You are on page 1of 14

Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No.

2337- 6597
Vol.2, No.2 : 851 - 864, Maret 2014

KARAKTERISTIK BIOLOGI DAN KIMIA TANAH SAWAH AKIBAT


PEMBAKARAN JERAMI

Biological and Chemical Characteristics Burning Rice Straw of Paddy Soil

Annisa Tommy 1* , Mukhlis 2 , Benny Hidayat 2


1
Alumnus Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155
2
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian USU, Medan 20155
*
Corresponding Author: annisatommy@gmail.com

ABSTRACT

The aim of this research was to study the biological and chemical characteristics of paddy soil
caused of burning rice straw. This research was conducted in Subdistrict Tanjung Morawa, District
Deli Serdang, North Sumatera Province. Sampling was done at the public rice field with straw
burning over it and Balai Benih Sari Murni which never burning straw. Soil samples were taken
under the heap of burnt straw in three times, i.e after burning soon (0 week after harvesting), 1 and
2 week after harvesting to analyze the number of arthropod an microorganisms, soil colour, texture,
pH, C-organic, N-total, P-available, and K-exchangable in The Soil Biology, Soil Chemical and
Fertility, and Research and Technology Laboratory, Agricultural Faculty of North Sumatera
University, Medan. The results showed that the soil with straw burning over it has the number of
arthropod and microorganism, C-organic, N-total, and P-available is lower than the unburnt soil. pH
and K-exchangeable of the burnt soil is higher than the unburnt soil. In 2 weeks after burning, the
number of arthropod and microorganism, C-organic, and P-available gets recovery from before.

Keywords : paddy soil, rice straw, burning

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat biologi dan kimia tanah sawah akibat pembakaran
jerami. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi
Sumatera Utara. Pengambilan sampel dilakukan di lahan sawah rakyat dengan pembakaran jerami
di atasnya dan Balai Benih Sari Murni yang tidak pernah dilakukan pembakaran jerami. Sampel
tanah diambil di bawah tiga tumpukan bakaran jerami pada 3 waktu pengambilan, yaitu segera
setelah pembakaran (0 minggu setelah panen), 1 dan 2 minggu setelah panen untuk dianalisis
jumlah arthropoda dan mikroorganisme tanah, warna tanah, tekstur, pH, C-organik, N-total, P-
tersedia, dan K-tukar tanah di Laboratorium Biologi Tanah, Kimia dan Kesuburan Tanah, serta
Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tanah dengan pembakaran jerami di atasnya memiliki jumlah
arthropoda dan mikroorganisme, C±organik, N-total, dan P-tersedia tanah lebih rendah
dibandingkan dengan tanah tanpa pembakaran. Namun pH dan K-tukar pada tanah yang dilakukan
pembakaran jerami di atasnya memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah tanpa
pembakaran. Dalam waktu 2 minggu setelah pembakaran, jumlah arthropoda dan mikroorganisme
tanah, kadar C-organik, serta P-tersedia tanah mengalami pemulihan dari minggu sebelumnya.

Kata kunci : tanah sawah, jerami padi, pembakaran

851
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 851 - 864, Maret 2014

sehingga ketersediaan jerami ini dianggap

PENDAHULUAN sebagai limbah utama dalam sistem

Sawah merupakan lahan untuk pertanaman padi.

budidaya tanaman padi. Di Sumatera Utara, Oleh karena keterbatasan pengetahuan

luasnya mencapai 703.168 ha pada tahun dan teknologi terhadap jerami, serta masa

2011. Luas ini mengalami peningkatan dari tenggang tanam yang singkat; maka petani

tahun 2010 sebesar 702.308 ha (BPS Sumut, memperlakukan jerami dengan menumpuk

2011). Adanya peningkatan luas tanam ini dan membakar secara langsung di atas lahan

menunjukkan bahwa lahan sawah merupakan sawah. Walaupun ada juga sebagian petani

pemasok beras terbesar dibandingkan lahan memanfaatkan jerami sebagai mulsa, kompos,

kering. Perluasan areal ini dilakukan untuk dan pakan ternak.

memenuhi kebutuhan pangan manusia, Tanjung Morawa merupakan wilayah

khususnya masyarakat Indonesia yang sentra pertanaman padi di Provinsi Sumatera

sebagian besar makanan pokoknya adalah Utara yang terdekat dengan Kota Medan.

beras. Lokasi ini berjarak 16 km dari kota Medan.

Tanaman padi selain menghasilkan Sekitar 49 % penduduknya

padi, juga menghasilkan jerami padi. Massa bermatapencaharian sebagai petani padi

jerami yang dihasilkan dapat mencapai 7-8 sawah dengan total luas lahan sawah sebesar

ton/ha per musim panen. Massa ini dihitung 2,5 juta ha (BPS Kabupaten Deli Serdang,

berdasarkan grain-straw ratio (2:3). Hal ini 2012). Setiap kali musim panen padi, petani

menunjukkan bahwa massa jerami yang di lokasi ini selalu membakar limbah jerami

dihasilkan sangat bergantung dari hasil gabah di atas lahan sawah dengan anggapan tanah

yang dihasilkan pada saat panen sawah akan subur kembali karena abu dari

(Ponnamperuma, 1982). Namun, kebanyakan proses bakaran tersebut.

para petani belum menganggap jerami sebagai

produk yang memiliki nilai ekonomis,


852
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 851 - 864, Maret 2014
Pembakaran jerami menghasilkan abu Contoh tanah diambil di bawah tiga

jerami. Keberadaan abu jerami ini telah tumpukan bakaran jerami pada tiga waktu

banyak diteliti untuk kepentingan pengambilan, yaitu segera setelah

pengembangan pertanian. Namun, pembakaran (0 MSP), 1 dan 2 MSP. Analisis

pembakaran jerami di atas tanah dapat sifat biologi dan kimia tanah meliputi jumlah

menaikkan temperatur tanah pada kedalaman arthropoda tanah dengan menggunakan

1 cm antara 3380C hingga 4220C (Biederbeck, metode Tullgren Funnel dan jumlah

et al., 1980), sehingga mengakibatkan mikroorganisme tanah dengan metode Most

perubahan terhadap karakteristik tanah sawah Probable Number, warna tanah dengan

itu sendiri. Sifat biologi dan kimia adalah menggunakan buku Standard Soil Colour

karakteristik yang paling dipengaruhi oleh Chart dan tekstur metode hydrometer,

panas dari pembakaran. Analisis kimia meliputi penetapan pH metode

Hasil penelitian ini diharapkan dapat elektrometri, Kadar C-organik dengan metode

menambah pengetahuan tentang pengaruh Walkley and Black. Nitrogen total dengan

pembakaran jerami terhadap sifat biologi dan metode Kjedhal, P-tersedia tanah dengan

kimia tanah sawah. menggunakan Bray II, dan K-tukar tanah

dengan menggunakan ekstrak CH3COONH4

BAHAN DAN METODE 1N pH 7.

Penelitian ini merupakan survei

lapangan degan metode sampling terhadap HASIL DAN PEMBAHASAN

karakteristik biologi dan kimia tanah sawah Data Survei di Lapangan

Berdasarkan hasil pengamatan di


yang dilakukan pembakaran jerami di atasnya
lapangan, diketahui bahwa seluruh petani di
kemudian dibandingkan dengan tanah sawah
lokasi pengamatan menumpuk dan membakar
yang tidak pernah dilakukan pembakaran.
jerami di atas lahan sawah. Pembakaran yang
Sampling
dilakukan oleh petani adalah pembakaran

853
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 851 - 864, Maret 2014
tidak sempurna karena tidak seluruh pengambilan sampel. Massa jerami ini

tumpukan jerami menjadi abu. Ada sekitar dihitung dengan menggunakan pendekatan

sepuluh tumpukan jerami yang diamati pada Grain-straw ratio (2:3). Adapun data dari tiga

saat kunjungan lokasi dengan massa jerami tumpukan jerami tersebut disajikan pada

yang bervariasi. Namun, hanya tiga tumpukan Tabel 1.

jerami yang diambil sebagai lokasi

Tabel 1. Massa jerami ( kg/ha) berdasarkan grain straw ratio (2:3)


Lokasi Pembakaran Produksi Padi Massa Jerami*

A 3300 4950,0
B 3075 4612,5
C 2775 4162,5
*Massa jerami dihitung berdasarkan rasio gabah-padi (2:3)
jerami yang dihasilkan. Apabila cuaca hujan
Dari lapangan (lokasi pengambilan
satu hari sebelum panen, maka jerami yang
sampel) diketahui bahwa pembakaran jerami
dihasilkan akan sangat basah dan sulit untuk
di atas areal sawah dilakukan petani dengan
dibakar. Dalam hal ini, petani biasanya
alasan yang sama, yaitu agar tumpukan jerami
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
tidak mengganggu untuk pertanaman
membakar jeraminya.
berikutnya. Pembakaran jerami yang
Sifat-sifat Biologi Tanah
dilakukan petani setempat juga dengan model
Sifat biologi yang diamati meliputi
yang berbeda-beda. Rata-rata petani
jumlah arthropoda dan mikroorganisme tanah.
melakukan penjemuran terlebih dahulu dan
Tanah yang dilakukan pembakaran jerami di
pembalikan jerami selama beberapa hari
atasnya memiliki jumlah arthropoda dan
dengan harapan seluruh tumpukan jerami
mikroorganisme yang lebih rendah
benar-benar dalam kondisi kering dan dapat
dibandingkan dengan tanah tanpa
dibakar sekali habis. Cuaca pada saat
pembakaran. Namun, dalam waktu 2 minggu
pemanenan dan ketinggian areal sawah itu
ketersediaan jumlah arthropoda dan
sendiri juga sangat menentukan kualitas
mikroorganisme tanah mengalami pemulihan

854
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 851 - 864, Maret 2014
dikarenakan suhu tanah kembali normal

seperti kondisi awal sebelum pembakaran.

855
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 851 - 864, Maret 2014
Tabel 2. Jumlah Arthropoda dan Mikroorganisme Tanah Sawah Akibat Pembakaran Jerami
Jumlah Arthropoda Tanah Jumlah Mikroorganisme Tanah
Tindakan Terhadap
Jerami 0 MSP 1 MSP 2 MSP
0 MSP 1 MSP 2 MSP
Jenis Jumlah Jenis Jumlah Jenis Jumlah
--individu-- -- individu -- -- individu -- ---------- populasi/10 g tanah ---------

Semut 7
Tanpa Pembakaran Semut 7 Semut 13
Kutu 1 5,000x105 25,000x105 43,000x105

Lokasi A - 0 Semut 2 Semut 20 0,170x105 0,180x105 8,000x105

Lokasi B Kutu 1 Semut 11 Semut 21 0,095x105 0,320x105 0,210x105

Lokasi C - 0 Semut 3 Semut 9 0,032x105 2,400x105 16,000x105

Keterangan : MSP = Waktu pengambilan sampel (Minggu Setelah Pembakaran)

856
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 851 - 864, Maret 2014
Pembakaran jerami di atas lahan dan invertebrata tanah karena keduanya peka

sawah menghasilkan jumlah arthropoda dan pada suhu tinggi. Suhu tanah sawah diduga

mikroorganisme tanah yang relatif lebih meningkat karena adanya pengaruh panas

rendah dibandingkan dengan tanah tanpa yang merambat dari pembakaran jerami di

pembakaran. Jumlah arthropoda dan atasnya. Suhu pembakaran jerami di areal

mikroorganisme ini dapat dilihat pada 0 terbuka dapat mencapai 7000C

minggu setelah pembakaran atau pada saat (Ponnamperuma, 1982).

setelah pembakaran (Tabel 1 dan Tabel 2). Namun dalam waktu 2 minggu,

Pada tanah yang dilakukan pembakaran jumlah arthropoda dan mikroorganisme tanah

jerami di atasnya ditemukan arthropoda mengalami pemulihan (recovery). Jumlah

sebesar 0-1 individu, sedangkan pada tanpa arthropoda tanah mengalami peningkatan

pembakaran ditemukan 7 individu arthropoda menjadi 9-21 individu sedangkan jumlah

tanah. Jumlah mikroorganisme pada tanah ikroorganisme tanah menjadi 0,210 ± 16,000

tanpa pembakaran sebesar 5,000x105 x 106 populasi/10 g tanah. Tekstur

populasi/10 g tanah. Sementara pada tanah Tanah

yang dilakukan pembakaran jerami di atasnya Berdasarkan hasil analisis diketahui

hanya ditemukan mikroorganisme sebesar bahwa tanah dengan pembakaran jerami di

0,032x105 ± 0,017x105 populasi/10 g tanah. atasnya memiliki tekstur tanah yang tidak

Hal ini menunjukkan bahwa pembakaran jauh berbeda dengan tanah tanpa pembakaran.

jerami dapat merubah kondisi lingkungan Tekstur tanah merupakan perbandingan antara

dalam tanah sehingga sangat mempengaruhi fraksi tanah (pasir, debu, dan liat) dalam

kehidupan arthropoda dan mikroorganisme di persen.

dalam tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat

Verma dan Jayakumar (2012) yang

mengemukakan bahwa efek langsung dari

pembakaran adalah matinya mikroorganisme

857
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 851 - 864, Maret 2014
Tabel 3. Distribusi partikel akibat pembakaran jerami
Liat Debu Pasir Tekstur Tanah
Tindakan Terhadap Jerami 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2
MSP MSP MSP MSP MSP MSP MSP MSP MSP MSP MSP MSP
----------------------------------------------- % -----------------------------------------------
Tanpa Pembakaran 25,44 33,44 33,44 28 32 32 46,56 34,56 34,56 Llip Lli Lli
Lokasi A 29,44 25,44 29,44 30 20 28 40,56 54,56 42,56 Lli Llip Lli
Lokasi B 39,44 41,44 39,44 26 28 30 34,56 30,56 30,56 Lli Li Lli
Lokasi C 49,44 45,44 45,44 32 34 30 18,56 20,56 24,56 Li Li Li
Keterangan : MSP = Waktu pengambilan sampel (Minggu Setelah Paembakaran)
Llip = Lempung liat berpasir
Lli = Lempung berliat
Li = Liat

858
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 851 - 864, Maret 2014
Tekstur tanah pada tanah tanpa Warna Tanah

pembakaran dan pembakaran tidak jauh Berdasarkan hasil pengamatan

berbeda dengan distribusi ukuran fraksi tanah terhadap warna tanah, perlakuan pembakaran

didominasi oleh fraksi pasir dengan jerami di atas areal sawah tidak menunjukkan

persentase >18 ± 46 % kemudian diikuti oleh perbedaan warna yang signifikan dengan

fraksi liat >20% dan fraksi debu 20 ± 34 %. tanah sawah tanpa pembakaran.

Tabel 4. Warna Tanah Akibat Pembakaran Jerami


Warna Tanah
Tindakan Terhadap Jerami
0 MSP 1 MSP 2 MSP
10 YR 4/2 10 YR 4/2 10 YR 5/2
Tanpa Pembakaran Coklat kuning Coklat kuning Coklat kuning
keabuan keabuan keabuan

2,5 Y 6/1 2,5 Y 5/4 10 YR 5/4


Lokasi A Abu kekuningan Coklat kekuningan Coklat kekuningan
pudar

10 YR 4/2 10 YR 5/4 10 YR 5/4


Lokasi B Coklat kuning Coklat kekuningan Coklat kekuningan
keabuan pudar pudar

10 YR 5/4 10 YR 7/4 10 YR 5/6 Coklat


Lokasi C Coklat kekuningan oranye kuning pudar kekuningan
pudar
Keterangan : MSP = Waktu pengambilan sampel (Minggu Setelah Pembakaran)

Pembakaran jerami di atas lahan tinggi dibandingkan dengan tanah tanpa

sawah tidak menghasilkan warna tanah yang pembakaran.

berbeda dengan tanah tanpa pembakaran. Hal

ini dapat dilihat pada warna tanah dengan

perlakuan pembakaran memiliki hue yang

sama dengan tanah tanpa pembakaran yaitu

10 YR, hanya saja value dan kroma pada

tanah dengan pembakaran jerami relatif lebih

859
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 851 - 864, Maret 2014
Sifat Kimia Tanah Kadar C-organik dan K-tukar tanah

Pembakaran jerami di atas tanah juga mengalami peningkatan dalam waktu 2

sawah mempengaruhi nilai pH, kadar C- minggu. Kadar C-organik pada waktu setelah

organik, N-total, P-tersedia, dan K-tukar pembakaran berkisar antara 0,10-0,20%

tanah. Tanah yang dilakukan pembakaran tergolong sangat rendah (0 MSP), kemudian

jerami di atasnya memiliki nilai pH, dan K- mengalami peningkatan menjadi 0,30-0,51 %

tukar tanah yang lebih tinggi dibandingkan dengan kriteria sangat rendah (1 MSP) dan

tanah tanpa pembakaran. Sedangkan C- setelah 2 minggu menjadi 1,25-2,09 %

organik, N-total, dan P-tersedia tanah dengan kriteria rendah hingga sedang. K-tukar

memiliki kadar yang lebih rendah bila pada 0 MSP berkisar antara 0,39 ± 0,65

dibandingkan dengan tanah tanpa me/100 g dengan kriteria sedang hingga

pembakaran. tinggi, setelah 1 minggu mengalami

Abu hasil pembakaran selain mampu peningkatan menjadi 0,40-0,74 me/100 g

menetralisasi kemasaman tanah, juga dengan kriteria sedang hingga tinggi, dan

mengandung K, Ca, dan Mg (Khanna, et al., terus mengalami peningkatan pada 2 MSP

1994 dalam Certini, 2005). Akibatnya pada menjadi 0,52-0,80 me/100 g. Hal ini diduga

tanah yang dilakukan pembakaran jerami karena adanya mineralisasi dari abu dan arang

memiliki pH dan kadar K yang lebih tinggi hasil bakaran jerami.

dibandingkan tanpa pembakaran. Kadar K

tukar pada tanah dengan pembakaran jerami

di atas lahan sawah berkisar antara 0,39-0,65

me/100 g dengan kriteria sedang hingga

tinggi. Sedangkan kadar K tukar pada tanah

tanpa pembakaran hanya 0,28 me/100 g

dengan kriteria rendah.

860
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 851 - 864, Maret 2014
Tabel 5. Kadar C-organik, N-total, P-tersedia, dan K-tukar tanah akibat pembakaran jerami
pH Tanah C-organik Tanah N-total tanah P-tersedia tanah K-tukar tanah
Tindakan Terhadap
Jerami 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2
MSP MSP MSP MSP MSP MSP MSP MSP MSP MSP MSP MSP MSP MSP MSP
----------- % ---------- ---------- % ----------- ---------- ppm --------- --------- me/100 g -------

Tanpa Pembakaran 5,91 5,99 5,96 0,81 0,76 1,71 0,42 0,57 0,55 16,00 18,29 16,00 0,28 0,43 0,39

Lokasi A 6,49 6,16 6,11 0,17 0,30 1,25 0,25 0,34 0,34 3,07 8,86 20,29 0,39 0,40 0,52

Lokasi B 6,27 6,36 6,37 0,20 0,41 2,09 0,40 0,45 0,46 3,71 10,00 10,58 0,63 0,74 0,80

Lokasi C 6,25 6,20 6,19 0,10 0,51 2,01 0,43 0,39 0,34 5,43 14,57 15,43 0,65 0,63 0,70

Keterangan : MSP = Waktu pengambilan sampel (Minggu Setelah Panen)

861
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 851 - 864, Maret 2014
Pembakaran jerami di atas lahan MSP) dan mengalami peningkatan dalam 2

sawah mampu meningkatkan suhu tanah pada minggu menjadi 0,55 % (kriteria tinggi).

kedalaman tertentu. Hal ini dikarenakan Kadar P-tersedia pada tanah dengan

adanya panas yang merambat dari suhu pembakaran jerami di atasnya berkisar antara

pembakaran jerami. Namun kelemahan dari 3,07-5,43 ppm lebih rendah dibandingkan

penelitian ini adalah tidak diketahui suhu dengan tanah tanpa pembakaran yang

tanah pada saat pembakaran berlangsung memiliki nilai sebesar 16,00 ppm. Dalam

dikarenakan tidak tersedianya alat penunjang. waktu 2 minggu, kadar P pada tanah dengan

Oleh karena itu, hanya dikaitkan dengan pembakaran jerami di atasnya mengalami

pernyataan Ponnamperuma (1982) bahwa peningkatan menjadi 10,58-20,29 ppm.

suhu pembakaran jerami di areal terbuka Namun, peningkatan ini tidak lebih besar dari

dapat mencapai 7000C sehingga hal ini dapat kadar P-tersedia pada tanah tanpa

mengakibatkan kadar N organik di dalam pembakaran. Hal ini disebabkan karena tanah

tanah hilang atau berkurang akibat adanya tanpa pembakaran merupakan tanah sawah

volatilisasi (penguapan) secara langsung milik Balai yang mendapat perlakuan

(Fisher and Binkley, 2000 dalam Certini, pemupukan yang lebih intensif dibandingkan

2005). Keadaan ini dapat dilihat dari hasil dengan tanah rakyat yang dilakukan

analisis pada tanah dengan pembakaran pembakaran.

jerami di atasnya (Tabel 5) bahwa kadar N Berdasarkan hasil survei diketahui

pada saat setelah pembakaran (0 MSP) bahwa pembakaran jerami dengan bobot yang

berkisar antara 0,25-0,43 %, dan dalam beragam yang dilakukan oleh petani di daerah

waktu 2 minggu mengalami penurunan Tanjung Morawa belum memberikan

menjadi 0,34-0,46 %. Walaupun demikian, pengaruh yang besar terhadap perubahan

keduanya masih tergolong sedang. Namun, beberapa sifat biologi dan kimia tanah sawah.

pada tanah tanpa pembakaran memiliki kadar Beberapa sifat kimia pada tanah yang

N sebesar 0,42 % dengan kriteria sedang (0 dilakukan pembakaran jerami di atasnya

862
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 851 - 864, Maret 2014
mengalami pemulihan (recovery) setelah 2 mikroorganisme, kadar C-organik, N-total,

minggu. Hal ini diduga karena perbedaan serta P-tersedia yang lebih rendah

bobot jerami yang diperoleh di lapangan dibandingkan dengan tanah tanpa

memiliki selisih yang tidak besar yaitu hanya pembakaran. Sebaliknya pH dan K-tukar

sebesar 338-450 kg (Tabel 1), sehingga tanah tanah pada tanah yang dilakukan pembakaran

yang pada dasarnya memiliki daya sangga jerami di atasnya lebih tinggi dibandingkan

dapat mengatasi perubahan yang terjadi di tanah tanpa pembakaran. Namun dalam waktu

sekitarnya. Walaupun belum ada perubahan 2 minggu terjadi pemulihan (recovery)

besar yang terlihat pada sifat biologi dan kembali terhadap jumlah arthropoda dan

kimia tanah sawah akibat pembakaran jerami, mikroorganisme tanah, kadar C-organik dan

pembakaran jerami ini lebih baik tidak P-tersedia tanah.

dilakukan karena dapat menyebabkan polusi

udara dan hara yang terdapat dalam jerami DAFTAR PUSTAKA

akan banyak hilang. Selain itu, dalam jangka Biederbeck, V. O., C. A. Campbell, K. E.
Bowen, M. Schimitzer, and R. N.
panjang, pembakaran jerami di atas lahan Melver. 1980. Effect of Burning
Cereal Straw On Soil Properties and
sawah dapat menyebabkan rusaknya kualitas Grain Yield in Sakatchewan. Soil
Sci. Soc. Am. J. 44 : 103-111
tanah baik dari segi fisika, biologi, maupun
BPS Kabupaten Deli Serdang. 2012.
kimia tanah. Oleh karena itu, lebih baik Kecamatan Tanjung Morawa Dalam
Angka. Badan Pusat Statistik
menggunakan jerami sebagai kompos atau Kabupaten Deli Serdang dan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah
dibenam dalam keadaan segar untuk Kabupaten Deli Serdang

mengoptimalkan fungsi jerami bahan organik Certini, G. 2005. Effects of fire on properties
of forest soils: a review. Oecologia
ke dalam sistem tanah tanaman. 143: 1±10

Ponnamperuma, F. N. 1982. Straw As A


Source Of Nutrients For Wetland
KESIMPULAN Rice. In The International Confrence
On Organic Matter and Rice.
Tanah yang dilakukan pembakaran jerami Proceeding. IRRI

di atasnya memiliki jumlah arthropoda dan Verma, S. and S. Jayakumar. 2012. Impact Of
Forest Fire On Physical, Chemical,
863
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597
Vol.2, No.2 : 851 - 864, Maret 2014
and Biological Properties Of Soil : A and Enviromental Science 2(3): 168-
Review. In Proceedings Of The 176
International Academic Of Ecology

864

You might also like