Professional Documents
Culture Documents
http://softhardskill.blogspot.co.id/2015/06/soft-skills-dan-hard-skills-dalam-dunia.html
Abstract
As the growing human population in the world, the competition in search of work is also getting
tougher. Every company tries to find skilled personnel and has competence. The competence
consists of technical skills (hard skill) and non-technical (soft skill). Hard skills are the technical
skills associated with particular job domains such as engineering, marketing, finance, or
construction. They are called hard skills because of their special, real, and often observed. Hard
skills can easily get by learning and practicing working on the problems. Hardskill can be
assessed from the technical test or practical test. Soft skills are usually difficult to be observed
and measured. The skills needed for everyday life as well is needed in terms of employment.
Relate to each other, communicate, listen, engage in dialogue, to work together as a team
member, to solve the problem is some of the activities that require these skills. These skills can
be categorized into two main categories, interpersonal skills, and interpersonal skills. As for soft
skills, many of us know that someone softskill determined by a person's benchmark in developing
soft skill. Softskill itself would appear if someone has found himself and desire to change ourself.
Soft skills and hard skills are the two things complement each other. Both are very important for
success in harsh working environments.
Pendahuluan
Seiring bertumbuhnya populasi manusia yang ada di dunia, maka persaingan dalam
mencari kerja juga semakin ketat. Perusahaan berlomba-lomba untuk mencari pegawai yang
terampil dan memiliki kompetensi. Kompetensi bisa diartikan sebagai kemampuan,
perlengkapan, elemen atau hasil keluaran pembelajaran, dan keahlian. Kompetensi tersebut
terdiri dari keterampilan teknis dan non-teknis. Keterampilan teknis atau biasa disebut Hard
skills diartikan sebagai cara-cara teknis yang mudah diamati, ditinjau, dan diukur. Sedangkan,
keterampilan non-teknis atau soft skills adalah “keterampilan manusia” tidak mudah dilihat
walaupun sangat dibutuhkan dalam kehidupan bekerja. Keterampilan ini dapat dikategorikan ke
dalam 3 kategori utama, yaitu sifat-sifat personal, keterampilan interpersonal, serta keterampilan
intrapersonal.
Kemper dan McMurchie dalam Agustin (2009), mengatakan bahwa Hard skills dan soft
skills saling melengkapi satu sama lain. Hal ini mengindikasikan bahwa pekerja yang unggul
adalah pekerja yang memiliki keterampilan teknis dan perilaku yang baik. Jadi, untuk
menghasilkan performa yang maksimal, seseorang harus memliki kompetensi yang seimbang,
antara kemampuan teknis dan non-teknis (perilaku).
Hard skills bisa didapatkan dari pembelajaran atau kegiatan akademik di sekolah,
perguruan tinggi maupun dari para ahli di bidangnya. Sedangkan soft skills bisa didapatkan dari
kegiatan non akademis atau berorganisasi. Soft skills bukan hanya positif jika dibentuk sejak
dini, karena pengembangan diri terus berjalan hingga seseorang semakin tumbuh dewasa dengan
beragam masalah dan kendalanya yang berbeda-beda. Soft skill juga dapat terbentuk akibat
lingkungan sekitarnya. Lalu manakah yang lebih penting antara Soft skill dan Hard skill di dalam
kantor?
Hard skill
Hard skill adalah kemampuan teknis yang berhubungan dengan domain pekerjaan
tertentu seperti teknik, pemasaran, keuangan, atau konstruksi. Mereka disebut Hard skill karena
mereka khusus, nyata, dan sering diamati. (Hawkins, 1999).
Sedangkan menurut Basir (2011) Hard skill adalah kemampuan yang biasa dipelajari di
sekolah atau universitas yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual yang
berhubungan dengan subyek yang dipelajari. Hard skill bisa diukur dengan melakukan tes yang
ada hubungannya dengan bidang yang dipelajari. Bisa dikatakan bahwa Hard skill bersifat kasat
mata atau nyata.
Hard skill adalah pengetahuan dan kemampuan teknis yang dimiliki seseorang.
Pengetahuan teknis yang meliputi pengetahuan mengenai desain dan keistimewaan dari produk
tersebut, mengembangkannya sesuai dengan teknologi, mampu mengatasi masalah yang terjadi
serta menganalisis kegunaan produk dalam usaha untuk mengidentifikasikan ide-ide baru
mengenai produk ataupun pelayanan tersebut (Islami, 2012).
Menurut Fachrunissa dalam Utomo (2010), kemampuan hardskill adalah semua hal yang
berhubungan dengan pengayaan teori yang menjadi dasar pijakan analisis atau sebuah keputusan.
Hardskill dapat dinilai dari technical test atau practical test.
Disisi lain Sailah (2008) Hard skill yaitu penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan
keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya (insinyur mesin tentunya harus
kompeten dalam pengetahuan permesinan, dokter harus mumpuni dalam ilmu kedokteran,
demikian pula profesi yang lainnya). Bila setiap profesi dituntut mempunyai Hard skill yang
berbeda-beda, tidak demikian dengan Soft skill, karena keterampilan ini merupakan kompetensi
(keterampilan,skills) yang seharusnya dipunyai oleh semua orang, apapun profesinya.
Sedangkan menurut Utomo (2010) Hard skill menggambarkan perilaku dan keterampilan
yang dapat dilihat mata (eksplisit). Hard skill adalah skill yang dapat menghasilkan sesuatu
sifatnya visible dan immediate.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Hard skill merupakan keterampilan teknis yang
berhubungan dengan bidang ilmunya yang dapat diamati dan diukur, didapatkan dengan
mempelajari ilmunya dan juga bisa didapatkan dari orang yang sudah ahli dan berpengalaman di
bidangnya.
Di dalam dunia perkantoran, Hard skill merupakan suatu keterampilan yang harus
dimiliki oleh orang yang bekerja di dalam kantor. Hal ini dikarenakan, tanpa adanya
keterampilan, kinerja kantor tidak akan maksimal. Mayoritas pekerjaan di kantor membutuhkan
keterampilan teknis ini. Berikut adalah contoh dari Hard skills dalam kegiatan kantor:
Keahlian dalam mengetik
Keahlian dalam bidang keuangan
Teknisi computer
Keahlian dalam bidang IT
Keahlian dalam bidang kearsipan
Keahlian dalam bidang administrasi
Soft Skill
Soft skill biasanya sulit untuk diamati dan diukur. Keterampilan ini diperlukan untuk
kehidupan sehari-hari seperti juga dibutuhkan dalam hal pekerjaan. Berhubungan dengan satu
sama lain, berkomunikasi, mendengarkan, terlibat dalam dialog, bekerja sama sebagai anggota
tim, memecahkan masalah merupakan beberapa kegiatan yang membutuhkan keterampilan ini
(Coates, 2007).
Menurut Islami (2012) soft skill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan
dengan orang lain (Interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri
(Intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal.
Wicaksana (2012) mengatakan bahwa Soft skills adalah sebuah istilah dalam sosiologi
tentang EQ (Emotional Intelligence Quotient) seseorang, yang dapat dikatagorikan /klusterkan
menjadi kehidupan sosial, komunikasi, bertutur bahasa, kebiasan, keramahan, optimasi.
Sedangkan menurut Basir (2011) Soft skill adalah sesuatu yang tak kasa mata/ imajiner/
abstrak. Soft skill tidak dipelajari secara langsung baik di sekolah maupun universitas. Soft skill
bisa didapatkan di lingkungan sekitar. Soft skill juga dapat terbentuk sesuai dengan
lingkungannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa soft skill adalah keterampilan yang tidak dapat diukur
dan diamati. Hal ini dikarenakan, soft skill tidak memiliki tolak ukurnya. Keterampilan ini
terbentuk melalui hubungan diri dengan lingkungan sekitarnya juga keinginan dalam dirinya.
Keterampilan ini sangat dibutuhkan dalam dunia perkantoran. Karena di dalam kantor, kita tidak
bisa bekerja sendiri dan harus bersinergi dengan karyawan yang lain. Hal ini akan menciptakan
kinerja yang baik di dalam kantor.
Terdapat dua jenis soft skill menurut Wicaksana (2012), Intra-personal skill dan Inter-
personal skill. Intra-personal skill adalah keterampilan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri.
Sedangkan inter-personal skill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang
lain. Keduanya berfungsi untuk pengembangan kerja secara optimal. Berikut ini merupakan
contoh dari kedua jenis keterampilan tersebut.
Orang-orang yang mengenal emosi mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca
emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka. Hal tersebut terdiri atas
lima dimensi :
Kesadaran diri - sadar atas apa yang anda rasakan
Manajemen diri – kemampuan mengelola emosi dan dorongan- dorongan Anda sendiri
Motivasi diri – kemampuan bertahan dalam menghadapi kemunduran dan kegagalan
Empati – kemampuan merasakan apa yang dirasakan orang lain.
Keterampilan sosial – kemampuan menangani emosi-emosi orang lain.
Untuk menjawab pertanyaan apakah manusia memiliki Hard skill dan Soft skill yang baik
maka kita perlu melihat keadaan tiap individu, apakah itu keadaan fisik, ekonomi, lingkungan,
keluarga dll. Dalam kehidupan ini individu tidak terbebas dari kondisi yang memuaskan atau
menyenangkan dan ataupun kondisi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ditambahkan
juga bahwa seseorang harus mensikapi kondisi tersebut apakah memuaskan atau menyenangkan
disikapi dengan cara meluap-luap sehingga lupa diri, ataukah menyikapinya dengan cara yang
sederhana bahwa dalam hidup ada saatnya menyenangkan dan ada saatnya tidak menyenangkan.
Demikian juga apabila kondisi tidak atau kurang meyenangkan bagaimanakah individu
menyikapinya apakah dengan cara menyalahkan diri sendiri dan orang lain atau bahkan
menyalahkan lingkungan dengan berlebihan, sehingga timbul antipati. Kedua kondisi tersebut
harus disikapi dengan sikap optimis, menerima sebagaimana adanya tidak pesimis apalagi
mengeluh dan menyalahkan diri sendiri. Dalam hal bersikap, individu harus dapat menerima
kenyataan sebagaimana adanya dengan penuh harapan bahwa segala sesuatu akan berakhir
dengan tetap mencari solusi yang benar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain ataupun
lingkungan. Harus terbina pada diri individu sebagai hasil pendidikan terutama oleh pendidikan
diri sendiri bahwa dalam hidup tidak tidak selalu terjadi sesuai dengan yang diharapkan.
Kemampuan untuk memahami diri sendiri dan orang lain serta lingkungan sebagaimana adanya
dan selalu berusaha berbuat yang terbaik dalam hidup merupakan hasil pendidikan yang
berlangsung tanpa batas.
Setiap orang memerlukan soft skill dan Hard skill. Soft skill bisa mempengaruhi Hard
skill, sebaliknya terlalu berbangga diri dengan Hard skill yang dimiliki akan membuat soft skill
menurun karena dianggap tidak penting.
Han (2011) mengatakan Hard skills are skills where the rules stay the same regardless
of which company, circumstance or people you work with. In contrast, soft skills are skills
where the rules changes depending on the company culture and people you work with.
Hard skill sama sekali tidak ada hubungannya dengan keterampilan berhubungan dengan
orang lain. Hard skill lebih mudah dipelajari karena Hard skill memiliki ilmu pasti tersendiri.
Hard skill pun lebih mudah untuk diamati dan diukur. Sehingga kinerja seseorang bisa terlihat,
walaupun tidak semua kinerja diukur dari Hard skill.
Contoh cara lain untuk mengembangkan Hard skill adalah sering diadakan perlombaan-
perlombaan. Selain itu, tidak jarang pendidik memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada
anak didiknya yang memiliki prestasi baik. Bahkan pertandingan antar mahasiswa dalam satu
negara atapun antar negera sering dibuat sesuai dengan bidang ilmu yang dimiliki seseorang. Hal
ini semata-mata bertujuan untuk mengembangkan Hard skill.
Selain Hard skill, seseorang tidak terlepas dari Soft skill, karena seseorang tidak terlepas
dari dirinya sendiri dan orang lain. Maksudanya adalah seseorang punya akal, hati nurani yang
harus dikembangkan untuk mampu mengatur dirinya sendiri dan untuk berinteraksi dengan
orang lain. Soft skill merupakan karakter yang melekat pada diri seseorang. Butuh usaha keras
untuk mengubahnya. Namun demikian Soft skill bukan sesuatu yang stagnan. Kemampuan ini
bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja. Ada banyak cara meningkatkan
Soft skill. Salah satunya melalui learning by doing. Selain itu Soft skill juga bisa diasah dan
ditingkatkan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar manajemen.
Meskipun satu cara ampuh untuk meningkatkan Soft skill adalah dengan berinteraksi dan
melakukan aktivitas dengan orang lain. Keinginan yang kuat dalam diri sendiri untuk mengubah
karakter pribadi juga mampu meningkatkan soft skill yang kita miliki.
Pengembangan Soft skill di perguruan tinggi juga dapat dilakukan melalui kegiatan
proses pembelajaran dan juga kegiatan kemahasiswaan dalam kegiatan ekstra kurikuler atau ko-
kurikuler. Hal yang terpenting, soft skills ini bukan bahan hafalan melainkan dipraktekkan oleh
individu yang belajar atau yang ingin mengembangkannya. Pada saat mahasiswa ingin
mengembangkan minat dan bakatnya di dalam bidang olah raga umpamanya, acapkali
pembimbing kegiatan olah raga senantiasa berpusat pada teknik bagaimana memenangkan
pertandingan yang akan dilakukan oleh mahasiswanya,
Sebelum memasuki dunia kerja, alangkah baiknya seseorang mengasah kemampuan
Hard skill dan Soft skillnya saat menjajaki dunia sekolah terutama saat di perguruan tinggi.
Perusahaan ataupun perkantoran menginginkan karyawan yang “high competence” yaitu mereka
yang memiliki kemampuan dalam aspek teknis dan sikap yang baik (non teknis). Dalam dunia
kerja soft skill dan Hard skill merupakan dua hal penting yang harus dimiliki oleh setiap
pegawai. Tak hanya pegawai, pimpinannya pun harus memiliki kedua hal tersebut. Tetapi, ada
satu pertanyaan yang selalu menjadi bahan perdebatan antara para ahli, yaitu manakah yang lebih
penting antara Soft skill dan Hard skill dalam dunia perkantoran? Karena seperti yang kita tahu
dalam perkantoran, Hard skill saja tidak cukup. Keterampilan dalam berkomunikasi, mampu
bekerja sama dengan karyawan lain, bertanggung jawab, dan jujur juga sangat dibutuhkan dalam
dunia perkantoran. Namun, terdapat pendapat dimana soft skill lebih dibutuhkan dibandingkan
Hard skill. Hal tersebut dapat kita lihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Keberhasilan Di Dunia Kerja
Meskipun perusahaan-perusahaan saat ini sedang memberi nilai lebih pada Soft skill,
kebanyakan dari kita , sebagai karyawan, belum terbiasa untuk mengembangkan kepribadian kita
ketika datang kesempatan. Widayanti (2010) menjelaskan beberapa persyaratan yang diminta
oleh perusahaan yang dapat dilihat pada daftar berikut:
1. Dapat bekerjasama dalam tim
2. Mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan
3. Mampu menghadapi pekerjaan yang mendesak
4. Mampu bekerja dibawah tekanan
5. Memiliki great sense of services
6. Mampu beradaptasi
7. Memiliki inisiatif dengan sikap intergritas pada pekerjaan
8. Jujur, inovatif, dan kreatif
9. Mampu bekerja mandiri, sedikit bimbingan
10. Memiliki kepemimpinan yang baik
11. Bertanggung jawab dan memiliki komitmen terhadap pekerjaan
12. Memiliki motivasi dan antusias dalam bekerja.
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar persyaratan yang dibutuhkan
perusahaan adalah soft skill. Namun, bagaimana pun juga, jika soft skill tidak dibarengi dengan
Hard skill, maka pegawai tersebut tidak memiliki nilai tambah. Beberapa hasil penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara Hard skill terhadap
kinerja, diantaranya adalah:
1. Kemampuan intelektual memiliki peran yang lebih besar dalam pekerjaan-pekerjaan rumit yang
menuntut persyaratan pemrosesan informasi
2. Hasil penelitian dari Wagimin dalam Widayanti (2010) menunujukkan bahwa variable-variabel
kebutuhan eksistensi, keterkaitan, pertumbuhan dan kemampuan intelektual secara bersama
maupun secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja karyawan
dan variable kemampuan intelektual mempunyai pengaruh dominan terhadap prestasi kerja
karyawan.
3. Hasil penelitian dari Widayanti (2010) menyimpulkan bahwa secara simultan variable
independen yang terdiri dari kebutuhan eksistensi, kebutuhan relasi, kebutuhan untuk
berkembang, kemampuan teknis dan kemampuan perilaku mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variable dependen prestasi kerja karyawan. Secara parsial kebutuhan berkembang dan
kemampuan teknis mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja, sedangkan
kebutuhan eksistensi, kebutuhan relasi dan kemampuan perilaku tidak cukup bukti untuk
menyimpulkan bahwa masing-masing variable tersebut berpengaruh signifikan terhadap prestasi
kerja.
Di sisi lain juga terdapat beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara soft skill terhadap kinerja, diantaranya adalah:
1. Hasil penelitian Schutte, et al. menyimpulkan that individual higher in emotional intelligence
would perform better on a cognitive task after encountering difficulties in working on a
task( bahwa individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan berkinerja yang lebih
baik pada tugas cognitive dan individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan
berkinerja lebih baik pada tugas cognitive setelah menghadapi kesulitan dalam menjalankan
tugasnya).
2. ESQ (emotional, spiritual quotient) power mampu mencetak para top performers.
3. Hasil penelitian dari Douglas, et al dengan judul “ Emotional Intellegence as a Moderator
between Conscientiousness and Performance” dengan menggunakan Hierarchical Moderated
regression Analyses menyimpulkan bahwa the relationship between conscientiousness and
performance score will be positive for employees high in emotional intelligence and negative
among those low in emotional intelligence(hubungan antara ketelitian dan kinerja akan positif
untuk karyawan yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dan akan memiliki hubungan
negative ketika kecerdasan emosinya rendah).
4. EQ (Emotional Intelligence) memegang peran begitu penting dalam membangun hubungan antar
manusia yang efektif sekaligus peranannya dalam meningkatkan kinerja.
5. Hasil penelitian Mustafa dan Agus dengan judul ”Pengaruh Kecerdasan Emosi Terhadap
Produktifitas Kerja Karyawan Pada Fungsi Operasi dan Penunjang PT. Pertamina (PERSERO)
Unit Pengolahan Balongan Indramayu” dengan menggunakan analisa regresi menyimpulkan
bahwa secara serentak variabel-variabel dalam kecerdasan emosi mempunyai pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap produktifitas kerja karyawan. Secara individual variabel-variabel
dalam kecerdasan emosi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktifitas kerja
karyawan. Variabel dalam kecerdasan emosi yaitu keterampilan sosial paling dominan
pengaruhnya terhadap produktifitas kerja pegawai
Apa pengaruh Hard skill dan Soft skill bagi kinerja karyawan?
Hard skill sangatlah penting untuk dikembangkan, karena kemampuan seseorang untuk
melakukan sebuah pekerjaan dengan baik dan benar adalah tergantung bagaimana Hard skill
yang dia miliki. Tidak mungkin seseorang bisa mengerjakan kegiatan administrasi kantor jika dia
tidak mengetahui cara melakukannya, tujuan, dan kegunaannya melakukan hal tersebut. Ataupun
tidak mungkin seseorang mampu memperbaiki sesuatu jika dia tidak tuhu apa yang dia perbaiki.
Sebelum melamar sebuah pekerjaan pun seharusnya lulusan perrguruan tinggi (mahasiswa)
harus memperhatikan pekerjaan yang akan diterimanya dengan kemampuannya.
Membandingkan kemampuan dengan pekerjaan yang akan dikerjakan adalah hal yang baik.
Untuk itu untuk para calon pegawai kantor mempersiapkan dirinya dengan mengembangkan
Hard skill sebagai dasar untuk melamar pekerjaan dan diimbangi dengan Soft skill sebagai
landasan untuk melakukan pekerjaan. Karena di dalam kantor dewasa ini mensyaratkan adanya
kombinasi yang sesuai antara Hard skill dan Soft skill, apapun posisi karyawannya. Bagi
perekrutan karyawan bagi perusahaan pendekatan Hard skill saja kini sudah ditinggalkan.
Karena akan percuma jika Hard skill baik, tetapi Soft skillnya buruk. Hal ini bisa dilihat pada
iklan-iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan Soft skill,
seperi team work, kemampuan komunikasi, dan interpersonal relationship, dalam job
requirementnya. Perusahaan cenderung memilih calon yang memiliki kepribadian lebih baik
meskipun Hard skillnya lebih rendah. Alasannya adalah memberikan pelatihan ketrampilan jauh
lebih mudah daripada pembentukan karakter. Hal ini menunjukkan bahwa Hard skill merupakan
faktor penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih
ditentukan oleh Soft skillnya yang baik.
Dunia kerja saat ini membutuhkan sumber daya yang terampil, sebagai seorang pegawai
dituntut untuk mempunyai keahlian Hard skill yang tinggi, Hard skill merupakan keahlian yang
dimiliki pegawai sebagai persyaratan untuk memenuhi kebutuhan kantor, selain harus memiliki
keahlian, di era persaingan yang ketat ini juga dituntut untuk memiliki Soft skill yaitu
ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skill) dan
ketrampilan seseorang dalam mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skill), Baik Hard skills
maupun Soft skills merupakan prasyarat kesuksesan seorang pegawai atau karyawan dalam
menempuh kehidupan. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa Hard skills ditekankan pada aspek
kognitif dan keahlian khusus menurut disiplin keilmuan tertentu, sedangkan softskills merupakan
perilaku personal dan interpersonal skill yang diperlukan untuk mengembangkan dan
mengoptimalkan kinerja seorang manusia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widayanti (2010) mengenai pengaruh Hard
skill dan Soft skill terhadap kinerja karyawan, beliau menarik kesimpulan bahwa:
1. Hard skill dan soft skill secara bersama berpengaruh secara nyata terhadap kinerja karyawan.
Walaupun hanya dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini, akan tetapi tingkat pengaruh
yang ditunjukkan adalah 47,8%. Ini membuktikan bahwa baik Hard skill ataupun Soft skill
mempunyai pengaruh yang besar terhadap kinerja karyawan.
2. Hard skill dan soft skill secara parsial berpengaruh secara nyata terhadap kinerja karyawan.
Pengaruh yang ditunjukkan oleh kedua variabel tersebut cukup besar. Variabel Hard skill
mempunyai pengaruh sebesar 0,446 sementara Soft skill mempunyai pengaruh sebesar 0,336.
Besarnya pengaruh tersebut menjadi bukti bahwa baik Hard skill ataupun Soft skill sangat
dibutuhkan oleh karyawan untuk dapat melakukan pekerjaannya dengan maksimal.
3. Berbeda dengan yang diharapkan, variabel soft skill tidak berpengaruh dominan terhadap
kinerja karyawan, variabel yang dominan justru adalah Hard skill. Kondisi ini dapat dipahami
berdasarkan ruang lingkup organisasi sebuah perusahaan tempat dilakukannya penelitian yang
bergerak dalam bidang informasi dan komunikasi serta penyedia jaringan telekomunikasi yang
menggunakan teknologi dan inovasi tinggi, serta mempunyai pedoman, standar, dan target kerja
tertentu yang harus diimplementasikan oleh para karyawan yang hanya dapat dicapai dengan
kemampuan hard skill yang tinggi. Namun demikian kemampuan Hard skill yang tinggi perlu
diimbangi dengan kemampuan soft skill, dikarenakan pada organisasi publik karyawan
dihadapkan pada upaya melakukan pelayanan yang prima untuk mendukung tujuan organisasi.
Kesimpulan
Soft skill dan Hard skill merupakan dua hal yang saling melengkapi. Keduanya sangat penting
bagi kesuksesan di lingkungan kerja yang keras. Hard skill dan soft skill dibutuhkan untuk
mengmbangkan kreatifitas masing-masing individu. Kita tidak bias hanya mengandalkan salah
satu saja. Keduanya harus seimbang. Hal ini dikarenakan, soft skill dapat mempengaruhi hard
skill. Sedangkan terlalu berbangga dengan hard skill akan membuat kita sombong. Untuk itu
untuk para calon pegawai kantor mempersiapkan dirinya dengan mengembangkan Hard skill
sebagai dasar untuk melamar pekerjaan dan diimbangi dengan Soft skill sebagai landasan untuk
melakukan pekerjaan. Dalam dunia perkantoran, seorang pegawai harus memiliki hard skill dan
soft skill. Tidak ada yang lebih penting karena keduanya sangat penting untuk dimiliki. Kedua
skill ini dapat dilatih agar skill yang dmiliki semakin meningkat. Untuk melatih hard skill, dapat
dilakukan dengan cara mengikuti pendidikan akademis, mengikuti training atau pelatihan yang
dilakukan oleh para ahli di bidangnya dan membaca buku. Sedangkan untuk soft skill akan
terbentuk oleh keinginan pribadi dan lingkungan sekitar. Soft skill juga dapat dilatih dengan cara
mengikuti seminar-seminar manajemen atau seminar motivasi.
Daftar Pustaka
Agustin, V. 2012. Kompetensi Lulusan Sarjana Strata 1 (S1) Psikologi dalam Menghadapi Dunia Kerja
Pada Mahasiswa Perguruan Tinggi “X”. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya Vol.1 No.1.
Basir, S. 2011. Soft Skill vs Hard skill. Jakarta Timur: Kantor Akuntan Publik Syarief Basir dan Rekan.
Coates, Dennis E. 2007. Enhance the Transfer of Training. America: American Society for Training
and Development.
Han, L. (2011, July 01). HARD SKILLS VS. SOFT SKILLS – DIFFERENCE AND IMPORTANCE.
Retrieved June 09, 2015, from HARD SKILLS VS. SOFT SKILLS – DIFFERENCE AND
IMPORTANCE: https://bemycareercoach.com/soft-skills/hard-skills-soft-skills.html
Hawkins, M. (1999). Leadership Development and Sales Performance
Improvement. Retrieved Juni 09, 2015, from Alpine Link Corporation: www.alpinelink.com
Islami, Faizal Alam. 2012. Analisis Pengaruh Hard skill, Soft Skill, Dan Motivasi Terhadap Kinerja
Tenaga Penjualan (Studi Pada Tenaga Kerja Penjualan Pt. Bumiputera Wilayah Semarang.
Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro
Sailah, Illah. 2007. Pengembangan Soft Skills di Perguruan Tinggi. Jakarta: Dikti
Utomo, H. (2010). Kontribusi Soft skill Dalam Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan. Among Makarti,
Vol.3 No.5 Juli 2010, 96-98.
Wicaksana, I. W. 2012. Softskills. Pengertian Softskill, 4-13.
Widayanti, R. 2010. Pengaruh Hard skill Dan Soft skill Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada PT.
Telkom Kandatel Malang). Jurnal Dinamika Dotcom Vol 3. No. 1, 64-66.