You are on page 1of 11

ISSN 2089-6131 (print) JURNAL SAINS

TEKNO

ISSN 2443-1311 (Online)


DOI 10.22146/teknosains.35703
https://jurnal.ugm.ac.id/teknosains

VOLUME 7 No. 2, 22 JUNI 2018 Halaman 83-154

APLIKASI STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) PADA


KAJIAN PENGARUH KELEMBAGAAN:
MODAL SOSIAL JIWA KEWIRAUSAHAAN
TERHADAP KINERJA USAHA BUDIDAYA IKAN NILA
KABUPATEN SLEMAN

Ratna Dewi Mulyaningtiyas


Pascasarjana Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada
Email: ratna_dm@yahoo.com

Irham, Masyhuri, dan Any Suryantini


Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada

ABSTRACT
Social capital becomes the main capital that must be owned by an entrepreneur, thus increasing the entrepreneurial
spirit. The purpose of this research is to know the institutional condition of the members of the group of tilapia
fish farm, the social capital of the member of the cultivation group of tilapia, the entrepreneurial spirit, farm
performance of the tilapia fishery group, and the institutional influence, social capital, entrepreneurial spirit to
the business performance of the nila fish farming group in Sleman District. The method used in this research
is a method of a mixed method, with 150 responders and analyzed with SEM. The results showed that more
than 50% of institutional conditions, social capital, entrepreneurial spirit, and business performance of tilapia
fish farming group members of beginners, middle, and main in Ngemplak and Cangkringan Subdistrict Sleman
Regency has a high category. There is no significant institutional influence on the influence of social capital on
the entrepreneurial. Institutional is not a moderator variable between social capital relations and entrepreneurial
spirit. This indicates that the higher/ lower institutional will not result in changes the higher/ lower the influence
of social capital on entrepreneurial.

Keywords: Entrepreneurial Spirit; Farm Performance; Institutional; Social Capital; Structural


Equation Modelling (SEM) Analysis.

ABSTRAK
Modal sosial menjadi modal utama yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha, sehingga meningkatkan
jiwa kewirausahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kelembagaan, modal sosial,
jiwa kewirausahaan, kinerja usaha anggota kelompok budidaya ikan nila, pengaruh kelembagaan,
modal sosial, dan jiwa kewirausahaan terhadap kinerja usaha anggota kelompok budidaya ikan nila
di Kabupaten Sleman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode mixed methods,
dengan 150 respoden dan dianalisis dengan SEM. Hasil penelitian menunjukkan Lebih dari 50%
kondisi kelembagaan, modal sosial, jiwa kewirausahaan, dan kinerja usaha budidaya ikan nila anggota
kelompok pemula, madya, dan utama di Kecamatan Ngemplak dan Cangkringan Kabupaten Sleman
rata-rata memiliki kategori tinggi. Tidak terdapat pengaruh kelembagaan yang signifikan pada pengaruh
modal sosial terhadap jiwa kewirausahaan. Kelembagaan bukan merupakan variabel moderator
antara hubungan modal sosial dan jiwa kewirausahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi/

83
JURNAL TEKNO SAINS | VOL 7, NO.2, JUNI 2018; 83-93

rendahnya kelembagaan tidak akan meng­akibat­ tahun 2015 jumlah produksi ikan konsumsi
kan perubahan semakin tinggi/rendah­ nya tercatat sebesar 36.627,00 ton dengan luasan
pengaruh modal sosial terhadap jiwa kewira­ kolam 960,2 ha. Jadi rerata peningkatannya
usahaan. sebesar 16,67% setiap tahunnya untuk produksi
Kata Kunci: Analisis Structural Equation ikan konsumsi dan luasan kolam.
Modelling (SEM); Jiwa Kewirausahaan; Kelem­ Kelembagaan dapat menggambarkan
bagaan; Kinerja Usahatani; Modal Sosial. pola perilaku dan hubungan suatu organisasi
tertentu dalam hubungannya dengan ling­
PENGANTAR kungan atau sumberdaya (Ruttan, 1984).
Kewirausahaan budidaya ikan berperan Peran serta kelembagaan usaha pertanian
untuk meningkatkan pendapatan masyarakat diperlukan agar diperoleh hasil ekonomis yang
guna memenuhi kebutuhannya terutama lebih optimal sehingga dapat meningkatkan
kebutuhan dasar yang mencakup pangan, kinerja usahatani yang dilandasi dengan jiwa
sandang, dan perumahan. Modal sosial secara kewirausahaan. Dalam menjalankan suatu
tidak langsung berkaitan dengan sumber daya kewirausahaan, kelompok (pemula, madya,
manusia. utama) mempunyai peranan penting dalam
Peran serta kelembagaan usaha pertanian pengembangan usaha.
diperlukan agar diperoleh hasil ekonomis yang Kewirausahaan membutuhkan modal
lebih optimal sehingga dapat meningkatkan tertentu, tetapi tidak selalu berupa modal
kinerja usahatani yang dilandasi dengan jiwa material yang memiliki wujud, tetapi juga
kewirausahaan. Provinsi Daerah Istimewa modal yang tidak berbentuk yakni berupa
Yogyakarta (DIY) mempunyai lima kabupaten modal sosial. Modal sosial menjadi modal
dan satu kota, Data perikanan tahun 2014 utama yang harus dimiliki oleh seorang wira­
mencatat bahwa produksi perikanan mencapai usaha, sehingga meningkatkan jiwa kewira­
67.687,5 ton atau naik sebesar 12,39 persen usahaannya. Kerjasama yang ada di antara
dibandingkan dengan tahun 2013 tercatat anggota kelompok membentuk sebuah jaringan
sebesar 60.226,6 ton. Sekitar 95,98 persen dari interaksi tersendiri.
total produksi perikanan merupakan hasil Dalam upaya untuk mengembangkan
budidaya perikanan darat dan selebihnya 4,02 usaha budidaya ikan, maka dibutuhkan
persen adalah hasil perikanan laut (BPS, 2014). adanya modal. Dalam konteks sosial bahwa
Produksi terbesar perikanan darat berasal dari upaya pengembangan usaha kecil dibutuhkan
budidaya di kolam yang mencapai 62.238,32 adanya hubungan kerjasama dengan orang
ton (95,80 persen). Nilai produksi perikanan lain. Hubungan kerjasama ini disebut sebagai
sebesar Rp1.238,91 milyar, atau naik sebesar modal sosial.
53,58 persen dibanding tahun sebelumnya Modal sosial (social capital) sebagai norma
yang sebesar Rp806,7 milyar (BPS, 2014). informal yang dapat mendorong kerja­ sama
Selama kurun waktu tahun 2010 sampai antar anggota masyarakat (Fukuyama, 1995
2015, ketersediaan ikan di Kabupaten dalam Siregar, 2011). Modal sosial meng­
Sleman semakin meningkat. Pada tahun 2010 asumsikan sumber daya yang terdapat dalam
ketersediaan ikan tercatat sebesar 26,73 kg/ salah satu hubungan sosial dapat digunakan
kapita/th dan jumlahnya terus meningkat untuk mendukung adanya kewirausahaan,
setiap tahunnya. Pada tahun 2015 ketersediaan yang diekspektasikan pada kepastian pen­
ikan di Kabupaten Sleman menjadi 31,24 kg/ jelasan yang lebih lengkap tentang feno­mena,
kapita/th, dengan rerata pertumbuhan yaitu dan mengungkapkan tambahan wawasa­ n
3,17 kg/kapita/th. Dalam kurun waktu yang untuk keberhasilan pembangunan kewira­
sama, produksi ikan konsumsi di Kabupaten usahaan dalam konteks negara berkembang
Sleman pun juga meningkat. Pada tahun 2010 (Zhao dkk., 2011).
produksi ikan konsumsi sebanyak 14.574,680 Modal sosial organisasi memliki andil
ton dengan luasan kolam 629,13 ha, dan di yang besar dalam meningkatkan keunggual­

84
Ratna Dewi Mulyaningtiyas, Irham, Masyhuri, dan Any Suryantini  APLIKASI
STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) PADA KAJIAN PENGARUH KELEMBAGAAN:...

an organisasi. Hal ini bisa terjadi karena Metode


secara struktural, relasional, dan kognitif, me­ Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
mampukan organisasi untuk mem­ prediksi­ Sleman, DIY. Lokasi penelitian ditentukan
kan perubahan yang terjadi di luar organisasi dengan metode purposive yaitu dengan memilih
(Permadi, 2002). lokasi penelitian di Kecamatan Ngemplak dan
Kelembagaan adalah aturan perilaku Cangkringan Kabupaten Sleman berdasarkan
yang mengatur pola tindakan dan hubungan. pertimbangan bahwa di lokasi tersebut ter­
Kelembagaan dapat menggambarkan pola dapat kelompok tani budidaya ikan yang
perilaku dan hubungan suatu organisasi sudah di kelompokkan berdasarkan peringkat
tertentu dalam hubungannya dengan ling­ kelompok (pemula, madya, utama). Metode
kungan atau sumberdaya (Ruttan, 1984). pengambilan responden ditentukan dengan
Hira dan Hira (2000) menjelaskan perubahan metode stratified random sampling yaitu suatu
kelembagaan dari perspektif yang berbeda. teknik pengambilan sampel dengan mem­
Pertama, perubahan kelembagan terjadi sebagai pe­rhatikan suatu tingkatan (strata) pada
reaksi dari faktor ekonomi baru yang biasanya elemen populasi (pemula, madya, utama)
direfleksikan dengan adanya perubahan harga dengan jumlah 150 responden. Metode dasar
relatif dan selera. Kedua, wirausahawan (bisa yang digunakan adalah mixed methods me­
individu maupun organisasi) yang terdapat rupakan pendekatan penelitian yang meng­
dalam sebuah sistem kelembagaan ujung- kombinasikan atau mengasosiasikan bentuk
ujungnya akan menghasilkan perubahan yang kualitatif dan kuantitatif (Creswell, 2015).
inovatif. Salah satu kegiatan berbudidaya Analisis yang digunakan adalah SEM dengan
yang telah berjalan dalam kelompok adalah bantuan Skala likert (Riduwan,2002).
budidaya ikan nila. Ikan nila merupakan
salah satu komoditas yang cukup penting baik HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk jenis pembesaran maupun pembenihan, Kelembagaan Anggota Budidaya Ikan
sedangkan untuk memenuhi kebutuhan Nila
konsumsi pasar lokal maupun luar kota masih Kelembagaan petani merupakan lembaga-
sangat kurang, sehingga dengan melihat lembaga yang anggotanya adalah petani
peluang maka ingin mencoba meningkatkan dan berada dalam ikatan kerja sama untuk
produksi ikan nila untuk pemenuhan kebutuh­ memenuhi kebutuhan bersama. K­elem­­baga­an
an ukuran konsumsi melalui kegiatan budidaya ini berbentuk kelompok tani. Hasil penelitian
pembesaran ikan nila. ini membahas berapa besar tingkat kelem­
Berdasarkan latar belakang tersebut maka bagaan yang ada di Kecamatan Ngemplak dan
tujuan dalam penelitian ini adalah untuk Cangkringan.
mengetahui kondisi kelembagaan anggota Variabel Kelembagaan diukur oleh
kelompok budidaya ikan nila, modal sosial enam indikator antara lain kinerja anggota,
anggota kelompok budidaya ikan nila, jiwa kepemimpinan, iklim kelembagaan, motivasi,
kewirausahaan anggota kelompok budidaya kedisiplinan, dan nilai kebudayaan. Distribusi
ikan nila, serta pengaruh kelembagaan, modal frekuensi jawaban respon tiap item pertanyaan
sosial, jiwa kewirausahaan terhadap kinerja pada tiap indikator dan variabel secara lengkap
usaha anggota kelompok budidaya ikan nila disajikan pada tabel 1.
di Kabupaten Sleman.
Tabel 1
Deskripsi Frekuensi Variabel Kelembagaan
Frekuensi Jawaban Responden (%)
Indikator Total
STS TS RR S SS
Kinerja anggota 0,00 16,00 32,67 32,67 18,67 100
Kepemimpinan 0,00 11,33 31,33 36,00 21,33 100

85
JURNAL SAINS | VOL 7, NO.2, JUNI 2018; 83-93

Lanjutan Tabel 1
Frekuensi Jawaban Responden (%)
Indikator Total
STS TS RR S SS
Iklim kelembagaan 0,00 13,33 36,67 32,00 18,00 100
Motivasi 0,00 19,33 24,67 38,00 18,00 100
Kedisiplinan 0,00 18,67 32,67 29,33 19,33 100
Nilai kebudayaan 0,00 8,67 30,00 40,67 20,67 100
Rata-rata (%) 0 14,56 31,34 34,77 19,33
Sumber: Analisis Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 1 rata-rata 54% menjawab masyarakat ada kebudayaan dan tingkah laku
setuju dan sangat setuju, hal ini berarti bahwa organisasi kelompok tani usaha budidaya ikan
kelembagaan budidaya ikan nila berkembang nila tersebut. Anggota kelompok tidak akan
baik. Hasil deskripsi variabel kelembagaan berkembang tanpa adanya kebudayaan yang
pada tabel 1 diperoleh sebagian besar distribusi mendasarinya.
jawaban responden (n= 150). Sebesar 61,34%
indikator nilai kebudayaan memiliki nilai Modal Sosial Anggota Budidaya Ikan
frekuensi tertinggi. Nilai kebudayaan dalam Nila
penelitian ini yaitu (1) adanya budaya tepat Kegiatan dalam usaha budidaya usahatani,
waktu antara anggota dengan kelompok; (2) modal sosial berfungsi sebagai pengungkit
nilai kesopanan dalam menjalin hubungan berhasilnya kegiatan usaha karena modal sosial
antar sesama anggota terjaga; (3) membantu mengandung nilai-nilai kerjasama. Variabel
dalam kegiatan berusahatani; dan (4) saling Modal Sosial diukur berdasarkan enam
mengingatkan antar anggota kelompok. indikator antara lain kepercayaan, partisipasi,
Menurut Soekanto (1993), kebudayaan norma, kekerabatan, jaringan sosial, dan
merupakan bagian dari lingkungan yang gotong royong. Intepretasi hasil pengolahan
diciptakan oleh manusia dimana dalam suatu data disajikan pada tabel 2.
Tabel 2
Deskripsi Variabel Modal Sosial Anggota Kelompok Budidaya Ikan Nila
Frekuensi Jawaban Responden (%)
Indikator Total
STS TS RR S SS
Kepercayaan 0,00 18,67 30,00 32,00 19,33 100
Partisipasi 0,00 13,33 34,67 40,67 11,33 100
Norma 0,00 16,67 35,33 28,67 19,33 100
Kekerabatan 0,00 18,67 31,33 30,00 20,00 100
Jaringan sosial 0,00 17,33 32,67 37,33 12,67 100
Gotong royong 0,00 13,33 34,67 37,33 14,67 100
Rata-rata (%) 0 16,33 33,11 34,33 16,22
Sumber: Analisis Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 2, rata-rata sebanyak responden. Modal sosial tingkatan tertinggi


50,55% responden memberikan jawaban pada indikator gotong-royong karena gotong-
setuju dan sangat setuju pada variabel modal royong merupakan local wisdom yang tetap
sosial di mana indikator keenam memiliki melekat pada jiwa masyarakat di lokasi
nilai rata-rata tertinggi yaitu gotong-royong penelitian. Apalagi mereka tergabung dalam
dengan skor (54%). Hal ini menunjukkan kelompok tani yang memiliki kesamaan nasib
bahwa variabel Modal Sosial dipersepsikan dan kesamaan tujuan. Meskipun mereka
dengan paling kuat oleh indikator gotong- berwirausaha budidaya ikan nila karena sifat
royong dan dipersepsikan tinggi oleh gotong-royong merupakan local wisdom yang

86
Ratna Dewi Mulyaningtiyas, Irham, Masyhuri, dan Any Suryantini  APLIKASI
STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) PADA KAJIAN PENGARUH KELEMBAGAAN:...

tetap menjadi penciri khas maka mereka Jiwa Kewirausahaan Anggota


merasa bahwa berat harus sama dipikul ringan Budidaya Ikan Nila
sama dijinjing. Aktivitas seseorang anggota Kewirausahaan adalah kemampuan
dalam kelompok tani dengan gotong- royong kreatif dan indikatif yang dijadikan peluang
tinggi akan mempengaruhi anggota yang lain. menuju sukses (Suryana, 2004). Untuk dapat
Menurut Efendi (2013), Sebagai modal menjadi wirausaha yang berhasil, dibutuhkan
sosial, gotong royong dapat dijadikan rujukan jiwa kewirausahaan di antaranya adalah
dan pegangan dalam mencapai kemajuan optimis (Y1), tanggung jawab (Y2), kerja keras
suatu bangsa. Hal ini berarti bahwa masyarakat (Y3), inovasi kreativitas (Y4), berani mengambil
masih memegang teguh prinsip gotong-royong risiko (Y5), dan pengambilan keputusan (Y6).
sebagai modal sosial. Nilai-nilai gotong royong Distribusi frekuensi jawaban respon tiap item
dapat tumbuh dan berkembang menjadi energi pertanyaan pada tiap indikator disajikan pada
sosial dalam memperkuat kohesi sosial melalui tabel 3.
institusi-isntitusi lokal modal sosial.
Tabel 3
Deskripsi Variabel Jiwa Kewirausahaan Anggota Kelompok Budidaya Ikan Nila
Frekuensi Jawaban Responden (%)
Indikator Total
STS TS RR S SS
Optimis 0,00 19,33 29,33 34,67 16,67 100
Tanggung jawab 0,00 14,67 34,67 37,33 13,33 100
Kerja keras 0,00 14,67 34,67 34,00 16,67 100
Inovasi kreativitas 0,00 10,67 34,67 40,00 14,67 100
Pengambilan risiko 0,00 14,67 38,67 28,67 18,00 100
Pengambilan keputusan 0,00 10,00 31,33 42,67 16,00 100
Rata-rata (%) - 14,00 13,89 36,22 15,89
Sumber: Analisis Data Primer, 2017

Berdasarkan tabel 3, sebanyak 52,11% keberanian mengambil risiko menjadikan


responden memberikan jawaban Setuju usaha dapat berkembang dengan sukses.
dan Sangat Setuju. Hal ini berarti kondisi Konstruk Kewirausahaan dicerminkan
jiwa kewirausahaan tergolong bagus karena oleh optimis, tanggung jawab, kerja keras,
memiliki nilai frekuensi lebih dari 50% inovasi kreativitas, berani mengambil risiko,
yaitu 52,11%. Indikator keenam merupakan pengambilan keputusan menunjukkan
indikator yang memiliki nilai frekuensi hubungan yang kuat (nilai estimate > 0,5
paling tinggi yaitu pengambilan keputusan Artinya optimis, tanggung jawab, kerja keras,
sehingga variabel jiwa kewirausahaan paling inovasi kreativitas, berani mengambil risiko,
kuat diukur oleh indikator pengambilan dan pengambilan keputusan dapat menjelaskan
keputusan, maka dapat dikatakan bahwa keberadaan konstruk dari kewirausahaan.
jiwa kewirausahaan dipersepsikan tinggi Menurut Nitisusastro (2009) indikator dari
oleh responden. Hal ini didukung juga oleh variabel jiwa kewirausahaan yaitu motivasi,
Kao (2001) yang menyatakan perusahaan inovasi, dan risiko. Indikator tersebut sama
kecil yang ingin berkembang harus memiliki dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
semangat kewirausahaan. Selain itu, Gray Noersasongko (2005).
(2002) mempertegas bahwa dengan semangat
kewirausahaan yang dimiliki, para pemilik Kinerja Usahatani Anggota Budidaya
usaha kecil dapat mengungguli pesaing- Ikan Nila
pesaingnya. Georgellis et al., (2000) menyatakan, Kinerja usahatani merupakan hasil
kapasitas mereka untuk berinovasi dan kegiatan usahatani. Oleh karena kinerja

87
JURNAL SAINS | VOL 7, NO.2, JUNI 2018; 83-93

usahatani merupakan variabel yang tidak kelayakan usaha. Distribusi frekuensi jawaban
dapat diukur langsung, maka dalam penelitian respon tiap item pertanyaan pada tiap indikator
ini kinerja usahatani diukur oleh tiga indikator dan variabel disajikan pada tabel 4.
antara lain pendapatan, keuntungan, dan

Tabel 4
Deskripsi Variabel Kinerja Usahatani
Frekuensi Jawaban Responden (%)
Indikator Total
STS TS RR S SS
Pendapatan 0,00 0,00 16,00 33,33 35,33 100
Keuntungan 0,00 0,00 19,33 27,33 38,67 100
Kelayakan 0,00 0,00 20,00 26,67 32,67 100
Rata-rata (%) 0 0 18,44 29,11 35,56
Sumber: Data diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa Berbagai sifat dan karakter manusia dapat
sebanyak 54,67 % responden menjawab menentukan keberlangsungan kelembagaan
Setuju dan Sangat Setuju. Kondisi kinerja atau organisasi sosial tertentu, termasuk
usahatani secara umum sudah bagus. Adapun didalamnya kelompok tani. Terdapatnya
konstruk kinerja usahatani dicerminkan oleh sumber daya manusia yang berkualitas,
pendapatan, keuntungan, dan kelayakan tujuan dari kelembagaan akan mudah tereali­
(Y15). Indikator kedua merupakan indikator sasikan serta akan lebih berhasil dan berdaya.
yang memiliki nilai frekuensi paling tinggi Sikap saling menghargai, mempercayai,
yaitu keuntungan sehingga variabel kinerja mampu berkejasama dengan siapapun dan
usahatani paling kuat diukur oleh indikator gotong-royong memiliki pengaruh besar
keuntungan, maka dapat dikatakan bahwa terhadap perkembangan jiwa dan perilaku
kinerja usahatani dipersepsikan tinggi oleh kewirausahaan seperti meningkatnya keper­
responden. cayaan masyarakat yang dimanifestasikan
dalam perilaku jujur, teratur, dan bekerjasama
Pengaruh Kelembagaan, Modal Sosial berdasarkan norma-norma yang dianut
Jiwa Kewirausahaan terhadap Kinerja bersama. Dengan demikian, modal sosial
Usaha Budidaya Ikan Nila tidak hanya memiliki peran penting dalam
Modal sosial menurut Fukuyama (2014) kelembagaan, tetapi mampu mempengaruhi
adalah rangkaian nilai-nilai atau norma-norma perilaku kewirausahaan.
informal yang dimiliki bersama di antara para Kewirausahaan membutuhkan modal
anggota suatu kelompok masyarakat yang tertentu, tetapi tidak selalu berupa modal
memungkinkan terjalinnya kerjasama di antara material yang memiliki wujud, tetapi modal
mereka. Adapun kelembagaan berkaitan sosial yaitu modal yang tak berbentuk. Modal
dengan organisasi yang terbentuk atas dasar sosial menjadi modal utama yang harus dimiliki
keinginan bersama masyarakat dalam rangka oleh seorang wirausaha, sehingga mening­
mencapai tujuan tertentu. pencapaian target katkan jiwa kewirausahaannya. Modal sosial
kelembagaan yang sesuai dengan keinginan menurut Suryana (2014) mencakup sikap–
kelompok dan tujuan bersama masyarakat, sikap di antaranya kejujuran, kepercayaan
maka dibutuhkan kerjasama, kepercayaan, (trust), dan komitmen. Sikap tersebut berperan
gotong royong, jaringan serta sikap yang akan sebagai modal utama mampu meningkatkan
melahirkan perilaku kewirausahaan di antara citra. Modal sosial sangat diperlukan dalam
anggotanya. usaha tani karena banyak sekali aktivitas
Modal sosial secara tidak langsung usaha tani yang memerlukan kebersamaan
berkaitan dengan sumber daya manusia. dalam kelompok. Pada pemasaran komoditas

88
Ratna Dewi Mulyaningtiyas, Irham, Masyhuri, dan Any Suryantini  APLIKASI
STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) PADA KAJIAN PENGARUH KELEMBAGAAN:...

pertanian, modal sosial juga diperlukan karena Nilai loading factor (untuk indikator
komoditi pertanian kualitasnya bersifat mudah refleksif) dan loading factor (untuk indikator
rusak, sehingga menimbulkan kecurangan reflektif) menunjukkan bobot dari setiap
dalam transaksi apalagi tidak seiring dengan indikator sebagai pengukur dari masing-
adanya modal sosial. Oleh karena itu, diperlukan masing variabel laten. Indikator dengan loading
kelembagaan dengan mengutamakan modal factor/weight terbesar menunjukkan bahwa
sosial berupa sikap dan perilaku yang sesuai indikator tersebut sebagai pengukur variabel
dengan nilai dan norma yang dibentuk atas yang terkuat (dominan). Konstruk model yang
dasar kesepakatan bersama, sehingga mampu disajikan merupakan model yang dihasilkan
meningkatkan jiwa kewirausahaan. Crijns dengan memiliki kesesuaian model (goodness
dan Ooghi (2000) menjelaskan bahwa setiap of fit) selanjutnya nilai-nilai indeks akan
tahap pertumbuhan perusahaan merupakan dibandingkan dengan nilai kritis (cut off value)
hasil dari dua lingkungan di mana perusahaan dari masing-masing indeks. Adapun model
melakukan bisnisnya, yaitu lingkungan internal yang dihasilkan disajikan dalam gambar 1.
dan eksternal.

Gambar 1.
Model Model Pengaruh Kelembagaan, Modal sosial, Kewirausahaan terhadap Kinerja Usahatani

89
JURNAL SAINS | VOL 7, NO.2, JUNI 2018; 83-93

Modal sosial dicerminkan oleh keper­ Keterangan Estimasi S.E C.R P


cayaan, partisipasi, norma, kekerabatan, Y13 <--- KJ 1.000
jaring­an sosial, gotong-royong. Konstruk Y14 <--- KJ 0.907 .123 7.371 ***
Kewirausahaan dicerminkan oleh optimis, Y15 <--- KJ 1.163 .149 7.802 ***
tanggungjawab, kerja keras, inovasi kreativitas, Y6 <--- KW 1.000
berani mengambil risiko, dan pengambilan Y5 <--- KW 1.360 .226 6.017 ***
keputusan. Konstruk Kelembagaan dicermin­ Y4 <--- KW 1.158 .197 5.868 ***
kan oleh kinerja kelembagaan, kepemimpinan, Y3 <--- KW 1.284 .217 5.924 ***
iklim kelembagaan, motivasi, kedisiplinan, dan Y2 <--- KW 1.121 .196 5.705 ***
nilai kebudayaan. Hasil pengujian Goodness of Y1 <--- KW 1.254 .218 5.757 ***
Fit Overall memperlihatkan bahwa dari 5 (lima) ITR1<--- KW 1.000
kriteria yaitu Khi Kuadrat, p-value, CMIN/DF,
Sumber: Analisis data primer, 2017
TLI, CFI, dan RMSEA menunjukkan model yang
baik. Sedangkan, GFI dan AGFI menunjukkan
model marginal. Menurut Arbuckle dan Dengan melihat p-value yang dihasilkan
Wothke (dalam Solimun, 2009), kriteria terbaik (kolom P) berupa tiga buah asterik (***)
yang digunakan sebagai indikasi kebaikan yang berarti nilainya sangat kecil (< 0,001)
model adalah nilai p-value lebih dari 0.05, Chi (Dachlan, 2014), dengan demikian jika tanda
Square/DF kurang dari 2, GFI lebih dari 0.90, yang ditampilkan maka parameter populasi
AGFI lebih dari 0.90, TLI lebih dari 0.95, CFI secara signifikan nol. Pada perhitungan ini
lebih dari 0.95, dan RMSEA kurang dari 0.08. bahwa dari ketiga hipotesis, yaitu 2 (dua)
Pada penelitian ini, nilai CMIN/DF dan RMSEA ditolak dan 1 (satu) diterima. Dapat ditarik
telah memenuhi nilai cut off. Oleh karena itu, kesimpulan bahwa pengaruh modal sosial
model SEM pada penelitian ini cocok dan layak (H1) dan pengaruh kelembagaan (H3) secara
untuk digunakan, sehingga dapat dilakukan signifikan berpengaruh posistif terhadap jiwa
interpretasi guna pembahahasan lebih lanjut. kewirausahaan. Sedangkan interaksi modal
Nilai estimate dampak moderasi kelembagaan sosial dan kelembagaan tidak berpengaruh
pada pengaruh modal sosial terhadap jiwa terhadap jiwa kewirausahaan (H2). Aspek
kewirausahaan budidaya ikan nila disajikan positif dari pengaruh tersebut adalah dengan
pada tabel 5. melihat koefisien regresi maupun nilai t hitung
Tabel 5 (C.R) yang nilainya positif untuk H1 dan H3,
Nilai estimate dan signifikansi pengaruh sedangkan H2 nilainya negatif. Karena P
variabel value untuk H1 dan H3 nilainya sangat kecil
Keterangan Estimasi S.E C.R P (***),kedua hipotesis nol tersebut ditolak dan
KW <--- MS .663 .117 5.681 *** H2 lebih dari nol maka diterima.
KW <--- MS_KL -.047 .032 1.466 -.143 Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa
KW <--- KL .739 .125 5.906 *** konstruk modal sosial dicerminkan oleh
X6 <--- MS 1.000 kepercayaan (X1) memiliki nilai estimate 1,025,
X5 <--- MS .947 .167 5.680 *** partisipasi (X2) dengan nilai estimate 0,842,
X4 <--- MS 1.105 .187 5.924 *** jaringan sosial (X3) memiliki nilai estimate
X3 <--- MS 1.191 .188 6.335 *** 1,191, kekerabatan (X4) memiliki nilai estimate
X2 <--- MS .842 .154 5.472 *** 1,105, norma (X5) memiliki nilai estimate
X1 <--- MS 1.025 .182 5.644 ***
0,947, gotong-royong (X6) memiliki nilai
Y7 <--- KL 1.000
estimate 1,000, dan semua indikator signifikan
Y8 <--- KL .986 .150 6.555 ***
pada taraf 5% artinya bahwa kepercayaan,
Y9 <--- KL .969 .150 6.483 ***
partisipasi, jaringan sosial, kekerabatan, norma,
Y10 <--- KL .938 .154 6.079 ***
gotong-royong dapat menjelaskan keberadaan
Y11 <--- KL .975 .157 6.207 ***
konstruk modal sosial.
Y12 <--- KL .805 .135 5.940 ***

90
Ratna Dewi Mulyaningtiyas, Irham, Masyhuri, dan Any Suryantini  APLIKASI
STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) PADA KAJIAN PENGARUH KELEMBAGAAN:...

Konstruk kelembagaan dicerminkan dengan hasil penelitian pengembangan


oleh: kinerja kelembagaan (Y7) dengan nilai modal sosial secara optimal dapat dilakukan
estimate 1,000, kepemimpinan (Y8) dengan nilai bila manajer atau pengusaha berorientasi
estimate 0,986, iklim kelembagaan (Y9) dengan entrepreneur dengan orientasi entrepreneur yang
nilai estimate 0,969, motivasi (Y10) dengan nilai kuat akan memerlukan sumber daya jaringan
estimate 0,938, kedisiplinan (Y11) dengan nilai yang berbeda dibandingkan usaha yang lebih
estimate 0,975, dan nilai kebudayaan (Y12) konservatif untuk mencapai kinerja yang
dengan nilai estimate 0,805, artinya bahwa unggul. Posisi jaringan industri dan ikatan-
kinerja kelembagaan, kepemimpinan, iklim ikatan penghubung akan meningkatkan kinerja
kelembagaan, motivasi, kedisiplinan, dan perusahaan (Stam et al., 2006).
nilai kebudayaan dapat menjelaskan konstruk Pengujian pengaruh langsung antara
kelembagaan. kelembagaan terhadap jiwa kewirausahaan,
Konstruk jiwa kewirausahaan dicerminkan diperoleh nilai koefisien inner loading sebesar
sebagai berikut: optimis (Y1) dengan nilai 0.739, dengan p-value sebesar <0.001. Karena
estimate 1,254, tanggungjawab (Y2) dengan p-value <0.05, maka terdapat pengaruh langsung
nilai estimate 1,121, kerja keras (Y3) dengan nilai yang signifikan 5% antara Kelembagaan
estimate 1,284, inovasi kreativitas (Y4) dengan terhadap Jiwa Kewirausahaan. Mengingat
nilai estimate 1,158, berani mengambil risiko koefisien inner loading bertanda positif,
(Y5) dengan nilai estimate 1,360, pengambilan mengindikasikan bahwa hubungan keduanya
keputusan (Y6) dengan nilai estimate 1,000 yang positif. Artinya, semakin tinggi kelembagaan
artinya bahwa optimis, tanggungjawab, kerja akan mengakibatkan semakin tinggi jiwa
keras, inovasi kreativitas, berani mengambil kewirausahaan. Sejalan dengan penelitian
risiko, dan pengambilan keputusan dapat Sadikin et al., (2009) dalam mengembangkan
menjelaskan konstruk jiwa kewirausahaan. usahatani kelembagaan dari pihak pemerintah
Konstruk Kinerja Usahatani dicerminkan maupun lembaga swadaya diperlukan dalam
oleh keuntungan, pendapatan, kelayakan mendukung keberhasilan petani.
menunjukkan hubungan yang kuat (nilai Pada pengujian pengaruh interaksi
estimate > 0,5). Keuntungan (Y13) memiliki (moderasi) modal sosial dan kelembagaan
nilai estimate 0,771, pendapatan (Y14) memiliki terhadap Jiwa Kewirausahaan, diperoleh
nilai estimate 0,68, dan kelayakan usaha koefisien inner loading sebesar -0.047 dengan
(Y15) memiliki nilai estimate 0,81. Artinya p-value sebesar 0.143. Karena p-value > 0.05,
pendapatan, keuntungan, dan kelayakan usaha sehingga Ha ditolak. Kondisi kelembagaan
dapat menjelaskan keberadaan konstruk kinerja petani saat ini lebih bersifat budaya (local
usahatani. Menurut Ferdinand (2002) dan wisdom) dan sebagian besar berorientasi hanya
Kusnendi (2007), suatu indikator dinyatakan untuk mendapatkan fasilitas pemerintah, belum
valid jika nilai estimasi koefisien bobot faktor sepenuhnya diarahkan untuk memanfaatkan
yang distandarkannya (standardized factor peluang bisnis melalui pemanfaatan
loading) tidak kurang dari 0,40. aksesibilitas terhadap berbagai informasi
Pengaruh langsung antara modal sosial teknologi, permodalan dan pasar yang
terhadap jiwa kewirausahaan, diperoleh nilai diperlukan bagi pengembangan usahatani.
koefisien inner loading sebesar 0,663 dengan Kelembagaan tidak memperkuat pengaruh
p-value sebesar <0.001. Oleh karena itu, p-value modal sosial terhadap jiwa kewirausahaan.
<0.05, maka terdapat pengaruh langsung yang Hasil dilapangan menunjukkan bahwa nilai
signifikan 5% antara Modal Sosial terhadap rata-rata kinerja kelembagaan, modal sosial,
Jiwa Kewirausahaan. Mengingat koefisien inner dan jiwa kewirausahaan dalam kategori tinggi.
loading bertanda positif mengindikasikan bahwa Kelembagaan memiliki dasar kepentingan,
hubungan keduanya positif. Artinya, semakin sifat, kesamaan perilaku yang berdasar pada
tinggi Modal Sosial akan mengakibatkan karakter sosial yang disebut sebagai social
semakin tinggi Jiwa Kewirausahaan. Sejalan relationship contohnya kegiatan gotong-royong,

91
JURNAL SAINS | VOL 7, NO.2, JUNI 2018; 83-93

sedangkan kewirausahaan berorientasi pada Creswell, J. W. 2015. Research Design


bisnis (business oriented) yang mengutamakan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
keuntungan di atas hubungan sosial. Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hal ini sejalan dengan penelian Fauzan Crijns, H. dan Ooghi. 2000, Growth Paths of
(2002) yang mengemukakan bahwa gaya Medium Sized Entrepreneurial Com­
kepemimpinan transformasional tidak me­ panies. De Vlerick School Voor Mana­
moderasi hubungan dimensi struktural modal gement, University of Ghent.
sosial dan kinerja tugas dosen. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan Lee et al., dalam Dachlan, U. 2014. Panduan Lengkap Structural
Nugroho et al., (2015) pada industri terkemuka Equation Modeling–Tingkat Dasar.
di Taiwan dan penelitian lanjutan Stam et al., Semarang: Lentera Ilmu.
(2014) pada industri software open source Belanda Efendi, T. 2013. Reformasi Birokrasi dan Iklim
menempatkan modal sosial sebagai variabel Investasi. Jakarta: Konpress.
yang memoderasi hubungan antara orientasi Fauzan, M. 2002. Peningkatan Kinerja Dosen
entrepreneur dengan kinerja perusahaan. Hasil Berbasis Modal Sosial dan Dukung­
penelitian keduanya menunjukkan modal an Organisasional di PTS Kota
sosial yang tinggi akan memperkuat hubungan Semarang. Jurnal Bisnis dan Ekonomi
antara orientasi entrepreneur dengan kinerja. (JBE). 19(2): 188 – 202.
Kombinasi sentralitas jaringan yang tinggi
dan ikatan-ikatan penghubung yang ekstensif Ferdinand, A. 2002. Structural Equation
memperkuat hubungan diantara orientasi Modelling dalam Penelitian Manajemen.
entrepreneur dengan kinerja. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Fukuyama, F. 2014. The Great Distruption.
SIMPULAN Yogyakarta: Qalam.
Lebih dari 50% kondisi kelembagaan, Georgellis, Y., Joyce, P. dan Woods, A. 2000.
modal sosial, jiwa kewirausahaan, dan kinerja “Entrepreneurial Action, Innovation,
usaha budidaya ikan nila anggota kelompok and Business Performance : The
pemula, madya, dan utama di Kecamatan Small Independent Business”.
Ngemplak dan Cangkringan Kabupaten Journal of Small Business and Enterprise
Sleman tergolong tinggi. Selain itu ternyata Development 7(1): 7-17.
tidak terdapat pengaruh kelembagaan yang
Gray, C. 2002. “Entrepreneurship Resistance
signifikan pada pengaruh modal sosial
to Change and Growth in Small
terhadap jiwa kewirausahaan. Kelembagaan
Firms”. Emerald Journal of Small
bukan merupakan variabel moderator antara
Business and Enterprise Development
hubungan modal sosial dan jiwa kewira­
9(1).
usahaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi/rendahnya kelembagaan, tidak akan Hira, A dan R. Hira. 2000. The Institutionalism:
mengakibatkan perubahan semakin tinggi/ Contradictory Notions of Change.
rendahnya pengaruh modal sosial terhadap American. Journal of Economics and
jiwa kewirausahaan Sociology. 59(2): 267-282.
Kao, J. 2001. Entrepreneurship, Creativity, and
DAFTAR PUSTAKA Organization. New Jersey: Prentice
BPS. 2014. Tabel Dinamis Produksi Ikan Hal.
Darat menurut Jenis Budidaya dan Kusnendi. 2007. Model-model Persamaan Struk­
Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta tural. Bandung: Alfabeta.
(Ton). Diakses pada tanggal 21 Maret
2018.<https://yogyakarta.bps. Nitisusastro, M. 2009. Kewirausahaan dan
go.id/site/resultTab>. Mana­ jemen Usaha Kecil. Jakarta:
Alfabeta.

92
Ratna Dewi Mulyaningtiyas, Irham, Masyhuri, dan Any Suryantini  APLIKASI
STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) PADA KAJIAN PENGARUH KELEMBAGAAN:...

Noersasongko, E. 2005. Analisis Pengaruh Sistem Usaha Pertanian Bebasis Agro­


Karakteristik Individu, Kewira­ ekosistem. Bogor: Pusat Penelitian
usaha­an dan Gaya Kepemimpinan dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Terhadap Kemampuan Usaha Serta Pertanian Balitbang Pertanian.
Keberhasilan Usaha Pada Usaha Siregar. 2011. Modal Sosial Para Pedagang
Kecil Batik di Jawa Tengah. Skripsi. Kaki Lima Etnis Jawa Studi di
Malang: Program Pascasarjana Daerah Nagoya Kota Batam. Jurnal
Universitas Merdeka Malang. Fisip UMRAH. 1(1): 93-106
Nugroho, S. P., dan Setyawan, A.A. 2015. Solimun. 2009. Permodelan Persamaan
Pemoderasian Modal Sosial pada Struktural Berbasis SEM. Malang: UM
pengaruh Orientasi Entrepreneur Press Malang.
terhadap Peningkatan Kinerja
Organisasi (studi empiris pada UKM Stam,W., S. Arzlanian, dan T. Elfring. 2014.
di Kota Surakarta). BENEFIT Jurnal Social capital of Entrepreneurs and
Manajemen dan Bisnis. 19(1): 80-94. small firm perfomance: A meta-
analysis of contextual and metho­
Permadi, D. C. 2002. Analisis Pengaruh dological moderators. Journal of
Modal Sosial Organisasi dan Modal Business Venturing. 29: 152-173.
Intelek­
tual Organisasi terhadap
Keunggulan Organisasi. Tesis, Bogor: Soekanto, S. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar.
Magister Manajemen IPB. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Riduwan, 2002. Skala Pengukuran Variabel- Suryana. 2014. Memahami Karakteristik


Variabel Penelitian. Jawa Barat: IKAPI. Kewira­usahaan. Modul, Jakarta:
Depdiknas.
Ruttan, V. W. 1984. Models of Agricultural
Development, dalam C.K. Eicher& Zhao, Y. 2012. Measuring the Social Capital
J.M.Staatz (eds). Agriculture Develop­ of Laid-off Chinese Workers. Current
ment in The Third World. London: The Sociology, 50(4): 555-71.
John Hopkins University Press. Zhao, W.B., J.R., R. Brent, and M.E. Charlotte.
Sadikin, I., A. Djauhari dan B. Hutabarat. 2011. Social Capital and Tourism
1999. Kajian Kelembagaan Agribisnis Entrepreneurship. Annals of
Dalam Mendukung Pengembangan Tourism Research J. 38(4): 1570–1593.

93

You might also like