You are on page 1of 12

DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).

4607 P-ISSN 2527-9610


E-ISSN 2549-8770

Sistem Boarding School Dalam Membentuk Kemandirian


Siswa Madrasah Aliyah Negeri 1 Kota Pekalongan

Muhammad Khoiruzzadi*, Muhammad Luqmanul Hakim

Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia, Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Pekalongan, Indonesia
Jl. Laksda Adisucipto, Papringan, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah
Istimewa Yogyakarta 55281, Jl. Kusuma Bangsa No.9, Panjang Baru,
Pekalongan Utara, Kota Pekalongan, Jawa Tengah 51141
Email: khoiruzzadie@gmail.com

Abstract: This study aims to determine the activities that exist in the boarding school
system, and forms of student independence at boarding school in MAN 1 Pekalongan City.
This research is included in the field research with a descriptive qualitative approach.
Data obtained from interviews with the head of the boarding house, carers of male
dormitory and 3 boarding school students, and observations related to teacher learning
and student independence. Analysis of the data used according to Miles and Huberman,
namely: data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of this
study that boarding school aims to form students who are independent, both emotionally,
economically, intellectually, and socially. Forms of independence of students at boarding
school such as washing clothes, washing cooking utensils, cleaning the bed as well as his
room. Student independence is formed because of the habituation of all activities in
boarding school and repetitions as reinforcement of the independent attitude that
students already have. So it is hoped that there will be special research on students' self-
awareness while at boarding school MAN 1 Pekalongan City.

Keywords: Boarding School, Student, Independent

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan yang ada dalam sistem
boarding school, dan bentuk kemandirian siswa di boarding school di MAN 1 Kota
Pekalongan. Penelitian ini termasuk dalam penelitian lapangan dengan pendekatan
kualitatif deskriptif. Data didapat dari hasil wawancara dengan kepala asrama,
pengasuh asrama putra dan 3 siswa boarding school, dan hasil observasi terkait
pembelajaran guru dan kemandirian siswa. Analisis data yang digunakakan menurut
Miles dan Huberman, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini bahwa boarding school bertujuan membentuk siswa yang
mandiri, baik secara emosional, ekonomi, intelektual, dan sosial. Bentuk kemandirian
siswa di boarding school seperti mencuci pakaian, mencuci peralatan masak,
membersihkan tempat tidur sekaligus kamarnya. Kemandirian siswa dibentuk karena
pembiasaan dari seluruh kegiatan yang ada di boarding school dan pengulangan-
pengulangan sebagai penguat dari sikap mandiri yang sudah dimiliki siswa. Sehingga
diharapkan, ada penelitian khusus kesadaran diri siswa selama di boarding school MAN
1 Kota Pekalongan.

Kata Kunci: Boarding School, Siswa, Kemandirian

Jurnal Pendidikan Agama Islam Al-Thariqah Vol. 5, No. 2, Juli - Desember 2020
Received: 19 February 2020; Accepted 09 May 2020; Published 15 August 2020
*Corresponding Author: khoiruzzadie@gmail.com
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4607 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

PENDAHULUAN dari orang tua siswa (Martin, Papworth,


Pada tahun 2019, Indeks Ginns, & Liem, 2014, h. 1007). Sistem
pembangunan manusia (IPM) Indonesia boarding school mengadopsi dari
berada di angka 71,92. Angka ini pendidikan pesantren yang dibungkus
meningkat sebesar 0,74 persen dengan istilah sekolah unggulan dan
dibandingkan tahun 2018 (Badan Pusat sudah ada sejak lama, untuk itu boarding
Statistik, 2020). Selain itu, Indeks school telah mengadopsi pendidikan
pembangunan manusia (IPM) ditentukan pesantren secara diam-diam (Haeruddin,
oleh tiga hal, yaitu kemampuan daya beli Rama, & Naro, 2019, h. 60; Qomar, 2008,
masyarakat, kesehatan masyarakat, dan h. 82).
pendidikan yang dimiliki masyarakat Di boarding school mempunyai
(Sadulloh, 2010, h. 73). Di sisi lain, tugas yang penting khususnya dalam
tantangan global yang semakin membentuk karakter, mengembangkan
berkembang menuntut masyarakat tidak kepribadian, dan menanamkan nilai-nilai
ketertinggalan dengan kemajuan tapi hidup jika dibanding dengan sekolah yang
tetap bisa menjaga jati diri bangsa tidak memiliki konsep boarding school
Indonesia yang beradab. Jadi tidak salah, (Fathonah, Hernawaty, & Fitria, 2017, h.
pendidikan merupakan salah satu faktor 69). Melalui boarding school, banyak
penentu dalam keberhasilan suatu manfaat yang bisa diraih, antara lain
masyarakat. Untuk membentuk manusia jadwal belajar lebih teratur (Behaghel, de
yang berwawasan luas tentang Islam, ada Chaisemartin, & Gurgand, 2017, h. 140),
lembaga formal, non formal dan informal kesehatan mental yang baik (Evans-
yang berfokus pada konsep keislaman Campbell, Walters, Pearson, & Campbell,
seperti pondok pesantren dan madrasah 2012, h. 421; Yin dkk., 2017, h. 59),
(Susiyani & Subiyantoro, 2017, h. 327). asupan jadwal makan yang teratur
Pondok pesantren dan madrasah sehingga asupan gizi tercukupi (Sutyawan
berperan dalam menghasilkan siswa- & Setiawan, 2013, h. 207), pembugaran
siswi yang berkarakter sesuai dengan kondisi fisik (Susanto, Sulistyorini,
nilai-nilai Islami (Das, Halik, & Wuryaningsih, & Bahtiar, 2016, h. 291),
Amaluddin, 2016, h. 24). melatih sikap kemandirian pada diri
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 santri (Qomar, 2015, h. 136) dan lainnya.
Kota Pekalongan merupakan lembaga Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu
pendidikan yang mencetak generasi- diperhatikan juga hal-hal yang sulit
generasi penerus bangsa yang dikembangkan anak selama di boarding
berkompeten. Hal ini ditandai dengan school, seperti proses adaptasi yang lama
belajar ilmu pengetahuan dan ilmu agama jika anak selama bersama orang tuanya
didukung dengan keterampilan untuk selalu dimanja, kurang nafsu makan
bekal peserta didik di kehidupan masa dengan masakan yang ada di boarding
yang akan datang. Selain itu, di Madrasah school (Mander, Leaster, & Cross, 2015, h.
Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Pekalongan 140), dan jika berlarut anak akan menjadi
juga menerapkan boarding school bagi depresi dan tidak nyaman selama di
siswa-siswinya yang berminat untuk boarding school (Schaverien, 2011, h.
tinggal di boarding school. 141).
Boarding school merupakan sekolah Dari manfaat yang nantinya akan
untuk para siswa agar tidak pulang pergi, dirasakan oleh siswa, namun ada hal yang
tetapi menginap di asrama sekolah perlu digarisbawahi ketika siswa yang
selama masa proses pendidikan. baru belum nyaman selama di boarding
Keberadaannya juga mendapatkan dari school sehingga memutuskan untuk
dukungan dari siswa itu sendiri dan juga keluar dan hanya berfokus untuk sekolah

2
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4607 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

reguler saja. Para siswa agar cepat Pekalongan terkait boarding school yang
beradaptasi selama di boarding school, diterapkan di sana karena untuk boarding
mereka dituntut mengikuti aturan yang school untuk siswa laki-laki. baru
ada dan berusaha meninggalkan diterapkan pada tahun 2019, berbeda
kebiasaan yang tidak baik selama tinggal dengan siswa putri yang sudah ada sejak
di rumah dengan orang tuanya tahun 2016. Sehingga penulis tertarik
(Schaverien, 2011, h. 138). Jika siswa meneliti kegiatan di boarding school siswa
sudah mampu beradaptasi, kemungkinan laki-laki yang masih baru diterapkan di
untuk depresi, cemas, emosi, dan stress MAN 1 Kota Pekalongan. Aspek yang
bisa lebih ditekan oleh siswa (Mander terpenting dalam kesiapan siswa selama
dkk., 2015, h. 131). berada di boarding school adalah aspek
Hal yang terpenting selama di kemandirian, apalagi tergolong masih
boarding school, siswa-siswi harus baru dalam pengelolaan boarding school
mampu mandiri agar tetap nyaman dan siswa laki-laki dan perlu adaptasi.
bagus untuk masa depan siswa (Keller & Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
Brown, 2014, h. 428). Selain itu, siswa mengetahui kegiatan yang ada dalam
haruslah disiplin terhadap waktu, sistem boarding school di MAN 1 Kota
menghadapi masalah sendiri dan tidak Pekalongan, dan bentuk kemandirian
bergantung kepada orang lain (Behaghel siswa selama di boarding school di MAN 1
dkk., 2017, h. 140). Perbuatan siswa yang Kota Pekalongan.
serba mandiri diharapkan mampu
membuat siswa cenderung percaya diri KONSEP TEORI
dan berani dalam menjalani kehidupan. Boarding school merupakan sebuah
Dari kemandirian tersebut dapat sistem yang meniru gaya pondok
membuat siswa membendung dan pesantren. Di Indonesia khususnya pulau
menyaring segala bentuk hal yang bisa Jawa, lebih mirip dengan pemondokan
menyebabkan siswa berperilaku dalam lingkungan padepokan, yaitu
menyimpang dari norma agama (Evans- perumahan sederhana yang di petak-
Campbell dkk., 2012, h. 422; Fathonah petak dalam bentuk kamar-kamar yang
dkk., 2017, h. 73). merupakan asrama bagi santri kamar
Kehadiran boarding school di MAN 1 yang merupakan asrama bagi santri
Kota Pekolangan ini menjawab (Nasir, 2011, h. 80). Di boarding school
problematika dari masyarakat karena juga memperhatikan aspek dan nilai yang
pada zaman sekarang siswa tidak bisa ada di masyarakat sebagai
menerapkan perilaku yang baik ketika pengembangan yang akan dibentuk pada
berada di lingkungan sosial. Seluruh diri siswa. Dari awal mula berdirinya
siswa mempunyai kesempatan untuk boarding school sangat berpatokan dan
mendaftarkan dirinya menjadi siswa di penekanan pada nilai-nilai moralitas,
boarding school MAN 1 Kota Pekalongan, menjunjung nilai kemandirian,
lebih-lebih asrama ini bisa dimanfaatkan kebersamaan, dan kesederhanaan (A’la,
oleh siswa yang rumahnya jauh. Kegiatan 2006, h. 49).
yang ada di asrama salat berjamaah, Kemandirian termasuk dalam kunci
setelah salat subuh dan setelah salat isya’ keberhasilan yang harus dimiliki individu.
siswa membaca Al-Qur’an ada juga Kemandirian merupakan kemampuan
tambahan pembelajaran ilmu umum yang dimiliki individu yang dibentuk
(mengulangi materi yang di ajarkan di melalui pengalaman dalam hidupnya
kelas). melalui proses pembelajaran agar tidak
Dari hal tersebut di atas, penulis bergantung pada orang lain, memiliki
melakukan penelitian di MAN 1 Kota sikap percaya diri, bisa mengambil

3
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4607 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

keputusan yang tepat, dan berani menganalisisnya, dengan cara mengkaji


bertanggung jawab terhadap sesuatu dan menelaah lebih lanjut terkait data
yang dikerjakannya (Desmita, 2010, h. yang sudah didapatkan kemudian
185). Seseorang yang memiliki sikap dikaitkan dengan teori yang sudah
mandiri tidak memerlukan petunjuk yang mapan. Adapun proses analisisnya adalah
rumit dan secara berkesinambungan dengan tiga tahapan yaitu reduksi data,
dalam mencapai tujuan akhir, dan ia menyajikan data, dan penarikan
mampu melakukannya secara sendiri. kesimpulan (Afifudin, 2012, h. 165).
Namun dalam realitasnya, terlihat siswa Teknik dalam menguji keabsahan data
dalam asrama banyak yang pulang ke dengan menggunakan triangulasi sebagai
rumah. Disebabkan siswa asrama yang pengecekan data dari berbagai sumber
pulang itu karena jarak antara sekolah dengan berbagai cara, dan berbagai
dan rumah tidak terlalu jauh. Robert waktu.
Havinghurst membagi kemandirian Berikut dipaparkan tabel karakter
manusia baik secara emosi, intelektual, informan yang terlibat dalam penelitian.
ekonomi, dan sosial (Desmita, 2010, h. Tabel 1. Karakteristik Informan
186). No Informan Pekerjaan Asal
1 AM Kepala Pekalongan
METODE PENELITIAN asrama
Penelitian ini termasuk dalam 2 AZ Pengasuh Pekalongan
penelitian lapangan (field research). asrama
Pendekatan yang dipakai adalah dengan putra
pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu 3 EF Siswa Tegal
prosedur dalam penelitian yang kelas 10
menggunakan kata-kata tertulis dari data 4 MHM Siswa Pemalang
yang didapat di lapangan kemudian kelas 10
dijabarkan secara deskriptif. Untuk data 5 ZA Siswa Batang
primer adalah data yang diperoleh dari kelas 10
hasil wawancara dengan kepala asrama,
pengasuh asrama putra dan 3 siswa HASIL DAN PEMBAHASAN
boarding school, kemudian hasil observasi Hasil Penelitian
terkait pembelajaran guru dan Sistem Boarding School MAN 1 Kota
kemandirian siswa boarding school MAN Pekalongan
1 Kota Pekalongan. Dalam pemilihan 3 Boarding school di MAN 1 Kota
siswa berdasarkan tempat tinggal siswa Pekalongan memiliki struktur organisasi,
yang berbeda, sehingga diharapkan dari yang paling tertinggi yaitu kepala
mampu merepresentasikan siswa yang asrama, sekretaris dan pengasuh asrama.
ada di boarding school yang berasal dari Pengasuh asrama bertugas memberikan
Batang, Pemalang, dan Tegal. Sedangkan bimbingan dan melatih kepada seluruh
data sekunder diperoleh dari siswa asrama, mengontrol perkembangan
dokumentasi seperti dokumen kepribadian dan sikap belajar siswa,
kepengurusan boarding school, program menerapkan disiplin disegala aspek di
unggulan, visi dan misi, dan lainnya. asrama, memberikan pembinaan dan
Dari data yang sudah didapat pembinaan keterampilan (skill) yang
kemudian dikumpulkan dan dipilah bersifat keagamaan dan manajemen diri
sesuai dengan kebutuhan dalam sesuai dengan program-program
menjawab hasil dari penelitian. Dari data pembiasaan yang diterapkan, mengayomi
yang sudah dipilah dan dipelajari secara seluruh siswa untuk mewujudkan
berkala, selanjutnya adalah ketenangan asrama, bertindak tegas

4
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4607 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

terhadap pelanggaran tata tertib, semeseter. Fasilitas yang didapat berupa


membuat laporan secara berkala kepada kasur tempat tidur, lemari pakaian dan
kepala asrama. Segala keadministrasian makan. Dengan mengikuti program
dan keuangan dikelola oleh sekretaris boarding school, siswa jadi lebih hemat
dan bendahara asrama. Kepala asrama untuk pengeluaran pulang pergi sekolah,
bertanggung jawab dan melaporkan karena gedung asrama masih satu
segala urusan asrama kepada kepala lingkungan dengan MAN 1 Kota
madrasah. Pekalongan.
MAN 1 Kota Pekalongan memiliki Menurut AM selaku kepala asrama
asrama untuk putra dan putri. Untuk “Kebanyakan siswa yang mengikuti
asrama putri dapat dikatakan lebih bagus program boarding school ini kebanyakan
dari pada asrama putra apabila dilihat domisilinya jauh-jauh, jadi asrama ini bisa
dari fasilitasnya, ini disebabkan karena dimanfaatkan oleh siswa yang rumahnya
boarding school yang sudah diterapkan jauh dengan begitu orang tua dapat
terlebih dahulu itu untuk siswi putri dan memangkas uang transportasi dan anak
sudah mempunyai 3 angkatan beda pun terlatih mengatur keuangannya
dengan asrama putra yang masih sendiri”. Hal inilah yang menjadikan
mempunyai 1 angkatan (dimulai dari sumber latihan siswa untuk hidup
pendaftaran sekolah angkatan 2019). mandiri.
Tentunya gedung-gedung untuk asrama Lebih dari itu, siswa yang mengikuti
putri sudah lengkap lain halnya dengan boarding school dituntut untuk bisa
asrama putra yang belum memiliki aula mandiri dalam kesehariannya, karena
dan kamar tidur masih menggunakan mereka terlepas dari ketergantungan
bangunan dari peninggalan kantor urusan dengan keluarga atau orang tua murid.
agama (KUA). Aula putri sebagai pusat Siswa yang mengikuti boarding school
kegiatan pembelajaran untuk siswi dilatih untuk mandiri dalam hal disiplin
mereka belajar kitab kuning, belajar waktu, hal ini digambarkan dengan
bahasa, hafalan dan untuk sholat situasi jadwal kegiatan sholat berjamaah
berjamaah. Berbeda dengan asrama putra lima waktu hukumnya wajib apabila
seluruh kegiatan pembelajaran terjadi pelanggaran maka denda dengan
dipusatkan di masjid. Pembelajaran nominal uang Rp. 10.000. sebagaimana
dengan sistem boarding school ini penuturan dari salah satu siswa (MHM),
meliputi kajian kitab-kitab klasik, baca dia menjelaskan bahwa “Pak AZ selalu
tulis Al-Qur’an dan berlatih bahasa asing memantau siswa di asrama, apalagi yang
yakni bahasa Arab dan bahasa Inggris. AM berhubungan dengan sholat. Pak AZ
selaku kepala asrama mempunyai sebuah selaku pengasuh asrama benar-benar
target untuk siswa laki-laki maupun memantau siswanya supaya bisa
perempuan yang mengikuti boarding melakukan sholat wajib tepat waktu dan
school target tersebut yaitu hafal 1 juz dilaksanakan secara berjamaah. Terlihat
dalam satu semester. Maka dari itu sering kali saya terbangun ketika pukul
pengasuh dari masing-masing asrama 03.00 WIB. ketua asrama bersama
ialah lulusan dari pondok pesantren yang pengasuh membangun siswa asrama
sekaligus seorang hafidz dan hafidzoh. untuk melakukan solat malam kemudian
Untuk memenuhi kebutuhan dilanjutkan dengan sholat subuh
fasilitas sarana dan prasarana untuk berjamaah”.
kegiatan belajar mengajar maka siswa Siswa boarding school juga
yang ikut program boarding school di bertanggung jawab atas kebersihan
minta pembayaran uang gedung asrama asrama baik itu dari kamar tidur, ruang
sebesar Rp. 500.000 selama satu makan, aula dan kamar mandi. Siswa pun

5
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4607 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

diharuskan untuk mencuci pakaiannya memberikan pembelajaran ketika kami


sendiri. Hal ini perlu pembiasaan agar menemukan sebuah kesulitan dalam
siswa dapat menyelesaikan tugas pribadi. belajar. Lebih-lebih di asrama teman-
Salah satu pembelajaran di asrama ada teman saya pada pintar jadi lebih enak
muhadharah, ilmu dari muhadharah jika belajar bersama dengan orang yang
diharapkan dapat melatih mental siswa memiliki kepandaian diatas saya. Karena
ketika berbicara didepan umum atau apabila belajar bersama guru saya masih
orang banyak. Seperti yang dikatakan AZ, mempunyai rasa malu untuk bertanya
beliau mengatakan bahwa “Di asrama ini ketika tidak paham pada suatu materi
juga kami membekali siswa untuk belajar akan tetapi apabila belajar bersama
khitobah atau muhadharah, ini berfungsi teman sendiri bisa bertanya lebih
supaya melatih mental para siswa ketika mendalam dan tidak ada rasa malu
berbicara didepan banyak orang, karena ataupun takut”.
setelah lulus para siswa akan kembali lagi Boarding school juga bisa mencakup
ke lingkungan sosial yang lebih luas”. siswa dengan latar belakang yang
Siswa yang ikut boarding school berbeda, baik dari intelektual,
sering belajar bersama-sama, jika ada PR kemampuan sosial, sosial budaya, bahasa,
atau tugas dari gurunya maka siswa akan dan yang lainnya. Siswa akan menerima
mengerjakannya secara berkelompok. pembelajaran yang sama dan tidak
Biasanya siswa yang pandai menjadi membedakan siswa satu dengan yang
pengarah bagi teman-temannya yang lainnya. Baik dari kegiatan pembelajaran,
kurang paham dengan tugasnya. Siswa maupun lainnya seperti makan, jam
yang mengikuti boarding school waktunya istirahat, fasilitas. Mereka lakukan secara
lebih bermanfaat dari pada siswa yang bersama-sama sesuai dengan program
tidak ikut boarding school karena mereka yang sudah ada di dalamnya. Siswa juga
setelah pulang sekolah waktu luang akan dibentuk sikap sosialnya. Ketika ada
digunakan untuk bermain. Lain halnya siswa yang kesulitan, maka empati dari
dengan siswa yang ikut program boarding teman yang lainnya akan sedikit demi
school waktu luang mereka bisa sedikit terbentuk dalam membantunya.
dimanfaatkan untuk belajar dari sore Selain itu, karakter kepemimpinan juga
sekitar pukul 16.00 belajar kajian kitab akan terbentuk dengan sendirinya ketika
klasik, kemudian dilanjutkan tahsinul siswa sudah mampu memimpin dan
qur’an dan belajar bahasa kemudian mengendalikan diri dengan baik.
belajar mandiri atau kelompok sampai Siswa yang hidup dalam lingkungan
pukul 22.00. boarding school dapat melatih untuk
Hal ini selaras apa yang bersikap menerima perbedaan jika
disampaikan oleh salah satu siswa (EF), ditemukan beberapa perbedaan dalam
dia menjelaskan bahwa “Pengasuh berpendapat ketika belajar maupun
asrama selalu memantau saya dan teman- dalam menyelesaikan masalah. Seperti
teman, lebih-lebih ketika selesai dikatakan oleh ZA, bahwa “Kami jadi
pembelajaran sekolah kami dari sore banyak temanyang berasal dari berbagai
sampai pagi selalu didampingi oleh daerah, ada yang dari Tegal, Pemalang,
pengasuh asrama dalam setiap Brebes dan Batang. Terdapat banyak
kegiatannya. Contoh kecil saja, selain perbedaan diantara kami, dengan
waktu salat wajib, dalam hal belajar perbedaan itu kami bisa lebih asik dalam
kelompok pengasuh asrama ikut belajar apalagi dengan guru pengasuh
memantaunya. Jadi belajar kelompok jadi yang berasal dari kota Pekalongan yang
lebih kondusif tidak ada yang bercanda, selalu mendampingi kami sebagai siswa
terkadang pengasuh juga ikut asrama, interaksi yang kami lakukan

6
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4607 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

tidak hanya dengan teman sejawat akan peralatan masak. Penuturan lebih lengkap
tetapi dengan pengasuh asrama dan juga dijelaskan oleh MHM, bahwa “Di asrama
karyawan asrama pun kami selalu itu harus terbiasa apa-apa meyelesaikan
bersendau gurau”. urusan pribadi walaupun terkadang
Program Keunggulan dan Jadwal muncul rasa malas namun kalau malas itu
Kegiatan Boarding School Siswa Putra dibiarkan maka akan menumpuklah
MAN 1 Kota Pekalongan dalam urusan pribadi kita seperti mencuci
menjalankan boarding school mempunyai pakaian, mencuci peralatan masak,
beberapa program unggulan, diantaranya membersihkan tempat tidur sekaligus
program tahfidz, program bahasa (Arab kamarnya. Kalau urusan pribadi sudah
dan Inggris), dan program kajian kitab dikerjakan dan tidak menumpuk kan jadi
klasik. enak kalau mau melanjutkan belajar dan
Dalam menjalankan sistem boarding mengerjakan tugas. Berbeda jika berada
school ini terdapat beberapa program dirumah semua urusan pribadi
baik itu kegiatan sehari-hari, mingguan dikerjakan oleh ibu saya”.
maupun bulanan. Seperti yang dikatakan Sebagai hamba Allah SWT. maka
oleh AZ “Disini kami mempunyai kegiatan siswa diwajibkan menjalankan perintah
baik itu harian, mingguan maupun Tuhan seperti salat fardhu. Salat fardhu
bulanan, kegiatan harian seperti sholat ini selalu dilaksanakan secara berjamaah
berjamaah di masjid, tadarus Al-Qur’an, antara siswa dengan pengasuh asrama.
dan belajar kajian kitab klasik kalau Dalam hal ini bertujuan untuk siswa agar
kegiatan mingguan seperti berzanji, lebih disiplin terhadap waktu dan dapat
terkadang kalau malam jumat membaca menghargai waktu contohnya dengan
yasin dan tahlil yang di pimpin langsung salat fardhu tepat waktu dalam artian
oleh pengasuh asrama. Kegiatan tidak boleh menunda waktu salat. Siswa
bulanannya seperti muhadharah”. pun diajarkan untuk bangun malam lalu
Jadwal kegiatan boarding school salat tahajud. Sebagaimana penjelasan
MAN 1 Kota Pekalongan ini berlaku untuk dari AZ, beliau menerangkan bahwa
semua siswa yang mengikuti boarding “Siswa kami dituntut dapat disiplin waktu
school tanpa terkecuali. Apabila siswa dan dapat menghargainya, semisal ketika
tidak mematuhi jadwal yang sudah waktu salat tiba maka segera
ditentukan tersebut, maka siswa akan melaksanakan salat dengan berjamaah,
mendapatkan poin serta sanksi atas salah satu siswa menjadi muadzin di
pelanggarannya karena sudah tidak masjid madrasah. Siswa tidak boleh
mematuhi tata tertib yang telah menunda waktu salat kalau terbukti
ditetapkan oleh pihak madrasah. melanggar maka akan ditakzir sesuai
Kemandirian Siswa Boarding School kesepakatan, khusus untuk pelanggar
Kemandirian siswa akan didapat salat subuh akan didenda senilai Rp.
melalui proses belajar dimana setiap 10.000. Ini bertujuan supaya siswa
siswa dapat mengambil inisiatif, dengan terlatih tepat waktu. Di asrama ini juga
atau tanpa bantuan orang lain dalam hal siswa disuruh untuk bangun malam
menyelesaikan segala permasalahan- untuk salat tahajud”.
permasalahan yang ditimbulkan dari Dalam kegiatan boarding school
lingkungan. Kemandirian siswa MAN 1 siswa lebih mendalami ilmu agama
Kota Pekalongan yang dibentuk melalui karena siswa dibekali ilmu agama seperti
kegiatan sistem boarding school antara kajian kitab klasik dan terdapat
lain meliputi siswa dituntut untuk pembelajaran tahsinul Qur’an. Siswa yang
merapikan tempat tidur, membersihkan ikut boarding school tentunya dapat
kamar, mencuci pakaian, mencuci memberikan dampak positif bagi mereka

7
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4607 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

salah satunya siswa membaca Al-Qur’an kyai diganti dengan pembimbing


menjadi lebih baik dari pada sebelumnya. (Busyairi AS, 2017, h. 56).
Dengan boarding school, kepala asrama Kemudian, di pesantren terdapat
memberikan target supaya siswa dapat masjid, sedangkan di boarding school
menghafalkan Al-Qur’an setidaknya sebuah masjid diganti dengan aula atau
minimal 1 juz dalam satu semester. gedung serba guna. Akan tetapi tujuannya
Seperti yang dikatakan oleh ZA “Saya ikut sama yaitu membentuk manusia yang
boarding school salah satu motivasinya cerdas intelektual, cerdas spiritual dan
ingin menghafalkan Al-Qur’an 1 juz dalam cerdas emosional (Rajab, 2014, h. 257;
satu semeseter dan melantunkan Sawaluddin, 2018, h. 40; Tafsir, 2004, h.
suaranya dengan baik sesuai tajwid”. 212). Sistem pendidikan seperti ini dapat
Proses kemandirian melalui memberikan pengawasan terhadap siswa
program boarding school dilakukan dalam melakukan kegiatannya, dengan
secara berulang-ulang yang akan adanya pengawasan prestasi siswa
menjadikan suatu kebiasaan (Siregar & dengan ilmu pengetahuan. Pendidikan ini
Nara, 2011, h. 35) seperti kegiatan rutin dilakukan di asrama, berlangsung selama
salat berjamaah, dan memelihara 24 jam setiap hari, dengan jadwal yang
kebersihan diri, memberi salam, terprogram secara konkrit dan jelas.
membuang sampah pada tempatnya, Jadwal yang ketat dan terstruktur yang
melakukan kebiasaan antri, berpakaian diselenggarakan lembaga selama 24 jam
rapi, berbahasa yang baik, menghormati setiap hari, dapat di pahami bahwa
orang yang lebih tua dan menyayangi pendidikan dengan sistem boarding
yang muda. Kegiatan dilakukan atas dasar school dilakukan dengan manajemen
inisiatif sendiri, tanggung jawab, serta waktu sistematis dan memadai (Usman &
disiplin. Dari pembiasaan tersebut Marzuki, 2016, h. 205).
dengan sendirinya akan muncul Di boarding school juga
kemandirian pada siswa. memperhatikan aspek dan nilai yang ada
di masyarakat sebagai pengembangan
Pembahasan Penelitian yang akan dibentuk pada diri siswa. Dari
Boarding School Dalam Membentuk awal mula berdirinya boarding school
Kemandirian sangat berpatokan dan penekanan pada
Boarding School merupakan sebuah nilai-nilai moralitas, menjunjung nilai
sistem yang meniru gaya pondok kemandirian, kebersamaan, dan
pesantren. Di Indonesia khususnya pulau kesederhanaan (A’la, 2006, h. 49).
Jawa, lebih mirip dengan pemondokan Dengan adanya boarding school, siswa
dalam lingkungan padepokan, yaitu sangat dituntut untuk mandiri mengurus
perumahan sederhana yang di petak- dirinya baik mencuci pakaian, piring,
petak dalam bentuk kamar-kamar yang kebersihan asrama baik itu dari kamar
merupakan asrama bagi santri kamar tidur, ruang makan, aula dan kamar
yang merupakan asrama bagi santri mandi. Di boarding school MAN 1 Kota
(Nasir, 2011, h. 80). Konsep sekolah Pekalongan untuk makan siswa ada
dengan sistem boarding school ini hampir petugas yang memasakkan untuk para
sama dengan lembaga pendidikan yang siswa yang menempati boarding school.
memadukan dengan pesantren, letak Dengan jadwal, rutinitas dan
perbedaannya hanya pada istilah program unggulan dari boarding school
penamaan dan lingkungan saja. Misalnya, MAN 1 Kota Pekalongan, setidaknya
dalam pesantren terdapat kyai, membuat siswa harus terbiasa dan segera
sedangkan di boarding school seorang beradaptasi dengan jadwal dan aktivitas
yang menjadi keseharian anak di

8
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4607 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

boarding school. Adapun manfaat dari Kemandirian merupakan kemampuan


boarding school adalah sebagai berikut: dalam mengerjakan sesuatu secara
Pertama, Belajar mandiri, hidup sendiri dengan penuh tanggung jawab.
mandiri bukan berarti segala sesuatu Sedangkan Desmita menyatakan bahwa
dilakukan secara individual, karena kemandirian adalah kemampuan
berada di asrama maka perlu adanya seseorang mengatur dan mengendalikan
adaptasi dengan teman lainnya. Siswa pikiran, perasaan, dan perbuatan secara
boarding school MAN 1 Kota Pekalongan bertanggung jawab serta berusaha
haruslah segera belajar adaptasi dengan semaksimal mungkin meminimalisir
lingkungan barunya dan belajar perasaan malu dan ragu-ragu pada diri
mengurus dirinya sendiri. sendiri (Desmita, 2010, h. 185).
Kedua, Toleransi, sikap ini diajarkan Kemandirian pada siswa diperoleh
secara langsung dalam memahami antar secara bertahap seiring dengan
teman satu dengan lainnya. perkembangan aspek-aspek kepribadian
Ketiga, Teratur, dengan jadwal dalam diri mereka. Dimana siswa akan
kegiatan yang telah di tentukan maka belajar bersikap mandiri dalam
semua peserta didik tidak dapat berbuat menghadapi berbagai situasi di
sesuka hatinya, mulai dari bangun tidur lingkungan, sehingga anak pada akhirnya
sampai kembali tidur sudah terjadwal akan mampu berpikir dan bertindak
dengan baik. sendiri. Seseorang yang mandiri adalah
Keempat, Pendamping, dengan suatu suasana dimana seseorang mau dan
adanya pendamping di asrama dapat mampu mewujudkan kehendak atau
membuat nyaman para peserta didik keinginan dirinya yang terlihat dalam
dalam mengontrol kegiatan selama 24 tindakan atau perbuatan nyata guna
jam. menghasilkan sesuatu demi pemenuhan
Kelima, Risiko terlambat sangat kebutuhan hidupnya dan sesamanya
minim, hal ini karena boarding school (Antonious, 2002, h. 145).
menyatu dengan madrasah. Siswa yang Untuk melihat kemandirian siswa di
ikut serta dalam boarding school akan boarding school, setidaknya bisa dilihat
lebih tepat waktu masuk ke sekolah dari beberapa bentuk kemandirian,
formal di MAN 1 Kota Pekalongan. diantaranya:
Keenam, Makan teratur, pola makan Pertama, Kemandirian emosi yaitu
peserta didik dapat teratur dan terjamin siswa yang ikut serta dalam boarding
sesuai dengan waktu yang sudah school akan dituntut belajar mengatur
dijadwalkan. emosinal dirinya sendiri, mampu
Ketujuh, Aman, tinggal di asrama meregulasi dri, dan mampu
akan merasa aman dibandingkan dengan memotivasinya dirinya sendiri. Hal ini
kos atau tempat tinggal sekitar asrama dikarenakan, para siswa jauh dari orang
yang tidak punya jadwal yang teratur. tua, dan ketika yang biasanya merengek
Kedelapan, Fasilitas memadai, pada orang tuanya, kini mereka harus
berbagai hal yang berkaitan dengan belajar mengendalikan dirinya sendiri
kegiatan ekstra atau sejenisnya, biasanya secara emosional.
disediakan di asrama tersebut. Hal ini Kedua, Kemandirian ekonomi yaitu
jelas menjadi poin penting, supaya siswa siswa juga harus mampu mengatur
tetap nyaman di boarding school keuangan mereka selama di boarding
(Purnama, 2010, h. 63–65). school, baik untuk jajan, membeli buku,
Dari beberapa manfaat di atas, dan lain sebagainya.
kemandirian akan dirasakan oleh siswa Ketiga, Kemandirian intelektual
yang ikut serta di boarding school. yaitu kemampuan kognitif siswa juga

9
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4607 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

perlu digunakan sebaik mungkin, karena dengan apa yang siswa langgar di
tidak hanya untuk belajar dan boarding school. Peringatan, teguran, dan
menyelesaikan tugas di sekolah formal bahkan hukuman tidak lain adalah untuk
pagi atau di MAN 1 Kota Pekalongan. mengarahkan perilaku siswa yang kurang
Melainkan juga, siswa dituntut untuk baik untuk menjadi lebih baik dari
menghafal Al-Qur’an, dan kegiatan sebelumnya. Maka pemberian hukuman
lainnya yang perlu menguras kinerja otak merupakan unsur tambahan yang
di kegiatan boarding school. sifatnya penting dalam konsep perubahan
Keempat, Kemandirian sosial yaitu perilaku siswa (Zulhammi, 2015, h. 22).
dengan adanya boarding school, siswa Namun perlu diingat kembali, untuk
dituntut untuk cepat beradaptasi secara pemberian hukuman kepada siswa harus
sosial dengan teman-temannya yang bertahap sesuai dengan kesalahan atau
berbeda daerah, dialek bahasa, dan pelanggaran yang dilakukan siswa.
lainnya yang menjadi ciri khas dari tiap Pemberian hukuman juga harus bersifat
siswa (Desmita, 2010, h. 186). mendidik, bukan malah membuat siswa
Pembiasaan sebagai Penguat dari akan semakin memberontak pada
Kemandirian kebijakan yang sudah dibuat di boarding
Pembiasaan siswa yang rutin school.
dilakukan di boarding school akan Namun di sisi lain, menurut Skinner
membuat siswa melakukannya dengan hukuman tidak menurunkan probabilitas
terbiasa. Pembiasaan ini tidak lain dan dari siswa yang melakukan pelanggaran.
tidak bukan adalah untuk memberi Walaupun hukuman bisa menekan suatu
penguat dari kemandirian yang sudah respons selama diterapkan, namun
dimiliki siswa di boarding school. Maka hukuman tidak akan melemahkan
dari itu menurut Pavlov perlu adanya kebiasaan. Skinner juga berpendapat
penguat yang berupa pengulangan- bahwa hukuman dalam jangka waktu
pengulangan, dengan tujuan menurut panjang tidak akan efektif, tampak bahwa
Skinner adalah untuk mempertahankan hukuman hanya menekan perilaku, dan
perilaku yang sudah baik dalam diri siswa ketika ancaman dihilangkan, tingkat
(Sagala, 2003, h. 114). Hal inilah yang perilaku akan ke level semula (Sagala,
sebenarnya selalu diterapkan oleh kepala 2003, h. 122). Maka dari itu, perlunya
dan pengurus boarding school MAN 1 kesadaran diri dari dalam diri siswa
Kota Pekalongan. untuk melakukan segala kegiatan yang
Siswa dibiasakan dengan kegiatan ada di boarding school, sebagai kewajiban
yang sesuai dengan jadwal di boarding mereka dan membuat siswa semakin
school. Memang awalnya, siswa akan matang dan mandiri dalam mengurus
merasa berat dengan rutinitas yang baru dirinya sendiri.
menurut para siswa. namun, lambat laun
dengan berjalannya waktu, rutinitas dan PENUTUP
pengulangan-pengulangan dari kegiatan Boarding school di MAN 1 Kota
yang ada di boarding school akan Pekalongan bertujuan membentuk siswa
membuat siswa terbiasa dan ada rasa yang mandiri, baik secara emosional,
bersalah jika melanggar dari ketentuan ekonomi, intelektual, dan sosial. Di
yang sudah ada di boarding school. boarding school MAN 1 Kota Pekalongan
Hukuman sebagai Pengingat memiliki beberapa program unggulan
Bagi siswa yang melanggar atau yaitu program tahfidz, program bahasa
tidak melakukan kegiatan yang (Arab dan Inggris) dan program kajian
semestinya yang sudah dijadwalkan, kitab klasik. Selain itu, pengasuh asrama
siswa akan mendapatkan hukuman sesuai juga memantau seluruh kegiatan siswa

10
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4607 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

untuk selalu mentaati dan mengikuti Existence in Islamic Boarding School


segala kegiatan yang ada di boarding (Multi-Case Study on Tebuireng
school MAN 1 Kota Pekalongan. Islamic Boarding School, Gading
Bentuk kemandirian siswa di Islamic Boarding School Malang,
boarding school seperti mencuci pakaian, and Sidogiri Islamic Boarding
mencuci peralatan masak, membersihkan School Pasuruan).” Journal of
tempat tidur sekaligus kamarnya. Education and Practice 8.5 (2017):
Kemandirian siswa dibentuk karena 56–64.
pembiasaan dari seluruh kegiatan yang Das, St Wardah Hanafie, Abdul Halik, dan
ada di boarding school dan pengulangan- Amaluddin. “Paradigm of Islamic
pengulangan sebagai penguat dari sikap Education in the Future: The
mandiri yang sudah dimiliki siswa. Integration of Islamic Boarding
Hukuman atau punishment akan diterima School and Favorite School.”
siswa jika melanggar aturan maupun Information Management and
tidak melakukan kegiatan yang sudah Business Review 8.4 (2016): 24–32.
dijadwalkan. Namun yang tidak kalah Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta
penting adalah kesadaran diri dari siswa Didik. Bandung: PT. Rosda Karya,
untuk selalu berusaha melakukan 2010.
kegiatan dengan baik, dan akan Evans-Campbell, Teresa dkk. “Indian
memperkuat rasa mandiri siswa di Boarding School Experience,
boarding school MAN 1 Kota Substance Use, and Mental Health
Pekalongan.[] among Urban Two-Spirit American
Indian/Alaska Natives.” The
DAFTAR RUJUKAN American Journal of Drug and
Alcohol Abuse 38.5 (2012): 421–427.
Afifudin. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Fathonah, Dewi Yulia, Taty Hernawaty,
Bandung: Pustaka Setia, 2012.
dan Nita Fitria. “Respon Psikososial
A’la, Abd. Pembaruan Pesantren.
Siswa Asrama di Bina Siswa Sma
Yogyakarta: Pustaka Pesantren,
Plus Cisarua Jawa Barat.” Jurnal
2006.
Pendidikan Keperawatan Indonesia
Antonious, Gea. Relasi dengan Diri Sendiri.
3.1 (2017): 69–77.
Jakarta: PT Gramedia, 2002.
Haeruddin, Bahaking Rama, dan
Badan Pusat Statistik. “Indeks
Wahyuddin Naro. “Implementasi
Pembangunan Manusia (IPM)
Pendidikan Karakter di Pondok
Indonesia pada tahun 2019
Pesantren An-Nurîyah Bonto Cini’
mencapai 71,92,” 2020. Daring.
Kabupaten Jeneponto Provinsi
Internet. 5 Mei 2020. . Available:
Sulawesi Selatan.” Jurnal Pendidikan
https://www.bps.go.id/pressreleas
Agama Islam Al-Thariqah 4.1
e/2020/02/17/1670/indeks-
(2019): 60–73.
pembangunan-manusia--ipm--
Keller, Chad J., dan Chris Brown.
indonesia-pada-tahun-2019-
“Conflictual Independence, Adult
mencapai-71-92.html.
Attachment Orientation, and Career
Behaghel, Luc, Clément de Chaisemartin,
Indecision Among Asian American
dan Marc Gurgand. “Ready for
Students.” Journal of Career
Boarding? The Effects of a Boarding
Development 41.5 (2014): 426–444.
School for Disadvantaged Students.”
Mander, David J, Leanne Leaster, dan
American Economic Journal: Applied
Donna Cross. “The social and
Economics 9.1 (2017): 140–164.
emotional well-being and mental
Busyairi AS, M. “Education Unit
health implications for adolescents
Transformation for Maintain Its

11
DOI: 10.25299/al-thariqah.2020.vol5(2).4607 P-ISSN 2527-9610
E-ISSN 2549-8770

transitioning to secondary boarding Susanto, Tutut dkk. “School health


school.” Int J Child Adolesc Health 8.2 promotion: A cross-sectional study
(2015): 131–140. on Clean and Healthy Living
Martin, Andrew J. dkk. “Boarding School, Program Behavior (CHLB) among
Academic Motivation and Islamic Boarding Schools in
Engagement, and Psychological Indonesia.” International Journal of
Well-Being: A Large-Scale Nursing Sciences 3.3 (2016): 291–
Investigation.” American 298.
Educational Research Journal 51.5 Susiyani, Andri Septilinda, dan
(2014): 1007–1049. Subiyantoro. “Manajemen Boarding
Nasir, M. Ridlwan. Mencari Tipologi School dan Relevansinya dengan
Format Pendidikan Ideal: Pondok Tujuan Pendidikan Islam di
Pesantren Di Tengah Arus Muhammadiyah Boarding School
Perubahan. Yogyakarta: Pustaka (MBS) Yogyakarta.” Jurnal
Pelajar, 2011. Pendidikan Madrasah 2.2 (2017):
Purnama, Dian. Cermat Memilih Sekolah 327–347.
Yang Tepat. Jakarta: Gagas Media, Sutyawan, Sutyawan, dan Budi Setiawan.
2010. “Penyelenggaraan Makanan, Daya
Qomar, Mujamil. Dimensi Manajemen Terima Makanan, dan Tingkat
Pendidikan Islam. Bandung: Emir Asupan Siswa Asrama Kelas
Cakrawala Islam, 2015. Unggulan SMA 1 Pemali Bangka
Qomar, Mujamil. Pesantren dari Belitung.” Jurnal Gizi dan Pangan 8.3
Transformasi, Metodelogi Menuju (2013): 207–216.
Demokrasi Institusi. Bandung: Tafsir, A. Cakrawala Pemikiran Pendidikan
Erlangga, 2008. Islam. Bandung: Mimbar Pustaka,
Rajab, Khairunnas. “Methodology of 2004.
Islamic psychotheraphy in Islamic Usman, Nasir, Murniati Ar, dan Marzuki
boarding school Suryalaya Tasik Marzuki. “The Influence Of
Malaya.” Indonesian Journal of Islam Leadership In Improving Personnel
and Muslim Societies 4.2 (2014): Performance At Traditional Islamic
257–289. Boarding School (Dayah).” Jurnal
Sadulloh, Uyoh. Pedagogik (Ilmu Ilmiah Peuradeun 4.2 (2016): 205–
Mendidik. Bandung: Alfabeta, 2010. 216.
Sagala, Syaiful. Konsep Dan Makna Yin, Xue-Qin, et al. "The Promotive Effects
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, of Peer Support And Active Coping
2003. on the Relationship Between
Sawaluddin. “Konsep Evaluasi Dalam Bullying Victimization And
Pembelajaran Pendidikan Islam.” Depression Among Chinese
Jurnal Pendidikan Agama Islam Al- Boarding Students." Psychiatry
Thariqah 3.1 (2018): 39–52. research 256 (2017): 59-65.
Schaverien, Joy. “Boarding School Zulhammi, Zulhammi. "Teori belajar
Syndrome: Broken Attachments a behavioristik dan humanistik dalam
Hidden Trauma.” British Journal of perspektif pendidikan Islam." Darul
Psychotherapy 27.2 (2011): 138– 'Ilmi: Jurnal Ilmu Kependidikan dan
155. Keislaman 3.1 (2015): 105-125.
Siregar, Eveline, dan Hartini Nara. Teori
Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2011.

12

You might also like