You are on page 1of 8

Jurnal Agroteknologi, Vol. 4. No.

2, Februari 2014: 27 -
31

EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI PEKTIN DARI LIMBAH KULIT SEMANGKA


MENGGUNAKAN EKSTRAK ENZIM Aspergillus niger

(Extraction and Characterization of Pectin from Watermelon Peel Using Pectin Degrading Enzyme of
Aspergillus niger)

ZONA OCTARYA DAN AFNI RAMADHANI

Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Suska Riau, hp; 085274711954,
email; souvenirznoc@yahoo.co.id

ABSTRACT

Watermelon is a horticulture plant that much like by the general people. The sweet taste and high
water content of watermelon often used as a food or beverage that is refreshing. The watermelon
consumption produces waste including peel of watermelon. And the peel of watermelon contains a lot
of useful components including pectin. Pectin is a polysaccharide compound that consist of
galacturonate acid molecules. Pectin is widely used as a functional component in the food,
pharmaceutical industries, feed industry. Pectin is usually extracted by strong mineral acids. The use
of mineral acids can be dangerous if the pectin is processed into food and can cause environmental
problems. This study aims to utilize waste as an alternative source of watermelon peel pectin
extracted enzymatically by Aspergillus niger. In this research, there are some of procedure namely the
enzyme production of Aspergillus niger, pectinase enzyme extraction, hydrolysis enzymatically pectin
and pectin powder manufacturing process consisting of coagulation, sedimentation, drying to obtain
dry pectin. The results showed that pectin in this research namely low metoxyl pectin 6.24%, yield
15.26 %, moisture content 11.46 %, ash content 4.8 %, equivalent weight 789 mg, galacturonate
content 57.72 % and degree of esterification 61.33 %.

Keywords: Aspergillus niger, Enzymatic, Extraction, Pectin, Watermelon peel, Pectin,


yang banyak diminati oleh masyarakat umum.
PENDAHULUAN Konsumsi buah semangka menghasilkan
limbah berupa kulit semangka yang belum
Pektin merupakan suatu komponen dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu,
serat yang terdapat pada lapisan lamella untuk meningkatkan nilai tambahnya, limbah
tengah dan dinding sel primer tumbuhan. kulit semangka tersebut dapat dimanfaatkan
Bagian-bagian tertentu, seperti buah sebagai sumber alternatif pembuatan pektin.
cenderung menghasilkan lebih banyak pectin Penelitian terdahulu mengenai ekstraksi
(Fitriani, 2003). Pektin terdiri dari asam pektin dari berbagai bahan pangan dilakukan
galakturonat dengan rantai linear yang dengan cara menggunakan pelarut asam kuat
dihubungkan dengan ikatan α (1,4). Pektin seperti HCl dan H2SO4. Penggunaan asam kuat
juga digunakan sebagai bahan tambahan dalam proses ekstraksi memiliki kekurangan
dalam makanan, memiliki manfaat bagi diantaranya pertama dapat membahayakan jika
kesehatan diantaranya dapat menurunkan pektin diaplikasikan ke produk makanan dan
kolesterol, menstabilkan tekanan darah dan obatobatan dan kedua Jika diterapkan untuk
sumber serat makanan. skala industri, limbah yang dihasilkan dapat
Berbagai bahan pangan seperti jeruk, menyebabkan kerusakan lingkungan.
apel dan kulit pisang, kulit kakao telah banyak Untuk memperbaiki metode ekstraksi
dijadikan sumber pektin. Ketersediaan bahan pektin dari bahan pangan. Peneliti di bidang
pangan tersebut masih memungkinkan untuk bioteknologi mencoba mengembangkan
dijadikan sumber pektin utama, tetapi sebuah metode teknologi enzim untuk ekstraksi
konsumsi pektin dunia dari tahun ke tahun pektin. Penelitian yang dilakukan oleh N.M
semakin meningkat (Budiyanto, 2008). Hal ini Ptichkina pada tahun 2008 yaitu ekstraksi pektin
menjadi alasan bagi para saintis dan industri dari labu dengan bantuan enzim mikroba.
untuk menemukan sumber pektin yang lain. Enzim yang digunakan untuk ekstraski pektin
Semangka (Citrullus vulgaris) berasal dari mikroorganisme seperti jamur
merupakan salah satu tanaman holtikultura Aspergillus niger. Enzim-enzim yang dihasilkan

27
oleh Aspergillus niger diantaranya adalah jamur tersuspensi ke dalam larutan, diinkubasi
lipase, selulase, amilase dan pektinase. selama 48-96 jam dan jamur siap digunakan.
Penggunaan enzim mikroba Produksi enzim dari Aspergillus niger
lebih efektif dan lebih ramah Sebanyak 5 gram serbuk
kulit semangka
Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin (Zona Octarya dan Afni Ramadhani) dimasukkan ke
lingkungan. Hasil pektin yang didapat dari dalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan 25
penelitian di atas yaitu 14% lebih efektif ml larutan nutrisi dan ditutup dengan aluminium
dibandingkan pektin yang diekstraksi secara foil. Campuran media tersebut disterilisasi pada
kimia konvensional sebesar 7%. Aspergillus suhu 121ºC selama 20 menit kemudian
niger dapat menghasilkan enzim ekstraseluler didinginkan. Biakan jamur Aspergillus niger
untuk menghidrolisis pektin di lingkungan diinokulasi pada media dan diinkubasi selama 4
(Herbstreith, 2005). hari.
Ekstraksi enzim
BAHAN DAN METODE 100 mL larutan 0,1% tween 80
dituangkan ke dalam larutan enzim dan diaduk
Bahan Dan Alat pada 150 rpm selama 120 menit pada suhu
Bahan-bahan yang digunakan pada ruang. Larutan kemudian disentrifugasi pada
penelitian ini adalah kulit semangka, Potato 3000 rpm selama 10 menit. Supernatan yang
Dextrose Agar (PDA), peptone water, air diperoleh digunakan sebagai ekstrak enzim
suling, etanol, natrium klorida, indikator fenol kasar. Ekstrak enzim kasar yang didapat
merah, urea, (NH4)2SO4, KH2PO4, MgSO4.7H2O disimpan pada suhu 4ºC. Hidrolisis pektin
, CaCl2.H2O, NaOH 0,1 N dan 0,25 N , HCl 0,1 secara enzimatis
N dan 0,25 N, larutan tween 80 0.1 %. Enzim pektinase dari Aspergillus niger
Alat-alat yang digunakan pada penelitian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang telah
ini adalah blender, talenan, inkubator, autoklaf, berisi 5 gram kulit semangka kering dan
laminar air flow, oven, tanur, pengaduk ditambahkan aquades hingga volumenya 150
vorteks, cawan petri, sentrifus, tabung ml, kemudian diaduk dengan kecepatan 160
sentrifus, cawan porselin, jarum ose, neraca rpm dan diukur pH dengan penambahan 0,1 M
analitik, desikator, kulkas, serangkaian alat HCl atau 0,1 M NaOH hingga diperoleh pH 5.
titrasi, kertas saring, bunsen. Kemudian dipanaskan pada suhu 45ºC selama
Jamur yang akan digunakan adalah 4 jam. Setelah dihidrolisis selama 4 jam,
Aspergillus niger yang diperoleh dari koleksi campuran disaring untuk memisahkan filtratnya.
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Filtrat ini disebut dengan filtrat pektin.
Kedokteran Universitas Riau. Pembuatan tepung pektin a.
Persiapan sampel Pengentalan
Bahan baku yang digunakan adalah Filtrat pektin dipanaskan pada suhu
kulit semangka yang matang dan segar. Kulit 95ºC sambil diaduk secara intensif sampai
semangka dibersihkan dengan air dan volumenya menjadi setengah volume
ditiriskan. Kemudian dipotong 1 cm dan semula. Hasil yang diperoleh disebut dengan
dikeringkan selama 10 jam pada suhu 65 ºC. filtrat pekat. Filtrat pekat ini kemudian
Setelah itu, kulit semangka yang telah kering didinginkan.
diblender hingga menjadi halus.
Pembuatan larutan nutrisi Dilarutkan b. Pengendapan pektin
CO(NH2)2 (3 g/L), (NH4)2SO4 (10 g/L), Filtrat pekat ditambahkan dengan
KH2PO4 (3 g/L), MgSO4.7H2O (0,5 g/L), alkohol asam dan diaduk sampai rata.
CaCl2.H2O (0,5 g/L) dengan aquades. Alkohol asam dibuat dengan mencampurkan
Diukur pH awal dan diatur hingga pH 5. 1 larutan etanol 95% dengan 2 ml HCl pekat
Peremajaan jamur Aspergillus niger per satu liter etanol. Setiap satu liter filtrat
Media Potato Dextrose Agar yang telah pekat ditambahkan dengan 1,5 liter alkohol
dipersiapkan, dituangkan ke dalam cawan petri asam. Setelah itu, filtrat didiamkan selama
dan dibiarkan hingga dingin dan memadat. 14 jam (semalam). Endapan pektin
Jamur pada stock culture diremajakan dengan dipisahkan dari filtrate dengan kain saring
menggoreskan jarum ose secara zig-zag ke rapat. Hasil yang diperoleh disebut dengan
dalam media yang telah disiapkan. Media pektin masam.
inokulasi diinkubasi selama 72 jam. Media
yang ditumbuhi jamur, dipotong 1 x 1 cm, dan c. Pencucian pektin masam
dimasukkan ke dalam tabung berisi larutan Pektin masam ditambah dengan alkohol
200 ml peptone water yang disiapkan sesuai 95%, kemudian diaduk-aduk. Setiap satu liter
prosedur kemasan. Tabung divorteks agar pektin masam ditambah dengan 1,5 liter alkohol

28
Jurnal Agroteknologi, Vol. 4. No. 2, Februari 2014: 27 -
95%. Setelah itu dilakukan penyaringan dengan
kain saring rangkap empat. Hal ini dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
beberapa kali sampai pektin tidak bereaksi lagi.
Hasil yang diperoleh disebut pektin basah. Tahap pendahuluan pada penelitian ini
Pektin yang tidak beraksi asam ialah pektin dilakukan untuk memperoleh bahan baku yang
yang tidak berwarna merah bila ditambah 32
dengan indikator pH fenolptalein.
d. Pengeringan
Pektin basah dijemur sampai kering, atau terbaik untuk proses ekstraksi. Bahan yang
dikeringkan dengan oven pada suhu 4050 ºC digunakan dalam penelitian ini adalah kulit
selama 6-10 jam. Hasil yang diperoleh disebut semangka. Kulit semangka dibersihkan dengan
pektin kering. Pektin kering di haluskan dengan air mengalir kemudian dikeringkan dengan
blender. Hasilnya disebut dengan tepung pektin. menggunakan oven pada suhu 65 oC selama 10
Ditimbang tepung pektin yang dihasilkan. jam. Pada penelitian Vina Fitriani pada tahun
2003 pengeringan bahan baku memberikan
Karakterisasi pektin a. pengaruh terhadap rendemen pektin.
Kadar air Pektin yang dihasilkan menggunakan
Kadar air ditentukan dengan cara yaitu metode pengeringan memiliki rendemen yang
sebanyak satu gram pektin dikeringkan di lebih besar dibandingkan dengan bahan yang
dalam oven pada suhu 100ºC selama 4 jam. yang tidak dikeringkan terlebih dahulu (Novia,
Selanjutnya didinginkan dalam desikator dan 2013). Pengeringan bahan baku akan
ditimbang sampai diperoleh bobot yang memperluas permukaan lebih optimal ketika
tetap. ekstraksi dan difusi larutan ke bahan
b. Kadar abu dibandingkan dalam keadaan segar. Hal ini
Cawan porselin dikeringkan di dalam disebabkan karena tingginya kadar air bahan
tanur pada suhu 600ºC kemudian akan menutupi permukaan sehingga
didinginkan di dalam desikator dan ditimbang mempersulit difusi larutan enzim untuk
sebagai wadah. Satu gram pektin ditimbang mengekstrak pektin dari bahan.
di dalam cawan porselin yang telah diketahui Pengeringan bahan dilakukan dengan
bobotnya. Pengabuan dilakukan dalam tanur menggunakan oven ataupun panas matahari.
pada suhu 600ºC selama 3 – 4 jam. Abu Pengeringan bahan dengan panas matahari
yang telah diperoleh didinginkan di dalam memberikan rendemen yang lebih rendah
desikator dan ditimbang sampai diperoleh daripada dengan oven. Penurunan rendemen
bobot konstan. semakin besar pada pengeringan dengan
c. Berat ekivalen menggunakan matahari. Hal ini disebabkan
Pektin sebanyak 0.5 gram dibasahi karena suhu panas matahari yang cenderung
dengan 5 ml etanol dan dilarutkan dalam 100 tidak stabil akan mempercepat terjadinya
ml aquades berisi satu gram NaCl. Larutan degradasi pektin menjadi senyawa yang lebih
hasil campuran tersebut dititrasi perlahan- sederhana. Selain itu, lamanya proses
lahan dengan 0.1 N NaOH memakai pengeringan juga memberikan kesempatan
indikator fenol merah sampai terjadi terjadinya oksidasi sehingga degradasi pektin
perubahan menjadi merah kekuningan yang menjadi lebih besar.
bertahan sedikitnya 30 detik. Produksi enzim menggunakan
d. Kandungan metoksil mikroorganisme meliputi tahap-tahap yang perlu
Larutan dari penentuan BE ditambah 25 diperhatikan yaitu pemilihan mikroorganisme
ml larutan 0.25 N NaOH, dikocok dan dan pengaturan kondisi proses. Mikroorganisme
dibiarkan selama 30 menit pada suhu kamar yang dipilih dalam penelitian ini adalah
dalam keadaan tertutup. Aspergillus niger. Hal ini dikarenakan
Selanjutnya ditambahkan 25 ml larutan 0.25 Aspergillus niger merupakan jenis mikroba yang
N HCl dan dititrasi dengan larutan 0.1 N memiliki keunggulan, yaitu menghasilkan enzim
NaOH dengan indikator fenol merah sampai ekstraseluler dengan aktivitas tinggi serta
titik akhir seperti pada penentuan BE. mudah dalam pemeliharaannya (Kurnia, 2010).
e. Kadar galakturonat Kadar galakturonat Produksi enzim pektinase dilakukan
dihitung dari μek (miliekivalen) NaOH yang dengan menumbuhkan mikroba
diperoleh dari penentuan BE dan kandungan yaitu
metoksil. Aspergillus niger dalam media produksi enzim
f. Derajat esterifikasi yang mengandung substrat. Pertama-tama
Derajat esterifikasi jamur diremajakan terlebih dahulu, supaya
dihitung dari kadar metoksil dan bakteri yang akan digunakan untuk
kadar galakturonat yang telah diperoleh. memproduksi enzim memiliki kemampuan

29
terbaik (Martha, 2012). Proses inokulasi jamur 2001). Hal ini menunjukkan kadar air pektin
harus dilakukan secara aseptik supaya tidak yang diekstraksi secara enzimatis lebih rendah
ada kontaminasi dari udara. Pada penelitian ini, dibandingkan pektin yang diekstraksi secara
proses inokulasi jamur dilakukan di dalam kimia.
Laminar Air Flow. Kadar abu tepung pektin yang
Produksi enzim pektinase merupakan diperoleh dari hasil penelitian sebanyak 1 gram
tepung pektin
Ekstraksi dan Karakterisasi Pektin (Zona Octarya dan Afni Ramadhani) yang diabukan
tahap dimana enzim dihasilkan dari proses didalam tanur
fermentasi kulit semangka akibat dari pada suhu 600ºC selama 4 jam pada 3 kali
metabolisme Aspergillus niger (Selfiza, 2013). pengulangan yaitu sebesar 4,8%. Standar Mutu
Proses fermentasi meliputi pemberian larutan Internasional Pectin Association menentukan
nutrisi, sterilisasi media fermentasi dan bahwa kadar abu total dari suatu pektin
penanaman mikroba. maksimum 10 %. Hal ini menunjukkan bahwa
Enzim pektinase diekstraksi kadar abu pektin hasil penelitian masih berada
menggunakan 100 mL larutan tween 80 0,1% dibawah nilai maksimum. Berbeda dengan
yang berperan sebagai surfaktan non ionik. penelitian Nuri Arum Anugrahati pada tahun
Tween 80 adalah ester asam lemak 2001 yang mengekstraksi pektin dari kulit
polioksietilen sorbitan, dengan nama kimia semangka dengan menggunakan pelarut EDTA,
polioksietilen 20 sorbitan monooleat. kadar abu pektin yang dihasilkan yaitu sebesar
Berdasarkan table 1 dapat disimpulkan bahwa 5,42 %.
pektin hasil penelitian sesuai dengan Standar Karakteristik pektin terbaik yang
Mutu International Pectin Producers dihasilkan dibandingkan Standar Mutu Pektin.
Association. Hasil karakterisitik pektin yang didapat
Rendemen pektin yang dihasilkan kemudian disajikan pada Tabel 1.
berupa serbuk halus berwarna cokelat
kehijauan. Sedangkan pektin komersial pada Tabel 1. Perbandingan Pektin Hasil Penelitian
umumnya berupa serbuk halus berwarna putih, dengan Standar Mutu International Pectin
kekuningan, kelabu atau kecoklatan. Warna Producers Association
Parameter Pektin Hasil Standar Mutu
coklat kehijau-hijauan dari pektin yang didapat
Penelitian Pektin
berasal dari warna kulit semangka (Satria, Rendemen 15,26 % -
2010). Dan ketika proses hidrolisis pektin, Kadar Air (%) 11,46% Maks 12 %
warna hijau kulit semangka pun ikut berikatan Kadar Abu (%) 4,8 % Maks 10 %
dengan pektin. Sehingga pektin yang Berat Ekivalen 789,77 mg 600-800 mg
dihasilkan pun berwarna coklat kehijauhijauan. Kadar Metoksil (%) 6,24 % 2,5 - 7,12 %
Kadar Galakturonat (%) 57,72 % Min 35%
Gambar rendemen pektin penelitian Derajat Esterifikasi 61,33 % Min 50 %
ditunjukkan pada Gambar 2.
Dari hasil penelitian berat ekivalen yang
didapatkan pada ekstraksi yaitu sebesar
789,77 mg. Hasil penelitian menunjukkan pektin
yang dihasilkan memiliki berat ekivalen yang
masih berada pada kisaran standar mutu
Internasional Pectin Association yaitu 600-800
mg.
Dari hasil penelitian didapatkan kadar
metoksil sebesar 6,24%. Hasil ini menunjukkan
bahwa pektin yang kita dapatkan dari ekstraksi
secara enzimatis yaitu pektin yang bermetoksil
rendah. Hal ini berarti hasil yang didapatkan
Gambar 2. Rendemen Pektin Hasil Penelitian masih berada dibawah nilai maksimum yaitu 7%
yang diperbolehkan. Sedangkan pektin dari
Kadar air pektin yang dihasilkan proses ekstraksi kimia memiliki kadar metoksil
sebesar 11,46 %. Batas maksimum nilai kadar 6,53 %, sehingga dapat digolongkan pektin
air yang diizinkan yaitu 12 %, sehingga kadar bermetoksil rendah.
air pektin yang dihasilkan masih memenuhi Pektin bermetoksil rendah lebih menguntungkan
standar mutu pektin international (Cui,S.W, karena dapat langsung diproduksi tanpa melalui
2005). Sedangkan kadar air pektin kulit proses demetilasi seperti pektin bermetoksil
semangka yang diekstraksi menggunakan rendah yang diproduksi dari pektin bermetoksil
EDTA yaitu sebesar 12,91 % (Anugrahati, tinggi (Haryati, 2006).

30
Jurnal Agroteknologi, Vol. 4. No. 2, Februari 2014: 27 -
Kadar asam galakturonat pektin hasil Cui, S.W. 2005. Food Carbohydrates:
ekstraksi yaitu sebesar 57,72 %. Hal ini berarti Chemistry, Physical Properties and
hasil yang didapatkan masih berada diatas nilai Apllications. CRC Press, USA.
minimum kadar galakturonat yaitu 35% yang Fardiaz. 1992. Mikrobiologi Pangan. PT.
diperbolehkan. Jika dibandingkan dengan pektin Gramedia Pustaka. Jakarta.
dari kulit semangka yang diekstraksi secara Fitriani, V. 2003. Ekstraksi dan Karakterisasi
kimia yang memiliki kadar galakturonat sebesar Pektin dari Kulit Jeruk Lemon ( Citrus
40,91 %, maka pektin kulit semangka dengan medica var Lemon). Skripsi. IPB. Bogor.
ekstraksi enzimatis lebih tinggi yaitu sebesar 32
57,72%.
Salah satu yang menentukan mutu
pektin adalah kadar galakturonat. semakin Haryati, Nur Mauliyah. 2006. Ekstraksi dan
tinggi nilai kadar galakturonat, maka mutu Karakterisasi Pektin dari Limbah Proses
pektin semakin tinggi (Martens, 2009). Pengolahan Jeruk Pontianak (Citrus
Derajat esterifikasi yang didapatkan dari Nobilis Var Microcarpa). Skripsi. IPB.
pektin hasil penelitian yaitu sebesar 61,33 %. Bogor.
Menurut Standar Mutu Pektin Internasional, Herbstreith, Fox. 2005. The Specialist for
derajat esterifikasi pektin ester tinggi minimal Pectin. Confectinery Production.
yang diizinkan ialah sebesar 50%. Sedangkan Novenburg.
derajat esterifikasi pektin ekstraksi secara kimia Keraf, Gorys. 1997. Komposisi. Nusa Indah.
yaitu sebesar 88,1 %, dimana lebih tinggi Jakarta.
dibandingkan pektin dengan ekstraksi Kurnia, D. R. 2010. Studi Aktivitas Enzim Lipase
enzimatis. Menurut Ptichkina (2008) dalam dari Aspergillus niger sebagai Katalis
penelitiannya, biasanya pektin dengan DE> dalam Proses Gliserolisis dalam
60% digunakan dalam industri makanan. Menghasilkan Monoasilgliserol. Tesis.
Universitas Dipenogoro. Semarang.
KESIMPULAN Ptichkina, N.M. 2008. Pectin Extraction from
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat Pumpkin with The Aid of Microbial
disimpulkan: Enzymes. Saratov State Agrarian
Vavilov University. Rusia.
1. Limbah kulit semangka dapat dimanfaatkan Poedjiadi, A dan Supriyanti, T. F. M. 2005.
sebagai sumber alternatif pembuatan pektin. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press Jakarta.
2. Rendemen pektin yang dihasilkan dari
ekstraksi secara enzimatis dengan Satria, B dan A. Yusuf. 2010. Pengolahan
Apergillus niger yaitu sebesar 15,26 %. Limbah Kulit Pisang Menjadi Pektin
3. Pektin yang dihasilkan dalam penelitian Dengan Metode Ekstraksi. Jurnal Teknik
sesuai dengan standar mutu International Kimia. Universitas Diponegoro.
Pectin Producers Association. Semarang.
4. Pektin yang dihasilkan memiliki kadar air Seymour, G. B. and P. Knox. 2000. Pectin and
11,46%, kadar abu 4,8%, berat ekivalen 789 their manipulation. Blackwell Publishing.
mg, kadar metoksil 6,24%, kadar United Kingdom.
galakturonat 57,72%, dan derajat esterifikasi
61,33%.

DAFTAR PUSTAKA

Angelina dan Martha. 2012. Ekstraksi Pektin


dari Kulit Buah Pisang Kepok (Musa
Paradisiaca). Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Anugrahati, N. A. 2001. Karekterisitik Edible
Film Komposit Pektin Albedo Semangka
(Citrullus vulgaris) dan Tapioka. Tesis.
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Budiyanto, A dan Yulianingsih. 2006. Pengaruh
Suhu dan Waktu Ekstraksi terhadap
Karakter Pektin dari Ampas Jeruk Siam
(Citrus nobilis L). Balai Penelitian dan
Pengembangan
Pascapanen Pertanian. Bogor.

31
Jurnal Agroteknologi, Vol. 4. No. 2, Februari 2014: 27 -

Jurnal Agroteknologi, Vol. 4. No. 2, Februari 2014: 27 - 32

27
Volume 4 Nomor 2, Februari 2014 PRINT ISSN 2087 -0620
ONLINE ISSN 2356 -4091

RESPON PADI GOGO (Oryza sativa L.) TERHADAP PEMBERIAN SILIKAT DAN PUPUK FOSFAT
PADA TANAH ULTISOL
(Response of Upland Rice (Oryza sativa L.) on the Application of Silicate and Phosphate Fertilizer on
Ultisol)
Zulputra, Wawan, Nelvia .........................................................................................................................
1-10
PENDUGAAN HERITABILITAS DARI 15 GENOTIPE PEPAYA (Carica papaya L.) PADA DUA
PERIODE MUSIM PANEN
(Heritability Estimation of 15 Genotypes of Papaya in two harvest periods)
Tri Budiyanti dan Sunyoto .......................................................
11-14
SISTEM INTEGRASI PADI TERNAK UNTUK MEWUJUDKAN KEDAULATAN PANGAN
(Crop Livestock Systems Integration to Achieve Food Sovereignty)
Dini Yuliani ..........................................................................
15-26
EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI PEKTIN DARI LIMBAH KULIT SEMANGKA
MENGGUNAKAN EKSTRAK ENZIM Aspergillus niger
(Extraction and Characterization of Pectin from Watermelon Peel Using Pectin Degrading
Enzyme of Aspergillus niger)
Zona Octarya dan Afni Ramadhani ........................................................................................................
27-32

PENGINDERAAN JAUH UNTUK ZONASI KERENTANAN RAWAN PANGAN


BERDASARKAN KONDISI BIOFISIK LAHAN DI KABUPATEN PURWOREJO
Prima Widayani ....................................................................................................................................... 33-38
EVALUASI HIBRIDA DAN KEMAMPUAN DAYA GABUNG BEBERAPA GALUR INBRED JAGUNG DI
LAHAN MASAM
(Hybrid Evaluation and combining ability of several maize inbred strains in acid soil)
P.K. Dewi Hayati, T. Prasetyo, dan A. 39-43
Syarif .........................................................................................

You might also like