You are on page 1of 96

KEPERAWATAN KOMUNITAS

SEPULUH JURNAL TENTANG KEPERAWATAN KOMUNITAS

Oleh :

Kelompok 4, Kelas B14-B

1. Ni Luh Evayani (213221278)


2. Komang Aditya Wedayana (213221279)
3. Ni Wayan Astini (213221280)
4. Ni Luh Ria Anggreni (213221281)
5. Ni Putu Elvian Febrianan Putri (213221282)
6. Ni Made Sri Regiantari (213221283)
7. Ni Nyoman Tri Ariwangi (213221284)
8. Ni Luh Putri Kristina Mellani (213221285)
9. Putu Febya Mia Kalista (213221286)
10. Komang Putri Ayu Wikanti Riski (213221287)
11. Cok Istri Widyastri Dewi (213221288)
12. Ni Made Mezha Anindya P. (213221289)
13. I Gede Dwi Yasa Sugiharta (213221290)
14. Ni Kadek Sumalini (213221291)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
202I
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK


PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI RUANG EUNIKE
RSU GMIM KALOORAN AMURANG

Vanda Lucyana Walansendow


Odi R. Pinontoaan
Sefti S. Rompas

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email : vlwalansendow@gmail.com

Abstract : Patients will feel satisfied when obtaining health care performance equals or exceeds
expectations. Research purposes: To determine the Relationship Between Attitudes and Techniques
Therapeutic Communication Nurse Inpatient Satisfaction in in Space Eunike General Hospital
GMIM Kalooran Amurang. Research design: Using Cross Sectional methods. Samples: The
sampling technique used by researchers is accidential sampling is a way of sampling by taking
respondents or cases of accidental and there or provided with a sample of 110 people. The
instrument used in this study were questionnaires. Research result: The data obtained in the
descriptive analysis and use statistical tests chi-square test with 95% confidence level (α = 0.05)
and obtained p-value 0.000 <0.05 and p-value 0.000 <0.05. Conclusion: There is a relationship of
attitude and patient satisfaction in the room Eunike General Hospital GMIM Kalooran Amurang
and there is a relationship of communication techniques therapeutic nurse with patient satisfaction
at room Eunike General Hospital GMIM Kalooran Amurang. Recommendations: For public
hospitals GMIM Kalooran Amurang to remain able to maintain and even improve the quality of the
services, especially how the new communicates attitudes and techniques applied in the therapeutic
nurse airport or deal with patients and their families well. As well as providing rewards for nurses
who are considered to have good performance.
Keywords : Attitudes, Techniques of therapeutic communication nurse, patient satisfaction

Abstrak : Pasien akan merasa puas ketika kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya sama atau
melebihi harapannya. Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui Hubungan Antara Sikap dan Teknik
Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap di Ruang Eunike RSU
GMIM Kalooran Amurang. Desain Penelitian: Menggunakan Cross Sectional. Sampel: Teknik
pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah accidential sampling yang merupakan cara
pengambilan sampel dengan mengambil responden atau kasus yang kebetulan dan ada atau tersedia
dengan jumlah sampel 110 orang. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner.
Hasil Penelitian: Data yang diperoleh di analisa secara deskriptif dan menggunakan uji statistic chi-
square test dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) dan diperoleh p-value 0,000 < 0,05 dan p-value
0,000 < 0,05. Kesimpulan: Yaitu terdapat hubungan sikap dan kepuasan pasien rawat inap di ruang
Eunike RSU GMIM Kalooran Amurang dan terdapat hubungan teknik komunikasi terapeutik
perawat dengan kepuasan pasien rawat inap di ruang Eunike RSU GMIM Kalooran Amurang. Saran:
Bagi rumah sakit umum GMIM Kalooran Amurang untuk tetap bisa mempertahankan bahkan
meningkatkan kualitas dalam pelayanan khususnya bagaimana sikap dan teknik komuniksi terapeutik
perawat yang diterapkan dalam melayani atau menangani pasien dan keluarga pasien dengan baik.
Serta memberikan reward bagi perawat yang dinilai memiliki prestasi baik.
Kata Kunci : Sikap, Teknik Komunikasi Terapeutik Perawat, Kepuasan Pasien
PENDAHULUAN mencapai, mempertahankan atau memulihkan
Perawat merupakan profesi yang kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari
difokuskan pada perawatan individu keluarga lahir sampai mati (Aripuddin, 2014). Salah satu
dan masyarakat sehingga mereka dapat hal yang dilakukan perawat dalam menjaga
1
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

kerjasama yang baik dengan klien dalam Instalasi Rawat Inap Non Bedah (penyakit
membantu memenuhi kebutuhan kesehatan dalam pria dan wanita), mengatakan tidak
klien, maupun dengan tenaga kesehatan lain puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh
dalam rangka membantu mengatasi masalah perawat. Menurut Afriani (2011) menemukan
klien adalah dengan berkomunikasi. Dengan bahwa sebanyak 65 % responden menyatakan
berkomunikasi perawat dapat mendengarkan tidak puas terhadap pelayanan informasi di
perasaan klien dan menjelaskan prosedur instalasi rawat inap bedah RSUP Dr. M.
tindakan keperawatan (Mundakir, 2013). Djamil Padang.
Sikap diartikan sebagai fungsi dari Hasil penelitian yang dilakukan Ningsih
manusia seperti persepsi, motivasi, dan (2014), terkait dengan (Hubungan sikap
berpikir yang seperti itu menunjukan perawat dengan kepuasan pasien rawat inap
hubungan-hubungan, bahwa sampai batas- kelas III di rumah sakit PKU Muhammadiyah
batas tertentu perilakunya dapat Yogyakarta) menunjukan distribusi frekuensi
diramalkan(Mar’at, 2006). Komunikasi sikap disimpulkan bahwa mayoritas
merupakan proses yang dilakukan perawat responden menilai sikap perawat di ruang
dalam menjaga kerjasama yang baik dengan rawat inap kelas III rumah sakit PKU
klien dalam membantu memenuhi kebutuhan Muhammadiyah Yogyakarta pada kategori
kesehatan klien, maupun dengan tenaga “baik” sebanyak 18 responden (52,9%), dan
kesehatan lain dalam rangka membantu kepuasan pasien berada pada kategori “tinggi”
mengatasi masalah klien (Mundakir, 2006). yaitu sebanyak 19 responden (55,9%). Hasil
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat Penelitian Ardia Putra (2013) di ruang rawat
perasaan pasien yang timbul sebagai akibat inap RSUD dr. Zainoel Abidin, secara
dari kinerja layanan kesehatan yang presentase dari 41 orang (52,6%) yang
diperolehnya setelah pasien membandingkan menyatakan komunikasi terapeutik berada
dengan apa yang diharapkannya (Pohan, pada kategori baik, sebanyak 23 orang
2007). (56,1%) mengaku puas, sedangkan presentase
Manurung (2003), dalam penelitiannya di
dari 37 orang (86,5%) yang menyatakan tidak
Rumah Sakit Persahabatan menemukan
puas. Jadi kesimpulanya pasien lebih banyak
bahwa penerapan komunikasi terapeutik
merasa tidak puas, dengan kategori
masih kurang yaitu (46,3 %). Hasil penelitian
komunikasi terpeutik kurang. Sedangkan
Ekasari (2007), terkait dengan (faktor-faktor
penelitian yang dilakukan oleh Dhama Yanfi
yang berhubungan dengan kepuasan pasien
(2009) di RSUD Wonogiri terhadap 50
terhadap layanan kesehatan) menunjukkan
responden mengatakan 8 dari 13 perawat
bahwa 70,0 % pasien menilai pelayanan
tidak melakukan komunikasi terapeutik
keperawatan yang diberikan kurang baik di
dengan baik, mereka hanya sekedar merawat
IRNA Bedah Umum RSUP Dr. M. Djamil
pasien, dan 8 dari 24 pasien mengatakan tidak
Padang. Sejalan dengan itu, hasil penelitian
puas, 5 dari 24 pasien mengatakan sangat
Amelia (2010), terkait dengan (hubungan
puas dan 16 dari 24 pasien mengatakan puas
perilaku empati perawat dalam pemberian
dengan komunikasi terapeutik perawat.
asuhan keperawatan dengan kepuasan pasien)
juga menunjukkan bahwa 92,5% pasien di Pengambilan data awal dilakukan di
Rumah Sakit Umum GMIM Kalooran
Amurang pada tanggal 29 Oktober 2016,
didapatkan jumlah pasien yang dirawat di
ruang Eunike pada bulan September 152
pasien. Wawancara lebih lanjut dilakukan
pada 7 orang pasien yang sudah berada di
ruang rawat inap 3 hari, dan terdapat 3
orang yang menyatakan perawat kurang
menunjukan sikap yang baik atau tidak
ramah, ada juga 1 orang yang mengatakan

2
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

kurang puas dengan pelayanan perawat, dan 3


orang mengatakan puas dengan sikap dan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden
teknik komunikasi terapeutik dari beberapa Menurut Pekerjaan
perawat seperti murah senyum, selalu
memperhatikan dan menanyakan kondisi Pekerjaan n %
pasien serta menghargai pasien. Berdasarkan PNS 14 12,7
latar belakang yang ditemukan, maka peneliti Karyawan Swasta 26 23,6
tertarik untuk meneliti hubungan antara sikap Wiraswasta 51 46,4
dan teknik komunikasi terapeutik perawat Pelajar 19 17,3
dengan kepuasan pasien rawat inap di ruang Total 110 100,0
Eunike Rumah Sakit Umum GMIM Kalooran Sumber : Data Primer 2017
Amurang.
Tabel 2 di atas menjelaskan
METODE PENELITIAN pengelompokkan responden berdasarkan
Penelitian ini menggunakan desain Pekerjaan dan didapatkan pekerjaan
penelitian Cross Sectional. Penelitian ini telah terbanyak adalah Wiraswasta dengan
dilakukan di ruang Eunike Rumah Sakit presentase 46,4 %.
Umum GMIM Kalooran Amurang. Waktu
penelitian telah dilakukan pada bulan Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden
Februari 2017. Populasi dalam penelitian ini Menurut Pendidikan
adalah pasien yang berada di rawat inap ruang
Eunike Rumah Sakit GMIM Kalooran Pendidikan n %
Amurang. Jumlah pasien pada bulan SD 31 28,2
September 2016 adalah 152 pasien. Pada SMP 29 26,4
penelitian ini diambil dengan cara Purposive SMA 26 23,6
sampling. Instrumen penelitian yang Sarjana 19 17,3
digunakan untuk mengumpulkan data adalah Lainnya 5 4,5
lembar kuesioner, dan pengolahan data Total 110 100,0
melalui tahap editing, coding, tabulating, dan Sumber : Data Primer 2017
analisis univariat dan bivariate dengan Tabel 3 di atas menjelaskan
menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat pengelompokkan responden berdasarkan
kepercayaan (CI) 95% atau α ≤ 0.05. Pendidikan dan didapatkan pendidikan
terbanyak adalah SD dengan presentase 28,2
HASIL dan PEMBAHASAN %.
Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi Responden Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Umur M enurut Sikap
Sikap n %
Umur n % Sikap Baik > 18 91 82,7
< 30 Tahun 54 49,1 Sikap Tidak Baik ≤ 18 19 17,3
31 - 40 Tahun 24 21,8 Total 110 100,0
41 - 50 Tahun 20 18,2 Sumber : Data Primer 2017
> 51 Tahun 12 10,9
Total 110 100,0 Tabel 4 menjelaskan pengelompok-kan
Sumber : Data Primer 2017 responden berdasarkan Sikap dari perawat
Berdasarkan data pada tabel 1 dan didapatkan Sikap terbanyak adalah Sikap
menjelaskan pengelompokkan responden Baik dengan presentase 82,7%.
berdasarkan jenis kelamin dan didapatkan
Umur terbanyak adalah <30 tahun dengan
presentase 49,1 %.
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Teknik Komunikasi Terapeutik
3
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

Perawat pasien), sedangkan sikap perawat yang tidak


baik dan pasien yang mengatakan kurang
Komunikasi Terapeutik n %
puas adalah 10,0% (11 pasien). Variabel dari
Komunikasi Baik > 60 88 80,0
sikap menghasilkan nilai p = 0,000 < 0,05
Komunikasi Kurang Baik 22 20,0
nilai tersebut menyatakan bahwa Ho ditolak
≤ 60
dan Ha diterima atau terdapat hubungan
Total 110 100,0
antara sikap perawat dengan kepuasan pasien
Sumber : Data Primer 2017
rawat inap di ruang Eunike RSU GMIM
Tabel 5 di atas menjelaskan Kalooran Amurang.
pengelompokkan responden berdasarkan
Teknik Komunikasi Terapeutik Perawat dan Tabel 8 Hubungan Komunikasi Terapeutik
didapatkan Komunikasi Terapeutik terbanyak dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap di
adalah Komunikasi Baik dengan presentase Ruang Eunike RSU GMIM Kalooran
Amurang
Kepuasan Pasien
80,0 %. Komunikasi
Puas
Kurang
Puas
Total
Pv
Terapeutik

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Responden n % n % n %


Baik 86 78,2 2 1,8 88 80,0
Menurut Kepuasan Pasien Tidak Baik 11 10,0 11 10,0 22 20,0 0,000

Total 97 88,2 13 11,8 110 100,0


Sumber : Data Primer 2017
Kepuasan Pasien n %
Berdasarkan data pada Tabel 8 di atas
Puas > 23 97 88,2
menunjukan bahwa hasil analisis dari teknik
Kurang Puas ≤ 23 13 11,8
komunikasi perawat yang baik dan pasien
Total 110 100,0
yang puas adalah sebesar 78,2% (86 pasien),
Sumber : Data Primer 2017
sedangkan teknik komunikasi perawat yang
Tabel 6 di atas menjelaskan pengelompokkan
baik namun pasien yang kurang puas adalah
responden berdasarkan Kepuasan Pasien dan
1,8% (2 pasien). Hasil terhadap teknik
didapatkan yang terbanyak adalah Puas dengan
presentase 88,2%. komunikasi perawat yang tidak baik namun
pasien mengatakan puas ada 10,0% (11
pasien), sedangkan sikap perawat yang tidak
Analisis Bivariat
baik dan pasien yang mengatakan kurang
Tabel 7 Hubungan Sikap dengan puas adalah 10,0% (11 pasien). Variabel dari
Kepuasan Pasien Rawat Inap di Ruang teknik komunikasi perawat menghasilkan
Eunike RSU GMIM Kalooran Amurang nilai p = 0,000 < 0,05 nilai tersebut
menyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima atau terdapat hubungan antara teknik
Kepuasan Pasien komunikasi terapeutik perawat dengan
Sikap Kurang Total
Puas
Puas
Pv kepuasan pasienrawat inap di ruang Eunike
RSU GMIM Kalooran Amurang.
n % n % n %
0,000
Baik 89 80,9 2 1,8 91 82,7 Pembahasan
Tidak Baik 8 7,3 11 10,0 19 17,3
Sikap
Total 97 88,2 13 11,8 110 100,0
Sumber : Data Primer 2017
Berdasarkan data pada Tabel 7 terhadap sikap perawat yang tidak baik namun
menunjukan bahwa hasil analisis terhadap pasien mengatakan puas ada 7,3% (8
sikap perawat yang baik dan pasien yang puas
adalah sebesar 80,9% (89 pasien), sedangkan
sikap perawat yang baik namun pasien yang
kurang puas adalah 1,8% (2 pasien). Hasil
4
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

Gambaran dari sikap perawat terhadap dari perawat 91 responden (82,7%),


pasien rawat inap di ruang Eunike RSU sedangkan sikap yang tidak baik dari perawat
GMIM Kalooran Amurang didapati bahwa 19 responden (17,3%). Menurut Purwanto
dari 110 responden (100%), sikap yang baik (2008), sikap merupakan suatu perbuatan atau
tingkah laku sebagai reaksi (respons) terhadap kepuasan pasien di RS Siti Khodijah Sepajang
sesuatu rangsangan atau stimulus, yang bahwa perawat di RS Siti Khodijah Sepajang
disertai dengan pendirian dan perasaan orang
itu.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dewi (2014) didapati hasil yang
menunjukan sikap perawat dalam kategori
baik lebih banyak. Hasil penelitian ini juga
didukung dengan hasil penelitian
Nugrahaningsih (2016) dikatakan bahwa
mayoritas responden menilai bahwa sikap
perawat RSUD Salatiga termasuk dalam
kategori cukup baik. Hasil penelitian Sukatmi
(2008) di ruang Cendana RSUD Unit
Swadana Pare Kediri, didapati hasil dari sikap
perawat pada kategori cukup baik lebih
banyak.
Menurut peneliti sesuai yang ada di
lapangan sikap perawat yaitu dengan
menghargai pasien dan menunjukan sikap
yang baik kepada siapa saja terlebih saat
melayani kebutuhan pasien sehingga baik
pasien maupun keluarga pasien merasa
nyaman, namun ada juga terkadang kurang
memperhatikan sikap saat melakukan
tindakan keperawatan.

Teknik Komunikasi Terapeutik


Gambaran dari teknik komunikasi
terapeutik perawat pada pasien rawat inap di
ruang Eunike RSU GMIM Kalooran
Amurang didapati bahwa dari 110 responden
(100%), komunikasi terapeutik perawat yang
baik 88 responden (80,0%), sedangkan
komunikasi terapeutik perawat yang tidak
baik ada 22 responden (20,0%). Komunikasi
terapeutik pada akhirnya menentukan perawat
untuk menetapkan hubungan kerja dengan
klien dan keluarganya (Potter dan Perry,
2005).
Penelitian yang sesuai yaitu penelitian
Luvi (2013) di ruang rawat inap RSI NU
Demak bahwa hasil yang didapatkan sebagian
besar komunikasi terapeutik perawat paling
tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan
Husna, dkk (2009) tentang hubungan
komunikasi terapeutik perawat dengan
5
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

telah menerapkan komunikasi terapeutik kepuasan pasien yang kurang puas ada 213
dan didapatkan hasil dalam kategori tinggi. responden (11,8%). Kepuasan pasien adalah
Menurut peneliti yang sesuai dengan perasaan puas yang dirasakan oleh pasien
kejadian di lapangan didapatkan setelah mendapatkan pelayanan dari rumah
komunikasi terapeutik perawat di Rumah sakit. Kepuasan akan tercapai apabila
Sakit Umum GMIM Kalooran Amurang diperoleh hasil yang optimal bagi setiap klien
sering diterapkan kepada pasien maupun dan keluarganya, ada perhatian terhadap
keluarga pasien, seperti menanyakan keluhan, kondisi lingkungan fisik dan tanggap
keluhan pasien, menjelaskan tujuannya kepada atau memprioritaskan kebutuhan klien
datang, menggunakan komunikasi yang (Supranto, 2006).
mudah dimengerti, sehingga perawat Hasil penelitian Anis (2009) di Rumah
mampu membangun atau membina Sakit Siti Khodijah Sepanjang seabgian besar
hubungan yang baik dengan pasien dalam menyatakan telah puas dengan pelayanan
memberikan pelayanan keperawatan untuk yang telah diberikan oleh perawat. Hasil
kesembuhan pasien. Namun masih adapula penelitian dari Sitorus (2006) tentang
yang lupa untuk mengucapkan salam atau kepuasan klien dan keluarga menunjukan
menyapa pasien saat akan melakukan bahwa tingkat kepuasan dengan kategori baik
tindakan keperawatan. adalah yang tertinggi.
Menurut peneliti yang sesuai dengan
Kepuasan Pasien kejadian di lapangan didapatkan kepuasan
Gambaran dari Kepuasan pada pasien pasien di Rumah Sakit Umum GMIM
rawat inap di ruang Eunike RSU GMIM Kalooran Amurang, perawat melakukan
Kalooran Amurang didapati bahwa dari 110 tindakan keperawatan yang sopan, serta
responden (100%), kepuasan pasien yang kerapihan dan kebersihan penampilan perawat
puas 97 responden (88,2%), sedangkan dapat memberikan nilai yang baik atau
memberikan kepuasan terhadap pasien.
Namun ada juga terkadang perawat yang yang menjadi kebutuhan, keinginan, harapan
tidak segera datang ketika pasien memerlukan pasien dapat dipenuhi, maka pasien akan puas.
pelayanan yang dinilai kurang dan Hasil penelitian dari Wahyu (2016)
menyebabkan pasien merasa kurang puas. menunjukan, bahwa sikap perawat di Bangsal
Pavilliun RSUD Kota Salatiga termasuk dalam
Hubungan Sikap dengan Kepuasan Pasien kategori cukup baik. Terdapat hubungan sikap
Rawat Inap di Ruang Eunike RSU GMIM perawat dengan kepuasan pasien dalam pelayanan
Kalooran Amurang keperawatan di Bangsal Pavilliun RSUD Salatiga.
Berdasarkan hasil analisis dengan Semakin baik penilaian responden terhadap sikap
menggunakan uji statistic chi-square perawat, semakin tinggi tingkat kepuasan
menunjukan bahwa hasil analisis terhadap responden, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut
sikap dengan kepuasan pasien rawat inap di didukung oleh Wiyana (2008) yang
RSU GMIM Kalooran Amurang, penelitian mengemukakan bahwa salah satu indikator mutu
ini didapatkan sebagian besar sikap daripada layanan keperawatan adalah kepuasan pasien dan
perawat dibutuhkan agar mempengaruhi sikap perawat menjadi jaminan apakah layanan
kepuasan pasien. Jadi dapat dikatakan bahwa perawatan tersebut bermutu atau tidak.
kepuasan pasien sangat di tentukan dari sikap Hasil penelitian yang dikemukakan oleh
seorang perawat. Dengan menggunakan uji Hayati (2010) dalam penelitiannya bahwa apabila
chi-square menghasilkan nilai signifikan perawat tidak bersikap caring dalam memberikan
yaitu 0,000 atau lebih kecil dari nilai pelayanan keperawatan terhadap pasien maka akan
signifikannya 0,05. memberikan dampak yang negatif pada pasien
Komunikasi terapeutik merupakan sehingga pasien akan
komunikasi profesional yang mengarah pada
tujuan penyembuhan pasien. Dengan
demikian Kepuasan pasien terjadi apabila apa
6
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

merasa takut, khawatir, hilang kontrol, Kalooran Amurang. Dalam penelitian ini
dan putus asa. Selain itu juga pasien akan didapatkan sebagian besar komunikasi
merasa tersaing, merasa tidak ada terapeutik perawat dibutuhkan agar
yang akan menolong, dan mempengaruhi kepuasan pasien. Jadi dapat
kemungkinan sakitnya akan bertambah, dikatakan bahwa kepuasan pasien sangat di
proses penyembuhan pasien akan semakin tentukan dari teknik komunikasi terapeutik
lama, serta hubungan interpersonal perawat perawat. Dengan menggunakan uji chi-square
dan pasein tidak terjalin dengan baik. menghasilkan nilai signifikan yaitu 0,000 atau
Menurut peneliti sikap merupakan aspek lebih kecil dari nilai signifikannya 0,05.
penting yang harus dilakukan oleh perawat Hasil penelitian Siti (2015) menyatakan,
dalam praktik keperawatan. penelitian deskriptif korelasi dengan
Pelayanan keperawatan yang rancangan cross sectional ini bertujuan untuk
didasari oleh sikap yang diperlihatkan atau mengetahui hubungan komunikasi terapeutik
dilakukan dengan efektif dapat mendorong perawat dengan kepuasan pasien di ruang
kesehatan serta mampu rawat inap pringgodani RSU Rajawali Citra
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Bantul Yogyakarta. Kesimpulan ada
hubungan yang signifikan Antara komunikasi
Hubungan Teknik Komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien.
Terapeutik dengan Kepuasan Pasien Hasil penelitian dari Priscylia (2014)
Rawat Inap di Ruang Eunike RSU menyatakan bahwa, dari 67 responden
GMIM Kalooran Amurang menunjukkan bahwa keterampilan
Berdasarkan hasil analisis dengan komunikasi terapeutik perawat baik dan
menggunakan uji statistic chi-square pasien merasa puas. Hasilnya menunjukan
menunjukan bahwa hasil analisis terhadap adanya hubungan komunikasi terapeutik
teknik komunikasi terapeutik dengan perawat dengan kepuasan pasien. Serta hasil
kepuasan pasien rawat inap di RSU GMIM penelitian Rahil (2015) yang menyatakan
bahwa ada hubungan komunikasi terapeutik
perawat dalam memberikan obat terhadap teknik komunikasi terapeutik perawat dengan
tingkat kepuasan pasien dalampemberian obat kepuasan pasien di Ruang Eunike RSU GMIM
di RSUD Sleman,Yogyakarta. Kalooran Amurang.
Menurut peneliti komunikasi merupakan
sarana dalam membina hubungan antar DAFTAR PUSTAKA
perawat dan pasien, dan dapat mempengaruhi Ardia, P. (2013). Hubungan Komunikasi
tingkat kepuasan pasien terhdap pelayanan Terapeutik Perawat dengan Kepuasan
kesehatan yang diberikan. Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD dr.
Zainoel Abidin. Jurnal Ilmu Keperawatan.
SIMPULAN Diakses tanggal 17 Januari 2017.
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka Afriani. (2011). Hubungan tingkat kepuasan
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : (1) pasien terhadap pelayanan kesehatan di
Sikap perawat pada penelitian ini didapatkan RSUP Dr. M. Djamil Padang. Skripsi.
hasil Sikap pada kategori Baik adalah yang Amelia, GR. (2010). Hubungan prilaku empati
terbanyak, (2)Teknik Komunikasi Terapeutik perawat dalam pemberian asuhan
Perawat pada penelitian ini didapatkan hasil keperawatan dengan kepuasan pasien di
Komunikasi Terapeutik pada kategori Irna Non Bedah (penyakit dalam) RSUP Dr.
Komunikasi Baik adalah yang terbanyak, (3) M. Djamil Padang. Skripsi. Program Studi
Kepuasan Pasien pada penelitan ini Ilmu Keperawatan FK UNAND.
didapatkan hasil Kepuasan Pasien pada Aripuddin I. (2014). Ensiklopedia Mini: Asal
kategori Puas adalah yang terbanyak, (4) Ada Mula Profesi Perawat. Jakarta : Angkasa.
hubungan antara sikap dan kepuasan pasien Dhama Yanfi, M. E. (2009). Hubungan
rawat inap di Ruang Eunike RSU GMIM komunikasi verbal dan non verbal
Kalooran Amurang, (5) Ada hubungan antara
7
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1, Mei 2017

perawat dengan tingkat kepuasan Kesehatan, (Vol 9 No 4: 177-84)


pasien di bangsal penyakit dalam
RSUD Kab. Wonogiri.
Ekasari, D. (2007). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepuasan
pasien terhadap layanan kesehatan di
Irna Bedah umum RSUP Dr. M.
Djamil Padang. Skripsi. Program
Studi Ilmu Keperawatan FK
UNAND.
Lusa. (2007). Mengukur Kepuasan Pasien
Rumah Sakit
dalam:
http://jsofian.wordpress.com. Diakses
tanggal 11 November 2016.
Lutfiyati, M. (2013). Hubungan Caring
Perawat Pelaksan dengan Kepuasan
Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD
Dr.
H. Soewondo Kendal
dalam:
http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/e-
journal/index.php/ilmukeperawatan/
article/view/179. Diakses tanggan 14
November 2016
Mar’at, S. (2006). Psikologi Perkembangan.
Bandung : Rosda
Mundakir. (2006). Komunikasi Terapeutik
Perawat. Komunikasi Keperawatan-
aplikasi dalam pelayanan. Edisi
Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Hal 109-31
Mundakir. (2013). Komunikasi
Keperawatan Aplikasi dalam
Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Diakses tanggal 14 November 2016.
Notoatmodjo S. (2012). Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta.
Pohan. (2007). Jaminan Mutu Layanan
Kesehatan; Dasar-dasar, Pengertian
dan Penerapan. Jakarta : EGC.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik
Penulisan Riset Keperawatan.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Suryani. (2005). Komunikasi Terapeutik :
teori dan praktik. Jakarta : ECG.
Suryawati, dkk. (2006). Penyusunan
Indikator Kepuasan Pasien Rawat
Inap RS di Propinsi Jawa Tengah .
Jurnal Manajemen Pelayanan
8
E-DIMAS: Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat, 12(1), 59-66
ISSN 2087-3565 (Print) dan ISSN 2528-5041 (Online)
Available Online at http://journal.upgris.ac.id/index.php/e-dimas

Pencegahan COVID-19 Melalui Pemberian Asuhan Keperawatan


Komunitas Daring

Mei Rianita Elfrida Sinaga


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bethesda Yakkum Yogyakarta
mei@stikesbethesda.ac.id

Received: 10 September 2020; Revised: 5 November 2020; Accepted: 27 Februari 2021

Abstract
The spread of the Corona Virus Disease (COVID-19) in Indonesia resulted in a
variety of prevention efforts. The focus of prevention efforts is to break the chain
of the spread of COVID-19. One of the effective ways that can be done is through
the implementation of Clean and Healthy Behavior (PHBS). To increase clean
and healthy behavior in the community as a prevention of COVID-19, the
provision of online community nursing care is required. The purpose of
community service program is to change behavior and increase knowledge of the
clean and healthy behavior as prevention efforts of COVID-19. The methods used
are partnership, group process, and online education. This series of program is
carried out in three phases namely preparation, implementation of community
nursing care, and evaluation of community nursing care. The results achieved
during the six weeks of this program are increased knowledge of the community
related to the clean and healthy behavior in RW 04 RT 18 Ledok Code Kotabaru
as prevention efforts of COVID-19, and the presence of behavior change in the
community through the provision of online community nursing care. The
implementation of this activity has some problems, so the role of community
leaders is recommended to ensure the sustainability of changes in clean and
healthy behavior in the community.
Keywords: clean and healthy behavior; COVID-19; online community nursing care
Abstrak
Meluasnya penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19) di Indonesia
mengakibatkan berbagai upaya pencegahan dilakukan. Fokus upaya pencegahan
adalah untuk memutus mata rantai penyebaran virus COVID-19. Salah satu cara
efektif yang dapat dilakukan melalui penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Untuk meningkatkan PHBS di masyarakat sebagai upaya pencegahan
COVID-19, diperlukan pemberian asuhan keperawatan komunitas secara daring.
Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk merubah
perilaku dan meningkatkan pengetahuan terkait perilaku hidup bersih dan sehat
sebagai upaya pencegahan COVID-19. Metode yang digunakan adalah
partnership, proses kelompok, dan edukasi online. Kegiatan ini dilakukan melalui
tiga tahapan yaitu persiapan, pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas, dan
evaluasi asuhan keperawatan komunitas. Hasil yang dicapai selama enam minggu
dari kegiatan ini adalah meningkatnya pengetahuan masyarakat terkait perilaku
hidup bersih dan sehat di RW 04 RT 18 Ledok Code Kotabaru, dan adanya
perubahan perilaku di masyarakat melalui pemberian asuhan keperawatan
komunitas secara daring. Pelaksanaan kegiatan ini mengalami beberapa kendala
sehingga direkomendasikan peran tokoh masyarakat untuk menjamin
keberlangsungan perubahan PHBS di masyarakat.
Kata Kunci: PHBS; COVID-19; asuhan keperawatan komunitas daring

59
E -D EDUCAT IO NS -

PENG
IMABD IAN KEPA
A DA

MAS
S YARAKAT JURNAL PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT VOLUME 12
NOMOR 01 MARET 2021

A. PENDAHULUAN minimal 1,5 meter dengan orang lain ketika


Pada saat ini, seluruh negara di bekerja, belanja, belajar, beribadah (49%),
dunia sedang berjuang menghadapi masih ada masyarakat yang tidak mencuci
pandemi Covid-19. Data WHO tangan ketika tiba di rumah (30,6%), serta
menunjukkan bahwa jumlah kasus belum adanya fasilitas cuci tangan di depan
terkonfirmasi positif Covid- 19 sampai gapura atau di luar masing-masing rumah.
tanggal 20 Juli 2020 sebanyak
14.043.176 dengan angka kematian
sebanyak 597.583 dari 216 negara (World
Health Organization, 2020). Indonesia
menempati urutan ke-23 dan provinsi DIY
menempati urutan ke-10 terbanyak kasus
COVID-19 terkonfirmasi positif (NN,
2020). Meningkatnya kasus terkonfirmasi
ini salah satu penyebabnya adalah
rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) di masyarakat.
PHBS merupakan upaya yang harus
dilakukan dan dimulai dengan
menanamkan pola pikir yang sehat kepada
masyarakat tetapi harus dimulai dari diri
sendiri. Dalam melakukan upaya ini
diperlukan komitmen untuk saling
mendukung pada tingkat keluarga sehingga
derajat kesehatan masyarakat optimal dan
pembangunan kesehatan dapat tercapai
maksimal. Berdasarkan data di salah satu
kelurahan di DIY, pencapaian PHBS
kurang baik dapat dilihat dari masih
adanya perilaku masyarakat memiliki
riwayat pergi ke luar kota (70,4%), masih
adanya masyarakat yang tidak
menggunakan masker saat berkumpul
(53,1%), masyarakat yang berjabat tangan
bila bertemu dengan orang lain (21,45%),
masyarakat yang cuci tangan sebelum
mengemudi kendaraan (38,8%),
masyarakat yang tidak menyediakan
tisu/antiseptik/masker/sabun bagi keluarga
di rumah (33,7%), masyarakat tidak
merendam baju dan celana bekas pakai di
luar rumah dengan air panas/sabun
(40,8%), masyarakat tidak segera mandi
keramas saat tiba di rumah (31,65%),
masyarakat yang tidak menjaga jarak
Penularan COVID-19 melalui kontak meningkatkan derajat kesehatan melalui
dekat atau droplet dan melalui transmisi upaya promotif, preventif, tanpa
udara. Orang-orang yang paling beresiko mengabaikan kuratif dan rehabilitatif dengan
terinfeksi virus ini adalah mereka yang melibatkan komunitas sebagai mitra dalam
berhubungan dekat dengan pasien COVID- menyelesaikan masalah (Akbar, 2019;
19 atau yang merawat pasien COVID-19. Stanhope & Lancaster, 2016). Asuhan
Munculnya beberapa kluster baru penularan keperawatan komunitas dilakukan sebagai
menunjukkan bahwa masih banyak kesatuan utuh melalui proses keperawatan
masyarakat yang beraktifitas di luar rumah. (nursing process) mencakup pengkajian,
Hal ini ditandai dengan masih tetap menegakkan diagnosa, merencanakan
ramainya jalanan seperti tidak ada kondisi tindakan, implementasi, dan evaluasi untuk
yang mengkhawatirkan. Jika kesadaran meningkatkan fungsi kehidupan secara
masyarakat belum juga membaik, maka optimal, sehingga mampu mandiri dalam
penurunan grafik penderita COVID-19 ini upaya kesehatan (Effendi & Makhfud, 2009;
akan sangat lama dicapai. Untuk itu, perlu Mubarak & Chayatin, 2011). Adapun strategi
dilakukan asuhan keperawatan komunitas pemberian asuhan keperawatan komunitas
melalui pendekatan promotif dan preventif yang dilakukan dalam pengabdian
dengan tujuan utama untuk meminimalisir masyarakat ini adalah partnership,
atau mencegah penyebaran virus corona di pembentukan kelompok, dan edukasi
masyarakat. kesehatan, dilakukan secara daring
Asuhan keperawatan komunitas dikarenakan kondisi pandemi COVID-19 saat
merupakan pelayanan kesehatan terhadap ini. Kegiatan penyuluhan dan praktik PHBS
klien baik individu, keluarga, kelompok, dan penting dilakukan pada masyarakat untuk
masyarakat yang diberikan secara holistik meningkatkan kesadaran pentingnya
(bio-psiko-sosio-spiritual) bertujuan untuk mengupayakan perilaku hidup bersih dan
sehat dan dapat diterapkan dalam

60
Pencegahan COVID-19 Melalui Pemberian Asuhan Keperawatan
Komunitas Daring
Mei Rianita Elfrida Sinaga

kehidupan sehari-hari secara kontiniu melalui koordinasi grup whatsapp


(Andriansyah & Rahmantari, 2013). Selain melibatkan tokoh masyarakat dan kader
itu, tingkat pengetahuan dan peran pengambil kesehatan.
kebijakan di masyarakat seperti RW/RT, 5. Penyediaan fasilitas cuci tangan di depan
tokoh agama, tokoh masyarakat berperan pintu masuk dan keluar RT 18 dan tempat
penting dalam keberhasilan penerapan PHBS MCK umum, masker, sanitizer,
di masyarakat sebagai upaya pencegahan desinfektan sebagai penunjang PHBS di
COVID-19 (Diana, Susanti, & Irfan, 2014; masyarakat.
Rosidin, Rahayuwati, & Herawati, 2020). 6. Penempelan sticker peringatan cuci tangan
sebelum masuk rumah di setiap rumah
B. PELAKSANAAN DAN METODE masyarakat, poster di area-area yang dapat
Sebelum dilakukan pelaksanaan dijangkau oleh masyarakat.
kegiatan pengabdian masyarakat ini, Dalam pelaksanaan kegiatan ini,
beberapa hal persiapan yang perlu dilakukan: pengabdi dibantu oleh asisten, dilakukan
1. Melakukan sosialisasi dan menjalin dengan 3 tahapan, yaitu tahap persiapan,
hubungan kerjasama (partnership) dengan pelaksanaan askep komunitas, dan evaluasi
Kepala Kelurahan Kotabaru beserta Ketua askep komunitas.
RW 04 RT 18 Ledok Code Kotabaru Tahap Persiapan
Provinsi DIY serta melibatkan kader Adapun rencana kegiatan pengabdian
kesehatan. Diperlukan dukungan dari masyarakat yang akan dilakukan
pihak mitra terutama tokoh masyarakat disampaikan dan dilakukan sosialisasi
untuk kelancaran kegiatan pengabdian dengan menjalin kerjasama (partnership)
masyarakat. Dilakukan koordinasi secara kepada Kepala Kelurahan Kotabaru, RW 04
online dan offline sebanyak 2 kali bersama RT 18 Ledok Code Kotabaru beserta
mitra untuk mematangkan pelaksanaan jajarannya. Selanjutnya membentuk WAG
kegiatan. (WhatsApp Group) bersama ketua RW/RT,
2. Pembentukan kelompok/grup melalui kader kesehatan, tokoh masyarakat Ledok
whatsapp mencakup Ketua RW/RT, tokoh Code Kotabaru Provinsi DIY. Kemudian,
masyarakat, dan kader kesehatan sebagai kuesioner yang telah disusun oleh pengabdi
media komunikasi dalam pemberian dibagikan secara online kepada masyarakat
pendidikan kesehatan secara daring Ledok Code dengan melibatkan peran serta
tentang pengertian, tanda dan gejala, RW/RT beserta jajarannya selama tiga hari,
pencegahan, dan penanganan COVID-19, selanjutnya data diolah dan disampaikan
langkah-langkah cuci tangan, cara hasilnya pada Lokakarya Mini yang
penggunakan masker, etika batuk yang dilakukan secara online melalui grup
benar, pemantauan program hari bersih whatsapp.
rumah, dan diskusi lanjutan sampai Tahap Pelaksanaan Askep Komunitas
evaluasi kegiatan akhir. Pelaksanaan asuhan keperawatan
3. Pemberian edukasi kesehatan secara komunitas dilakukan selama empat minggu
daring terkait PHBS sebagai upaya secara online mencakup pengkajian,
pencegahan COVID-19 serta pembuatan penegakkan diagnosa, penyusunan rencana
materi pendukung berupa poster dan video kegiatan, implementasi, dan evaluasi.
tentang COVID-19 yang dapat menambah Pengkajian yang dilakukan berdasarkan
pengetahuan masyarakat untuk kuesioner yang dibagikan secara online dan
mengurangi kecemasan. hasil data yang diperoleh disampaikan
4. Membuat kuesioner berupa pretest dan melalui lokakarya mini melalui grup
posttest untuk menilai risiko paparan whatsapp. Kuesioner yang dibagikan
COVID-19, dibuat dalam bentuk link dan kemudian dilakukan analisa data untuk
dibagikan secara online kepada menegakkan diagnosa keperawatan
masyarakat komunitas. Adapun diagnosa keperawatan
komunitas yang

61
E -D EDUCAT IO NS -

PENG
IMABD IAN KEPA
A DA

MAS
S YARAKAT JURNAL PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT VOLUME 12
NOMOR 01 MARET 2021

diperoleh adalah dua masalah prioritas, antara kebijakan (39 peserta meliputi Kepala
lain ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan Kelurahan, Ketua RW/RT, kader kesehatan,
dan perilaku kesehatan cenderung berisiko di tokoh masyarakat, pengabdi dan asisten).
RW 04 RT 18 Ledok Code Kotabaru DIY. Melalui kegiatan ini terjalin kerjasama dengan
Untuk menyelesaikan masalah tersebut,
disusun beberapa rencana tindakan
keperawatan komunitas dengan melibatkan
peran serta masyarakat melalui grup
whatsapp dengan menyesuaikan sumber daya
yang ada di masyarakat.
Tahap Evaluasi Askep Komunitas
Selanjutnya setelah dilakukan
implementasi, dibagikan kembali kuesioner
yang sama dengan di awal kegiatan,
dibagikan secara daring kepada masyarakat
untuk mengetahui perubahan pengetahuan
dan perilaku pada masyarakat di Ledok Code
setelah diberikan asuhan keperawatan
komunitas secara daring. Hasil data yang
didapatkan akan dipaparkan melalui grup
whatsapp.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Tahap Persiapan

Gambar 1. Sosialisasi dan


Penandatanganan
Kerjasama
Kuesioner yang dibagikan secara
online diisi oleh 139 peserta pada minggu
pertama kegiatan. Sosialisasi dilakukan 2 kali
secara offline dengan mengikuti protokol
kesehatan dengan physical distancing dan
online dilakukan melalui grup whatsapp. Ada
2 grup whatsapp yang terbentuk, pertama
untuk masyakarat RW 04 RT 18 Ledok Code
yang akan diberi edukasi kesehatan (98
peserta), dan kedua untuk forum lokakarya
mini melibatkan peran para pengambil
RW 04 RT 18 Ledok Code Kotabaru, Pemberian asuhan keperawatan
terbentuk RT Siaga COVID-19 yang diikui komunitas dilakukan selama 4 minggu,
dengan penandatanganan kerjasama. dengan beberapa rincian kegiatan sebagai
Dukungan tokoh masyarakat sangat berikut:
diperlukan dalam penerapan PHBS sebagai 1. Edukasi Online
upaya pencegahan COVID-19 berupa Kegiatan edukasi kesehatan yang
dukungan emosional, informatif, dan dilakukan dalam kegiatan pengabdian
instrumental. Hal ini sesuai dengan pendapat masyarakat ini dilakukan secara online
bahwa peran tokoh masyarakat dalam melalui grup whatsapp. Kegiatan ini diikuti
memberikan dukungan emosional dapat oleh 98 peserta yang aktif dalam diskusi.
ditunjukkan melalui pendekatan spiritual Adapun materi yang diberikan tentang
seperti memberikan semangat, doa bersama pengertian, tanda dan gejala, pencegahan,
dan saling menguatkan pada masa pandemi penanganan COVID-19, langkah-langkah
saat ini, dukungan informatif sebagai cara cuci tangan yang benar, etika batuk yang
pemberi nasehat, petunjuk, saran, dan benar, cara penggunaan masker.
umpan balik, serta mempromosikan perilaku Penyampaian materi edukasi kesehatan
hidup bersih dan sehat pada masyarakat dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah
dengan cara menyebarluaskan informasi disepakati dengan masyarakat saat lokakarya
mengenai pandemi COVID-19 dan mini. Durasi penyampaian satu materi selama
pencegahannya termasuk PHBS, sedangkan 30 menit, kemudian diikuti pemutaran video
peran dalam memberikan dukungan dengan durasi 5-10 menit, selanjutnya
instrumental dengan mendistribusikan dilakukan diskusi tanya jawab terkait materi
masker, sembako dari pemerintah maupun yang sudah dijelaskan. Selanjutnya pada hari
donator (Rosidin et al., 2020). berikutnya, masyarakat akan mengirimkan
Tahap Pelaksanaan Askep Komunitas video sebagai

62
Pencegahan COVID-19 Melalui Pemberian Asuhan Keperawatan
Komunitas Daring
Mei Rianita Elfrida Sinaga

feedback terhadap penjelasan materi yang pendidikan dalam bidang kesehatan, secara
sudah disampaikan pada hari sebelumnya, operasional pendidikan kesehatan adalah
misalnya hari pertama pemberian edukasi semua kegiatan untuk memberikan dan
tentang etika batuk yang benar maka hari meningkatkan pengetahuan, sikap, praktik
kedua masyarakat akan mengirimkan tentang baik individu, kelompok atau masyarakat
cara etika batuk yang benar dan dievalusi dalam memelihara dan meningkatkan
bersama-sama. kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo,
Tabel 2. Perubahan Tingkat Pengetahuan 2012). Setelah dilakukan pendidikan
Masyarakat tentang PHBS kesehatan di RT 18 Ledok Code Kotabaru
Di RW 04 RT 18 Ledok Code Kotabaru didapatkan hasil bahwa pengetahuan tentang
(N=98) penyakit COVID-19 semakin meningkat dan
No Pengeta Pretest Posttest mau menjaga dan mencegah penyakit
huan n % n % COVID-19. Hal tersebut didukung dengan
1 Tinggi 17 17,3 24 24,5 data posttest dari kuesioner yang dibagikan
2 Sedang 59 60,2 74 75,5 kepada masyarakat melalui online (Tabel 2).
3 Rendah 22 22,5 0 0 Pengetahuan masyarakat tentang
Tabel 3. Penilaian risiko penularan COVID- COVID-19 merupakan aspek yang sangat
19 di RW 04 RT 18 Ledok Code Kotabaru penting untuk kondisi pandemi seperti saat
ini, meliputi pengertian, tanda dan gejala,
(N=98)
pencegahan, penanganan COVID-19.
No Risiko Pretest Posttest Pemberian edukasi sangat diperlukan untuk
Penularan n % n % memperbaiki persepsi masyarakat yang
1 Risiko 8 8,1 0 0 masih kurang tepat dan mengubah sikap
tinggi negatif serta meningkatkan praktik
2 Risiko 42 42,9 4 4,1 pencegahan dan pengobatan (Olum,
sedang Chekwech, Wekha, Nassozi, & Bongomin,
3 Risiko 48 49 94 95,9 2020). Teknik penyuluhan menggunakan
rendah media poster atau video dapat lebih
Total 98 100 98 100 meningkatkan pengetahuan. Tingkat
Berdasarkan Tabel 2 didapatkan data pengetahuan yang buruk berpengaruh pada
bahwa terjadi perubahan pengetahuan terkait perilaku penggunaan masker bentuk
PHBS pada masyarakat RW 04 RT 18 Ledok “unobservable behavior” atau “covert
Code Kotabaru. Adapun perubahan perilaku behavior” apabila respon tersebut terjadi
dapat dilihat dari beberapa kriteria dalam dalam diri sendiri, dan sulit diamati dari luar
kuesioner yang dibagikan diantaranya yang disebut dengan pengetahuan
riwayat pergi ke luar rumah menurun dari (knowledge) dan sikap (attitude). Suatu
70,4% menjadi 27,5%, menggunakan respon dalam bentuk tindakan yang dapat
transportasi umum dari 16,3% menajdi 5,1%, diamati dari luar (orang lain) yang disebut
berjabat tangan dengan orang lain dari 21,4% praktik (practice) yang diamati orang lain
menjadi 8,1%, tidak menjaga jarak minimal dari luar “observable behavior” (Sunaryo,
1,5 meter dari 49% menajdi 28,6%, tidak 2014). Tingkat pengetahuan masyarakat yang
mencuci tangan dengan sabun dari 29,6% tinggi terkait COVID-19 berpengaruh
menjadi 19,4%, tidak menggunakan masker terhadap kejadian dan upaya pencegahan
saat berkumpul dari 53,1% menjadi 16,2%. COVID-19, hal ini dikarenakan pengetahuan
Perubahan perilaku ini juga akan yang baik dapat didukung dengan
mempengaruhi besarnya risiko penularan penerimaan terhadap informasi yang beredar
COVID-19 (Tabel 3). Hal ini didukung oleh di masyarakat dan akan mempengaruhi
teori yang mengatakan bahwa pendidikan kemampuan dalam mengambil keputusan
kesehatan adalah aplikasi atau penerapan yang tepat terkait penyelesaian masalah
kesehatan (Purnamasari & Raharyani, 2020).

63
E -D EDUCAT IO NS -

PENG
IMABD IAN KEPA
A DA

MAS
S YARAKAT JURNAL PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT VOLUME 12
NOMOR 01 MARET 2021

Hal ini juga didukung dengan teori sebelum masuk rumah di setiap rumah
model pengetahuan - sikap - perilaku, bahwa masyarakat, poster di area-area yang dapat
pengetahuan merupakan faktor penting yang dijangkau oleh masyarakat
dapat mempengaruhi perubahan perilaku, dan
individu tersebut dapat memperoleh
pengetahuan dan keterampilan melalui
kegiatan pembelajaran, salah satunya dengan
cara edukasi oleh pihak-pihak yang
berwenang (Liu, Liu, Wang, An, & Jiao,
2016).
2. Penyediaan fasilitas cuci tangan di depan
pintu masuk dan keluar RW 04 RT 18 dan
tempat MCK umum, masker, sanitizer,
desinfektan sebagai penunjang PHBS di
masyarakat.

Gambar 2. Penyediaan Fasilitas Cuci Tangan


dan Sanitizer
Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya
penunjang penerapaan PHBS di masyarakat
RW 04 RT 18, terutama di tempat-tempat
yang sering dilalui oleh banyak orang seperti
di depan gapura masuk, di dekat sumur yang
digunakan oleh masyarakat umum. Sesuai
dengan penelitian Yusanti bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara tingkat
pengetahuan dengan perilaku penggunaan
masker dalam keluarga untuk pencegahan
penularan penyakit (Yusanti, Pambudi, &
Raharjo, 2019). Hal ini juga didukung
penelitian Sari bahwa tingkat pengetahuan
masyarakat akan mempengaruhi kepatuhan
menggunakan masker sebagai upaya
pencegahan penyebaran COVID-19,
dikarenakan kepatuhan merupakan perilaku
positif yang dapat mempengaruhi
peningkatan jumlah kasus dan angka
kematian akibat penularan COVID-19 (Sari
& Shilihah’Atiqoh, 2020).
3. Penempelan sticker peringatan cuci tangan
antara pendidikan kesehatan dengan media
poster terhadap sikap anak dalam pencegahan
penyakit diare (Oktavidiati, & Astuti, 2019).

D. PENUTUP
Simpulan
Kegiatan pemberian asuhan
Gambar 3. Penyerahan dan
keperawatan komunitas secara daring ini
Penempelan Poster
didahului dengan pengkajian di RW 04 RT
Kegiatan ini dilakukan untuk
18 Ledok Code Kotabaru dimulai tanggal 5-8
memotivasi dan sebagai pengingat kepada
April melalui pengisian kuisioner terkait
masyarakat bilamana langkah-langkah cara
skrining COVID-19 secara online. Kegiatan
cuci tangan lupa, dan poster-poster ditempel
ini dapat berjalan dengan lancar dan memberi
di tempat-tempat yang strategis seperti di
manfaat bagi masyarakat, hal ini dibuktikan
papan pengumuman, di balai pertemuan.
dengan adanya peningkatan pengetahuan
Adapun media poster merupakan
masyarakat terkait perilaku hidup bersih dan
penggambaran yang ditunjukan sebagai
sehat sebagai upaya pencegahan COVID-19,
pemberitahuan, peringatan, maupun
dapat dilihat dari hasil pretest dibandingkan
penggugah selera yang biasanya berisi
dengan nilai posttest. Pemberian asuhan
gambar-gambar (Kunoli, 2012). Dan
keperawatan komunitas secara daring ini
didukung oleh penelitian Harsismanto dalam
diikuti oleh 98 peserta yang aktif dalam grup
judul pengaruh pendidikan kesehatan media
whatsapp baik dalam hal penyampaian
video dan poster terhadap pengetahuan dan
edukasi, pemutaran video, pengiriman
sikap anak dalam pencegahan penyakit diare
kembali video oleh peserta dan diskusi
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
selama

64
Pencegahan COVID-19 Melalui Pemberian Asuhan Keperawatan
Komunitas Daring
Mei Rianita Elfrida Sinaga

edukasi dilakukan dengan antusias, peserta Diana, F. M., Susanti, F., & Irfan, A. (2014).
dapat mengikuti setiap kegiatan. Peserta Pelaksanaan program perilaku hodup
pengabdian masyarakat ini yaitu ketua bersih dan sehat (PHBS) di SD Negeri
RW/RT, tokoh masyakarat, kader keshetaan 001 Tanjung Balai Karimun. Jurnal
dan mayarakat yang memiliki handphone dan Kesehatan Masyarakat, 8(1), 46–51.
aplikasi whatsapp. Effendi, F., & Makhfud. (2009).
Saran Keperawatan kesehatan komunitas:
Namun, dalam pelaksanaan kegiatan teori dan praktik dalam keperawatan.
ini ada beberapa kendala yang ditemui Jakarta: Salemba Medika.
pengabdi, diantaranya belum semua J, H., Oktavidiati, E., & Astuti, D. (2019).
masyarakat mengikuti grup whatsapp, materi Pengaruh pendidikan kesehatan media
yang diberikan tidak bisa langsung direspon video dan poster terhadap pengetahuan
oleh peserta dikarenakan gangguan sinyal, dan sikap anak dalam pencegahan
beberapa peserta mengerjakan kegiatan lain penyakit diare. Jurnal Kesmas
bersamaan dengan waktu pemaparan materi, Asclepius (JKA), 1(1), 75–85.
kurangnya fokus peserta pada materi yang Kunoli, F. J. (2012). Asuhan keperawatan
dipaparkan sehingga sulit untuk penyakit tropis. Jakarta: CV. Trans Info
menyelesaikan edukasi online sesuai dengan Media.
yang dijadwalkan, tetapi tujuan dan target Liu, L., Liu, Y. P., Wang, J., An, L. W., &
dapat dicapai. Pengabdi merekomendasikan Jiao, J. M. (2016). Use of a knowledge-
peran tokoh masyarakat sangat diperlukan attitude-behaviour education programme
dalam hal memberikan dukungan, for Chinese adults undergoing
bimbingan, motivasi, serta pengarahan pada maintenance haemodialysis:
masyarakat terkait penerapan PHBS Randomized controlled trial. Journal of
sebagai upaya pencegahan International Medical Research, 44(3),
penularan COVID-19 baik 557–568.
dilakukan secara daring maupun tatap muka. Mubarak, & Chayatin. (2011). Teori dan
Ucapan Terimakasih aplikasi ilmu kesehatan masyarakat.
Terimakasih pengabdi ucapkan Jakarta: EGC.
kepada Bapak Lurah Kelurahan Kotabaru, NN. (2020). Update data virus Corona.
Bapak Ketua RW 04 RT 18 Kotabaru DIY Retrieved August 13, 2020, from
beserta jajarannya serta masyarakat di RW 04 https://jogja.tribunnews.com/2020/04/15
RT 18 Ledok Code Kotabaru atas semua ijin, /update-data-virus-corona-rabu-15-april-
bantuan, peran aktif, dan kerjasamanya jakarta-terbanyak-di-yogyakarta-urutan-
sehingga kegiatan berjalan dengan lancar. ke-10-jatim-nomor-3
Terimakasih pula pengabdi ucapkan kepada Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bethesda dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Yakkum Yogyakarta atas kesempatan dan Olum, R., Chekwech, G., Wekha, G., Nassozi,
dukungan yang diberikan serta asisten yang D. R., & Bongomin, F. (2020).
ikut membantu kelancaran kegiatan ini. Coronavirus disease-2019: Knowledge,
attitude, and practices of health care
E. DAFTAR PUSTAKA workers at Makerere University
Akbar, M. A. (2019). Buku ajar konsep- Teaching Hospitals, Uganda. Frontiers
konsep dasar dalam keperawatan in Public Health, 8(April), 1–9.
komunitas (1st ed.). Deepublish Purnamasari, I., & Raharyani, A. E. (2020).
Publisher. Tingkat pengetahuan dan perilaku
Andriansyah, Y., & Rahmantari, D. N. masyarakat kabupaten Wonosobo
(2013). Penyuluhan Dan Praktik Phbs tentang COVID-19. Jurnal Ilmiah
( Perilaku Hidup Bersih. Inovasi Dan Kesehatan, 10(1), 33–42.
Kewirausahaan, 2(1), 45–50.

65
E -D EDUCAT IO NS -

PENG
IMABD IAN KEPA
A DA

MAS
S YARAKAT JURNAL PENGABDIAN
KEPADA MASYARAKAT VOLUME 12
NOMOR 01 MARET 2021

Rosidin, U., Rahayuwati, L., & Herawati, E. health nursing: population-centered


(2020). Perilaku dan peran tokoh health care in the community (9th
masyarakat dalam pencegahan dan Editio). Elsevier Inc.
penanggulangan pandemi COVID-19 di Sunaryo. (2014). Psikologi untuk
desa Jayaraga, Kabupaten Garut. keperawatan. Jakarta: EGC.
Indonesian Journal of Anthropology, World Health Organization. (2020).
5(1), 42. Coronavirus disease (COVID-19).
Sari, D. P., & Shilihah’Atiqoh, N. (2020). Retrieved from
Hubungan antara pengetahuan https://www.who.int/emergencies/diseas
masyarakat dengan kepatuhan es/novel-coronavirus-2019
penggunakan masker sebagai upaya Yusanti, W., Pambudi, H. A., & Raharjo, S.
pencegahan penyakit COVID-19 di B. (2019). Hubungan antara tingkat
Ngronggah. INFOKES Journal, 10(1), pengetahuan keluarga tentang
52–55. tuberkulosis paru dengan penggunaan
Stanhope, M., & Lancaster, J. (2016). Public masker medis. Caring, 3(1), 51–57.
66
PENYUSUNAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK CUSTOMER
EDUCATION PADA PASIEN DAN KELUARGA
PENDERITA PENYAKIT JANTUNG

Eko Susilo*, Imron Rosidi*

Dosen Stikes Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK
Angka kematian penderita sakit jantung di Indonesia atau secara nasional masih sangat tinggi. Penyakit
jantung menjadi salah satu penyebab kematian utama di Indonesia .Kebiasaan merokok, mengonsumsi
alkohol dan makanan berlemak, kurang berolahraga merupakan faktor risiko gangguan jantung, hal ini
sangat merugikan, tidak hanya medis, tetapi juga sosial-ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan suatu media informasi (Audiovisual) tentang pencegahan dan perawatan yang dapat
disampaikan pada keluarga dan penderita, sehingga dapat secara efektif meningkatkan pemahaman
keluarga dan penderita tentang pencegahan dan perawatan penyakit jantung.
Penelitian ini menggunakan metode action research. Tahap pertama Mengidentifikasi pengetahuan
penderita dan keluarga, Tahap kedua menyusun multimedia customer education pencegahan dan
perawatan pada penderita dan keluarga penyakit jantung tahap ketiga mengidentifikasi pengetahuan
penderita dan keluarga setelah melihat tayangan multimedia customer education tentang pencegahan dan
perawatan pada penyakit jantung.
Analisa pengetahuan responden setelah diberi materi tentang penyebab terjadinya penyakit Jantung dan
Hipertensi serta pencegahan dan penanganannyadengan Media Audio Visual tersebut didapat : 8
responden (28.50%) pengetahuannya sangat baik dan 20 responden (70.40%) dengan pengetahuan baik.
Dukungan terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat terkait beberapa penyakit, pencegahan dan
perawatannya sangatdibutuhkan saat ini. Oleh karena itu penggunaan Media informasi seperti Audio
Visual sangat membantu sekali dalam meningkatkan pengetahuan dengan cara belajar yang menarik dan
dapat digunakan setiap mereka membutuhkannya, sehingga akan terwujud sikap dan perilaku terhadap
kesehatan Jantung dengan baik.

Kata kunci : Media audiovisual, Customer education, penderita penyakit jantung

PENDAHULUAN sosial-ekonomi. Penyakit pada usia


Angka kematian penderita sakit produktif membuat keluarga kehilangan
jantung di Indonesia atau secara nasional pencari nafkah dan negara kehilangan
masih sangat tinggi. Penyakit jantung angkatan kerja. Membiasakan pola hidup
menjadi salah satu penyebab kematian sehat adalah cara terbaik mencegah
utama di Indonesia. Penyakit ini menimpa penyakit jantung. (Santoso dan Hanafiah,
penduduk berusia produktif. Berdasarkan 2013).
data Federasi Jantung Dunia, kematian Perilaku dalam hal ini adalah
akibat penyakit jantung 17,1 juta orang (19 perilaku pencegahan dan perawatan
persen total kematian) per tahun. Jumlah ini penyakit jantung sangat dipengaruhi oleh
empat kali jumlah penduduk Singapura. Di pengetahuan dan pemahaman masyarakat
Indonesia, berdasarkan catatan Yayasan terutama keluarga dan penderita, sehingga
Jantung Indonesia, prevalensinya 7-12 diperlukan suatu sarana atau media yang
persen per tahun. Artinya, minimal ada 16,8 menarik, informative, dan edukatif yang
juta penduduk mengidap penyakit jantung sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
dari 240 juta penduduk Indonesia. Dari masyarakat
jumlah itu, yang berusia produktif, 30-50 . Berdasarkan kondisi tersebut, maka
tahun, mencapai 50 persen. permasalahan yang akan diteliti adalah
Kebiasaan merokok, mengonsumsi bagaimana membuat suatu media informasi
alkohol dan makanan berlemak, kurang yang dapat disampaikan dengan menarik
berolahraga merupakan faktor risiko untuk meningkatkan pemahaman keluarga
gangguan jantung, hal ini sangat dan penderita tentang pencegahan dan
merugikan, tidak hanya medis, tetapi juga perawatan penyakit jantung, yang dapat

Penyusunan Media Audiovisual Untuk Customer Education Pada Pasien 7


dan Keluarga Penderita Penyakit Jantung
Eko Susilo, Imron Rosidi
disampaikan baik melalui institusi mendapatkan informasi yang mudah. Data
pendidikan (sekolah dan perguruan tinggi) yang diperoleh kemudian dianalisis
dan masyarakat. menggunakan descriptive analysis. Data
data tersebut diperoleh di tempat terpilih di
METODE wilayah kerja puskesmas Gunung Pati
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kaupaten Semarang. Dari data tersebut
wilayah kerja Puskesmas Gunungpati kemudian disusun model media Audio
Kotamadya Semarang. Dalam penelitian ini Visual tentang upaya pencegahan dan
digunakan metode action research melalui perawatan pada penderita gangguan pada
3 tahapan. Jntung sesusai dengan kebutuhan dan
Tahap 1 karakteristik responden.
 Mengidentifikasi pengetahuan penderita
dan keluarga penyakit jantung tentang Tahap Kedua
pencegahan dan perawatan pada Pada tahap ini peneliti melakukan analisa
penyakit jantung. terhadap kebutuhan awal dan karakteristik
 Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan responden, yang sselanjutnya akan
keluarga tentang multimedia customer dijadikan bahan dalam pembuatan Audio
education pencegahan dan perawatan Visual. Penggunaan literature yang relevan
pada penyakit jantung dan analisa perangkat lunak untuk
Tahap 2 menciptakan Audio Visual tersebut. Setelah
Menyusun multimedia customer education jadi media Audio Visual tadi lalu langkah
pencegahan dan perawatan pada penderita selanjutnya adalah uji coba dan
dan keluarga penyakit jantung penyempurnaan media.
Tahap 3
Mengidentifikasi pengetahuan penderita Tahap Ketiga
dan keluarga setelah melihat tayangan Pada tahap kedua ini peneliti melakukan
multimedia customer education tentang implementasi dari model Audio Visual
pencegahan dan perawatan pada penyakit yang telah dibuat yang berisikan tentang
jantung informasi Penyakit jantung yang sering
diderita masyarakat, upaya pencegahan dan
Tahap Pertama perawatannya. Langkah-langkah pada tahap
Tujuan yang ditetapkan pada tahap pertama ini meliputi; sosialisasi pada responden
ini adalah untuk menelaah kondisi yang penelitian, pemilihan tempat dan sarana
sesugguhnya pada masyarakat terkait penunjang, implementasi model Audio
kondisi utama yang disoroti adalah Tekanan visual, penjaringan questioner tentang
Darah dan masalah atau keluhan terkait pengetahuan. Kegiatan ini dilakukan
kesehatan Jantung. Pada kegiatan ini dengan partisipsi aktif dari peneliti dan
dilakukan beberapa wawancara tentang responden serta pendampingan.
kondisi dan kebutuhan masyarakt akan
media dan pengukuran Tekanan Darah. HASIL
Pada tahapan ini dilakukan beberapa kali Pada penelitian ini yang menjadi
pertemuan agar terkumpul data dan responden adalah berusia dewasa tua dan
informasi kebutuhan meningkatkan lansia sejumlah 28 responden di wilayah
Costumer Education dalam upaya upaya kerja Puskesmas Gunung Pati Kabupaten
terkait kesehatan Jantung. Semarang. Adapun karak teristik responden
Dalam mengumpulkan data primer pada yaitu sebanyak 10 orang berusia diatas 60
penelitian ini digunakan tehnik wawancara tahun da 18 orang dibawah 60 tahun. Hasil
dan dilengkapi dengan pemberian wawancara rata rata usia dibawah 60 tahun
Quesioner, agar ata data yang diperlukan masih bekerja aktif sebagai petani.
selain dari questioner dapat terjaring, Responden tersebut setelah dilakukan
seperti pengalaman mendapatkan informasi penjaringan data dan wawancara ternyata
dari media masa ataupun dari petugas sangat jarang mendapatkan informasi
kesehatan, motifasi dan keinginan untuk lengkap baik melalui media ataupun

8 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 3


petugas kesehatan, Kegiatan pada lansia informasi Association for Educational
terkait bidang kesehatan seperti Communication and Technology (AECT)
ketersediaan posyandu lansia diwilayah Task Force dalam Ardiansyah (2011).
tersebut juga belum ada, namun terkadang Heinich dkk dalam Ardiansyah (2011)
mereka menggunakan posyandu balita mengemukakan definisi medium sebagai
ketika ada keluhan kesehatan atau kalau sesuatu yang membawa informasi antara
sudah sakit baru mendatangi petugas sumber (source) dan penerima (receiver)
pelayanan kesehatan. Hal tersebut didukung informasi. Masih dari sudut pandang yang
dengan data hasil pemeriksaan ternyata 60 sama, Kemp dan Dayton dalam Ardiansyah
% dari mereka menderita Tekanan Darah (2011), mengemukakan bahwa peran media
Tinggi atau (Riwayat Hipertensi) dan tidak dalam proses komunikasi adalah sebagai
terkontrol.Oleh karena itu mereka sangat alat pengirim (transfer) yang
mengharapkan adanya media yang setiap mentransmisikan pesan dari pengirim
saat dapat mereka peroleh dan dapat (sander) kepada penerima pesan atau
disaksikan secara menarik dan berulang. informasi (receiver). Selain itu, Kemp dan
Hasil wawancara dan observasi beberapa Dayton juga mengemukakan klasifikasi
responden ternyata kebanyakan dalam jenis media sebagai berikut :
keluarganya sudah memiliki Televisi dan a. Media cetak
VCD sebagai media untuk memutar Audio b. Media yang dipamerkan (displayed
Visual (CD). media)
Pada tahap implementasi media c. Overhead transparancy
Audio Visual di masyarakat di wilayah d. Rekaman suara
kerja Puskesmas Gunung pati Kab. e. Slide suara dan film strip
Semarang dengan responden tersebut, f. Presentasi multi gambar
dengan susunan materi dalam Audio Visual g. Video dan film
sebagai berikut; pengertian, penyebab h. Pembelajaran berbasis komputer
munculnya penyakit jantung termasuk (computer based learning)
Hipertensi, tanda gejala, factor penyebab
dan cara perawatan serta pencegahan. Kemp dan Dayton dalam Ardiansyah
Ternyata hasil dari analisa pengetahuan (2011) mengemukakan beberapa faktor
responden setelah ditayangkan materi yang merupakan karakteristik dari media,
tersebut dengan Media Audio Visual antara lain:
didapat : 8 responden (28.50%) a. Kemampuan dalam menyajikan gambar
pengetahuannya sangat baik dan 20 (presentation)
responden (70.40%) dengan pengetahuan Melalui gambar para siswa dapat
baik. melihat dengan jelas sesuatu yang
sedang dibicarakan/didiskusikan di
PEMBAHASAN dalam kelas. Gambar dapat mengatasi
Dari hasil penelitian setelah kekurangan panca indra manusia.
responden terpapar dengan Media Audio b. Faktor ukuran (size); besar atau kecil
Visual yang diberikan oleh peneliti ternyata Ukuran dalam pembuatan media bisa
hasil dari analisa pengetahuan responden dibuat besar atau kecil yang disesuaikan
setelah ditayangkan materi tersebut dengan sesuai dengan kebutuhan supaya mudah
Media Audio Visual didapat : 8 responden dibaca oleh siswa.
(28.50%) pengetahuannya sangat baik dan c. Faktor warna (color)
20 responden (70.40%) dengan Agar media lebih menarik, salah satu
pengetahuan baik. upayanya adalah menggunakan warna
Penggunaan media mengarah pada yang bervariatif.
sesuatu yang mengantar/meneruskan d. Faktor keterkaitan antara gambar dan
informasi (pesan) antara sumber (pemberi suara
pesan) dan penerima pesan. Media adalah Dalam pembuatan media, bisa dibuat
segala bentuk dan saluran yang dapat dalam bentuk gambar saja, suara saja
digunakan dalam suatu proses penyajian atau gabungan antara gambar dan suara.

Penyusunan Media Audiovisual Untuk Custom


dan Keluarga P
E
Pengetahuan yang baik akan DAFTAR PUSTAKA
memeunculkan sikap yang baik pula.
Dengan pemahaman responden yang baik Ardiansyah, M. Ansrori, 2011, Landasan
maka segala perilaku terkait dengan upaya Teoritis Penggunaan Media Pembelajaran,
pencegahan dan tindakan perawatan serta http://www.asrori.com/2011/05/Landasan
pengobatan juga akan baik. Hal ini sesuai Teoritis Penggunaan Media.html diakses
dikemukakan oleh Azwar (2002) bahwa pada tanggal 10 Maret 2013.
pengetahuan merupakan suatu komponen
yang berisi kepercayaan seseorang Hurlock, E. B. (1996). Psikologi
mengenai apa yang benar bagi suatu objek. perkembangan suatu pendekatan sepanjang
Pemahaman juga diperoleh ,melalui rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga
pengetahuan yang merupakan hasil dari
tahu dan terjadi setelah seseorang Notoatmodjo, S. (2002). Metode Penelitian
melakukan penginderaan terhadap suatu Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
objek tertentu ( Notoatmodjo, 2005). Jelas
bahwa peran media sangatlah penting Nursalam. (2001). Metodelogi Riset
terhadap perubahan pengetahuan sikap dan Keperawatan. Jakarta : Intomedika.
perilaku, peran media dalam proses Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku
komunikasi adalah sebagai alat pengirim kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
(transfer) yang menstranmisikan pesan dari
pengirim (sender)kepada penerima pesan Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan
atau informasi (receiver). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :
Media Audio Visual adalah termasuk Pedoman skripsi, tesis dan instrumen
salah satu media pengajaran, media ini penelitian keperawatan. (edisi pertama).
dapat memproyeksikan gambar dan suara Jakarta : Salemba Medika
serta dibantu dengan munculnya huruf atau
tulisan yang menambah kejelasan Santoso dan Hanafiah. (2013). Pengidap
informasi, sehingga dalam hasil penelitian Jantung Usia Produktif Naik.
ini responden dan masyarakat secara umum http://health.kompas.com/read/2013/03/16/
sangat membutuhkan dalam menambah 06305643/Pengidap.Jantung.Usia.Produktif
pengetahuan yang akhirnya akan .Naik diakses 26 November 2013
memunculkan sikap dan perilaku yang
menunjang kesehatan terutama masalah Sugiyono. (2003). Statistika Untuk
penyakit jantung dan Hipertensi, karena Penelitian. Bandung : Alfabeta
lebih mudah dipamahi dan menarik serta
dapat diulang ulang setiap saat mereka Teguh. (2004). Cara Mudah Melakukan
membutuhkannya tanpa harus selalu Analisa Statistik dengan SPSS. Edisi
mengundang petugas kesehatan. pertama. Yogyakarta: Gava Media

10 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 3


Jurnal Keperawatan BSI, Vol. V No. 2 September
2017

Persepsi Perawat Terhadap Pelaksanaan


Komunikasi Efektif di IRJ
Al–Islam Bandung
Mutiara Syagitta1, Aat Sriati2, Nita Fitria3
1
Universitas Padjadjaran, mutmut493@gmail.com
2
Universitas Padjadjaran, aat.sriati@gmail.com
3
Universitas Padjadjaran, nita_fitria2001@yahoo.com

ABSTRAK
Komunikasi efektif merupakan sebuah proses yang sangat penting dalam menunjang
keberhasilan asuhan keperawatan. Kunci dari terciptanya hubungan yang baik antara
perawat dan klien adalah kemampuan perawat dalam berkomunikasi. Perawat yang
memiliki kemampuan dan keterampilan yang baik dalam berkomunikasi akan mudah
menumbuhkan kepercayaan klien, sehingga klien bisa lebih terbuka untuk berbicara
mengenai masalah yang berhubungan dengan penyakitnya. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendapatkan gambaran secara mendalam tentang pelaksanaan komunikasi
efektif antara perawat dan klien di Instalasi Rawat Jalan Al Islam Bandung. Metode
penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif. Informan dalam penelitian ini
adalah perawat di Instalasi Rawat. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling dengan jumlah informan 9 orang perawat. Pengumpulan data dilakukan pada
tanggal 10 desember 2016. Penelitian ini menggunakan metode FGD (Focus Group
Discussion) dengan teknik analisa data menggunakan analisis sistematik (systematic
analysis). Hasil penelitian ini didapatkan 3 tema utama mengenai persepsi perawat
terhadap pelaksanaan komunikasi efektif. Tema pertama adalah pelaksanaan komunikasi
efektif di instalasi rawat jalan berjalan baik, masih adanya hambatan yang dirasakan
perawat ketika melakukan komunikasi efektif, dan pola komunikasi perawat-klien
mempengaruhi tingkat kepuasan klien terhadap pelayanan. Saran dari penelitian ini
adalah diharapkan agar perawat lebih meningkatkan keterampilan komunikasi
efektifdalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan. Selain hal itu disarankan juga bagi
RS Al Islam untuk membuat Standard Operational procedure (SOP) mengenai
komunikasi dengan klien yang dapat menunjang kelancaran pemberian asuhan
keperawatan.

Kata Kunci: Instalasi Rawat Jalan, RS Al Islam, Komunikasi efektif, Perawat-Klien.

ABSTRACT
Effective communication is a crucial process in supporting the success of nursing care.
The key into the good relations between the nurse and client is the ability of nurses to
communicate. Nurses who have the ability and good skills in communication will easily
build the trust of clients, so that the clients can be more open to talking about the
problems associated with they disease.The purpose of this research is to get in depth
overview of the implementation of effective communication between nurses and client in
outpatient installation Al Islam Hospital Bandung. The research method used is
descriptive explorative, while sampling technique used is purpossive sampling with the
number of informants nine nurses. Data collection was conducted on December 10 th
2016. FGD (Focus Group Discussion) method used in this research with data analysis
techniques using a systematic analysis.The result of this research shows the three main
themes of the nurses perception of the implementation of effective communication. First
theme is the implementation of effective communication has been running well, the nurses
still perceived barriers when implementating effective communication, and nurse-client

ISSN: 2338-7246, e-ISSN: 2528-2239 140


http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
communication patterns influence the level of client satisfaction with services. Suggestion
of this study is expected to nurse more effectively improve their communication skills in
order to improve the quality of service. Otherwise it is also advisable for Al Islam
Hospital to make Standar Operational Procedure regarding communication with clients
to support the provision of nursing care.

Keywords: Effective communication, Al Islam Hospital Bandung, Nurses-client,


Outpatient installation.

Naskah diterima : 15 Juli 2017, Naskah dipublikasikan : 15 September 2017

PENDAHULUAN
Rumah Sakit Al Islam adalah salah satu berdampak terhadap ketidakpuasan klien
klinik utama di kota Bandung yang saat terhadap pelayanan keperawatan di RS Al
ini sedang beranjak menuju Rumah Sakit Islam, yang tentu saja akan berdampak
Ibu dan Anak. Jumlah kunjungan klien ke terhadap penurunan kepercayaan dan
pelayanan rawat Jalan sepanjang tahun loyalitas klien sehingga bisa berdampak
2015 adalah 43596 klien, angka ini terhadap penurunan angka kunjungan.
meningkat dari tahun sebelumnya yang Hasil penelitian yang dilakukan oleh
berjumlah 38929 klien. Seiring dengan Hanafi & Richard (2012) dengan desain
kepercayaan yang semakin meningkat, penelitian Cross Sectional dilaporkan
kualitas pelayananpun harus terus adanya pengaruh komunikasi
ditingkatkan begitu juga dengan interpersonal terhadap tingkat kepuasan
pelayanan di Instalasi Rawat jalan. klien dengan (p= 0,000) sehingga dapat
Instalasi rawat jalan sebagai pintu masuk disimpulkan keterampilan komunikasi
pertama dalam sebuah Rumah sakit interpersonal perawat yang tinggi pasien
memiliki andil yang besar dalam akan memberikan kepuasan pada pasien.
menentukan kualitas Rumah Sakit Hasil tersebut juga didukung oleh
tersebut. Apabila kesan pertama penelitian Indriyanti (2012) yang
mengecewakan klien dan klien menjadi menggunakan uji spearman dilaporkan
tidak puas, besar kemungkinan klien akan adanya hubungan antara komunikasi
mencari fasilitas pelayanan kesehatan lain perawat dengan tingkat kepuasan tentang
dan akan berdampak terhadap penurunan pelayanan kesehatan.
angka kunjungan. Dari ke 13 surat yang Salah satu yang menjadi aspek penting
masuk untuk perawat di Instalasi Rawat dan mendasar dalam peningkatan mutu
Jalan, sikap kurang ramah dari perawat pelayanan adalah komunikasi efektif
paling banyak dikeluhkan oleh klien perawat yang tepat waktu, akurat,
sehingga menjadi perhatian peneliti. lengkap, jelas dan dipahami oleh
Faktor pelayanan administrasi, akses penerima pesan. Keluhan dan
lokasi, tarif dan fasilitas, dan faktor tenaga berkomunikasi dengan efektif sangat
medis merupakan faktor yang penting dalam proses terjalinnya suatu
mempengaruhi pelayanan di rawat jalan. hubungan (Pohan,2007). Dimensi
Perawat merupakan tenaga medis yang hubungan antar manusia yang kurang baik
mempengaruhi kualitas pelayanan di dapat mengurangi kadar dimensi
rumah sakit, karena pada hakekatnya efektivitas dan dimensi kompetensi teknis
pasien mencari pelayanan rawat jalan dari layanan kesehatan yang
untuk mendapatkan konsultasi/pendapat diselenggarakan.
dari petugas medis mengenai masalah Komunikasi efektif merupakan dasar bagi
kesehatannya yang disertai dengan terciptanya hubungan interpersonal antara
tindakan pengobatan maupun tidak. perawat dan klien yang menjadi metode
(Sumarno & Agustiono, 2012). utama dalam mengimplementasikan
Tidak efektifnya komunikasi yang terjalin proses keperawatan (Watson,2008). Seni
antara perawat dan klien tentu akan dalam keperawatan adalah kemampuan
untuk peduli kepada klien dengan fokus Penelitian tentang komunikasi verbal dan
pada komunikasi untuk memahami respon nonverbal diantaranya penelitian
emosional terhadap pengalamannya Purwanto, Anggraeni & Heni (2014) yang
menjadi klien (Betcher, 2010). menggunakan pendekatan cross sectional
Berdasarkan fenomena diatas, maka terdapat hubungan antara komunikasi
tujuan penelitian ini adalah untuk verbal dengan komunikasi non verbal
mendapatkan gambaran secara mendalam dengan kepuasan pasien sebesar ( r =
tentang pelaksanaan komunikasi efektif 0,705, p = 0,000 ), dari level of significant
antara perawat dan klien di Instalasi 5 % (0,000 < 0,05), maka dapat
Rawat Jalan RS Al Islam Bandung disimpulkan bahwa komunikasi verbal
dan komunikasi non verbal mempunyai
KAJIAN LITERATUR hubungan yang signifikan dengan
Komunikasi efektif terjadi apabila dalam kepuasan pasien. Adapun hasil
komunikasi menghasilkan persamaan penelitian Gunawan, Hidayah,
persepsi sehingga tidak menimbulkan Yulisetyaningrum (2015) menyatakan
multi tafsir dan multi interpretasi dari bahwa ada hubungan komunikasi verbal
pihak-pihak yang terlibat dalam proses dan non verbal yang dilakukan perawat
komunikasi (Nasir, Muhith, Sajidin, dengan tingkat kecemasan keluarga pasien
Mubarak, 2009). Komunikasi yang dirawat di Instalasi Perawatan
efektif didefinisikan sebagai proses dua Intensif .
arah pengiriman pesan dengan tepat dan Efektifitas komunikasi antarpribadi jika
benar yang dapat diterima dan dipahami dijelaskan dari prespektif The 5 inevitable
oleh orang lain (Onong Uchana Effendy, of laws of effective communication atau
2011). Komunikasi efektif adalah lima hukum komunikasi efekttif meliputi
penciptaan makna dalam komunikasi lima aspek yang disingkat REACH yang
antara klien dan petugas kesehatan (Tubbs meliputi Respect, Empathy, Audible,
& Moss, 2000). Clarity, dan Humble. Hal ini relevan
Dari pernyataan tersebut peneliti dengan prinsip komunikasi antar pribadi
menyimpulkan bahwa komunikasi efektif yakni sebagai upaya meraih perhatian,
adalah penciptaan makna dalam pengakuan, cinta kasih, maupun
komunikasi sebagai suatu proses dua arah penghargaan terhadap diri dari lingkungan
pengiriman pesan antara pembicara dan sosial.
pendengar yang didalamnya terdapat Penelitian yang dilakukan oleh Sheldon et
interaksi saling bertukar informasi dengan al (2006) yang menggunakan pendekatan
hasil apa yang diucapkan oleh pembicara Grounded Theory dengan tehnik Focus
dan didengar oleh pendengar adalah sama. Group Discussion terhadap 30 orang
Komunikasi efektif mencakup bentuk partisipan perawat yang masing-masing
komunikasi verbal dan komunikasi non dibagi kedalam 6 sesi. Hasil penelitian
verbal (Hardjana,2003). Komunikasi menunjukkan adanya pandangan perawat
verbal efektif mempunyai karakteristik yang mengalami kesulitan dalam
jelas dan ringkas. Perbendaharaan katanya berkomunikasi dengan klien dan
mudah dimengerti, mempunyai arti menemukan emosi negatif klien dan
denotatif dan konotatif, intonasi mampu perawat sebagai faktor merugikan dalam
mempengaruhi isi pesan, kecepatan bicara kesuksesan berkomunikasi.
yang memiliki tempo dan jeda yang tepat, Penelitian Tay et al (2011) menunjukkan
serta ada unsur humor. Komunikasi faktor –faktor yang mempengaruhi
nonverbal dapat disampaikan melalui komunikasi efektif adalah perawat, klien
beberapa cara yaitu penampilan fisik, dan lingkungan. Faktor psikologis, faktor
sikap tubuh dan cara berjalan, ekspresi sosial seperti usia, jenis kelamin, latar
wajah, dan sentuhan. Kesesuaian antara belakang budaya baik itu etnis maupun
komunikasi verbal dan nonverbal tentu bahasa, tingkatan kelas sosial, dan peran
akan berpengaruh terhadap kualitas isi sosial berpengaruh dalam sebuah
pesan yang disampaikan. komunikasi (Suryani, 2014).
Karakteristik pasien adalah ciri khas yang komunikasi efektif, dan pola komunikasi
dimiliki setiap pasien yang perawat-klien mempengaruhi tingkat
membedakannya dengan pasien lain yang kepuasan klien terhadap pelayanan.
terdiri atas jenis kelamin, umur, Tema pertama terbagi menjadi 9 sub tema,
pekerjaan, penghasilan dan status diantaranya : membina hubungan saling
ekonomi, pendidikan, dan sumber biaya percaya, professional dalam
pengobatan (Kusumapraja et al, 2013). berkomunikasi dengan klien, peka
Klien yang berkunjung ke Poliklinik terhadap respon klien, empati dalam
Umum, bisa terdiri dari anak-anak sampai berkomunikasi, bekali dengan ilmu dalam
dengan dewasa dengan bermacam – berkomunikasi, keramahtamahan dalam
macam jenis penyakit, sehingga berkomunikasi, 5 S (senyum, salam, sapa,
komunikasi efektif perawat yang tepat sopan, santun) dalam berkomunikasi
waktu, akurat, lengkap, jelas dan dengan klien, kesabaran dalam
dipahami oleh penerima pesan di Istalasi berkomunikasi, tehnik komunikasi non-
Rawat Jalan menjadi aspek penting dan verbal sentuhan diperlukan dalam
mendasar dalam peningkatan mutu melakukan komunikasi.
pelayanan. Membina hubungan saling percaya
adalah hal yang harus bisa dilakukan oleh
METODE PENELITIAN perawat .
Penelitian ini merupakan penelitian Salah satu dampak dari hambatan dalam
deskriptif eksploratif. Sampel pada berkomunikasi dengan klien adalah
penelitian ini adalah perawat yang bekerja ketidakpuasan klien terhadap pelayanan
di Instalasi Rawat Jalan. Metode yang diberikan. Beberapa informan
pengumpulan data dengan tehnik FGD mengatakan bahwa klien yang merasa
(Focus Group Discussion) dengan tidak puas terhadap komunikasi yang
menggunakan wawancara semi terstruktur dilakukan perawat bisa menyebabkan
kepada 9 orang perawat. Instrument / alat klien marah dan komplain baik itu
pengumpul data yang digunakan dalam diungkapkan secara langsung ataupun
penelitian ini yaitu : pedoman wawancara, dituliskan di kotak saran.
pedoman observasi, alat perekam gambar Komunikasi merupakan peristiwa multi
(handycam), dan alat perekam suara dimensi, multi faktorial, proses yang
(Digital Voice Recorder). Analisa data dinamis, kompleks, dan berkaitan erat
dilakukan dengan pendekatan Krueger. dengan lingkungan yang menjadi tempat
Proses analisis dan penyajian hasil harus dari setiap individu tersebut berbagi
menggunakan analisis sistematik pengalaman (Norouzinia et al, 2016).
(systematic analysis), prosedur yang dapat Dalam berbagai literatur, yang menjadi
dibuktikan (verifiable procedures) dan syarat atau hukum dari komunikasi efektif
penyajian hasil yang tepat (appropriate umumnya terdiri dari respect, empathy,
reporting) Krueger (2000). Hal – hal audible, clarity, dan humbleatau yang
penting yang harus diperhatikan dalam biasa disebut dengan The five inevitable
melakukan analisis data FGD adalah kata, laws of effective communication yang
konsistensi internal, frekuensi atau disingkat REACH (Suryadi,2011). Kelima
penekanan, intensitas, hal-hal spesifik, syarat tersebut merupakan indikator
dan menemukan ide utama. penting bagi terciptanya komunikasi yang
efektif, sehingga memungkinkan klien
PEMBAHASAN untuk dapat bekerjasama dengan petugas
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 kesehatan, meningkatkan ststus fungsional
desember 2016. Dari data informan yang dan psikologikal klien, dan meningkatkan
sudah dikumpulkan, didapatkan 3 tema kepuasan klien.
utama yaitu pelaksanaan komunikasi Berdasarkan hasil penelitian, dalam
efektif di instalasi rawat jalan berjalan melaksanakan komunikasi efektif dengan
baik, masih adanya hambatan yang klien perawat harus memiliki kemapuan
dirasakan perawat ketika melakukan yang dapat menunjang sehingga
komunikasi bisa berjalan efektif. Hal penelitian ini menyatakan bahwa sentuhan
tersebut terbagi dalam 9 sub tema yang merupakan bentuk komunikasi non verbal
sudah dirumuskan oleh peneliti. Salah yang penting dalam menjalin hubungan
satu yang menjadi topik paling dibahas dengan klien sehingga bisa menjadi lebih
oleh informan adalah bina trust atau akrab. Sentuhan dapat menimbulkan arti
membina hubungan saling percaya dengan yang lebih bermakna sehingga klien
klien. merasa puas dengan pelayanan yang
Sebagai seorang perawat kita dituntut diberikan.
untuk selalu dapat bersikap profesional Keterampilan yang baik dalam
saat bertugas. Ada empat nilai berkomunikasi perlu dipelajari,
professional penting menurut Watson, dipraktekkan dan disempurnakan oleh
2008 yaitu (1) komitmen yang tinggi semua perawat sehingga mereka dapat
untuk melayani, (2) penghargaan atas berkomunikasi dengan jelas, singkat dan
harkat dan martabat klien/pasien, (3) tepat dalam lingkungan yang serba cepat
komitmen terhadap pendidikan, dan (4) dan situasi yang tidak terprediksi,oleh
otonomi. Salah satu contoh karena itu diperlukan alat penunjang untuk
profesionalisme yang ditunjukkan adalah menjamin kelancaran proses komunikasi
saat menghadapi klien walaupun keadaan tersebut. Standard
emosi perawat sedang kesal, lelah atau Operational Procedure (SOP) mengenai
sedih perawat harus tetap memiliki cara melakukan komunikasi dengan klien
komitmen tinggi untuk melayani dan belum ada di RS Al Islam Bandung,
memberikan yang terbaik. Hasil penelitian padahal SOP juga merupakan komponen
menyebutkan bahwa 7 orang informan yang penting dalam menunjang
menyatakan bahwa mereka seringkali komunikasi yang efektif antara perawat-
menghadapi konflik emosional saat klien.
bertugas, namun demikian sebagai Hasil penelitian menyebutkan bahwa 9
seorang perawat profrsional hal tersebut orang informan yang mengikuti diskusi
harus dipisahkan antara pekerjaan dan mengalami hambatan dalam melakukan
masalah emosi. Perawat harus bisa komunikasi efektif karena waktu yang
meredam emosi dan mengesampingkan terbatas. Beberapa informan menyebutkan
urusan pribadi saat bekerja. bahwa masalah yang digali tidak bisa
Hal lain yang tidak kalah penting yang optimal karena waktu yang sebentar dan
harus dimiliki oleh perawat dalam seringkali perawat menjadi buru-buru
melakukan komunikasi adalah sikap dalam memberikan informasi kepada
empati. Empati merupakan sikap dan klien. Selain itu klien juga seringkali
perilaku perawat untuk mau menjadi marah hingga akhirnya complain
memperhatikan pasien (Kusminarti, karena perawat terlalu lama berdiskusi
2013). Tiga dari sembilan informan yang dengan klien lainnya. Tentu saja hal
mengikuti diskusi menyatakan bahwa tersebut akan berdampak kepada
dalam melakukan komunikasi dengan ketidakpuasan klien terhadap pelayanan
klien perawat harus memiliki sikap empati yang diberikan.
sehingga dapat terbina hubungan saling Beberapa informan juga menyatakan
percaya antara perawat dan klien. karena waktu yang terbatas terkadang
Bentuk komunikasi bisa berupa penyampaian informasi pun menjadi
komunikasi verbal dan non verbal. terburu-buru sehingga isi dari pesan yang
Sentuhan merupakan bentuk komunikasi disampaikan perawat menjadi kurang
non verbal yang penting pada situasi jelas.
emosional, meskipun begitu, sangat perlu Hal tersebut diatas tentu tidak sesuai
bagi perawat untuk memahami siapa, dengan salah satu hukum komunikasi
kapan dan mengapa sentuhan dilakukan efektif yang disampaikan oleh Suranto
dikarenakan komunikasi non verbal ini (2011). Clarity memiliki makna bahwa
mempunyai efek yang berlainan pada pesan yang disampaikan harus jelas dan
setiap individu. 4 orang informan dalam tidak menimbulkan multi interpretasi atau
berbagai tafsir yang beralainan, karena komunikasi efektif. Tema keempat yang
ketidakjelasan dari isi pesan yang diidentifikasi oleh peneliti adalah pola
disampaikan perawat dapat berdampak komunikasi klien – perawat
pada kesalahfahaman yang dapat mempengaruhi tingkat kepuasan klien
menurunkan kepuasan klien dan terhadap pelayanan.
menurunkan kualitas dari penyedia Saran bagi Institusi Rumah Sakit dan
pelayanan kesehatan. Perawat diharapkan agar perawat lebih
Faktor budaya, bahasa dan kesabaran meningkatkan keterampilan mengenai
diperlukan ketika berkomunikasi dengan komunikasi efektif, dalam rangka
klien yang sudah lanjut usia. Penelitian meningkatkan kualitas pelayanan. Selain
yang dilakukan oleh Callinan & Brandt hal itu disarankan juga bagi pihak Klinik
(2015) menyebutkan bahwa hambatan Utama untuk membuat SOP mengenai
perawat dalam berkomunikasi dengan komunikasi dengan klien yang dapat
orang lanjut usia dikarenakan adanya menunjang kelancaran pemberian asuhan
gangguan kognitif, oleh karena itu keperawatan.
dibutuhkan teknik berkomunikasi yang
sesuai dengan keadaan mereka seperti REFERENSI
menggunakan bahasa yang sederhana dan Betcher, DK. (2010). Elephant in the
berbicara dengan perlahan-lahan. Room Project: Improving Caring
Tingkat kepuasan atas pelayanan tindakan Efficacy through Effective and
keperawatan yang diberikan oleh seorang Compassionate Communication
perawat terhadap klien dapat terlihat dari with Palliative Care Patients.
cara perawat melakukan komunikasi MEDSURG Nursing Vol. 19/No. 2
dengan klien.
Hasil penelitian Hanafi & Richard (2012) Callinan & Brandt. (2015). Tackling
ada pengaruh komunikasi interpersonal Communication Barriers Between
perawat terhadap tingkat kepuasan pasien. Long-Term Care Facility and
Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap Emergency Department Transfers
penurunan angka kunjungan di RS Al to Improve Medication Safety in
Islam padahal pihak penyedia pelayanan Older Adults. J Gerontol Nurs.
perlu mempertahankan dan meningkatkan 2015 Jul;41(7):8-13.
kunjungan pasien dengan menampilkan doi:
dan memberikan pelayanan kesehatan 10.3928/00989134-20150616-04.
yang berkualitas.
Gunawan, et al (2015). Hubungan
PENUTUP Komunikasi Terapeutik Verbal
Penelitian ini telah dilakukan pada 9 dan Non Verbal Perawat Dengan
orang informan yaitu perawat yang Tingkat Kecemasan Keluarga
bekerja di Instalasi rawat jalan. Penelitian Pasien Di Instalasi Perawatan
untuk mengetahui persepsi perawat Intensif Rumah Sakit Umum
terhadap komunikasi efektif di Instalasi Daerah Kabupaten Kudus. Jurnal
Rawat Jalan Klinik Utama Al Islam Vol.6/No 2
Bandung. Kesimpulan dari
penelitian ini adalah terdapat 3 tema Hanafi, I., & Richard, SD. (2012).
utama yaitu pelaksanaan komunikasi Keterampilan Komunikasi
efektif di instalasi rawat jalan berjalan Interpersonal Perawat
baik, masih adanya hambatan yang Berpengaruh Peningkatan
dirasakan perawat ketika melakukan Kepuasan Pasien. Jurnal STIKES
komunikasi efektif, pola komunikasi Vol. 5/No. 2.
perawat-klien mempengaruhi tingkat
kepuasan klien terhadap pelayanan. Tema Hardjana, A. (2003). Komunikasi
ketiga adalah adanya hambatan yang Intrapersonal & Komunikasi
dirasakan perawat ketika melakukan Interpersonal, (Yogyakarta:
Kanisius, h. 22
Indriyanti, D D. (2012). Hubungan Pohan, Imbalo S. (2007). Jaminan Mutu
komunikasi perawat dengan Layanan Kesehatan. Jakarta:
tingkat kepuasan tentang Penerbit Buku
pelayanan kesehatan pada pasien
tuberculosis paru di puskesmas Purwanto, D,. Anggraeni, T,. Heni S, SS.
Sukodono Sidoarjo. Medica (2014). Hubungan komunikasi
Majapahit. Vol 4. No. 1 verbal dan nonverbal perawat
dengan tingkat kepuasan pasien di
J Meolong, Lexy. (2013). Metodologi Instalasi Rawat Inap RSUD
Penelitian Kualitatif. Bandung : Kabupaten Sragen. Jurnal Ilmu
PT Remaja Rosda karya Offset Keperawatan Indonesia Vol. 7,
No. 2
Krueger, N. F. Reilly, M. D. Carsrud, A.
L. (2000). Competing models of Sheldon, L.K., Barret, R&Ellington, L.
Entrepreneurial Intentions. (2006). Difficult Communication
Journal of Business Venturing, In Nursing. Journal Of Nursing
411– 432. Scholarship, 38 (2), 141-147.
Kusminarti, R. (2013). Persepsi Tentang Suranto AW. (2011). Komunikasi
Profesionalisme, Komunikasi, Interpersonal. Yogyakarta: Graha
Motivasi kerja, lingkungan Kerja Ilmu.
Dan Kinerja Perawat. Daya Saing
Jurnal Ekonomi Manajemen Suryadi,E. (2011). Modul Kewirausahaan.
Sumber Daya Vol. 14, No. 2
Suryani. (2014). Komunikasi Terapeutik :
Kusumapraja, R., Suandewi, NPA., & Teori & Praktik, Ed. 2. Jakarta:
Germas, A. (2013). Analisis Penerbit Buku Kedokteran EGC.
hubungan antara kualitas
pelayanan dengan karakteristik Sumarno & Agustiono, B. (2012).
pasien dan hambatan pindah Analisis Pengaruh Kualitas
dengan loyalitas pasien Rawat Pelayanan Jasa Terhadap
Jalan RSUD Cibinong. Forum Kepuasan Dan Loyalitas Pasien
Ilmiah Volume 10 Nomor 1 Rawat Inap diRumah Sakit ST.
Elisabeth
Nasir, Muhith, Sajidin & Mubarak. Semarang.jurnal.online.www.kop
(2009). Komunikasi dalam ertis6.or.idv
keperawatan: teori dan aplikasi,
Jakarta: Salemba Medika Tay, LH., Ang, E., & Hegney, D. (2011).
Nurses’ perceptions of the barriers
Norouzinia, R., Aghabarari, M., Shiri, M., effective communication with
Kaiimi, M., & Samami, E. (2016). inpatient cancer adults in
Communication Barriers Singapore. Journal Of Clinical
Perceived by Nurses and Patients. Nursing, 21, 2647–2658.
Global Journal of Health Science;
Vol. 8, No. 6; 2016 ISSN 1916- L. Tubbs, Stewart & Sylvia Moss. (2000).
9736 E-ISSN 1916-9744 Human Communication, Remaja
Published by Canadian Center of Rosda Karya, Bandung, 2000
Science and Education
Watson, J. (2007). Theory of Human
Onong Uchana Effendy. (2011). Caring, Danish Clinical Nursing.
Komunikasi Teori dan Praktek. Journal.Availablefromwww.uchsc
Rosda Karya : Bandung. .edu/nursing/caring. Diakses pada
tanggal 5 januari 2011.
Watson, J. (2008). Assesing and Indonesia. Saat ini penulis
Meansuring Caring in Nursing sedang
and Health Sciences. Available
from: http//books.google.co.id/.
Diakses pada tanggal 5 januari
2011.

BIODATA PENULIS
Mutiara Syagitta adalah Alumnus S1
Keperawatan Fakultas Keperawatan
Universitas Padjadjaran yang sedang
mengikuti program profesi (Ners) tahun
ajaran 2016-2017.
Aat Sriati, S.Kp., M.Si., CH., CHt., lahir di
Kuningan, 8 Oktober 1970. Menyelesaikan
pendidikan Sarjana Keperawatan di
Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia
tahun 1994 dan melanjutkan studi di
Program Pascasarjana Unpad dengan
peminatan Psikologi
Perkembangan dan lulus 2008. Penulis
menjadi staf pengajar di Fakultas
Keperawatan Unpad sejak 1996 pada
Bagian Keperawatan Jiwa dan saat ini
penulis menjabat sebagai Kepala
Departemen Keperawatan, jiwa serta telah
beberapa kali diundang untuk menjadi
pembicara/pemakalah untuk keilmuan
keperawatan Jiwa. Prestasi lain yang
dimiliki oleh penulis adalah mendapatkan
Certifiet hypnotis & Hypnotherapy from
IBH, Certifiet NLP dari NFNLP USA,
Certifiet EFT dari Indonesia, dan Certifiet
Quntum Thouch dari Indonesia.
Nita Fitria, S.Kp., M.Kes., lahir di
Bandung, 13 Oktober 1975.
Menyelesaikan pendidikan S-1
Keperawatan di Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Unpad
pada tahun 1999 dan merampungkan
pendidikan Magister Kesehatannya di
Program Studi Ilmu Kedokteran Dasar,
Ilmu Fisiologi dan Kesehatan Olahraga,
Unpad pada tahun 2005. Penulis
mengawali kariernya sebagai staf pengajar
di Akper Pemda Kabupaten Sumedang
dan beberapa institusi keperawatan sejak
tahun 2000 hingga 2007. Kini, Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas
Padjadjaran telah menjadi tempatnya
berbagi ilmu dengan para calon perawat
mengikuti pendidikan program Doktor di
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU LANSIA
DALAM PENGENDALIAN HIPERTENSI

Lily Herlinah, Wiwin Wiarsih, Etty Rekawati

D III Keperawatan FIK Univ. Muhammadiyah Jakarta dan Universitas Indonesia


Email : herlinahlily@yahoo.co.id : 081315394032

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku lansia dalam
pengendalian hipertensi di Wilayah Kecamatan Koja Jakarta Utara. Metode penelitian menggunakan
cross sectional, dengan jumlah sampel 99 responden. Pengambilan sampel dengan teknik multi stage
random sampling. Sampel pada penelitian ini adalah lansia dengan usia 60 tahun ke atas, didiagnosis
hipertensi TD ≥ 140/90 mmHg, lansia tinggal bersama keluarga, berkomunikasi verbal dengan baik,
bersedia menjadi responden. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan
ada hubungan antara dukungan emosional, dukungan penghargaan, informasi, dan instrumental dengan
perilaku lansia dalam pengendalian hipertensi dengan nilai (p<0,05). Analisis lebih lanjut menunjukan
bahwa dukungan informasi merupakan faktor yang dominan terhadap perilaku lansia dalam pengendalian
hipertensi. Dukungan keluarga sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan lansia.

Kata kunci: Keluarga, lansia, dukungan, hipertensi

108 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 2, November 2013; 108-115


Pendahuluan Utara tahun 2009 menyatakan penyakit
Salah satu hasil dari pembangunan hipertensi pada lansia merupakan urutan ke
Kesehatan memberikan dampak pada tiga dari sepuluh penyakit terbanyak
peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH). dengan persentase 6.9 %. Pada tahun 2010,
Peningkatan usia harapan hidup berdampak hipertensi menjadi urutan ke dua dengan
terhadap peningkatan jumlah lansia yaitu persentase 9.7%.
usia 60 tahun ke atas (Depkes RI, 2003). Berdasarkan wawancara dengan 20
Pada tahun 2006 terdapat 19 juta jiwa lansia lansia dengan hipertensi pada tanggal 15
dengan usia harapan hidup 66.2 tahun, pada Januari 2011 di wilayah Jakarta Utara
tahun 2009 terdapat 19.32 juta jiwa (8.37 % khususnya di Kelurahan Tugu Utara
dari total penduduk). Diperkirakan pada Kecamatan Koja bahwa semua lansia
tahun 2020 jumlah lansia mencapai 29 juta tersebut tinggal bersama keluarga inti.
jiwa dengan usia harapan hidup mencapai Lansia mengatakan merasa kesal dan
71.1 tahun (Depsos RI, 2009). Biro Pusat kurang diperhatikan keluarga. Hasil
Statistik (BPS) (2010), melaporkan lanjut wawancara dengan keluarga lansia dengan
usia di DKI pada tahun 2009 berjumlah hipertensi menyatakan bahwa mereka sudah
693.465 jiwa (7.0% dari total penduduk). berusaha memperhatikan lansia dengan cara
Di Jakarta Utara pada tahun 2010 jumlah mengingatkan aturan makanan yang
lanjut usia presentasinya 297.749 jiwa berisiko terjadi hipertensi seperti
(24.7% dari total penduduk). Sedangkan menyiapkan makanan rendah lemak dan
jumlah lanjut usia di Kecamatan Koja pada mengurangi garam, tetapi lansia berupaya
tahun 2010 yaitu 52.909 jiwa (22.7% dari untuk mendapatkan makanan yang
total penduduk) (BPS, 2010 disukainya dengan membeli di warung atau
Lanjut usia akan mengalami penurunan rumah makan, dengan alasan makan tidak
fungsi tubuh akibat perubahan fisik, terasa bila harus mengikuti diit rendah
psikososial, kultural, spiritual. Perubahan garam dan lemak.
fisik akan mempengaruhi berbagai sistem
tubuh salah satunya adalah sistem Metode
kardiovaskuler. Masalah kesehatan akibat Desain yang digunakan dalam
dari proses penuaan dan sering terjadi pada penelitian ini adalah deskriptif korelasi
sistem kardiovaskuler yang merupakan dengan menggunakan pendekatan cross
proses degeneratif, diantaranya yaitu sectional study .Penelitian ini menggunakan
penyakit hipertensi. Penyakit hipertensi alat ukur berupa kuesioner. Penelitian ini
pada lansia merupakan suatu keadaan dilakukan untuk mengetahui hubungan
yang ditandai dengan hipertensi sistolik antara dukungan keluarga yang meliputi
diatas 140 mmHg dan diastoliknya menetap dukungan emosional, penghargaan,
atau kurang dari 90 mmHg yang memberi informasi dan instrumental dengan perilaku
gejala yang berlanjut, seperti stroke, lanjut usia dalam pengendalian hipertensi di
penyakit jantung koroner (Kellicker, 2010). Kecamatan Koja Jakarta Utara. Tehnik
Data yang diperoleh dari Departemen pengambilan sampel dengan tehnik non
Sosial Republik Indonesia tahun 2006, probability sampling. Pengambilan sampel
prevalensi lanjut usia di DKI Jakarta yang pada penelitian ini menggunakan teknik
menderita hipertensi sebesar 125.135 jiwa multi stage random sampling.
(18% dari total penduduk lansia). Data yang Penelitian ini dilakukakan pada
diperoleh dari bagian pencatatan dan populasi lansia penderita hipertensi yang
pelaporan suku dinas kesehatan Jakarta berumur 60 tahun keatas berada di
Utara tahun 2010 menunjukkan prevalensi masyarakat Kecamatan Koja Jakarta Utara
lanjut usia hipertensi sebesar 28.898 jiwa sebanyak 834 orang, terdiri dari 6
(9.7 % dari total lansia). Prevalensi kelurahan, yaitu: Kelurahan Tugu Utara,
hipertensi pada lansia di Kecamatan Koja Tugu Selatan, Rawa Badak Utara, Rawa
sebesar 834 jiwa (1.6 % dari total lansia). Badak Selatan, Lagoa, Kelurahan Koja.
Laporan tahunan seksi kesehatan Jumlah sampel yang diambil sebanyak 99
masyarakat suku dinas kesehatan Jakarta sampel, dengan cara melakukan
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Lansi
Lily Herlina
penghitungan proporsi sampel yang akan proporsi jumlah lanjut usia dengan
disebar di masing masing kelurahan. hipertensi yang ada pada kelurahan
Pembagian besar sampel pada masing tersebut.
masing kelurahan telah disesuaikan dengan
Hasil
Table 1. Karakteristik lansia
berdasarkan usia, jenis kelamin,
pendapatan dan pendidikan di
wilayah Kecamatan Koja Jakarta
Utara Juni tahun 2011 (n = 99)
Variabel Jumlah Persen
1. Usia lansia
Lansia Dini (60-74) 86 8
Lansia Tua (>75) 13 1
2. Pendapatan
Tinggi (>2jt) 43 4
Rendah (500.000-2 jt) 56 5
3. Jenis Kelamin
Wanita 70 7
Pria 29 2
4. Pendidikan
Rendah (SD & SLTP) 79 7
Tinggi (SLTA & PT) 20 2

Tabel 2. Dukungan Keluarga pada lansia


hipertensi di Wilayah Kecamatan Koja
Jakarta Utara.
Variabel Jumlah Persen
Dukungan emosional
Efektif 86 6
Tidak efektif 13 3
Duk n Informasi
u Efektif50Tidak
n 49,5
DukunganInstrumentl
g
a Tidak68 efektif
n 32
pe
n 60
g 40
ha
rg
aa
n
E
fe
kt
if

id
a
k
ef
e
kt
if
D
u
k
u
n
g
a
50,5 68,7 60,6
49,5 31,3 39,4

Tabel 3
Hubungan dukungan Keluarga
dengan Perilaku Lansia
Hipertensi Di Wilayah
Kecamatan Koja Jakarta Utara
Juni Tahun 2011 (n=99)
Dukungan Perilaku Hipertensi
Keluarga
Baik Tidak Baik
n % n
1. Emosional
Efektif 45 65,2 24
Tidak efektif 7 23,3 23
2. Penghargaan
Efektif 35 70,0 15
Tidak efektif 17 34,7 32
3. Informasi
Efektif 45 66,2 23
Tidak efektif 7 22,6 24
4. Instrumental
Efektif 40 66,7 20
Tidak efektif 12 30,8 27

110 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No. 2, November 2013; 108-115


Ada hubungan antara dukungan emosional hipertensi. nilai OR 4,392 (95% CI: 1,889 –
keluarga dengan perilaku lansia dalam 10,212) . Ada hubungan antara dukungan
pengendalian hipertensi. nilai OR 6,161 informasi keluarga dengan perilaku lansia
(95% CI: 2,311 - 16,422), Ada hubungan dalam pengendalian hipertensi. nilai OR
antara dukungan penghargaan keluarga 6,708 (95% CI: 2,517 – 17,881). Ada
dengan perilaku lansia dalam pengendalian hubungan antara dukungan instrumental

Tabel 4.
Hubungan karakteristik lansia (usia,
pendapatan, jenis kelamin, pendidikan)
dengan Perilaku Lansia Hipertensi Di
Wilayah Kecamatan Koja Jakarta Utara
Bulan Juni Tahun 2011 (n=99)

Karakteristik lansia Perilaku Hipertensi Total

Baik Tidak Baik


n % n % n %

1. Usia
Lansia dini 47 54,7 39 45,3 86 100
(60-74)
Lansia tua (>75) 5 38,5 8 61,5 13 100
2. Pendapatan
Tinggi (>2 jt) 25 58,1 18 41,9 43 100
Rendah
(500.000- 27 48,2 29 51,8 56 100
2000.000)
3. Jenis Kelamin
Perempuan 36 51,4 34 48,6 70 100
Laki-laki 16 55,2 13 44,8 29 100
4. Pendidikan
Rendah (SD- 38 48,1 41 51,9 79 100
SMP) 14 70,0 6 30,0 20 100
Tinggi ( SMA-
PT)

Dari tabel 4 dapat hubungan


disimpulkan ;Tidak antara jenis
ada hubungan kelamin dengan
antara usia lansia perilaku lansia
dengan perilaku dalam
lansia dalam pengendalian
pengendalian hipertensi nilai
hipertensi nilai p= p= 0,906. Tidak
0,429. Tidak ada ada hubungan
hubungan antara antara level
pendapatan dengan pendidikan
perilaku lansia dengan perilaku
dalam pengendalian lansia dalam
hipertensi nilai p= pengendalian
0,437. Tidak ada hipertensi nilai
p= 0,133.

Tabel 5.
Hasil Eliminasi variabel multivariat
di Kecamatan Koja Jakarta Utara
Juni 2011
Variabel B Pvalue
1 Dukungan informasi 1,903 0,000

Hasil analisis didapatkan OR=6,708,


artinya lansia pengendali
yang an
mendapatkan hipertensi
dukungan akan
informasi akan ditingkatka
menunjukkan n dengan
perilaku baik 1,903
dalam dukungan
pengendalian informasi
hipertensi 6,7
kali
Diskusi
dibandingkan
Hasil
dengan
penelitian
dukungan yang
melaporka
lain.
n bahwa
Persamaannya
lansia yang
adalah sebagai
menderita
berikut :
hipertensi
Perilaku =
tergolong
constanta (-
dalan usia
0,671) + 1,903*
lansia dini
dukungan
yaitu yang
informasi.
berusia 60-
Artinya
74 tahun
perilaku
berjumlah
(86,9%). Hasil

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Lansia Dalam Pengendalian Hipertensi 111
Lily Herlinah, Wiwin Wiarsih, Etty Rekawati
penelitian dari Hasurungan (2002), sebesar (79,8%) . Lansia dengan status
menyebutkan bahwa usia 60 – 64 tahun pendidikan rendah kurang dapat
berpeluang terjadi hipertensi 2,18 kali. berperilaku gaya hidup yang lebih sehat
Menurut hasil penelitian National Health karena kurang memiliki informasi yang
and Nutrition Examination Survey cukup terkait dengan penyakit dan
(NHANES III, 1993) terjadi hipertensi pada perawatannya. Tingkat pendidikan
usia lebih dari 60 tahun berkisar 60%. seseorang dapat mempengaruhi
Hipertensi pada lansia disebabkan kemampuan untuk menyerap informasi,
karena proses penuaan dimana terjadi menyelesaikan masalah, dan berperilaku
perubahan sistem kardiovaskuler, katup baik (Lueckenotte, 2000). Pendidikan
mitral dan aorta mengalami sklerosis dan rendah juga berisiko ketidakpatuhan lansia
penebalan, miokard menjadi kaku dan dalam mengontrol kesehatannya (WHO,
lambat dalam berkontraktilitas. 2003).
Kemampuan memompa jantung harus Dukungan emosional, penghargaan,
bekerja lebih keras sehingga terjadi informasi, dan instrumental menunjukkan
hipertensi. paling banyak lansia yang mendapatkan
Lebih banyak lansia hipertensi yang dukungan dari keluarga. . Hasil ini sesuai
mempunyai pendapatan rendah yaitu dengan hasil penelitian Zulfitri (2006), yang
sebesar 56,6%. Kondisi lansia yang sudah melaporkan paling banyak lansia hipertensi
pensiun dan berkurangnya pendapatan yang mendapatkan dukungan emosional,
untuk memenuhi kebutuhan yang penghargaan, informasi, instrumental dari
berhubungan dengan kesehatan seperti keluarga secara efektif .
kebutuhan makan, pakaian, tempat tinggal Menurut Bomar (2004), bahwa
yang layak maupun perawatan kesehatan, dukungan emosional keluarga
sehingga lansia menjadi berisiko untuk mempengaruhi terhadap status alam
menjadi timbulnya masalah kesehatan. perasaan dan motivasi diri dalam mengikuti
Menurut Stanhope dan Lancaster (2004), program terapi. Menurut Friedman (2003),
tidak seimbangnya antara kebutuhan dukungan penghargaan keluarga merupakan
dengan penghasilan dapat berisiko untuk bentuk fungsi afektif keluarga terhadap
timbulnya masalah baik secara fisik, lanjut usia yang dapat meningkatkan status
maupun psikologis. Lansia dengan psikososial lansia. Menurut Watson (2003),
Penghasilan rendah tidak dapat melakukan salah satu sifat lansia adalah terjadinya
perawatan diri terhadap kesehatan karena penurunan kemandirian sehingga
keterbatasan biaya. membutuhkan bantuan orang lain yang
Mayoritas lansia hipertensi berkaitan dengan perawatannya. Lansia
dengan jenis kelamin perempuan yaitu cenderung mengalami gangguan psikososial
sebesar 70,7%. Lansia perempuan yang disebabkan oleh penurunan status
mengalami penurunan pada sistem endokrin kesehatan akibat penyakit akut dan kronis ,
seperti hormon estrogen dan progesteron pensiun atau kehilangan jabatan atau
sehingga mempercepat proses penuaan. pekerjaan, serta teman atau relasi (Nugroho,
Hasil penelitian Zulfitri (2006) menemukan 2000).
lansia hipertensi mayoritas berjenis kelamin Perilaku yang merupakan komposit
perempuan sebesar 64,6% . Zulfitri dari pengetahuan, sikap dan keterampilan
membahas bahwa perempuan dan laki-laki lansia hipertensi didapatkan hasil bahwa
memiliki respon yang berbeda dalam lansia hipertensi mempunyai perilaku baik
menghadapi masalah, laki-laki cenderung dan tidak baik hampir sama besarnya. Hasil
tidak perduli, tidak memperhatikan ini sesuai dengan hasil penelitian Zulfitri
kesehatannya sedangkan perempuan lebih (2006), dimana perilaku sehat ditunjukkan
banyak ditemukan untuk memeriksakan sedikit lebih banyak. Hal ini disebabkan
kesehatannya. jumlah lansia yang menjadi responden
Mayoritas lansia hipertensi mayoritas perempuan yaitu 70 orang dari 99
berpendidikan rendah tingkat sekolah dasar orang dan semua lansia responden tinggal
dan sekolah menengah pertama yaitu bersama dengan keluarga yang dicintai.

112 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No.


Lansia perempuan tingkat kepatuhannya yang adekuat dari orang lain terutama
lebih baik. keluarga untuk meningkatkan pengetahuan
Menurut Green (1989 dalam dalam perawatan kesehatan dalam
Notoatmojo, 2007), menjabarkan bahwa pengendalian hipertensi..
perilaku seseorang dipengaruhi oleh Terdapat hubungan antara dukungan
beberapa faktor. Faktor pertama yaitu intrumental dengan perilaku lansia
pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, hipertensi dengan nilai P value = 0,000.
tradisi Faktor kedua adalah yang Dukungan instrumental yang diberikan
memungkinkan meliputi sarana dan keluarga meliputi penyediaan fasilitas
prasarana. Faktor ketiga adalah penguat seperti tenaga, dana dan memberikan waktu
faktor yang mendorong atau yang luang untuk lansia memberikan pengaruh
memperkuat terjadinya perilaku. Dan faktor yang berarti dalam pembentukan perilaku
keempat yaitu yang memperkuat perilaku pengendalian hipertensi. Hasil penelitian ini
terkait dengan kepatuhan. sesuai dengan pernyataan Watson (2003)
Hasil penelitian ini menunjukkan yang mengatakan bahwa pada lansia terjadi
terdapat hubungan antara dukungan penurunan kemandirian sehingga
emosional dengan perilaku lansia membutuhkan orang lain, terutama yang
hipertensi dengan nilai P value = 0,000. berkaitan erat dengan perawatannya.
Menurut Raglin (2001, dalam Bomer, Tidak ada hubungan antara usia
2004), bahwa dukungan emosional keluarga dengan perilaku lansia hipertensi dengan p
mempengaruhi perasaan dan motivasi value = 0,429., dibandingkan dengan lansia
seseorang. Dukungan emosional merupakan dengan usia dini. Hasil ini tidak sesuai
fungsi afektif keluarga yang harus diberikan dengan hasil penelitian epidemiologi
pada seluruh anggota keluarga termasuk terjadinya hipertensi pada lansia. Lansia
kepada lansia dengan penyakit kronis. dengan hipertensi akan memiliki perilaku
(Friedman, 2002). pengendalian tekanan darah. Perilaku
Terdapat hubungan antara dukungan pengendalian dipengaruhi beberapa faktor,
penghargaan dengan perilaku lansia salah satunya adalah faktor usia. Pada usia
hipertensi dengan nilai P value = 0,001.. tua akan memperlihatkan sikap yang kuat
Hasil penelitian ini mempunyai kesamaan dan tidak terlalu takut dengan realita
dengan hasil penelitian zulfitri (2006), yang kematian. Hal ini akan menimbulkan sikap
juga menemukan adanya hubungan antara acuh, putus asa, pasrah terutama pada lansia
dukungan penghargaan keluarga dengan yang mengalami penyakit kronis. Sikap ini
perilaku lansia dalam mengontrol menyebabkan ketidak patuhan dan muncul
kesehatannya. Menurut Bomar (2004) perilaku tidak baik (World Health
Friedman (2003), dukungan penghargaan Organization (WHO), 2003).
merupakan bentuk fungsi afektif keluarga Tidak ada hubungan antara pendapatan
dalam meningkatkan status psikososial dengan perilaku lansia hipertensi dengan p
lansia. Dukungan penghargaan lebih value = 0,437. Hasil ini tidak sesuai
melibatkan adanya penilaian positif dari dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
orang lain. Hasil penelitian Li, Noqueira Worthington dan Krentz (2005, dalam
(2008), menyebutkan dukungan keluarga Nojomi, dkk, 2009 ) dimana status sosial
sangat penting dibutuhkan bagi lansia ekonomi (pendapatan) merupakan faktor
dengan hipertensi. Dengan dukungan yang yang signifikan mempengaruhi kualitas
efektif dapat mengendalikan peningkatan hidup.
tekanan darah. Tidak ada hubungan antara jenis
Terdapat hubungan antara dukungan kelamin dengan perilaku lansia hipertensi
informasi dengan perilaku lansia hipertensi dengan p value = 0,906. Hasil ini tidak
dengan nilai P value = 0,000. Lansia secara sesuai dengan hasil penelitian Lai,
fisiologis akan mengalami penurunan S.W.,et.al (2000), yang melaporkan jumlah
dalam fungsi kognitif, mudah lupa dan lansia wanita yang menderita hipertensi
lambat dalam menerima stimulus. Oleh lebih banyak dibandingkan dengan lansia
karena itu lansia membutuhkan informasi laki-laki. Hal ini dapat disebabkan faktor
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Lansi
Lily Herlina
kepatuhan yang dimiliki lansia perempuan informasi lebih banyak lansia hipertensi
kurang patuh dibanding laki-laki. yang menerima dukungan dengan efektif,
Tidak ada hubungan antara pendidikan untuk dukungan instrumental, lebih besar
dengan perilaku lansia hipertensi dengan p lansia hipertensi mendapatkan dukungan
value = 0,133, dibandingkan dengan lansia instrumental dari keluarga dengan efektif,
dengan pendidikan tinggi. Hasil penelitian lebih banyak lansia hipertensi berperilaku
ini sesuai dengan penelitian. Munandar baik.
(2003), menemukan hasil dari penelitiannya Ada hubungan antara dukungan
bahwa tingkat pendidikan lansia tidak emosional, dukungan penghargaan,
berhubungan dengan tingkat kenyamanan dukungan informasi dan dukungan
dan kepuasan hidup lansia yang instrumental keluarga dengan perilaku
ditunjukkan melalui sikap dan perilakuanya lansia dalam pengendalian hipertensi. Tidak
sehari – hari. Belum tentu lansia yang ada hubungan antara usia, pendapatan, jenis
berpendidikan tinggi mempunyai kelamin, dan pendidikan lansia dengan
kenyamanan dan kepuasan hidup yang perilaku lansia dalam pengendalian
tinggi pula. Hasil ini tidak sesuai dengan hipertensi.Dari delapan variabel yang
teori Watson (2003), yang menjabarkan berhubungan dengan perilaku lansia ,
bahwa perilaku lansia mempertahankan variabel dukungan informasi yang dominan
sikap kuat dan tidak terlalu takut dengan berhubungan dengan perilaku lansia dalam
kematian menimbulkan sikap acuh, putus pengendalian hipertensi.
asa, dan menyebabkan ketidakpatuhan
(WHO, 2003). Saran
Variabel dukungan informasi dengan Perawat komunitas hendaknya
(p= 0,000). Variabel informasi dominan melakukan kunjungan rumah secara
berhubungan dengan perilaku pengendalian terjadwal, untuk memantau kesehatan
hipertensi karena memiliki OR yaitu 6,708. lansia yang ada di masyarakat dan dalam
Hal ini berarti bahwa lansia hipertensi yang keluarga serta meningkatkan pengetahuan
mendapatkan dukungan informasi yang keluarga dalam memberikan dukungan
efektif berpeluang 6,7 kali memiliki kepada lansia dengan hipertensi melalui
perilaku baik dibandingkan dengan lansia promosi kesehatan. Perlu adanya pencatatan
hipertensi yang mendapatkan dukungan data yang lengkap terkait dengan .Bagi
informasi keluarga yang tidak efektif. penelitian selanjutnya, mungkin perlu
Dengan informasi yang cukup lansia dapat mengidentifikasi lebih dalam tentang
merubah perilaku kearah yang lebih baik dukungan informasi yang dapat
seperti yang dikemukakan oleh Watson mempengaruhi lansia dalam pengendalian
(2003). Zulfitri (2006), menyatakan hipertensi.
pentingnya dukungan keluarga pada lansia
untuk meningkatkan motivasi, kualitas Daftar Pustaka
hidup dengan perilaku sehat dalam Allender, J.A. & Spardley, B.W. (2001).
pengendalian hipertensi. Community Health Nursing:
Promoting and Protecting the Public’s
Kesimpulan Health. Philadelphia: Lippincott
Sebagian besar lansia hipertensi Williams & Wilkins.
termasuk dalam katagori usia lansia dini. Badan Penelitian dan Pengembangan
Sebagian besar lansia hipertensi berjenis Kesehatan (2008). Laporan nasional
kelamin perempuan dan sebagian besar riskesda 2007,, Badan Penelitian dan
lansia hipertensi berpendidikan rendah serta Pengembangan Kesehatan
berpendapatan rendah. Sebagian besar Departemen Kesehatan, Republik
lansia hipertensi yang mendapatkan Indonesia.
dukungan emosional dari keluarga secara http://www.litbang.depkes.go.id/
efektif, lebih banyak lansia hipertensi diperoleh tanggal 20 Januari 2011
mendapatkan dukungan penghargaan dari Bomar, P.J. (2004) Promoting health in
keluarga dengan efektif, untuk dukungan families : Applying family research

114 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 1, No.


and theory to nursing practice. Huber, D. (2000). Leadership and nursing
Philadelphia : W.B Saunders Company care management. Philadelphia:
Brunner & Suddarth’s (2008) Text-book of W.B. Saunders.
medical surgical nursing, Lueckenotte, A.G (2000). Gerontologic
Philadelphia. Lippincot Nursing, 2nd Ed. St. Louis : Mosby
Clemen,Stone & Mc Guire & Eigsty. Maurer & Smith. (1995). Community public
(2002). Comprehensive community health nursing practice : health for
health families and population. Baltimore:
nursing, family, aggregat & Elseiver Saunders
community practice, St Louis Missouri; Meiner S., E. (2006). Gerontologic nursing.
Mosby Co third edition. Mosby Elsevier
Departemen Kesehatan RI (2003) Pedoman Pender,N.J, Murdaugh, C.L & Parsons,
kesehatan usia lanjut. Direktorat M.A (2002). Health promotion in
Jendral Pembinaan Masyarakat nursing practice, 4rd edition. Stamford:
Friedman, M.M., Bowden, V.R., & Jones, Appleton & Lange
E.G. (2003). Family Nursing: Stanhope, M., & Lancaster, J. (2002).
Research Theory & Practice. New Foundation of community health
Jersey: Prentice Hall. nursing: community oriented practice.
Hidayat RD,. (2002). Ilmu prilaku manusia. St. Louis: Mosby, Inc
Jakarta. CV. Trans Info Media Stanley dan Bare (2007). Buku Ajar
Hogan, B., Linden, W., & Najarian,B. Keperawatn Gerontik. (Juniarti &
(2002) Social support interventions: Kurnianingsih : alih bahasa) Jakarta:
do they work.Rev., 22: 381-440 pada EGC
tanggal 29 Mei 2012

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Lansi


Lily Herlina
Available online at:
Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat E-ISSN: 2622-0636
Volume 3, No 3, Oktober 2020 (148-157)
DOI: https://doi.org/10.36928/jrt.v3i3.631

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA MASALAH PHBS DAN


COVID-19 UNTUK WARGA DUSUN REJENG DESA BANGKA
LELAK KABUPATEN MANGGARAI NUSA TENGGARA TIMUR

Claudia Fariday Dewi1, Kornelia Romana Iwa2, Bonavantura Nursi


Nggarang3
1,2,3 Fakultas Kesehatan dan Pertanian UNIKA Santu Paulus Ruteng Jalan Ahmad Yani No.
10, Ruteng, Flores, NTT, 86518. Indonesia
email: claudiafaridaydewi@gmail.com1, bonavanturanursinggarang@gmail.com2, iwakornelia@gmail.com3

Abstrak
Salah satu penyebab utama peningkatan masalah penyakit menular adalah kurangnya kesadaran
dalam menjalankan hidup bersih dan sehat (PHBS). Mencuci tangan dengan air bersih dan
menggunakan sabun, memberikan ASI eksklusif, tidak merokok, beraktifitas fisik,
mengkonsumsi air bersih, jamban dan memberantas jentik nyamuk, merupakan indikator PHBS
dalam rumah tangga. Peningkatan masalah kesehatan seperti covid-19 dapat dicegah dengan
menjalankan perilaku hidup bersih sehat. Tujuan pelaksanaan pengabdian ini adalah untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjalankan PHBS dalam tatanan rumah tangga
dengan pendekatan asuhan keperawatan komunitas. Pengabdian ini dilakukan terhadap 50
keluarga di Dusun Rejeng Desa Bangka Lelak, Kabupaten Manggarai selama 4 minggu. Hasil
pengkajian terhadap sikap dan perilaku masyarakat menunjukkan 48% warga memiliki sikap
negatif terhadap PHBS dan 42% warga memiliki perilaku PHBS kurang baik. Sikap warga
dalam menghadapi covid-19 cenderung positif ditunjukkan dengan Sebagian besar warga
menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap upaya pencegahan penularan covid-19. Kegiatan
pelayanan masyarakat bertujuan mengatasi masalah kurangnya perilaku hidup bersih sehat yang
dapat berakibat pada mudahnya penularan covid-19. Pelaksanaan pengabdian didasarkan pada
pemberian asuhan keperawatan komunitas berupa pengkajian, analisa data, rencana intervensi,
implementasi hingga evaluasi. Intervensi pengabdian yang dilakukan berupa pendidikan
kesehatan tentang perilaku hidup bersih sehat serta pendidikan kesehatan tentang cara
pencegahan penularan virus corona. Dampak dari kegiatan ini adalah meningkatnya
pengetahuan dan kesadaran warga dalam menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat berawal
dari lingkungan keluarga.

Kata kunci: Perilaku Hidup Bersih Sehat; covid-19; Keperawatan Komunitas

COMMUNITY NURSING CARE FOR PHBS AND COVID-19


PROBLEMS IN REJENG HAMLET, BANGKA LELAK VILLAGE,
MANGGARAI REGENCY, EAST NUSA TENGGARA

Abstract

One of the leading causes of the increase in infectious diseases is the lack of adoption of clean
and healthy living habits. Indicators of clean and healthy living habits in household
arrangements include washing hands with clean water and soap, exclusive breastfeeding, not
smoking, physical activity, using clean water, latrines, and eradicating mosquito larvae. The
increase in health problems such as COVID-19 can be prevented by adopting healthy hygiene
habits. This service

148 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


aims to increase public awareness in implementing a clean and healthy lifestyle with a
community nursing care approach. This service was carried out for 50 families in Rejeng
Hamlet, Bangka Lelak Village, Manggarai Regency, for four weeks. The study results on
community attitudes and behavior showed that 48% of residents had negative attitudes towards
PHBS, and 42% of residents had poor PHBS behavior. Attitudes towards Covid-19 have mean
values ranging from agreeing and strongly agree. This means that the attitude of citizens in
facing Covid-19 tends to be positive. Community service activities are directed to overcome the
lack of clean and healthy living habits, resulting in the easy transmission of Covid-19.
Implementing community service activities is based on providing community nursing care,
which consists of assessment, data analysis, intervention planning, implementation, and
evaluation. Service interventions carried out were in the form of health education on hygiene
and healthy living habits and health education on how to prevent transmission of the
coronavirus. This community service activity's impact is an increase in knowledge and
awareness of citizens in increasing hygiene and healthy living behavior starting from the family
environment

Keywords: Clean Healthy Behavior; covid-19; Community Nursin

PENDAHULUAN diinginkan (Raksanagara & Raksanagara,


Lingkungan merupakan salah satu 2016)
faktor yang berperan terhadap prevalensi Pelaksanaan program Perilaku Hidup
penyakit menular. Penyakit menular Bersih dan Sehat (PHBS) yang dicanangkan
merupakan salah satu penyakit yang pemerintah, masih menemui banyak kendala
bersumber dari agen biologi (seperti virus, di berbagai daerah. Sebagai contoh hasil
bakteria, atau parasit). Model tradisional penelitian terhadap penerapan PHBS di
epidemiologi menyebutkan terdapat tiga provinsi Bengkulu, Sulawesi selatan dan
faktor utama penyebab timbul atau tidaknya NTT menunjukkan banyak masyarakat yang
suatu penyakit, yaitu host (pejamu), masih bergantung pada kamar mandi atau
agent (agen), dan environment toilet umum: lebih dari 30% rumah tangga
(lingkungan) tidak mempunyai kamar mandi dan toilet di
(Sumampouw, 2017). dalam rumah dan 37% membuang tinja di
Kondisi lingkungan yang buruk, lubang atau sungai. Untungnya untuk minum,
perilaku bersih masyarakat yang buruk, dan hampir semua rumah tangga memasak
kurang sehat ditengarai menjadi penyebab terlebih dahulu sebelum diminum (96%).
masalah penyakit menular (Sumini et al., Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
2016). Contoh perilaku hidup bersih dan atau menyiapkan makanan hanya
sehat yang buruk adalah kurangnya dipraktikkan oleh sekitar 71% responden.
kesadaran untuk penyediaan air bersih dan Sepertinya banyak yang menggunakan visual
konsumsi air minum yang sehat, perilaku tangan yang kotor sebagai indikasi perlunya
mencuci tangan yang benar serta penggunaan cuci tangan, karena 88-90% responden cuci
jamban sesuai syarat kesehatan (Saini & tangan kontak dengan kotoran/hewan
Aminah, 2018) (Soewondo et al., 2019)
Tingginya angka kejadian penyakit Data Riskesdas menyebutkan
menular dan tidak menular dapat ditekan bahwa, rumah tangga yang telah
dengan adanya program PHBS dalam tatanan mempraktikkan perilaku hidup bersih dan
rumah tangga. Penyakit diare dan demam sehat (PHBS) hanya mencapai 38,7% di
berdarah dapat terjadi akibat penerapan tahun 2007. Oleh sebab itu, Kementerian
PHBS yang buruk. Namun, pada Kesehatan membuat rencana strategis tahun
kenyataannya penerapan PHBS di negara 2010-2014 yang menargetkan rumah
Indonesia belum mencapai target yang

149 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


Claudia Fariday Dewi1, Kornelia Romana Iwa2, Bonavantura Nursi Nggarang3
tangga mempraktekkan PHBS pada tahun (11,4%),mual atau muntah (5,0%), hidung
2014 sebanyak 70%. Kementerian Kesehatan tersumbat (4,8%), diare (3,7%), dan
RI membuat Indikator Kinerja Utama dengan hemoptisis (0,9%), dan
salah satunya melihat Persentase Rumah kongesti konjungtiva (0,8%). Penderita
Tangga Ber-PHBS. COVID-19 umumnya mengembangkan tanda
Terdapat berbagai faktor penyebab dan gejala, termasuk pernapasan ringan
kurangnya kesadaran penerapan PHBS. Hasil gejala dan demam, rata-rata 5-6 hari setelah
penelitian menunjukkan adanya hubungan infeksi (rata-rata masa inkubasi 5-6 hari,
antara usia dan tingkat pengetahuan dengan kisaran 1-14 hari)
menerapan hidup bersih dan sehat dalam
rumah tangga (Prihanti et al., 2018). Hasil (WHO, 2020)
penelitian lain menunjukkan pengetahuan, Orang yang terinfeksi virus corona
sikap, personal hygiene, sarana air bersih, dapat saja tidak bergejala. Oleh karena itu
dan kebersihan alat makan dengan upaya menjaga diri sendiri agar tidak tertular
berhubungan dengan penerapan perilaku adalah yang paling tepat. Penerapan perilaku
hidup bersih dan sehat (Fuady et al., 2020) hidup bersih dan sehat menjadi salah satu
Peningkatan kesehatan cara penting untuk mengurangi penyebaran
individu, keluarga, masyarakat dan virus corona Pemerintah berupaya
lingkungan sangat dipengaruhi oleh menghimbau masyarakat untuk menjaga
bagaimana seseorang mampu menjalankan kesehatan, melalui: Mengurangi Risiko
perilaku hidup bersih dan sehat sehari-hari. dengan mencuci dengan sabun dan air yang
Perilaku sehat yang dijalankan setiap harinya mengalir, kurangi Kontak Langsung
mampu melindungi seseorang dari berbagai (Physical Distancing), dan menjaga
penyakit terutama penyakit infeksi dan Kesehatan Fisik dan Mental (Direktorat
menular. Rehabilitasi Sosial Anak-Direktorat Jendral
Salah satu penyakit infeksi yang Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial,
menjadi perhatian dunia saat ini adalah 2020)
virus corona atau yang biasa disebut dengan Upaya pencegahan terhadap penyakit
covid-19. Penyebaran virus ini menyebabkan yang paling utama dan merupakan upaya
kerugian pada berbagai bidang pencegahan primer adalah berbagai kegiatan
khususnya kesehatan dan manusia dan perilaku manusia yang harus
perekonomian. Di Indonesia per dilakukan oleh keluarga sebagai kelompok
tanggal 20 Agustus 2020 jumlah masyarakat terkecil yang dikenal sebagai
kasus covid-19 mencapai Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
155.412 dengan 111.060 pasien dinyatakan (PHBS). Sehingga penting melaksanakan
sembuh dan 6.759 orang meninggal dunia pengkajian berkaitan dengan sikap serta
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, perilaku PHBS masyarakat dengan
2020) Covid-19 memiliki gejala yang tidak pendekatan asuhan keperawatan komunitas.
spesifik dan gejala penyakit dapat Pelaksanaan keperawatan komunitas
berkisar dari tidak gejala menjadi penting sebagai upaya mendukung
(asimtomatik) hingga pneumonia pelayanan kesehatan yang bersifat preventif
berat dan kematian. Berdasarkan 55924 dan promotif. Pelaksanaan asuhan
kasus terkonfirmasi keperawatan komunitas terdiri dari:
laboratorium, tanda dan gejala khas menetapkan prioritas, menetapkan sasaran,
meliputi: demam (87,9%), batuk kering menetapkan tujuan, dan menetapkan rencana.
(67,7%), kelelahan (38,1%), produksi Dalam peningkatan Perencanaan asuhan
sputum (33,4%), sesak napas keperawatan komunitas dapat dilakukan
(18,6%), sakit tenggorokan melalui kegiatan: 1)
(13,9%), sakit kepala (13,6%), mialgia atau
artralgia (14,8%), menggigil

150 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


Asuhan Keperawatan Komunitas Pada….
Melakukan penyuluhan kesehatan tentang upaya perbaikan dan peningkatan derajat
penyakit, 2) Melakukan demonstrasi kesehatan masyarakat melalui kegiatan
keterampilan cara menangani penyakit, 3) promotif dan preventif. Kegiatan
Melakukan deteksi dini tanda-tanda dilaksanakan dengan pemberian Asuhan
gangguan penyakit, 4) Melakukan kerja sama Keperawatan Komunitas berupa proses
dengan pihak puskesmas dalam penanganan pengkajian, analisa data hasil pengkajian,
masalah kesehatan masyarakat (Harefa, perencanaan intervensi, implementasi dan
2019) evaluasi. Tahapan asuhan keperawatan terdiri
Hal ini akan memberikan kesempatan dari kegiatan survei, ceramah, diskusi,
seluas-luasnya kepada masyarakat untuk ikut demonstrasi. Kegiatan dilaksanakan dalam
berperan dan berpartisipasi dalam upaya bentuk:
meningkatkan pelayanan kesehatan
komunitas dengan menerapakan konsep 1. Pengkajian: pengkajian
kesehatan dan keperawatan komunitas, maka dilakukan dengan menggunakan angket
tim dosen bersama mahasiswa Keperawatan berisi pertanyaan yang menanyakan
Fakultas Ilmu Kesehatan dan Pertanian masalah kesehatan warga. Pengkajian
UNIKA Santu Paulus Ruteng melaksanakan dilakukan dengan mengunjungi rumah
kegiatan pengabdian di Dusun Rejeng Desa warga. Selain melalui angket pengkajian
Bangka Lelak dengan menggunakan 2 juga diperoleh melalui data sekunder
pendekatan, yaitu pendekatan keluarga berupa rekapan data puskesmas watu alo
binaan dan kelompok kerja komunitas. tentang masalah kesehatan yang dialami
Kegiatan pengabdian ini melibatkan warga.
masyarakat secara aktif dalam upaya
peningkatan status kesehatan khususnya 2. Analisa data pengkajian, penentuan
berkaitan dengan masalah PHBS dan covid- masalah dan prioritas masalah : Masalah
19. yang dirasakan warga menjadi tampak
Pengabdian pada masyarakat di melalui proses pengkajian yang
wilayah kerja puskesmas Ketang Desa dianalisis untuk menentukan jumlah dan
Bangka Lelak Dusun Rejeng dilakukan pada persentasenya. Masalah dengan jumlah
keluarga dengan jumlah keluarga sebanyak terbanyak, paling dirasakan warga, dan
50 Keluarga. Kegiatan pengabdian kepada memiliki sumberdaya untuk diselesaikan
masyarakat dilakukan berdasarkan dijadikan sebagai masalah prioritas.
rekomendasi yang diberikan oleh pihak
Puskesmas Ketang. Puskesmas Ketang 3. Perencanaan Intervensi : Hasil
adalah puskesmas yang bertugas memberikan pengkajian yang diperoleh dipaparkan
bantuan pelayanan Kesehatan primer pada kepada warga, petugas kesehatan dan
warga di wilayah kecamatan Lelak dan pemerintah daerah setempat melalui
sekitarnya. Pelaksanaan pengabdian kegiatan Musyawarah Masyarakat
difokuskan pada pelaksanaan PHBS Dusun. Kemudian tim pengabdian
masyarakat Dusun Rejeng, pengkajian masyarakat menyampaikan rencana
masalah Kesehatan dan sikap masyarakat intervensi yang akan
terhadap covid-19. dilaksanakan selama
METODE PELAKSANAAN pengabdian.

Pelaksanaan kegiatan 4. Implementasi kegiatan : implementasi


pengabdian dilakukan selama 4 minggu di kegiatan meliputi penyuluhan
Dusun Dusun Rejeng Desa Bangka Lelak kesehatan,
Kabupaten Manggarai NTT. Kegiatan ini
mencakup upaya-

151 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


Claudia Fariday Dewi1, Kornelia Romana Iwa2, Bonavantura Nursi Nggarang3
pemeriksaan kesehatan, senam dan observasi langsung pada tanggal 21 Juli
relaksasi otot progresif pada lansia 2020.
dengan hipertensi serta penyebaran
leaflet. 3. Analisa data dilakukan pada tanggal 22
● Penyuluhan kesehatan pada warga Juli 2020 sampai 23 Juli 2020
meliputi: penyuluhan perilaku hidup Data hasil pengkajian meliputi data
bersih dan sehat, penyuluhan sikap dan perilaku terhadap masalah Perilaku
masalah hipertensi, penyuluhan Hidup Bersih dan Sehat serta sikap warga
masalah ISPA terhadap masalah covid-19.
● Pemberian leaflet yang berisi
informasi kesehatan Sikap tentang PHBS merupakan reaksi
● Pemeriksaan kesehatan atau respon dari seseorang yang bersifat
dengan menggunakan alat tertutup terhadap ransangan/keinginan
Tensimeter, termometer, Timbangan, mencuci
jam dan format pengkajian. tangan dengan air bersih dan sabun, ASI
Pemeriksaan ini meliputi Tekanan eksklusif, tidak merokok, beraktifitas fisik,
darah, suhu, nadi, pernafasan dan menggunakan air bersih, jamban dan
pengkajian riwayat kesehatan. memberantas jentik nyamuk.
● Pelatihan relaksasi otot progresif
bagi warga yang menderita Sikap tentang PHBS pada warga Desa
hipertensi. Bangka Lelak, Dusun Rejeng dapat dilihat
pada tabel 1.
5. Evaluasi kegiatan pengabdian. Evaluasi
kegiatan pengabdian dilakukan melalui Tabel 1. Sikap terhadap PHBS pada warga
Musyawarah Masyarakat Dusun. Desa Bangka Lelak, Dusun
HASIL DAN PEMBAHASAN Rejeng (n=50)
No Karakteristik f %
Pelaksanaan kegiatan
pengabdian meliputi pengkajian hingga 1 Positif 26 52%
evaluasi. Dari hasil pengkajian didapatkan 2 Negatif 24 48%
informasi tentang kondisi yang 50 100%
mempengaruhi kesehatan di Desa Bangka
Lelak, Dusun Rejeng, RT Rejeng dan RT Selain pengkajian terhadap sikap
Dese, Kecamatan Lelak maka diperlukan PHBS masyarakat, pengkajian juga
data yang didapatkan melalui pengkajian, dilakukan terhadap perilaku PHBS. Perilaku
yang terdiri dari kegiatan : PHBS adalah perilaku yang dijalankan
dengan tujuan memperoleh derajat
1. Survei sekaligus observasi di masing- kesehatan yang optimal melalui upaya
masing keluarga saat pengkajian pada mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
tanggal 18 Juli 2020 sampai 20 Juli ASI eksklusif, tidak merokok, beraktifitas
2020. fisik, menggunakan air bersih, jamban dan
memberantas jentik nyamuk Perilaku PHBS
2. Pengumpulan data yang dilakukan pada warga Desa Bangka Lelak, Dusun
dengan mendatangi rumah penduduk Rejeng dapat dilihat pada tabel 2
satu persatu dengan menggunakan
instrument format pengkajian Tabel 2. Perilaku tentang PHBS pada warga
keperawatan komunitas yang Desa Bangka Lelak, Dusun
difokuskan pada pengakajian PHBS dan Rejeng (n=50)
maslaah covid-19 dan mengisi melalui No Karakteristik f %
wawancara dan 1 Baik 29 58%
2 Kurang Baik 21 42%

152 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


Asuhan Keperawatan Komunitas Pada….
50 100% menentukan perilaku yang dijalankan. Sikap
Selain masalah PHBS, pengkajian positif dalam menghadapi covid-19 menjadi
keperawatan komunitas juga ditujukan untuk upaya penting untuk mencegah penularan
melihat sikap warga dalam menghadapi covid-19. Sikap warga Desa Bangka Kelak
masalah covid-19. Hal ini dianggap penting Dusun Rejeng terhadap covid- 19 dapat
karena sikap yang dipilih warga dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Sikap terhadap masalah
COVI
D-19
pada
warga
Desa
Bangk
a
Lelak,
Dusun
Rejen
g
(n=50
)
No Pernyataan
1 Orang harus menghindari kontak berdekatan den
orang yang tampak/kelihatan sakit dengan
gejala seperti flu
2 Masker wajah dapat melindungi anda dari infeks
COVID-19
3 Orang harus berusaha menghindari menyentuh
wajahnya
4 Orang harus tinggal di rumah jika mereka sakit
dengan gejala mirip flu
5 Jika Orang batuk dan bersin harus ke dalam tisu
sekali pakai, kemudian segera membuangnya ke
tempat sampah
6 Jika tidak ada tisu di tangan, orang harus bersin
batuk ke siku, bukan tangan
7 Saya berlatih menjaga jarak sosial (membatasi k
yang tidak perlu dengan orang-orang) untuk
menghindari COVID-19
8 Orang harus mencuci tangan dengan sabun secar
teratur selama 20-30 detik
1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju,
3=ragu-ragu, 4=setuju, 5=sangat setuju

Sikap dengan perilaku


seseorang PHBS kurang
terhadap sesuatu baik. Hal ini
mempengaruhi sejalan dengan
perilaku penelitian lain
seseorang. Hasil yang
pengkajian sikap menunjukkan ada
dan perilaku hubungan yang
PHBS bermakna antara
menunjukkan sikap dengan
jumlah yang pelaksanaan
seimbang antara PHBS. semakin
sikap positif baik sikap yang
dengan perilaku dimiliki keluarga
PHBS baik dan maka akan
sikap negatif semakin baik pula

153 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


pelaksanaan/penera PHBS di tatanan
pan PHBS di rumah tangga
tatanan rumah (Saini & Aminah,
tangga dan 2018)
sebaliknya Sikap dan
semakin kurang perilaku PHBS
baik sikap keluarga yang kurang baik
maka akan seperti kurang
semakin tidak menjaga
melaksanakan / kebersihan air,
menerapkan jarang mencuci
tangan dan lainnya
memiliki dampak
serius terhadap
kesehatan. Air
yang
terkontaminasi
tinja menyebabkan
sekitar 1,3 juta
kematian pada
tahun 2015,
dimana 499.000
adalah anak- anak
di bawah usia 5
tahun, mewakili
8,6% kematian
pada kelompok
usia ini (Bennett et
al., 2019; GBD
2015 Mortality and
Causes of Death
Collaborators,
2016). Studi lain
memperkirakan
bahwa pada tahun
2012, 502.000
kematian akibat
diare disebabkan
oleh air minum
yang tidak aman,

154 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


Claudia Fariday Dewi1, Kornelia Romana Iwa2, Bonavantura Nursi Nggarang3

280.000 kematian karena sanitasi yang tidak


memadai, dan 297.000 karena kebersihan PHBS yang tergolong negatif (48%).
tangan yang buruk (Prüss-Ustün et al., 2014) Sehingga masih ada warga dengan perilaku
Hasil pengkajian sikap warga terhadap PHBS yang kurang baik (42%).
covid-19 menunjukkan rata-rata warga Berdasarkan hasil analisis data maka
memiliki sikap positif terhadap upaya intervensi yang diberikan pada warga dusun
pencegahan penularan covid-19. Hal ini Rejeng adalah pendidikan kesehatan tentang
ditunjukkan dengan nilai mean terhadap PHBS dan pendidikan kesehatan tentang
setiap pernyataan persetujuan terhadap covid-19. Intervensi ini dimaksudkan untuk
kebijakan pemerintah berupa protokol menambah pengetahuan dan kesadaran warga
kesehatan selama masa pandemi seperti terhadap pentingnya PHBS dan upaya
menjaga jarak, rajin mencuci tangan, dan mempertahankan sikap positif terhadap
menggunakan masker berada pada rentang pencegahan penularan covid-19.
setuju sampai sangat setuju. Walaupun promosi kesehatan tidak
Setiap orang memiliki konsep yang menjadi satu-satunya cara untuk
berbeda-beda terhdap sehat- sakit. Hal ini meningkatkan sikap dan perilaku sehat,
mempengaruhi perilaku sesorang dalam namun promosi kesehatan memiliki efek
melindungi diri dari penyakit ataupu menjaga positif terhadap perubahan perilaku individu.
kesehatan. Beberapa factor yang dapat Penelitian menunjukkan ada pengaruh
mempengaruhi konsep sehat-sakit seseorang promosi kesehatan terhadap beberapa
adalah ; 1) faktor biologis berupa cara orang perubahan perilaku yaitu perilaku
memahami kondisi fisiknya; 2) faktor penimbangan bayi setiap bulan (p=0,000),
psikologis yang mempengaruhi responden perilaku mencuci tangan (p=0,000), perilaku
terhadap konsep sehat dan sakitnya sehingga penggunaan air bersih (p=0,000), perilaku
dapat mempengaruhi seseorang dalam penggunaan jamban sehat (p=0,000),
menjaga kesehatannya; 3) faktor sosial yakni perilaku pemberantasan jentik nyamuk
pengaruh masyarakat dan keluarga terhadap (p=0,000), perilaku konsumsi buah dan sayur
konsep sehat dan sakitnya. Perilaku menjaga (p=0,000) (Lubis, 2019) Hasil penelitian lain
kesehatan seseorang dapat terbentuk dengan juga menunjukkan terdapat hubungan yang
dipengaruhi oleh perilaku pengetahuan dan signifikan PHBS dengan pengetahuan dan
sikap responden serta health system model terdapat hubungan yang signifikan antara
berupa karakteristik predisposisi, PHBS dengan sikap (Matoya & Kristanti,
karakteristik pendukung, dan karakteristik 2020)
kebutuhan yang juga dipengaruhi oleh faktor
biologis, psikologis, serta sosialnya (Triyono
& Herdiyanto, 2018)
Setelah data dikumpulkan,
tahap selanjutnya dalam proses asuhan
keperawatan komunitas adalah tahap analisa
data. Hasil analisa data menunjukkan masih
kurangnya kesadaran masyarakat terhadap
masalah PHBS. Hal ini dibuktikan dengan
masih cukup banyak warga dengan sikap
terhadap

Gambar 1. Proses Pengkajian.

154 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


Asuhan Keperawatan Komunitas Pada….

Ketakutan terhadap penularan virus


corona mendorong masyarakat untuk patuh
terhadap peraturan pemerintah
dan berbagai upaya
pencegahan dengan mengubah pola hidup.
Hasil penelitian di Italia
menunjukkan kenaikan berat badan diamati
pada 48,6% populasi; 3,3% perokok
memutuskan untuk
berhenti merokok; sedikit
peningkatan aktivitas fisik telah
Gambar 2. Penyuluhan tentang covid- dilaporkan, terutama untuk
19 penurunan berat badan, pada 38,3%
responden; kelompok populasi
berusia 18-30 tahun menghasilkan
kepatuhan yang lebih tinggi terhadap diet
Mediterania jika dibandingkan dengan
populasi yang lebih muda dan lanjut usia (p
<0,001; p <0,001, masing-masing); 15%
responden beralih makanan
organik, membeli buah dan sayuran (Renzo
et al., 2020) Perubahan gaya hidup ke arah
positif sebagai dampak pandemi
covid-19 diharapkan tidak hanya terjadi
Gambar 3. Penyuluhan PHBS Perilaku di luar negeri atau hanya pada beberapa
orang. Perubahan perilaku diharapkan dapat
hidup bersih dan sehat terjadi pada warga dusun Rejeng khususnya
adalah tindakan yang dilakukan oleh dan warga
perorangan, kelompok, atau masyarakat yang Indonesia pada umumnya.
disesuaikan dengan aturan Pelaksanaan kegiatan
kesehatan untuk pengabdian selama 4 minggu di dusun
mendapatkan derajat kesehatan yang optimal, Rejeng mendapat tanggapan yang positif dari
membantu individu itu sendiri dan berperan warga. Masyarakat terlihat antusias pada
aktif dalam pembangunan kesehatan. setiap kunjungan penyuluhan kesehatan
Indikator PHBS dalam tatanan rumah PHBS dan masalah covid-19. Kegiatan
tangga berupa persalinan ditolong oleh pengabdian berhasil dilaksanakan juga
tenaga kesehatan, memberikan ASI karena adanya dukungan dari kader
Eksklusif, menimbang bayi dan balita, kesehatan, petugas puskesmas dan
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, pemerintah setempat yaitu kepala desa
Makan buah dan sayur setiap hari, ketang dan camat lelak.
melakukan aktifitas fisik setiap hari, tidak
merokok di dalam rumah (Matoya & SIMPULAN DAN SARAN
Kristanti, 2020) Kegiatan Pengabdian
masyarakat di wilayah kerja puskesmas
Penerapan PHBS selama pandemi Ketang Desa Bangka Lelak, Dusun Rejeng
covid-19 juga bermanfaat dalam mencegah terlaksana sesuai dengan rencana yang telah
penularan virus. Penerapan pola hidup sehat disusun. Kegiatan terdiri dari pelaksanaan
seperti rutin berolahraga, tidak merokok, pengkajian, analisa data, intervensi hingga
beristirahat yang cukup, makan makanan sehat evaluasi. Hasil pengkajian menunjukkan
terbukti mampu mempertahan imunitas tubuh masih ada sebagian warga yang
sehingga tidak mudah terserang virus (FAO,
2020).

155 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


Claudia Fariday Dewi1, Kornelia Romana Iwa2, Bonavantura Nursi Nggarang3

memiliki sikap dan perilaku negatif dalam


penerapan perilaku hidup bersih sehat. Food and Agriculture
Sedangkan hasil pengkajian sikap dalam Organization of the United Ation.
menghadapi covid-19 menunjukkan sikap doi.org/10.4060/ca8380en
positif warga dalam upaya mengurangi angka
penularan covid-19. Intervensi yang Fuady, I., Prasanti, D., & Indriani, S.
dilakukan berupa pendidikan kesehatan S. (2020). Penerapan Teori Plan
berupa pola hidup bersih dan sehat, Behavior: Faktor yang
Pendidikan kesehatan berhubungan dengan Mempengaruhi Niat Perilaku
masalah covid- Hidup Bersih dan Sehat. In
19. Oleh karena itu, agar penyebaran Jurnal Berkala Kesehatan (Vol. 6,
penyakit menular seperti covid-19 atau Issue 1, p. 24).
penyakit menular lainnya dapat diatasi, maka https://doi.org/10.20527/jbk.v 6i1.8638
diharapkan kesadaran masyarakat untuk
dapat secara mandiri melakukan pemeliharan GBD 2015 Mortality and Causes of Death
kesehatan dengan pola hidup bersih dan sehat Collaborators. (2016). Global, regional,
serta tetap mentaati peraturan pemerintah and national life expectancy, all-cause
yang berhubungan dengan pencegahan mortality, and cause-specific mortality
terhadap meluasnya penularan covid-19. for 249 causes of death, 1980-2015: a
Bagi petugas kesehatan diharapkan untuk systematic analysis for the Global
secara terus menerus memberikan pendidikan Burden of Disease Study 2015 [Review
kesehatan tentang cara pencegahan dan of Global, regional,
penularan virus korona. Dan bagi pemerintah
setempat diharapkan mampu mempertegas and national life expectancy, all-
penerapan protokol kesehatan seperti cause mortality, and cause-
ketertiban dalam penggunaan masker. specific mortality for 249 causes
of death, 1980-2015: a
DAFTAR PUSTAKA systematic analysis for the
Global
Bennett, J. E., Dolin, R., & Blaser, M. Burden of Disease Study 2015].
J. (2019). Mandell, Douglas, and The Lancet, 388(10053), 1459–
Bennett’s Principles and Practice 1544.
of Infectious Diseases E-Book.
Elsevier Health Sciences. Harefa, E. I. J. (2019). Peningkatan
Perencanaan Asuhan
Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak- Keperawatan Komunitas di
Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial Rumah Sakit.
Kementerian Sosial. (2020). Perilaku https://doi.org/10.31227/osf.io
Hidup Bersih Dan Sehat (Phbs)
Penguatan Kapabilitas Anak /385md
Dan Keluarga.
Retrieved August 25, 2020, from Kementerian Kesehatan Republik
https://www.kemsos.go.id/uplo Indonesia. (2020).
ads/topics/15863905705284.pd f https://www.kemkes.go.id/

Food and Agriculture Organization of the Lubis, A. H. (2019). Pengaruh Promosi


United Ation. (2020). Maintaining a Kesehatan Terhadap Perubahan
healthy diet during the COVID-19 Pengetahuan Hidup Bersih Dan
pandemic. Sehat (Phbs) Pada Tatanan
Rumah Tangga Di Desa
Batu
Godang Kecamatan Angkola
Sangkunur Tahun 2019. Tesis.
[Magister, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia
Medan].
http://repository.helvetia.ac.id/
2285/7/ABDUL%20HAMID%20
LUBIS%201702011001.pdf

156 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


Asuhan Keperawatan Komunitas Pada….
Matoya, S., & Kristanti, I. (2020). hubungan Pengetahuan Dan Sikap Keluarga
pengetahuan, sikap dan karakteristik Dalam Pelaksanaan Perilaku Hidup
ibu dengan perilaku hidup bersih dan Bersih Dan Sehat Di Wilayah Kerja
sehat pada tatanan rumah tangga di Puskesmas Sombaopu Gowa. In
wilayah kerja uptd puskesmas Media Keperawatan: Politeknik
sunyaragi kota cirebon. In Jurnal Kesehatan Makassar (Vol. 9,
Kesehatan (Vol. 7, Issue 2, pp. Issue 1, p. 39).
864–873). https://doi.org/10.32382/jmk.v 9i1.109
https://doi.org/10.38165/jk.v7i 2.131
Soewondo, P., Johar, M., Pujisubekti, R.,
Prihanti, G. S., Lista, D. A., Habibi, R., Halimah, H., & Irawati, D. O. (2019).
Arsinta, I. I., Hanggara, S. P., Kondisi Kesehatan Masyarakat yang
Galih, R. P., & F., S. (2018). Bermukim di Daerah Tertinggal : Kasus
Faktor-Faktor Yang dari Bengkulu, Sulawesi Selatan, dan
Mempengaruhi Tingkat Perilaku Hidup Nusa Tenggara Timur. In Media
Bersih Dan Sehat Pada Tatanan Rumah Penelitian dan Pengembangan
Tangga Di Wilayah Kerja Puskesmas Kesehatan (Vol. 29, Issue 4).
Poned https://doi.org/10.22435/mpk.
X. In Saintika Medika (Vol. 14, v29i4.945
Issue 1).
https://doi.org/10.22219/sm.v Sumampouw, O. J. (2017).
ol14.smumm1.6644
Pemberantasan Penyakit
Prüss-Ustün, A., at.al (2014). Burden of Menular. Deepublish.
disease from inadequate water,
sanitation and hygiene in low- and Sumini, Sumini, S., & Ardiansyah, J. (2016).
middle-income settings: a retrospective Kondisi Lingkungan,
analysis of data from 145 countries. Perilaku Hidup Sehat, Dan
Tropical Status Kesehatan Balita Di
Indonesia. In Populasi (Vol. 22, Issue
Medicine & International Health: 1, pp. 76–86).
TM & IH, 19(8), 894–905. https://doi.org/10.22146/jp.12 135
Raksanagara, A., & Raksanagara, A. (2016). Triyono, S. D. K., & Herdiyanto, Y. K.
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (2018). Konsep Sehat Dan Sakit Pada
Sebagai Determinan Kesehatan Yang Individu Dengan Urolithiasis (Kencing
Penting Pada Tatanan Rumah Tangga Batu) Di Kabupaten Klungkung, Bali.
Di Kota Bandung. InJurnal In Jurnal Psikologi Udayana (Vol.
Sistem Kesehatan 4, Issue 02, p. 263).
(Vol. 1, Issue 1). https://doi.org/10.24843/jpu.2
https://doi.org/10.24198/jsk.v 017.v04.i02.p04
1i1.10340
WHO. (2020). Report of the WHO-
Renzo, L. D., Di Renzo, L., Gualtieri, P.,
Pivari, F., Soldati, L., Attinà, A., China Joint Mission on
Cinelli, G., Leggeri, C., Caparello, G., Coronavirus Disease 2019
Barrea, L., Scerbo, F., Esposito, E., & (COVID-19).
De Lorenzo, A. (2020). Eating https://www.who.int/docs/defa ult-
habits and lifestyle source/coronaviruse/who- china-joint-
Changes during COVID-19 mission-on-covid-19- final- report.pdf?
lockdown: an Italian survey. sfvrsn=fce87f4e_2
https://doi.org/10.21203/rs.3.r s-
30403/v1

Saini, S., & Aminah, S. (2018).

157 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


Heribertus Handi, Lusia henny Mariati, ….

158 | Randang Tana: Jurnal Pengabdian Masyarakat; E-ISSN: 2622-0636


HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT
PADA LANSIA PENDERITA HIPERTENSI

Devi Widyaningrum1), Dwi Retnaningsih2), Tamrin3)


STIKES Widya Husada Semarang, Jln Subali Raya No 12, Kraprak, Semarang
Barat Email : deviwningrum14@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Dukungan keluarga merupakan suatu sifat yang mendukung dan selalu memberikan pertolongan
serta bantuan jika diperlukan oleh salah satu dari anggota keluarga. Bentuk dari dukungan keluarga berupa informasi,
penilaian, instrumental, dan emosional.Menurut catatan dari Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2017, jumlah pasien
penderita hipertensi sebanyak 8355 jiwa. Dukungan keluarga juga mempengaruhi terjadinya kepatuhan minum obat
pada pasien dengan hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pada lansia penderita hipertensi di wilayah Puskesmas Gayamsari Kota Semarang.
Metodelogi Penelitian : Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif korelasi dengan
pendekatan cross sectional dan instrument penelitian dengan menggunakan kusioner. Teknik sampel yang digunakan
adalah Teknik Purposive Sampling. Populasi dengan jumlah 210 lansia penderita hipertensi dan jumlah sampel 137
lansia penderita hipertensi. Analisa data yang digunakan yaitu uji Rank Spearman.
Hasil : Hasil dari penelitian ini didapatkan dari 62 lansia responden terdapat dukungan keluarga baik, 46 (33,6%)
mempunyai kepatuhan minum obat yang tinggi dan 15 lansia mendapat dukungan keluarga kurang, 15 (10,9%)
mempunyai kepatuhan minum obat yang sedang. Hasil uji statistik Spearman Rho menunjukkan bahwa nilai  value
0,000 ≤ 0,05. Koefisiensi korelasi 0,874 yang artinya terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum
obat pada lansia penderita hipertensi di Wilayah Puskesmas Gayamsari Kota Semarang adalah sangat kuat.
Kesimpulan : Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada lansia penderita hipertensi di
wilayah Puskesmas Gayamsari Kota Semarang.

Kata Kunci : Dukungan keluarga, Kepatuhan minum obat, Lansia

ABSTRACT

Background: Family support a trait that supportive and always provides help and assistance if needed by one of the
family members. Form of family support in the form of information, assessment, instrumental, and emotional.
According to records from the Health Profile of Central Java in 2017, the number of patients with hypertension was
8355 people. Family support also affects the occurrence of medication adherence in patients with hypertension. The
purpose of this study was to determine the relationship of family support with medication adherence in elderly people
with hypertension in the Gayamsari Community Health Center in Semarang.
Research Methodology: This study uses quantitative research with a descriptive correlation method with a cross
sectional approach and research instruments using questionnaires. The sample technique used Purposive Sampling
Technique. The population 210 elderly and the sample 137 elderly. Analysis of the data used is the Spearman Rank test.
Results: The results of this study were obtained from 62 elderly respondents with good family support, 46 (33,6%) had
high medication adherence and 15 elderly received less family support, 15 (10,9%) had moderate medication
adherence . Spearman Rho statistical test results showed that ρ value 0,000 ≤α 0,05. Correlation coefficient 0,874
which means there is a relationship of family support with medication adherence in elderly people with hypertension in
the Gayamsari Community Health Center in Semarang city very strong.
Conclusion: There is a relationship of family support with medication adherence in elderly patients with hypertension
in the Gayamsari Community Health Center in Semarang.

Keywords: Family Support, Compliance with medication, Elderly

21
PENDAHULUAN penderita yang tidak memiliki keluarga atau tidak ada
Lansia merupakan proses akhir dari perkembangan
manusia. Proses akhir perkembangan ditandai dengan
penurunan sistem kardiovaskuler. Salah satu masalah
yang dihadapi lansia pada penurunan fungsi
kardiovaskuler adalah hipertensi (Azmi, Karim, Nauli,
2018). Hipertensi pada lansia terjadi karena adanya
penebalan pada dinding arteri yang mengakibatkan
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga
pembuluh darah berangsur-angsur mengalami
penyempitan dan menjadi kaku. Penyempitan pada
sistem peredaran darah mengakibatkan kenaikan
tekanan darah diatas nilai normal yaitu tekanan
sistolik
≥140 mmHg sedangkan tekanan diastolik ≥90 mmHg
(Novitaningtyas, 2014). Hipertensi pada lansia
merupakan penyakit kronis yang disebut juga dengan
pembunuh gelap (silent killer) karena termasuk dalam
kategori penyakit yang mematikan tanpa disertai dengan
gejala-gejala terlebih dahulu sebagai peringatan bagi
korbannya. Jika gejala tersebut muncul, seringkali
dianggap gangguan biasa oleh penderita, sehingga
penderita terlambat menyadari akan datangnya dampak
penyakit hipertensi yang berkembang dari tahun ke
tahun sehingga menyebabkan komplikasi
(Merdikoputro, 2014). Prevalensi hipertensi di
Indonesia tercatat sebanyak 8355 jiwa, penderita
hipertensi berdasarkan usia lanjut usia (≥60 tahun)
sebanyak 7413 jiwa. Upaya yang telah dilakukan untuk
menangani kasus hipertensi yaitu mengaktifkan
kegiatan posbindu, pemeriksaan tekanan darah di
pelayanan kesehatan terdekat dan pemberian obat
penurun tekanan darah (Profil Kesehatan Jawa Tengah,
2017). Dari data hasil rekapitulasi Penyakit Hipertensi
puskesmas kota Semarang tahun 2017 menunjukkan
bahwa Puskesmas Gayamsari merupakan puskesmas
dengan rate kasus tertinggi yaitu 8,56% dan selalu
mengalami kenaikan jumlah kasus-kasus baru pada
tahun 2015-2017. Pada tahun 2015 terdapat 1651 kasus
baru, tahun 2016 naik 2% menjadi 1682 kasus baru dan
pada tahun 2017 terjadi peningkatan lagi sebesar 13%
menjadi 1940 kasus baru (Puskesmas Gayamsari, 2017).
Lansia dengan penyakit hipertensi memiliki masalah
besar pada kepatuhan minum obat, derajat dimana
lansia mengikuti anjuran klinis dari dokter yang
memberi obat untuknya. Dalam hal ini dukungan
keluarga merupakan faktor penting dalam membantu
individu dalam menyelesaikan masalah pada lansia.
Dukungan keluarga yang didapatkan lansia akan
menambah rasa percaya diri dan menambah motivasi
untuk menghadapi masalah dan meningkatkan kepuasan
hidup, dukungan ini berupa pemberian motivasi,
dukungan ekonomi serta kesediaan mengingatkan atau
menyiapkan obat yang akan diminum oleh lansia
penderita hipertensi (Niman, 2017). Dukungan keluarga
berpengaruh pada kepatuhan minum obat penderita
hipertensi. Pengobatan pasien yang tidak lengkap
disebabkan oleh peranan anggota keluarga yang tidak
sepenuhnya mendampingi penderita, akibatnya penyakit
hipertensi yang diderita kambuh kembali. Kepatuhan
dalam pengobatan akan meningkat ketika penderita
mendapat bantuan dari keluarga. Di samping itu,
22
suportif dari keluarga akan mempengaruhi terakhir SMA dan sebanyak 8 lansia (5,8%) lansia
terminasi pengobatan lebih awal dan hasil tidak terakhir Perguruan Tinggi. Pada penelitian ini mayoritas
memuaskan (Desy, 2014). yang paling banyak pendidikan
Berdasarkan fenomena tersebut peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian terkait
“Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan
minum obat pada lansia penderita hipertensi di
wilayah Puskesmas Gayamsari Kota Semarang”.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah cross sectional
yaitu peneliti mengukur atau mengumpulkan
datanya dan dilakukan dalam satu waktu secara
bersamaan. Populasi dalam penelitian ini lansia
yang memiliki penyakit hipertensi sebanyak 137
lansia yang melakukan pemeriksaan di puskesmas
gayamsari kota semarang. Pada penelitian ini
teknik yang digunakan non probability sampling
yaitu teknik purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas
Gayamsari Kota Semarang memliki luas wilayah
750,15 ha yang terletak di Jl.Slamet Riyadi No.4 A
Semarang, Jawa Tengah.
Karakteristik Responden
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
jenis kelamin.
Jenis Kelamin Frek Presentase
Laki-laki 36 26,27
Perempuan 101 73,72

Berdasarkan tabel 1 hasil penelitian pada


karakteristik jenis kelamin menunjukkan bahwa
sebanyak 101 lansia (73,7%) berjenis kelamin
perempuan dan sebanyak 36 lansia (26,3%)
berjenis kelamin laki-laki. Pada penelitian ini
mayoritas yang paling banyak berjenis kelamin
perempuan sebanyak 101 lansia (73,7%). Hal ini
dikarenakan adanya masalah hormonal. Pada
wanita lansia yang mayoritas sudah mengalami
menopause terdapat hormon progesteron yang
lebih banyak daripada hormon esterogen. Hormon
progesteronlah yang memicu peningkatan tekanan
darah Kusumawaty (2016).
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
riwayat pendidikan.
Tingkat Pendidikan Frek
Presentase Tidak tamat
SD 6 4,37
SD 16 11,67
SMP 35 25,54
SMA 72 52,55
Perguruan Tinggi 8 5,83

Berdasarkan tabel 2, karakteristik responden


berdasarkan riwayat pendidikan menunjukkan
bahwa sebanyak 6 lansia (4,4%) tidak tamat SD,
sebanyak 17 lansia (12,4%) tingkat pendidikan
terakhir SD, sebanyak 34 lansia (24,8%) penderita
terakhir SMP, 72 (52,6%) lansia pendidikan
23
terakhir SMA sebanyak 72 lansia (52,6%). Hal ini merasa mendapat bantuan, simpati dan empati yang
menunjukkan bahwa program pendidikan efektif dalam diberikan oleh keluarga kepadanya baik berupa barang,
meningkatkan pengetahuan, meningkatkan manajemen jasa, informasi, nasehat, yang mana membuat lansia
diri, dan mengendalikan kebiasaan gaya hidup yang merasa, disayang, dicintai, dihargai dan memiliki
merugikan pasien dengan hipertensi. Pendidikan juga semangat atau motivasi untuk selalu sehat. Hal ini
sangat berpengaruh tentang hipertensi terhadap diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh
peningkatan pengetahuan mengelola hipertensi Beigi, et Ningrum (2018) yang menyatakan bahwa masih
al., (2014). berfungsinya keluarga untuk memperhatikan,
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan menghargai, mencintai, dan membantu berupa materi,
riwayat pekerjaan informasi, instrument atau bantuan secara langsung dan
Riwayat Pekerjaan Frek Persentase berupa pujian atas keberhasilan yang dicapai oleh
PNS 10 7,29 responden.
Swasta 35 25,54 Penyakit kronis seperti hipertensi membutuhkan
Wirausaha 37 27,00 pengobatan seumur hidup. Hal ini merupakan tantangan
Tidak Bekerja 55 40,14 bagi lansia yang mengalami hipertensi serta keluarga
agar dapat mempertahankan motivasi untuk mematuhi
Berdasarkan tabel 3 hasil penelitian pada karakteristik pebgobatan selama bertahun-tahun. Salah satu
responden dengan riwayat pekerjaan menunjukkan meningkatkan motivasi adalah melalui dukungan
bahwa sebanyak 10 lansia (7,3%) memiliki riwayat keluarga (Osamor, 2015). Dukungan keluarga dapat
pekerjaan PNS, sebanyak 35 (25,5%) dengan riwayat dilakukan dengan memberi motivasi, mengingatkan
pekerjaan swasta, sebanyak 37 lansia (27,0%) dengan dalam hal minum obat, mendengarkan lansia dalam
riwayat pekerjaan wirausaha dan sebanyak 55 lansia bercerita, menyediakan biaya pengobatan, mengawasi
(40,1%) menyatakan bahwa tidak bekerja. Pada lansia dalam meminum obat. Dukungan dari keluarga
penelitian ini mayoritas yang paling banyak tidak membuat penderita tidak merasa terbebani dengan
bekerja sebanyak 55 lansia (40,1%). Hal ini penyakit yang dideritanya. Dukungan keluarga sebagai
menunjukkan bahwa pekerjaan sangat berpengaruh suatu koping keluarga dalam menghadapi masalah salah
terhadap penderita hipertensi lansia karena fisiknya satu anggota keluarganya, sehingga keluarga dapat
sudah mulai melemah dan lansia sudah tidak mampu meningkatkan semangat dan motivasi untuk berperilaku
dalam cekatan beraktifitas.Menurut Livana, dkk (2018) sehat (Irnawati, 2016).
menyatakan bahwa volume pekerjaan lansia lebih Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
sedikit dibandingkan pekerjaan orang muda. Kepatuhan Minum Obat
Sehubungan dengan itu, menurut Maryam (2011) juga
menyatakan proses K Jumlah
e Presentas
degenerative p
a
menyebabkan t
u
h
a
n
terjadinya penurunan Minum Obat
fungsi organ-organ
tubuh karena kerusakan Tinggi 53
sel-sel akibat proses 38,7
menua, sehingga Sedang
menjadikan populasi
lansia rentan terhadap 84
perubahan- perubahan
kehidupan terkait 61,3
dengan biologi atau Rendah 0
fikiran fisik dan tidak 0
produktif lagi. Total
Tabel 4. Distribusi
Frekuensi Responden
137
Berdasarkan Dukungan
Keluarga
100%
Berdasarkan tabel 5
diketahui hasil penelitian
kepatuhan minum obat
pada lansia penderita

23
hipertensi dan yang terakhir
D
Jumlah sebanyak 53 tidak terdapat lansia
u lansia (38,7%) yang memiliki
k Pres sedangkan 84 kategori kepatuhan
u enta lansia (61,3%) minum obat rendah.
n se dan kepatuhan Pada penilitian ini
g (%) minum obat mayoritas kepatuhan
a berkategori minum obat dalam
n sedang kategori sedang
sebanyak 84 lansia
K (61,3%). Hal itu
e diartikan bahwa
l responden
u membutuhkan
a keluarga untuk
r sekedar
g mengingatkan,
a menyimpan atau
Baik kategori baik sebanyak 62 mengawasi
lansia (45,3%). hal responden dalam
62 tersebut menunjukkan waktu minum obat.
bahwa responden lansia Menurut Niven
45,3 merasa mendapatkan (2013) dalam
Cukup perhatian dari Ningrum (2018)
keluarganya, responden mengatakan bahwa
lansia merasa disayangi, salah satu faktor
60
dicintai dan dihormati yang menyebabkan
oleh anggota keluarganya. ketidakpatuhan
43,8 dalam minum obat
Dukungan keluarga
Kurang yaitu sebagian besar
dinyatakan baik jika
lansia pasien tidak
15 memahami instruksi
yang diberikan,
10,9 karena kegagalan
Total professional
kesehatan dalam
137 memberikan
informasi yang
100% lengkap, penggunaan
Berdasarkan istilah-istilah medis
tabel 4 diketahui hasil dan banyaknya
penelitian yang telah instruksi yang harus
dilakukan menunjukkan diingat oleh pasien.
bahwa sebagian besar Hal ini diperkuat
responden mendapat oleh Susanto (2015)
dukungan keluarga bahwa kurangnya
berkategori baik pemahaman pasien
berjumlah 62 lansia tentang hipertensi
(45,3%) sedangkan 60 dan tujuan terapi
lansia (43,8%) yang hipertensi dapat
mendapat dukungan mempengaruhi
keluarga berkategori kepatuhan pasien
cukup dan yang terakhir dalam pengobatan
15 lansia (10,9%) hipertensi.
mendapat dukungan
keluarga berkategori
kurang. Dari hasil
tersebut diketahui
bahwa lansia yang
paling banyak
mendapatkan dukungan
keluarga dengan
24
Analisa Bivariat
Tabel 7. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat pada Lansia Penderita Hipertensi di Wilayah
Puskesmas Gayamsari Kota Semarang

Dukungan Kepatuhan Minum Obat


Keluarga Tinggi Sedang Rendah Total % P Value Rho
Frek % Frek % Frek %
Baik 46 74,2 16 25,8 0 0 62 100
Cukup 7 11,7 53 88,3 0 0 60 100 0,000 0,874
Kurang 0 0,0 15 100,0 0 0 15 100
Total 53 38,7 84 61,3 0 0 137 100%
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 137 lansia di
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan wilayah Puskesmas Gayamsari Kota Semarang diantaranya
Minum Obat pada Lansia Penderita Hipertensi di 15 lansia tidak memiliki dukungan keluarga kurang dengan
Wilayah Puskesmas Gayamsari Kota Semarang kepatuhan minum obat tinggi, dan terdapat 15 lansia
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa (100%) memiliki dukungan keluarga kurang dengan
hasil uji statistic dengan p value < α yang berarti (0,000 kepatuhan minum obat sedang serta tidak terdapat lansia
< 0,05) sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang memiliki dukungan keluarga kurang dengan
dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada kepatuhan minum obat yang rendah.
lansia penderita hipertensi di Wilayah Puskesmas Hal ini dikarenakan lansia merasa tidak diperhatikan,
Gayamsari Kota Semarang (Ha diterima Ho ditolak). tidak diberi kasih sayang dan pengertian dikarenakan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 137 ekonomi yang kurang sehingga keluarga kurang mampu
lansia di wilayah Puskesmas Gayamsari Kota Semarang memenuhi kebutuhan lansia ataupun dikarenakan
diantaranya 62 lansia memiliki dukungan keluarga baik kesibukan keluarga dalam bekerja sehingga mengabaikan
dengan kepatuhan minum obat tinggi sebanyak 46 dan kurang peduli dengan apa yang terjadi oleh lansia.
lansia (74,2%), dukungan keluarga baik dengan Pernyataan ini diperkuat oleh Utami (2016) yang
kepatuhan minum obat sedang sebanyak 16 lansia menyatakan bahwa penderita hipertensi yang tidak
(25,8%) dan tidak ada lansia yang memiliki dukungan memperoleh dukungan keluarga seperti perhatian, kasih
keluarga baik dengan kepatuhan minum obat rendah. sayang, dukungan penghargaan yang positif, dan dukungan
Hal ini dikarenakan lansia merasa mendapat secara financial akan merasa dirinya tidak berguna dan
bantuan, simpati dan empati yang diberikan oleh cenderung untuk tidak mengikuti nasehat atau saran dari
keluarga kepadanya baik berupa barang, jasa, informasi, tenaga medis.
nasehat, yang mana membuat lansia merasa, disayang, Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang
dicintai, dihargai dan memiliki semangat atau motivasi dilakukan oleh Ningrum (2018) dalam judul Hubungan
untuk selalu sehat. Pernyataan ini diperkuat oleh Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat
Ningrum (2018) yang menyatakan bahwa masih Pasien Hipertensi di Puskesmas Seyegan Sleman
berfungsinya keluarga untuk memperhatikan, Yogyakarta, menyatakan bahwa terdapat dukungan
menghargai, mencintai, dan membantu berupa materi, keluarga dengan kategori baik dan kepatuhan minum obat
informasi, instrument atau bantuan secara langsung dan dengan kategori sedang serta masih berfungsinya keluarga
berupa pujian atas keberhasilan yang dicapai oleh untuk memberi perhatian, menghargai dan mencintai
responden. anggota keluarga yang sakit. Dari penelitian tersebut maka
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 137 ditemukan adanya hubungan dukungan keluarga dengan
lansia di wilayah Puskesmas Gayamsari Kota Semarang kepatuhan minum obat pada penderita hipertensi. Hasil
diantaranya 60 lansia memiliki dukungan keluarga analisis menunjukkan ρ value 0,000 (ρ< 0,05) dan
cukup dengan kepatuhan minum obat tinggi sebanyak 7 koefisien korelasi sebesar 0,426. Hasil analisis tersebut
lansia (11,7%), dukungan keluarga cukup dengan menunjukkan bahwa semakin baik dukungan keluarga
kepatuhan minum obat sedang sebanyak 16 lansia yang didapatkan oleh penderita hipertensi maka dalam
(25,8%), dan tidak terdapat lansia dengan dukungan menjalankan kepatuhan minum obat pada hipertensi juga
keluarga cukup dan kepatuhan minum obat rendah. Hal akan semakin baik.
ini dikarenakan lansia merasa tenang dan bahagia
karena meskipun keluarga sibuk bekerja tetapi masih
memberi bantuan berupa materi, barang atau jasa, dan
secara emosional. Pernyataan ini diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yeni (2016) menyatakan
bahwa karena adanya dukungan keluarga yang
diberikan baik itu dukungan emosional, penghargaan,
instrumental maupun informasional yang dapat
membuat penderita mengikuti ketentuan terapi yang
sudah ditetapkan.

24
SIMPULAN sarjana keperawatan serta mengembangkan tugas
1. Dukungan keluarga pada lansia penderita keperawatan khususnya keperawatan gerontik.
hipertensi di wilayah Puskesmas Gayamsari
Kota Semarang menunjukkan bahwa lansia
hipertensi dengan kategori dukungan keluarga DAFTAR PUSTAKA
baik sebanyak 62 lansia (45,3%) dukungan
keluarga cukup sebanyak 60 lansia (43,8%), Azmi, Nur., Karim, Darwin., Nauli, F.A. (2018).
dan dukungan keluarga kurang sebanyak 15 Gambaran Kualitas Hidup Lansia Dengan
lansia (10,9%). Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
2. Kepatuhan minum obat pada lansia penderita Sidomulyo Kecamatan Tampan Pekanbaru.
hipertensi di wilayah Puskesmas Gayamsari Diakses pada bulan Mei 2019.
Kota Semarang menunjukkan bahwa lansia Beigi, M.A., Zibaeenezad M.J., Aghasadeghi K.,
hipertensi dengan kategori kepatuhan minum Aghasadeghi, K., Jokar, A., Shekarforoush,
obat tinggi sebanyak 53 lansia (38,7%) dan S., & Khazraei, H. (2014). The effect of
kepatuhan minum obat sedang sebanyak 84 educational program on hypertension
lansia (61,3%). management. International Cardiovascular
3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan Research Journal, 8(3) 94-98.
kepatuhan minum obat pada lansia penderita Desy, F.M. (2014). Hubungan Antara Dukungan
Hipertensi di wilayah Puskesmas Gayamsari Keluarga Dan Kepatuhan Minum Obat
Kota Semarang dengan nilai ρ value 0,000 < α Pada Penderita Tuberkulosis Di Wilayah
0,0. Maka Ha diterima dan Ho ditolak. Ciputat Tahun 2014. Diakses pada bulan
Mei 2019.
SARAN Irnawati, N, M. (2016) Pengaruh Dukungan Keluarga
1. Bagi Pelayanan Kesehatan (perawat) di Puskesmas Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada
Gayamsari Penderita Tuberkulosis Di Puskesmas
Saran yang peneliti ajukan untuk Perawat Metoboi Kecil Kota Kotamobagu. Jurnal
Puskesmas Gayamsari agar dapat meningkatkan Kedokteran Komunitas dan Tropik, IV (1),
pelayanan serta memberikan informasi dan 59-64.
motivasi secara kontinue kepada lansia penderita Kusumawaty, dkk. (2016). Hubungan Jenis Kelamin
hipertensi tentang kepatuhan atau ketaatan dalam dengan Intensitas Hipertensi pada Lansia di
mengkonsumsi obat hipertensi. Wilayah Kerja Puskesmas Lakbok
2. Bagi Institusi Pendidikan Kabupaten Ciamis.
Saran yang peneliti ajukan untuk Institusi http://journal.umy.ac.id/index.php/mm/articl
Pendidikan Stikes Widya Husada Semarang yaitu e/view/4450. Diakses pada tanggal 10
diharapkan agar dapat menggunakan hasil Agustus 2019.
penelitian ini sebagai referensi dan bahan tolok Livana, dkk. (2018). Gambaran Tingkat Depresi
ukur untuk melakukan penelitian. Lansia.
3. Bagi Keluarga http://jki.ui.ac/index.php/jki/article/view/464
Saran dari peneliti untuk keluarga yang memiliki . Diakses pada tanggal 5 Agustus 2019.
lansia dengan hipertensi hendaknya lebih dapat Maryam, dkk. (2011). Mengenal Usia Lanjut dan
meluangkan waktu untuk mengawasi saat minum Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika.
obat, serta keluarga dapat meluangkan waktu Merdikoputro, Djoko. (2014). Hubungan Dukungan
untuk mendengarkan cerita, keluh kesah, dan Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat Pada
memberi respon terhadap apa yang diceritakan Pasien Hipertensi Di Puskesmas Dau
oleh lansia tersebut. Karena dengan cara itu lansia Kabupaten Malang. Diakses pada Mei 2019.
dapat merasa dirinya masih disayangi, dicintai, Niman, Sisilia., Hariyanto, Tanto., Dewi, Novita.
dibutuhkan dan dihargai oleh keluarganya. (2017). Hubungan Antara Dukungan
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Keluarga Dengan Fungsi Sosial Lansia Di
Saran yang diajukan untuk peneliti selanjutnya Wilayah Kelurahan Tlogomas Kecamatan
diharapkan dapat melakukan penelitian lanjutan Lowokwaru Malang. Diaksaes pada Mei
mengenai Hubungan dukungan keluarga dengan 2019.
kepatuhan minum obat pada lansia penderita Novitaningtyas, T. (2014). Hubungan karakteristik
hipertensi dan serta dapat memeriksa tekanan (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan)
darah lansia serta dapat mengganti dengan metode dan aktivitas fisik dengan tekanan darah
kualitatif guna mengetahui lebih lanjut tentang pada lansia di kelurahan makamhaji
dukungan keluarga dan dampak yang dirasakan kecamatan kartasura kabupaten sukoharjo.
oleh responden. Diakses pada Mei 2019.
5. Bagi Peneliti Osamor, P.E. (2015) Social support and management of
Penelitian ini dibuat guna untuk mengetahui hypertension in South-Nigeria.
adanya hubungan dukungan keluarga dengan Cardiovascular Journal of Africa, 26 (1),
kepatuhan minum obat pada lansia penderita 29-33.
hipertensi dan syarat untuk memenuhi lulus Puskesmas Gayamsari, Profil Puskesmas Tahun 2018,

25
(2018), Semarang; Puskesmas Gayamsari.
Rahayu, Minarti. (2013). Dinamika Strategik
Wirausahawan Tionghwa. Malang : UB
Press.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif.
Bandung : Alfabeta.
Susanto, Y. (2015). Hubungan Dukungan Keluarga
Dengan Kepatuhan Minum Obat Pasien
Hipertensi Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sungai Cuka Kabupaten Tanah
Laut. Jurnal Ilmiah Manuntung, 1(1), 62-67.
Trijono, Rachmat. (2015). Metode Penelitian
Kuantitatif. Jakarta : Papas Sinar Sinanti.
Utami, Sri. 2016. Hubungan Dukungan Sosial
Keluarga dengan Kepatuhan Berobat
Penderita Hipertensi di
Puskesmas Tualang.
http://ejournal.uin-
suska.ac.id/index.php/psikologi/article/view/
3235. Diakses pada tanggal 10 Agustus
2019.
Yeni, Fitra, dkk. (2016). Dukungan Keluarga
Mempengaruhi Kepatuhan Pasien
Hipertensi.
http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/4
71. Diakses pada tanggal 8 Agustus 2019.

26
Sistem Pelayanan Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas:
Studi Kasus di Dusun Mensaleng
H. L. Muhamad Amin
Email: laluaminbagu@gmail.com

Fakultas Kesehatan Universitas Qamarul Huda Badaruddin

ABSTRAK

Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan pada


masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan
yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitas
dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatanyang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan. Sistem
pelayanan Perawatan komunitas di Dusun Mensaleng harus mendapatkan perhatian sehingga,
masyarkat di desa Bagu Dusun Mensaleng menjadi sadar tentang pentingnya kesehatan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sistem pelayanan asuhan keperawatan kesehatan
komunitas di Desa Bagu Dusun Mensaleng menjadi lebih baik dalam pelayanan kesehatan di
Masyarakat

Kata kunci: Pelayanan, keperawatan, komunitas

ABSTRACT

Community nursing is a professional nursing service aimed at people with a high risk group
emphasis on efforts to achieve optimal health status through health promotion, disease prevention,
rehabilitation of rehabilitation by ensuring the affordability of health services needed and involving
clients as partners in planning, implementing and evaluating services nursing (CHN (1977) in
Fallen & Budi (2010)). The community care service system in Mensaleng Hamlet should get
attention so that the people in the village of Bagu Mensaleng Hamlet become aware of the
importance of health. Based on the results of the study, it can be concluded that the system of
community health nursing care services in the village of Bagu, Mensaleng, to be better in health
services in the community.

Keywords: Service, nursing, community

A. LATAR BELAKANG (tahun 1980an), tahun 1993 mulai berkembang


Berdasarkan sejarah evolusi riset pada informatika keperawatan, promosi dan
keperawatan bahwa masa lalu berorientasi teknologi. Tahun 1995-1999 muncul model
kelanjutan pada pendidikan (1940-1950), tahun keperawatan berbasis komunitas.
1960-1970 mulai muncul konsep tentang Dari sejarah tentang evolusi riset
keperawatan seperti konsep kerangka kerja, teori keperawatan bahwa keperawatan komunitas baru
dan kontekstual sekitar komunikasi. Pada massa muncul pada masa sekarang. Pada masa
sekarang ada kecendrungan kepenelitian klinis paradigma yang digunakan adalah paradigma

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda, Volume 7, Nomor 2 Desember 2019 Halaman 59


sakit, yaitu tindakan yang berperan adalah upaya kesehatan profesional terdepan yang
kuratif. Kita sadari dulu banyaknya “dokter memberikan pelayanan kesehatan kepada
kecil” dan “ mantri keliling” yang melaksanakan masyarakat secara komprehensif.
upaya kuratif. Sebenarnya masalah ini tidak Keperawatan sebagai bentuk komprehensif
dapat terlalu disalahkan karena sedikitnya tenaga melakukan penekanan tujuan untuk menekan
medis yang bisa menjangkau masyarakat. Saat stressor atau meningkatkan kemampuan
sekarang tenaga perawat adalah sangatlah komunitas mengatasi stressor melalui
banyak, hampir separuh tenaga perawat adalah pencegahan primer, sekunder, tersier. Penigkatan
perawat komunitas. Paradigma sakit telah kesehatan berupa pencegahan penyakit ini bisa
bergeser pada paradigma sehat dimana upaya melalui pelayanan keperawatan langsung dan
promotif dan preventif lebih ditekankan dari perhatian langsung terhadap seluruh masyarakat
pada upaya kuratif. Tujuannya tidak lain untuk dan ,mempertimbangkan bagaimana masalah
menumbuhkan kemandirian pada masyarakat. kesehatan masyarakat mempengaruhi kesehatan
Dikatakan bermutu dan berkualitas apabila suatu individu, keluarga, dan kelompok. Peningkatan
upaya yang dilakukan sesuai standar keilmuan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan
dan dapat memuaskan sipenerima upaya. merupakan suatu proses dimana individu,
Masalah ini tidaklah beda antara masa lalu dan keluarga dan lembaga masyarakat termasuk
sekarang. Artinya upaya perawatan komunitas swasta mengambil tanggung jawab terhadap
baik dulu maupun sekarang haruslah sesuai masyarakat atas kesehatan diri keluarga dan
dengan standar keilmuan pada masing-masing masyarakat, mengembangkan kemampuan untuk
dan dapat memuaskan penerima upaya menyehatkan diri, keluarga dan masyarakat serta
perawatan jika ingin dikatakan bermutu dan menjadi pelaku atau perintis kesehatan dan
berkualitas. Dapat disimpulkan bahwa pemimpin yang menggerakkan kegiatan
perkembangan ilmu pengetahuan, perbedaan masyarakat dibidang kesehatan berdasarkan azas
pendidikan, waktu serta pergeseran paradigma kemandirian dan kebersamaan. Dari hal tersebut
dari sakit menjadi sehat mempengaruhi terhadap masyarakat dapat berperan serta dengan
perbedaan keperawatan komunitas saat dulu dan menyumbangkan tenaga, pikiran atau
sekarang [1]. pengetahuan, sarana, dana yang dimilikinya
Keperawatan komunitas adalah pelayanan untuk upaya kesehatan [2].
keperawatan profesional yang ditujukan pada Asuhan keperawatan (askep) komunitas
masyarakat dengan penekanan kelompok risiko dilakukan dengan pendekatan proses
tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan keperawatan. Penerapan dari proses keperawatan
yang optimal melalui peningkatan kesehatan, bervariasi pada setiap situasi, tetapi prosesnya
pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitas memiliki kesamaan. Elemennya menggunakan
dengan menjamin keterjangkauan pelayanan metode pendekatan proses keperawatan. Proses
kesehatanyang dibutuhkan dan melibatkan klien keperawatan adalah suatu kerangka operasional
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dalam pelaksanaan askep yang berupa rangkaian
dan evaluasi pelayanan keperawatan [1]. Di kegiatan secara sistematis sehingga masyarakat
Indonesia dikenal dengan sebutan perawatan mampu secara mandiri dalam menghadapi
kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang masalah kesehatannya.Adanya kesungguhan,
dimulai sejak permulaan konsep puskesmas kesesuain, bersiklus, berfokus pada klien,
diperkenalkan sebagai institusi pelayanan interaktif dan berorientasi pada komunitas,

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda, Volume 7, Nomor 2 Desember 2019 Halaman 60


adalah elemen-elemen penting dalam asuhan baik yang sehat maupun yang sakit;
keperawatan komunitas. 5. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya
Dalam melaksanakan keperawatan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan
masyarakat, seorang perawat kesehatan resosialitatif dengan penekanan pada upaya
komunitas harus mampu memberi perhatian preventif dan promotif;
terhadap elemen-elemen tersebut akan tampak 6. Melibatkan partisipasi masyarakat;
pada rangkaian kegiatan dalam proses 7. Bekerja secara team (bekerjasama);
keperawatan yang berjalan berkesinambungan 8. Menggunakan pendekatan pemecahan
secara dinamis dalam suatu siklus melalui tahap masalah dan perilaku;
pengkajian, analisis data, diagnosa keperawatan, 9. Menggunakan proses keperawatan sebagai
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. pendekatan ilmiah;
Keperawatan komunitas perlu 10. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan hidup sehat dan derajat kesehatan
dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, masyarakat secara keseluruhan.
sesuai keyakinan keperawatan komunitas. Keyakinan keperawatan komunitas yang
Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas mendasari praktik keperawatan komunitas
menurut American Nurses Assicoation (ANA, adalah:
1980) [2] didasarkan pada asumsi: 1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia,
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat dapat dijangkau dan dapat diterima semua
kompleks; orang;
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan 2. Penyusunan kebijakan seharusnya
tersier merupakan komponen pelayanan melibatkan penerima pelayanan dalam hal
kesehatan; ini komunitas;
3. Keperawatan merupakan subsistem 3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan
pelayanan kesehatan, dimana hasil klien sebagai penerima pelayanan perlu
pendidikan dan penelitian melandasi terjalin kerjasama yang baik;
praktek; 4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan
4. Fokus utama adalah keperawatan primer komunitas baik bersifat mendukung
sehingga keperawatan komunitas perlu maupun mengahambat;
dikembangkan di tatanan kesehatan utama; 5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam
Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan upaya meningkatkan kesehatan;
mengacu kepada asumsi-asumsi dasar mengenai 6. Kesehatan merupakan tanggung jawab
perawatan kesehatan masyarakat, yaitu: setiap orang.
1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan Berdasarkan asumsi dasar dan keyakinan
khususnya keperawatan; yang mendasar tersebut, maka dapat
2. Merupakan bidang khusus keperawatan; dikembangkan falsafah keperawatan komunitas
3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu sebagai landasan praktik keperawatan
kesehatan masyarakat dan ilmu sosial komunitas. Keperawatan komunitas merupakan
(interaksi sosial dan peran serta pelayanan yang memberikan perhatian terhadap
masyarakat); pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural
4. Sasaran pelayanan adalah individu, dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan
keluarga, kelompok khusus dan masyarakat memberikan prioritas pada strategi pencegahan

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda, Volume 7, Nomor 2 Desember 2019 Halaman 61


penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah
yang melandasi keperawatan komunitas
B. METODE PENELITIAN
mengacu kepada paradigma keperawatan yang
Penelitian ini menggunakan metode analitik
terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia,
deskriftif kuantitatif [3]. Populasi dalam
kesehatan, lingkungan, dan keperawatan
penelitian ini adalah penduduk Mesaleng Desa
sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagu dan terlibat dalam pemberian asuhan
1. Pelayanan keperawatan kesehatan
keperawatan. Data dikumpulkan menggunakan
masyarakat adalah pekerjaan yang luhur
kuesioner dan lembar observasi, kemudian
dan manusiawi yang ditujukan kepada
dianalisis.
individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat;
C. HASIL DAN
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah
suatu upaya berdasrkan kemanusiaan untuk PEMBAHASAN
meningkatkan pertumbuhan dan PENELITIAN
perkembangan bagi terwujudnya manusia Berikut ini adalah data hasil penelitian yang
yang sehat khususnya dan masyarakat yang dikoleksi bersamaan dengan kegiatan lapangan
sehat pada umumnya; di Desa Mesaleng [4].
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat
harus terjangkau dan dapat diterima oleh Sumber air bersih
semua orang dan merupakan bagian integral Tabel 1.
dari upaya kesehatan; Distribusi KK berdasarkan sumber air yang di
gunakan di Dusun Mensaleng
4. Upaya preventif dan promotif merupakan
No Sumber Air Jumlah (KK) Persentase (%)
upaya pokok tanpa mengabaikan upaya 1 PAM 12 10.87
kuratif dan rehabilitatif; 2 Sumur 108 84.78
5. Pelayanan keperawatan kesehatan 3 Sungai 2 1.45
4 Mata air 6 5.07
masyarakat yang diberikan berlangsung 5 Air mineral 10 10.87
secara berkesinambungan; TOTAL 138 100%
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai Dari tabel diatas didapatkan bahwa sebagian
provider dan klien sebagai konsumer besar penduduk menggunakan sumur sebanyak
pelayanan keperawatan dan kesehatan, 117 KK (84.78%), dan sebagian kecil penduduk
menjamin suatu hubungan yang saling menggunakan sumber air yaitu I sungai
mendukung dan mempengaruhi perubahan sebanyak 2 KK ( 1,45% )
dalam kebijaksanaan dan pelayanan Tabel 2
kesehatan ke arah peningkatan status Distribusi KK berdasarkan sistem pengolahan air
minum di Dusun Mensaleng
kesehatan masyarakat;
No Pengolahan Jumlah Persentase
7. Pengembangan tenaga keperawatan Air (KK) (%)
kesehatan masyarakat direncanakan secara 1 Dimasak 99 71.74
berkesinambungan dan terus menerus; 2 Tidak dimasak 39 28.26
TOTAL 138 1.00
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut
Dari tabel diatas didapatkan bahwa
bertanggung jawab atas kesehatannya, ia
penduduk memasak air minum sebanyak 99 KK
harus ikut dalam upaya mendorong,
( 71.74%), sedangkan yang tidak dimasak
mendidik dan berpartisipasi aktif dalam
sebanyak 39 KK (28.26%).
pelayanan kesehatan mereka sendiri.

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda, Volume 7, Nomor 2 Desember 2019 Halaman 62


Tabel 3 Tabel 6
Distribusi KK berdasarkan sumber air untuk Distribusi KK berdasarkan kondisi tempat
keseharian di Dusun Mensaleng penampungan air di Dusun Mensaleng
No Kondisi Jumlah Persentase
penampungan (KK) (%)
1 Terbuka 95 68.84
2 Tertutup 43 31.16
TOTAL 138 100.00
Dari tabel diatas didapatkan bahwa kondisi
tempat penampungan air terbuka sebanyak 95
KK (84.78%) dan tertutup sebanyak 43 KK
Dari tabel diatas didapatkan bahwa sumber (15.52%).
air untuk keseharian sebagian besar Tabel 7
menggunakan sumur sebanyak 128 KK Distribusi KK berdasarkan kondisi
(92.76%),dan sebagian kecil penduduk air di Dusun Mensaleng
No Kondisi air Jumlah Persentase
menggunakan air mineral 1 KK (0,72%). (KK) (%)
Tabel 4 1 Berwarna 1 0.72
Distribusi KK berdasarkan jarak sumber air dengan 2 Berbau 0 0.00
septic tank di Dusun Mensaleng 3 Berasa 2 1.45
No Jarak Jumlah Persentase (%) 4 Tidak berbau dan
sumber (KK) tidak berasa 135 97.83
air 5 TOTAL 138 100.00
1 <10 m 117 84.78 Dari tabel diatas didapatkan bahwa
2 >10 m 21 15.22
3 TOTAL 138 100.00 sebagian besar kondisi air penduduk tidak
berbau dan tidak berasa yaitu sebanyak 135 KK (
Dari tabel diatas didapatkan bahwa jarak 97,83%) dan sebagian kecil kondisi air
sumber air dengan septic tank lebih dari 10 m penduduk berwarna yaitu 1 KK ( 0,72% ).
sebanyak 21 KK (15.52%) dan kurang dari 10 m
Sistem Pembuangan Sampah
sebanyak 117 KK (84.78%).
Tabel 8
Distribusi KK berdasarkan sistem pembuangan
Tabel 5 sampah di Dusun Mensaleng
Distribusi KK berdasarkan tempat penampungan
air sementara di Dusun Mensaleng
No Tempat Jumlah Persentase
penampungan (KK) (%)
1 Bak 72 52.17
2 Ember 40 28.99
3 Gentong 25 18.12
4 Lain – lain 1 0.72
TOTAL 138 100.00

Dari tabel diatas didapatkan bahwa sebagian


besar menggunakan bak sebanyak 72 KK
(52.17%), dan sebagian kecil penduduk Dari tabel diatas didapatkan bahwa
menggunakan gentong sebanyak 25 KK sebagian besar penduduk membuang sampah
(18.2%). dengan cara di bakar yaitu sebanyak 85 KK
(56,67%) dan sebagian kecil penduduk

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda, Volume 7, Nomor 2 Desember 2019 Halaman 63


membuang sampah di TPU yaitu sebanyak 1 KK
Sistem Pembuangan Kotoran Rumah
( 0,67% ).
Tangga
Tabel 9 Tabel 12
Distribusi KK berdasarkan tempat Distribusi KK berdasarkan kebiasaan keluarga
penampungan sampah sementara di Dusun buang air besar di Dusun Mensaleng
Mensaleng No Kebiasaan buang Jumlah Persentase
No Penampungan Jumlah Persentase air besar (KK) (%)
Sementara (KK) (%) 1 WC 105 76.09
1 Ada 75 54.35 2 Sungai 28 20.29
2 Tidak Ada 63 45.65 3 Sembarang tempat 5 3.62
TOTAL 138 100 4 TOTAL 138 100
Dari tabel diatas didapatkan bahwa
Dari tabel diatas didapatkan bahwa yang sebagian besar penduduk buang air besar di
tidak memiliki tempat penampuangan sampah WC/Jamban yaitu sebanyak 105 KK (76.09%),
sementara sebanyak 63 KK (45.65%), dan yang dan sebagian kecil di sembarangan tempat yaitu
memiliki tempat penampungan sampah sebanyak 5 KK (3.62%).
sementara yaitu sebanyak 75 KK (54.35%). Tabel 13
Distribusi KK berdasarkan jenis jamban yang
Tabel 10 digunakan penduduk Dusun Mensaleng
Distribusi KK berdasarkan kondisi tempat No Jamban Jumlah (KK) Persentase (%)
penampungan sampah sementara 1 Cemplung 1 0.93
di Dusun Mensaleng 2 Plangseran 0 0.00
No Kondisi Jumlah Persentase 3 Leher Angsa 104 99.07
Penampungan (KK) (%) 4 TOTAL 105 100.00
1 Tertutup 64 51.63 Dari tabel diatas didapatkan bahwa
2 Terbuka 74 48.37
3 TOTAL 138 100
sebagian besar jenis jamban yang digunakan
adalah leher angsa yaitu sebanyak 107 KK
( 99,07% )dan sebagian kecil menggunakan
Dari tabel diatas didapatkan bahwa kondisi cemplung yaitu sebanyak 1 KK ( 0,93% )
tempat penampungan sampah sementara dengan
Tabel 14
kondisi tertutup sebanyak 64 KK (51.63%) dan
Distribusi KK berdasarkan sistem pembuangan
terbuka sebanyak 74 orang (48.37%). air limbah Dusun Mensaleng
No Pembuangan Air Jumlah Persentase
Tabel 11 Limbah (KK) (%)
Distribusi KK berdasarkan jarak tempat 1 Resapan 55 51.69
penampungan sampah dengan rumah 2 Got 35 33.90
No Penampungan Jumlah Persentase 3 Sembarang Tempat 15 14.41
sampah (KK) (%) 4 TOTAL 105 100.00
1 <5 m 67 86.08
2 >5 m 11 13.92
3 TOTAL 7 100
Dari tabel diatas didapatkan bahwa system
Dari tabel diatas didapatkan bahwa
pembuangan air limbah penduduk sebagian
penduduk yang memiliki jarak tempat
besar dengan resapan yaitu sebanyak 61 KK
penampungan sampah dengan rumah kurang dari
(51.69%),dan sebagian kecil di sembarangan
5 m sebanyak 68 KK (86.08%) dan lebih dari 5
tempat yaitu sebanyak 17 KK (14.41%).
m sebanyak 11 KK (13.92%).

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda, Volume 7, Nomor 2 Desember 2019 Halaman 64


Hewan Pemeliharaan Pelayanan Kesehatan
Tabel 15 Tabel 18
Distribusi KK berdasarkan kepemilikan hewan Distribusi penduduk berdasarkan sarana kesehatan yang
ternak dirumah di Dusun Mensaleng paling dekat di Dusun Mensaleng
No Kepemilikan Jumlah Persentase No Sarana kesehatan Jumlah Persentase
Ternak (KK) (%) paling dekat (KK) (%)
1 Ada 43 31.16 1 PKM 118 85.51
2 Tidak ada 95 68.84 2 Paktik Swasta 19 13.77
3 TOTAL 138 100.00 3 Balai pengobatan 1 0.72
4 Lain – lain 0 0.00
Dari tabel diatas didapatkan bahwa 5 TOTAL 138 100.00
penduduk yang memiliki hewan ternak dirumah
sebanyak 43 KK (31.16%) dan yang tidak Dari tabel diatas di dapatkan bahwa
memiliki hewan ternak dirumah sebanyak 95 sebagian besar sarana kesehatan yang paling
KK (68.84%). dekat adalah puskesmas yaitu sebanyak 118
(85.51%) dan sebagian kecil sarana kesehatan
Tabel 16 yang paling dekat adalah balai pengobatan yaitu
Distribusi KK berdasarkan letak sebanyak 1 KK ( 0,72% )
kandang di Dusun Mensaleng
No Letak Jumlah Persentase Tabel 19
kandang (KK) (%) Distribsi penduduk berdasarkan tempat berobat
1 Diluar keluarga di Dusun Mensaleng
rumah 41 95,35 No Tempat Jumlah Persentase
2 Didalam berobat (KK) (%)
rumah 2 4,65 keluarga
3 TOTAL 43 100.00 1 PKM 105 76.09
2 Praktik
swasta 18 13.04
Dari tabel diatas didapatkan bahwa letak 3 Balai
kandang penduduk yang diluar rumah sebanyak pengobatan 8 5.80
4 Perawat 7 5.07
41 KK (95.35%) dan yang didalam rumah
5 TOTAL 138 100.00
sebanyak 2 KK (4.65%). Dari tabel diatas didapatkan bahwa
Tabel 17 sebagian besar tempat berobat keluarga adalah
Distribusi KK berdasarkan kondisi
puskesmas yaitu sebanyak 105 KK (76.09%),
kandang di Dusun Mensaleng
No Kondisi Jumlah Persentase dan sebagian kecil tempat berobat keluarga
Kandang (KK) (%) adalah Perawat yait sebanyak 7 KK ( 5,07% ).
1 Terawat 29 67.44
2 Tidak Tabel 20
terawatt 14 32.56 Dstribusi penduduk berdasarkan kebiasaan
3 TOTAL 43 100.00 penduduk sebelum berobat di Dusun Mensaleng

Dari tabel diatas didapatkan bahwa kondisi


kandang penduduk yang terawat sebanyak 29
kandang (67.44%) dan yang tidak terawat
sebanyak 14 kandang (32.56%)
No Kebiasaan Jumlah Persentase
sebelum berobat (orang) (%)
1 Beli obat bebas 134 97.10
2 Tidak ada 0 0.00
3 Minum jamu 4 2.90
4 TOTAL 138 100.00

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda, Volume 7, Nomor 2 Desember 2019 Halaman 65


Dari tabel diatas didapatkan bahwa dalam 6 bulan terakhir adalah asam urat yaitu
kebiasaan penduduk sebelum berobat adalah beli sebanyak 12 ( 5,08% ).
obat bebas yaitu sebanyak 135 orang (97.10%)
dan sebagian kecil adalah minum jamu yaitu Ibu hamil dan menyusui
sebanyak 4 KK (2,90%).
Tabel 23
Tabel 21 Distribusi penduduk berdasarkan jumlah
Distribusi penduduk berdasarkan sumber pasangan usia subur di Dusun Mensaleng
pendanaan kesehatan di Dusun Mensaleng No Pasangan usia Jumlah Persentase
No Pendanaan Jumlah Persentase subur (orang) (%)
kesehatan (KK) (%) 1 Pasangan usia
1 Askes 19 13.77 subur 81 58.70
2 Dana sehat 44 31.88 2 Bukan pasangan
3 JPS 5 3.62 usia subur 57 41.30
4 Umum 70 50.72 3 TOTAL 138 100.00
5 TOTAL 138 100.00 Dari tabel diatas didapatkan bahwa jumlah
pasangan usia subur sebanyak 81 orang
(58.70%) sedangkan yang tidak termasuk dalam
Dari tabel diatas didapatkan bahwa pasangan usia subur sebanyak 57 orang
sebagian besar sumber pendanaan keluarga (41.30%).
adalah umum yaitu sebanyak 70 orang (50.72%), Tabel 24
dan sebagian kecil sumber pendanaan kelarga Distribusi penduduk berdasarkan pasangan usia
adalah JPS yaitu sebanyak 5 KK ( 3,62% ) subur yang menjadi akseptor KB di dusun Mensaleng
No Akseptor Jumlah Persentase
Tabel 22 KB (orang) (%)
Distribusi penduduk berdasarkan penyakit yang
1 Ya 63 77.78
diderita keluarga dalam 6 bulan terakhir di
Dusun Mensaleng 2 Tidak 18 22.22
3 TOTAL 81 100.00
No Penyakit Jumlah Presentase
Dari tabel diatas didapatkan bahwa jumlah
1 Batuk Pilek 109 46.19
pasangan usia subur yang menjadi akseptor KB
2 Asma 15 6.36
sebanyak 63 orang (77.78%) sedangkan yang
3 Tipoid 58 24.58
tidak menjadi akseptor KB sebanyak 18 orang
4 Rematik 25 10.59
(22.22%).
5 Asam Urat 12 5.08
6 Hipertensi 17 7.20 Tabel 25
7 Distribusi
Malaria penduduk
0 berdasarkan
0.00 jenis kontrasepsi yang dipakai di Dusn Mensaleng
Total 236 100.00 No Jenis Jumlah Persentase
kontrasepsi (orang) (%)
Dari tabel diatas didapatkan bahwa 1 IUD 1 1.69
2 Suntik 48 91.53
sebagian besar penyakit yang sering diderita 3 Pil 13 5.08
keluarga dalam 6 bulan terakhir adalah batuk 4 Susuk 1 1.69
pilek sebanyak 109 orang (46.19 %) dan 5 Tubektomi 0 0.00
sebagian kecil penyakit yang sering di derita 6 TOTAL 63 100.00
Dari tabel diatas sebagian besar jenis
kontrasepsi yang dipakai adalah suntik sebanyak

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda, Volume 7, Nomor 2 Desember 2019 Halaman 66


54 orang (91.53%) dan sebagian kecil Dari tabel diatas didapatkan bahwa usia
menggunakan kontrasepsi IUD yaitu sebanyak 1 ibu hamil 20-35 tahun sebanyak 6 orang
orang (1,69% ). (85.71%) dan lebih dari 35 Tahun sebanyak 1
Tabel 26 orang (14.29%).
Distribusi ibu hamil berdasarkan usia kehamilan
di Dusun Mensaleng Tabel 29
No Usia Jumlah Persentase Distribusi ibu hamil berdasarkan tempat periksa
kehamilan (orang) (%) kehamilan di Dusun Mensaleng
No Tempat Jumlah Persentase
1 Trimester I 2 28.57 periksa (orang) (%)
2 Trimester II 1 14.29 kehamilan
3 Trimester III 1 Puskesmas 7 100
4 57.14
2 Bidan 0 0
4 TOTAL 7 100.00
3 TOTAL 7 100.00
Dari tabel diatas didapatkan bahwa
Dari tabel diatas didapatkan bahwa ibu
sebagian besar ibu hamil dengan usia kehamilan
hamil yang memeriksakan kehamilan di
trimester III yaitu sebanyak 4 orang
puskesmas sebanyak 7 orang (100%) dan bidan
(57,14%),dan sebagian kecil ibu hamil dengan
sebanyak 0 orang (0%).
usia kehamilan trimester trimester II yaitu
sebanyak 1 orang (14.29%). Tabel 30
Distribusi ibu hamil berdasarkan frekuensi dalam
Tabel 27 memeriksa kehamilan di Dusun Mensaleng
Distribusi ibu hamil berdasarkan frekuensi No Frekuensi Jumlah Persentase
kehamilan di Dusun Mensaleng (orang) (%)
No Frekuensi Jumlah Persentase 1 2x pemeriksaan 4 57.14
kehamilan (orang) (%) 2 4x pemeriksaan 3 42.86
1 Kehamilan ke 1 0 0.00 3 TOTAL 7 100.00
2 Kehamilan ke 2 3 42.86
3 Kehamilan ke 3 3 42.86
4 >3 1 14.29 Dari tabel diatas didapatkan bahwa
5 TOTAL 7 100.00
frekuensi yang memeriksa kehamilan 2 kali
sebanyak 4 orang (57.14%), dan yang
Dari tabel diatas dapat di uraikan bahwa memeriksa kehamilan 4 kali sebanyak 3 orang
frekuensi kehamilan yang kedua sebanyak 3 (42.86%).
orang (42.86%) , yang pertama 0 orang (0%),
Tabel 31
yang ketiga 3 orang (42.86%) dan yang lebih Distribusi ibu hamil bedasarkan imunisasi
dari 3 sebanyak 1 orang (14.29%). TT di Dusun Mensaleng
No Imunisasi Jumlah Persentase
Tabel 28 TT (orang) (%)
Distribusi ibu hamil berdasarkan usia ibu hamil 1 Lengkap 5 71.43
di Dusun Mensaleng 2 Tidak
No Usia ibu Jumlah Persentase lengkap 2 28.57
hamil (orang) (%) 3 TOTAL 7 100.00
1 20 – 35
tahun 6 85.71
2 >35 tahun 1 14.29 Dari tabel diatas ibu hamil yang memiliki
3 TOTAL 7 100.00
status imunisasi TT lengkap sebanyak 5 (71.43
%), dan yang tidak lengkap banyak 2 (28.57 %)

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda, Volume 7, Nomor 2 Desember 2019 Halaman 67


Tabel 32 Tabel 35
Distribusi ibu hamil berdasarkan penyakit yang Distribusi balita berdasarkan imunisasi
diderita ibu hamil di Dusun Mensaleng balita di Dusun Mensaleng
No Penyakit ibu Jumlah Persentase No Imunisasi Jumlah Persentase
hamil (orang) (%) (orang) (%)
1 Hipotensi 2 14.29 1 Lengkap 39 68.42
2 Anemia 5 35.71 2 Belum lengkap 10 17.54
3 Bengkak 1 7.14 3 Tidak lengkap 8 14.04
4 Mual / muntah 5 35.71 4 TOTAL 57 100.00
5 Varises 0 0.00
6 Tidak ada 1 7.14 Dari tabel diatas didapatkan bahwa
7 TOTAL 14 100,00 imunisasi balita lengkap sebanyak 39 orang
Dari tabel diatas didapatkan bahwa (68.42%), belum lengkap sebanyak 10 orang
sebagian besar penyakit yang diderita ibu hamil (17.54%), tidak lengkap sebanyak 8 orang
adalah mual/muntah yaitu sebanyak 5 orang (14.04%).
(35.71%),dan anemia sebanyak 5 orang (35.71
Tabel 36
%),dan sebagian kecil penyakit yang di derita Distribusi balita berdasarkan kepemilikan kartu
ibu hamil adalah bengkak yaitu sebanyak 2 menuju sehat di Dusun Mensaleng
orang ( 7,14% ) No Kepemilikan Jumlah Persentase
kartu menuju (orang) (%)
Balita sehat
1 Ya 49 85.96
Tabel 33 2 Tidak 8 14.04
Distribusi penduduk berdasarkan jumlah balita di 3 TOTAL 57 100.00
Dusun Mensaleng
No Jumlah balita Jumlah Persentase
(orang) (%) Dari tabel diatas didapatkan bahwa balita
1 Balita 57 73.08 yang tidak mempunyai kartu menuju sehat
2 TOTAL 57 73.08
sebanyak 49 orang (85.96%), dan yang memiliki
kartu menuju sehat sebanyak 8 orang (14.04%).

Dari tabel diatas didapatkan bahwa jumlah Tabel 37


balita sebanyak 57 orang (73.08%). Distribusi balita berdasarkan hasil penimbangan
balita di Dusun Mensaleng
Tabel 34 N Hasil Jumlah Persentase
Distribusi balita berdasarkan kebiasaan balita o penimbangan (orang) (%)
ke posyandu di Dusun Mensaleng balita
No Kebiasaa ke Jumlah Persentase 1 Hijau 50 87.72
posyandu (orang) (%) 2 Diatas kuning 5 8.77
1 Ke posyandu 56 98.25 3 Dibawah titik 0 0.00
2 Tidak ke 4 Dibawah merah 2 3.51
posyandu 1 1.75 5 TOTAL 57 100.00
3 TOTAL 57 100.00

Dari tabel diatas didapatkan bahwa hasil


Dari tabel diatas didapatkan bahwa balita penimbangan balita sebagian besar berada pada
yang keposyandu sebanyak 56 orang (98.25%), garis hijau yaitu sebanyak 50 orang (87.72%),
dan yang tidak ke posyandu sebanyak 1 orang dan sebagian kecil di bawah garis merah yaitu
(1.75%). sebanyak 2 orang (3,51%)

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda, Volume 7, Nomor 2 Desember 2019 Halaman 68


Remaja (7.02%), alcohol 0 orang (0%), tidak ada 53
orang (92.98%).
Tabel 38
Distribusi remaja berdasarkan kegiatan remaja Lansia
di luar sekolah di Dusun Mensaleng
No Kegiatan Jumlah Persentase Tabel 41
remaja
Distribusi lansia berdasarkan (orang)
keluhan (%) Mensaleng
lansia di Dusun
1 Keagamaan 50 66.67
2 Karanng No Keluhan Jumlah Persentase
taruna 0 0.00 lansia (orang) (%)
3 Olahraga 21 28.00 1 Ya 20 64.52
4 Lain – lain 4 5.33 2 Tidak 11 35.48
5 TOTAL 75
Dari tabel diatas di dapatkan 100.00bahwa 3 TOTAL 31 100.00
sebagian besar kegiatan remaja diluar sekolah Dari tabel diatas didapatkan bahwa
adalah keagamaan sebanyak 50 orang (66.67%), lansia yang mengalami keluhan sebanyak 20
dan sebagian kecil kegiatan remaja di luar orang (64.52%), dan yang tidak mengalami
sekolah adalah lain-lain yaitu sebanyak 4 orang keluhan pada lansia sebanyak 11 orang
(5,33%) (35.48%).

Tabel 39 Tabel 42
Distribusi remaja berdasarkan penggunaan waktu Distribusi lansia berdasarkan jenis penyakit yang
luang remajadi Dusun Mensaleng diderita lansia di Dusun Mensaleng
No Penggunaan Jumlah Persentase No Penyakit Jumlah Persentase
waktu luang (orang) (%) Lansia (Orang) (%)
1 TBC 1 2.27
1 Musik 53 50.48 2 HIPERTENSI 13 29.55
2 Olahraga 18 17.14 3 DM 1 2.27
3 Rekreasi 13 12.38 4 REMATIK 18 40.91
4 Keagamaan 21 20.00 5 KATARAK 2 4.55
5 TOTAL 105 100.00 6 ASMA 7 15.91
Dari tabel diatas didapatkan bahwa 7 LAIN-LAIN 2 4.55
penggunaan waktu luang pada remaja sebagian 8 TOTAL 44 100.00
besar digunakan untuk musik sebanyak 53 orang Dari tabel diatas didapatkan bahwa jenis
(50.48%), dan sebagian kecil dengan rekreasi penyakit yang paling sering diderita oleh lansia
yaitu sebanyak 13 orang (13.38%). adalah rematik sebanyak 18 orang ( 40.91%) dan
yang paling sedikit yaitu katarak sebanyak 2
Tabel 40 orang (4.55%)
Distribusi remaja berdasarkan kebiasaan remaja
di Dusun Mensaleng Tabel 43
No Kebiasaan Jumlah Persentase Distribusi lansia berdasarkan penanganan
remaja (orang) (%)
penyakit lansia di Dusun Mensaleng
1 Merokok 4 7.02
2 Alcohol 0 0.00
3 Tidak ada 53 92.98
4 TOTAL 57 100.00
Dari table di atas didapatkan bahwa
kebiasaan remaja merokok sebanyak 4 orang
No Penanganan Jumlah Persentase
penyakit lansia (orang) (%)
1 Sarana
kesehatan 14 46.67
2 Non medis 8 26.67
3 Diobati sendiri 8 26.67
4 TOTAL 30 100.00

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda, Volume 7, Nomor 2 Desember 2019 Halaman 69


Dari tabel di atas didapatkan bahwa
DAFTAR PUSTAKA
penanganan penyakit lansia menggunakan sarana
kesehatan sebanyak 14 orang (46.67%), non [1] Nursalam. (2000). Pendekatan Praktis
medis sebanyak 8 orang (26.67%), diobati Metodelogi Riset Keperawatan. CV.
sendiri sebanyak 8 orang (26.67%). Sagung Seto. Jakarta
[2] Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan
Tabel 44
Distribusi lansia berdasarkan penggunaan waktu Metodelogi Penelitian Ilmu
senggang lansia di Dusun Mensaleng Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis
No Penggunaan Jumlah Persentase dan Instumen Penelitian Keperawatan.
waktu senggang (orang) (%) Salemba. Jakarta
1 Berkebun 16 66.67
2 Rekreasi 4 16.67 [3] Arikunto, S. (2000). Manejemen Penelitian.
3 Senam 0 0.00 Pt. Rineka Cipta. Jakarta
4 Lain – lain 4 16.67 [4] Data primer pengkajian KKL Stikes Qamarul
5 TOTAL 24 100.00 Huda. Maret tahun 2014
Dari tabel diatas didapatkan bahwa
sebagian besar penggunaan waktu senggang
pada lansia yaitu berkebun sebanyak 16 orang
(66.67%), dan sebagian kecil penggunaan waktu
luang lansia yaitu rekreasi sebanyak 4 orang
(16,67%).

D. KESIMPULAN
Keperawatan sebagai bentuk komprehensif
melakukan penekanan tujuan untuk menekan
stressor atau meningkatkan kemampuan
komunitas mengatasi stressor melalui
pencegahan primer, sekunder, tersier. Penigkatan
kesehatan berupa pencegahan penyakit ini bisa
melalui pelayanan keperawatan langsung dan
perhatian langsung terhadap seluruh masyarakat
dan ,mempertimbangkan bagaimana masalah
kesehatan masyarakat mempengaruhi kesehatan
individu, keluarga, dan kelompok. Sistem
pelayanan Perawatan komunitas di Dusun
Mensaleng harus mendapatkan perhatian
sehingga, masyarkat di desa Bagu Dusun
Mensaleng menjadi sadar tentang pentingnya
kesehatan. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan sistem pelayanan asuhan
keperawatan kesehatan komunitas di Desa Bagu
Dusun Mensaleng menjadi lebih baik dalam
pelayanan kesehatan di Masyarakat

Jurnal Kesehatan Qamarul Huda, Volume 7, Nomor 2 Desember 2019 Halaman 70


74

Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada


Vol 10, No, 2, Desember 2019, 74-78
p-ISSN: dan e-ISSN:
DOI: DOI 10.35816/jiskh.v10i2.117

ARTIKEL PENELITIAN
Pengetahuan Perawat Tentang Komunikasi
Terapeutik Di Rumah Sakit
Knowledge Nurse About Therapeutic Communication in Hospitals

Darmi Arda
1 Bidang Ilmu Keperawatan, Prodi D3 Keperawatan Sandi Karsa
Artikel info
Abstract. Communication is an important part of human life. Throughout
Artikel history: the course of his life humans always communicate whether consciously
Received; 30 November or not. The ability of nurses in conducting therapeutic communication
2019 is an important thing in the implementation of nursing care. The nurse
Revised; 02 Desember 2019
must not look confused, the patient must feel that he is the nurse's
Accepted; 03 Desember
2019 main focus during the interaction. So that nurses can play an active
and therapeutic role, nurses must analyze themselves including self-
awareness, clarification of values, feelings and being able to be a
responsible model. The purpose of this study is descriptive research in
which the measurement results are presented as is. This research
method uses descriptive research. Descriptive research is research in
which the researcher only does a description of the phenomenon
found, where the measurement results are presented as is without
analyzing why the phenomenon occurred. By using this type of
research, researchers wanted to obtain information about the
demographic data of nurses and the level of nurse knowledge about
therapeutic communication. The results of this study showed that in
general the level of hospital nurses' knowledge about therapeutic
communication was included in both categories. Of the 52 respondents
studied, it was found that respondents with good knowledge were 45
people (86.5%) and respondents with less knowledge were 7 people
(13.5%).The conclusion of this study was the knowledge of nurses
working in Makassar hospitals about therapeutic communication in
general is included in either category.

Abstrak. Komunikasi merupakan bagian penting dalam kehidupan


manusia. Sepanjang perjalanan hidupnya manusia selalu melakukan
komunikasi baiksecara disadari ataupun tidak. Kemampuan perawat
dalam melakukan komunikasi terapeutik merupakan suatu hal yang
penting dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Perawat tidak boleh
terlihat bingung, pasien harus merasa bahwa dia merupakan fokus
utama perawat selama interaksi. Agar perawat dapat berperan aktif
dan terapeutik, perawat harus menganalisa dirinya meliputi kesadaran
diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang
bertanggung jawab.Tujuan penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dimana hasil pengukuran disajikan apa adanya. Metode
penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian dimana peneliti hanya melakukan
deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan, dimana hasil
pengukuran disajikan apa adanya tanpa dilakukan analisis mengapa
fenomena itu terjadi. Dengan
menggunakan jenis penelitian ini, peneliti ingin mendapatkan informasi
Darmi Arda, Knowledge Nurse About Therapeutic Communication in Hospitals JIKSH Vol 10 No.2 Dese
2019
tentang data demografi perawat dan tingkat pengetahuan perawat
tentang komunikasi terapeutik.Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa secara umum gambaran tingkat pengetahuan perawat Rumah
Sakit tentang komunikasi terapeutik termasuk kedalam kategori baik.
Dari 52 responden yang diteliti, didapatkan hasil responden dengan
pengetahuan baik sebanyak 45 orang (86,5%) dan responden dengan
pengetahuan kurang sebanyak 7 orang(13,5%).Kesimpulan dari
penelitian ini adalah pengetahuan perawat yang bekerja di rumah sakit
Makassar tentang komunikasi terapeutik secara umum termasuk
kedalam kategori baik.
Keywords: Coresponden author:
Pengetahuan; Email: darmiarda5@gmail.com
Komunikasi
Terapeutik;
artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi CC BY -4.0

PENDAHULUAN

Komunikasi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia. Sepanjang perjalanan


hidupnya manusia selalu melakukan komunikasi baik secara disadari ataupun tidak.
Kegiatan ini telah dilakukan manusia sejak masih berada didalam kandungan danakan terus
berlangsung sampai datang hari kematian. Komunikasi dilakukan individu untuk mencapai
suatu tujuan, misalnya untuk menjalin kontak dengan orang yang berada diluar dirinya
sendiri (Potter P.A & Perry A.G., 2012). Dalam praktek keperawatan, komunikasi adalah
suatu alat yang penting untuk membina hubungan terapeutik dan dapat mempengaruhi kualitas
pelayanan keperawatan.Lebih jauh, komunikasi sangat penting karena dapat mempengaruhi
tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.komunikasi
merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam melaksanakan proses
keperawatan(Mundakir, 2011).
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar perawat dengan pasien.Persoalanmendasar dalam komunikasi
ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan pasien, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi diantara perawat dan pasien, perawat membantu
dan pasien menerima bantuan(Indrawati, 2012). Pengetahuan pada hakekatnya merupakan
segenap apa yang kita ketahuitentang sesuatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan
khasanah kekayaanmental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya
kehidupankita, sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai
pertanyaanyang muncul dalam kehidupan (Surjasumantri, 2012).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orangmelakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,
yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa danraba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).
Beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia juga berpendapat bahwa pelaksanaan
komunikasi terapeutik perawat kepada klien dan keluarganya dapat meningkatkan
kepuasaan klien terhadap pelayanan kesehatan secara keseluruhan. (Budi & Dolaksaribu,
2011) menyebutkan bahwa hasil penelitian di Rumah Sakit Internasional Bintaro Tangerang
76,7% responden merasa puas atas pelaksanaan komunikasi terapeutik dari perawat kepada
klien dan keluarga.
Metode
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah
penelitian dimana peneliti hanya melakukan deskripsi mengenai fenomena yang ditemukan,
dimana hasil pengukuran disajikan apa adanya tanpa dilakukan analisis mengapa fenomena
itu terjadi. Dengan menggunakan jenis penelitian ini, peneliti ingin mendapatkan informasi
tentang data demografi perawat dan tingkat pengetahuan perawat tentang komunikasi
terapeutik. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Bayangkara Makassar.Data yang
telah terkumpul dianalisis dalam bentuk statistik deskriptif. Analisis data dalam penelitian
ini menggunakan analisis data univariat yang bertujuan untuk menjelaskan dan
mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian.Data yang sudah lengkap
selanjutnya diberi skoring untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untukn
dianalisa.

Hasil Dan Pembahasan


Tabel.1 Analisis Pengetahuan Komunikasi Terapeutik Responden
Pengetahuan Frekuensi (N) Persen (%)

Baik 45 86,5

Kurang 7 13,5

Total 52 100

Menunjukan bahwa responden dengan pengetahuan baik sebanyak 45 orang (86,5%)


dan responden dengan penerapan komunikasi kurang baik sebanyak 7 orang (13,5%). Dari
hasil penelitian ini diketahui bahwa secara umum gambaran tingkat pengetahuan perawat
tentang komunikasi terapeutik termasuk kedalam kategori baik. (Patrisia Akbar, n.d.)
mengungkapkan bahwa meningkatnya pengetahuan perawat dapat mengubah sikap
terhadap suatu permasalahan tertentu dan hal ini bermanfaat bagi pengembangan kesadaran
diri perawat dalam memberikan pelayanan yang lebih baik. Selain itu, dengan tingkat
pengetahuan yang tinggi perawat juga diharapkan dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis (Potter P.A & Perry A.G., 2012) menyebutkan bahwa kedalaman dan keluasan
pengetahuan perawat dapat mempengaruhi kemampuan dalam berpikir kritis dan
meningkatkan kemampuan dalam menangani masalah keperawatan yang sedang
dihadapinya. Oleh karena itu kiranya pengetahuan dapat menjadi suatu hal yang penting
bagi perawat dalam kapasitasnya sebagai pemberi asuhan kepada klien. Dengan
pengetahuan yang baik diharapkan sikap dan performa yang ditampilkan perawat dapat
menjadi lebih berkualitas dan memberikan kepuasan tersendiri bagi pasien dan keluarga.
Dari beberapa sumber referensi yang telah dipelajari, peneliti akhirnya meyakini bahwa
pelaksanaan komunikasi terapeutik dalam praktek keperawatan memiliki kedudukan yang
lebih penting daripada sekedar mengetahui atau tidak tentang teori komunikasi terapeutik
itu sendiri. Apalah gunanya penguasaan terhadap suatu teori tanpa adanya sikap dan
kesadaran individu untuk mengaplikasikan teori tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa tingginya tingkat pengetahuan perawat
ternyata tidak mempengaruhi persepsi perawat terhadap komunikasi terapeutik dan hal ini
berdampak pada kurangnya pelaksanaan praktek komunikasi terapeutik (Saputro, Putri, &
Nasionalita, 2017) Oleh karena itu kiranya aplikasi dari teori yang telah dikuasai memiliki
kedudukan yang lebih penting, karena melalui aplikasi teori kiranya pelaksanaan asuhan
yang berkualitas dapat dikembangkan. Hasil penelitian (Nusantara & Wahyusari,
2018)menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa tentang caring terbatas pada definisi
caring itu sendiri, sementara perilaku caring mahasiswa menunjukkan perbedaan antara
mahasiswa tingkat dua, tiga dan empat. Penelitian ini memberikan bukti bahwa semakin
tinggi strata pendidikan dan semakin banyak pengalaman praktik yang sudah dilalui sangat
berpengaruh pada perilaku caring mahasisawa. Hal ini sangat bermanfaat dalam rangka
meningkatkan pelayanan keperawatan pada pasien.
Dari hasil penelitian (Panungkunan, 2014) didapatkan bahwa usia perawat berhubungan
dengan persepsi perawat terhadap komunikasi terapeutik (p=0,047). Saran yang diberikan
adalah mengadakan pertemuan rutin agar para perawat yang berusia tua bisa membagikan
pengalaman dan cara-cara yang berkomunikasi dengan baik kepada para perawat yang masih
berusia muda, pemotivasian dan supervisi berkala dari kepala ruangan, peer review sesama
perawat pelaksana, penciptaan iklim kerja yang berbasis kinerja dan mengadakan pelatihan
terkait bentuk dan teknik komunikasi terapeutik.
Pengetahuan yang baik tentang komunikasi terapeutik akan berdampak positif pada perilaku
perawat. Perawat yang komunikatif akan lebih disukai daripada perawat yang terampil
namun mengabaikan aspek komunikasi. Pelaksanaan komunikasi terapeutik sesungguhnya
akanberdampak pada peningkatan kepuasan klien terhadap pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Pentingnya menerapkan komunikasi terapeutik karena pada dasarnya setiap
individu selalu berharap untuk mendapatkan perlakuan yang hangat dan ramah terutama
ketika berada dalam keadaan lemah akibat kondisi sakit.

Simpulan Dan Saran


Pengetahuan perawat yang bekerja di rumah sakit Bayangkara Makassar tentang
komunikasi terapeutik secara umum termasuk kedalam kategori baik.diperlukan niat dan
motivasi yang tinggi untuk mengembangkan diri sesuai dengan minat dan harapannya.
Disarankan agar perawat meningkatkan kebiasaan menbaca literatur dan buku-buku ilmiah
serta melakukan diskusi antara sesama perawat ataupun dengan melibatkan tim kesehatan
lain agar pengetahuan perawat dapat terus meningkat dan setiap tindakan yang dilakukan
dapat menghasilkan output yang lebih baik.
Daftar Rujukan

Budi & Dolaksaribu. (2011). ubungan Penerapan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat
Kepuasan Klien dalam Menerima Pelayanan Keperatawan di RS Internasional
Bintaro Tangerang. Laporan Penelitian FIK-UI.
Indrawati. (2012). Komunikasi Terapeutik. Retrieved Juli 19, 2015. from wikipedia:
www.wikipedia.com.
Mundakir. (2011). Komunikasi Keperawatan, Aplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmodjo. (2011). Promosi Kesehtan Masyarakat dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Nusantara, A. F., & Wahyusari, S. (2018). Perilaku Caring Mahasiswa Program Studi Sarjana
Keperawatan Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan. JI-KES (Jurnal Ilmu
Kesehatan), 2(1).
Panungkunan, D. M. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Persepsi Perawat
Terhadap Komunikasi Terapeutik Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit X
Tahun 2012. Indonesian of Health Information Management Journal (INOHIM),
2(2).
Patrisia Akbar, I. S. (n.d.). Gambaran Kepuasan Pasien Terhadap Pelaksanaan Komunikasi
Terapeutik Perawat di Instalasi Rawat Inap RSUD Labuang Baji Makassar.
Respiratory Unhas.
Potter P.A & Perry A.G. (2012). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Saputro, R. E., Putri, Y. R., & Nasionalita, K. (2017). Analisis Strategi Komunikasi Terapeutik
Perawat Terhadap Pasien Penyakit Jantung Koroner Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung. EProceedings of Management, 4(2).
Surjasumantri, J. (2012). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer: Edisi 2. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Jurnal Keperawatan Pangkalpinang Volume 2, Nomor 1, Juli 2019

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN


KOMUNITAS PADA PENDERITA HIPERTENSI DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PETALING
KECAMATAN MENDO BARAT

Nova Mardiana

STIKES Citra Delima


E-mail: novamardiana720@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penerapan asuhan keperawatan komunitas merupakan upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan utama
untuk memungkinkan setiap orang mencapai kemampuan hidup sehat dan produktif. Tujuan penelitian ini adalah
diketahui secara mendalam bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan Komunitas pada penderita Hipertensi di
wilayah kerja Puskesmas Petaling Kecamatan Mendo Barat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
pendekatan fenomenologi. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling yaitu wawancara
secara mendalam dengan menggunakan alat bantu pedoman wawancara dan alat perekam. Jumlah informan ada 6,
yaitu 2 perawat pelaksana, 2 orang penderita hipertensi, 1 orang pengelola PERKESMAS dan kepala Puskesmas
Petaling. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan asuhan keperawatan komunitas pada penderita
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Petaling sudah berjalan cukup baik, disarankan agar perawat pelaksana untuk
dapat memaksimalkan pelaksanaan proses asuhan keperawatan komunitas sehingga dapat mengoptimalkan
penerapan asuhan keperawatan komunitas tersebut.

Kata Kunci: Penerapan, Askep Komunitas, Hipertensi

ABSTRACT

The application of community nursing care is an effort to increase health status, prevent, cure and rehabilitate
diseases with an emphasis on primary health care to enable everyone to achieve healthy and productive life. The
purpose of this research is to know deeply how the applications of community nursing care on hypertension patients
in working area of Community Health Centers Petaling, Mendo Barat District. This research is a qualitative
research with purposive sampling that is in-depth interview using interview guidelines and recording tool. The
number of the informants is 6 people, they are 2 nurses, 2 hypertension patients, 1 PERKESMAS administrator and
the head of Community Health Centers Petaling. From the results of this research, it can be concluded that the
applications of community nursing care on hypertension patients in working area of Puskesmas Petaling have been
running quite well, it is suggested that the nurses need to maximize the implementation of community nursing care
process so that it can optimize the applications of community nursing care.
Keywords : Applications, Community Nursing Care, Hypertension

9
Jurnal Keperawatan Pangkalpinang Volume 2, Nomor 1, Juli 2019

Pendahuluan komunitas merupakan salah satu upaya


untuk
Penyakit darah tinggi atau hipertensi
telah menjadi penyakit umum diderita oleh
banyak orang masyarakat Indonesia.
World Health Organization (WHO)
memaparkan bahwa peningkatan tekanan
darah merupakan salah satu faktor risiko
utama untuk kematian global dan
diperkirakan telah menyebabkan 9,4 juta
kematian dan 7% dari beban penyakit yang
di ukur dalam Disability Adjusted Life
Year (DARL). Prevalensi global tekanan
peningkatan tekanan dara di definisikan
sebagai tekanan darah sistolik / tekanan
darah diastolik > 140/90 mmHg). Pada
orang dewasa berusia 18 tahun ke atas
sekitar 22% pada tahun 2014 (WHO,
2014). Prevalensi hipertensi di Indonesia
sebesar 26,5% pada tahun 2013, tetapi
yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan
dan riwayat minum obat hanya sebesar
9,5%. Hal ini menandakan bahwa sebagian
besar kasus hipertensi di masyarakat belum
terdiagnosis dan terjangkau pelayanan
kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2011 menyebutkan bahwa hipertensi
merupakan salah satu 10 penyakit dengan
kasus rawat inap terbanyak di rumah sakit
pada tahun 2010, dengan proporsi kasus
42,38% pria
dan 57,62% wanita, serta 4,8% pasien
meninggal dunia (Kemenkes RI, 2012).
Peningkatan tekanan darah yang
berlangsung dalam jangka waktu lama
(persisten) dapat menimbulkan kerusakan
pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak
(menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapatkan pengobatan
yang memadai.
Upaya menurunkan konsekuensi
timbulnya penyakit hipertensi di butuhkan
deteksi awal dan manajemen kesehatan
yang efektif. Kegiatan identifikasi faktor
risiko diharapkan mampu mendeteksi
kasus hipertensi secara efektif. Identifikasi
faktor risiko dapat dilakukan melalui
analisis gambaran berdasarkan
karakteristik tertentu seperti karakteristik
individu. Dalam konteks ini, keperawatan
10
Jurnal Keperawatan Pangkalpinang Volume 2, Nomor 1, Juli 2019

meningkatkan derajat kesehatan dimana kaidah-kaidah yang


sifat asuhan yang diberikan adalah umum tidak terisi mencapainya,
dan menyeluruh, diberikan secara terus lengkap di Realistic: masuk
menerus melalui kerja sama. Fokus dari format akal, Timely: ada
asuhan adalah individu, keluarga, pengkajian waktu yang
kelompok khusus, dan masyarakat dengan asuhan ditetapkan). Dan
penekanan pada pencegahan penyakit, keperawatan untuk segi
peningkatan dan mempertahankan komunitas implementasi,
kesehatan. Pendekatan yang digunakan terutama waktu
dalam asuhan keperawatan komunitas mengenai data pelaksanaannya
adalah pendekatan keluarga binaan dan penunjang seperti hari,
kelompok kerja komunitas. Strategi yang keluarga, rumah tanggal dan jam
digunakan untuk pemecahan masalah dan sanitasi tidak di
adalah melalui pendidikan kesehatan, lingkungan, cantumkan serta
teknologi tepat guna serta memanfaatkan kemampuan dari segi
kebijaksanaan pemerintah. keluarga evaluasi, perawat
Berdasarkan data kasus Hipertensi dari melakukan tugas sudah melakukan
Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan pemeliharaan kunjungan
Bangka Belitung selama periode 3 tahun kesehatan kerumah 2-4 kali
terakhir, yaitu pada tahun tahun 2015 anggota terhadap 1
terdapat sebanyak 34.734, tahun 2016 keluarga, keluarga
sebanyak 38.245 dan tahun 2017 sebanyak kebersihan diri tersebut.
61.892. Di wilayah Kabupaten Bangka, dan lain Didapatkan
data kasus hipertensi tahun 2015 sebanyak sebagainya. Dari masih rendahnya
2.670 orang, tahun 2016 sebanyak 2.675 segi diagnosa penerapan
orang dan di tahun 2017 sebanyak 5.696 keperawatan, asuhan
orang. Dan dari jumlah kasus hipertensi di hanya ditetapkan keperawatan
kabupaten Bangka sebesar 5.696, hampir satu diagnosa komunitas pada
47,4% penderita nya berada di wilayah keperawatan penderita
kerja Puskesmas Petaling Kecamatan saja. Itu pun hipertensi
Mendo Barat Tahun 2017 yaitu sebanyak diagnosa terutama dalam
2.700 orang. Dari data kasus Hipertensi potensial hal segi
yang didapatkan di Puskesmas Petaling, (resiko) bukan pengkajian,
penerapan asuhan keperawatan komunitas aktual (utama). diagnosa
yang di lakukan pada penderita Hipertensi Di tinjau dari keperawatan,
pada tahun 2016 yaitu sebanyak 25 segi perencanaan dan
Pasien, sedangkan di tahun 2017 dari perencanaan, implementasi.
2.700 Penderita kasus Hipertensi yang di rencana tindakan Oleh karena itu
lakukan asuhan keperawatan komunitas yang akan di peneliti tertarik
itu hanya sebesar 31 Pasien atau sebesar implementasikan untuk melakukan
1,1%. hanya sedikit, penelitian
Berdasarkan hasil wawancara dan tidak dengan judul
observasi dari segi dokumentasi menggunakan “Penerapan
penerapan asuhan keperawatan komunitas analisa SMART asuhan
dengan pengelola program pelayanan (Specific: keperawatan
keperawatan kesehatan masyarakat Sasaran harus komunitas pada
(PERKESMAS) pada tanggal 27 Juli jelas, penderita
2018, didapatkan bahwa dalam penerapan Measurable: hipertensi di
proses asuhan keperawatan komunitas dapat di ukur, wilayah kerja
pada penderita hipertensi terutama dari Attainable: tahu Puskesmas
segi pengkajian, masih ada beberapa cara Petaling
11
Jurnal Keperawatan Pangkalpinang Volume 2, Nomor 1, Juli 2019

Kecamatan 2 orang wawancara keperawatan


Mendo Barat penderita dengan komunitas dari
Tahun 2018” hipertensi, 1 informan kunci segi diagnosa
orang pengelola dan informan keperawatan
Metodelogi PERKESMAS pendukung pada penderita
Penelitian dan kepala mengenai hipertensi yaitu
Puskesmas penerapan dengan
Penelitian Petaling. asuhan melakukan
ini merupakan keperawatan penetapan
penelitian Hasil dan komunitas dari diagnosa
kualitatif Pembahasan segi pengkajian keperawatan
dengan didapatkan yaitu
pendekatan Berdasa bahwa berdasarkan
fenomenologi rkan hasil sebagian besar permasalahan
untuk wawancara mengatakan yang di
mendapatkan mendalam yang mereka temukan saat
informasi dengan lakukan pada itu, ataupun
mendalam informan saat pengkajian berdasarkan
tentang P2,P3 dan Tn yaitu keluhan, status
penerapan BR pengkajian di kesehatan
asuhan mengenai lakukan pasien,
keperawatan penerapan melalui diagnosa
komunitas pada asuhan wawancara, keperawatan
penderita keperawatan pengamatan yang sering
Hipertensi di komunitas langsung, muncul yaitu
wilayah kerja bahwa mengkaji data nyeri akut.
Puskesmas informan demografi,
Petaling mengkaji hal- Dari hasil
mengatakan wawancara
Kecamatan memang hal yang
Mendo Barat mempengaruhi mendalam yang
benar didapatkan
Tahun 2018. adanya status
Tehnik kesehatan bahwa
penerapan penerapan
pengambilan asuhan penderita,
sampel melakukan asuhan
keperawatan keperawatan
dilakukan komunitas ini pemeriksaan
dengan fisik berupa komunitas dari
yang segi penerapan
purposive mana memeriksa
sampling yaitu tekanan darah, keperawatan
wawancara mengkaji pada penderita
penerapannya
secara keluhan. hipertensi yaitu
dengan
mendalam sebagian besar
melakukan
dengan Dari hasil mengatakan
kunjungan
menggunakan wawancara bahwa cara
kerumah
alat bantu mendalam yang dilakukan
serta
pedoman dengan pada
didukung oleh
wawancara dan informan kunci perencanaan
dana dan
alat perekam. dan pendukung kegiatan untuk
ketersediaan
Jumlah didapatkan mengatasi
alat yang
informan ada 6, bahwa masalah yang
cukup
yaitu 2 perawat penerapan telah ditetapkan
memadai.
pelaksana, asuhan sesuai
Dari hasil
12
Jurnal Keperawatan Pangkalpinang Volume 2, Nomor 1, Juli 2019

diagnosis yaitu dengan fisik berupa aspek fisik,


keperawatan memeriksa psikologis,
menetapkan dengan tekanan sosial,
tujuan dari membandingka darah dan ekonomi, dan
perencanaan n antara proses mengkaji spiritual serta
yang di buat, dan keluhan. faktor
menetapkan keberhasilan Hasil lingkungan
upaya dari tindakan.ditetap penelitian ini yang
perencanaan / kan. sejalan mempengaru
rencana yang dengan teori hinya.
akan di 1. Pengkajian Mubarak Pengumpulan
implementasika Dari (2009) yang data
n itu sendiri hasil mengemuka dilakukan
seperti apa. wawancara kan bahwa di melalui
dengan 2 jelaskan wawancara
Dari hasil informan pada tahap atau
wawancara kunci pengkajian,
mendalam mengenai perawat
dengan 2 penerapan melakukan
Informan kunci asuhan pengumpula
dan pendukung keperawatan n data yang
mengenai komunitas bertujuan
bagaimana cara dari segi mengidentifi
yang digunakan pengkajian kasi data
pada saat didapatkan yang penting
melakukan bahwa mengenai
implementasi sebagian klien.
keperawatan besar Pengumpula
pada penderita mengatakan n data yang
hipertensi yaitu yang mereka dimaksudkan
bekerjasama lakukan pada untuk
dalam tim, saat memperoleh
melakukan pengkajian informasi
implementasi yaitu mengenai
sesuai dengan pengkajian masalah
perencanaan di lakukan kesehatan
yang sudah melalui pada
Berdasarkan wawancara, masyarakat
hasil pengamatan sehingga
wawancara langsung, dapat
mendalam mengkaji ditentukan
diatas dengan data tindakan
informan kunci demografi, yang harus
dan informan mengkaji diambil
pendukung hal- hal yang untuk
didapatkan mempengaru mengatasi
hasil bahwa hi status masalah
sebagian besar kesehatan kesehatan
mengatakan penderita, tersebut
fokus evaluasi melakukan yang
dapat dilihat pemeriksaan menyangkut
13
Jurnal Keperawatan Pangkalpinang Volume 2, Nomor 1, Juli 2019

anamnesa penyakit, diagnosa yang dapat


(hal-hal pendidikan, keperawatan
diatasi
yang di agama, yaitu dengan
ungkapkan status berdasarkan tindakan
pasien), kesehatan permasalaha keperawatan
observasi serta n yang di . Dengan
(pengamata subsistem temukan demikian
n), yang saat itu, diagnosis
pengumpul mempengar ataupun keperawatan
an uhi berdasarkan ditetapkan
kesehatan keluhan, berdasarkan
menggunak sehingga status masalah
an dengan kesehatan yang
instrumen demikian pasien, ditemukan.
(alat dari hasil diagnosa Diagnosa
pengumpul pengkajian keperawatan keperawatan
data). tersebut bisa yang sering akan
Berdasar dijadikan muncul memberi
kan hasil landasan yaitu nyeri gambaran
penelitian dalam tahap akut. masalah dan
yang ada proses Penelitia status
maka asuhan n ini sejalan kesehatan
peneliti keperawatan dengan teori masyarakat
berpendapat selanjutnya. Mubarak baik yang
bahwa (2009), nyata
penerapan 2. Diagnosa bahwa di (aktual), dan
asuhan Keperawata diagnosa yang
keperawata n keperawatan mungkin
n komunitas Dari adalah suatu terjadi.
pada hasil pernyataan Masalah
penderita wawancara yang jelas, Yang lazim
hipertensi mendalam padat dan muncul pada
dari segi dengan pasti klien
pengkajian informan tentang hipertensi
dilakukan kunci status dan (Nanda NIC
melalui didapatkan masalah NOC, 2017)
pengamatan bahwa kesehatan diantaranya:
/ observasi, penerapan a. Resiko /rigiditas
wawancara asuhan tinggi ventrikul
serta keperawatan terhadap er,
mengkaji komunitas penuruna iskemia
data-data dari segi n curah miokard
demografi diagnosa jantung b. Intolerans
identitas keperawatan b/d i aktivitas
pasien yang pada peningka b/d
meliputi penderita tan kelemaha
nama, hipertensi afterload, n,
tempat yaitu ketidakse
tanggal dengan vasokons imbangan
lahir, melakukan triksi, suplai
riwayat penetapan hipertrofi dan
14
Jurnal Keperawatan Pangkalpinang Volume 2, Nomor 1, Juli 2019

kebutuha Beberapa mengatakan keperawatan


n masalah bahwa cara yang
oksigen. yang yang disusun
c. Nyeri sering dilakukan harus
akut : kali pada
sakit muncul perencanaan
kepala yaitu kegiatan
b/d nyeri untuk
peningka akut, mengatasi
tan resiko masalah
tekanan penuruna yang telah
vaskuler n curah ditetapkan
serebral jantung sesuai
Berda dsb. diagnosis
sarkan Sehingga keperawatan
hasil bisa yaitu
penelitia memuda dengan
n yang hkan menetapkan
ada diproses tujuan dari
maka asuhan perencanaan
peneliti keperawa yang di
berpenda tan buat,
pat selanjutn menetapkan
bahwa ya yaitu upaya dari
penerapa perencan perencanaan
n asuhan aan. / rencana
keperaw yang akan
atan 3. Perencanaa di
komunit n implementa
as pada Dari sikan itu
penderita hasil sendiri
hipertens wawancara seperti apa.
i dari mendalam Penelitia
segi dengan n ini sejalan
diagnosa informan dengan teori
keperaw kunci Mubarak
atan didapatkan (2009),
ditetapka bahwa dijelaskan
n sesuai penerapan bahwa
dengan asuhan perencanaan
permasal keperawatan asuhan
ahan komunitas keperawatan
yang dari segi kesehatan
ditemuka penerapan masyarakat
n keperawatan disusun
dilapang pada berdasarkan
an, penderita diagnosa
keluhan hipertensi keperawatan
ataupun yaitu yang telah
keadaan sebagian ditetapkan
pasien. besar dan rencana
15
Jurnal Keperawatan Pangkalpinang Volume 2, Nomor 1, Juli 2019

mencakup tersebut keperawata cara yang


perumusan yaitu n yang digunakan
tujuan, masalah sudah di pada saat
rencana dan tetapkan, melakukan
tindakan sumber/pot menetapka implementas
keperawata ensi seperti n i
n yang dana, dari keperawatan
akan sarana, perencanaa pada
dilakukan tenaga nnya, penderita
dan kriteria yang kriteria hipertensi
hasil untuk tersedia. hasil serta yaitu
menilai Strategi memperhati bekerjasama
pencapaian yang kan faktor- dalam tim,
tujuan. digunakan faktor yang melakukan
Langkah mencakup mempengar implementas
pertama proses uhi dalam i sesuai
dalam kelompok penyusunan dengan
tahap pendidikan perencanaa perencanaan
perencanaa kesehatan n kegiatan yang sudah
n adalah dan sehingga ditetapkan.
menetapka kerjasama bisa Penelitia
n tujuan serta memaksim n ini sejalan
dan sasaran mendemont alkan dengan teori
kegiatan rasikan perencanaa Mubarak
untuk keterlibatan n pada saat (2009),
mengatasi dalam impelemant dijelaskan
masalah asuhan asi bahwa
yang telah keperawata keperawata dalam
ditetapkan n. n. pelaksanaan
sesuai Berdasa tindakan
dengan rkan hasil 4. Implementa keperawatan
diagnosis penelitian si , perawat
keperawata yang ada Dari kesehatan
n. Dalam maka hasil masyarakat
menentuka peneliti wawancara harus
n tahap berpendapa mendalam bekerjasama
berikutnya t bahwa dengan 2 dengan
yaitu penerapan Informan anggota tim
rencana asuhan kunci dan kesehatan
pelaksanaa keperawata mengenai lainya.
n kegiatan n bagaimana Dalam
maka ada komunitas hal ini dengan
dua faktor pada melibatkan rencana yang
yang penderita pihak telah di
mempenga hipertensi Puskesmas, tetapkan.
ruhi dan dari segi Bidan desa Berdasark
dipertimba perencanaa dan anggota an hasil
ngkan n harus di masyarakat, penelitian
dalam rencanakan melakukan yang ada
menyusun sesuai pelaksanaan maka peneliti
rencana diagnosa sesuai berpendapat
16
Jurnal Keperawatan Pangkalpinang Volume 2, Nomor 1, Juli 2019

bahwa informan dengan kesehatan


penerapan pendukung membandin sebelum
asuhan didapatkan gkan antara diberikan
keperawatan hasil bahwa tingkat tindakan
komunitas sebagian kemandirian asuhan
pada besar masyarakat keperawata
penderita mengatakan dalam n dan
hipertensi fokus perilaku sesudahny
dari segi evaluasi kehidupan a, menilaht
implementas dapat dilihat sehari-hari serajat
i dengan dan tingkat kesehatann
dilaksanakan melihat kemajuan ya.Hasil
sesuai kemandirian, kesehatan penilaian
dengan tingkat masyarakat keperawata
perencanaan keberhasilan komunitas n
yang sudah dan kontrol dengan digunakan
ditetapkan, rutin pasien tujuan yang sebagai
selain itu itu sendiri. telah bahan
strategi Penelitia ditetapkan perencanaa
pelaksanaan n ini sejalan atau n
keperawatan dengan teori dirumuskan selanjutnya
komunitas Mubarak sebelumnya. apabila
yang dapat (2009), Berdasar masalah
digunakan dijelaskan kan hasil belum
dalam bahwa penelitian teratasi.
perawatan evaluasi yang ada Perlu
kesehatan memuat maka dipahami
masyarakat keberhasilan peneliti bersama
diantaranya proses dan berpendapa oleh
pendidikan t bahwa perawat
kesehatan, keberhasilan penerapan kesehatan
mandiri, asuhan masyarakat
inovatif dsb. tindakan keperawata bahwa
Selain itu keperawatan n evaluasi
juga, fokus . komunitas dilakukan
pelaksaaann Keberhasilan pada dengan
ya adalah proses dapat penderita melihat
pencegahan dilihat hipertensi respon
primer, dengan dari segi derajat
sekunder membanding evaluasi kesehatann
dan tersier. kan antara dilakukan ya.
proses dengan
5. Evaluasi dengan menilai Kesimpulan
Berdasa pedoman ataupun
rkan hasil atau rencana membandin Berdasarka
wawancara proses gkan n hasil
mendalam tersebut. penelitian dan
diatas Sedangkan pembahasan
dengan keberhasilan tentang
informan tindakan bagaimana
kunci dan dapat dilihat penerapan
17
Jurnal Keperawatan Pangkalpinang Volume 2, Nomor 1, Juli 2019

asuhan hipertensi n penderita


keperawatan belum komunitas hipertensi
komunitas maksimal dari segi sudah
pada penderita dikarenaka evaluasi cukup
hipertensi di n diagnosa keperawata maksimal.
wilayah kerja keperawata n pada
Puskesmas n yang
Petaling ditetapkan Interventions
Kecamatan hanya satu Daftar Pustaka
Mendo Barat saja, Clasification
Tahun 2018, seharusnya Achjar, Komang. (NIC) Edisi
maka dapat di ada yang 2011.Teori bahasa
simpulkan aktual dan dan indonesia.Jaka
sebagai potensial. Praktik rta:
berikut: 3. Perencanaan Asuhan Elsevier
1. Pengkajian Penerapan Keperawatan
Komunitas. Digiulio, mary. 2014.
Penerapan asuhan
Jakarta: Keperawatan
asuhan keperawata
EGC Medikal Bedah
keperawat n
.Yogyakarta:
an komunitas
Amrullah, amin. Rapha
komunitas dari segi
2014. Panduan Publishing
dari segi perencanaa
menyusun proposal
pengkajian n Ekasari, dkk.2008.
skripsi
keperawat keperawata Keperawatan
tesis dan
an pada n pada Komunitas
disertasi.
penderita penderita upaya
Yogyakarta:S
hipertensi hipertensi memandirikan
mart Pustaka
sudah sudah masyarakat
cukup cukup Bararah,Taqiyyah untuk hidup
maksimal maksimal. sehat. Jakarta
walaupun 4. Implementa dan Timur: Trans
masih ada si Info Media
beberapa Penerapan Mohammad
kaidah asuhan Elizabeth T.
pengkajian keperawata Jauhar. Anderson dan Judith
yang n 2013. Asuhan McFarlance.
belum komunitas keperawata 2006. Buku
lengkap. dari segi n panduan Ajar
2. Diagnosa implement lengkap Keperawatan
Keperawata asi menjadi Komunitas
n keperawata perawat Teori dan
Penerapan n pada profesional. Praktik edisi 3.
asuhan penderita Jakarta: Jakarta: EGC
keperawat hipertensi Pustaka
an sudah Karaya Ibrahim, 2015.
komunitas cukup Asuhan
dari segi maksimal. Bulechek, Gloria Keperawatan
diagnosa 5. Evaluasi dkk. 2013. pada lansia
keperawat Penerapan Edisi dengan
an pada asuhan hipertensi.
penderita keperawata keenam akses pada 15
Nursing
18
Jurnal Keperawatan Pangkalpinang Volume 2, Nomor 1, Juli 2019

Maret 2018. Pengukuran Petaling


file:///C:/Use Outcomes file:///C:/U Kecamatan
rs/ASUS/Do Kesehatan sers/ASUS Mendo
wnloads/636 Edisi /Download Barat Tahun
0 bahasa s/taes 2017.
-13298-1-SM Indonesia.Ja paye.pdf
%281%29.pdf Sugiyono. 2015.
karta:
Noviyanti, 2015.
Kusama, kelana. Mubarak,Wahid Hipertensi Metedologi
2011. kenali, cegah
Metedologi Iqbal,dkk.20 dan obati. Penelitian
penelitian 09. Ilmu Yogyakarta: Kuantitatif,
Keperawata keperawata Notebook. kualitatif .
n. Jakarta: n komunitas Bandung:
Trans Info Nursalam, 2009. Alfabeta
konsep dan
Media aplik Konsep dan Sumijatun, dkk.
asi. 2008.
Maryani, dewi sar. penerapan
2014. Ilmu metodologi
Jakar Konsep dasar
keperawatan penelitian
ta: keperawatan
komunitas. ilmu
bandung: CV keperawatan. komunitas.
Sale
YRAMA Jakarta: Jakarta: EGC
mba
WIDYA Medika Salemba
Tim Pokja SDKI
Medika
Moorhea, Sue dkk. DPP PPNI.
Mubarak,Wahid
2013. Edisi Nurarif, amir huda 2016. Standar
kelima dan kusuma hardi, Diagnosis
Iqbal,dkk.20
Nursing 09.Ilmu 2015.
Outcomes aplikasi Keperawatan
keperawata
Clasificationn komunitas asuhan
(NOC) keperawata Indonesia
pengantar Definisi dan
dan teori. n
Jakarta: berdasarka
n indikator
Salemba
Medika diagnosa
diagnostik.
Jakarta
Najmi, R., Erwin & dan
Selatan:
Ari (2014), NANDA
dpppni.
Faktor- NIC-
faktor yang NIC Wilkinson,Judith.
berhubunga Jilid 2. 2011. Buku
n dengan Yogyaka saku
kejadian rta: diagnosis
hipertensi Mediacti keperawatan
di wilayah on edisi 9
kerja Publishe NANDA
puskesmas r iNtervensi
rumbai NIC dan
pesisir. Di Ridha, dkk. 2017.
kriteria hasil
akses pada Profil
NOC.Jakarta:
15 Maret Puskesmas
EGC
19

You might also like