You are on page 1of 6

Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 7 No.

2 Oktober 2019
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

Potret Kelengkapan Rekam Medis Puskesmas Sebelum dan Setelah


Akreditasi
(Puskesmas Grogol dan Sukoharjo)

Astri Sri Wariyanti1, Harjanti2, Sri Sugiarsi3


1,2,3
STIKES Mitra Husada Karanganya
Email: astri_new89@yahoo.com

Abstract
This research aims to describe the completeness of filling the community health centers medical record. This
type of research is descriptive.The sample size was 240 medical record at each the community Health centers.
variables in this study: completeness. Data in the study were collected through observation and interviews.
The results showed that the completeness of filling the patient’s identity had reached 100%; before & after
accreditation at Sukoharjo and Grogol Health Centers. The average completeness of authentication before
and after the accreditation increased, although it was still below 65%. The completeness of the most important
reports is lowest on the diagnostic items both before accreditation; 83 (69.2%) and after accreditation; 115
(95.8%). The procedure for documenting by giving a fixed line in an empty area has not been done by a
medical record officer. The conclusion of this research is the conclusion of this research is the technique of
recording medical records of health centers is not in accordance with the provisions and needs to be arranged
in operational procedures related to these matters
Keywords: Completeness, medical record, community health cente

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kelengkapan pengisian rekam medis sebelum dan setelah
pelaksanaan akreditasi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian dilakukan di Puskesmas Grogol dan
Sukoharjo pada bulan Maret s.d Juni 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dokumen rekam
medis pasien rawat jalan tahun 2017 s.d 2018. Sampel sebesar 240 dokumen rekam medis pada masing –
masing puskesmas ditentukan dengan purposive sampling. Sebagai variabelnya adalah kelengkapan pengisian
rekam medis. Data dikumpulkan dengan cara observasi menggunakan lembar observasi dan wawancara
dengan pemberi pelayanan kesehatan. Analisis data penelitian dilakukan secara deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan menunjukkan bahwa kelengkapan pengisian identitas pasien telah mencapai 100%; sebelum
& sesudah akreditasi di Puskesmas Sukoharjo dan Grogol. Rata – rata kelengkapan pengisian autentifikasi
sebelum dan sesudah akreditas terjadi peningkatan, meskipun masih dibawah 65%. Kelengkapan laporan
penting paling rendah terdapat pada item diagnosis baik sebelum akreditasi;83(69,2%) maupun sesudah
akreditasi;115(95,8%). Tata cara pendokumentasian dengan pemberian garis tetap pada area kosong belum
dilakukan oleh petugas rekam medis. Simpulan penelitian ini adalah cara pendokumentasian rekam medis
puskesmas belum sesuai dengan ketentuan dan perlu disusun stadar prosedur operasional terkait hal teresbut.
Kata kunci: Kelengkapan, rekam medis, puskesmas

Pendahuluan menjamin kesinambungan pelayanan, memantau


perkembangan pasien terhadap asuhan yang
Akreditasi wajib bagi puskesmas untuk
diberikan tenaga kesehatan.1
diselenggarakan. Hal ini bertujuan untuk meningkat-
kan mutu pelayanan fasilitas pelayanan kesehatan. Rekam medis berisi informasi penting dan utama
Salah satu standar penilaian yang ditetapkan tentang proses asuhan pasien dan perkembangan
dalam akreditasi puskesmas adalah kelengkapan pasien sehingga berfungsi sebagai alat komonikasi
pengisian rekam medis. Kelengkapan pengisian antar praktisi pemberi asuhan pasien, untuk itu rekam
rekam medis ini sangat penting dan diperlukan guna medis harus selalu tersedia setiap pasien berkunjung

152 152
Astri Sri Wariyanti, Harjanti. Potret Kelengkapan Rekam Medis Puskesmas Sebelum dan ...

ke puskesmas. Catatan pada rekam medis yang jenis layanan yang telah diterima (Trihono, 2005).
baik dan lengkap sangat bermanfaat bagi petugas Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan
kesehatan untuk memudahkan dalam penentuan kelengkapan pengisian rekam medis puskesmas.
strategi pengobatan pasien (Mongli, 2006).

Yulian (2016) dalam penelitiannya “Pemenuhan


Metode
Standar Manajemen informasi – rekam medis di
Puskesmas ” ditemukan bahwa nilai capaian rata – Rancangan penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian
rata adalah 65 pada kriteria rekam berisi informasi dilakukan bulan Maret s.d Juni 2019. Populasi
yang memadai dan dijaga kerahasiaannya tentang penelitian ini adalah seluruh dokumen rekam
identifikasi pasien, dokumentasi prosedur kajian, medis rawat jalan di Puskesmas Sukoharjo dan
masalah, kemajuan pasien dan hasil asuhan. Satu Puskesmas Grogol. Besar sampel pada masing –
diantara sebelas (11) indikator yang terkait dengan masing puskesmas adalah 240, yang terbagi menjadi
area klinik yang terkait kelengkapan data pasien 120 dokumen rekam medis sebelum pelaksanaan
adalah indikator: Ketersediaan, kelengkapan isi akreditasi dan 120 setelah pelaksanaan akreditasi;
dan penggunaan Rekam Medis (RM). Lebih lanjut pada masing – masing puskesmas. Variabel dalam
dijelaskan bahwa untuk menjaga mutu rekam medis penelitian ini adalah kelengkapan pengisian. Data
maka instansi rumah sakit/puskesmas melakukan dikumpulkan dengan cara observasi langsung
analisis kelengkapan berkas rekam medis secara terhadap rekam medis dengan menggunakan
reguler. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap checklist. Analisis data dilakukan secara deskriptif.
status akreditasi puskesmas.

Pengkajian pasien rawat jalan meliputi asesmen Hasil


medis dan asesmen keperawatan. Hasil asesmen
harus dicatat dalam lembar catatan medis pasien rawat Tabel 1 Kelengkapan Pengisian Rekam Medis
jalan. Informasi yang harus terdapat dalam rekam (Sebelum dan Sesudah Akreditasi) di Puskesmas
medis rawat jalan sekurang – kurang naya adalah Grogol & Sukoharjo
identitas pasien(nama lengkap, nomor dokumen
Puskesmas Puskesmas
&tanggal lahir), Tanggal&waktu pengkajian, Sukoharjo Grogol
hasil anamnesis (keluhan&riwayat pasien), hasil Review Sebe-
pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan penunjang No Sebe- Sesu-
Kelengkapan lum Sesudah
medik, diagnosis, remcana penatalaksanaan, lum dah
n n (%)
n (%) n (%)
pengobatan dan atau tindakan, pelayanan yang telah (%)
diberikan kepada pasien, untuk kasus pasien gigi Identifikasi
dilengkapi dengan odontogram klinik; persetujuan 1 Nomor 120 120 120 120
tindakan jika diperlukan, nama dan paraf pemberi Rekam Medis (100) (100) (100) (100)
asuhan(Gosanti,2017). Metode penulisan catatan 2 Nama Pasien 120 120 120 120
perkembangan terdapat tiga poin utama penjelasan (100) (100) (100) (100)
yaitu: apa yang terjadi dengan pasien, apa yang 3 Tgl Lahir/ 120 120 120 120
direncanakan untuk pasien, dan bagaimana Umur (100) (100) (100) (100)
pasien bereaksi terhadap terapi, yang ditempuh Rata - Rata 120 120 120 120
(100) (100) (100) (100)
dalam 4 langkah proses pengambilan keputusan
Laporan Penting
secara sistematis yang dikenal dengan sebutan
1 Tanggal 120 120 120 120
SOAP(Subjective, Objective, Assessment, Planning)
periksa (100) (100) (100) (100)
(Hatta, 2010).
2 Anamnesis 119 120 115 120
Permasalahan pencatatan data rekam medis (99,2) (100) (95,8) (100)
puskesmas rawat jalan antara lain; pencatatan hasil 3 Pemeriksaan 117 120 103 119
fisik (97,5) (100) (85,8) (99,2)
pemeriksaan fisik tidak lengkap, diagnosis tidak
4 Diagnosis 104 118 83 115
ditulis, nama dan paraf pemberi asuhan pasien
(86,7) (98,3) (69,2) (95,8)
tidak dicantumkan. Bagi pasien yang memperoleh
5 Pengobatan 118 120 120 120
pelayanan kesehatan, catatan rekam medis yang (98,3) (100) (100) (100)
lengkap berguna sebagai catatan rinci tentang

153
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 7 No.2 Oktober 2019
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

Rata - Rata 116 119,6 102 119 medis di Puskesmas Sukoharjo sedikit lebih tinggi
(96) (99,6) (85) (99,2) dibandingkan dengan Puskesmas Grogol. Kedua
Autentifikasi puskesmas tersebut telah terakreditasi madya
1. Nama dr/ 51 86 4 22
perawat (42,5) (71,6) (3,3) (18,3)
2 Tanda tangan 75 104 74 109 Pembahasan
dr (62,5) (86,6) (61,7) (90,8)
perawat Pada Permenkes Nomor 46 Tahun 2015 Tentang
Rata -Rata 65 78 39 77 Akreditasi Puskesmas dalam kriteria 8.4.4
(52,5) (64,7) (33) (64) menyatakan bahwa rekam medis harus berisi
Tata Cara Pendokumentasian informasi yang memadai salah satunya mengenai
1 Penulisan 114 119 112 119 identifikasi pasien. Menurut Huffman (1994)
terbaca (95) (99,2) (93,3) (99,2) setiap lembar rekam medis harus ada identitas
2 Pembetulan 114 114 115 120 pasien, minimal terdapat keterangan mengenai
kesalahan (95) (95) (95,8) (100) nomor rekam medis dan nama pasien. Jika terdapat
3 Garis tetap 0 0 0 0 suatu halaman yang belum tertulis identifikasi,
Rata - Rata 76 80 76 80 maka harus di review untuk menentukan milik
(63,3) (66,4) (63) (66,5) siapa lembaran tersebut. Bila tidak suatu lembar
Rata – rata 94 99,4 84 99 tidak dapat diketahui kepemilikannya, maka dapat
Kelengkapan (78,5) (82,8) (70) (82,5) memungkinkan terjadinya kesalahan diagnosis
maupun pemberian obat/tindakan kepada pasien.
Tabel 1 menunjukkan bahwa kelengkapan pengisian Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-
identitas pasien (nomor rekam medis, nama pasien, rata persentase kelengkapan pengisian identifikasi
tanggal lahir) telah mencapai 100%; sebelum & di Puskesmas Grogol dan Sukoharjo baik, sebelum
sesudah akreditasi di Puskesmas Sukoharjo dan dan sesudah akreditasi telah mencapai 100%. Hal ini
Grogol. Kelengkapan pengisian laporan penting menunjukkan bahwa pengisian identitas pasien yang
sesudah akreditasi pada item tanggal periksa, dilaksanakan petugas telah berjalan dengan baik dan
anamnesis, pengobatan telah mencapai 100% di telah sesuai dengan kriteria 8.4.4 dalam Permenkes
Puskesmas Sukoharjo dan Grogol. Kelengkapan Nomor 46 Tahun 2015 Tentang Akreditasi Puskesmas
pengisian diagnosis di Puskesmas Grogol lebih dan Huffman (1994) yang mengungkapkan bahwa
rendah dibanding Puskesmas Sukoharjo dengan data identifikasi harus ditulis pada setiap lembar
selisih 17,5%. Rata – rata kelengkapan laporan rekam medis pasien.
penting secara umum sebelum – sesudah akreditasi
terjadi peningkatan;3,6% -14,2%. Autentifikasi adalah suatu proses yang merupakan
tindakan pembuktian terhadap identitas seseorang
Kelengkapan pengisian autentifikasi (nama dokter/ yang bertanggungjawab dalam memberikan
perawat) lebih tinggi di Puskemas Sukoharjo (42,5% pelayanan kesehatan atau asuhan keperawatan
- 71,6%) daripada di Puksemas Grogol (3,3% - bagi pasien yang datang berobat. Autentifikasi
18,3%).Namun demikian rata-rata kelengkapan ini sangat penting dilakukan sebagai bahan bukti
secara umum setelah akreditasi hampir sama secara legal yang menunjukkan bahwa pasien telah
yaitu mencapai (64,7%). Kelengkapan tata cara mendapatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas
pendokumentasian item penulisan terbaca mencapai dan tenaga kesehatan telah memberikan pelayanan
99,2% ;setelah akreditasi di Puskesmas ukoharjo & kesehatan kepada pasien. Autentikasi ini terdiri dari
Grogol. Kelengkapan item pembetulan kesalahan tandatangan atau paraf dan nama terang dari dokter
lebih tinggi (100%) di Puskesmas Grogol daripada atau tenaga kesehatan yang memberikan perawatan
Puskesmas Sukoharjo(95%). Pemberian garis tetap kepada pasien.
pada area kosong tidak dilakukan oleh petugas rekam
medis di Puskesmas Sukoharjo dan Grogol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata
kelengkapan secara umum setelah akreditasi
Terjadi peningkatan 4,3% - 10,2% rata – rata hampir sama yaitu mencapai (64,7%). Kelengkapan
kelengkapan pengisian dokumen rekam medis pengisian autentifikasi di Puksemas Grogol baru
dari 4 komponen penilaian sebelum – Sesudah mencapai 3,3% - 18,3%. Penyebab rendahnya
akreditasi di Puskesmas Sukoharjo dan Bendosari. capaian kelengkapan adalah aspek desain formulir;
Tingkat kelengkapan pengisian dokumen rekam

154
Astri Sri Wariyanti, Harjanti. Potret Kelengkapan Rekam Medis Puskesmas Sebelum dan ...

kurang lengkapnya item data yang tercantum dalam Kelengkapan laporan penting paling rendah terdapat
formulir rekam medis yang disediakan sehingga pada item diagnosis baik sebelum akreditasi;83(69,2%)
belum dapat mendukung kelengkapan pengisian maupun sesudah akreditasi;115(95,8%). Hal ini
yang dilaksanakan petugas khususnya pada item terjadi di Puskesmas Sukoharjo. Tindak lanjut
nama dokter/pemberi asuhan pasien. Pemberi asuhan yang dilakukan oleh petugas rekam medis adalah
pasien belum paham tentang pentingnya nama & mengembalikan ke dokter/pemberi asuhan untuk
paraf. Namun demikian setelah proses akreditasi segera dilengkapi. Kerjasama antara petugas harus
kelengkapan pengisian nama pemberi asuhan dan selalu terjalin dengan baik. Hasil penelitian Rohman
paraf mengalami peningkatan. Disarankan untuk (2011) yang mengatakan bahwa adanya kebijakan
dilakukan desain ulang formulir rekam medis dengan manajemen rekam medis yang mendukung pengisian
menambahkan item nama & paraf. diagnosis dan keakuratan kode diagnosis sangat
berpengaruh terhadap jalannya pengisian diagnosis
Pada Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 Tentang dan keakuratan kode diagnosis yaitu antara kepala
Rekam Medis menyatakan bahwa setiap pencatatan rekam medis, dokter dan petugas koding.
yang ditulis dalam rekam medis harus dibubuhi
Pengkajian dimulai dengan menuliskan diagnosis
nama, dan tandatangan dokter atau tenaga kesehatan
yang merupakan masalah utama pada pasien.
lain yang memberikan pelayanan kesehatan secara
Berdasarkan Permenkes No. 269 Tahun 2008 tentang
langsung. Hal ini sejalan dengan Huffman (1994) rekam medis pada pasal 3 diungkapkan bahwa isi
bahwa seetiap pencatatan yang dilakukan tenaga rekam medis untuk pasien rawat jalan pada sarana
kesehatan harus terdapat autentifikasi dari pencatatan pelayanan kesehatan sekurang-kurangnya memuat
berupa tanda tangan, nama jelas termasuk cap/ tanggal dan waktu, hasil anamnesis, mencakup
stempel atau kode seseorang untuk kompeterisasi sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit,
dalam penulisan nama jelas harus ada gelar hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik,
profesional (Dokter, perawat). Menurut Hatta diagnosis dan pengobatan dan/atau tindakan.
(2012) tanda bukti keabsahan rekaman dari tenaga
kesehatan yang terlibat dalam pelayanan kesehatan Menurut Febriyanti dan Sugiarsi (2015) bahwa
berupa tandatangan dan nama terang harus dituliskan pengisian laporan penting ini harus terisi lengkap
dalam rekam medis sehingga informasi rekam karena laporan penting digunakan untuk mengetahui
medis dapat menjadi alat pertanggungjawaban yang perjalanan penyakit pasien dan menunjukkan
diagnosis selanjutnya. Menurut Huffman (1994)
berlandaskan hukum. Tandatangan dokter untuk
laporan yang ada di rekam medis, yaitu laporan umum
memperkuat tanggung jawab seorang dokter dalam
seperti lembar riwayat pasien, pemeriksaan fisik,
pemberian tindakan medis, dan nama dokter untuk
catatan perkembangan, observasi klinik, ringkasan
mempertanggungjawabkan pelaksanaan pelayanan
penyakit, dan laporan khusus seperti laporan operasi,
medis terhadap pasien, sehingga hal tersebut dapat
anasthesi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium.
menunjang pelayanan medis. Dalam laporan tersebut pencatatan tanggal dan jam
Laporan penting adalah data-data atau informasi pencatatan menjadi penting karena ada kaitannya
yang didokumentasikan secara tertulis dan bersifat dengan peraturan bahwa pencatatan rekam medis
penting untuk keperluan pengobatan pasien, dasar harus dilengkapi selambat-lambatnya dalam waktu
1x24 jam.
pembuatan pelaporan ke dinas kesehatan maupun
sebagai bukti legal secara hukum terkait dengan Tata cara pendokumentasian merupakan unsur-
aktifitas pelayanan kesehatan yang didapatkan oleh unsur atau syarat yang harus dipenuhi dalam
pasien. Dalam berkas rekam medis, laporan penting mendokumentasikan data pelayanan dalam rekam
yang dimaksud adalah data yang terdiri dari tanggal medis pasien. Tata cara pendokumentasian ini harus
periksaan, anamnesis, pemeriksaan fisik/penunjang, dipenuhi dan dilaksanakan oleh setiap petugas yang
diagnosis, dan pengobatan/tindakan. Laporan penting berwenang mengisi rekam medis, sehingga dapat
ini sangat penting untuk dijaga kelengkapannya mendukung terciptanya rekam medis yang baik dan
karena sangat berguna untuk membantu dokter lengkap dari segi penulisannya. Selain itu, dengan
dalam memantau perkembangan/kemajuan respon melaksanakan tata cara pendokumentasian yang
pasien dan memutuskan tindakan/pengobatan yang benar dalam rekam medis, dapat menghindari hal-hal
dilakukan terhadap pasien pada periode selanjutnya. yang menimbulkan kerancuan data dan kesalahan

155
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia Vol. 7 No.2 Oktober 2019
ISSN: 2337-6007 (online); 2337-585X (Printed)

persepsi dalam membaca data, sehingga pengguna yang memenuhi kompetensi perekam medis. Profesi
rekam medis dapat memanfaatkan data dalam rekam perekam medis harus menguasai kompetensinya
medis sesuai dengan kebutuhan dan keperluannya sebagai seorang perekam medis. Menurut Permenkes
secara tepat dan benar.Tata cara pendokumentasian Nomor 55 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan
dengan pemberian garis tetap pada area kosong belum pekerjaan perekam medis menyebutkan bahwa
dilakukan oleh petugas rekam medis, oleh karena itu dalam melaksanakan pekerjaan rekam medis dan
kelengkapannya masih mencapai 0%. Secara umum informasi kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan,
rata – rata kelengkapan tata cara pendokumentasian petugas pelaksana mempunyai kewenangan untuk
terjadi peningkatan sebelum – setelah akreditasi. melaksanakan evaluasi isi rekam medis. Untuk
Penyebabnya adalah petugas kurang paham tentang melaksanakan tugas penganalisaan, biasanya tugas
cara pendokumentasian rekam medis dan puskesmas ini dilakukan petugas rekam medis yang sudah mahir
belum mempunyai kebijakan/sop yang mengatur dan mendapat pendidikan khusus. Yaitu diperlukan
cara pendokumentasian. Manfaat prosedur tetap pengetahuan tentang terminology medis, anatomi,
adalah memperlancar tugas petugas atau tim, sebagai fisiologi, dasar-dasar proses kepenyakitan, isi rekam
dasar hukum bila terjadi penyimpangan, mengetahui medis dan standar medis yang digunakan (Depkes
dengan jelas hambatan-hambatan dan mudah RI, 2006).
dilacak, mengarahkan petugas untuk sama-sama
Berdasarkan kriteria 8.4.4 elemen penilaian (EP)
disiplin dalam bekerja dan sebagai pedoman dalam
2 pada instrumen penilaian akreditasi diketahui
melaksanakan pekerjaan rutin. Semua prosedur harus
bahwa penanggung jawab dan atau petugas rekam
diletakkan secara tertulis, menjelaskan setiap tahapan
medis harus melakukan penilaian dan tindak lanjut
dalam langkah-demi-langkah rinci (WHO, 2002).
kelengkapan dan ketepatan isi rekam medis di
Secara umum terdapat peningkatan 4,3% - 10,2% puskesmas untuk memenuhi penilaian akreditasi.
rata – rata kelengkapan pengisian dokumen rekam Di Puskesmas Grogol dan Sukoharjo, petugas rekam
medis dari 4 komponen penilaian sebelum – Sesudah medis tidak melakukan penilaian kelengkapan isi
akreditasi di Puskesmas Sukoharjo dan Grogol. rekam medis ini juga dikarenakan latar belakang
Tingkat kelengkapan pengisian dokumen rekam pendidikan petugas yang bukan berasal dari
medis di Puskesmas Sukoharjo sedikit lebih tinggi pendidikan rekam medis sehingga tidak memenuhi
dibandingkan dengan Puskesmas Grogol. Kedua kompetensi untuk melakukan penilaian kelengkapan
puskesmas tersebut telah terakreditasi madya. rekam medis. Pada daftar tugas pokok atau uraian
Rendahnya persentase tata cara pendokumentasian kerja petugas pendaftaran, belum terdapat uraian
khususnya pada pemberian garis tetap/garis senjang kerja mengenai kegiatan penilaian kelengkapan dan
ini dapat memungkinkan adanya penambahan isi ketepatan isi rekam medis. Oleh sebab itu, petugas
pendaftaran tidak melakukan kegiatan penilaian
atau tulisan yang dapat dilakukan oleh pihak yang
kelengkapan dan ketepatan isi rekam medis. Hal ini
tidak bertanggungjawab. Ketidaksesuaian tata cara
tidak sesuai dengan Permenkes Nomor 55 Tahun
pendokumentaian rekam medis ini tidak sesuai
2013 tentang penyelenggaraan pekerjaan perekam
dengan yang diungkapkan oleh Hatta (2012), dan
medis dan Budi (2011). Latar belakang pendidikan
Huffman (1994) bahwa pencatatan data dalam
petugas yang bukan merupakan lulusan rekam
rekam medis harus dilaakukan dengan tata cara
medis menyebabkan kurangnya kemampuan dan
pendokumentasian yang benar meliputi penulisan
keterbatasan pengetahuan petugas pendaftaran
terbaca, pembetulan kesalahan, dan pemberian garis
mengenai terminology medis, anatomi, fisiologi,
tetap.
dasar-dasar proses kepenyakitan, dan isi rekam
Penyebab ketidaklengkapan pengisian rekam medis sehingga petugas tidak dapat melakukan
medis dikarenakan tidak adanya formulir lembar kegiatan penilaian kelengkapan dan ketepatan isi
kekurangan . Nurhaidah (2016)yang menyatakan rekam medis. Hal ini belum sesuai dengan teori yang
bahwa faktor penyebab ketidaklengkapan pengisian diungkapkan oleh Depkes RI (2006). Berdasarkan
rekam medis dikarenakan tidak adanya cheklist hal diatas maka tidak dilakukannya penilaian
penilaian kelengkapan rekam medis sehingga tidak kelengkapan dan ketepatan isi rekam medis ini belum
terdapat alat bantu yang digunakan untuk melakukan sesuai dan belum memenuhi kriteria akreditasi 8.4.4.
penilaiankelengkaan pengisian rekam medis. pada elemen penilaian kedua mengenai penilaian
Menurut Budi (2011) untuk menjalankan pekerjaan dan tindak lanjut atas kelengkapan dan ketepatan
di rekam medis diperlukan sumber daya manusia isi rekam medis.

156
Astri Sri Wariyanti, Harjanti. Potret Kelengkapan Rekam Medis Puskesmas Sebelum dan ...

Sedangkan belum tercantumnya kegiatan penilaian Huffman, E. K. (1994). Health Information


kelengkapan isi rekam medis dalam daftar tugas Management. Berwyn, Illinois: Physicians
pokok atau uraian tugas pegawai juga belum sesuai Record Company.
dengan Permenkes No. 46 Tahun 2015 tentang
Menteri Kesehatan RI. (2008). Peraturan Menteri
akreditasi puskesmas yang menyatakan bahwa
Kesehatan Republik Indonesia No. 269/
dalam penyusunan pola ketenagaan puskesmas,
Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis.
harus terdapat kejelasan mengenai uraian tugas,
Diakses dari www.depkes.go.id[Diakses
peran, dan tanggung jawab untuk semua tenaga yang
tanggal 20 Oktober 2017].
bekerja di puskesmas. Dengan adanya uraian tugas
tanggung jawab dan kewenangan, seluruh petugas Menteri Kesehatan RI. (2015). Peraturan Menteri
dapat melakukan pekerjaan dengan tepat, efektif dan Kesehatan Republik Indonesia No. 46 Tahun
efisien. Selaras dengan Hatta (2011) yang menyatakan 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
bahwa jabatan atau pekerjaan menggambarkan tugas Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan
yang harus dilakukan seseorang. Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi. Diakses
dari www.depkes.go.id [Diakses tanggal 20
Oktober 2017].
Ucapan Terima Kasih Menteri Kesehatan RI. (2015). Peraturan Menteri
Terima kasih yang tidak terhingga kami sampaikan Kesehatan Republik Indonesia No. 75 tahun
kepada DRPM Ristekdikti yang telah memberikan 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
dana hibah penelitian. Diakses dari www.depkes.go.id [Diakses
tanggal 20 Oktober 2017].

Mongli, GD., 2016. Medical Records Organization


Daftar Pustaka and Management. International Journal of
Public Health. pp.1-12
Arsmstrong, B.K., Gillespie, J.A., Leeder,S.R.,
Rubin, G..L., Russel, L.M. Challenges in Rahmadani, IS, Sugiarsi, S. 2008. Faktor Penyebab
Health Care for Australia. Medical Journal Ketidaklengkapan Dokumen Rekam Medis
of Caring Sciences, &(1). Pasien Rawat Inap dalam Batas Waktu
Pelengkapan di RSUD Dr. Moewardi
Gosanti, AZ.2017. Analisis Kelengkapan Penulisan Surakarta. Jurnal Kesehatan. 2 (2):82-88.
SOAP, KIE dan Kode Diagnosis Pada Rekam Diakses dari http://ejurnal.stikes.mhk.ac.id
Medis di Poli Umum dan KIA-KB Puskesmas [Diakses tanggal 10 Oktober 2017]
X Surabaya. Jurnal Administrasi Kesehatan
Indonesia(JAKI)5(2):139-144

Hatta, G. (2012). Pedoman Manajemen Informasi


Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan.
Jakarta: Universitas Indonesia Press.

157

You might also like