You are on page 1of 10

Available at http://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 393-402

Tinjauan Hukum Islam Pada Edaran Pemerintah Dan MUI Dalam Menyikapi
Wabah Covid-19 Setelah Pemberlakuan New Normal
Cholisa Rosanti
Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
E-mail: feb@umpp.ac.id

Abstract
This study discusses the Covid-19 virus that is spreading in the world and its handling from the government and
MUI after the implementation of new normal according to Islamic law. The government implements a large-scale
social restrictions system (PSBB) or social distancing to break the chain of the spread of the covid-19 virus. The
government has implemented new normal rules. MUI has issued a notice numbered Kep-1188 / DP-MUI / V /
2020 concerning new normalcy that will be applied by the government such as reopening places of
worshipaccording to the health protocol. Nevertheless, this circular is a pros and cons for some people. The
purpose of this study is to help the public understand whether the government and MUI circulars in tackling the
plague after applying the new normal according to the Shari'a or actually contrary to Islamic Sharia. The
research method is the study of literature literature with a normative approach and historical approach. The
results of the study showed that the rules imposed by the government and MUI in dealing with the outbreak of
Covid-19 pacsa new normal did not disregard Islamic law.

Keywords : Islamic law, covid-19, new normal

Saran sitasi: Rosanti, C. (2021). Tinjauan Hukum Islam Pada Edaran Pemerintah Dan MUI Dalam Menyikapi
Wabah Covid-19 Setelah Pemberlakuan New Normal. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 393-402.
doi:http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v7i1.2157

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v7i1.2157

1. PENDAHULUAN beragama di berbagai negara termasuk di Indonesia


Pemerintah dan bersama rakyat Indonesia adalah dalam bidang kehidupan beragama.
sekarang telah berperang melawan wabah virus Diterapkannya kebijakan pemerintah tentang
corona atau covid-19. Wabah covid-19 ini telah menjaga jarak sosial (social distancing) yang
melanda berbagai negara di belahan dunia ini, baik di kemudian oleh Badan Kesehatan Dunia, WHO (World
benua Eropa, benua Asia maupun di benua Amerika. Health Organization) diganti dengan istilah menjaga
Wabah penyakit virus corona ini telah membuat jarak fisik (physical distancing), membuat tempat-
korban jiwa berjatuhan dengan jumlah ribuan jiwa. tempat ibadah menjadi kurang difungsikan sehingga
Menurut Abidinsyah dalam Indriya (2020), WHO menjadi sepi. Physical distancing didefinisikan
pada tanggal 12 Maret 2020 telah menyatakan sebaran sebagai tindakan menjaga jarak fisik antar individu
virus covid-19 sebagai pandemic. Tercatat 156 negara dengan jarak 1 meter dengan tujuan supaya setiap
dan telah menginfeksi sebanyak 167.740 orang, individu tetap dapat saling menguatkan dan
meninggal 6.456 orang, dan sembuh 76.598 orang, berinteraksi diantara mereka, walaupun secara fisik
sedangkan 5.811 orang dalam kondisi kritis. terdapat jarak di antara mereka atau tidak bisa
Agresi covid-19 telah menghancurkan berbagai berdekatan. Dengan demikian, physical distancing
sendi kehidupan masyarakat lebih dari 212 negara. tidak berarti bahwa kita mengisolasi diri, memutus
Pertumbuhan ekonomi setiap negara menjadi lesu, hubungan sosial dengan orang yang kita cintai (World
turun drastis dari target yang telah ditetapkan. Selain Health Organization, 2020).
dalam bidang ekonomi, dampak dari pandemi covid- Selanjutnya, Pemerintah Indonesia
19 yang sangat terasa oleh seluruh lapisan masyarakat mengeluarkan PP 21 tahun 2020 tentang Pembatasan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 394
Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka menerapkan sejumlah aturan di rumah ibadah saat
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease periode new normal dengan tujuan menjaga
(Covid-19). Sebagai negara terbesar yang masyarakat dari ancaman covid-19. Selain itu
berpenduduk muslim, kebijakan PSBB tentu bukanlah peraturan ini diharapkan kegiatan ibadah masyarakat
hal yang mudah untuk dilaksanakan, terutama apabila bisa kembali berjalan normal, namun dengan
kebijakan tersebut dilihat dari sisi keagamaan, di mana ditambah menerapkan protokol kesehatan dan
kebijakan tersebut akan mensyaratkan terjadinya berbagai aturan untuk mencegah penularan virus
banyak perubahan di dalam pelaksanaan ritual covid-19 seperti menjaga jarak saat sholat.
keagamaan sehari-hari. Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah
Selanjutnya, pemerintah mengeluarkan Surat menerbitkan maklumat mengenai kenormalan baru
Edaran Menteri Agama Nomor 6 Tahun 2020 tentang yang akan diterapkan oleh Pemerintah. Maklumat
Panduan Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1 Syawal tersebut bernomor Kep-1188/DP-MUI/V/2020. Para
1441 H. MUI juga telah mengeluarkan edaran untuk tokoh agama dan masyarakat pun dalam menyikapi
tidak melaksanakan ibadah di masjid, salat Jumat Surat Edaran itu terbagi menjadi dua kelompok, yang
diganti salat zuhur dan dilaksanakan di rumah masing- pro dan kontra. Terlebih laporan Badan Nasional
masing hingga berakhirnya pandemi covid-19 ini. di Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan
Tengah Pandemi Covid-19 suasana Ramadhan tahun bahwa pandemi covid-19 masih belum dapat diatasi.
ini terasa sangat berbeda dari tahun-tahun Dengan jumlah kasus terinfeksi covid-19 yang relatif
sebelumnya. Masjid-masjid yang biasanya ramai masih tinggi, tentunya pelaksanaan new normal ini
dengan berbagai kegiatan ibadah dan aktivitas sosial berpotensi menciptakan klaster baru covid-19. Selain
seperti shalat Jum’at, shalat Fardhu berjamaah, shalat itu, aturan sholat dengan shaf berjarak menimbulkan
Tarawih, ceramah keagamaan, buka bersama, I’tikaf, polemik pada umat Islam. Imbauan tersebut dinilai
Sanlat, pengumpulan zakat, infak dan sedekah, dan menyalahi hadis Rasulullah Muhammad SAW yang
sebagainya, sekarang menjadi sepi total, karena menganjurkan merapatkan shaf sebagai bagian dari
menurut Surat Edaran Menteri Agama tersebut kesempurnaan shalat.
seluruh kegiatan itu dipindahkan ke rumah masing- Inilah masalah yang akan dikaji dalam artikel ini,
masing demi mempercepat putusnya mata rantai apakah edaran pemerintah berupa lockdown dan
penyebaran wabah Copid-19 (Kementerian Agama PSBB atau social distancing sesuai syariat nabi
RI, 2020). Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam menanggulangi
Saat ini muncul istilah “new normal” seiring wabah?. Dan apakah edaran dari MUI untuk
dengan pandemik coronavirus disease 19 yang dikenal melaksanakan salat dengan shaf berjarak dan
Covid-19. Pasalnya, tidak ada yang dapat mengklaim menggunakan masker tidaklah menyalahi syariat
kapan vaksin Covid-19 akan ditemukan. Sementara Islam?. Dengan demikian, maka tujuan pengkajian ini
kelangsungan hidup normal sangat dibutuhkan. adalah berusaha untuk membantu memberikan
Sehingga timbul istilah new normal, termasuk di pemahaman bagi masyarakat tentang wajibnya taat
Indonesia (Pragholapati, 2020). Penggunaan istilah pada edaran pemerintah dan fatwa MUI. Selain itu,
new normal telah dijumpai sejak beberapa tahun lalu. juga memberikan pemahaman bahwa apa yang telah
Istilah new normal digunakan untuk penemuan menjadi edaran pemerintah dan MUI juga telah pernah
teknologi tentang databases (Fagin, 1977).Terdapat disosialisasikan oleh nabi Shallallahu ‘Alaihi
pula penggunaan new normal untuk masalah Wasallam bersama para sahabatnya, serta tidaklah
keuangan, pekerjaan, dan layanan pemerintah daerah melanggar syariat Islam.
(Martin, Levey, & Cawley, 2012) dan new normal Beberapa penelitian terdahulu yang relevan
lainnya. tersebut di antaranya adalah penelitian yang dilakukan
Belakangan new normal timbul berkenaan oleh Muhammad Tahir tentang nalar agama dan
dengan pandemic covid-19. Ditegaskan bahwa new pandemi covid-19. Jenis penelitian adalah kualitatif
normal adalah istilah yang dihasilkan dari adaptasi dengan pendekatkan teologis. Tahir, dalam
proses sementara dalam pandemi covid-19, di mana penelitiannya mengungkapkan bahwa menyikapi
manusia akan memiliki kebiasaan baru dari pandemi covid-19 dengan mengikuti protokol
pembelajaran dan proses adaptasi setelah pandemi kesehatan yang dianjurkan oleh para ahli serta
Covid-19 (Pragholapati, 2020). Pemerintah akan mematuhi himbauan para ulama yang teruji

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 395
kealimannya. Jika ahli medis/kesehatan, pada ulama menerapkan metode deskriptif analitis. Data
satu suara begitu juga dengan pemerintah maka bagi dikumpulkan dengan menggunakan teknik studi
orang awam adalah taat dan patuh pada anjuran literatur dan studi dokumentasi, lalu data dianalisis
tersebut. menghindari kerumunan untuk keselamatan dengan menggunakan pendekatan dan teknik analisis
bersama tentu lebih baik daripada memaksakan ibadah kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mahdah yang mengancam keselamatan bersama berdasarkan Hadits-Hadits shahih ada serangkaian
(Tahir, 2020). prosedur hirarki yang harus dilakukan oleh setiap
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Indriya. individu untuk memproteksi diri dan masyarakatnya
Ini merupakan salah satu hasil penelitianyang secara ketika terjadi pandemi covid-19 yang jika seluruh
spesifik menghubungkan antara pandemi covid-19 langkah proteksi diri itu dilakukan dengan baik akan
dengan salah satu aspek ajaran agama Islam, yaitu mampu memutus mata rantai penyebaran covid-19
tentang konsep tafakkur dalam Al-Qur’an. Indriya, dan berbagai jenis virus lainnya yang memiliki
dalam penelitian kualitatifnya ini menggunakan kesamaan karakter dalam proses penyebarannya.
metode deskriptif dengan pendekatan literature Langkah-langkah itu dimulai dari menjauhkan diri
review. Tafakkur, dalam penelitian ini, tidak sekedar dari wabah, senantiasa berdo’a, tawakal kepada Allah,
difahami sebagai suatu upaya berfikir untuk menggunakan masker setiap saat, senantiasa mencuci
menjembatani persepsi dan konsepsi dari kehidupan tangan, mengkonsumsi makanan dan minuman yang
fana ini ke kehidupan akhirat yang kekal, dan dari halal, sehat, lezat, dan bergizi, dan optimis bahwa
makhluk ke Penciptanya, yaitu Allah Swt.; melainkan Allah akan mengakhirinya. Penelitian ini
sebuah upaya berfikir mendalam yang melampaui menyimpulkan bahwa dalam Hadits-Hadits shahih
hidup ini ke wilayah lebih luas, yakni akhirat, dan terdapat protap untuk memproteksi diri dari berbagai
melewati kedangkalan materialisme menuju horizon wabah penyakit yang secara empiris sudah teruji
lebih dalam, yaitu “ruh” yang menjadi motivator bagi kehandalannya.
seluruh kegiatan eksternal dan internal ummat Islam. Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Rajab,
Secara spesifik, penelitian yang dilakukan Indriya dkk (2020) tentang tinjauan hukum islam pada edaran
bertujuan untuk men-tafakkuri peristiwa Pandemi pemerintah dan MUI dalam menyikapi wabah covid-
covid-19 dengan menggunakan perspektif Pendidikan 19. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian
Islam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa literatur kepustakaan dengan pendekatan normatif dan
tafakkur covid-19 menurut perspektif Pendidikan didukung dengan pendekatan historis. Hasil penelitian
yang dilakukan melalui physical distancing, yaitu menunjukkan bahwa aturan yang diberlakukan
mengisolasi daerah atau individu yang terkena wabah, pemerintah dan MUI dalam menangani wabah covid-
bersabar; berbaik sangka (husnu al-zhan) dan 19 sama sekali tidak menyelisihi syariat Islam.
berikhtiar (ikhtiyar), dan banyak berdoa (Indriya, Penelitian ini sudah sejalan dalam pengkajian di
2020). artikel ini, namun ada beberapa kebaruan yang akan
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh kami kaji seperti tinjauan hukum islam setelah
Mukharom dan Havis Aravik tentang kebijakan Nabi pemberlakuan new normal yang ditetapkan
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam pemerintah.
menangani wabah penyakit menular dan Studi-studi yang telah dideskripsikan di atas
implementasinya dalam konteks menanggulangi diketahui bahwa fokusnya berbeda dengan yang
wabah covid-19. Penelitian ini lebih kepada contoh dilakukan penulis dalam riset ini, yaitu tinjauan
penanggulangan nabi terkait wabah yang terjadi di hukum islam pada edaran pemerintah dan MUI dalam
zamannya, adapun hasilnya menunjukkan bahwa menyikapi wabah covid-19 setelah diberlakukan new
lockdown dan social distancing adalah cara yang tepat normal. Menggunakan kajian literatur kepustakaan
dalam menangani wabah dan juga itulah yang dengan pendekatan normatif dan pendekatan historis,
dijalankan oleh nabi tatkala wabah menjangkiti kota penelitian ini fokus untuk membantu memberikan
Madinah (Mukharom dan Aravik, 2020). pemahaman kepada masyarakat yang masih awam
Keempat, penelitian yang dilakukan Arifin, dkk terhadap edaran pemerintah dan fawa MUI setelah
(2020) tentang proteksi diri saat pandemi covid-19 adanya new normal yang diterapkan oleh pemerintah.
Berdasarkan Hadits Shahih. Penelitian ini Semua cara penanggulangan yang diedarkan
menggunakan pendekatan kualitatif dengan pemerintah atau MUI sendiri telah ada landasannya

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 396
dari agama tanpa harus mengaitkan masalah keimanan pelindung dan sebaik-baiknya penjaga. Allah
ini rendah atau tinggi karena takut dengan wabah berfirman:
covid-19 yang menimpa.

2. METODE PENELITIAN “Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan


Metode Penelitian yang digunakan dalam Dia adalah Maha Penyanyang diantara para
penelitian ini menggunakan metode penelitian penyanyang” (QS Yusuf, Ayat 64).
kepustakaan dengan pendekatan normatif dan
pendekatan historis. Pengumpulan data yang Berlindung kepada Allah ini bisa dilakukan
ditempuh dalam penelitian ini dengan melakukan dengan senantiasa membaca doa-doa pelindung yang
studi kepustakaan, sumber data penelitian berasal dari bersumber dari Al-Qur’an. Salah satu contohnya yang
sumber-sumber yang telah terkumpul dari sudah diajarkan Rasulullah Saw untuk dilafadzkan di
perpustakaan. Studi kepustakaan yang dimaksud setiap pagi dan sore berikut ini:
adalah penelitian yang sumber-sumber datanya terdiri
atas bahan-bahan tertulis yang telah dipublikasikan
dalam bentuk buku, jurnal ilmiah, surat kabar, majalah “Bismillahilladzi laa yadhurru maasmihi, say'un
dan lain-lain. fil ardhi walafissamaai wahuwa samiul'alim.”
“Dengan nama Allah yang apabila disebut, segala
3. HASIL DAN PEMBAHASAN sesuatu dibumi dan langit tidak berbahaya. Dialah
3.1. Sikap Menghadapi Virus Corona maha mendengar dan maha mengetahui).
Islamic Worldview, cara pandang Islam dalam Barang siapa yang membaca dzikir tersebut 3x
melihat segala hal yang terjadi di dunia, sudah dipandu dipagi dan petang. Maka tidak akan ada bahaya yang
di dalam kitab suci Alquran, terdapat pada Surat al- memudharatkannya (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Baqarah [2]: 155-157. Sikap kedua adalah berikhtiar. Di samping
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan berlindung kepada Allah, tentunya sebagai seorang
kepada kamu, dengan sedikit ketakutan, manusia kita juga harus berikhtiar dengan melakukan
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah- usaha-usaha pencegahan agar virus ini tidak menular
buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada kepada diri kita atau kepada orang-orang yang kita
orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang sayangi. Ikhtiar ini bisa dilakukan dalam skala
yang apabila ditimpa musibah, mereka individu maupun skala berjamaah (Jabbar, 2020a).
mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi Ikhtiar dalam skala individu dilakukan dengan
raji’un”.Mereka itulah yang mendapat mengikuti cara-cara yang dianjurkan oleh para ahli
keberkatan yang sempurna dan rahmat dari dalam bidang ini, seperti rutin menjaga kesehatan,
Rabb mereka dan mereka itulah orangorang rutin mencuci tangan, rutin memakan dari makanan-
yang mendapat petunjuk.” (Departemen Agama, makanan yang baik, rutin memakai masker
2004). dikeramaian, serta menghindari keluar rumah dan
Merujuk pada ayat tersebut, dalam konteks berkumpul di tempat keramaian bila tidak diperlukan.
sekarang, dengan adanya virus corona merupakan Adapun ikhtiar dalam skala berjamaah, maka bisa
salah satu cobaan. Semua orang dibuat takut dan dilakukan dengan cara melakukan pencegahan-
khawatir oleh penyebaran virus covid 19 ini. Oleh pencegahan agar virus ini tidak merambah ke skala
sebab itu, sikap yang diambil adalah meyakini bahwa yang lebih luas lagi seperti melakukan isolasi kepada
virus adalah makhluk Allah, tunduk dan taat atas mereka-mereka yang terkena virus atau mereka yang
perintah Allah Swt. Dengan demikian, manusia tercurigai terkena virus.
diharuskan kembali kepada jati dirinya yaitu ada Yang Ikhtiar ini hendaklah dilakukan oleh pihak-pihak
Maha Kuasa dibalik semua kejadian di muka bumi ini. yang berwenang. Dalam kisah Umar bin Khattab
Oleh karenanya, kita berlindung dari wabah ini kepada berikhtiar menghindarinya, serta Amr bin Ash
Allah sebelum kita berlindung kepada kemampuan berikhtiar menghapusnya. Istilah saat ini dan sedang
diri kita sendiri atau kemampuan makhluk lainnya. kita lakukan adalah melakukan “social
Ingatlah bahwa Allah adalah sebaik-baiknya distancing”,dilansir dari The Atlantic, tindakan yang
bertujuan untuk mencegah orang sakit melakukan

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 397
kontak dalam jarak dekat dengan orang lain untuk relevan yang dapat menjadi sebab-sebab tercapainya
mengurangi peluang penularan virus. Artinya juga sebuah keinginan, maka akan datang rezeki yang
sementara waktu menjauhi perkumpulan, diinginkan kepadanya baik dalam bentuk kesehatan,
menghindari pertemuan massal, dan menjaga jarak materi, maupun dalam bentuk dihindarkannya dari
antar manusia (Indriya, 2020). Hal ini berdasarkan pandemi covid-19 (Arifin, dkk 2020).
makna hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam yang Dalam kontek bertawakal yang benar, usaha itu
berbunyi: harus ada walaupun dalam wujudnya yang sangat
sederhana, sebagaimana datangnya rezeki kepada
burung dengan sekedar terbang pergi di pagi hari dari,
dan pulang di sore hari ke, sarangnya. Mahluk Allah
“Apabila kalian mendengar tentangnya (wabah
Swt. yang bernama manusia yang bertakwa dan
penyakit) di sebuah tempat, maka janganlah
bertawakal sepenuhnya kepada Allah telah mendapat
kalian masuk ke dalamnya, dan bila kalian
jaminan dari Allah untuk mendapatkan kecukupan
berada di dalamnya, maka janganlah kalian
atas apa yang dibutuhkannya, sebagaimana Allah
keluar daripadanya sebagai bentuk lari
kemukakan dalam Al-Qur’an Surat Al-Thalaq ayat 3
daripadanya”. (HR.Bukhari dan Muslim).
bahwa siapa pun yang tawakal kepada Allah, maka
Allah akan memberikan kecukupan atas keperluannya
Sikap ketiga adalah Sabar dan tawakkal. Di
(Kementerian Agama RI, 2000).
dalam sebuah hadis riwayat Imam Bukhari
3.2. Hukum Islam Terkait Edaran Pemerintah
diceritakan, suatu kali Aisyah bertanya kepada Nabi
Indonesia tidak mengambil kebijakan lockdown
SAW tentang wabah penyakit. Rasulullah SAW
untuk mengantisipasi virus corona. Pemerintah lebih
bersabda,
memilih kebijakan social distancing atau pembatasan
“Wabah penyakit itu adalah orang-orang yang
sosial, dari sisi penanganan, lockdown memang
DIA kehendaki. Allah menjadikannya sebagai
dianggap lebih cepat. Tetapi, lockdown memberi
rahmat bagi orang-orang yang beriman. Jika
dampak yang besar khususnya di ekonomi, karena
terjadi suatu wabah penyakit, ada orang yang
kalau lockdown kegiatan ekonomi lumpuh sama
menetap di negerinya, ia bersabar, hanya
sekali, tida ada aktivitas, kondisi masyarakat
berharap balasan dari Allah Swt. Ia yakin tidak
Indonesia 60-70 pekerja di Indonesia merupakan
ada peristiwa yang terjadi kecuali sudah
pekerja informal. Mereka kebanyakan mendapatkan
ditetapkan Allah. Maka, ia mendapat balasan
pendapatan secara harian, sehingga jika sistem ini
seperti mati syahid.”
diterapkan merekalah yang akan pertama kali
mendapatkan dampak besar dari sistem ini
Setelah melakukan berbagai ikhtiar yang ada,
(Mukharom dan Aravik, 2020). Namun, jika ditinjau
maka pada akhirnya semua kita serahkan kepada
dalam perpekstif sejarah dan syariat Islam apakah
Allah. Kita tawakkalkan diri kita kepadaNya. Karena
sistem social distancing atau pembatasan sosial ini
hidup dan mati kita sebagai seorang hamba semua
tidaklah menyalahi syariat Islam?
berada di tanganNya. Hadits hasan shahih yang
Mengutip dari buku Murtadha Muthahhari bahwa
diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi pada Hadits nomor
Ibn Abil Hadid menyebutkan bahwa Umar bin
2266 tentang tawakal itu memiliki makna yang sangat
Khatthab berencana melakukan perjalanan ke Syam
dalam. Terkadang ada beberapa kelompok masyarakat
(Suriah). Lalu diberitahu bahwa tersebar wabah
yang salah memahaminya. Makna yang paling benar
penyakit di Syam. Maka Umar membatalkan untuk
dari Hadits itu adalah bahwa apabila individu atau
memasuki daerah Syam. Abu Ubaidah bin Jarrah tidak
masyarakat sudah melakukan tawakalnya kepada
setuju dengan keputusan tersebut dengan alasan lari
Allah dengan penuh kesungguhan dari lubuk hatinya
dari takdir Tuhan. Lalu Abdurrahman bin Auf
yang terdalam dan bersandar kepada Allah dengan
meriwayatkan hadis Rasulullah saw melarang
penyandaran yang sepenuhnya dalam mengambil
keluarnya penduduk dari satu kota yang terjangkit
kemaslahatan seperti diberikan kesehatan dan rezeki
wabah atau masuknya orang yang berada dari luar
dalam bentuk materi yang banyak dan menolak
(Muthahhari, 2012).
bahaya atau kemadharatan seperti dihindarkannya dari
Larangan nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
pandemi covid-19 serta melakukan berbagai upaya
dalam hadis di atas adalah menggambarkan sebuah

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 398
sistem pelarangan bagi masyarakat yang terkena keadaan ini para ulama berbeda pendapat, adapun
wabah atau pun tho’un untuk keluar dari daerahnya Ibnu Hajar rahimahullah memandang masalah ini
begitu pun bagi pendatang dari luar dilarang untuk sebagai alasan yang diperbolehkan dan kata beliau
masuk ke daerah yang terjangkiti wabah. Larangan adalah mazhab dari Umar bin Khattab ra.
inilah yang kita sebut sebagai sistem lockdown di Menyikapi pandemi covid-19 yang
zaman ini. Namun, ada beberapa hukum permasalahan penyebarannya sangatlah cepat, maka kembali kepada
terkait hadis ini yang juga harus dijawab manusia untuk memilih dan menentukan takdirnya.
permasalahannya. Di antaranya, apakah hukum Bila merujuk kepada petunjuk agama maka yang
larangan pada hadis tersebut adalah mutlak haram dianjurkan adalah menghindar, menjauh dari wabah
bagi seseorang untuk keluar dari lokasi wabah?. Pandemi covid-19. Berjangkitnya penyakit wabah
Para ulama berbeda pendapat perihal tersebut, merupakan takdir Allah. Bila menghindar sehingga
yaitu larangan keluar dari lokasi yang teridentifikasi terbebas dari wabah, ini juga takdir Allah. Karenanya
wabah. Namun, banyak di antara mereka jangan hanya saat petaka terjadi, kita berkata, “itu
rahimahumullah memberikan pemahaman bahwa takdir Allah. Ucapkanlah juga pada saat kita lepas dari
larangan nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam tidaklah wabah tersebut (Shihab, 2006). Oleh karena itu, sistem
bersifat mutlak, namun larangan tersebut berlaku atau cara yang paling baik untuk melawan wabah saat
kepada orang yang ingin lari dari wabah. Sebagaimana ini, selain dari mengembalikan semuanya kepada
firman Allah swt. Dalam Q.S. Al-Baqorah/2: 243 yang Allah Ta’ala adalah juga dengan mengaplikasikan
artinya; “Apakah kamu tidak memperhatikan orang- sistem lockdown yang sesuai edaran pemerintah.
orang yang ke luar dari kampung halaman mereka, Berusaha untuk sementara tidak terlalu sering
sedang mereka beriburibu (jumlahnya) karena takut berkumpul sampai pandemi covid-19 ini berakhir.
mati; maka Allah berfirman kepada mereka: ‘Matilah 3.3. Hukum Social Distancing Menurut Agama
kamu’. Kemudian Allah menghidupkan mereka. Selain dari lockdown di antara edaran pemerintah
Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap adalah dengan mengaplikasikan sistem pembatasan
manusia tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” sosial berskala besar (PSBB) atau juga disebut social
Dalam Tafsir Ad-Durr Al-Mantsur. ‘Ibnu Abbas distancing. Namun, apakah sistem ini tidaklah
berkata: “Mereka berjumlah 4000 orang. Mereka menyalahi aturan agama? Fenomena penyebaran
keluar karena lari dari tho’un (wabah penyakit covid-19 yang cepat ini direaksi oleh WHO dengan
menular). Mereka berkata: ‘Kami akan mendatangi membuat formulasi social distancing yaitu menjaga
sebuah negeri yang tidak ada kematian’. Setelah jarak sosial dalam hubungan bermasyarakat,
mereka sampai di sebuah perkampungan Allah setidaknya untuk menahan penyebaran Covid-19 antar
mematikan mereka semua. Lalu datang seorang nabi warga masyarakat. Penggunaan istilah ini menuai
berdoa agar Allah menghidupkan kembali mereka kontroversi di kalangan para ahli dan praktisi sosial.
untuk menyembah Allah, lalu Allah menghidupkan Istilah social distancing dipandang sebagai sebuah
mereka (Suyuti, 1432). jarak yang menghilangkan jarak fisik (phisycal
Adapun Ibnu Hajar rahimahullah memberikan distancing), sekaligus menutup ruang sosial
rincian yang baik pada masalah ini, dimana Ibnu Hajar kemasyarakatan. Konsekuensi penggunaan istilah
membaginya menjadi tiga keadaan (Ibnu Hajar, 1379 social distancing menjadi meluas dan melebar dalam
H) : skala hubungan sosial yang melibatkan mental yang
a. Jika mereka keluar dengan tujuan lari dari wabah terisolasi oleh adanya jarak. Tidak hanya sekedar fisik
maka ini adalah larangan sebagaimana yang yang berjarak, tetapi juga kehidupan sosial yang lama
disebutkan dalam hadis. berkembang di masyarakat harus tertutup ruangnya
b. Adapun jika dia keluar dengan tujuan yang lain oleh jarak sosial.
bukan lari dari wabah seperti bekerja dan WHO kemudian merevisi formulanya dari social
selainnya, maka ini tidak termasuk dalam larangan distancing menjadi physical distancing, yaitu jarak
dan ini adalah kesepakatan yang disebutkan oleh fisik yang harus dijaga ketika berhubungan dengan
imam An-Nawawi tentang bolehnya keluar dengan orang lain. Istilah ini digunakan untuk menghilangkan
tujuan bukan untuk lari dari wabah. (baca: menghindari) mindset adanya pembatasan
c. Keluar dengan niat untuk bekerja, dan masuk di ruang sosial dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
dalamnya niat untuk selamat dari wabah, maka Physical distancing tidak menghilangkan ruang sosial

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 399
yang selama berjalan dan berkembang di tengah Pada hadis tersebut apa yang dilakukan nabi
masyarakat. Penggunaan istilah ini dapat diterima Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dengan menolak untuk
oleh para ahli dan praktisi sosial. Namun masyarakat berjabat tangan dan hanya menerima baiat dari salah
sudah terlanjur menggunakan istilah social seorang sahabat adalah salah satu cara untuk
distancing sebagai upaya pencegahan penyebaran membantu terputusnya penyebaran dari wabah.
covid-19. WHO membuat formula physical Berjabat tangan bukanlah hal yang terlarang, namun
distancing ketika berkomunikasi atau berhubungan dia adalah syariat dan adab yang diajarkan dalam
dengan orang dengan jarak satu meter. Islam. Akan tetapi, jika syariat tersebut ketika
Hukum social distancing sendiri jika ingin dikaji dilakukan menimbulkan kemudaratan maka
dalam sisi hukum Islam, maka social distancing bisa pengaplikasiannya menjadi makruh bahkan bisa
menjadi wajib atau sunah, jika memiliki kemaslahatan menjadi terlarang.
untuk ad-daruryah al khomsa (menjaga agama, jiwa, Pada masa sekarang, silahkan diperhatikan hadis
akal, keturunan dan harta) pada manusia. Contohnya tersebut. Kita tidak boleh membahayakan diri sendiri
ketika seseorang telah terindikasi terpapar virus covid- dan waspada agar tidak tertular oleh virus Corona
19 ataukah masih dalam keadaan pengawasan, maka dengan cara melaksanakan anjuran pemerintah dan
dengan berdiam diri atau mengarantina dirinya atau arahan para ahli kesehatan, dan tidak boleh
tidak keluar dan tidak menegur orang lain adalah hal membahayakan orang lain dengan cara tidak keluar
wajib baginya. Adapun jika keluar dari rumah maka rumah dan karantina sendiri bagi orang sakit dan
kemungkinan besarnya bisa memberikan penularan dianggap ODP (orang dalam pengawasan), PDP
kepada yang lain, dan pada saat itu pula para ulama (pasien dalam pengawasan), atau bahkan
menilai makruh dan bahkan bisa sampai kepada positif Corona.
keharaman karena telah memberikan kemudaratan
pada orang lain. 3.4. Fatwa MUI tentang Wabah Covid-19 Setelah
Berkaitan dengan persoalan Physical Distancing ini, Pemberlakuan New Normal dan
renungkanlah Hadis Rasulullah Saw yang dikutip Penjabarannya dalam Tinjauan Syariat
dalam kitab Almuwatta’ Imam Malik: Kementerian Agama menerbitkan Surat Edaran
(SE) nomor 15 tahun 2020 tentang Panduan
Penyelenggaraan Kegiatan Keagamaan di Rumah
lbadah Dalam Mewujudkan Masyarakat Produktif dan
Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik Aman Covid-19 di Masa Pandemi. Sebelumnya guna
dari ‘Amru bin Yahya Al Muzani dari Bapaknya memutus rantai penularan virus corona (Covid-19)
bahwa Rasulullah Shalla Allahu ‘alaihi wa pemerintah meminta masyarakat untuk beribadah di
sallam bersabda: “Tidak boleh membuat rumah. Setelah terdapat instruksi memasuki tatanan
kemudharatan pada diri sendiri dan membuat kenormalan baru (new normal), Kemenag membuat
kemudharatan pada orang lain.” panduan. Selain itu, Komisi Fatwa Majelis Ulama
Indonesia (MUI) juga mengeluarkan Fatwa Nomor 31
Dalil yang kedua apa yang dilakukan oleh nabi Tahun 2020 tentang Penyelenggaraan Salat Jumat dan
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dimana Rasulullah saw. jemaah untuk mencegah Penularan Wabah Covid-
tidak bersalaman untuk menerima baiat dari orang 19. Untuk mencegah penularan covid-19, tempat
yang terkena penyakit menular kusta. Dari ‘Amr bin ibadah pun harus disertai dengan protokol kesehatan
Asy-Syarid dari bapaknya, beliau berkata; yang harus dipatuhi setiap jemaah.
Ketentuan hukum yang mesti diperhatikan baik
oleh pengurus masjid atau jemaah ialah perenggangan
“Dahulu ada utusan dari Tsaqif ada yang
saf ketika salat berjamaah. Dalam fatwa tersebut
terkena kusta. Maka nabi Shallallahu ‘Alaihi
dijelaskan apabila meluruskan dan merapatkan saf
Wasallam mengirim pesan, “Sungguh kami telah
pada salat berjemaah merupakan keutamaan dan
menerima baiat Anda (tidak perlu bersalaman),
kesempurnaan berjamaah. Salat berjemaah dengan saf
maka pulanglah.” (Hajjaj, 1412).
yang tidak lurus dan tidak rapat hukumnya tetap sah
tetapi kehilangan keutamaan dan kesempurnaan
jamaah.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 400
Tentu tidak diragukan bahwa rapatnya shaff bahwa hukum menutup wajah saat salat adalah
adalah kesempurnaan shalat yang diperintahkan oleh makruh. Oleh sebab itu, dilarang dari perbuatan
Nabi shallallahu álaihi wasallam. Nabi bersabda : tersebut ketika dalam salat. Kecuali jika ia menguap
“Dan rapatkanlah shaff” (HR Al-Bukhari no saat salat, maka dianjurkan baginya untuk menutup
719). mulutnya, karena adanya kebutuhan untuk itu (Al
Abidin (2020) menyatakan bahwa Nabi juga Khaṭṭābī, 1932). Menutup mulut saat salat hukumnya
menyuruh untuk menutup celah dan kerenggangan, adalah makruh kecuali ada hajat syariyyah.
Nabi bersabda : Sebagaimana ditegaskan dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan dari AbūHurairah radhiallahu ‘anhu,
beliau berkata;

“Tutuplah celah, lembutlah kepada tangan-


Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
tangan saudara-saudara kalian dan janganlah
sallammelarang seseorang menutup mulutnya
kalian menyisakan celah-celah bagi syaitan.
ketika shalat.” (Muhammad Ibn Yazīd Abū
Barang siapa yang menyambung shaff maka
Abdillah Al Quzwainī).
Allah menyambungnya, dan barang siapa yang
memutuskan shaff maka Allah akan
Imam Abū Dāud dalam kitabnya Sunan Abī Dāud
memutuskannya” (HR Abu Daud no 672 dan
menjelaskan hadis ini menunjukkan bahwa hukum
dishahihkan oleh Al-Albani di As-Shahihah no
asal dalam salat adalah tidak menggunakan penutup.
743).
wajah, meskipun kata beliau tidak mengapa bagi
seseorang menggunakan penutup wajah jika ada
Namun karena kondisi yang mengkhawatirkan
tuntutan hajat yang mengharuskan untuk
dengan adanya wabah covid-19, sehingga diatur
menggunakannya (Syandri dan Akbar, 2020).
perenggangan saf ketika salat berjamaah jarak hingga
Jadi hukum asal menggunakan penutup mulut
lebih dari satu meter. Lantas apa hukumnya?
(masker) ketika salat adalah makruh tanzih yaitu
Adapun hukumnya maka sebagai berikut
makruh yang tidak membatalkan salat. Akan tetapi
(Abidin, 2020) :
pada kondisi tertentu seperti adanya hajat, maka
Pertama : Jika kerenggangan tersebut tidak
menggunakan masker hukumnya boleh. Pada kondisi
mengeluarkan dari hukum shaff, dalam artian
merebaknya virus Covid-19 akhir-akhir ini, dapat
meskipun renggang akan tetapi masih dianggap shaff
dipahami bahwa menggunakan masker atau penutup
maka berarti makmum hanya meninggalkan perkara
mulut dan hidung ketika melaksanakan salat
yang disepakati tidak membatalkan shalat. Hal ini
hukumnya boleh karena adanya hajat. Bahkan bisa
karena para mayoritas ulama berpendapat bahwa
meningkat kepada hukum dianjurkan jika seorang
merapatkan shaff hukumnya adalah sunnah dan tidak
yang akan menghadiri salat jamaah dalam kondisi
wajib.
kurang sehat seperti demam, batuk atau flu. Hal ini
Kedua : Jika kerenggangan sampai dianggap
diharapkan dapat mencegah tersebarnya virus Corona
memutuskan shaff, maka para ulama juga memandang
dalam masyarakat. jika seorang yang akan menghadiri
bahwa hal ini tidaklah membatalkan shalat. Dalam
salat jamaah dalam kondisi kurang sehat seperti
fatwa MUI disebutkan bahwa untuk mencegah
demam, batuk atau flu. Hal ini diharapkan dapat
penularan wabah covid-19, penerapan physical
mencegah tersebarnya virus Corona dalam
distancing saat salat jemaah dengan cara
masyarakat.
merenggangkan saf hukumnya boleh, salatnya sah dan
tidak kehilangan keutamaan berjemaah karena kondisi
4. KESIMPULAN
tersebut sebagai hajat syariyyah (Herlambang, 2020).
Berdasarkan hasil pengkajian ini ditemukan
Dalam fatwa MUI itu juga mengatur soal
bahwa edaran pemerintah berupa sistem lockdown
penggunaan masker saat salat. Jemaah harus
dan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) atau
menggunakan masker yang menutup hidung saat salat
social distancing adalah merupakan syariat yang juga
hukumnya boleh dan salatnya sah karena hidung tidak
telah diamalkan oleh nabi Shallallahu ‘Alaihi
termasuk anggota badan yang harus menempel pada
Wasallam bersama para sahabatnya radhiallahu
tempat sujud saat salat. Menurut Al Syairāzī (1412H)
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 401
‘anhum kala wabah menimpa mereka. Demikian pula Arifin, T., Nuraeni, N., Mashudi, D., & Saefudin, E.
fatwa MUI berupa perintah tentang tempat ibadah 2020. Proteksi diri saat pandemi COVID-19
harus disertai standar protokol kesehatan yang harus berdasarkan hadits shahih.
dipatuhi jamaah. Ketentuan hukum yang mesti As-Suyuti, Jalaluddin. 1432 H. Ad-Durr Al-Mantsur fi
diperhatikan baik oleh pengurus masjid atau jamaah tafsiri al-ma’tsur. Beirut: Dar al-Fikr
ialah perenggangan saf ketika salat berjamaah. Dalam Departemen Agama. 2004. Al Qur’an dan
fatwa MUI disebutkan bahwa untuk mencegah Terjemahannya. Surabaya: Mekar Surabaya.
penularan wabah covid-19, penerapan physical Fagin, R. 1977. Multivalued dependencies and a new
distancing saat shalat jamaah dengan cara normal form for relational databases. ACM
merenggangkan saf hukumnya boleh, salatnya sah dan Transactions on Database Systems.
tidak kehilangan keutamaan berjemaah karena kondisi Hajjaj, Muslim ibn. 1412 H. Kitab Shohih Muslim.
tersebut sebagai hajat syariyyah. Fatwa MUI itu juga Beirut: Dar kutub al-ilmiyah.
mengatur soal penggunaan masker saat salat. Hukum Herlambang. 2020. Ini Fatwa MUI Terkait Salat
asal menggunakan penutup mulut (masker) ketika Jumat Berjamaah di Masjid. Retrieved Juli 15,
salat adalah makruh tanzih yaitu makruh yang tidak 2020, from
membatalkan salat. Akan tetapi pada kondisi tertentu https://www.ayosemarang.com/read/2020/06/05/
seperti adanya hajat, maka menggunakan masker 58169/new-normal-ini-fatwa-mui-terkait-salat
hukumnya boleh. Bahkan bisa meningkat kepada jumat-berjamaah-di-masjid
hukum dianjurkan jika seorang yang akan menghadiri Indriya, I. 2020. Konsep Tafakkur Dalam Alquran
salat jamaah dalam kondisi kurang sehat seperti Dalam Menyikapi Coronavirus Covid-
demam, batuk atau flu. Hal ini diharapkan dapat 19. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-
mencegah tersebarnya virus corona dalam i, 7(3).
masyarakat. Jabbar. 2020. Physical Distancing Dalam Hukum
Islam Bisa Sunnah Bahkan Wajib. Retrieved Juli
5. UCAPAN TERIMA KASIH 15, 2020, from
Penulis mengucapkan terimakasih kepada https://www.madaninews.id/10935/physical-
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas distancing-dalam-hukum-islam-bisa-sunnah-
Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan yang telah bahkan-wajib.html
memberikan fasilitas dan dukungan kepada penulis Jabbar. 2020a. Kiat Menyikapi Wabah Corona Sesuai
untuk melakukan penelitian, terimakasih juga kepada Ajaran Islam. Retrieved Juli 15, 2020, from
semua pihak yang telah memberikan fasilitas dan https://www.madaninews.id/10610/kiat-
bantuan sehinga terselesainya penulisan ini. menyikapi-wabah-corona-sesuai-ajaran-
islam.html
6. REFERENSI Kementerian Agama RI. 2000. Al-Qur’an dan
Abidin, Firanda Andirja. Hukum Shalat Dengan Terjemahnya. Retrieved Juli 15, 2020, from
Merenggangkan Shaff Hingga 2 Meter. Retrieved https://quran.kemenag.go.id/
Juli 15, 2020, from Kementerian Agama RI. 2020. Surat Edaran Menteri
https://ia802905.us.archive.org/26/items/hukums Agama Nomor 6 Tahun 2020 tentang Panduan
halatrenggang/hukum%20shalat%20renggang.p Ibadah Ramadan dan Idul Fitri 1 Syawal 1441 H.
df di Tengah Pandemi Covid-19, Pub. L. No. 6
Al Khaṭṭābī, Abū Sulaimān Ḥamd Ibn Muḥammad ibn (2020). Indonesia. Retrieved from
Ibrāhīm ibn Al Khaṭāb Al Bustī. 1932. Ma’ālim https://kemenag.go.id/home/artikel/43328/surate
Al Sunan Syarh Sunan Abī Dāud edisi I. Volume daran-menteri-agama-nomor-6-tahun 2020-
1. Halab: Al Maṭbaah AL Ilmiyyah. tentang-panduan-ibadah-ramadan-dan-idulfitri-
Al Syairāzī, Ibrāhīm Ibn A’lī ibn Yūsuf. 1412H. Al 1-syawal-1441h-di-tengah-pandemi-wabah-
Muhażżab Fi Fiqh al Imām Al Syāfi’ī Volume 1. covid-19.
Bairūt: Dār Al Kutub Al Ilmīyah. Martin, L. L., Levey, R., & Cawley, J. 2012. The
Al-Asqolani, Ibnu Hajar. 1379 H. Fathul Bari syarah “New Normal” for Local Government. State and
Shohih Al-Bukhari. AlQohirah Mesir: Maktabah Local Government Review.
as Salafiyah.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 7(01), 2021, 402
Muhammad Tahir, A. 2020. Nalar Agama dan Shihab, Muhammad Quraish. 2006. Lentera Hati:
Pandemi Covid-19. Prosiding Seminar Nasional Kisah dan Hikmah Kehidupan, Cet.XXX;
Problematika Sosial Pandemi Covid-19 Bandung: Mizan.
“Membangun Optimisme di Tengah Pandemi Sumadi, S. (2020). Menakar Dampak Fenomena
Covid-19” ISBN: 978-602-5722-33-2. Pandemi Covid-19 Terhadap Perbankan
Mukharom, M., & Aravik, H. 2020. Kebijakan Nabi Syariah. JURNAL HUKUM EKONOMI
Muhammad Saw Menangani Wabah Penyakit SYARIAH, 3(2), 145-162.
Menular dan Implementasinya dalam Konteks Syandri, S., & Akbar, F. 2020. Penggunaan Masker
Penanggulangan Coronavirus Covid- Penutup Wajah Saat Salat Sebagai Langkah
19. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya Syar- Pencegahan Wabah Coronavirus Covid-
i, 7(3). 19. SALAM: Jurnal Sosial dan Budaya
Murtadha Muthahhari. 2012. Memahami Pelajaran Syari, 7(3), 261-268.
Tematis al-Qur’an Tafsir Tematis tentang World Health Organization. 2020. Pertanyaan dan
Pengetahuan, Akidah, Akhlak dan Kehidupan Jawaban Terkait Coronavirus. Retrieved Juli 15,
Sehari-Hari. Jakarta: Sadra. 2020, from
Pragholapati, A. 2020. New Normal “Indonesia” After https://www.who.int/indonesia/news/novel-
Covid-19 Pandemic. Psyarxiv Preprint. coronavirus/qa-forpublic.
Rajab, A. J., Nurdin, M. S., & Mubarak, H. 2020.
Tinjauan Hukum Islam pada Edaran Pemerintah
dan MUI dalam Menyikapi Wabah Covid-
19. BUSTANUL FUQAHA: Jurnal Bidang
Hukum Islam, 1(2), 156-173.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534

You might also like