Professional Documents
Culture Documents
(Wibowo, dkk)
ABSTRACT
PG. Padjarakan is one of the state-owned sugar factory under PTPN XI. that exist in East
Java. Currently, some companies engaged in the sugar industry are faced with the level
of competition. This requires that the company is able to produce quality products and in
accordance with market demand so that companies get the maximum profit. A company
in doing the development can not be separated from the risks that may or will occur. The
purpose of this research are to identify risks, analyze risk level and formulate risk control
strategy at Sugar factory of Padjarakan. The research method used to analyze the
magnitude of risk factor using fuzzy logic and control strategy using analytical hierarchy
process. The results show that the risk factors that affect PG. Padjarakan include raw
material risk, processing risk and human resource risk, based on the calculation that the
risk of Raw Materials is high. While the results of the calculation of the risk of the
Processing Process are in the medium category. The results of the risk calculation
Processing Process are in the medium category. The results of the calculation of the risk
value of Human Resources are in the high category. All aggregation values obtained from
these three risks are included in the high risk category. For control strategies, the highest
priority is Human Resource Training.
Keyword: Sugar Industry, Quality Risk, Raw Materials, Human Resources.
sesuai dengan SNI yang berlaku. Oleh kuesioner penilaian rulebase, dan
karena itu, perlu adanya manajemen risiko kuesioner AHP.
yang baik sehingga dapat meminimalisir Tempat dan Waktu Penelitian
dan dapat mencegah risiko tersebut.
Penelitian ini dilakukan di Pabrik
Said dan Intan, (2001) menyatakan Gula Padjarakan Kabupaten Probolinggo.
bahwa dalam mengembangkan
agroindustri terdapat risiko-risiko yang Waktu penelitian dilakukan pada
mungkin terjadi. Adanya potensi risiko bulan April sampai Juni 2018.
maka perlu adanya manajemen risiko Tahapan Penelitian
untuk mengurangi risiko tersebut. Tahapan penelitian dilakukan dalam
Manajemen risiko dilakukan untuk empat tahapan penting yaitu :
menganalisis serta mengendalikan risiko
dalam kegiatan produksi gula kristal putih. 1. Studi Pendahuluan
Kemudian tujuan yang ingin dicapai Pada tahapan ini dilakukan penelitian
dari penelitian ini adalah untuk pendahuluan di Pabrik Gula Padjarakan
mengidentifikasi risiko-risiko pada Pabrik yang mencakup observasi lapang, survei
Gula Padjarakan, menganalisis tingkat pakar dan studi pustaka.
risiko pada Pabrik Gula Padjarakan, 2. Identifikasi Permasalahan
merumuskan strategi pengendalian risiko
Tahapan ini dilakukan bertujuan untuk
pada Pabrik Gula Padjarakan.
menemukan risiko-risiko yang dihadapi
oleh Pabrik Gula Padjarakan bersama
METODE
pakar melalui wawancara.
Alat dan Bahan
3. Diagnosa Risiko
Alat yang digunakan dalam penelitian
adalah perangkat keras komputer, serta Tahapan ini dilakukan untuk menilai
perangkat lunak utama dalam pengolahan risiko-risiko yang telah teridentifikasi
data penelitian yaitu Microsoft Excel 2010, menggunakan kuesioner fuzzy.
software Expert Choice 2011 dan software 4. Strategi Pengendalian Risiko
MatLab R2007b.
Tahapan ini dilakukan untuk menentukan
Bahan yang digunakan dalam alternatif pilihan pengendalian risiko
penelitian ini adalah kuesioner pakar yaitu, menggunakan kuesioner AHP.
kuesioner fuzzy, kuesioner bobot faktor,
127 Manajemen Risiko Mutu Gula..(Wibowo, dkk)
µTinggi[404] = (x-350)/(433-350) ;
350 x 433
404 350
µTinggi[40 4] 0.65
433 350
Berdasarkan penilaian pakar, hasil
perhitungan yang diperoleh pada risiko
bahan baku sebesar 404. Hal ini
mengindikasikan bahwa risiko bahan baku
pada PG. Padjarakan termasuk kategori
risiko tinggi, dengan derajat keanggotaan Tabel 8 Penilaian risiko proses
µTinggi (0.65) dan µSedang (0.34). Nilai pengolahan
derajat keanggotaan yang diperoleh jika Agregasi
Indikator Bobot Indeks
mendekati 1 maka mendekati kebenaran. Nilai
Hal ini dapat terjadi karena, tebu yang Vacuum
23.33 4.16 96.98
ditebang dengan kurun waktu kurang dari masakan
2 bulan. Hal ini berdasarkan kutipan Nita Vacuum
23.33 4.16 96.98
(2012) yang menyimpulkan, “Dalam penguapan
Proses
merencanakan bahan baku tebu terlebih 26.67 4.16 110.86
pemurnian
dahulu yang dilakukan oleh sinder kebun, Supply uap 26.67 2.89 77.15
setelah areal tanam diperoleh kemudian Total 381.98
dilakukan analisis terkait produktivitas Sumber: Data diolah (2018)
lahan. Setelah itu dilakukan pengolahan
lahan, penanaman tanaman sampai Perhitungan Derajat Keanggotaan
tanaman tebu siap untuk ditebang. Nilai x = (381.98)
Sebelum dilakukan penebangan atau tebu µRendah[381,98] = 0 ; x 350
dinyatakan siap untuk ditebang (masak µSedang[381,98] = (433-x)/(433-350) ;
350 x 433
optimal) 2 bulan sebelum tebu ditebang
433 381.98
dilakukan analisis pendahuluan untuk µSedang[38 1.98] 0.61
433 350
mengetahui taksasi atau perkiraan nilai µTinggi[381,98] = (x-350)/(433-350) ;
brix yaitu nilai yang menunjukkan tingkat 350 x 433
kemasakan tebu. 381.98 350
µTinggi381 .98] 0.38
b. Risiko proses pengolahan 433 350
Berdasarkan hasil penilaian pakar
yang telah dilakukan, hasil penilaian risiko Berdasarkan penilaian pakar, hasil
proses pengolahan yang diperoleh dapat perhitungan yang diperoleh pada risiko
dilihat pada Tabel 8. proses pengolahan sebesar 381.98. Hal ini
mengindikasikan bahwa risiko proses
pengolahan pada PG. Padjarakan termasuk
kategori risiko sedang, dengan derajat
keanggotaan µTinggi (0.38) dan µSedang
(0.61). Nilai derajat keanggotaan yang
diperoleh jika mendekati 1 maka
mendekati kebenaran.Hal ini dapat terjadi
karena proses kristalisasi menggunakan
pan masakan vacuum (hampa), sehingga
tidak akan merusak gula yang dihasilkan.
Pada saat proses penguapan, suhu yang
digunakan terlalu tinggi terutama di badan
AGROINTEK Volume 12, No. 2 Agustus 2018 132
pemanas (BP) akhir sehingga dapat ini berasal dari stasiun ketel (boiler),
merusak sukrosa pada nira. Pada proses kemungkinan bahan bakar yang digunakan
pemurnian, pengaturan pH, suhu dan berkurang sehingga boiler tidak mampu
waktu tinggal sesuai dengan SOP yang menyuplai uap panas. Jika itu terjadi akan
telah ditentukan sehingga kotoran mampu menghambat seluruh proses pengolahan.
diendapkan secara maksimal. Supply uap
pada setiap level oleh ketiga pakar. kristal putih yang dihasilkan. Aktor dengan
Selanjutnya dilakukan penggabungan bobot prioritas tertinggi yaitu Pekerja
pendapat dari masing-masing pakar yang (0.258). Pekerja yang kompeten akan
telah memberikan pembobotan. Dari hasil bekerja secara benar sehingga dalam
penggabungan pendapat ini diolah kembali proses on-farm dan off-farm dapat
sehingga didapatkan dua model dilakukan dengan baik. Tujuan dengan
perhitungan horizontal dan pengolahan bobot prioritas tertinggi yaitu Mengurangi
vertikal. Berikut ini hasil perhitungan Risiko Cacat Produk (0.323). Jika proses
pembobotan hirarki dapat dilihat pada on-farm sampai off-farm dilakukan secara
Gambar 6. baik dan benar maka dapat mengurangi
kecacatan produk yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil perhitungan bobot
Alternatif yang dipilih adalah yang
formulasi strategi pengendalian risiko
memiliki bobot prioritas tertinggi yaitu
mutu, faktor/kriteria dengan bobot prioritas
Pelatihan SDM (0.317). Pelatihan SDM
tertinggi yaitu Kualitas Bahan Baku
dilakukan untuk menambah skill dan
(0,388). Kualitas bahan baku yang baik
pengetahuan pekerja sehingga mampu
maka akan mempengaruhi kualitas gula
bekerja dengan baik.