Professional Documents
Culture Documents
247-Article Text-375-1-10-20181010
247-Article Text-375-1-10-20181010
ABSTRACT
Background: The case of smoking today becomes a big problem which can cause death in Indonesia. Law
/No. 44/2009 on Hospital require hospital management impose a regulation that all areas of a hospital have
to be KTR (No Smoking Area). Kabanjahe Regional General Hospital has implemented the policy of KTR
according to the SK (Directive) of the Hospital which has not been implemented completely so far. The
objective of this research was to analyze the implementation of SK Director RSU Kabanjahe No.
1255/RSU/2016 About KTR at RSU Kabanjahe in 2017.
Metode: This research used qualitative method with interview technique, participant observation,
documentation and triangulation with sample consisting of 4 employees and 2 patients of Kabanjahe
Hospital and using note book instrument, tape recorder, camera and researcher as instrument. The belief in
the results of the research is done by testing the credibility, depenability, process and research results. The
research was conducted in RSUD Kabanjahe.
Result: The result of the research showed that the implementation of KTR at RSU Kabanjahe did not run
well although it had been implemented for eight years. It was caused by some inhibiting factors such as some
of its managers and the personnel still smoked, there was no Regional Regulation which regulated it, there
was the lack of commitment of the Director in imposing sanction and in establishing a supervisory
committee for KTR.
Conclusion: The implementation of KTR at Kabanjahe Hospital was not in accordance with the Directive of
the Director of the hospital or failed. It is recommended that the hospital management increase disposition,
and bureaucratic structure in supporting the policy on KTR.
Keywords: non smoking area, implementation, hospital
ABSTRAK
Latar Belakang: Masalah rokok pada saat ini sudah menjadi masalah besar yang menyebabkan kematian di
Indonesia. UU No. 44/2009 Tentang Rumah Sakit (RS) menyebutkan setiap RS mempunyai kewajiban
memberlakukan seluruh lingkungan RS sebagai Kawasan Tanpa Merokok (KTR). RS Umum Daerah
(RSUD) Kabanjahe telah menerapkan KTR sesuai SK direktur RS namun sejauh ini pelaksanaannya belum
berhasil. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pelaksanaan SK Direktur RSUD Kabanjahe No. 1255 /
RSU / 2016 Tentang penerapan KTR di RSUD Kabanjahun tahun 2017.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik wawancara, observasi berperan serta,
dokumentasi dan triangulasi dengan sampel terdiri dari 4 orang pegawai dan 2 orang pasien RSUD
Kabanjahe dan menggunakan instrumen buku catatan, tape recorder, kamera dan peneliti sebagai instrumen.
Kepercayaan terhadap hasil penelitian dilakukan dengan pengujian kredibilitas, depenabilitas, proses dan
hasil penelitian. Penelitian dilakukan di RSUD Kabanjahe.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan KTR di RSUD Kabanjahe belum berjalan
dengan baik walaupun telah dilaksanakan selama delapan tahun. Hal ini dikarenakan beberapa faktor
penghambat seperti Direktur RS dan jajarannya masih merokok, tidak ada perda yang mengatur tentang
KTR, tidak adanya komitmen Direktur dalam menjatuhkan sanksi dan membentuk komite pengawas KTR.
Kesimpulan: Penerapan KTR di RSUD Kabanjahe belum sesuai dengan SK Direktur atau belum berhasil.
Pimpinan rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan disposisi, dan struktur birokrasi dalam mendukung
kebijakan KTR.
Kata Kunci: Kawasan tanpa rokok; implementasi; rumah sakit
Alamat Koresponding: Seriusman H. Sitanggang, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Jl. Universitas, No. 21,
Kampus USU Medan 20155, email : seriusmansitanggang@gmail.com
64 Maret 2018
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73
Maret 2018 65
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73
sampai saat ini belum terbentuk. Meskipun masih mencapai 30 % ketidakberhasilan KTR
realisasi peraturan KTR ini sudah berjalan ini juga disebabkan kuat karena ketidak
delapan tahun sangat berdampak terhadap patuhan pegawai dan kurangnya komitmen
ketidakefektifan penerapan KTR di RSUD direktur rumah sakit. Tujuan penelitian ini
Kabanjahe. Hal ini juga masih jauh dari apa dilakukan untuk menganalisis sejauh mana
yang diamanatkan dalam Pedoman pengimplementasian SK Direktur RSUD
Pengembangan KTR Kemenkes RI tahun Kabanjahe tentang KTR, apa yang menjadi
2011 yang menyatakan bahwa penyiapan hambatan pengimplementasiannya, serta
infrastruktur Kawasan Tanpa Rokok (KTR) strategi apa dilakukan supaya kebijakan KTR
antara lain : a) Membuat surat keputusan dari tersebut dapat berjalan efektif dan maksimal.
pimpinan tentang penanggung jawab dan
pengawas Kawasan Tanpa Rokok di fasilitas
METODE PENELITIAN
pelayanan kesehatan. b) Instrumen
pengawasan. c) Materi sosialisasi penerapan Penelitian ini menggunakan metode
Kawasan Tanpa Rokok. d) Pembuatan dan penelitian kualitatif Metode pengumpulan
penempatan tanda larangan merokok di data yang digunakan dalam penelitian ini
fasilitas pelayanan kesehatan. e) Mekanisme adalah dengan wawancara mendalam (in-
dan saluran penyampaian pesan di sekitar depth interview), observasi serta,
fasilitas pelayanan kesehatan. f) Pelatihan dokumentasi. Pengumpulan data dilakukan
bagi pengawas Kawasan Tanpa Rokok. g) berhadapan secara langsung dengan
Pelatihan kelompok sebaya bagi karyawan narasumber.11 Penelitian ini dilakukan di RSU
tentang cara berhenti merokok. Ini didukung Kabanjahe pada rentang waktu bulan
dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya desember 2016 sampai dengan bulan mei
bahwa pembentukan komite kelompok kerja tahun 2017. Pemilihan lokasi penelitian di
dan pelatihan pengawasan KTR yang belum RSU Kabanjahe karena rumah sakit
ada menjadi salah satu penghambat merupakan salah satu lokasi/tempat yang
berhasilnya KTR. Pentingnya harus melaksanakan kebijakan KTR. Populasi
mempertimbangkan penyediaan pelatihan dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai
bagi para staf untuk intervensi berhenti dan pengunjung rumah sakit, dan sampel
merokok di lingkungan rumah sakit sangat adalah orang-orang yang terlibat dalam
berperan penting dalam mewujudkan KTR.8 kebijakan KTR meliputi : Kepala tata usaha,
Keterlibatan dan dukungan internal rumah Kepala bidang data dan perencanaan, Kepala
sakit sangat penting dalam mendukung bidang penunjang pelayanan medis, kepala
keberhasilan KTR.9Disamping pelatihan sub bagian umum dan perlengkapan, pasien
keefektifan penerapan KTR juga tidak lepas rawat inap (1 orang), Pasien rawat jalan (1
dari dukungan pihak rumah sakit untuk orang). Pemilihan informan dalam penelitian
menjadi contoh dan juga sebagai cerminan ini dilakukan dengan menggunakan
dalam menerapkan KTR.10Dukungan dan pendekatan purposif dengan kriteria informan
keterlibatan pegawai RS dalam pelaksanaan yang menguasai atau memahami sesuatu
KTR ini berdasarkan pengamatan peneliti melalui proses enkulturasi sehingga sesuatu
sangat kurang ini dibuktikan dari hasil itu bukan sekedar diketahui tetapi juga
pengamatan peneliti ada 74 orang per harinya dihayatinya, informan yang tergolong masih
yang masih merokok di lingkungan RS baik sedang berkecimbung atau terlibat pada
pegawai maupun pengunjung RS. kegiatan yang tengah diteliti, informan yang
Berdasarkan wawancara singkat dengan salah mempunyai waktu yang memadai untuk
seorang pegawai RSU Kabanjahe menyatakan dimintai informasi, dan informan tidak
bahwa penerapan KTR di RSU Kabanjahe cenderung menyampaikan informasi hasil
66 Maret 2018
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73
Tabel 1.
Gambaran Karakteristik Responden
Maret 2018 67
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73
68 Maret 2018
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73
pegawai yang negatif, logika yang dimiliki tepat sebagai keputusan pribadi dalam
oleh para pegawai yang masih banyak menghadapi pengaruh eksternal dan faktor
merokok. Sedangkan penghalang eksternal non organisaional, atau pendekatan faktual.19
yang utama adalah kurangnya penerimaan Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit
kebijakan bebas asap rokok dari pasien dan Malata, ketidak patuhan para pembuat
pengunjung rumah sakit17. Hal ini dibuktikan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok menjadi
dari hasil wawancara dari narasumber yang penghalang berhasilnya kebijakan tersebut.
menyatakan masih merokok dilingkungan Prevalensi merokok diantara petugas-petugas
rumah sakit dan juga dibuktikan dengan kesehatan di rumah sakit Malta seimbang
pengamatan peneliti dimana dalam satu hari dengan masyarakat umumnya sehingga perlu
terdapat rata-rata 74 orang ditemukan masih tindaklanjut untuk membuat mereka berhenti
merokok di lingkungan rumah sakit, baik merokok, selain daripada ukuran-ukuran
pegawai maupun pasien atau keluarga pasien pencegahan secara umum. Pelatihan
yang berkunjung di rumah sakit. Kurangnya prasarjana, dan CPD bidang pertembakauan
komitmen pihak rumah sakit atau direktur perlu dijalankan terus. Sebagian besar petugas
rumah sakit beserta jajarannya dikarenakan kesehatan mendukung bila rumah sakit umum
belum ada dasar hukum yang menguatkan dari menjadi bebas asap rokok dan melakukan
PEMDA Kabupaten Karo yaitu PERDA yang promosi kesehatan. Sehingga hal ini membuka
mengatur tentang KTR, sehingga dalam peluang bagi ukuran-ukuran pengendalian
menjalankan kebijakan ini secara sepenuhnya tembakau yang lebih jauh untuk memperkuat
tidak berjalan efektif. Kurangnya kepatuhan implementasi. Kenyataan di lapangan
pegawai rumah sakit ini juga disebabkan menunjukkan bahwa proporsi pegawai rumah
karena belum adanya sanksi yang memberi sakit yang merokok tidaklah berbeda dengan
efek jera kepada para pelanggar kebijakan yang ditemukan di masyarakat umum.
KTR baik secara lisan, tulisan maupun Persentase perokok tertinggi berada pada
tindakan hukum atau kebijakan-kebijakan kelompok umur termuda (18-25 tahun),
rumah sakit laninnya. Di Skotlandia, padahal generasi inilah yang seharusnya
perangkat peraturan anti rokok tahun 2006 paling sering terpapar pada kampanye anti
ternyata sangat efektif dan berhasil setelah rokok di sekolah atau pendidikan tersier.
diperkenalkannya tahapan-tahapan serta Kenyataan menunjukkan bahwa para perokok
kebijakan kawasan tanpa rokok di tempat seringkali diberikan waktu istirahat untuk
umum, sehingga keuntungan dari adanya merokok secara tak resmi, hal ini bisa
kebijakan seperti itu bisa meluas ke populasi mengganggu usaha untuk berhenti merokok,
umum, bukan hanya pada kelompok yang yang mana mereka memiliki lebih banyak
terpapar asap tembakau karena waktu istirahat ketimbang bekerja di bagian
pekerjaannya/lingkungan kerjanya baik yang tidak terkait kegiatan merokok. Terdapat
tempat pelayanan kesehatan, tempat ibadah, 3 area untuk merokok yang tersedia di rumah
tempat bermain anak-anak dan lain-lain.18 sakit, dan hal ini berdampak pada
Berdasarkan pendekatan kepatuhan dan berkumpulnya para perokok di area-area
pendekatan faktual dapat dinyatakan bahwa tersebut untuk merokok. Hal ini mungkin
keberhasilan kebijakan sangat ditentukan oleh dipengaruhi oleh faktor psikologi, dimana
tahap implementasi dan keberhasilan proses para perokok menganggap diri mereka
implementasi ditentukan oleh kemampuan sebagai pembangkang yang berlawanan
implementor yaitu : a) Kepatuhan dengan tujuan peraturan anti rokok di rumah
implementor mengikuti apa yang sakit yakni untuk menurunkan jumlah
diperintahkan oleh atasan, dan b. Kemampuan perokok. Kepatuhan dan kesadaran pelaksana
implementor melakukan apa yang dianggap kebijakan KTR merupakan kunci dalam
Maret 2018 69
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73
mewujudkan kebijakan Kawasan Tanpa Kawasan Tanpa Rokok. (d). Pembuatan dan
Rokok. Kepatuhan dan kesadaran pelaksana penempatan tanda larangan merokok di
ini dibuktikan dalam keberhasilan rumah sakit fasilitas pelayanan kesehatan. (e). Mekanisme
di Amerika.20Dukungan pihak rumah sakit dan saluran penyampaian pesan di sekitar
untuk menjadi contoh dan cerminan juga fasilitas pelayanan kesehatan. (f). Pelatihan
sangat berperan dalam mewujudkan KTR ini bagi pengawas Kawasan Tanpa Rokok. (g).
sesuai dengan hasil penelitian di rumah sakit Pelatihan kelompok sebaya bagi karyawan
Malta.21 tentang cara berhenti merokok. Seharusnya
Dukungan internal rumah sakit dalam jika tahap-tahap ini dilaksanakan misalnya
melakukan dan mencari strategi mulai dari sosialisasi dan pembinaan,
pengimplementasian KTR ini menjadi kunci pembentukan komite kerja dan pengawasan
keberhasilan yang paling tepat. Koordinasi hingga dalam pemberian sanksi administratif
dalam internal rumah sakit sebagai pelaku pengaplikasian regulasi KTR ini berjalan
kebijakan sangat lemah jika dilihat saat ini di efektif. Ini didukung dengan hasil penelitian
RSUD Kabanjahe dan juga belum ada yang dilakukan di Kanada sebagai strategi
koordinasi eksternal contohnya kepada Dinas keberhasilan rumah sakit dalam menerapkan
Kesehatan Kabupaten Karo maupun LSM kebijakan bebas asap rokok adalah.Untuk
yang terkait dengan KTR dalam melakukan memaksimalkan keberhasilan kebijakan
penyuluhan, sosialisasi dan edukasi lainnya properti rumah sakit bebas asap rokok, maka
kepada pegawai maupun kepada pengunjung perlu diperlukan perlakuan-perlakuan yang
rumah sakit. Dukungan manajemen yang tidak melibatkan zat tembakau baik pada
masih kurang dalam mengimplementasikan pegawai RS maupun pasien, perlu dikurangi
kebijakan KTR di RSUD Kabanjahe juga pengecualian-pengecualian kebijakan yang
menjadi salah satu faktor tidak terealisasinya ada, dan perlu dikurangi pula area-area
SK direktur RSUD Kabanjahe ini secara tertentu yang masih menjadi tempat merokok,
efektif. Kegagalan dalam implementasi sering Kepemimpinan yang kuat dan dukungan-
terjadi karena staf tidak mencukupi, tidak dukungan kebijakan yang memadai.
memadai atau pun tidak kompeten di Di Skotlandia, perangkat peraturan anti
bidangnya, penambahan jumlah staf dan rokok tahun 2006 ternyata berhubungan
implementor saja tidak mencukupi tetapi dengan menurunnya rate penyakit pernapasan
diperlukan pula kecukupan staf dengan secara berturut-turut pada populasi di luar dari
keahlian dan kemampuan yang diperlukan kelompok yang terpapar asap tembakau
dalam mengimplementasikan kebijakan atau karena pekerjaannya/lingkungan kerjanya.
melaksanakan tugas yang diinginkan oleh Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat
kebijakan atau program itu penurunan rate perawatan asma pada anak
21
sendiri. Manajemen rumah sakit sangat setelah diperkenalkannya kebijakan tanpa
penting dalam mendukug KTR ini, salah satu asap rokok di tempat umum, sehingga
dukungan mendasar yang dapat dijadikan keuntungan dari adanya kebijakan seperti itu
sebagai pedoman adalah Pedoman bisa meluas ke populasi umum, bukan hanya
Pengembangan KTR Kemenkes RI Tahun pada kelompok yang terpapar asap tembakau
2011 yang menyatakan bahwa penyiapan karena pekerjaannya/lingkungan
infrastruktur Kawasan Tanpa Rokok (KTR) kerjanya.22Kebijakan pengendalian tembakau
antara lain : (a). Membuat surat keputusan di Indonesia masih menimbulkan perdebatan
dari pimpinan tentang penanggung jawab dan yang panjang, mulai dari hak asasi seorang
pengawas Kawasan Tanpa Rokok di fasilitas perokok, fatwa haram merokok di tempat
pelayanan kesehatan. (b). Instrumen umum sampai dengan dampak anti rokok
pengawasan. (c). Materi sosialisasi penerapan terhadap perekonomian dan tenaga kerja di
70 Maret 2018
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73
UU/PERDA/SK
Gambar 1.
Strategi Implementasi KTR di RSUD Kabanjahe
Maret 2018 71
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73
72 Maret 2018
Sitanggang et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Maret 2018, 9(1):64-73
Maret 2018 73