You are on page 1of 6

KAJIAN KELAYAKAN USAHA TANI PENANGKARAN BENIH JAGUNG KOMPOSIT

DALAM RANGKA MENDUKUNG KETERSEDIAAN BENIH DI KAWASAN


TRANSMIGRASI

Darman Hary
Balai Pengkajian dan Penerapan teknik produksi ketransmigrasian Bengkulu
Jl. Raya ArgaMakmur-Lebong, Kab. Bengkulu Utara
E-mail : bp2tpk@gmail.com

ABSTRACT
Area of corn planting is done on marginal land of transmigration areas. Therefor it is necessary to
develop a composite corn seed which more adaptive to environmental conditions and characteristics of migrants.
The purpose of this study was to determine the feasibility of composite maize seed breeding farm in order to
support the availability of improved seed in transmigration settlements. The assessment is done in land of
Examination and Application of Transmigration Production Engineering Office (BP2TPK), Margasakti village of
Padang Jaya subdistrict of North Bengkulu. Implementation of assessment activities carried out from June to
October 2013. Data and information were analyzed by descriptive qualitative and quantitative. Analysis indicator
is the R/C ratio (Return Cost Ratio). The assessment results showed that the seed corn farming composite
feasible to develop. Value Ratio acceptance -the cost of composite maize seed varieties Sukmaraga per hectare is
1.77 with profit Rp. 31,655,000, -per hectare. Farming composite corn seed supported by the ability of natural
resources, man-made resources and human resources of BP2TPK Bengkulu, labor is around BP2TPK Bengkulu
and supported by relevant agencies such as the Center for Testing and Certification of Seed Bengkulu and Cereals
Research Institute Maros, South Sulawesi.
Keywords:breeding, seedcorncomposite, transmigration area

PENDAHULUAN
Perkembangan produksi jagung di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
(2011) dalam Anonim (2012) menunjukkan bahwa produktivitas jagung pada tahun 2009 sebesar
4.24 ton/ha dan mengalami peningkatan sebesar 4.48 % pada tahun 2010 menjadi 4.43 ton/ha. Pada
tahun 2010 produksi jagung nasional sebesar 18.4 juta ton dan belum mencukupi kebutuhan jagung
nasional sebesar 20 juta ton. Hal ini menyebabkan kebutuhan akan jagung terus mengalami
peningkatan mengingat perkembangan sektor peternakan yang diiringi dengan peningkatan industri
pangan dan pakan. Oleh karena itu, produksi jagung nasional harus segera dipacu. Upaya
peningkatan produksi jagung di dalam negeri dapat ditempuh melalui perluasan areal tanam dan
Intensifikasi Pertanian. Perluasan areal dapat diarahkan pada lahan-lahan potensial seperti lahan
sawah irigasi, lahan sawah tadah hujan, dan lahan kering yang belum dimanfaatkan untuk pertanian.
Disamping lahan-lahan potensial tersebut, tanaman jagung dapat juga dikembangkan di kawasan-
kawasan transmigrasi yang diperuntukkan bagi pengembangan sentra-sentra produksi baru bagi
berbagai komoditas tanaman pangan. Menurut Pusat Data dan informasi (2011), budidaya jagung
oleh transmigran cukup tersebar, dijumpai di 78,65 % permukiman transmigrasi. Namun yang
menjadi persoalan sebagian besar lahan transmigrasi yang tersedia merupakan lahan marginal yang
memiliki ciri-ciri reaksi tanah masam, kandungan bahan organik rendah, ketersediaan dan cadangan
hara rendah, serta kejenuhan Al tinggi (Suharta, 2010). Di samping persoalan lahan, permukiman
transmigrasi umumnya jauh dari pusat perkotaan (pasar) sehingga sarana dan prasarana pertanian
(benih unggul, pupuk dan pestisida) sulit diperoleh serta modal yang sangat terbatas.
Berdasarkan spesifik lokasi transmigrasi tersebut diatas maka dapat dikembangkan benih
jagung komposit yang memiliki sifat toleran terhadap kemasaman tanah dan kekeringan, benihnya
dapat diproduksi oleh petani dan penangkar dengan perlakuan seleksi yang sederhana, produksi
masih cukup tinggi walaupun dengan input (pupuk anorganik) yang terbatas.(Pikukuh, dkk, 2000).
Penelitian yang dilakukan oleh Darman (2013), pada lahan yang memiliki karakteristik yang hampir
sama dengan kondisi lahan di permukiman transmigrasi Propinsi Bengkulu, ternyata varietas
sukmaraga memiliki daya adaptasi yang lebih baik dibandingkan sembilan varietas lainnya yang
diujiadaptasikan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelayakan usaha tani penangkaran benih
jagung komposit dalam rangka mendukung ketersediaan benih unggul di permukiman transmigrasi.
METODE PENELITIAN

Lokasi pengkajian dilakukan di lahan Balai Pengkajian dan Penerapan Teknik Produksi
Ketransmigrasian, Desa Margasakti Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu Utara. Pelaksanaan
kegiatan pengkajian dilakukan mulai bulan Juni 2013 sampai dengan bulan oktober 2013. Data yang
dikumpulkan dalam pengkajian ini mencakup data sekunder yang diperoleh dari beberapa instansi
terkait dan data primer yang diperoleh langsung dari kegiatan penangkaran benih jagung komposit
varietas sukmaraga. Data dan informasi yang diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan
kuantitatif. Data primer yang diperoleh dari kegiatan penangkaran benih ditabulasi kemudian dihitung
dan dianalisis dengan menggunakan analisis anggaran parsial. Indikator analisis yang dipakai adalah
R/C ratio (Return Cost Ratio). Soekartawi (1995) menyebutkan bahwa R/C ratio adalah perbandingan
(nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut:

TR
R/C ratio = ---------
TC

π = TR - TC (Usman dan Abdi, 2008)

Keterangan:
R/C = Ratio penerimaan – biaya
π = Keuntungan usaha
TR = Penerimaan total
TC = Biaya total

Analisis ini menunjukkan tingkat effisiensi ekonomi dari usahatani penangkaran benih
jagung komposit, yang akan dicapai apabila:
- R/C ratio > 1 berarti usahatani effisien dan menguntungkan
- R/C ratio = 1 berarti usahatani tidak rugi dan tidak untung
- R/C ratio < 1 berarti usahatani belum effisien dan tidak untung.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kondisi Exiting Lokasi Penelitian
Tanah atau lahan di Balai Pengkajian dan Penerapan Teknik Produksi Ketransmigrasian
didominasi oleh podsolik merah kuning yang memiliki tingkat kesuburan rendah dan sedang, pH tanah
rendah berkisar antara 4,65 – 5,2. Suhu udara berkisar antara 23 – 31°C, bulan basah umumnya
terjadi pada bulan Oktober sampai dengan April, sedangkan bulan kering Mei sampai dengan
September dan kelembaban 78 – 86 % (Anonim 2002) Data kondisi lahan BP2TPK ini masih sinkron
dengan analisa tanah awal sebelum penelitian yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian Bengkulu pada bulan April 2013.
Salah satu faktor yang menentukan produktivitas tanaman suatu daerah adalah tingkat
kesuburan media tumbuh atau kemampuan tanah menyediakan hara bagi tanaman (Apandie dan
Nasih, 2002). Semakin baik kemampuan tanah menyediakan hara, semakin tinggi produktivitas jagung
di daerah tersebut. Selain itu produktivitas juga ditentukan oleh kemampuan tanaman jagung
memanfaatkan hara yang tersedia (Haryanto,2012). Semakin tinggi efisiensi pemanfaatan hara
tanaman jagung, semakin tinggi produktivitas jagung tersebut.
Hasil analisis sifat kimia tanah lokasi penelitian pada tabel 1 Terlihat bahwa kandungan bahan
organik sangat rendah. Kandungan N-total 0,10 % dan C-organik 2,48 %. Sebagai bandingan pada
tanah- tanah pertanian di Eropa, kandungan C-nya sebesar 5 – 10 %. Menurut Stevenson (1994),
salah satu sumber N dalam tanah adalah bahan organic. Kadar C-organik dalam tanah berkorelasi
positif dengan kandungan N-total.
Salah satu sifat kimia tanah di tanah masam (podsolik meraah kuning) adalah ketersediaan P
dalam tanah. Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar P-tersedia dalam tanah tergolong rendah.
Begitupun Kadar K-tertukar dalam tanah tergolong rendah dan pH tanah tergolong masam. Kondisi
lahan penelitian yang digunakan pada umumnya hampir sama dengan lahan transmigrasi yang ada di
propinsi Bengkulu.
Tabel 1. Hasil analisa tanah sebelum kegiatan dilakukan.

N C P- Bray K P-HCl K-HCl pH


No Kode
BO (%) ppm Mg 100ˉͥ H2O KCl

1 Darat 0,10 2,48 12,63 - 98,40 3,26 4,77 3,91

Jagung merupakan tanaman yang memerlukan air relative banyak, oleh karena itu
ketersediaan air menjadi sangat penting artinya dalam budidaya jagung. Hasil pengamatan lapang
seperti tertera pada table 2 menunjukkan bahwa di lokasi penelitian saat budidaya jagung pada bulan
Juni 2013 sampai dengan bulan september 2013, ketersediaan air relative banyak sekitar 160 – 499
mm per bulan. Kondisi ini sangat mendukung pertumbuhan tanaman jagung.
Tabel 2. Banyaknya curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2013.

Tahun Bulan Rata-rata Hari Hujan (hari)


Curah Bulanan (mm)
Januari 588 24
Pebruari 635 23
Maret 279 13
April 345 16
Mei 328 15
Juni 238 7
Juli 273 18
Agustus 160 11
September 499 27
Oktober 507 22
Nopember - -
Sumber: Dinas Pertanian Kab. Bengkulu Utara Prop. Bengkulu (2013).

Kelayakan Usaha Tani Penangkaran Benih Jagung Komposit


Untuk mengetahui kelayakan usaha tani baik penangkaran benih maupun pengembangan
budidaya jagung hibrida, ada beberapa variable yang dapat di analisis antara lain faktor-faktor
pendukung (Sumber daya alam, sumber daya buatan dan sumber daya manusia), kelayakan secara
ekonomis dan pemasaraan hasil serta faktor-faktor penghambat dalam upaya melakukan usaha
penangkaran benih jagung.
A. Sumber Daya Alam
Balai Pengkajian dan Penerapan teknik Produksi Ketransmigrasian Kurotidur Bengkulu
(BP2TPK) memiliki lahan seluas 241,48 hektar yang saat ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Lahan potensial yang dapat dimanfaatkan untuk menangkar benih tanaman pangan terutama
jagung lebih dari 20 hektar yang memiliki criteria antara lain lahan datar dengan kemiringan < 8
derajat dari permukaan laut, kondisi tanah dengan perlakuan pemberian pupuk dan kapur masih
dapat ditingkatkan kesuburannya dan dekat dengan sumber air (sungai Air Padang, Tik Tebat
besar, Tik Tebat Kecil dan adanya saluran irigasi Sekunder yang berada di tengah-tengah lahan
BP2TPK)
B. Sumber Daya Buatan
Balai Pengkajian dan Penerapan teknik Produksi Ketransmigrasian memiliki posisi yang
strategis karena terletak di Desa Margasakti Unit 1 Kecamatan Padang Jaya Kabupaten Bengkulu
Utara yang hanya berjarak 7 Kilo meter dari pusat perkotaan ibukota kabupaten Arga Makmur. Di
Arga makmur terdapat Perusahaan Terbatas (PT) Pertani yang bergerak di bidang penangkaran
benih tanaman pangan antara lain padi, jagung dan kedelai. PT. Pertani ini memiliki peralatan
pengolahan benih tanaman pangan yang sangat baik mulai dari peralatan proses panen sampai
dengan pasca panen. Selain itu BP2TPK juga memiliki sarana pendukung seperti lantai jemur,
gudang penyimpanan, hand traktor, mini traktor, alat perontok hasil panen dan alat pengemas
(fresher).
C. Sumber Daya Manusia
Balai Pengkajian dan Penerapan Teknik Produksi Ketransmigrasian memiliki
karyawan/personil dengan latar belakang Pendidikan antara lain S1/S2 bidang Pertanian,
Ekonomi dan tenaga lapang yang telah berpengalaman memproduksi benih tanaman pangan
sejak tahun 1990-an. Hal ini disebabkan Balai Pengkajian dan Penerapan Teknik Produksi
ketransmigrasian pada saat itu memiliki salah satu tugas dan fungsi memproduksi benih tanaman
pangan untuk Unit-unit Permukiman Transmigrasi yang baru ditempati khususnya di Propinsi
Bengkulu dan wilayah Sumatera Bagian Selatan.
Selain itu ada institusi Balai Pengujian dan Sertifikasi Benih (BPSB) yang berada di Arga
Makmur berjarak 7 km yang selalu membantu dan mendukung BP2TPK dalam melaksanakan
kegiatan panangkaran benih. Dalam mensuplay benih jagung yang akan ditangkarkan, selama ini
Balai Penelitian Serealia Maros, Propinsi Sulawesi Selatan juga selalu membantu dan mendukung
BP2TPK.
Letak BP2TPK di tengah-tengah permukiman penduduk di kawasan eks transmigrasi unit
1 – 10 Kecamatan Padang Jaya dan Giri Mulya memungkinkan tersedianya tenaga kerja lapang
yang cukup untuk membantu melaksanakan kegiatan penangkaran benih.
D. Analisis Ekonomi
Berdasarkan penghitungan R/C dan π menurut Usman dan Abdi (2008), kegiatan
penangkaran benih jagung varietas Sukmaraga seluas 1 Ha dilahan kering BP2TPK disamping
memilik fungsi ikut serta mendukung pemerintah menyediakan benih tanaman pangan, juga
secara ekonomi menguntungkan. Hal ini terlihat pada table 4dibawah ini.
Tabel 4. Analisa usaha tani penangkaran benih jagung varietas sukmaraga seluas 1 Ha.

No Uraian Harga Sat. Debit Kredit (Rp) Saldo (Rp)


(Rp) (Rp)
A Input
1. Persiapan Lahan
- Penebasan lahan 30 hok 40.000 1.200.000
- Pengolahan lahan 30 hok 40.000 1.200.000
- Penebaran dolomit 6 hok 40.000 240.000
- Penebaran P. Kandang 8 hok 40.000 320.000
- Pengendalian gulma 8 hok 40.000 320.000
2. Penanaman 30 hok 40.000 1.200.000
3. Peyulaman 6 hok 40.000 240.000
4. Pemupukan 20 hok 40.000 800.000
5. Rodging 6 hok 40.000 240.000
6. Pengendalian HPT 16 hok 40.000 640.000
7. Pengendalian babi 40 hok 40.000 1.600.000
8. Pemangkasan 8 hok 40.000 320.000
9. Pengupasan buah 15 40.000 600.000
10. Penjemuran 25 hok 40.000 1.000.000
11. Perontokan 30 hok 40.000 1.200.000
12. Pengepakan 10 hok 40.000 400.000
13. Sertifikasi 1 pkt 1.000.000 1.000.000
Bahan-bahan:
1. Benih jagung 20 kg 25000 500.000
2. Urea 100 kg 2.500 250.000
3. SP 36 150 kg 2.500 375.000
4. KCl 100 6.500 650.000
5. Pupuk Kandang 1000 kg 400 400.000
6. Dolomit 1000 kg 600 600.000
7. Insektisida 1 pkt 300.000 300.000
8. Herbisida 8 Ltr 60.000 480.000
9. Karung 400 bh 3000 1.200.000
10. Terpal 3 Bh 250.000 750.000
B Output
1. Benih Label putih 2000 kg 15.000 30.000.000
2. Jagung Konsumsi 600 kg 2.800 1.680.000
Jumlah 31.680.000 18.025.000 13.655.000
Nilai Ratio penerimaan-biaya dari penangkaran benih jagung komposit varietas
sukmaraga per hektar menjadi sebesar 1,77 dengan keuntungan sebesar Rp.31.655.000,- per
hektar. Ini menunjukkan bahwa usaha tani penangkaran benih jagung komposit varietas
sukmaraga yang dilakukan di lahan BP2TPK secara ekonomis layak untuk dilakukan.
E. Pemasaran
Dari survei lapangan yang dilakukan selama bulan Pebruari 2013 sampai dengan Agustus
2013 di beberapa tempat pemasaran benih tanaman pangan dan palawija antara lain Pasar
Purwodadi Kabupaten Bengkulu Utara, Pasar Minggu Kotamadya Bengkulu, Pasar Panorama
Kotamadya Bengkulu dan Pasar Atas Curup Kabupaten Rejang Lebong yang biasanya selalu
menyediakan benih-benih tanaman pangan dan palawija ternyata tidak ditemukan benih jagung
komposit. Ada beberapa jenis jagung hibrida yang ditemukan antara lain Pioneer 1, N 35 Prima,
SHS 99, dan Bisi-2. Harga benih-benih jagung Hibrida tersebut bervariasi Pioneer 1 Rp.50.000,-
/kg, N35Prima Rp.285.000,-/5 kg, SHS 99 Rp. 299.000,-/5 kg, dan Bisi-2 Rp.55.000,-/kg.
Ketersediaan benih-benih jagung hibrida inipun terbatas dan hanya ada pada waktu tertentu
tergantung dari penangkaran yang dilakukan oleh produsen benih.
Karakteristik transmigran yang hampir sama dengan petani pada umumnya seperti
penggunaan input minimal dalam usaha taninya, usaha tani hanya untuk memenuhi kebutuhan
sendiri dan penggunaan benih yang berulang-ulang dari hasil budidaya sendiri memberikan
peluang untuk pengembangan jagung komposit.
Berdasarkan kondisi ini maka peluang untuk memasarkan benih jagung komposit masih
sangat menjanjikan. Ada beberapa kelebihan benih jagung komposit antara lain:
1. Kemampuan beradaptasi lebih baik pada kondisi lingkungan yang kurang optimal.
2. Masih dapat tumbuh dengan baik dengan ketersediaan pupuk minimal.
3. Harga benih lebih murah daripada benih jagung hibrida.
4. Produksit tanaman jagung yang dibudidayakan dapat ditanam kembali oleh petani sampai 4
generasi.

KESIMPULAN
Hasil pengkajian menunjukan bahwa usaha tani penangkaran benih jagung komposit layak
untuk dikembangkan. Nilai Ratio penerimaan-biaya dari penangkaran benih jagung komposit varietas
sukmaraga per hektar sebesar 1,77 dengan keuntungan sebesar Rp. 31.655.000,- per hektar.
Usaha tani penangkaran benih jagung komposit didukung oleh kemampuan sumber daya
alam, sumber daya buatan dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh BP2TPK, Tenaga kerja yang
ada di sekitar BP2TPK serta didukung oleh instansi terkait seperti Balai Pengujian dan Sertifikasi Benih
Bengkulu dan Balai Penelitian Serealia Maros, Sulawesi selatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2002. Membangun Taman Teknologi Pertanian. Badan Penelitian Daerah Bengkulu. Bengkulu.
Anonim, 2012. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Edisi Ketujuh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian. ISBN : 979-8940-08-3.
Anonim, 2012. Highlight Balai Penelitian Tanaman Serealia 2011. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Kementerian Pertanian. ISBN : 978-979-8940-32-3.
Anonim, 2013. Data Curah Hujan di Kab. Bengkulu Utara Tahun 2013. Dinas Pertanian Kab. Bengkulu Utara.
Anonim, 2013. Hasil Analisa Tanah Laboratorium Tanah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Bengkulu.
Apandie R. dan Nasih W.Y., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius, Jogjakarta. ISBN : 979-21-0468-2
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2010. Pedoman Umum PTT Jagung. ISBN : 978-979-1159-31-9.
Badan Pusat Statistik, 2009. Bengkulu Dalam Angka. Bengkulu.
Pikukuh, B., Abu S., Roesmarkam, dan Moh. Ismail Wahab, 2000. Uji Adaptasi Calon Varietas Unggul Jagung
Spesifik Lokasi Lahan Kering. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso, Jawa Timur.
Darman H., 2013. Uji Adaptasi Beberapa Varietas Jagung Komposit di Lahan kering. Pusat Penelitian dan
pengembangan Ketransmigrasian. Badan Penelitian, pengembangan dan Informasi. Kemenakertrans.
Haryanto Budiman, 2012. Sukses Bertanam jagung. Penerbit Pustaka baru Press.
Muhammad Taufik, 2011. Kajian Peningkatan Produktivitas Jagung Pada Lahan Kering Iklim Kering. Prosiding
Seminar Nasional Pengkajian dan Diseminasi Inovasi Pertanian Mendukung Program Strategis
Kementerian Pertanian. Buku 3. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Bogor.
Hal : 1538 – 1547. ISBN 978-979-1415-64-4.
Pusat Data dan Informasi Ketransmigrasian, 2011. Data Budidaya Tanaman Pangan Tahun 2010. Badan
Penelitian, Pengembangan dan Informasi. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Stevenson, F.J. 1994. Humus Chemistry. Genesis Composition, Reaction. Jhon Wiley &Sons. New York.
Soekartawi, 1995. Analisis Usaha tani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Suharta Nata, 2010. Karakteristik dan Permasalahan Tanah Marginal di Kalimantan 139-146. Jurnal Litbang
Pertanian, 29(4), 2010.
Usman Rianse dan Abdi, 2008. Metodelogi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Teori dan aplikasi. Penerbit Alfabeta
Bandung.

You might also like