You are on page 1of 21

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KUALITAS AUDIT DENGAN MORAL

JUDGMENT SEBAGAI PEMODERASI


(STUDI PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI MALUKU UTARA)

Suriana AR. Mahdi


Universitas Khairun Ternate
suriana.armahdi@gmail.com

ABSTRACT
This study generally aims to analyze determinants audit quality with moral judgment as the
moderating and has a specific purpose to know; influence of competence on perceived audit quality,
the influence of independence on perceived audit quality, the influence of due professional care on
perceived audit quality, the influence of leadership style on perceived audit quality, the influence
of organizational culture on perceived audit quality, the influence of moral judgment on perceived
audit quality and partially, competence, independence, due professional care, leadership style and
organizational culture influence of perceived audit quality with moral judgment as a moderating
variable. This study is an empirical study using saturation sampling technique. Data obtained by
distributing questionnaires to 44 auditors BPK RI representatives of North Maluku province, with
response rate as much 86.4%. Data analysis was performed using regression analysis or test the
assumption of Ordinary Least Square (OLS) with a regression test to test the absolute difference
value on variable moderation. These results indicate that: Auditor competence may increase the
perceived audit quality, auditor independence may increases perceived audit quality, auditor due
professional may attitude may increases perceived audit quality, leadership style may increases
perceived audit quality, organizational culture had no effect on perceived auditor quality and
moral judgment does not strengthen or weakens perceived audit quality, but a moral judgment on
an individual basis may increases perceived audit quality.

Keywords : perceived audit quality, competence, independence, due professional care, leadership
styles, organizational culture and moral judgment.

PENDAHULUAN makna akuntabilitas dalam pengelolaan


Di sektor publik, Government sektor pemerintahan, BUMN, atau instansi
Accountability Office (GAO) mengemukakan pengelolaan aktiva lainnya (Bastian, 2007). Hal
bahwa kualitas audit merupakan ketaatan tersebut terkait dengan tuntutan masyarakat
terhadap standar profesi dan ikatan kontrak untuk meningkatkan pelayanan transparan dan
selama melaksanakan tugas audit (Lowensohn akuntabel yang diwujudkan oleh pemerintah
et al, 2007). Oleh karena itu jasa akuntan melalui program reformasi birokrasi.
dalam hal ini Badan Pemeriksaan Keuangan Tuntutan reformasi diikuti dengan
(BPK) melakukan pemeriksaan melalui penerapan pengelolaan keuangan yang
sebuah mekanisme yang dapat menggerakan baik, yang harus didukung dengan tingkat

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KUALITAS AUDIT DENGAN MORAL JUDGMENT SEBAGAI PEMODERASI
(STUDI PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI MALUKU UTARA)
62 Suriana AR. Mahdi
Universitas Khairun Ternate
kualitas audit yang baik, sehingga mengurangi opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP)
bentuk manipulasi dan kecurangan dalam ditahun sebelumnya meningkat menjadi opini
pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, dalam Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
proses pemeriksaan yang dilakukan oleh Kasus tersebut di atas menimbulkan
auditor BPK harus dilandasi dengan tingkat keraguan dan ketidakpercayaan masyarakat
kepatuhan auditor terhadap kebijakan dan terhadap kinerja auditor yang akan berdampak
prosedur audit yang sesuai dengan Standar terhadap ketidak percayaan masyarakat
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) terhadap kualitas audit atas laporan keuangan
yang diamanatkan dalam undang-undang No auditan. Oleh karena itu, berdasarkan kasus
15 tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan tersebut di atas dapat memberikan perhatian
Keuangan (BPK), peraturan BPK No 2 tahun yang mendalam untuk dijadikan sebagai
2007 tentang kode etik Badan Pemeriksaan sebuah masalah yang menarik untuk diteliti.
Keuangan (BPK). Hal ini didukung dengan Penelitan yang terkait dengan atribut
pernyataan Belkaoui (2004) yang mengatakan kualitas audit telah banyak dilakukan oleh
bahwa negara dengan tingkat kualitas audit berbagai peneliti dengan menggunakan
yang tinggi memiliki pemerintahan yang berbagai pendekatan, seperti; Carcello,
lebih baik dari negara-negara dengan tingkat Hermanson dan McGrath, 1992; Bhen et.
kualitas audit yang rendah. al., 1997; Widagdo, 2002, Hanafi, 2004;
Di sektor private, kualitas audit Samelson., Lowensohn, dan Johnson, 2006;
dapat dipertanyakan setelah adanya kasus Lowensohn et. al., 2007 dan Zawitri, 2009.
rekayasa keuangan Enron yang melibatkan Namun penelitian terdahulu pada umumnya
The Big Five Accounting Firm “Anderson”, dilakukan di sektor private, sehingga penelitian
yaitu direktur dan staf keuangan Enron pada ini mengacu pada penelitian (Samelson et.
umunya berasal dari Anderson sehingga kasus al., (2006) dan Zawitri (2009) yang berkaitan
tersebut menimbulkan terjadinya perilaku dengan faktor penentu kualitas audit di sektor
moral hazard (Kusmayadi, 2009), sedangkan publik.
di sektor publik, banyak kasus yang terkait Selain itu, gaya kepemimpinan dan
dengan moral hazard para auditor, sala budaya organisasi merupakan salah satu atribut
satunya di dalam warta buletin BPK (2010), yang dianggap penting dalam mempengaruhi
Gunarwanto menyampaikan bahwa terdapat kualitas audit. Penelitian ini mengacu pada
kasus penyuapan atas opini audit “shopping penelitian Trisnaningsih (2007) dan faktor
opinion” antara oknum auditor BPK Jawa lain yang diduga berpengaruh terhadap
Barat dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas audit adalah moral judgment, dengan

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 11/No. 1/ November 2014 : 61 - 82 63
anggapan bahwa aktivitas sektor publik tidak moral judgment sebagai pemoderasi. 3)
akan terlepas dari permainan politik sebagi Pengaruh independensi terhadap persepsi
faktor situasional yang menimbulkan berbagai kualitas audit. 4) Pengaruh Independensi
macam tekanan maupun tendensi yang terhadap persepsi kualitas audit dengan moral
memungkinkan adanya praktek moral hazard judgment sebagai pemoderasi. 5) Pengaruh
baik di lingkungan pemerintah maupun di due professional care terhadap persepsi
kalangan BPK, tentunya praktek tersebut akan kualitas audit. 6) Pengaruh due professional
berdampak pada tingkat kualitas audit di care terhadap persepsi kualitas audit dengan
sektor publik. moral judgment sebagai pemoderasi. 7)
Perbedaan penelitian ini adalah; Pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
pertama, penelitian terdahulu yang dilakukan persepsi kualitas audit. 8) Pengaruh gaya
oleh Samelson et al., (2006) dan Zawitri (2009) kepemimpinan terhadap persepsi kualitas audit
menguji kualitas audit terhadap auditee, dengan moral judgment sebagai Pemoderasi.
sedangkan peneliti menggunakan auditor 9) Pengaruh budaya organisasi terhadap
BPK sebagai responden dalam penelitian ini. persepsi kualitas audit. 10) Pengaruh budaya
Kedua, penelitian terdahulu menguji persepsi organisasi terhadap persepsi kualitas audit
kualitas audit dengan menggunakan 11 atribut dengan moral judgment sebagai pemoderasi,
kualitas audit, sedangkan dipenelitian ini hanya dan 11) Pengaruh moral judgment terhadap
menggunakan 3 atribut kualitas audit sebagai persepsi kualitas audit.
keterwakilan dari 11 atribut tersebut yang
dikolaborasikan dengan SPKN (2007). Ketiga, TINJAUAN PUSTAKA DAN
peneliti menambahkan gaya kepemimpinan PENGEMBANGAN HIPOTESIS
dan budaya organisasi sebagai variabel Teori Atribusi Sebagai Dasar Persepsi
independen. Keempat, penelitian terdahulu Auditor
tidak menggunakan variabel moderasi, Teori atribusi merupakan bagian dari
sedangkan pada penelitian ini menggunakan teori keprilakuan yang menjelaskan tentang
moral judgment sebagai variabel moderasi. persepsi sesorang terhadap lingkungan
Berdasarkan latar belakang tersebut yang mempengaruhinya, dimana persepsi
di atas maka yang menjadi permasalahan dan merupakan padangan yang dimiliki oleh
tujuan penelitian adalah mempertanyakan seseorang atau beberapa orang melalui
dan mengentahui; 1) Pengaruh kompetensi sesuatu pengalaman diri yang dapat
terhadap persepsi kualitas audit.2) Pengaruh mempengaruhi sikap dan prilaku orang
kompetensi terhadap persepsi kualitas dengan tersebut. Menurut Robbins (2007: 172) teori

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KUALITAS AUDIT DENGAN MORAL JUDGMENT SEBAGAI PEMODERASI
(STUDI PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI MALUKU UTARA)
64 Suriana AR. Mahdi
Universitas Khairun Ternate
atribusi dikemukakan untuk mengembangkan sebuah kantor jika sumber daya yang dimiliki
penjelasan mengenai cara kita menilai orang tidak digunakan untuk memberikan pendapat
secara berlainan, bergantung pada makna apa secara independen, pernyataan tersebut
yang kita kaitkan pada prilaku tertentu. Dari dibuktikan dengan kasus Enron/Andersen

uraian tersebut dapat ditegaskan bahwa teori yang merupakan sebuah kantor akuntan besar

atribusi merupakan teori yang menjelaskan dengan sumber daya yang besar, namun
terbukti tidak digunakan secara independen.
tentang persepsi. Menurut Mukoffi (2004)
Menurut Astuti (2008) dukungan
persepsi merupakan suatu proses respon
teori kualitas jasa audit menurut perspektif
terhadap stimulus yang diterima, kemudian
klien dan auditor dijelaskan sebagai berikut:
mengorganisasikan dan menafsirkan dalam
Pengalaman melakukan audit, memahami
bentuk prilaku, dimana setiap orang berbeda
industri klien, responsif atas kebutuhan klien,
akan melihat hal yang sama dengan cara
taat terhadap standar umum, independensi,
yang berbeda. Oleh karena itu, hasil kualitas
sikap hati-hati, komitmen yang kuat terhadap
audit sangat bergantung pada persepsi auditor
kualitas audit, keterlibatan pimpinan Kantor
terhadap kompetensi, sikap independensi, due Akuntan Publik (KAP), melakukan pekerjaan
professional care, gaya kepemimpinan, budaya lapangan yang tepat, keterlibatan komite
organisasi dan moral judgment yang dimiliki audit, stándar etika yang tinggi, tidak mudah
dan dirasakannya dalam setiap melaksanakan percaya, komisaris Independen, pengetahuan
tugas audit. staf auditor dan auditor ekternal yang cukup,
Kualitas Audit realisasi janji yang sesuai jadwal.
Kualitas audit memiliki beragam Sedangkan atribut kualitas audit yang
definisi dengan berbagai sudut padang digunakan di dalam penelitian ini adalah;
yang berbeda. Menurut DeAngelo (1981) pertama, kompetensi, merupakan bakat yang
mendefinisikan audit quality (kualitas audit) dimiliki oleh seseorang melalui pendidikan,
sebagai probabilitas, dimana seorang auditor pelatihan maupun pengalamannya. Menurut
menemukan dan melaporkan tentang adanya
Hapsari (2007) kompetensi auditor merupakan
suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi
kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan
kliennya. Kemudian Deis dan Giroux (1992)
yang dimiliki auditor dalam melaksanakan
menyatakan bahwa kualitas audit dapat
pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
dipengaruhi oleh lamanya auditor melakukan
Kedua, independensi yaitu di dalam SPAP
audit terhadap klien, sedangkan Watkins et
(2001: 220) dijelaskan bahwa dalam auditor
al., (2004) menyatakan bahwa kualitas audit
harus bersikap independen, artinya tidak
bukan hanya sebatas ukuran besar kecilnya
mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 11/No. 1/ November 2014 : 61 - 82 65
pekerjaan untuk kepentingan umum. Dengan tahun 1963 dan 1969 mengemukakan teori
demikian auditor tidak dibenarkan untuk pengembangan moral kognitif (Cognitive
memihak kepada siapapun. Ketiga, due Moral Development). Menurut Dunn et.
professional care, menurut SPAP (2001: al., (2003) perkembangan moral Kolberg
230) penggunaan kemahiran profesional dikelompokan ke dalam tiga tingkatan, yaitu
secara cermat dan seksama menyangkut apa Pra konvensional, konvensional dan Pasca
yang dikerjakan oleh auditor dan bagaimana Konvensional, dimana menurut Susanti
kesempurnaan pekerjaan tersebut. Keempat, (2007) pada tingkatan I (pra konvensional)
gaya kepemimpinan, menurut Gibson et. auditor akan melakukan sign-off jika mereka
al., (1997: 15) gaya kepemimpinan yang yakin hal tersebut merupakan yang terbaik
telah diteliti di Ohio State University oleh bagi individu, tingkatan II ( konvensional)
Fleishman dan rekan-rekannya menghasilkan auditor akan dipengaruhi sebagian besar oleh
pengembangan teori dua faktor kepemimpinan, keberadaan peer pressure (social conformity)
yaitu; Initiating structure (struktur inisiatif) dan justifikasi dycfunctional behavior atas
dan Consideration (konsiderasi). Kelima, apa yang orang lain katakan atau lakukan dan
budaya organisasi merupakan suatu auditor akan mulai merasakan kebutuhan untuk
kebiasaan atau norma yang dianut oleh setiap melaporkan tekanan dari peer ke orang lain
orang dalam menjalankan sebuah organisasi. dan tingkatan III (Pasca Konvensional) auditor
Menurut Robbins (2007: 721) riset paling baru diperkirakan akan menghindari dysfungtional
mengemukakan bahwa tujuh karakteristik behavior pada saat singning off salah saji
primer yang bersama-sama menangkap laporan keuangan material. Perkembangan
hakikat budaya organisasi, yaitu: Inovasi teori ini sejalan dengan pendapat Lindrawati
dan pengambilan resiko, perhatian terhadap et. al. (2007) tentang ethical judgment dapat
detail, orentasi hasil pekerjaan, orentasi orang, diartikan sebagai penilaian terhadap sesuatu
orentasi tim, keagresifan dan kemantapan. yang baik atau buruk yang harus ditentukan
Keenam, moral judgment, menurut Gaffikin pada situasi tertentu berdasarkan pembelajaran
(2008), moral (berasal dari bahasa Yunani pada masing-masing individu.
mores—tata cara dan kebiasaan) adalah standar
yang diamati individu dalam kehidupan sehari- Pengembangan Hipotesis
harinya. Perkembangan moral awalnya diteliti Kompetensi, moral judgment dan persepsi
oleh Jean Piaget dan kemudian dikembangkan kualitas audit
oleh Kohlberg. Menurut Purnamasari Kompetensi audit merupakan tingkat
(2006) berdasarkan riset Kohlberg di pengalaman, pendidikan dan pelatihan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KUALITAS AUDIT DENGAN MORAL JUDGMENT SEBAGAI PEMODERASI
(STUDI PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI MALUKU UTARA)
66 Suriana AR. Mahdi
Universitas Khairun Ternate
berkelanjutan yang dimiliki oleh setiap adalah:
auditor. Hal ini sesuai dengan standar umum H1a; Kompetensi berpengaruh positif
dalam Standar Profesional Akuntan Publik terhadap persepsi kualitas audit
(SPAP) yang dinyatakan bahwa auditor H1b; Kompetensi berpengaruh positif
disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang terhadap persepsi kualitas audit
cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dengan moral judgment sebagai
dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis variabel moderasi.
dan berpengalaman dalam bidang industri
yang digeluti kliennya (Arrens, 2005). Independensi, moral judgment dan
Penelitian Carcello et. al., (1992) persepsi kualitas audit
dan Samelson et. al., (2006) menunjukan Menurut SPKN (2007: 24) pernyataan
bahwa atribut pengalaman auditor merupakan standar umum kedua dinyatakan bahwa
salah satu atribut yang terpenting dalam independensi merupakan dalam semua hal
mempengaruhi persepsi kualitas audit, yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan,
sedangkan hasil penelitian Zawitri (2009) organisasi pemeriksa harus bebas dalam
menunjukan bahwa pengalaman tidak sikap mental dan penampilan dari gangguan
berhubungan dengan persepsi kualitas audit. pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat
Di Indonesia, penelitian Ardini (2010) mempengaruhi independensinya. Pernyataan
menunjukan bahwa kompetensi berpengaruh ini senada dengan hasil penelitian Schroeder et
terhadap kualitas audit,. al., (1986) dan Ardini (2010) yang menunjukan
Kemudian penelitian Laily (2010) bahwa atribut independensi anggota audit
menunjukan bahwa auditor yang memiliki berpengaruh terhadap kualitas audit.
pengalaman kerja yang lebih akan Kemudian Sweeney and Roberts
meningkatkan pertimbangan etisnya karena (1997) hasil penelitian menunjukan bahwa
lama bekerja seorang auditor akan terbiasa tingkat perkembangan moral seorang auditor
menghadapi dilema etis sehingga akan sangat berpengaruh terhadap masalah etika dan
semakin baik pertimbangan etisnya. Namun pertimbangan independensi. Hasil ini senada
Ponemon (1990) menyatakan bahwa pengaruh dengan hasil penelitian Ponemon dan Gabhart
pengalaman yang banyak dalam bidang audit (1990) yang membuktikan bahwa terdapat
dapat dikacaukan oleh rendahnya kesadaran hubungan antara pertimbangan etis auditor
etis para auditor yang memegang posisi yang dengan penyelesaian konflik independensi,
tinggi dalam organisasi. Berdasarkan uraian kemudian hasil penelitian Alim et al., (2007)
tersebut di atas, maka hipotesis penelitian ini pun mempertegas bahwa adanya pengaruh

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 11/No. 1/ November 2014 : 61 - 82 67
moderasi antara etika auditor dan independensi yang dirasakan, namun hasil penelitian Ikhsan
terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian (2011) membuktikan bahwa sikap skeptis
tersebut di atas, maka hipotesis penelitian ini yang tinggi akan meningkatkan kualitas audit.
adalah: Kemudian Shaub dan Lawrence
H2a; Independensi berpengaruh positif (1996) hasil penelitiannya menunjukan
terhadap persepsi kualitas audit bahwa auditor yang menguasai situasi etika
H2b; Independensi berpengaruh positif kurang lebih terkait atau berhubungan dengan
terhadap persepsi kualitas audit etika profesional dan kurang lebih dapat
dengan moral judgment sebagai melaksanakan skeptisme profesionalnya.
Variabel moderasi. Hasil ini senada dengan penelitian Herawati
dan Susanto (2009) yang menunjukan
Due Professional Care , Moral Judgment bahwa profesionalisme, pengetahuan dalam
Dan Persepsi Kualitas Audit mendeteksi kekeliruan dan etika profesi
Kecerdasan profesional, menyatakan berpengaruh secara signifikan dan positif
bahwa auditor harus menggunakan keahlian terhadap pertimbangan tingkat materialitas
profesionalnya dengan cermat dan seksama akuntan publik dalam proses pemeriksaan
(due professional care) secara hati-hati laporan keuangan, sedangkan hasil penelitian
(prudent) dalam setiap penugasan, dengan Utami et al., (2007) menunjukan bahwa
kriterianya menentukan formulasi tujuan interaksi komitmen profesional dengan
audit, penentuan ruang lingkup audit, termasuk kesadaran etis yang dirasakan akuntan publik
evaluasi risiko audit, pemilihan pengujian dan dapat mempengaruhi prilaku akuntan publik
hasilnya, pemilihan jenis dan tingkat sumber dalam situasi konflik audit. Berdasarkan uraian
daya yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka hipotesis penelitian ini
audit dan lain-lain (Lubis, 2009). adalah:
Terkait dengan sikap kehati-hatian dan H3a; Due professional care berpengaruh
kecermatan tersebut, telah diteliti Samelson et positif terhadap persepsi kualitas
al., (2006) dan Singgih dan Bawono (2007) audit.
yang menunjukan bahwa due professional H3b; Due professional care berpengaruh
care berhubungan positif dengan kualitas positif terhadap persepsi kualitas
audit yang dirasakan, sedangkan Zawitri audit dengan moral judgment sebagai
(2009) menunjukan bahwa due professional variabel moderasi.
care tidak berhubungan dengan kualitas audit

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KUALITAS AUDIT DENGAN MORAL JUDGMENT SEBAGAI PEMODERASI
(STUDI PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI MALUKU UTARA)
68 Suriana AR. Mahdi
Universitas Khairun Ternate
Gaya kepemimpinan, moral judgment dan permintaan klien dalam situasi konflik audit.
persepsi kualitas audit Berdasarkan hasil penelitian yang diungkapkan
Gaya kepemimpinan merupakan oleh para peneliti sebelumnya, maka hipotesis
dominasi atas prilaku seorang pimpinan penelitian ini adalah:
organisasi terhadap bahawannya. Menurut H4a; Gaya kepemimpinan berpengaruh
Dewita (2007) kecenderungan seorang positif terhadap persepsi kualitas audit.
pemimpin memberikan batasan antara peranan H4b; Gaya kepemimpinan berpengaruh
pemimpin dan bawahan dalam mencapai positif terhadap persepsi kualitas audit
tujuan, memberikan instruksi pelaksanaan dengan moral judgment sebagai variabel
tugas (kapan, bagaimana dan hasil apa yang moderasi.
akan dicapai).
Penelitian terkait dengan gaya Budaya Organisasi, Moral Judgment Dan
kepemimpinan dan kinerja auditor di teliti Persepsi Kualitas Audit
oleh Trisnaningsih (2007) dan Wati et al., Budaya organisasi merupakan nilai
(2010) dengan hasil menunjukan bahwa atau tradisi di dalam sebuah organisasi dan
gaya kepemimpinan berpengaruh positif dianut oleh setiap anggota organisasi. Menurut
signifikan terhadap kinerja auditor. Kemudian Robbins (2007: 739) budaya organisasi yang

menurut Ferrell (1999) kepemimpinan harus kuat akan berpengaruh lebih besar terhadap

dapat memberikan nilai-nilai perusahaan karyawan dibandingkan dengan budaya


organisasi yang lemah. Trisnaningsih (2007)
dan kerangka kerja jaringan sosial
melakukan penelitian terkait dengan budaya
untuk mendukung perilaku etis. Melalui
organisasi terhadap kinerja auditor dengan
kepemimpinan, berbagi nilai-nilai tentang
hasil penelitian menunjukan bahwa budaya
iklim etika dapat memberikan upaya terpadu
organisasi tidak berpengaruh langsung
untuk menjadikan sebuah organisasi yang
terhadap kinerja auditor, namun secara tidak
memiliki tingkat integritas yang tinggi.
langsung komitmen organisasi memoderasi
Penelitian Tsui dan Gul (1999) dan
hubungan antara budaya organisasi terhadap
Utami et al., (2007) terkait dengan hubungan
kinerja auditor.
penalaran atau kesadaran etis dengan lokus Budaya organisasi tidak dapat
of control terhadap prilaku akuntan publik dijalankan dengan baik, jika tidak dilandasi
dalam konflik audit. Hasil menunjukan bahwa dengan etika yang baik, dimana menurut
penalaran etis atau tingkat kesadaran etis Robertson dan Paul (1999) menyatakan bahwa
memoderasi hubungan antara lokus of control karya Kohlberg (1984) mendukung pengaruh
dan tanggapan auditor untuk menyetujui budaya dan kemampuan pengambilan

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 11/No. 1/ November 2014 : 61 - 82 69
keputusan kognitif individu (sebagai moderasi) dilema etis muncul sebagai konsekwensi
terhadap masalah etika. Sedangkan Douglas konflik audit karena auditor berada dalam
et al. (2001) meneliti tentang pengaruh situasi pengambilan keputusan yang terkait
budaya organisasi dan orientasi etika terhadap dengan keputusannya yang etis atau tidak etis.
moral judgment akuntan. Hasil penelitiannya Situasi tersebut terbentuk karena dalam konflik
menemukan bahwa pengaruh siginifikan audit ada pihak-pihak yang berkepentingan
budaya etis organisasi dan orientasi etika terhadap keputusan auditor sehingga auditor
akuntan terhadap moral judgment akuntan. diperhadapkan kepada pilihan keputusan
Kemudian Jeffery et al., (2004) audit.
meneliti tentang dampak perkembangan etika Hasil penelitian Coram et al., (2008)
dan konstruk budaya yang dikembangkan pun menunjukan bahwa bahwa tingkat
oleh Hofstade (1991) terhadap pertimbangan kesalahan (probabilitas efek) maupun opini
auditor di Taiwan. Hasil penelitian ini audit yang salah (besarnya konsekensi) yang
menunjukan bahwa dimensi budaya yang dilakukan oleh auditor dalam setiap melakukan
paling penting di dalam penelitian ini adalah audit akan berpengaruh terhadap berkuranya
individualisme vs kolektivis, dimana auditor kualitas audit atas laporan keuangan auditan.
akan melakukan pelanggaran standar etika Hasil penelitian ini senada dengan penyataaan
jika memiliki kepentingan individual dengan Sudibyo (2001) menyatakan bahwa
temannya. Berdasarkan hasil penelitian yang keterlibatan moral judgment dalam proses
diungkapkan oleh para peneliti sebelumnya, audit, pada gilirannya sangat membantu dalam
maka hipotesis penelitian ini adalah: mengevaluasi tingkat mutu (kualitas) audit
H5a; Budaya organisasi berpengaruh positif dan tingkat integritas pelaporan keuangan di
terhadap persepsi kualitas audit. Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian dan
H5b; Budaya organisasi berpengaruh penyataan yang diungkapkan di atas, maka
positif terhadap persepsi kualitas audit hipotesis penelitian ini adalah:
dengan moral judgment sebagai variabel H6: Moral Judgment Berpengaruh Positif
moderasi. Terhadap Persepsi Kualitas Audit

Moral Judgment Dan Persepsi Kualitas METODA PENELITIAN


Audit Pendekatan Peneltian, Penentuan
Moral judgment atau biasa disebut populasi dan sampel
dengan pertimbangan etis merupakan suatu Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan secara etis maupun tidak etis disaat deskriptif, yaitu penelitian berupa fakta-
menghadapi dilema etis. Menurut Laily (2010) fakta yang terjadi pada suatu populasi. Pada

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KUALITAS AUDIT DENGAN MORAL JUDGMENT SEBAGAI PEMODERASI
(STUDI PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI MALUKU UTARA)
70 Suriana AR. Mahdi
Universitas Khairun Ternate
penelitian ini menggunakan sampling jenuh terdiri dari 3 variabel yang dikembangkan
(populasi) dengan memberikan kuisioner oleh Carcello, at al., (1992) dan diteliti
terhadap seluruh tenaga auditor yang ada pada kembali oleh Samelson et al., (2006)
kantor Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) dan Zawitri (2009) dan 2 variabel (gaya
perwakilan Provinsi Maluku Utara dengan kepemimpinan dan budaya organisasi)
jumlah auditor sebanyak 44 orang. diteliti oleh Trisnaningsih (2007) dengan
masing-masing menggunakan 1-5 skala
Teknik Pengumpulan Data dan Definisi likert yang dimulai dari (1) Sangat Tidak
Opersional Setuju (STS) hingga (5) Sangat Setuju
Data yang digunakan dalam penelitian (SS) dan memiliki definisi indikator
ini adalah data primer. Data diperoleh dengan masing-masing sebagai berikut:
menggunakan kuisioner yang dibagikan 1. Kompetensi yaitu tim audit memiliki
secara langsung kepada responden melalui tingkat pengalaman, pendidikan dan
bagian Humas di lembaga BPK RI perwakilan pelatihan. Kompetensi dapat diukur
Provinsi Maluku Utara. dengan menggunakan 4 instrumen
Definisi Opersional dan Pengukuran pertanyaan.
Variabel Penelitian adalah sebagai berikut: 2. Independensi yaitu pimpinan maupun
a. Variabel Dependen adalah perceived audit anggota tim audit melaksanakan
quality/kualitas audit yang dipersepsikan. tugas audit tanpa memihak kepada
Definisi perceived audit quality lebih siapapun atau menghindari hal-hal
pada penilaian yang diberikan auditor yang mencurigakan berkaitan dengan
berkaitan dengan kualitas audit setelah independensinya. Independen dapat
mereka melakukan audit dengan diukur dengan menggunakan 5
menggunakan 4 instrumen kualitas audit instrumen pertanyaan.
yang dikembangkan oleh Widagdo (2002); 3. Due Professional care/bersikap
Alim et al., (2007) dan Zawitri (2009) yang profesional dan hati-hati, yaitu
kemudian dikolaborasikan dengan SPKN pimpinan maupun anggota tim audit
(2007) dengan skala likert 1 – 5, yaitu; (1) harus bersikap profesional dengan
dangan Sangat Tidak Setuju hingga (5) penuh kehati-hatian sesuai dengan
Sangat Setuju. Standar Pemeriksaan Keuangan
b. Variabel Independen; Pada penelitian ini Negara (SPKN) dengan menggunakan
menggunakan 5 variabel independen yang 6 instrumen.
4. Gaya Kepemimpinan yaitu

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 11/No. 1/ November 2014 : 61 - 82 71
seorang pemimpin mempengaruhi moral judgment, merupakan pertimbangan
bawahan dalam mengatur dan etis yang dilakukan oleh auditor dalam
mengkoordinasikan bawahan menghadapi dilema etis. Peneliti
dalam rangka pencapaian tujuan menggunakan 4 instrumen pertanyaan
perusahaan yang efektif. Variabel yang dikembangkan oleh Lord dan Dezoort
gaya kepemimpinan dalam penelitian (1994) dan diteliti kembali oleh Jamilah et
ini diukur dengan menggunakan al., (2007) dan Laily (2010) yang berupa
5 instrumen gaya kepemimpinan skenario situasi dilema etis terkait dengan
konsiderasi dan 4 instrumen gaya pengujian persediaan, piutang dan salah
kepemimpinan struktur inisiatif. saji material.
5. Budaya Organisasi yaitu
merupakan nilai-nilai dominan yang Teknik Analisis Data
disebarluaskan dalam perusahaan Metode analisis dalam penelitian
dan diacuh sebagai filosofi kinerja ini menggunakan bantuan perhitungan
karyawan. Variabel budaya organisasi malalui SPSS 17.0. Uji hipotesis, baik secara
dalam penelitian ini diukur dengan parsial maupun moderasi, dilakukan dengan
menggunakan 4 instrumen pertanyaan
menggunakan Ordinary Least Square (OLS)
budaya organisasi yang berorientasi
dengan uji regresi nilai selisih mutlak yang
pada orang dan 4 instrumen pertanyaan
diajukan oleh Furcot dan Shearon (1991)
budaya organisasi yang berorientasi
dalam Gozali (2006: 203) dengan rumusan
pada pekerjaan.
persamaan regresi sebagai berikut:
c. Variabel Moderasi; Variabel moderasi
digunakan dalam penelitian ini adalah

Y = βα +β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6+β7 [X1 - X6 ]+ β8[X2 - X6 ]+ β9[X3 - X6 ]+


β10[X4 - X6 ]+β11[X5 - X6 ]+βn......+ε
Keterangan:
Y = Persepsi kualitas audit
α = Konstanta
X1 = Kompetensi
X2 = Independensi
X3 = Due professional care
X4 = Gaya Kepemimpinan
X5 = Budaya Organisasi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KUALITAS AUDIT DENGAN MORAL JUDGMENT SEBAGAI PEMODERASI
(STUDI PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI MALUKU UTARA)
72 Suriana AR. Mahdi
Universitas Khairun Ternate
X6 = Moral judgment
Xi - X6 = Interaksi yang diukur dengan nilai absolut
perbedaan antara Xi dan X6
є = eror
β1 β2 β3 β4 β5 β6 β7 β8 β9 β10 β11 βn.... = Koefisien Regresi

HASIL DAN PEMBAHASAN kuisioner kepada 44 auditor BPK RI


Gambaran Umum Penelitian perwakilan Provinsi Maluku Utara. dengan
Penelitian ini merupakan penelitian tingkat pengembalian sebanyak 86,34%.
deskriptif dengan menggunakan data primer Pengujian Hipotesis Dan Pembahasan
sebagai sumber data. Penelitian dilakukan Pengujian hipotesis bertujuan untuk
di Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) RI menguji pengaruh faktor-faktor penentu
perwakilan Provinsi Maluku Utara. Proses kualitas audit dan moral judgment sebagai
penelitian dilakukan dengan penyebaran variabel.

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Koefisien Regresi Terhadap


Persepsi Kualitas Audit
Model b t P-Value Keterangan
- Kompetensi 0,360 2,354 0,024 Signifikan
- Independensi 0,342 2,580 0,014 Signifikan
- Due professional care 0,873 6,591 0,000 Signifikan
- Gaya Kepemimpinan 0,750 5,844 0,000 Signifikan
- Budaya Organisasi 0,007 0,039 0,969 Tidak Signifikan
- Moral Judgment 0,414 2,714 0,010 Signifikan
- interaksi kompetensi dan moral judgment 0,174 0,980 0,334 Tidak Signifikan
- Interaksi independensi dan moral judgment 0,138 0,919 0,365 Tidak Signifikan
- Interaksi due professional care dan moral judgment -0,151 -1,262 0,216 Tidak Signifikan
- Interaksi gaya kepemimpinan dan moral judgment -0,011 -0,064 0,949 Tidak Signifikan
- Interaksi budaya organisasi dan moral judgment 0,180 1,225 0,229 Tidak Signifikan
Koefisien Determinan (R2) = 0,574. t tabel = 2,0244 dan Signifikansi statistik α= 0,05

Dari hasil olah data dengan persamaan regresi linier bergada sebagai
menggunakan SPSS 17 dapat menghasilkan berikut:

Y = 0,360X1+0,342X2+0,873X3+0,750X4 + 0,007X5+0,414X6+0,174 [X1 - X6 ]


+ 0,138[X2 - X6 ] – 0,151[X3 - X6 ]- 0,011 [X4 - X6 ]+ 0,180 [X5 - X6 ]; (R2) = 0,574

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 11/No. 1/ November 2014 : 61 - 82 73
Dari hasil perhitungan statistik tersebut kompetensi terhadap persepsi kualitas audit
di atas menunjukan nilai koefisien determinan memilki nilai sebesar 0,174 dengan nilai p–
(R2) sebesar 0,574 yang mempunyai arti bahwa value (0,334) lebih besar dari α (0,05), Hasil
perubahaan kualitas audit mampu dijelaskan ini menunjukan bahwa H1b ditolak, maka
oleh variabel independen (kompetensi, secara statistik moral judgment tidak terbukti
independensi, due professional care, gaya bersifat sebagai variabel moderasi yang bisa
kepemimpinan, budaya organisasi dan moral memperkuat atau memperlemah pengaruh
judgment) sebesar 57,4% dan sisanya sebesar kompetensi terhadap persepsi kualitas audit.
42,6% dijelaskan oleh faktor yang lain. Penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian
Ashton (1991) maupun pernyataan Ponemon
Pengaruh Kompetensi Terhadap Persepsi (1990) yang menyatakan bahwa pengaruh
Kualitas Audit (H1a) pengalaman yang banyak dalam bidang audit
Berdasarkan pada tebel tersebut di dapat dikacaukan oleh rendahnya kesadaran
atas menunjukan bahwa koefisien regresi etis para auditor yang memegang posisi yang
untuk variabel kompetensi memilki nilai tinggi dalam organisasi. Namun penelitian
sebesar 0,360 dengan p–value sebesar mendukung Utami et al., (2007) dan Alim
(0,024) lebih besar dari (α=0,05). Hasil et al., (2007) yang membuktikan bahwa tidak
penelitian menunjukan bahwa H1a diterima, ada pengaruh interaksi antara etika auditor dan
maka secara statistik koefisien regresi dari kompetensi terhadap kualitas audit.
kompetensi signifikan berpengaruh terhadap
persepsi kualitas audit. Hasil penelitian tidak Pengaruh Independensi terhadap persepsi
mendukung penelitian Zawitri (2009), namun kualitas audit (H2a)
hasil ini mendukung penelitian Carcello et Berdasarkan pada tebel tersebut di
al. (1992) Samelson et al. (2006) dan Ardini atas menunjukan bahwa koefisien regresi
(2010) yang menunjukan bahwa kompetensi untuk variabel independensi memilki nilai
(pendidikan, pengalaman dan pelatihan) sebesar 0,342 dengan p-value sebesar
berpengaruh terhadap kualitas audit. (0,014) lebih kecil dari (α=0,05). Hasil
tersebut memuktikan bahwa H2a diterima,
Pengaruh Kompetensi Terhadap Persepsi maka secara statistik koefisien regresi dari
Kualitas Audit Dengan Moral Judgment independensi signifikan terhadap persepsi
Sebagai Variabel Moderasi (H1b) kualitas audit. Hasil penelitian ini mendukung
Berdasarkan pada tebel tersebut di penelitian Schroeder et al., (1986) dan Ardini
atas menunjukan bahwa koefisien regresi (2010) yang menunjukan bahwa independensi
untuk variabel moderasi moral judgment dan berpengaruh terhadap persepsi kualitas audit.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KUALITAS AUDIT DENGAN MORAL JUDGMENT SEBAGAI PEMODERASI
(STUDI PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI MALUKU UTARA)
74 Suriana AR. Mahdi
Universitas Khairun Ternate
Pengaruh Independensi terhadap persepsi bahwa H3a diterima, maka secara statistik
kualitas audit dengan moral judgment koefisien regresi dari due professional care
sebagai variabel moderasi (H2b) signifikan terhadap persepsi kualitas audit.
Berdasarkan pada tebel tersebut di Hasil penelitian membuktikan bahwa variabel
atas menunjukan bahwa koefisien regresi due professional care berpengaruh terhadap
untuk variabel moderasi moral judgment dan persepsi kualitas audit. Hasil penelitian
independensi terhadap persepsi kualitas audit ini mendukung penelitian Samelson et al.,
memilki nilai sebesar 0,138 dengan nilai p– (2006) dan Singgi dan Bawono (2007) yang
value (0,365) lebih besar dari α (0,05). Hasil menunjukan bahwa due professional care
tersebut menunjukan bahwa H2b ditolak, berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
maka secara statistik moral judgment tidak
terbukti bersifat sebagai variabel moderasi Pengaruh Due Professional Care Terhadap
yang bisa memperkuat atau memperlemah Persepsi Kualitas Audit Dengan Moral
pengaruh Independensi terhadap persepsi Judgment Sebagai Variabel Moderasi
kualitas audit. Penelitian ini tidak mendukung (H3b)
penelitian Sweeney and Roberts (1997) dan Berdasarkan pada tebel tersebut di
Ponemon dan Gabhart (1990) menyatakan atas menunjukan bahwa koefisien regresi
bahwa terdapat hubungan antara pertimbangan untuk variabel moderasi moral judgment
etis auditor dengan penyelesaian konflik dan due professional care terhadap persepsi
independensi. Hasil penelitian ini pun tidak kualitas audit memilki nilai sebesar -0,151
mendukung penelitian Alim et al., (2007) dengan nilai p–value (0,216) lebih besar dari
yang menunjukan bahwa adanya pengaruh α (0,05). Hasil tersebut membuktikan bahwa
interaksi antara etika auditor dan independensi H3b ditolak, maka secara statistik moral
terhadap kualitas audit. Sala satu faktor judgment tidak terbukti bersifat sebagai
penyebabnya adalah instrumen yang tidak variabel moderasi yang bisa memperkuat atau
valid (independensi1) dan dikeluarkan dari memperlemah pengaruh due professional
pengujian hipotesis. care terhadap persepsi kualitas audit. Hasil
penelitian mendukung penelitian Utami et.
Pengaruh Due Professional Care Terhadap al., (2007) dan Herawati dan Susanto (2009).
Persepsi Kualitas Audit (H3a) Hal ini disebabkan karena dari hasil deskriptif
Berdasarkan pada tebel tersebut di atas menunjukan bahwa ada beberapa auditor tidak
menunjukan bahwa koefisien regresi untuk setuju untuk mencegah klien yang melakukan
variabel due professional care memilki nilai pencontekan (dengan tujuan memanupilasi
sebesar 0,873 dengan p–value (0,000) lebih daftar persediaan) atas catatan informasi
kecil dari α (0,05). Hasil tersebut membuktikan pengujian persediaan yang dilakukan oleh

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 11/No. 1/ November 2014 : 61 - 82 75
auditor, karena auditor menganggap klien yang α (0,05). Hasil penelitian ini menunjukan
mencuri sampel persediaan tersebut bukan bahwa H4b ditolak, maka secara statistik
merupakan sampel yang dipilih oleh auditor moral judgment tidak terbukti bersifat sebagai
(sampel besar), sehingga tidak menimbulkan variabel moderasi yang bisa memperkuat atau
risiko sampling (secara material) dikemudian memperlemah pengaruh gaya kepemimpinan
hari dan kondisi tersebut tidak menganggu terhadap persepsi kualitas audit. Hasil
sikap skeptis maupun profesionalisme auditor penelitian ini tidak mendukung Tsui dan
dalam menjalankan tugas audit. Gul (1999) dan Utami et. al., (2007) yang
menunjukkan bahwa interaksi locus of control
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap dengan kesadaran etis mempengaruhi prilaku
Persepsi Kualitas (H4a) akuntan publik dalam menghadapi dilema etis.
Berdasarkan pada tebel tersebut di atas
menunjukan bahwa koefisien regresi untuk Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap
variabel gaya kepemimpinan memilki nilai Persepsi Kualitas Audit (H5a)
sebesar 0,750 dengan nilai p–value (0,000) Berdasarkan pada tebel tersebut di atas
lebih kecil dari α (0,05). Hasil penelitian menunjukan bahwa koefisien regresi untuk
menunjukan bahwa H4a diterima, maka variabel budaya organisasi memilki nilai
secara statistik koefisien regresi dari gaya sebesar 0,007 dengan nilai p–value (0,969)
kepemimpinan signifikan terhadap persepsi lebih besar dari α (0,05). Hasil penelitian
kualitas audit. Penelitian ini memperkuat menunjukan bahwa H5a ditolak, maka secara
hasil penelitian yang dilakukan oleh statistik koefisien regresi dari budaya organisasi
Trisnaningsih (2007) dan Wati et al., (2010) tidak signifikan terhadap persepsi kualitas
yang menunjukan bahwa gaya kepemimpinan audit. Hasil penelitian mendukung penelitian
berpengaruh terhadap kualitas audit. Trisnaningsih (2007) yang menyatakan bahwa
budaya organisasi tidak berpengaruh langsung
Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap terhadap kinerja auditor.
Persepsi Kualitas Audit Dengan Moral
Judgment Sebagai Variabel Moderasi Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap
(H4b) Persepsi Kualitas Audit Dengan Moral
Berdasarkan pada tebel tersebut di Judgment Sebagai Variabel Moderasi
atas menunjukan bahwa koefisien regresi (H5b)
untuk variabel moderasi moral judgment Berdasarkan pada tebel tersebut di atas
dan gaya kepemimpinan terhadap persepsi menunjukan bahwa koefisien regresi untuk
kualitas audit memilki nilai sebesar -0,011 variabel moderasi moral judgment terhadap
dengan nilai p–value (0,949) lebih besar dari budaya organisasi memilki nilai sebesar
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KUALITAS AUDIT DENGAN MORAL JUDGMENT SEBAGAI PEMODERASI
(STUDI PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI MALUKU UTARA)
76 Suriana AR. Mahdi
Universitas Khairun Ternate
0,180 dengan nilai p–value (0,229) lebih sebesar 0,412dengan nilai p–value (0,010)
besar dari α (0,05). Dari hasil menunjukan lebih kecil dari α (0,05). Hasil penelitian
bahwa H5b ditolak, maka secara statistik menunjukan bahwa H6 diterima, maka
moral judgment tidak terbukti bersifat sebagai secara statistik koefisien regresi dari moral
variabel moderasi yang bisa memperkuat atau judgment signifikan terhadap persepsi kualitas
memperlemah pengaruh budaya organisasi audit. Hasil penelitian memperkuat penelitian
terhadap persepsi kualitas audit. Hasil Coram et. al., (2008), Jeffrey et al., (2004)
penelitian ini tidak mendukung Narvaez et dan Chung et. al., (2010). Hasil penelitian
al., (1999) yang menyatakan bahwa moral juga mendukung pernyataan Sudibyo (2001)
judgment tidak dapat direduksi menjadi yang menyatakan bahwa keterlibatan moral
ideologi budaya, atau sebaliknya. Tapi judgment dalam proses audit, pada gilirannya
ketika masing-masing diukur secara terpisah, sangat membantu dalam mengevaluasi tingkat
kemudian diuji secara simultan, akan dapat mutu (kualitas) audit dan tingkat integritas
memprediksi kuat terhadap pemikiran moral. pelaporan keuangan di Indonesia, sehingga
Oleh karena itu, baik budaya organisasi penelitian ini mempertegas hasil pengujian
secara parsial maupun dimoderasi moral hipotesis sebelumnya (H1b-H5b) yang
judgment tidak berpengaruh terhadap persepsi membuktikan bahwa moral judgment bukan
kualitas audit. Hal ini disebabkan karena merupakan variabel moderasi, tetapi moral
rata-rata auditor mengabaikan instrumen judgment merupakan variabel independen
budaya organisasi yang ditawarkan dalam yang secara parsial berpengaruh langsung
penelitian ini, karena dalam membentuk terhadap persepsi kualitas audit.
budaya organisasi lembaga BPK perwakilan
Provinsi Maluku Utara, diterapkan melalui KESIMPULAN DAN SARAN
bentuk penerapan standar audit dan kode etik Penelitian ini bertujuan untuk
yang ketat sebagai perwakilan norma prilaku menguji analisis faktor-faktor penentu
yang diikuti oleh pegawai maupun auditor, kualitas audit dengan moral judgment
sehingga auditor lebih tertarik untuk fokus dan sebagai variabel moderasi. Berdasarkan
taat terhadap standar yang telah ditetapkan.
analisis dan pembahasan hasil penelitian,
diperoleh kesimpulan bahwa adanya pengaruh
Pengaruh Moral Judgment Terhadap
kompetensi terhadap persepsi kualitas audit,
Persepsi Kualitas Audit (H6)
adanya pengaruh independensi terhadap
Berdasarkan pada tebel tersebut di
persepsi kualitas audit, adanya pengaruh due
atas menunjukan bahwa koefisien regresi
professional care terhadap persepsi kualitas,
untuk variabel moral judgment memilki nilai
adanya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 11/No. 1/ November 2014 : 61 - 82 77
persepsi kualitas audit, Budaya organisasi sebelumnya. Kedua, penelitian mendatang
tidak berpengaruh terhadap persepsi kualitas selain menggunakan tekhnik wawancara
audit dan Moral judgment tidak memperkuat langsung terhadap auditor, juga menggunakan
atau memperlemah pengaruh kompetensi, tekhnik analisis yang berbeda dan lebih
independensi, due professional care, gaya canggih untuk pengembangan dan memberikan
kepemimpinan dan budaya organisasi terhadap konfirmasi hasil penelitian ini dan hasil
persepsi kualitas audit. penelitian dimasa yang akan datang. Ketiga,
Pada penelitian ini terdapat beberapa penelitian mendatang sebaiknya menggunakan
keterbatasan, yaitu: Pertama, dalam penelitian instrument budaya organisasi lain yang lebih
ini, peneliti hanya menggunakan 5 variabel cocok dengan budaya organisasi yang ada di
faktor penentu kualitas audit, sehingga masih lembaga BPK RI.
banyak faktor lain yang mempengaruhi Implikasi penelitian secara teori adalah
persepsi kualitas audit. Kedua, seluruh selain membuktikan bahwa kompetensi,
kuisioner dalam penelitian ini, dibagikan independensi dan due professional care yang
kepada auditor dengan cara menitipkan, merupakan faktor penentu kualitas audit juga
sehingga persepsi kualitas audit tidak terpotret hasil penelitian memberikan usulan tambahan
secara menyeluruh dikarenakan tekhnik terhadap atribut kualitas audit, yaitu gaya
wawancara langsung dengan responden kepemimpinan dan moral judgment merupakan
sulit digunakan dalam penelitian ini. Ketiga, faktor penentu kualitas audit. Penelitian ini juga
instrumen budaya organisasi yang digunakan mendukung beberapa penelitian terdahulu.
dalam penelitian ini tidak sesuai dengan Penelitian ini berimplikasi langsung kepada
kondisi budaya yang terjadi di lembaga lembaga BPK dalam meningkatkan kinerja
BPK RI perwakilan Provinsi Maluku Utara, tim audit.
sehingga menyebabkan budaya organisasi
tidak mempengaruhi persepsi kualitas audit. DAFTAR PUSTAKA
Alim, M. Nizarul, Hapsari, Trisni dan Purwanti,
Terdapat beberapa saran yang
Liliek. 2007. Pengaruh Kompetensi
dijadikan sebagai rekomendasi sebagai dan Independensi Terhadap Kualitas
berikut; Pertama, peneliti selanjutnya dapat Audit Dengan Etika Auditor Sebagai
Variabel Moderasi, Prosiding
mengembangkan variabel atribut kualitas Simposium Nasional Akuntansi ke-X
audit, karena masih banyak faktor lain yang Makassar

mempengaruhi persepsi kualitas audit. Hal ini Ardini, Lilis. 2010. Pengaruh Kompetensi,
penting untuk memperkuat definisi kualitas Independensi, Akuntanbilitas Dan
Motivasi Terhadap Kualitas Audit
audit dan membuktikan hasil penelitian Terhadap Auditor KAP di Surabaya.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KUALITAS AUDIT DENGAN MORAL JUDGMENT SEBAGAI PEMODERASI
(STUDI PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI MALUKU UTARA)
78 Suriana AR. Mahdi
Universitas Khairun Ternate
Majalah Ekonomi, Vol.20, No. 3, Accounting Horizon, Vol. 11, No.1.
pp.329-349 pp.7-24.

Arrens, A. Alvin., Elder, Randal J. 2005. Carcello, Josep V., Hermanson, Roger H and
Auditing and Assurance Services, McGrath, Neal. T. 1992. Audit Quality
Tenth edition, Person Prentice Hall. Attributes: The Perception of Audit
Parners and Financial Statement Users,
Astuti, Widya. 2008. Pengaruh Perilaku Auditing; A Of Practice & Theory,
Kepemimpinan Pada Kinerja Pegawai Vo.11, No.1, pp.1
Dinas Tata Kota Pekanbaru, Jurnal
ilmu administrasi Negara, Vol. 8, No. Coram, Paul., Glavovic, Alma., Ng, Juliana
2, h.73-83 dan Woodliff, David.R. 2008. The
Moral Intensity Of Reduced Audit
Ashton, A.H. 1991. Experience and Error Quality Acts, Auditing: A Jourla Of
Frequency Knowledge as Potential Practice & Theory, Vol.27, No.1,
Determinants of Audit Expertise. The pp.127-149
Accounting Review; 218-239.
Chung, Janne., Jeffrey, Cohen dan Garry,
Badan Pemeriksaan keuangan Republik S. Monroe. 2010. The Influence Of
Indonesia. 2011. http://www.bpk. Ethical Conflict And Emotion On
go.id, April 2011, Auditors’ Inventory Judgments.
http://www.ancaar.fec.anu.edu.au.
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Desember 2011
Indonesia. 2007. Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara: Peraturan No 17 DeAngelo, Linda Elizabeth. 1981. Auditor
Tahun 2007. Jakarta. Size And Audit Quality, Journal of
Accounting and Economics:183-199
Badan Pemeriksa Keuangan Republik
Indonesia. 2007. Kode Etik Badan Deis, D.R and Giroux, G.A. 1992. Determinants
Pemeriksaan Keuangan Republik of Audit Quality in the Public Sector
Indonesia; Peraturan No 02 Tahun ,The Accounting Review Vol. 67, No.
2007. Jakarta. 3, pp. 462-479

Bastian, Indra. 2007. Audit Sektor Publik, Dewita, Hariyanti. 2007. Analisis Pengaruh
Edisi 2, Salemba Empat. Jakarta Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja,
dan Gaya Kepemimpinan Terhadap
Belkaoui, Ahmed Riahi. 2004. Are You Being Kinerja Karyawan Dengan Komitmen
Fooled? Audit Quality and Quality Organisasional Sebagai Variabel
of Government, Working paper Interverning: Studi PT PLN (Persero)
Series;642 APJ Semarang, Tesis, Program
pascasarjana Magister Manajemen
Bhen, Bruce. K., Carcello, Joseph. V. Dan Universitas Diponegoro.
Hermanson, Dona R. 1997. The
Determinan of Audit Clien Satisfaction Douglas P.C., Davidson R.A and Schwartz B.N.
Among Client of Big 6 Firm, 2001. The Effect of Organizational

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 11/No. 1/ November 2014 : 61 - 82 79
Culture and Ethical Orientation on dan Etika Profesi Terhadap
Accountants’ Ethical Judgments, Pertimbangan Tingkat Materialitas
Abstrak Journal of Business Ethics, Akuntan Publik, jurnal akuntansi dan
Vol. 34, No 2, pp.101-121 keuangan, Vol. 11, No. 1, p. 13-20.

Dunn, John., McKernan, John dan Donnell, Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar
Patrick O. 2003. Moral Reasoning and Profesional Akuntan Publik, Salemba
the Accountant: Rules and Principles, Empat. Jakarta.
Occasional Research Paper, No. 36.
pp. 3-41.
Ikhsan. 2011. Pengaruh Faktor Kualitas Audit
Ferrell, Linda. 1999. Peran Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Klien” Opini
Etika Dalam Kinerja Organisasi, Going Concern Sebagai Variabel
Jurnal Manajemen Sistem. Colorado Pemoderasi”: Studi Pada Perbankan
State University. Indonesia, Disertasi, Program
Pascasarjana Fakultas Ekonomi
Gaffikin, Michael. 2008. Accounting Theory Universitas Brawijaya
Research, Regulation and Accounting
Practice. Education Australia Pearson. Jamilah, Siti. Fanani, Jaenal dan Chandrarin,
Grahita. 2007. Pengaruh Gender, Tekanan
Gibson, James,L., Ivancevich, John.M dan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas
Donnelly, James H. 1997. Oganization, Terhadap Audit Judgment, Prosiding
Adriani, Nunuk. (penerjemah). Simoposium Akuntansi Ke IX. Makassar.
Organisasi “Perilaku, Struktur dan
Proses”. Edisi kedelapan, Binarupa Kusmayadi, Dedy. 2009. Kasus Enron Dan
Aksara. Jakarta. Kap Arthur Andersen, http://uwiiii.
wordpress.com. Mei 2011
Gozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program Jeffery, Cynthia., Dilla, William dan
SPSS, Badan Penerbit Universitas Weatherholt, Nancy. 2004. The Impact
Diponegoro. Semarang. of Ethical Development and Cultural
Constructs on Auditor Judgments: A
Hanafi, Imam. 2004. Pengaruh Kualitas Audit Study of Auditors in Taiwan, Business
dan Pergantian Auditor Terhadap Ethics Quarterly, Vol 14. No. 3, pp.
Kepuasan Klien: Studi Pada Bank 553-579.
Di Jawa Tengah, Tesis, Program
Pascasarjana Magister Akuntansi Laily, Nujmatul. 2010. Pengaruh pengalam
Universitas Diponegoro. auditor terhadap ethical judgment
dengan pengetahuan auditor dan
Hapsari, Trisni. 2007. Pengaruh Kompetensi, komitmen profesi sebagai variabel
Independensi Terhadap Kualitas intervening: Studi Pada KAP di
Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Indonesia, Tesis, Program Pascasarjana
Variabel Moderasi,Tesis, Program Fakultas Ekonomi Universitas
Pascasarjana Fakultas Ekonomi Brawijaya.
Universitas Brawijaya.
Herawati, Arleen dan Susanto,Y. Kurnia. Lindrawati, Pandowo, A. Widodo dan Widjaya,
2009. Pengaruh Profesionalisme, Christina. 2007. Ethical Judgment
Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, Manajer Terhadap Praktik Earnings

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KUALITAS AUDIT DENGAN MORAL JUDGMENT SEBAGAI PEMODERASI
(STUDI PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI MALUKU UTARA)
80 Suriana AR. Mahdi
Universitas Khairun Ternate
Management. Jurnal Akuntansi dan Purnamasari, St. Vena. 2006. Sifat
Tekhnologi Informasi, Vo, 6. No 2, h. Machiavellian dan Pertimbangan Etis:
65-78. Anteseden Independensi dan Perilaku
Etis Auditor, Prosiding Simposium
Lowensohn, Suzanne., Johnson, Laurence E., Akuntansi ke-IX Padang
Elder, Randal J dan Davies Stephen
P. 2007. Auditor Specialization, Robbins, Stephen.P. 2007. Organizational
Perceived Audit Quality, and Audit Behavior, Tenth Edition, Molan,
Fee in the Local Government Audit Benyamin (penerjemah). Prilaku
Market. Journal 0f Accounting and Organisasi, PT Macana Jaya
Public Policy: 705-732. Cemerlang. Jakarta.

Lubis, Haslinda. 2009. Pengaruh Keahlian, Robertson, Chris dan Fadil, Paul A.
Independensi, Kecermatan Profesional 1999. Ethical Decision Making
dan Kepatuhan Pada Kode Etik Terhadap in Multinational Organizations: A
Kualitas Auditor Pada Inspektorat Culture-Based Model, Journal of
Provinsi Sumatera Utara: Studi Pada Business Ethics , Vol. 19, No. 4, p.
Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, 385-392
Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara. Samelson, Donald., Lowensonh, Suzanne
and Johson. Laurence E. 2006. ”The
Mukoffi, Ahmad. 2004. Persepsi auditor dan Determinants of Perceived Audit
auditee terhadap kualitas audit dan Quality and Auditee Satisfaction in
pengarunya terhadap kepuasan klien, Local Government. Journal of Public
Tesis tidak dipublikasikan, Program Budgeting, Accounting & Financial
Pascasarjana Universitas Brawijaya. Management, Vol. 18, No 2, p.139-
Malang. 166.

Narvaez, Darcia., Getz, Irene., Seminary, Schroeder, M. S., I. Salomon dan D. Vickrey.
Luther., Rest, James R. dan Thoma, 1986. “Audit Equality: The Perception
Stephen J.1999. Individual Moral of Audit Committee Chairpersons and
Judgment and Cultural Ideologies, Audit Partners, A Journal of Practice
Developmental Psychology, Vol. 35, & Theory , (Spring): 86-94.
No. 2, pp. 478-488
Shaub, M. K. and Lawrence, J. E. 1996.
Ponemon, L. 1990. Ethical Judgments Ethics, Experience, And Professional
in Accounting : A cognitive- Skepticism: A Situational Analysis.
developmental perspective, Critical Behavioral Research in Accounting,
Perspectives on Accounting, Vol.1, Vol. 8, p.124‑157.
p.191-215
Sudibyo, B. 2001. Telaah Epistemologi Standar
----------------- dan Gabhart, David.R.L. 1990. Evidential Metter Serta Implikasinya
“Auditor Independence Judgments: Pada Kualitas Audit dan Integritas
A Cognitive Developmental Model Pelaporan Keuangan di Indonesia,
and Experimental Evidence”, pidato guru besar , Universitas Gadjah
Contemporary Accounting Research, Mada. Yogyakarta
Vol. 7, No 1, p. 227-251

Jurnal Akuntansi & Auditing


Volume 11/No. 1/ November 2014 : 61 - 82 81
di Indoensia. Jurnal Akuntansi dan
Susanti, Vivi Ani. 2007. Dampak Komitmen Keuangan Indonesia, Vol.4, No 2,
Dan Moral Reasoning Pada Respon pp.193-210
Auditor Terhadap Tekanan Sosial,
Jurnal Maksi, Vol.7, No.2, p.189-205 Wati, Elya., Lismawati dan Aprilla, Nila.
2010. Pengaruh Independensi, Gaya
Sweeney, John T. and Roberts, Robin W. Kepemimpinan, Komitmen organisasi
1997. Cognitive moral development dan Pemahaman Good Governance
and auditor independence, Accounting, terhadap Kinerja Auditor Pemerintah,
Organizations and Society, Vol. 22, Prosiding Simposium Akuntansi ke-
Issues 3-4. XIII Purwokerto

Singgih, E. Muliani dan Bawono, Rangga. Warta Buletin BPK. 2010. Integritas,
2010. Pengaruh Independensi, Independensi, Profesionalisme, Warta
Pengalaman, Due Professional Care BPK 12 Agunstus 2010.h.21.
Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas
Audit, Prosiding Simposium Nasional Widagdo, Ridwan. 2002. Analisis Pengaruh
Akuntansi Ke-XIII Purwokerto. Atribut-Atribut Kualitas Audit
Terhadap Kepuasan Klien: Studi
Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor Empiris Pada Perusahaan yang
Dan Komitmen Organisasi Sebagai Terdaftar Di Burs Efek Jakarta,
Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Tesis, Program Pascasarjana Magister
Governance, Gaya Kepemimpinan Akuntansi Universitas Diponegoro.
Dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Auditor, Prosiding Simposium Watkins, Ann L, Hillison, William dan dan
Nasional Akuntansi Ke-X. Makassar. Morecroft, Susan. E. 2004. Aduit
Quality:A Synthesis of Theory and
Tsui, Judy S. L dan Gul, Ferdinand A.1999. Empirical Evidence, Journal Of
Auditors’ behaviour in an audit Accounting Literature, Vol. 23, pp.
conflict situation: A research note on 153-159
the role of locus of control and ethical
reasoning, Accounting, Organizations Zawitri, Sari. 2009. Analisis Faktor-
and Society, Vol. 21, No.1, pp. 41-51 Faktor Penentu Kualitas Audit Yang
Dirasakan Dan Kepuasan Auditee
Utami, Intias, Neogroho, Yefta. A.K dan Di Pemerintahan Daerah: Studi
Indrawati Fenny. 2007. Pengaruh Locus Lapangan Pada Pemerintah Daerah
Of Control, Komitment Organisasi, Kalimantan Barat, Tesis, Program
Pengalaman Audit Terhadap Prilaku Pascasarjana Universitas Diponegoro.
Akuntan Publik Dalam Konflik Audit
Dengan Kesadaran Etis Sebagai
Variabel Moderasi pada terhadap KAP

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KUALITAS AUDIT DENGAN MORAL JUDGMENT SEBAGAI PEMODERASI
(STUDI PADA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI MALUKU UTARA)
82 Suriana AR. Mahdi
Universitas Khairun Ternate

You might also like