dengan kategori kepatuhan minum Aghasadeghi, K., Jokar, A., Shekarforoush,
obat tinggi sebanyak 53 lansia (38,7%) dan S., & Khazraei, H. (2014). The effect of
kepatuhan minum obat sedang sebanyak 84 educational program on hypertension
lansia (61,3%). management. International Cardiovascular
3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan Research Journal, 8(3) 94-98.
kepatuhan minum obat pada lansia penderita Desy, F.M. (2014). Hubungan Antara Dukungan
Hipertensi di wilayah Puskesmas Gayamsari Keluarga Dan Kepatuhan Minum Obat
Kota Semarang dengan nilai ρ value 0,000 < α Pada Penderita Tuberkulosis Di Wilayah
0,0. Maka Ha diterima dan Ho ditolak. Ciputat Tahun 2014. Diakses pada bulan
Mei 2019.
SARAN Irnawati, N, M. (2016) Pengaruh Dukungan Keluarga
1. Bagi Pelayanan Kesehatan (perawat) di Puskesmas Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada
Gayamsari Penderita Tuberkulosis Di Puskesmas
Saran yang peneliti ajukan untuk Perawat Metoboi Kecil Kota Kotamobagu. Jurnal
Puskesmas Gayamsari agar dapat meningkatkan Kedokteran Komunitas dan Tropik, IV (1),
pelayanan serta memberikan informasi dan 59-64.
motivasi secara kontinue kepada lansia penderita Kusumawaty, dkk. (2016). Hubungan Jenis Kelamin
hipertensi tentang kepatuhan atau ketaatan dalam dengan Intensitas Hipertensi pada Lansia di
mengkonsumsi obat hipertensi. Wilayah Kerja Puskesmas Lakbok
2. Bagi Institusi Pendidikan Kabupaten Ciamis.
Saran yang peneliti ajukan untuk Institusi http://journal.umy.ac.id/index.php/mm/articl
Pendidikan Stikes Widya Husada Semarang yaitu e/view/4450. Diakses pada tanggal 10
diharapkan agar dapat menggunakan hasil Agustus 2019.
penelitian ini sebagai referensi dan bahan tolok Livana, dkk. (2018). Gambaran Tingkat Depresi
ukur untuk melakukan penelitian. Lansia.
3. Bagi Keluarga http://jki.ui.ac/index.php/jki/article/view/464
Saran dari peneliti untuk keluarga yang memiliki . Diakses pada tanggal 5 Agustus 2019.
lansia dengan hipertensi hendaknya lebih dapat Maryam, dkk. (2011). Mengenal Usia Lanjut dan
meluangkan waktu untuk mengawasi saat minum Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.
obat, serta keluarga dapat meluangkan waktu Merdikoputro, Djoko. (2014). Hubungan Dukungan
untuk mendengarkan cerita, keluh kesah, dan Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat Pada
memberi respon terhadap apa yang diceritakan Pasien Hipertensi Di Puskesmas Dau
oleh lansia tersebut. Karena dengan cara itu lansia Kabupaten Malang. Diakses pada Mei 2019.
dapat merasa dirinya masih disayangi, dicintai, Niman, Sisilia., Hariyanto, Tanto., Dewi, Novita.
dibutuhkan dan dihargai oleh keluarganya. (2017). Hubungan Antara Dukungan
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Keluarga Dengan Fungsi Sosial Lansia Di
Saran yang diajukan untuk peneliti selanjutnya Wilayah Kelurahan Tlogomas Kecamatan
diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan Lowokwaru Malang. Diaksaes pada Mei
mengenai Hubungan dukungan keluarga dengan 2019.
kepatuhan minum obat pada lansia penderita Novitaningtyas, T. (2014). Hubungan karakteristik
hipertensi dan serta dapat memeriksa tekanan (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan)
darah lansia serta dapat mengganti dengan metode dan aktivitas fisik dengan tekanan darah
kualitatif guna mengetahui lebih lanjut tentang pada lansia di kelurahan makamhaji
dukungan keluarga dan dampak yang dirasakan kecamatan kartasura kabupaten sukoharjo.
oleh responden. Diakses pada Mei 2019.
5. Bagi Peneliti Osamor, P.E. (2015) Social support and management of
Penelitian ini dibuat guna untuk mengetahui hypertension in South-Nigeria.
adanya hubungan dukungan keluarga dengan Cardiovascular Journal of Africa, 26 (1),
kepatuhan minum obat pada lansia penderita 29-33.
hipertensi dan syarat untuk memenuhi lulus Puskesmas Gayamsari, Profil Puskesmas Tahun 2018,
25
(2018), Semarang; Puskesmas Gayamsari.
Rahayu, Minarti. (2013). Dinamika Strategik
Wirausahawan Tionghwa. Malang : UB
Press.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif.
Bandung : Alfabeta.
Susanto, Y. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien
Hipertensi Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Cuka Kabupaten Tanah
Laut. Jurnal Ilmiah Manuntung, 1(1), 62-67.
Trijono, Rachmat. (2015). Metode Penelitian
Kuantitatif. Jakarta : Papas Sinar Sinanti.
Utami, Sri. 2016. Hubungan Dukungan Sosial
Keluarga dengan Kepatuhan Berobat
Penderita Hipertensi di
Puskesmas Tualang.
http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/psikologi/article/view/
3235. Diakses pada tanggal 10 Agustus
2019.
Yeni, Fitra, dkk. (2016). Dukungan Keluarga
Mempengaruhi Kepatuhan Pasien
Hipertensi.
http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/4
71. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2019.
26
Sistem Pelayanan Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas:
Studi Kasus di Dusun Mensaleng
H. L. Muhamad Amin
Email: laluaminbagu@gmail.com
ABSTRAK
ABSTRACT
Community nursing is a professional nursing service aimed at people with a high risk group
emphasis on efforts to achieve optimal health status through health promotion, disease prevention,
rehabilitation of rehabilitation by ensuring the affordability of health services needed and involving
clients as partners in planning, implementing and evaluating services nursing (CHN (1977) in
Fallen & Budi (2010)). The community care service system in Mensaleng Hamlet should get
attention so that the people in the village of Bagu Mensaleng Hamlet become aware of the
importance of health. Based on the results of the study, it can be concluded that the system of
community health nursing care services in the village of Bagu, Mensaleng, to be better in health
services in the community.
Tabel 39 Tabel 42
Distribusi remaja berdasarkan penggunaan waktu Distribusi lansia berdasarkan jenis penyakit yang
luang remajadi Dusun Mensaleng diderita lansia di Dusun Mensaleng
No Penggunaan Jumlah Persentase No Penyakit Jumlah Persentase
waktu luang (orang) (%) Lansia (Orang) (%)
1 TBC 1 2.27
1 Musik 53 50.48 2 HIPERTENSI 13 29.55
2 Olahraga 18 17.14 3 DM 1 2.27
3 Rekreasi 13 12.38 4 REMATIK 18 40.91
4 Keagamaan 21 20.00 5 KATARAK 2 4.55
5 TOTAL 105 100.00 6 ASMA 7 15.91
Dari tabel diatas didapatkan bahwa 7 LAIN-LAIN 2 4.55
penggunaan waktu luang pada remaja sebagian 8 TOTAL 44 100.00
besar digunakan untuk musik sebanyak 53 orang Dari tabel diatas didapatkan bahwa jenis
(50.48%), dan sebagian kecil dengan rekreasi penyakit yang paling sering diderita oleh lansia
yaitu sebanyak 13 orang (13.38%). adalah rematik sebanyak 18 orang ( 40.91%) dan
yang paling sedikit yaitu katarak sebanyak 2
Tabel 40 orang (4.55%)
Distribusi remaja berdasarkan kebiasaan remaja
di Dusun Mensaleng Tabel 43
No Kebiasaan Jumlah Persentase Distribusi lansia berdasarkan penanganan
remaja (orang) (%)
penyakit lansia di Dusun Mensaleng
1 Merokok 4 7.02
2 Alcohol 0 0.00
3 Tidak ada 53 92.98
4 TOTAL 57 100.00
Dari table di atas didapatkan bahwa
kebiasaan remaja merokok sebanyak 4 orang
No Penanganan Jumlah Persentase
penyakit lansia (orang) (%)
1 Sarana
kesehatan 14 46.67
2 Non medis 8 26.67
3 Diobati sendiri 8 26.67
4 TOTAL 30 100.00
D. KESIMPULAN
Keperawatan sebagai bentuk komprehensif
melakukan penekanan tujuan untuk menekan
stressor atau meningkatkan kemampuan
komunitas mengatasi stressor melalui
pencegahan primer, sekunder, tersier. Penigkatan
kesehatan berupa pencegahan penyakit ini bisa
melalui pelayanan keperawatan langsung dan
perhatian langsung terhadap seluruh masyarakat
dan ,mempertimbangkan bagaimana masalah
kesehatan masyarakat mempengaruhi kesehatan
individu, keluarga, dan kelompok. Sistem
pelayanan Perawatan komunitas di Dusun
Mensaleng harus mendapatkan perhatian
sehingga, masyarkat di desa Bagu Dusun
Mensaleng menjadi sadar tentang pentingnya
kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan sistem pelayanan asuhan
keperawatan kesehatan komunitas di Desa Bagu
Dusun Mensaleng menjadi lebih baik dalam
pelayanan kesehatan di Masyarakat
ARTIKEL PENELITIAN
Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi
Terapeutik Di Rumah Sakit
Knowledge Nurse About Therapeutic Communication in Hospitals
Darmi Arda
1 Bidang Ilmu Keperawatan, Prodi D3 Keperawatan Sandi Karsa
Artikel info
Abstract. Communication is an important part of human life. Throughout
Artikel history: the course of his life humans always communicate whether consciously
Received; 30 November or not. The ability of nurses in conducting therapeutic communication
2019 is an important thing in the implementation of nursing care. The nurse
Revised; 02 Desember 2019
must not look confused, the patient must feel that he is the nurse's
Accepted; 03 Desember
2019 main focus during the interaction. So that nurses can play an active
and therapeutic role, nurses must analyze themselves including self-
awareness, clarification of values, feelings and being able to be a
responsible model. The purpose of this study is descriptive research in
which the measurement results are presented as is. This research
method uses descriptive research. Descriptive research is research in
which the researcher only does a description of the phenomenon
found, where the measurement results are presented as is without
analyzing why the phenomenon occurred. By using this type of
research, researchers wanted to obtain information about the
demographic data of nurses and the level of nurse knowledge about
therapeutic communication. The results of this study showed that in
general the level of hospital nurses' knowledge about therapeutic
communication was included in both categories. Of the 52 respondents
studied, it was found that respondents with good knowledge were 45
people (86.5%) and respondents with less knowledge were 7 people
(13.5%).The conclusion of this study was the knowledge of nurses
working in Makassar hospitals about therapeutic communication in
general is included in either category.
PENDAHULUAN
Baik 45 86,5
Kurang 7 13,5
Total 52 100
Budi & Dolaksaribu. (2011). ubungan Penerapan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat
Kepuasan Klien dalam Menerima Pelayanan Keperatawan di RS Internasional
Bintaro Tangerang. Laporan Penelitian FIK-UI.
Indrawati. (2012). Komunikasi Terapeutik. Retrieved Juli 19, 2015. from wikipedia:
www.wikipedia.com.
Mundakir. (2011). Komunikasi Keperawatan, Aplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmodjo. (2011). Promosi Kesehtan Masyarakat dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nusantara, A. F., & Wahyusari, S. (2018). Perilaku Caring Mahasiswa Program Studi Sarjana
Keperawatan Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan. JI-KES (Jurnal Ilmu
Kesehatan), 2(1).
Panungkunan, D. M. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Persepsi Perawat
Terhadap Komunikasi Terapeutik Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X
Tahun 2012. Indonesian of Health Information Management Journal (INOHIM),
2(2).
Patrisia Akbar, I. S. (n.d.). Gambaran Kepuasan Pasien Terhadap Pelaksanaan Komunikasi
Terapeutik Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Makassar.
Respiratory Unhas.
Potter P.A & Perry A.G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Saputro, R. E., Putri, Y. R., & Nasionalita, K. (2017). Analisis Strategi Komunikasi Terapeutik
Perawat Terhadap Pasien Penyakit Jantung Koroner Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung. EProceedings of Management, 4(2).
Surjasumantri, J. (2012). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer: Edisi 2. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Jurnal Keperawatan Pangkalpinang Volume 2, Nomor 1, Juli 2019
Nova Mardiana
ABSTRAK
Penerapan asuhan keperawatan komunitas merupakan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama
untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif. Tujuan penelitian ini adalah
diketahui secara mendalam bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan Komunitas pada penderita Hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Petaling Kecamatan Mendo Barat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling yaitu wawancara
secara mendalam dengan menggunakan alat bantu pedoman wawancara dan alat perekam. Jumlah informan ada 6,
yaitu 2 perawat pelaksana, 2 orang penderita hipertensi, 1 orang pengelola PERKESMAS dan kepala Puskesmas
Petaling. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan asuhan keperawatan komunitas pada penderita
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Petaling sudah berjalan cukup baik, disarankan agar perawat pelaksana untuk
dapat memaksimalkan pelaksanaan proses asuhan keperawatan komunitas sehingga dapat mengoptimalkan
penerapan asuhan keperawatan komunitas tersebut.
ABSTRACT
The application of community nursing care is an effort to increase health status, prevent, cure and rehabilitate
diseases with an emphasis on primary health care to enable everyone to achieve healthy and productive life. The
purpose of this research is to know deeply how the applications of community nursing care on hypertension patients
in working area of Community Health Centers Petaling, Mendo Barat District. This research is a qualitative
research with purposive sampling that is in-depth interview using interview guidelines and recording tool. The
number of the informants is 6 people, they are 2 nurses, 2 hypertension patients, 1 PERKESMAS administrator and
the head of Community Health Centers Petaling. From the results of this research, it can be concluded that the
applications of community nursing care on hypertension patients in working area of Puskesmas Petaling have been
running quite well, it is suggested that the nurses need to maximize the implementation of community nursing care
process so that it can optimize the applications of community nursing care.
Keywords : Applications, Community Nursing Care, Hypertension
9
Jurnal Keperawatan Pangkalpinang Volume 2, Nomor 1, Juli 2019