You are on page 1of 8

PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

PENINGKATAN PEMAHAMAN DONGENG ANAK TUNARUNGU


MELALUI SIMULATION BASED LEARNING
Endang Sri Handayani, Priyono, Mohammad Anwar
Universitas Sebelas Maret Surakarta
endangshandayani@gmail.com, priyono@gmail.com, mohamadandwar@gmail.com

Abstract
The research aims to determine the influence of application simulation based learning toward
understanding of fairy tale for children with hearing impairment in third grade at SLB-B
YRTRW Surakarta 2016/2017 academic year. This research uses a quantitative approach to
research methods of experimental type of pre-experimental form one group pretest-posttest
design. Subjek in this research were students in third grade at SLB-B YRTRW Surakarta
2016/2017 academic year as many as four students. Data collection techniques in this research
is an objective test in multiple choice. Data analysis techniques in this research is the analysis
of non-parametric Wilcoxon Signed Rank test (Wilcoxon Signed Rank Test) using SPSS versi
22. From the result of calculations using SPSS versi 22, the known value of the average posttest
research sample increased. Descriptive analysis result obtained by the average value of 77,5
posttest greater than the value pretest 57,5. Non-parametric analysis result obtained count
value Z= -2,000 with Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,046 at significance level (α) of 5%. Based on
the results of data analysis can be concluded that effect of application simulation based
learning is positive toward understanding of fairy tale for children with hearing impairment in
third grade at SLB-B YRTRW Surakarta 2016/2017 academic year.

Keywords: Simulation Based Learning, understanding of fairy tales, children with hearing
impairmen

A. PENDAHULUAN salah satunya adalah anak tunarungu.


Tunarungu merupakan kelainan pada
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) indera pendengaran. Anak tunarungu
adalah individu yang kehilangan atau pada umumnya memiliki karakteristik
mengalami penurunan fungsi indera yang secara fisik seperti anak normal.
berdampak terhadap masalah belajar atau Kemampuan intelegensi anak tunarungu
masalah tingkah laku, dan yang mempunyai sama seperti anak normal, namun karena
keistimewaan intelektual sehingga keterbatasan informasi yang diterima
membutuhkan layanan pendidikan khusus melalui indera pendengaran
untuk mengembangkan potensi yang masih menyebabkan perkembangan
dan/atau sudah dimiliki. Berdasarkan intelegensinya terlambat. Perkembangan
Undang – Undang Sistem Pendidikan bahasa anak tunarungu juga mengalami
Nasional no 20 tahun 2003 tentang hambatan. “Bahasa dan bicara
pendidikan khusus dan pendidikan layanan merupakan hasil proses peniruan,
khusus pasal 32 Ayat (1) “Pendidikan sehingga tunarungu dalam segi bahasa
khusus merupakan pendidikan bagi peserta memiliki ciri yang khas, yaitu sangat
didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam terbatas dalam penguasaan kosa kata,
mengikuti proses pembelajaran karena sulit mengartikan arti kiasan dan kata –
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, kata yang bersifat abstrak” (Haenudin,
dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan 2013:67).
bakat istimewa.” Prestasi belajar anak tunarungu yang
ABK dengan kelainan fisik yang rendah karena minimnya informasi yang
membutuhkan layanan pendidikan khusus diterima melalui indera pendengarannya

162
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

berdampak juga pada kemampuan daya mengalami kekurangan atau kehilangan


abstraksi yang rendah. Anak tunarungu sulit kemampuan mendengar baik sebagian
menerima konsep baru yang bersifat abstrak, atau seluruhnya yang diakibatkan karena
sehingga anak tunarungu membutuhkan tidak berfungsinya sebagian atau seluruh
gambaran yang jelas dan rinci agar dapat alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat
memahami konsep yang baru. menggunakan alat pendengarannya
Pembelajaran Bahasa Indonesia di dalam kehidupan sehari-hari yang
Sekolah Luar Biasa (SLB) terdapat beberapa membawa dampak dalam kehidupan
materi yang melibatkan kemampuan secara kompleks.
pemahaman. Materi – materi tersebut Untuk memahami sesuatu yang
meliputi dongeng, cerita pendek, puisi dan terjadi disekitarnya, anak tunarungu
komik. Selanjutnya, dongeng merupakan bergantung pada indera penglihatannya.
materi cerita yang paling digemari anak Sehingga anak tunarungu sering disebut
karena dongeng berisi cerita – cerita yang sebagai “pemata” karena mereka kurang
sederhana tetapi menarik. Dongeng adalah bisa memvisualisasikan konsep yang
cerita yang tidak benar – benar terjadi. diberikan secara verbal dan pengamatan
Dongeng diceritakan sebagai hiburan mereka tertumpu pada indera
walaupun banyak juga melukiskan penglihatan (Wardani, dkk, 2011:5.20).
kebenaran, berisikan pelajaran moral dan Hambatan – hambatan yang dialami
bahkan sindiran yang tertulis secara tersurat anak tunarungu tersebut menyebabkan
maupun tersirat. Dengan mengetahui dan prestasi belajar rendah. Wulandari, AA. ,
memahami isi dongeng diharapkan anak dkk (2014) menemukan nilai rata – rata
dapat mengembangkan daya imajinasi, matematika siswa tunarungu adalah 55
wawasan, dan juga kreativitasnya. Anak (skala 0-100). Salah satu alternatif
tunarungu juga menggemari dongeng yang metode yang dapat digunakan dalam
disampaikan oleh pendidik. Namun, anak pembelajaran pemahaman dongeng bagi
tunarungu sering mengalami kesalahan anak tunarungu adalah Simulation Based
dalam memahami maksud, isi, tujuan serta Learning. “Simulation Based Learning
alur dongeng. Metode pembelajaran sangat merupakan strategi pembelajaran yang
beragam sehingga pendidik harus dapat memiliki karakteristik yaitu peserta didik
memilih metode yang tepat dan sesuai diminta untuk mengalami suatu
dengan tujuan pembelajaran dan kondisi peristiwa yang sedang dipelajarinya”
anak. Dengan Simulation Based Learning, (Warsita, 2008:291).
anak tunarungu diminta untuk
mensimulasikan atau memerankan tokoh – C. METODOLOGI PENELITIAN
tokoh yang ada di dalam dongeng. Rinanda
(2013) menemukan bahwa metode simulasi Penelitian ini menggunakan
efektif dalam meningkatkan kemampuan pendekatan kuantitatif eksperimen
mitigasi pada anak tunagrahita ringan (nilai karena bertujuan untuk mengetahui
rata – rata 67,75 dengan skala 0100). hubungan sebab akibat dari pemberian
Tujuan penelitian adalah untuk perlakuan/treatment terhadap subjek
mengetahui pengaruh penerapan Simulation penelitian. Desain yang digunakan
Based Learning terhadap pemahaman dalam penelitian adalah
dongeng pada siswa tunarungu kelas III di PreEksperimental design yang
SLB-B YRTRW Surakarta tahun ajaran berbentuk One Group Pretest-Posttes
2016/2017. Design karena untuk mengetahui
kemampuan pemahaman dongeng
subjek sebelum dan sesudah diberi
B. KAJIAN LITERATUR
perlakuan dengan menggunakan
Haenudin (2013:56) mendefinisikan Simulation Based Learning.
tunarungu adalah Seseorang yang

163
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

Penelitian ini dilakukan pada bulan menggunakan rumus Spearman Brown


Desember 2016 – April 2017. Subjek dalam (Split half) dan diolah dengan komputer
penelitian ini adalah anak tunarungu kelas III dengan program SPSS versi 22.
di SLB - B YRTRW Surakarta Tahun ajaran Analisis data yang digunakan adalah
2016/2017 yang berjumlah 4 siswa, terdiri analisis statistik non parametrik yaitu
dari 3 siswa laki- laki dan 1 siswa analisis tes rangking bertanda (Wilcoxon
perempuan. Penentuan subjek dalam Sign Rank Test) yang diberi tanda Z dan
penelitian menggunakan teknik sampling diolah dengan aplikasi program SPSS
purposive. Sugiyono (2013:124) versi 22.
berpendapat bahwa “sampling purposive
adalah teknik penentuan sampel dengan D. HASIL DAN PEMBAHASAN
pertimbangan tertentu”. Pertimbangan
dalam pemilihan subjek penelitian adalah Hasil penelitian meliputi data nilai
karena anak tunarungu tersebut memiliki pre tes dan pos tes subjek pada kegiatan
kemampuan pemahaman yang rendah yang telah dilaksanakan selama
terhadap isi teks bacaan, nilai ulangan penelitian. Diperoleh data nilai pretes
Bahasa Indonesia anak tunarungu rendah sebagai berikut:
dan anak tunarungu mengalami kesulitan Tabel 1
dalam mengerjakan soal yang berkaitan Data Statistik Nilai Pretes
dengan teks bacaan.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian adalah tes.
Penggunaan tes bertujuan untuk mengetahui
sejauhmana kemampuan pemahaman
dongeng anak tunarungu sebelum dan
sesudah menggunakan Simulation Based
Learning. Jenis tes yang digunakan dalam
penelitian adalah tes tertulis objektif
berbentuk pilihan ganda yang berjumlah 10
soal. Hasil dari tes yang berupa nilai atau
skor digunakan untuk mengukur tingkat Data deskripsi statistik nilai pretes
pemahaman dongeng anak tunarungu kelas menunjukkan rata-rata nilai (mean)
III di SLB - B YRTRW Surakarta Tahun adalah 57,5000; dengan nilai tertinggi
ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah yaitu 80,00 dan nilai terendah yaitu
diberi perlakuan. 40,00; sedangkan nilai tengah (median)
Validitas yang digunakan dalam adalah 55,0000 dan simpangan baku
penelitian adalah validitas isi. Azwar (standart deviation) adalah 17,07825.
mengatakan bahwa “validitas isi merupakan Dari data nilai pretes siswa dapat
validitas yang diestimasi lewat pengujian disajikan dalam bentuk grafik histogram
terhadap kelayakan atau relevansi isi tes
sebagai berikut:
melakukan analisis rasional oleh panel yang
berkompeten atau memalui expert
judgment” (2012:7–8). Validitas isi ialah
derajat dimana sebuah tes mengukur
cakupan substansi yang ingin diukur. Untuk
menguji validitas instrumen terlebih dahulu
dikonsultasikan dengan ahli, lalu
diujicobakan dan dianalisis dengan analisis
item atau uji beda. Sedangkan untuk
mengetahui reliabilitas tes, peneliti

164
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

Gambar 1 Gambar 2
Grafik Histogram Pretes Grafik Histogram Postes

Data Kemampuan Siswa Setelah Data nilai pretes dan postes


Perlakuan (Post test), diperoleh data nilai kemampuan pemahaman dongeng siswa
sebagai berikut: kelas III SLB-B YRTRW Surakarta
Tabel 2 tahun pelajaran 2016/2017 disajikan
Data Statistik Nilai postes dalam tabel 3.
Tabel 3
Deskripsi Statistik Nilai Pretes dan
Postes

Data deskripsi statistik nilai postes


kemampuan pemahaman dongeng,
menunjukkan rata-rata nilai siswa (mean)
sebesar 77,5000; dengan nilai tertinggi yaitu
100,00 dan nilai terendah yaitu 60,00;
sedangkan nilai tengah (median) sebesar
75,0000 dengan simpangan baku (standart
deviation) sebesar 17,07825. Data nilai
postes siswa dapat disajikan dalam bentuk
grafik histogram sebagai berikut:

Berdasarkan deskripsi data pada


tabel 3, diketahui bahwa nilai rata-rata
(mean) kemampuan pemahaman
dongeng sebelum menggunakan
Simulation Based Learning adalah
57,50; sedangkan nilai rata-rata (mean)
setelah menggunakan Simulation Based

165
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

Learning adalah 77,50. Selisih nilai rata-rata langsung sebagai simulator, siswa
(mean) menunjukkan perbedaan kondisi berperan atau mengalami peristiwa
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. sesuai dengan materi pembelajaran yang
Berikut gambar diagram garis dari sedang dipelajari. Dalam penelitian ini,
peningkatan sebelum pemberian treatment siswa melakukan simulasi tentang
(pretes) dengan menggunakan Simulation dongeng Timun Emas. Kegiatan yang
Based Learning dan sesudah pemberian dilakukan dengan Simulation Based
treatment (postes) dengan menggunakan Learning pertama dimulai dengan
Simulation Based Learning. memberikan penjelasan tentang
Simulation Based Learning berpengaruh pembelajaran dongeng dengan
terhadap peningkatan pemahaman dongeng menggunakan Simulation Based
pada siswa tunarungu kelas III di SLB-B Learning. Tujuan pemberian penjelasan
YRTRW Surakarta tahun ajaran 2016/2017 ini adalah agar siswa mengetahui tentang
digunakan analisis Wilcoxon Signed Ranks Simulation Based Learning dan cara
Test dengan bantuan software SPSS versi 22. menggunakannya. Kedua, siswa
Berikut adalah tabel hasil tes statistik membaca dongeng yang akan
analisis Wilcoxon Sign Rank Test yang disimulasikan dan mempelajari lebih
diperoleh dari perhitungan menggunakan dalam tentang perannya. Siswa
software SPSS 22 pada tabel 4. membaca dan memahami perannya agar
saat pelaksanaan simulasi bisa berjalan
Tabel 4 lancar. Ketiga, sebelum siswa
Hasil Tes Statistik melakukan simulasi, siswa diperlihatkan
video yang sesuai dengan dongeng yang
akan disimulasikan dengan tujuan untuk
menarik perhatian siswa dan memberi
gambaran yang lebih jelas tentang
pelaksanaan Simulation Based Learning.
Siswa yang memiliki ketertarikan
Tabel 4 menunjukkan nilai Wilcoxon terhadap pembelajaran akan lebih mudah
Signed Ranks Test Zhitung = -2,000 dan memahami isi materi. Keempat, siswa
Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,046 dengan taraf melakukan simulasi agar lebih
signifikansi (α) 5%. Nilai Asymp Sig (2- memahami maksud dari isi dongeng.
tailed) = 0,046 kurang dari taraf signifikansi Kelima, setelah siswa melakukan
(α) = 0,05 (0,046 < 0,05) maka hipotesis simulasi kemudian siswa menjawab
nihil (Ho) ditolak dan hipotesis kerja (Ha) pertanyaan yang berkaitan dengan isi
diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa dongeng untuk mengukur tingkat
penerapan Simulation Based Learning pemahaman siswa dan yang terakhir
berpengaruh secara signifikan terhadap siswa bersama peneliti membahas dan
peningkatan pemahaman dongeng pada mengevaluasi apa yang sudah dilakukan
siswa tunarungu kelas III di SLB-B YRTRW siswa.
Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Siswa yang sebelumnya belum
Berdasarkan hasil penelitian terdapat mengenal Simulation Based Learning
peningkatan antara nilai rata – rata sebelum pada awal pertemuan mengalami
diberi perlakuan (pretes) dengan kesulitan dalam melakukan simulasi
menggunakan Simulation Based Learning tetapi lama – kelamaan siswa terbiasa
yaitu 57,50 dan nilai setelah diberi perlakuan melakukan pembelajaran dengan
(postes) dengan menggunakan Simulation menggunakan Simulation Based
Based Learning yaitu 77,50. Simulation Learning. Simulation Based Learning
Based Learning merupakan salah satu berpengaruh terhadap peningkatan
pembelajaran yang melibatkan siswa secara pemahaman dongeng anak tunarungu

166
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

karena melalui Simulation Based Learning rasa ingin tahu dan ketertarikan terhadap
anak melakukan sendiri secara langsung dongeng yang sedang dipelajari.
dongeng yang sedang dipelajari. Anak Penelitian Sunaryo (2015) berjudul
tunarungu memiliki daya abstraksi yang “Pengaruh Metode Simulasi Dan
rendah sehingga menyebabkan kesulitan Motivasi Belajar Siswa Terhadap
dalam memahami isi dongeng, tetapi dengan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
melakukan sendiri dan memerankan tokoh Kelas IV SD Negeri 2 Lugosobo
atau karakter yang ada dalam dongeng Gerbang Purworejo Tahun Pelajaran
membuat anak menjadi lebih mudah dalam 2011/2012” menemukan bahwa siswa
memahami isi dongeng karena anak yang memiliki motivasi tinggi dan diberi
memiliki gambaran secara langsung. Selain pelajaran dengan metode simulasi
itu, dengan melakukan secara langsung, memiliki prestasi belajar yang lebih baik
anak menjadi lebih aktif karena dibandingkan siswa yang memiliki
pembelajaran tidak monoton hanya duduk di motivasi tinggi dan diberi pelajaran
kelas memperhatikan guru tetapi anak dengan metode konvensional.
mempunyai kesempatan untuk bertanya, Anak tunarungu merupakan anak
berdiskusi dan berpendapat sehingga yang lebih mengandalkan indera
pembelajaran menjadi lebih bermakna. penglihatannya untuk memahami
Penelitian Auerbach (2013) yang berjudul sesuatu, hal ini sesuai dengan pendapat
“United States Supreme Court Confirmation Haenudin (2013:66) yang mengatakan
Simulation: Learning through the Process of bahwa anak tunarungu sering disebut
Experience” menemukan bahwa dengan sebagai “insan pemata” karena anak
simulasi dapat meningkatkan keaktifan tunarungu lebih banyak memehami
mahasiswa dalam pembelajaran. sesuatu dari apa yang mereka lihat,
Keaktifan siswa dalam proses bukan dari apa yang mereka dengar.
pembelajaran akan menciptakan suasana Dengan melihat video tentang dongeng
belajar yang menyenangkan sehingga tujuan dan melihat pelaksanaan simulasi
pembelajaran dapat tercapai secara tentang dongeng membuat anak lebih
maksimal. Hal ini selaras dengan penelitian mudah memahami isi dongeng.
yang dilakukan Hidayat & Rejeki (2015) Penggunaan Simulation Based
yang berjudul “Upaya Meningkatkan Learning pada mata pelajaran Bahasa
Prestasi Belajar Pendidikan Indonesia materi dongeng sangat
Kewarganegaraan Dengan Metode Simulasi diperlukan bagi anak tunarungu. Anak
Pada Siswa Kelas VA SD Negeri Tegalrejo tunarungu merupakan seseorang yang
1 Yogyakarta” menemukan bahwa kehilangan kemampuan mendengar baik
Penerapan metode simulasi dapat sebagian atau seluruhnya yang
meningkatkan proses pembelajaran diakibatkan oleh tidak berfungsinya
Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa sebagian atau seluruh alat pendengaran
Kelas VA SD Negeri Tegalrejo 1 sehingga mengalami kesulitan dalam
Yogyakarta. Penelitian Wedig (2010) berkomunikasi baik dengan atau tanpa
dengan judul “Getting the Most from menggunakan alat bantu mendengar.
Classroom Simulations: Strategies for Akibat ketunarunguan yang dialami
Maximizing Learning Outcomes” berdampak pada kehidupan sehari-hari
menemukan bahwa simulasi secara yang kompleks sehingga membutuhkan
signifikan dapat meningkatkan hasil belajar layanan pendidikan khusus. Akibat
siswa dalam pembelajaran ilmu politik. gangguan pendengaran yang dialami,
Peningkatan pemahaman dongeng anak anak tunarungu bergantung pada indera
tunarungu melalui Simulation Based penglihatannya untuk memahami
Learning juga disebabkan karena motivasi lingkungan sekitar. Penggunaan
anak yang tinggi sehingga menimbulkan Simulation Based Learning dapat

167
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

membantu anak tunarungu untuk memahami Berdasarkan hasil penelitian, maka


dongeng. Simulation Based Learning sesuai peneliti memberikan saran sebagai
untuk anak tunarungu karena membawa berikut:
situasi nyata ke dalam situasi tiruan dalam 1. Bagi Siswa Hendaknya siswa dapat
kegiatan pembelajaran di kelas sehingga menggunakan Simulation Based
anak akan berperan aktif sebagai simulator Learning dalam pembelajaran
dengan memerankan instruksi – instruksi dengan bimbingan guru agar terjadi
yang diberikan guru dan informasi yang peningkatan kemampuan
diperoleh akan lebih bermakna karena anak pemahaman dongeng; dan
melakukannya secara langsung sehingga 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Mengingat
anak dapat mengemukakan pendapat dan masih ada kekurangan dalam
pikirannya yang bisa mempermudah penerapan Simulation Based
tercapainya tujuan pembelajaran. Learning, maka perlu adanya
Berdasarkan hasil perlakuan yang perbaikan dalam penelitian
dilakukan selama penelitian, terdapat selanjutnya.
beberapa kelebihan Simulation Based
Learning. Kelebihan tersebut antara lain DAFTAR PUSTAKA
yaitu siswa lebih aktif dalam pembelajaran,
memiliki motivasi yang tinggi, memiliki rasa Azwar, S. (2012). Metode Penelitian.
ingin tahu yang tinggi, memiliki ketertarikan Yogyakarta: Pustaka Belajar
terhadap pembelajaran dan memudahkan Auerbach, A.H. (2013). United States
pemahaman siswa terhadap isi dongeng. Supreme Court Confirmation
Berdasarkan teori dan hasil penelitian Simulation: Learning through the
mengenai Simulation Based Learning yang Process of Experience. PS:
telah dipaparkan, ditemukan bahwa Political Science & Politics, 808
penerapan Simulation Based Learning untuk – 812.
anak tunarungu terbukti memberikan
pemahaman tentang dongeng karena anak Haenudin. (2013). Pendidikan Anak
melakukan secara langsung apa yang sedang Berkebutuhan Khusus
dipelajari sehingga anak lebih mudah Tunarungu. Jakarta: Luxima
mengerti dan memahami isi dongeng karena Metro Media.
anak mengalaminya sendiri, apalagi anak Hidayat, D.D.N. & Rejeki, Sri. (2015).
tunarungu merupakan anak yang lebih Upaya Meningkatkan Prestasi
mengandalkanvisualnya untuk memahami Belajar Pendidikan
sesuatu. Dengan demikian, berdasarkan hasil Kewarganegaraan Dengan
analisis maka dapat disimpulkan bahwa Metode Simulasi Pada Siswa
penerapan Simulation Based Learning Kelas VA SD Negeri Tegalrejo 1
berpengaruh secara signifikan terhadap Yogyakarta. JURNAL PGSD
peningkatan pemahaman dongeng pada INDONESIA, 1 (1), 11 – 18
siswa tunarungu kelas III di SLB-B YRTRW
Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Mancoro, N. (2015). Peningkatan
Kemampuan Berbicara Melalui
E. SIMPULAN DAN SARAN Dongeng Dalam Pembelajaran
Bahasa Indonesia Siswa Kelas I
Berdasarkan pembahasan hasil SD Negeri 2 Tatura, Jurnal
penelitian maka dapat diambil kesimpulan Kreatif Tadulako Online, 4 (4),
bahwa penerapan Simulation Based 306 – 314
Learning berpengaruh secara signifikan
terhadap peningkatan pemahaman dongeng Retnaningsih, E., H dan, N. Luriawati,
pada siswa tunarungu kelas III di SLB-B D. (2014). Peningkatan
YRTRW Surakarta tahun ajaran 2016/2017. Menyimak Dongeng

168
PEDAGOGIA : Jurnal Ilmu Pendidikan

Menggunakan Media Audio Dengan PS: Political Science & Politics,


Strategi Membangkitkan Rasa Ingin 43 (3), 547 – 555.
Tahu Pada Siswa Kelas VIIA, Jurnal
Pendidikan Bahasa dan Sastra Wulandari, AA. , dan Dafik. S. (2014).
Indonesia, 3 (1), 1 – 7 Penerapan Pembelajaran
Matematika Realistik dengan
Rinanda, S. (2013). Pengaruh Metode Whole Brain Teaching pada
Simulasi Tanggap Bencana Alam Pokok Bahasan Teorema
Terhadap Kemampuan Mitigasi Pada Pythagoras untuk Meningkatkan
Anak Tunagrahita Ringan Di Kelas Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa
C/D VI Slb Perwari Padang, E- Tunarungu Kelas VIIIB SMPLB
JUPEKhu (JURNAL ILMIAH Sinar Harapan Probolinggo
PENDIDIKAN KHUSUS), 1 (1), 163 Tahun Ajaran 2014/2015,
– 173 JURNAL EDUKASI UNEJ, 1 (2),
40-46.
Rosada, U.D. (2016). Memperkuat Karakter
Anak Melalui Dongeng Berbasis
Media Visual, Jurnal CARE
(Children Advisory Research and
Education), 4 (1), 42 – 49.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Sunaryo. (2015). Pengaruh Metode Simulasi
Dan Motivasi Belajar Siswa
Terhadap Prestasi Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial Kelas IV SD
Negeri 2 Lugosobo Gerbang
Purworejo Tahun Pelajaran
2011/2012. Jurnal Profesi Pendidik,
2 (1), 35 – 41.
Wahyuni, D. & Baroroh, K. (2012).
Penerapan Metode Pembelajaran
Simulasi Untuk Meningkatkan
Aktivitas Dan Prestasi Belajar
Ekonomika Mikro, Jurnal Ekonomi
& Pendidikan, 9 (1), 102 – 122
Wardani, IG.A.K. , dkk. (2011). Pengantar
Pendidikan Luar Biasa. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Warsita, B. (2008). Teknologi Pembelajaran
Landasan & Aplikasinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Wedig, T. (2010). Getting the Most from
Classroom Simulations: Strategies
for Maximizing Learning Outcomes,

169

You might also like