Professional Documents
Culture Documents
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
ABSTRAK
The quality of service nursing influenced by satisfaction and comfort patients .2 of 6 indicators of
quality is a cause of patients home force and did not choose the hospital treatment same time of
need
.This study aims to analyze comfort and satisfaction patients in the interaction nursing service
hospital the 2016 petala year .The research is description analytic with samples were 123 patients
who were hospitalized in installation .The analysis shows that the patients are in the elderly early (
25,2 % ) , patients of the female sex ( 57,7 % ) , the senior secondary school / equivalent ( 68,3 % ) ,
of employment civil servants ( 43,9 % ) , the treatment to 1 - 2 ( 95,1 % ) , the third grade care (
51,2 % ) , the majority of haripe 1-3 day care ( 73,2 % ) , payment methods patients in installation
patient is bpjs ( 63,4 % ) , mostly located in a room a floor III ( 41,5 % ) , berda in the comfortable (
52,03 % ) and most patients are in the satisfied ( 72,36 %). In the process interaction service
nursing .Expected management hospitals can make the most of communication nurse through
seminar activities and training related communication effective in interpersonal raising comfort
and satisfaction patients
ABSTRAK
Mutu pelayanan keperawatan dipengaruhi oleh kepuasan dan kenyamanan pasien. 2 dari 6
indikator mutu ini menjadi penyebab pasien pulang paksa dan tidak memilih RS yang sama saat
membutuhkan perawatan. Penelitian ini bertujuan menganalisis kenyamanan dan kepuasan
pasien dalam proses interaksi pelayanan keperawatan di RSUD Petala Bumi Tahun 2016. Jenis
penelitian ini adalah deskripsi analitik dengan sampel berjumlah 123 pasien yang berada di
Instalasi rawat inap. Hasil analisis menunjukkan bahwa pasien berada pada kelompok Lansia awal
(25,2 %), pasien jenis kelamin perempuan (57,7%), tingkat pendidikan SLTA / Sederajat (68,3%),
Jenis Pekerjaan PNS(43,9 %), kelompok perawatan ke 1 – 2 (95,1%), kelompok perawatan Kelas III
(51,2%), mayoritas haripe perawatan 1-3 hari (73,2%), Cara Pembayaran pasien di Instalasi Rawat
Inap adalah BPJS (63,4%), sebagian besar berada di ruang Lantai III (41,5%), berda pada kategori
Nyaman (52,03%) dan sebagian besar pasien berada pada kategori puas (72,36%) dalam proses
interaksi pelayanan keperawatan. Diharapkan manajemen rumah sakit dapat mengoptimalkan
kemampuan komunikasi perawat melalui kegiatan seminar dan pelatihan terkait komunikasi yang
efektif secara interpersonal sehingga meningkatkan kenyamanan dan kepuasan pasien
Kopertis Wilayah X 2
PENDAHULUAN dan keuntungan yang melekat pada
Mutu pelayanan keperawatan yang intervensi keperawatan. Depkes (2008)
baik adalah harapan pasien. Gillies (2006) layanan keperawatan bermutu apabila
mendefinisikan mutu perawatan adalah sesuai standar. Dapat disimpulkan mutu
aplikasi pengetahuan medis yang tepat pelayanan keperawatan adalah pelayanan
bagi perawatan pasien menyeimbangkan keperawatan sesuai standar, melebihi
resiko
Kopertis Wilayah X 3
S.M Agritubella – Kenyamanan dan Kepuasan… Jurnal Endurance 3(1) Februari 2019 (14-26)
Kopertis Wilayah X 4
S.M Agritubella – Kenyamanan dan Kepuasan… Jurnal Endurance 3(1) Februari 2019 (14-26)
harapan, menimbulkan kepuasan, perawat, kenyamanan fisik dan
kenyamanan dan keselamatan pasien. pengambilan keputusan berkunjung
Namun masih terdapat permasalahan mutu kembali menjadi outcome dari pelayanan
pelayanan keperawatan. keperawatan berkualitas (Ardenny, 2013;
Masalah mutu tidak hanya di Rajeswari, 2011). Faktor kepuasan salah
Indonesia. Di Kenya mutu pelayanan satunya adalah kemampuan dalam
keperawatan baik 51% dengan kepuasan memberikan informasi, caring,
pasien 67,8% (Wanjau et al, 2012; komunikasi, sopan, responsif (Badri, 2008;
Ndambuki,2013). Di Jawa Tengah mutu Naidu, 2009).
pelayanan keperawatan yang baik 98,5% Kemampuan komunikasi memegang
kepuasan pasien 63,2% (Sukardjo, 2012). urutan ke dua setelah kemudahan akses
Di Manado, mutu pelayanan keperawatan fisik dan finansial (Motacki, 2011).
yang baik 75%, kepuasan pasien 73 % Kenyamanan menjadi sorotan alasan
(Rattu, 2014; Oroh et al, 2014). Di pasien memilih rumah sakit yang sama
Sumatera Barat, mutu pelayanan saat membutuhkan perawatan atau pulang
keperawatan baik 55,8 %, kepuasan pasien paksa karena ketidaknyamanan baik fisik,
53% (Putra, 2013; Anuari, 2012). psiko- spiritual, lingkungan fisik dan sosial
Berdasarkan beberapa hasil penelitian budaya berbeda. Palembang, 70,3%
mutu pelayanan keperawatan baik sekitar komunikasi perawat baik dengan kepuasan
70,1% dengan kepuasan pasien sekitar pasien 60,9% (Irawan dkk, 2015).
64,3%. Rendahnya mutu layanan Bukittinggi, 65,8% komunikasi perawat
keperawatan sejalan dengan rendahnya baik, kepuasan pasien 50% (Andriani,
kepuasan sehingga perlu meningkatkan 2014). Sehingga rata-rata komunikasi
mutu pelayanan keperawatan guna perawat yang baik sekitar 68% dengan
meningkatkan kepuasan. kepuasan pasien sekitar 55,5%.
Dua dari 6 indikator mutu pelayanan Kesalahan komunikasi menghambat
keperawatan klinik adalah kenyamanan proses keperawatan dan adanya kejadian
dan kepuasan (Kemenkes, 2012). Menurut yang tak diharapkan yaitu komplain
Naidu (2009) hasil akhir pelayanan adalah kurang baiknya komunikasi perawat.
puas tidaknya terhadap pelayanan dan Sekitar 67,9% pasien menilai perawat
fasilitas menimbulkan kenyamanan. Oleh kurang empati (Andriani, 2012; Idris,
sebab itu kenyamanan dan kepuasan 2012). Kesalahan komunikasi meningkat
dijadikan sebagai indikator mutu dari 17 insiden menjadi 22 insiden karena
pelayanan keperawatan (Depkes, 2008; kesalahan menerima informasi (Irawan
Laschinger et al, 2005). dkk, 2015). Tingkatan komunikasi di
Perspektif kenyamanan pasien rumah sakit adalah komunikasi
berbeda (Newson, 2008). Kenyamanan interpersonal. Komunikasi interpersonal
pasien sebagai pemenuhan kebutuhan merupakan proses pengiriman dan
dasar bersifat individual dan holistik penerimaan pesan antara dua orang atau
tergantung yang mengalaminya (Kolcaba, diantara sekelompok kecil orang dengan
2003; Sanders & Mc.Cormick dalam beberapa efek dan umpan balik seketika
Violesia, 2014). Kenyamanan berperan (Devito dalam Lalongkoe, 2013).
dalam peningkatan kualitas Komunikasi interpersonal
pelayanan keperawatan, merupakan inti pelaksanaan praktik
peningkatan sumber daya dan hubungan perawat. Penyampaian informasi yang baik
profesional (Gardner et al, 2009). kepada pasien, sejawat / tim kesehatan lain
Kenyamanan dapat meningkatkan maka hal tersebut mengawali pelaksanaan
kepuasan dalam proses interaksi layanan asuhan keperawatan yang baik karena
keperawatan (Purdi, 2011). keakuratan, ketepatan,
Beberapa dimensi kepuasan terdiri menyelesaikan masalah pasien,
dari; komunikasi perawat, perhatian meningkatkan kepuasan dan membantu
Kopertis Wilayah X 5
S.M Agritubella – Kenyamanan dan Kepuasan… Jurnal Endurance 3(1) Februari 2019 (14-26)
Kopertis Wilayah X 6
S.M Agritubella – Kenyamanan dan Kepuasan… Jurnal Endurance 3(1) Februari 2019 (14-26)
penyembuhan pasien (Suryani, 2015; dan kepuasan pasien dalam proses interaksi
Mundakir, 2006). pelayanan keperawatan di RSUD Petala
RSUD Petala Bumi Kelas C milik Bumi Provinsi Riau”.
Pemerintah memiliki visi “Unggul dalam
Pelayanan”. Data residensi Agritubella METODE PENELITIAN
(2015) Jumlah SDM sebanyak 324 orang. Jenis penelitian ini analitik. Sampel
Jumlah tenaga keperawatan sebanyak adalah pasien terdistribusi dari tiga ruang
46,3% . Perawat 72,8% dan bidan 27,2%. di Instalasi Rawat Inap diambil secara
Kualifikasi Perawat DIII 65%. Penampilan purposif sampling berjumlah 123 orang.
kerja 3 tahun, BOR yaitu rata-rata tempat Tahap persiapan hingga pelaksanaan
tidur (TT) terpakai mengalami peningkatan Februari – September 2016 menggunakan
7,5%. BTO (rata-rata penggunaan TT) kuesioner yang telah uji validitas dan
mengalami peningkatan 10,6%. TOI reliabelitas di RSUD Rokan Hulu Agustus
(Interval TT kosong) mengalami kemajuan 2016. Tahap akhir pengolahan data
yaitu 39,5 hari turun menjadi 11,5 hari dan Oktober 2016 menggunakan analisis
pada tahun 2014 menjadi 9,6 hari. Data univariat melalui distribusi frekuensi.
tersebut merupakan indikator pelayanan
rumah sakit berdasarkan jumlah kunjungan HASIL DAN PEMBAHASAN
semakin meningkat namun dibawah
standar. 1. Karakteristik Pasien di Instalasi
Indikator pelayanan rawat inap Rawat Inap RSUD Petala Bumi
menurut Depkes (2008) tidak adanya Hasil analisis univariat karakteristik
kejadian yang tak diharapkan seperti pasien berdasarkan kelompok umur
infeksi, jatuh, kematian > 48 jam, dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
pulang paksa terdokumentasi baik secara (f) sebagai berikut:
periodik 3 bulan oleh PPI, namun Tabel 1
kenyamanan dan kepuasan interaksi belum Karakteristik Pasien
ada. Perlunya melengkapi indikator berdasarkan
pelayanan keperawatan dengan survei kelompok umur
kenyamanan dan kepuasan di Instalasi
Rawat Inap. No Kelompok Umur f %
Berdasarkan studi pendahuluan 11 1 Remaja Awal (12 – 16) 5 4,1
Mei 2016, rumah sakit telah melakukan 2 Remaja Akhir (17 – 25) 14 11,4
pelatihan komunikasi namun belum ada 3 Dewasa Awal (26 – 35) 14 11,4
evaluasi. Menurut Ka. Inst. Rawat Inap, 4 Dewasa Akhir (36 – 45) 22 17,9
keluhan pasien belum terdokumentasi 5 Lansia Awal (46 – 55) 31 25,2
dengan baik, tetapi survey kepuasan telah 6 Lansia Akhir (56 – 65) 19 15,4
terintegrasi satu tempat. Penyebaran 7 Manula ( > 65 ) 18 14,6
kuesioner sesaat sebelum pulang, tidak Jumlah 123 100
semua pasien mengembalikan. Observasi Berdasarkan tabel 1 sebagian besar pasien
dokumentasi kepuasan pasien 3 bulan berada pada kelompok Lansia awal yaitu
terakhir sekitar 89 %. Namun penilaian 25,2 %. Hal ini menunjukkan bahwa
kenyamanan dan kepuasan proses interaksi kelompok umur lansia awal merupakan
belum dilakukan. Terdapat pasien pulang tahap dimana seseorang mengalami
paksa dan mengeluh pelayanan tidak baik, berbagai penurunan daya tahan tubuh dan
tidak ramah dan menunjukkan wajah kesal. berbagai tekanan psikologis dengan
Saat mengerang kesakitan, dibiarkan saja, demikian akan timbul perubahan-
padahal keluarga sudah bolak balik ke perubahan dalam hidupnya.
meja petugas. Ini alasan peneliti ingin Hasil analisis univariat karakteristik
mengetahui “Bagaimana kenyamanan dan pasien berdasarkan Jenis Kelamin
disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
(f) sebagai berikut:
Kopertis Wilayah X 7
S.M Agritubella – Kenyamanan dan Kepuasan… Jurnal Endurance 3(1) Februari 2019 (14-26)
Kopertis Wilayah X 8
S.M Agritubella – Kenyamanan dan Kepuasan… Jurnal Endurance 3(1) Februari 2019 (14-26)
Tabel 2 Tabel 3
Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Distribusi Frekuensi Pasien berdasarkan
Kelamin, Tingkat Pendidikan, Jenis Lamanya hari rawatan dan Cara
Pekerjaan, Hari Rawatan Pembayaran
Karakteristik f % No Karakteristik f %
Jenis Kelamin Lama hari rawatan
1 Laki – laki 52 42,3 1 1 – 3 hari 90 73,2
2 Perempuan 71 57,7 2 4 – 6 hari 19 15,4
Tingkat Pendidikan 3 6 – 10 hari 14 11,4
1 Tidak Sekolah 13 10,6 Cara Pembayaran
2 SD/ Sederajat 6 4,9 1 Umum 12 9,8
3 SLTP / Sederajat 20 16,3 2 BPJS 78 63,4
4 SLTA / Sederajat 84 68,3 3 Jamkesda/ Jamkesmas 33 26,8
Jenis Pekerjaan Jumlah 123 100
1 PNS/ TNI/POLRI 54 43,9
2 Buruh / Tani 14 11,4 Berdasarkan Tabel 3 didapatkan data
3 Pedangang 17 13,8 bahwa mayoritas hari rawatan pasien di
4 Lain-Lain 38 30,9 Instalasi Rawat Inap 1-3 hari yaitu 73,2%.
Rawatan Ke Sebagian besar Cara Pembayaran pasien di
1 1–2 117 95,1 Instalasi Rawat Inap adalah BPJS yaitu
2 3–5 6 4,1 63,4%.
3 Lebih dari 5 1 0,8 Hasil analisis univariat karakteristik
Kelas rawatan pasien berdasarkan kelompok umur
1 VIP 6 4,9 sebagian besar pasien berada pada
2 I 37 30,1 kelompok Lansia awal yaitu 25,2 %. Hal
3 II 17 13,8 ini menunjukkan bahwa kelompok umur
4 III 63 51,2 lansia awal merupakan tahap dimana
Jumlah 123 100 seseorang mengalami berbagai penurunan
daya tahan tubuh dan berbagai tekanan
Berdasarkan tabel 2, lebih dari separuh psikologis dengan demikian akan timbul
pasien di Instalasi Rawat Inap RSUD perubahan- perubahan dalam hidupnya.
Petala Bumi dengan jenis kelamin Penelitian ini sejalan dengan penelitian
perempuan yaitu 57,7%. Sebagian besar Oroh et al (2014) di Ruang Interna RSUD
pasien memiliki tingkat pendidikan Noongan dimana pasien terbanyak adalah
SLTA / Sederajat yaitu 68,3%. Pekerjaan kelompok umur diatas 40 tahun.
pasien terbanyak adalah PNS/TNI/POLRI Bertambahnya umur seseorang
yaitu 43,9 %. Sebagian besar pasien berada mengakibatkan kemunduran struktur dan
pada kelompok rawatan ke 1 – 2 yaitu fungsi organ sehingga masyarakat berusia
95,1%. Lebih dari separuh pasien di tua cenderung memanfaatkan pelayanan
Instalasi Rawat Inap berada pada kesehatan dibandingkan usia muda hal ini
kelompok perawatan Kelas III yaitu berkaitan dengan tingkat ketergantungan.
51,2%. Selain faktor fisik, faktor emosional pada
Hasil analisis univariat karakteristik orang tua yang mengalami penyakit kronik
pasien berdasarkan lamanya hari rawatan lebih cepat menerima keadaan keterbata-
disajikan dalam tabel distribusi frekuensi san fisik dikarenakan cenderung bersifat
(f) sebagai berikut: terbuka sehingga tuntutan dan harapannya
Kopertis Wilayah X 9
lebih rendah dari pasien muda. Hal ini Kelas III yaitu 51,2%. Berdasarkan Tabel
menyebabkan pasien lansia lebih cepat 7 didapatkan data bahwa mayoritas
puas. lamanya hari rawatan pasien di Instalasi
Hasil analisis univariat karakteristik Rawat Inap 1-3 hari yaitu 73,2%. Hal ini
pasien berdasarkan Jenis Kelamin lebih tidak sejalan dengan penelitian yang
dari separuh pasien perempuan (57,7%). dilakukan oleh Anjaryani (2009) di RSUD
Jenis kelamin memiliki pengaruh terhadap Tugurejo Semarang dimana responden
cara pandang terhadap jasa yang diberikan. yang paling banyak adalah pasien
Perempuan melihat penampilan secara menjalani perawatan selama 4 – 6 hari.
detail, laki-laki tidak mengindahkan hal Menurut analisis peneliti, pasien RSUD
tersebut. Cara mengelola hubungan dan Petala Bumi merupakan pasien rujukan
berinteraksi pun berbeda. Gunarsa (2008) dan berkaitan dengan cara pembayaran
menjelaskan bahwa laki-laki lebih cuek melalui BPJS dan lama rawatan telah
dibandingkan perempuan karena dianggap ditetapkan berdasarkan jenis penyakit.
lebih fleksibel. Perbedaan jenis kelamin ini Dalam penelitian Anjaryani (2014)
menurut analisis peneliti mempengaruhi disebutkan bahwa lama tidaknya pasien
hubungan interpersonal dan bagaimana dirawat dipandang dari 2 pendekatan yaitu
cara seseorang berinteraksi hal ini penyakit yang diderita pasien memang
dihubungakan dengan adanya perbedaan membutuhkan waktu yang lama (bisa
persepsi antara perempuan dan laki-laki lebing seminggu) dan pasien merasa betah
dalam menginterpretasikan sesuatu. dalam menjalani perawatan. Hal ini
Hasil analisis univariat karakteristik muncul karena hal yang bersifat psikologis
pasien berdasarkan tingkat pendidikan maupun administratif sesuai dengan
sebagian besar pendidikan SLTA/sederajat harapan pasien. Dalam Hal ini Rumah
yaitu 68,3%. Hasil analisis univariat Sakit merupakan institusi kesehatan
karakteristik pasien berdasarkan jenis melalui tenaga medisnya yang
pekerjaan terbanyak adalah PNS / TNI / memberikan produk berupa jasa maka
POLRI (43,9%). Hasil analisis univariat lama tidaknya pasien dirumah sakit
karakteristik pasien berdasarkan Jumlah merupakan tolok ukur tersendiri untuk
Rawatan bahwa sebagian besar pasien mengukur sisi keberhasilan dari segi
berada pada kelompok rawatan ke 1 – 2 pemasaran bahwa ternyata pasien merasa
yaitu 95,1%. puas sehingga memilih berada di rumah
Hal ini menunjukkan bahwa pasien sakit intuk pemulihan daripada di rumah.
yang mendapatkan perawatan di RSUD Hasil analisis univariat karakteristik
Petala Bumi adalah pasien yang baru pasien berdasarkan Cara Pembayaran
pertama kali mendapatkan pelayanan Berdasarkan Tabel 8 didapatkan data
keperawatan. Kepuasan pasien dan bahwa sebagian besar Cara Pembayaran
kenyamanan merupakan hal yang penting pasien di Instalasi Rawat Inap adalah BPJS
yang menjadi kesan pertama pasien yaitu 63,4%.
dirawat. Kenyamanan menjadi sorotan
alasan pasien memilih rumah sakit yang 2. Kenyamanan Pasien dalam Proses
sama saat membutuhkan perawatan atau Interaksi di Instalasi Rawat Inap
pulang paksa karena ketidaknyamanan RSUD Petala Bumi Tahun 2016
baik fisik, psiko-spiritual, lingkungan fisik
dan sosial budaya berbeda Hasil analisis univariat karakteristik
Hasil analisis univariat karakteristik pasien berdasarkan kenyamanan pasien
pasien berdasarkan Kelas Perawatan dalam proses interaksi pelayanan
Berdasarkan tabel 6 didapatkan data bahwa keperawatan di Instalasi Rawat Inap
lebih dari separuh pasien di Instalasi Rawat disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
Inap berada pada kelompok perawatan (f) sebagai berikut:
Tabel 4 Menurut Wayunah (2011) tingkat
Distribusi Frekuensi Pasien berdasarkan kenyamanan pasien di Ruang Rawat Inap
Kenyamanan Proses Interaksi Pelayanan RSUD Indramayu hanya 53,8 %. Tingkat
Keperawatan di Instalasi Rawat Inap kenyamanan berhubungan implementasi
RSUD Petala Bumi Tahun 2016 tindakan perawat yang dinilai berdasarkan
aspek fisik, psikososial, sosiokultural dan
No Tingkat lingkungan. Sejalan dengan penelitian
f %
Kenyamanan Rahmawati (2014) di RSU Haji Surabaya
1 Nyaman 64 52,03 di Ruang Marwah hanya 57,7% pasien
2 Kurang 59 47,97 merasakan kenyamanan hal ini berkaitan
Jumlah 123 100 dengan faktor umur, pengalaman masa
Berdasarkan Tabel 4 didapatkan data lalu, kecemasan terhadap tindakan yang
bahwa tingkat kenyamanan pasien dalam akan dilakukan, dukungan keluarga dan
proses interaksi pelayanan keperawatan di nyeri. Nyeri berhubungan dengan
Instalasi Rawat Inap berda pada kategori kenyamanan pasien. Rahmawati (2014)
Nyaman yaitu 52,03%. menjelaskan nyeri mengakibatkan tanda
dan gejala ketidaknyamanan. Seseorang
Hasil analisis univariat didapatkan data mengalami nyeri menderita secara fisik
bahwa tingkat kenyamanan pasien dalam dan mental, perasaan nyeri menimbulkan
proses interaksi pelayanan keperawatan di ketegangan sehingga ketidaknyamanan
Instalasi Rawat Inap berda pada kategori berasal dari aspek fisik dan psikologis.
Nyaman yaitu 52,03%. Perilaku ketidaknyamanan ini misalnya
Menurut asumsi peneliti, kenyamanan pasien tidak betah dirawat dan ingin segera
proses interaksi merupakan bentuk pulang. Menurut asumsi peneliti perawat
keberhasilan perawat memberikan senantiasa menciptakan kenyamanan
pelayanan yang baik, menciptakan pasien untuk mendapatkan kesejahteraan
lingkungan yang kondusif dan dengan situasi, kondisi dan terhindar dari
mengupayakan kesejahteraan bersama. ketegangan dan ketidaknyamanan oleh
Apabila pasien bebas ketidaknyamanan sebab itu kenyamanan menjadi alasan
maka memperlihatkan kesejahteraan dan penting bagi pasien dalam pemilihan
motivasi pasien untuk segera sembuh. tempat pelayanan saat butuh perawatan.
Menurut Kozier et al (2004), rasa nyaman Hasil penelitian di Instalasi Rawat Inap
pasien berhubungan dengan kepuasan RSUD Petala Bumi menunjukkan 65,85%
pasien menerima pelayanan keperawatan. perawat humor. Sifat humor perawat dapat
Berdasarkan hasil penelitian hanya mengurangi ketegangan psikis dan
19,51 % pasien yang menyatakan bercerita membantu pasien mengatasi kecemasan
dengan perawat dapat mengalihkan nyeri yang dialaminya. Menurut pasien 31,71%
yang dirasakan. Hal ini menunjukkan perawat tidak mau mengajak diskusi
bahwa rendahnya kenyamanan terhadap mengenai penyebab kecemasan pasien.
kemampuan perawat mengatasi nyeri yang Menurut Wilson & Kolcaba (2004)
pasien rasakan melalui interaksi. kecemasan merupakan penyebab utama
Menurut asumsi peneliti, perawat penurunan kenyamanan. Kenyamanan
cendrung tidak mengidentifikasi nyeri psikologis merupakan kondisi psikologis
yang dirasakan pasien sehingga apabila yang terbebas dari ketakutan dan stress.
pasien mengeluh nyeri, perawat Kondisi tersebut merupakan streson yang
menghubungi dokter dan menyediakan berpengaruh terhadap kenyamanan
obat famakologi mengatasi nyeri. Perawat psikologis pasien. Menurut analisis peneliti
lupa bahwa ada beberapa teknik non perawat komunikatif mengidentifikasi
farmakologi dapat mengatasi nyeri tanpa alasan pasien merasa cemas. Ketegangan
kolaborasi dokter. menerima tindakan medis / keperawatan
memicu kecemasan, menghambat Tabel 5
pengambilan keputusan dalam proses Kepuasan Proses Interaksi Pelayanan
interaksi pelayanan keperawatan. Perawat Keperawatan di Instalasi Rawat Inap
berharap pasien menerima, memahami RSUD Petala Bumi Tahun 2016
proses penyakit yang butuh penanganan
segera untuk itu dibutuhkan kemampuan No Tingkat Kepuasan f %
perawat secara interpersonal sebagai 1 Puas 89 72,36
pemberi informasi untuk mengatasi 2 Kurang 34 27,64
kecemasan pasien. Jumlah 123 100
Menurut NANDA International (2012) Berdasarkan Tabel 5 didapatkan data
kenyamanan adalah pola kesenangan, bahwa tingkat kepuasan pasien dalam
kelegaan, kesempurnaan dalam dimensi proses interaksi pelayanan keperawatan di
fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosial. Instalasi Rawat Inap berada pada kategori
Sanders dan Mc.Cormick (1993) dalam Puas yaitu 72,36%.
Violesia (2014) kenyamanan merupakan Hasil analisis univariat didapatkan data
kondisi perasaan dan sangat tergantung bahwa tingkat kepuasan pasien dalam
pada orang yang mengalami situasi proses interaksi pelayanan keperawatan di
tersebut. Kita tidak mengetahui tingkat Instalasi Rawat Inap berada pada kategori
kenyamanan yang dirasakan orang lain Puas yaitu 72,36%. Penelitian ini sejalan
secara langsung atau observasi melainkan dengan penelitian Oroh et al (2014)
harus menanyakan langsung pada orang dimana terdapat 73% pasien merasa puas
tersebut mengenai seberapa nyaman diri dengan pelayanan keperawatan. Penelitian
mereka. Senarath et al (2013) menyatakan lebih
Theory of Comfort dari Katherine dari separuh (60%) pasien puas terhadap
Kolcaba merupakan salah satu Middle kemampuan perawat dalam merespon
Range Theory keperawatan yang sesuai kebutuhan pasien, kemampuan
menekankan kesempurnaan praktik perawat memberi informasi, ramah dan
keperawatan melalui kenyamanan hidup bersahabat. Menurut Junaidi (2007) ada
(Alligood & Tomey, 2006). Pada teori empat aspek yang digunakan mengukur
tersebut terdapat variabel intervensi yang kepuasan proses interaksi pelayanan
merupakan interaksi berbagai kekuatan keperawatan salah satunya adalah
yang mempengaruhi persepsi seseorang hubungan dengan petugas rumah sakit
terhadap kenyamanan secara keseluruhan terdiri dari keramahan, informasi yang
yaitu pengalaman masa lalu, umur, sikap, diberikan, komunikasi, responsi, support,
status emosional, sistem pendukung, ketanggapan dokter / perawat.
prognosis penyakit dan keuangan Kepuasan penting sebagai indikator
(Kolcaba, 2003). Kenyamanan telah pelayanan keperawatan di rumah sakit
menjadi tujuan utama dari keperawatan, (Laschinger et al, 2005). Hal ini
sebab dengan kenyamanan kesembuhan menunjukkan bahwa kepuasan pasien
dapat diperoleh (Alligood & Tomey, dapat dijadikan alat ukur sejauh mana
2006). keberhasilan seorang pemberi pelayanan
keperawatan dapat meningkatkan
3. Kepuasan Pasien dalam Proses kepuasan pasien, kepuasan perawat
Interaksi di Instalasi Rawat Inap sejawat serta kepuasan tenaga kesehatan.
RSUD Petala Bumi Tahun 2016 Dalam penelitian ini hasil analisis
univariat menginformasikan bahwa
Hasil analisis univariat karakteristik sebagian besar pasien puas dengan
pasien berdasarkan kepuasan pasien dalam interaksi pelayanan keperawatan.
proses interaksi pelayanan keperawatan di Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Instalasi Rawat Inap disajikan dalam tabel Laschinger et al (2005), akan tetapi
distribusi frekuensi (f) sebagai berikut: apabila dibandingkan
dengan standar kepuasan Kemenkes, hasil SIMPULAN
kepuasan pasien masih dibawah standar Dari hasil penelitian disimpulkan
mutu yang ditetapkan yaitu 90%. Hal ini bahwa sebagian besar pasien berada pada
dapat dipengaruhi oleh komponen kelompok Lansia awal, sebagian besar
penilaian kepuasan yang hanya berfokus pasien jenis kelamin perempuan, sebagian
kepada proses interaksi pasien – perawat besar tingkat pendidikan pasien SLTA /
dalam pelayanan keperawatan. sederajat, sebagian besar Jenis Pekerjaan
Hasil penelitian ini menginformasikan PNS, kelompok rawatan ke 1 – 2,
data ketidakpuasan sebanyak 14,6%. kelompok perawatan Kelas III, mayoritas
Ketidakpuasan atau kurang puasnya pasien hari rawatan 1-3 hari, Cara Pembayaran
terhadap perawat dalam proses interaksi pasien di Instalasi Rawat Inap adalah
pelayanan keperawatan sebagai berikut: BPJS, sebagian besar berada pada kategori
29,27% pasien kurang puas terhadap Nyaman (52,03%) dan sebagian besar
kemampuan perawat menjawab pertanyaan pasien berada pada kategori puas (72,36%)
yang diberikan pasien, 14,3% pasien dalam proses interaksi pelayanan
kurang puas terhadap kompetensi/ keperawatan.
keterampilan dalam melakukan tindakan Diharapkan manajemen rumah sakit
dan komunikasi perawat. dapat mengoptimalkan kemampuan
Menurut asumsi peneliti kepuasan atau komunikasi perawat melalui kegiatan
ketidakpuasan pasien dikaitkan dengan seminar dan pelatihan terkait komunikasi
kemampuan perawat memenuhi kebutuhan yang efektif secara interpersonal sehingga
pasien baik biologis maupun psikologis meningkatkan kenyamanan dan kepuasan
dalam proses interaksi pelayanan pasien.
keperawatan. Salah satu upaya
menciptakan kepuasan pasien adalah UCAPAN TERIMAKASIH
memberikan ketenangan secara psikologis Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada
dimana pasien akan merasa puas dengan Direktur Rumah Sakit Petala Bumi dan
interaksi apabila perawat memiliki semua pihak terkait yang telah membantu
kemampuan membina hubungan proses penelitian ini dari awal sampai
interpersonal. selesai.
Ketidakpuasan ini dikarenakan
berbagai faktor, salah satunya kemampuan DAFTAR PUSTAKA
berinteraksi dan berkomunikasi dalam Agritubella (2015). Data Residensi RSUD
proses pelayanan keperawatan. Sejalan Petala Bumi Tahun 2015.
dengan penelitian Ndambuki (2013) bahwa Universitas Andalas Padang.
pasien melaporkan ketidakpuasan dalam
pelayanan keperawatan akibat komunikasi Alligood,MR & Tomey,A.M. (2006).
yang buruk sebanyak 11,1%. Menurut Nursing Theories and their work,
Senarath, et al (2013) ketidakpuasan 7 th edn, Mosby Elsevier,St.
pasien terhadap kemampuan perawat Louis, Missouri.
memberikan informasi sebanyak 62,6%
dan kompetensi perawat sebanyak 11,3%. Andriani. (2014). Hubungan Komunikasi
Menurut analisis peneliti bahwa Terapeutik Perawat dengan
kepuasan proses interaksi dalam pelayanan
Kepuasan Pasien RSI Ibnu Sina
keperawatan dipengaruhi beberapa faktor
Bukittinggi. Tesis. Universitas
yaitu kemampuan perawat tidak memenuhi
kebutuhan pasien dan pengalaman bekerja Andalas
perawat yang memungkinkan pelayanan
yang diberikan dapat meningkat ataupun Andriani, F. (2012). Faktor Mutu
berkurang. Keperawatan yang berhubungan
dengan Insiden Keselamatan
Pasien di RSUP DR. M.Djamil Patient’s Satisfaction Towards
Tahun 2012. Tesis. Unand. Nurse
Communication, Culture,
Collaboration Thesis, Canada:
Library and Archives.
(2012).
Interpersonal Communication
Book. Hunter College of the City
University of New York.
A. Identitas Jurnal
Nama Jurnal : Komunikasi Terapeutik
Volume : 13 Halaman
B. Abstrak Jurnal
Jurnal Paragraf : 1 Paragraf menngunakan bahasa Inggris dan 1 paragraf mengunakan bahasa
Indonesia
Halaman : 2 Halaman
Uraian Abstrak : Menggunakan 2 bahasa agar memudahkan pembacanya.
Keyword Jurnal : Comfort; Satisfaction Patients; Process Interaction
C. Kesimpulan
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa sebagian besar pasien berada pada kelompok
Lansia awal, sebagian besar pasien jenis kelamin perempuan, sebagian besar tingkat
pendidikan pasien SLTA / sederajat, sebagian besar Jenis Pekerjaan PNS, kelompok
rawatan ke 1 – 2, kelompok perawatan Kelas III, mayoritas hari rawatan 1-3 hari, Cara
Pembayaran pasien di Instalasi Rawat Inap adalah BPJS, sebagian besar berada pada
kategori Nyaman (52,03%) dan sebagian besar pasien berada pada kategori puas
(72,36%) dalam proses interaksi pelayanan keperawatan.
Diharapkan manajemen rumah sakit dapat mengoptimalkan kemampuan komunikasi
perawat melalui kegiatan seminar dan pelatihan terkait komunikasi yang efektif secara
interpersonal sehingga meningkatkan kenyamanan dan kepuasan pasien.