You are on page 1of 12

125 Manajemen Risiko Mutu Gula..

(Wibowo, dkk)

MANAJEMEN RISIKO MUTU GULA KRISTAL PUTIH DI PABRIK


GULA PADJARAKAN KABUPATEN PROBOLINGGO
Yuli Wibowo1, Bambang Herry Purnomo1, Erin Nur Putriani1*
1
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember
Email: putriani.erin@gmail.com

ABSTRACT
PG. Padjarakan is one of the state-owned sugar factory under PTPN XI. that exist in East
Java. Currently, some companies engaged in the sugar industry are faced with the level
of competition. This requires that the company is able to produce quality products and in
accordance with market demand so that companies get the maximum profit. A company
in doing the development can not be separated from the risks that may or will occur. The
purpose of this research are to identify risks, analyze risk level and formulate risk control
strategy at Sugar factory of Padjarakan. The research method used to analyze the
magnitude of risk factor using fuzzy logic and control strategy using analytical hierarchy
process. The results show that the risk factors that affect PG. Padjarakan include raw
material risk, processing risk and human resource risk, based on the calculation that the
risk of Raw Materials is high. While the results of the calculation of the risk of the
Processing Process are in the medium category. The results of the risk calculation
Processing Process are in the medium category. The results of the calculation of the risk
value of Human Resources are in the high category. All aggregation values obtained from
these three risks are included in the high risk category. For control strategies, the highest
priority is Human Resource Training.
Keyword: Sugar Industry, Quality Risk, Raw Materials, Human Resources.

PENDAHULUAN Padjarakan. Produk gula yang dihasilkan


PG. Padjarakan merupakan jenis Gula
Indonesia sebagai negara agraris
Kristal Putih (GKP 2). Berdasarkan
memiliki sumber daya alam yang beraneka
standart kualitas dinyatakan oleh lembaga
ragam serta memiliki potensi pertanian.
Badan Standarisasi Nasional Indonesia
Potensi pertanian merupakan penyumbang
(BSNI) gula kristal masuk dalam kategori
pertumbuhan ekonomi terbesar di
SNI 3140.3.2010 dengan parameter
Indonesia, salah satunya peranan penting
kualitas warna gula (ICUMSA) <300 IU,
sektor pertanian yaitu pemenuhan
besar jenis butir (BJB) <1.2 mm dan kadar
kebutuhan pokok. Pemenuhan kebutuhan
air 0.1%. Proses produksi GKP di PG.
pokok ini salah satunya adalah produk gula
Padjarakan kadang-kadang masih
kristal putih (GKP). Kriteria mutu GKP
berwarna putih kecoklatan serta belum
yang berlaku di Indonesia (SNI) saat ini
mencapai kategori minimal warna gula
pada dasarnya mengacu pada kriteria lama
(ICUMSA) <300 dan besar jenis butir
yang dikenal dengan SHS (Superieure
(BJB) >1.2 mm.
Hoofd Suiker), yang perkembangannya
kemudian mengalami modifikasi dan Proses produksi yang dilakukan
terakhir SNI 3140.3:2010 (Kuswurj, 2009). industri gula memiliki risiko-risiko.
Industri gula pada saat ini dihadapkan
PT Perkebunan Nusantara XI
masalah tingkat persaingan. Hal ini
mengelola 16 Pabrik Gula di Provinsi Jawa
mengharuskan perusahaan mampu
Timur, salah satu Pabrik Gula yang
memproduksi produk yang berkualitas dan
dikelola oleh PTPN XI adalah PG.
AGROINTEK Volume 12, No. 2 Agustus 2018 126

sesuai dengan SNI yang berlaku. Oleh kuesioner penilaian rulebase, dan
karena itu, perlu adanya manajemen risiko kuesioner AHP.
yang baik sehingga dapat meminimalisir Tempat dan Waktu Penelitian
dan dapat mencegah risiko tersebut.
Penelitian ini dilakukan di Pabrik
Said dan Intan, (2001) menyatakan Gula Padjarakan Kabupaten Probolinggo.
bahwa dalam mengembangkan
agroindustri terdapat risiko-risiko yang Waktu penelitian dilakukan pada
mungkin terjadi. Adanya potensi risiko bulan April sampai Juni 2018.
maka perlu adanya manajemen risiko Tahapan Penelitian
untuk mengurangi risiko tersebut. Tahapan penelitian dilakukan dalam
Manajemen risiko dilakukan untuk empat tahapan penting yaitu :
menganalisis serta mengendalikan risiko
dalam kegiatan produksi gula kristal putih. 1. Studi Pendahuluan

Kemudian tujuan yang ingin dicapai Pada tahapan ini dilakukan penelitian
dari penelitian ini adalah untuk pendahuluan di Pabrik Gula Padjarakan
mengidentifikasi risiko-risiko pada Pabrik yang mencakup observasi lapang, survei
Gula Padjarakan, menganalisis tingkat pakar dan studi pustaka.
risiko pada Pabrik Gula Padjarakan, 2. Identifikasi Permasalahan
merumuskan strategi pengendalian risiko
Tahapan ini dilakukan bertujuan untuk
pada Pabrik Gula Padjarakan.
menemukan risiko-risiko yang dihadapi
oleh Pabrik Gula Padjarakan bersama
METODE
pakar melalui wawancara.
Alat dan Bahan
3. Diagnosa Risiko
Alat yang digunakan dalam penelitian
adalah perangkat keras komputer, serta Tahapan ini dilakukan untuk menilai
perangkat lunak utama dalam pengolahan risiko-risiko yang telah teridentifikasi
data penelitian yaitu Microsoft Excel 2010, menggunakan kuesioner fuzzy.
software Expert Choice 2011 dan software 4. Strategi Pengendalian Risiko
MatLab R2007b.
Tahapan ini dilakukan untuk menentukan
Bahan yang digunakan dalam alternatif pilihan pengendalian risiko
penelitian ini adalah kuesioner pakar yaitu, menggunakan kuesioner AHP.
kuesioner fuzzy, kuesioner bobot faktor,
127 Manajemen Risiko Mutu Gula..(Wibowo, dkk)

Gambar 1 Tahapan penelitian


Metode Pengumpulan Data Identifikasi masalah bertujuan untuk
Data yang dikumpulkan terdiri dari mendapatkan faktor-faktor risiko yang
data primer dan data sekunder. Data primer terdapat pada Pabrik Gula Padjarakan.
diperoleh dari observasi lapang, Berdasarkan hasil wawancara pakar,
wawancara dengan pakar dan hasil adapun indikator-indikator yang digunakan
kuesioner. Pakar penelitian terdiri dari 3 pada setiap risiko dapat dilihat pada Tabel
orang untuk masing-masing metode 1.
analisis yang terdiri dari Karyawan/Pekerja Tabel 1 Indikator-indikator risiko
Pabrik Gula Padjarakan (5 orang) dan
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian (1 Faktor
No Indikator
orang). Risiko
a. Budidaya tanaman
Data sekunder diperoleh dari studi Bahan b. Perawatan tanaman
pustaka meliputi data penunjang yang 1.
Baku c. Jadwal tebang angkut
berkaitan dengan proses produksi Pabrik d. Waktu tunggu giling
Gula Padjarakan. Data-data penunjang a. Vacuum masakan
lainnya diperoleh dari jurnal online, skripsi Proses b. Vacuum penguapan
2.
peneliti lain dan sebagainya. Pengolahan c. Proses pemurnian
d. Supplay uap
Metode Pengolahan Data
a. Jadwal
1. Diagnosa Risiko pelatihan/training
Sumber
Pada tahapan diagnosa risiko b. Kejelihan panca
3. Daya
menggunakan metode logika fuzzy dan indera
Manusia
software yang membantu dalam proses c. Kontrol rutin
d. Motivasi kerja
perhitungan adalah MatLab R2007b. Sumber: Data diolah (2018)
Adapun tahapan diagnosa risiko sebagai b. Penilaian
berikut :
a. Identifikasi Masalah Penilaian masing-masing indikator
menggunakan tiga skala, yaitu nilai 1 untuk
AGROINTEK Volume 12, No. 2 Agustus 2018 128

“Rendah”, 3 untuk “Sedang” dan 5 1. Sistem fuzzy Mamdani


digunakan untuk “Tinggi”. Penilaian fuzzy 2. Metode AND Minimum
menggunakan pembobotan pada tiap-tiap 3. Metode OR Maksimum
input indikator risikonya. Bobot pada 4. Metode IMPLIKASI Minimum
masing-masing indikator menggunakan 5. Metode AGREGASI Maksimum
skala 0-100. Jika dijumlah dalam setiap 6. Metode DEFUZZIFIKASI Centroid
faktor risiko yaitu 100. Nilai label risiko 7. Fungsi keanggotaan Bahu
dapat dilihat pada Tabel 2. 2. Strategi Pengendalian Risiko
Tabel 2 Nilai label risiko Strategi pengendalian risiko disusun
No Variabel Nilai Label Risiko
berdasarkan skenario. Setelah dilakukan
1 Output: analisis risiko dengan menggunakan sistem
Risiko industri Tinggi/Sedang/Rendah pakar yang dibantu dengan sistem FIS
pabrik gula (Fuzzy Inference System) diperoleh
2 Input: skenario.
a. Risiko bahan
Tinggi/Sedang/Rendah Rumusan strategi pengendalian risiko
baku
b. Risiko proses menggunakan metode analytical hierarchy
pengolahan Tinggi/Sedang/Rendah process (AHP). Adapun 4 prinsip dasar
c. Risiko AHP sebagai berikut :
sumber daya a. Penyususan Hierarki (Decomposition)
manusia Tinggi/Sedang/Rendah
Struktur hierarki keputusan
c. Pengembangan Aturan perumusan strategi pengendalian risiko
Bentuk kaidah-kaidah mengolah data, mutu di Pabrik Gula Padjarakan terdiri dari
dalam hal ini adalah tingkat risiko industri 5 tingkatan level yaitu fokus/goal (level 1),
gula pasir menggunakan aturan if-Then faktor (level 2), aktor (level 3), tujuan
atau metode rulebase. Salah satu contoh (level 4), dan alternatif (level 5).
aturan (rulebase) dapat dilihat pada Tabel Fokus/goal (level 1) : Formulasi
3. strategi pengendalian risiko mutu di Pabrik
Tabel 3 Rulebase Gula Padjarakan
Aturan 1 Parameter Nilai  Faktor (level 2) : Biaya (B), Kualitas
IF
Risiko bahan
Rendah
Bahan Baku (KBB), Kualitas SDM
baku (KSDM), dan Teknologi (T).
Risiko proses
And Rendah
pengolahan  Aktor (level 3) : Petani Supplier (PS),
Risiko sumber Manajer Perusahaan (MP), Pusat
And Rendah
daya manusia Pelatihan (PP), Pekerja (PK), dan
Risiko pada
THEN industri rendah
Pemerintah (PM).
 Tujuan (level 4) : Kontinyuitas Produksi
d. Pengembangan Mesin Inferensi (KP), Mengurangi Risiko Cacat Produk
Mesin inferensi adalah komponen (MRC), dan Meningkatkan Daya Saing
sistem pakar yang memanipulasi dan Produk (MDS).
mengarahkan pengetahuan sehingga  Alternatif (level 5) : Melakukan Kontrol
tercapai kesimpulan. Konfigurasi sistem Kualitas (MKK), Memperbaiki
fuzzy dapat dilihat pada Tabel 4. Teknologi Proses yang Produktif dan
Tabel 4 Konfigurasi sistem fuzzy Efisien (MTP), Mengembangkan Sistem
Informasi Sumber Daya & Operasi
No. Konfigurasi Keterangan
129 Manajemen Risiko Mutu Gula..(Wibowo, dkk)

Perusahaan (MSI), dan Pelatihan Sumber 𝑚 𝑚


Daya Manusia (PSDM). 𝑔(𝑖𝑗) = √𝑋𝑘=1 (𝑎𝑖𝑗 )𝑘
b. Pengukuran Perbandingan Keterangan :
(Comparative Judgement) g (ij) = elemen MPG baris ke-i kolom ke-j
Prinsip ini membuat penilaian tentang m = jumlah pakar
kepentingan relatif dua elemen pada suatu (aij) k = elemen baris ke-i kolom ke-j dari
tingkat tertentu dalam kaitannya dengan MPI
ke-k
tingkat di atasnya. Hasil penilaian
disajikan dalam matriks perbandingan Pengolahan secara horizontal
berpasangan (pairwise comparison). menunjukkan prioritas suatu elemen dalam
Adapun tabel skala dasar perbandingan satu tingkat terhadap elemen lain pada
dapat dilihat pada Tabel 5. tingkat diatasnya. Terdiri dari tiga bagian
yaitu penentuan vektor prioritas (vektor
Tabel 5 Skala dasar perbandingan
eigen), uji konsistensi, dan revisi MPI dan
Intensitas MPG yang memiliki rasio inkonsistensi
Tingkat Definisi tinggi. Rumus-rumus yang digunakan
Kepentingan adalah :
1 Sama penting
3 Sedikit lebih penting  Perkalian baris (Zi),
5 Lebih penting
𝑛
7 Sangat lebih penting 𝑍𝑖 = √∏ 𝑛 𝑎𝑖𝑗
9 Mutlak lebih penting 𝑘=1

Nilai diantara kedua


2, 4, 6, 8  Perhitungan vektor prioritas
dipertimbangkan
Nilai tingkat kepentingan jika
(VP) atau eigen vektor,
𝑛
dilihat dari arah yang √∏𝑘=1 𝑛 𝑎𝑖𝑗
berlawanan. Misalnya jika A 𝑉𝑃 =
Nilai
sedikit lebih penting dari B ∑𝑖=1 𝑛 𝑛√∏𝑘=1 𝑛 𝑎𝑖𝑗
kebalikan
(intensitas 3), maka berarti B  Perhitungan nilai eigen
sedikit kurang penting dibanding
maksimum (λmax),
A (intensitas 1/3).
Sumber: Saaty (1988)  𝑉𝐴 = (𝑎𝑖𝑗 ) x VP; dengan
c. Penetapan Prioritas (Synthesis of VA=(Vai )
Priority)  𝑉𝐵 = 𝑉𝐴 ; dengan VB =
𝑉𝑃
Pengolahan matriks pendapat terdiri (𝑉𝑏𝑖 )
dari dua tahap yaitu pengolahan horizontal 1
𝜆𝑚𝑎𝑥 = ∑𝑖=𝑘 𝑉𝑖 ; untuk in
𝑛
dan pengolahan vertikal. Kedua jenis
pengolahan tersebut dilakukan untuk Pengolahan vertikal menunjukkan
Matriks Pendapat Individu (MPI) dan prioritas setiap elemen terhadap elemen
Matriks Pendapat Gabungan (MPG). yang lainnya dalam satu tingkatan.
Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI Pengolahan vertikal dilakukan dengan
dan MPG diolah secara horizontal, dimana menyusun prioritas pengaruh setiap unsur
MPI dan MPG harus memenuhi pada tingkat hierarki keputusan tertentu
persyaratan inkonsistensi. terhadap sasaran utama atau fokus. Bila
Cvij didefenisikan sebagai nilai prioritas
Jika pakar yang digunakan lebih dari
pengaruh unsur ke-j pada tingkat ke-i
satu orang, maka pendapat dari masing-
terhadap sasaran utama, maka :
masing pakar perlu diagregasi terlebih
dahulu membentuk MPG.
AGROINTEK Volume 12, No. 2 Agustus 2018 130

𝐶𝑣𝑖𝑗 = ∑ 𝐶ℎ𝑖𝑗 (𝑡; 𝑖 = 1) 𝑥 𝑉𝑊 (𝑡; 𝑖 − 1) Tabel 6 Random consistency index (RI)


n RI n RI
untuk i = 1, 2, …dst
1 0 6 1.252
Keterangan :
2 0 7 1.341
C_hij (t;i=1) = nilai prioritas yang ke-i
terhadap unsur ke-t pada tingkat 3 0.525 8 1.404
diatasnya (i=1), yang diperoleh 4 0.882 9 1.452
dari hasil pengolahan 5 1.115 10 1.484
horizontal. HASIL DAN PEMBAHASAN
VW (t;i-1) = nilai prioritas pengaruh unsur 1. Analisis Risiko Mutu
ke-t pada tingkat ke (i-t)
Analisis Risiko Mutu Setiap Variabel
terhadap sasaran utama, yang
diperoleh dari hasil pengolahan
a. Risiko bahan baku
horizontal. Berdasarkan hasil penilaian pakar
d. Konsistensi Logis (Logical yang telah dilakukan, hasil penilaian risiko
Consistency) bahan baku yang diperoleh dapat dilihat
Konsistensi logis, menjamin bahwa semua pada Tabel 7.
elemen dikelompokkan secara logis dan
Tabel 7 Penilaian risiko bahan baku
peringkatkan secara konsisten.
Agregasi
 Perhitungan indeks inkonsistensi (CI), Indikator Bobot
Nilai
Indeks
𝜆𝑚𝑎𝑥 − 𝑛 Budidaya
CI = 18,33 4,16 76
𝑛−1 tanaman
 Perhitungan rasio inkonsistensi (CR), Perawatan
18,33 3,51 64
tanaman
CI
CR = Jadwal tebang
RI 23,34 4,16 97
RI merupakan indeks acak (random index) angkut
yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory Waktu tunggu
40,00 4,16 166
(Saaty, 1993) dari matriks yang berorde 1-10 giling
dapat dilihat pada Tabel 6. Total 404
Sumber: Data diolah (2018)

Gambar 2 Himpunan fuzzy pada variabel bahan baku

Perhitungan Derajat Keanggotaan  µSedang[404] = (433-x)/(433-350);


Nilai x = (404) 350  x  433
 µRendah[404] = 0 ; x  350 433  404
µSedang[40 4]   0.34
433  350
131 Manajemen Risiko Mutu Gula..(Wibowo, dkk)

 µTinggi[404] = (x-350)/(433-350) ;
350  x  433
404  350
µTinggi[40 4]   0.65
433  350
Berdasarkan penilaian pakar, hasil
perhitungan yang diperoleh pada risiko
bahan baku sebesar 404. Hal ini
mengindikasikan bahwa risiko bahan baku
pada PG. Padjarakan termasuk kategori
risiko tinggi, dengan derajat keanggotaan Tabel 8 Penilaian risiko proses
µTinggi (0.65) dan µSedang (0.34). Nilai pengolahan
derajat keanggotaan yang diperoleh jika Agregasi
Indikator Bobot Indeks
mendekati 1 maka mendekati kebenaran. Nilai
Hal ini dapat terjadi karena, tebu yang Vacuum
23.33 4.16 96.98
ditebang dengan kurun waktu kurang dari masakan
2 bulan. Hal ini berdasarkan kutipan Nita Vacuum
23.33 4.16 96.98
(2012) yang menyimpulkan, “Dalam penguapan
Proses
merencanakan bahan baku tebu terlebih 26.67 4.16 110.86
pemurnian
dahulu yang dilakukan oleh sinder kebun, Supply uap 26.67 2.89 77.15
setelah areal tanam diperoleh kemudian Total 381.98
dilakukan analisis terkait produktivitas Sumber: Data diolah (2018)
lahan. Setelah itu dilakukan pengolahan
lahan, penanaman tanaman sampai Perhitungan Derajat Keanggotaan
tanaman tebu siap untuk ditebang. Nilai x = (381.98)
Sebelum dilakukan penebangan atau tebu  µRendah[381,98] = 0 ; x  350
dinyatakan siap untuk ditebang (masak  µSedang[381,98] = (433-x)/(433-350) ;
350  x  433
optimal) 2 bulan sebelum tebu ditebang
433  381.98
dilakukan analisis pendahuluan untuk µSedang[38 1.98]   0.61
433  350
mengetahui taksasi atau perkiraan nilai  µTinggi[381,98] = (x-350)/(433-350) ;
brix yaitu nilai yang menunjukkan tingkat 350  x  433
kemasakan tebu. 381.98  350
µTinggi381 .98]   0.38
b. Risiko proses pengolahan 433  350
Berdasarkan hasil penilaian pakar
yang telah dilakukan, hasil penilaian risiko Berdasarkan penilaian pakar, hasil
proses pengolahan yang diperoleh dapat perhitungan yang diperoleh pada risiko
dilihat pada Tabel 8. proses pengolahan sebesar 381.98. Hal ini
mengindikasikan bahwa risiko proses
pengolahan pada PG. Padjarakan termasuk
kategori risiko sedang, dengan derajat
keanggotaan µTinggi (0.38) dan µSedang
(0.61). Nilai derajat keanggotaan yang
diperoleh jika mendekati 1 maka
mendekati kebenaran.Hal ini dapat terjadi
karena proses kristalisasi menggunakan
pan masakan vacuum (hampa), sehingga
tidak akan merusak gula yang dihasilkan.
Pada saat proses penguapan, suhu yang
digunakan terlalu tinggi terutama di badan
AGROINTEK Volume 12, No. 2 Agustus 2018 132

pemanas (BP) akhir sehingga dapat ini berasal dari stasiun ketel (boiler),
merusak sukrosa pada nira. Pada proses kemungkinan bahan bakar yang digunakan
pemurnian, pengaturan pH, suhu dan berkurang sehingga boiler tidak mampu
waktu tinggal sesuai dengan SOP yang menyuplai uap panas. Jika itu terjadi akan
telah ditentukan sehingga kotoran mampu menghambat seluruh proses pengolahan.
diendapkan secara maksimal. Supply uap

Gambar 3 Himpunan fuzzy pada variabel proses pengolahan

Gambar 4 Himpunan fuzzy pada variabel sumber daya manusia


c. Risiko sumber daya manusia Kejelihan panca
30.00 4.92 147.61
indera
Berdasarkan hasil penilaian pakar Kontrol rutin 30.00 4.16 124.71
yang telah dilakukan, hasil penilaian risiko Motivasi kerja 23.33 3.51 81.94
sumber daya manusia yang diperoleh dapat Total 423.54
dilihat pada Tabel 9.
Berdasarkan penilaian pakar, hasil
Tabel 9 Penilaian risiko sumber daya perhitungan yang diperoleh pada risiko
manusia sumber daya manusia menunjukkan nilai
Indikator Bobot
Agregasi
Indeks
423.54. Hal ini mengindikasikan bahwa
Nilai risiko sumber daya manusia pada PG.
Jadwal Padjarakan termasuk kategori risiko tinggi,
16.67 4.16 69.30
pelatihan/training dengan derajat keanggotaan µTinggi (0,88)
dan µSedang (0,11). Nilai derajat
133 Manajemen Risiko Mutu Gula..(Wibowo, dkk)

keanggotaan yang diperoleh jika = min[(0.34);(0.38);(0.88)]


mendekati 1 maka mendekati kebenaran. = 0.34
Hal ini dapat terjadi karena jadwal [R5] IF Risiko Bahan Baku TINGGI And Risiko
pelatihan pekerja tidak rutin dilakukan, Proses Pengolahan SEDANG And Risiko Sumber
sehingga mengakibatkan pekerja kurang Daya Manusia SEDANG THEN tingkat risiko
pengetahuan dan tidak begitu terlatih. SEDANG
Kejelihan panca indera pekerja kurang αPredikat5 = µRBBTINGGI ∩ µRPPSEDANG ∩
µRSDMSEDANG
maksimal, kemungkinan karena faktor usia = min[(0.65);(0.61);(0.11)]
rentan 40-44, sehingga produk yang = 0,11
dihasilkan kurang maksimal. Dan untuk
kontrol rutin peralatan kurang maksimal [R6] IF Risiko Bahan Baku TINGGI And Risiko
sebelum giling sehingga masih saja ada Proses Pengolahan SEDANG And Risiko Sumber
Daya Manusia TINGGI THEN tingkat risiko
permasalahan yang dihadapi ketika giling TINGGI
berlangsung. αPredikat6 = µRBBTINGGI ∩ µRPPSEDANG ∩
2. Agregasi Variabel Risiko Mutu µRSDMTINGGI
a. Aplikasi fungsi implikasi = min[(0.65);(0.61);(0.88)]
= 0.61
Pada metode Mamdani, fungsi
implikasi yang digunakan adalah harga [R7] IF Risiko Bahan Baku TINGGI And Risiko
Proses Pengolahan TINGGI And Risiko Sumber
min. Berikut ini merupakan hasil fungsi
Daya Manusia SEDANG THEN tingkat risiko
implikasi : TINGGI
[R1] IF Risiko Bahan Baku SEDANG And Risiko αPredikat7 = µRBBTINGGI ∩ µRPPTINGGI ∩
Proses Pengolahan SEDANG And Risiko Sumber µRSDMSEDANG
Daya Manusia SEDANG THEN tingkat risiko = min[(0.65);(0.38);(0.11)]
SEDANG = 0.11
αPredikat1 = µRBBSEDANG ∩ µRPPSEDANG ∩
µRSDMSEDANG [R8] IF Risiko Bahan Baku TINGGI And Risiko
= min[(0.34);(0.61);(0.11)] Proses Pengolahan TINGGI And Risiko Sumber
= 0.11 Daya Manusia TINGGI THEN tingkat risiko
TINGGI
[R2] IF Risiko Bahan Baku SEDANG And Risiko αPredikat27 = µRBBTINGGI ∩ µRPPTINGGI ∩
Proses Pengolahan SEDANG And Risiko Sumber µRSDMTINGGI
Daya Manusia TINGGI THEN tingkat risiko = min[(0.65);(0.38);(0.88)]
TINGGI = 0.38
αPredikat2 = µRBBSEDANG ∩ µRPPSEDANG ∩
µRSDMTINGGI Aplikasi fungsi setiap aturan,
= min[(0.34);(0.61);(0.88)] digunakan metode Max untuk melakukan
= 0.34 komposisi antar semua aturan. Hasil dari
[R3] IF Risiko Bahan Baku SEDANG And Risiko verifikasi menggunakan MatLab dapat
Proses Pengolahan TINGGI And Risiko Sumber dilihat pada Gambar 5.
Daya Manusia SEDANG THEN tingkat risiko
TINGGI
Hasil verifikasi output nilai risiko
αPredikat3 = µRBBSEDANG ∩ µRPPTINGGI ∩ menggunakan aplikasi MatLab yaitu
µRSDMSEDANG sebesar 423, artinya kategori nilai risiko
= min[(0.34);(0.38);(0.11)] yang diperoleh PG. Padjarakanyaitu tinggi.
= 0.11 Oleh karena itu, dengan adanya software
[R4] IF Risiko Bahan Baku SEDANG And Risiko
MatLab tersebut mempermudah dalam
Proses Pengolahan TINGGI And Risiko Sumber perhitungan defuzzyfikasi.
Daya Manusia TINGGI THEN tingkat risiko Setelah merumuskan setiap level pada
TINGGI
αPredikat4 = µRBBSEDANG ∩ µRPPTINGGI ∩ struktur AHP, kemudian dilakukan
µRSDMTINGGI pembobotan pada masing-masing kriteria
AGROINTEK Volume 12, No. 2 Agustus 2018 134

pada setiap level oleh ketiga pakar. kristal putih yang dihasilkan. Aktor dengan
Selanjutnya dilakukan penggabungan bobot prioritas tertinggi yaitu Pekerja
pendapat dari masing-masing pakar yang (0.258). Pekerja yang kompeten akan
telah memberikan pembobotan. Dari hasil bekerja secara benar sehingga dalam
penggabungan pendapat ini diolah kembali proses on-farm dan off-farm dapat
sehingga didapatkan dua model dilakukan dengan baik. Tujuan dengan
perhitungan horizontal dan pengolahan bobot prioritas tertinggi yaitu Mengurangi
vertikal. Berikut ini hasil perhitungan Risiko Cacat Produk (0.323). Jika proses
pembobotan hirarki dapat dilihat pada on-farm sampai off-farm dilakukan secara
Gambar 6. baik dan benar maka dapat mengurangi
kecacatan produk yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil perhitungan bobot
Alternatif yang dipilih adalah yang
formulasi strategi pengendalian risiko
memiliki bobot prioritas tertinggi yaitu
mutu, faktor/kriteria dengan bobot prioritas
Pelatihan SDM (0.317). Pelatihan SDM
tertinggi yaitu Kualitas Bahan Baku
dilakukan untuk menambah skill dan
(0,388). Kualitas bahan baku yang baik
pengetahuan pekerja sehingga mampu
maka akan mempengaruhi kualitas gula
bekerja dengan baik.

Gambar 5 Hasil daerah komposisi


135 Manajemen Risiko Mutu Gula..(Wibowo, dkk)

Gambar 6 Hierarki pengendalian risiko

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA


Alamsyah, B. D. 2013. Aplikasi
Kesimpulan yang dapat diambil dari
Manajemen Risiko Pada Industri
hasil dan pembahasan yaitu sebagai berikut
Kecil Nata De Coco (Studi Kasus Di
: Faktor risiko yang mempengaruhi PG.
Ud. Citra Mandiri Margo Mulyo
Padjarakan meliputi risiko bahan baku,
Muktisari-Jember). Jember:
risiko proses pengolahan dan risiko sumber
Teknologi Hasil Pertanian
daya manusia. Berdasarkan hasil
Universitas Jember.
perhitungan diperoleh nilai risiko Bahan
Darwin, P. 2013. Menikmati Gula Tanpa
Baku sebesar 404, nilai risiko Proses
Rasa Takut. Yogyakarta: Sinar Ilmu.
Pengolahan sebesar 381.98 dan nilai risiko
Dewan Gula Indonesia. 2009. Hasil
Sumber Daya Manusia sebesar 423.54.
Perhitungan Biaya Pokok Produksi
Keseluruhan untuk nilai agregasi ketiga
(BPP) Gula Petani Tahun 2009.
Risiko diatas memperoleh nilai 423,
Jakarta: Dewan Gula Indonesia.
sehingga tergolong faktor risiko tinggi.
Kusumadewi, S. dan H. Purnomo. 2004.
Berdasarkan perhitungan pakar, alternatif
Aplikasi Logika Fuzzy untuk
terpilih yaitu Pelatihan SDM dengan nilai
Pendukung Keputusan. Edisi 1.
bobot tertinggi (0.317). Pelatihan yang
Yogyakarta: Graha Ilmu.
dilakukan nantinya mampu mengatasi dan
Kuswurj, R., 2009. Sugar Technology and
meminimalisir munculnya risiko yang ada
Research: Kualitas Mutu Gula
di PG. Padjarakan dalam segala bidang
Kristal Putih. Institut Teknologi
pekerjaan.
Surabaya, Surabaya.
AGROINTEK Volume 12, No. 2 Agustus 2018 136

http://www.risvank.com [26 Juli


2018].
Lahay, R. 2009. Pemuliaan Tanaman Tebu.
Medan: Departemen Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara.
Mulyadi, 2005. Akuntansi Biaya. Edisi
Kelima. Yogyakarta: UPPAMP
YKPN Universitas Gajah Mada
Naba, A. 2009. Belajar Cepat Fuzzy Logic
Menggunakan Matlab. Yogyakarta:
ANDI.
Perkebunan Nusantara, PT. 2016. Pabrik
Gula.http://ptpn11.co.id/page/pabrik
-gula. [Diakses pada 15 Juli 2018].
Saaty, T.L. 1988. Multicriteria Decision
Making: The Analytic Hierarchy
Process. Pittsburgh: University of
Pittsburgh, RWS Publication.
Sari, N.D.K. 2012. Analisis Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Tebu Dalam
Pembuatan Gula Pasir Di Pabrik
Gula Soedhono Kabupaten Ngawi.
Skripsi. Surakarta: Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas
Maret.
Sawit. 2004. Kajian Komparasi dari
Perspektif Indonesia. Jakarta:
Sekretariat Dewan Ketahanan
Pangan.
Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sunaryo, T. 2009. Manajemen Risiko
Finansial. Jakarta: Salemba Empat.

You might also like