You are on page 1of 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/339098746

ANALISIS FAKTOR RISIKO DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA USIA


PRODUKTIF DENGAN PENDEKATAN WHO STEPWISE STEP 1 (CORE/INTI) DI
PUSKESMAS KENDALKEREP KOTA MALANG

Article  in  Preventia The Indonesian Journal of Public Health · June 2018


DOI: 10.17977/um044v3i1p85-108

CITATIONS READS

3 116

3 authors, including:

Moch Yunus Rara Warih Gayatri


State University of Malang State University of Malang
14 PUBLICATIONS   9 CITATIONS    14 PUBLICATIONS   7 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Synthesis, Characterization, and Application of Calcium Carbonate and Hydroxyapatite from Natural Source in Indonesia View project

Exercise Physiology View project

All content following this page was uploaded by Rara Warih Gayatri on 20 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS FAKTOR RISIKO DIABETES MELLITUS TIPE 2
PADA USIA PRODUKTIF DENGAN PENDEKATAN WHO
STEPWISE STEP 1 (CORE/INTI) DI PUSKESMAS
KENDALKEREP KOTA MALANG
Ayu Nindhi Kistianita
Moch. Yunus
Rara Warih Gayatri
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang
E-mail: nindhie19@gmail.com

ABSTRACT : Based on data from IDF globally the number of DM sufferers by


2015 is 415 million people and is expectedly by 2040 to increase to 642 million
people. DM Type 2 is one of the four major diseases in the category of non-
communicable disease (NCDs) that should be addressed immediately. The incidence
of DM type 2 is closely related to the number of age. The purpose of this study was
to determine risk factor of DM type 2 at productive age using WHO STEPwise
STEP 1 (core) approach at Primary Health Care Kendalkerep Malang City. The
type of this research is descriptive analytic with cross sectional study design. The
sample size is 88 people at Public Health Center of Primary Health Care
Kendalkerep in 1-28 February 2017 which has fulfilled the criteria inclusion,
obtained by Quota Sampling. The instrument used is questionnaires WHO STEPwise
STEP 1 (core). Data were analyzed by univariate and bivariate analysis using chi
square test. The results showed a significant correlation between DM type 2
occurrence with history of DM (p = 0.000), fruit and vegetable consumption (p =
0.000), and physical activity (p = 0.000).

Keyword : risk factor, DM type 2, STEPwise STEP 1 (core)

ABSTRAK : Berdasarkan data dari IDF secara global, jumlah penderita Diabetes
Mellitus (DM) pada tahun 2015 sebanyak 415 juta orang dan diperkirakan pada
tahun 2040 akan meningkat menjadi 642 juta orang. DM tipe 2 merupakan satu dari
empat penyakit utama dalam kategori Non-Communicable Disease (NCDs) yang
harus segera ditangani. Kejadian DM tipe 2 berkaitan erat dengan pertambahan
umur seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko DM tipe 2
pada usia produktif menggunakan pendekatan WHO STEPwise STEP 1 (core/inti)
di Puskesmas Kendalkerep Kota Malang. Jenis penelitian adalah deskriptif analitik
dengan desain studi cross sectional. Besar sampel berjumlah 88 orang di Poli Umum
Puskesmas Kendalkerep pada tanggal 1-28 Februari 2017 yang telah memenuhi
kriteria inklusi, diperoleh dengan cara Quota Sampling. Instrumen yang digunakan
yaitu kuesioner WHO STEPwise STEP 1 (core/inti). Data dianalisis dengan analisis
univariat dan bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara kejadian DM tipe 2 dengan riwayat DM (p
= 0,000), konsumsi buah dan sayur (p = 0,000), dan aktivitas fisik (p = 0,000).

Kata Kunci : faktor risiko, DM tipe 2, STEPwise STEP 1 (core/inti)

Secara global, jumlah penderita Diabetes berusia 70 tahun dan persentase


Mellitus (DM) pada tahun 2015 kematian tersebut lebih banyak terjadi di
sebanyak 415 juta orang dan negara berkembang daripada di negara
diperkirakan pada tahun 2040 akan maju (WHO, 2016a). Indonesia
meningkat menjadi 642 juta orang merupakan satu dari 10 negara yang
(International Diabetes Federation memiliki jumlah penderita DM
(IDF), 2015). Sebanyak 43% dari 3,7 terbanyak (Mihardja dkk, 2013). Pada
juta kematian DM terjadi sebelum tahun 2015, jumlah penderita DM di

1
Indonesia sebanyak 10 juta orang (IDF, diketahui bahwa jumlah kunjungan
2015). Berdasarkan data dari WHO, penderita DM yang melakukan
prevalensi DM di Indonesia pada tahun pemerikasaan pada tahun 2013 sebanyak
2000 yakni 8,4 juta orang dan 3561 orang dan meningkat menjadi 3896
diperkirakan pada tahun 2030 akan orang pada tahun 2014. Hal ini
mencapai 21,3 juta orang (WHO, mengakibatkan posisi penyakit DM
2016b). yang sebelumnya menempati urutan
DM tipe 2 adalah jenis DM yang ketujuh menjadi urutan ketiga dari
sering terjadi di masyarakat, biasanya sepuluh besar penyakit di Puskesmas
terjadi pada orang dewasa, akan tetapi Kendalkerep (Puskesmas Kendalkerep,
kejadian DM tipe 2 pada anak-anak dan 2015). Selain itu berdasarkan laporan
remaja semakin meningkat (IDF, 2015). tahunan PTM tahun 2015 Puskesmas
Pada DM tipe 2, sel-sel jaringan tubuh Kendalkerep menempati urutan pertama
dan otot penderita tidak peka terhadap dari seluruh puskesmas di Kota Malang
insulin atau sudah resisten terhadap yang jumlah angka kejadian DM tipe 2
insulin (resistensi insulin) (Krisnatuti tertinggi yakni dengan 3311 kasus
dkk, 2014). (Dinas Kesehatan Kota Malang, 2016).
Definisi dari usia produktif Berdasarkan fakta yang telah
adalah rentangan usia dimana orang dipaparkan mengenai kejadian DM tipe
tersebut dapat bekerja dan membiayai 2 di Puskesmas Kendalkerep, maka
kehidupannya sendiri (Mihardja dkk, secara umum tujuan penelitian ini adalah
2013) serta penduduk yang telah untuk mengetahui faktor risiko DM tipe
memasuki usia 15-64 tahun (Widjajanta, 2 pada usia produktif menggunakan
2007). Akan tetapi, hal ini tidak dapat pendekatan WHO STEPwise STEP 1
terwujud jika kelompok usia produktif (core/inti) di Puskesmas Kendalkerep
terkena DM tipe 2. Kota Malang.
Berdasarkan fakta tersebut,
maka sangat diperlukan usaha METODE
pencegahan DM tipe 2 yang tepat. DM Penelitian ini menggunakan studi
tipe 2 dapat dicegah dengan analitik deskriptif dengan rancangan
mengendalikan faktor risikonya studi cross sectional. Penelitian
(Depkes, 2008a). Untuk itu, surveilans dilakukan pada 1-28 Februari 2017 di
faktor risiko DM tipe 2 sangat penting poli Umum Puskesmas Kendalkerep
karena ketika informasi mengenai level Kota Malang. Populasi penelitian adalah
dari faktor risiko diketahui sejak dini seluruh pasien rawat jalan sejak tanggal
maka akan dapat disusun intervensi dan 1-28 Februari 2017 di poli umum
program yang tepat (WHO, 2011). Puskesmas Kendalkerep Kota Malang
WHO telah memprakarsai suatu yang berusia produktif (25-64 tahun).
surveilans yang berguna untuk Sampel dalam penelitian ini adalah
mengetahui faktor risiko dari Non- pasien rawat jalan sejak tanggal 1-28
Communicable Disease (NCDs) yakni Februari 2017 di poli umum Puskesmas
dengan menggunakan WHO STEPwise Kendalkerep Kota Malang yang berusia
(WHO, 2003). Instrumen WHO produktif (25-64 tahun) dengan kriteria
STEPwise ini dapat digunakan di seluruh inklusi yaitu bersedia menjadi subyek
dunia karena telah terstandarisasi secara penelitian, tinggal di wilayah kerja
internasional (WHO, 2003) dan Puskesmas Kendalkerep Kota Malang
instrumen ini di desain khusus untuk (Memiliki Kartu Tanda Penduduk/KTP),
surveilans faktor risiko NCDs di negara merupakan pasien rawat jalan di poli
yang berpenghasilan rendah dan sedang umum Puskesmas Kendalkerep Kota
serta khusus pada golongan umur 25-64 Malang yang menderita NCDs dan
tahun (WHO, 2003). pernah melakukan tes laboratorium
Berdasarkan laporan bulanan kadar gula darah selama 3 bulan
Puskesmas Kendalkerep Kota Malang
terakhir. Sedangkan kriteria eksklusi P1 adalah jumlah penderita DM tipe 2
penelitian ini yaitu kuesioner tidak terisi jenis kelamin perempuan di Puskesmas
secara lengkap/kosong dan pasien rawat Kendalkerep tahun 2016. Pada tahun
jalan di poli umum yang berusia < 25 2016 orang yang menderita DM tipe 2 di
tahun dan > 64 tahun. Teknik yang Puskesmas Kendalkerep yang berjenis
digunakan dalam pengambilan sampel kelamin laki-laki sebanyak 881 orang
adalah quota sampling. Perhitungan dan perempuan sebanyak 1388 orang
besar sampel pada penelitian ini dengan (Puskesmas Kendalkerep, 2016). Pada
menggunakan formula Kelsey (1996): penelitian ini, nilai r didapatkan
( ) berdasarkan rasio jumlah penderita DM
tipe 2 (laki-laki : perempuan) di
Puskesmas Kendalkerep pada tahun
2016 dan diperoleh nilai r = 1,6. Sesuai
dengan perhitungan dengan derajat
Keterangan: kepercayaan 95% (Zα = 1,96) dan
N : Jumlah sampel minimal kekuatan uji 80% (Zβ = 0,84) maka
Zα : Deviat baku alpha besar sampel yang dibutuhkan untuk
Zβ : Deviat baku beta
P0 : Proporsi penyakit/disease (masalah penelitian adalah 88 orang. Instrumen
penelitian) pada kelompok 1 penelitian menggu-nakan kuesioner
P1 : Proporsi penyakit/disease (masalah
penelitian) pada kelompok 2
WHO STEPwise STEP 1 (core/inti).
r : Rasio populasi pada kelompok 1 dengan Data dikumpulkan dengan teknik
kelompok 2 wawancara. Analisis data yang
p : (p0+rp1/r+1)
dilakukan berupa analisis univariat dan
Nilai P0 pada penelitian ini analisis bivariat dengan menggunakan
adalah jumlah penderita DM tipe 2 jenis uji chi square.
kelamin laki-laki di Puskesmas
Kendalkerep tahun 2016 sedangkan nilai

HASIL
Gambaran Kejadian DM Tipe 2
Distribusi frekuensi kejadian Kendalkerep Kota Malang 1-28 Februari
DM tipe 2 di Poli Umum Puskesmas Tahun 2017 dapat dilihat pada gambar 1.

Tidak Menderita
DM tipe 2
27,3%

[CATEGORY
NAME]
73,7%

Menderita DM tipe 2 Tidak Menderita DM tipe 2

Gambar 1. Distribusi Frekuensi Kejadian DM Tipe 2 di Poli Umum Puskesmas Kendalkerep


Kota Malang pada 1-28 Februari Tahun 2017

Berdasarkan pada gambar 1 menderita DM tipe 2 sedangkan sisanya


diketahui bahwa pada penelitian ini yaitu 24 orang (27,3%) tidak menderita
dengan total responden 88 orang DM tipe 2.
terdapat 64 orang (72,7%) yang

Gambaran Karakteristik Responden


Hasil penelitian berupa responden (merokok, konsumsi alkohol,
karakteristik responden (umur, jenis konsumsi buah dan sayur, dan akitvitas
kelamin, dan tingkat pendidikan), fisik) dapat dilihat pada tabel 1.
riwayat hipertensi, riwayat DM, perilaku
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden, Riwayat Hipertensi, Riwayat DM,
Perilaku Responden Di Poli Umum Puskesmas Kendalkerep Kota Malang pada 1-
28 Februari Tahun 2017
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Umur
25-34 tahun 1 1,1,
35-44 tahun 5 5,7
45-54 tahun 16 18,2
55-64 tahun 66 75
Total 88 100
Jenis Kelamin
Laki-laki 36 40,9
Perempuan 52 59,1
Total 88 100
Tingkat Pendidikan
Tidak Sekolah (0 tahun) 7 8
Tidak Tamat SD (1-6 tahun) 4 4,5
Tamat SD (6 tahun) 18 20,5
Tamat SMP (9 tahun) 16 18,2
Tamat SMA (12 tahun) 30 34,1
Tamat D1-D3/S1 (13-17 tahun) 13 14,8
Pascasarjana (> 17 tahun) 0 0
Total 88 100
Riwayat Hipertensi
Ya 45 51,1
Tidak 43 48,9
Total 88 100
Riwayat DM
Ya 64 72,7
Tidak 22 27,3
Total 88 100
Merokok
Ya 30 37,5
Tidak 58 62,5
Total 88 100
Konsumsi Alkohol
Ya 2 2,3
Tidak 86 97,7
Total 88 100
Konsumsi Buah
Cukup 20 22,7
Kurang 68 77,3
Total 88 100
Konsumsi Sayur
Cukup 16 18,2
Kurang 72 81,8
Total 88 100
Aktivitas Fisik
Tinggi 7 11
Sedang 19 29,7
Rendah 38 59,3
Total 88 100
Analisis Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Usia Produktif dengan Pendekatan
WHO STEPWise Step 1 (Core/Inti) di Puskesmas Kendalkerep Kota Malang 5

Berdasarkan tabel 1 diketahui riwayat hipertensi. Sedangkan untuk


bahwa terdapat 88 responden, dari total responden yang memiliki riwayat DM
responden tersebut distribusi frekuensi terdapat 64 orang (72,7%) dan 22 orang
terbanyak pada kelompok umur 55-64 (27,3%) yang tidak mempunyai riwayat
tahun yaitu sebanyak 66 orang (75%) DM.
dan yang terendah hanya 1 (1,1%) pada Persentase responden yang
kelompok umur 25-34 tahun. merokok sebesar yaitu 37,5% (30
Mayoritas responden berjenis orang) dan hanya 2 orang (2,3%) yang
kelamin perempuan yaitu sebanyak 52 meng-konsumsi alkohol.
orang (59,1%). sedangkan responden Pada penelitian ini responden
yang berjenis kelamin laki-laki yaitu yang mengkonsumsi buah dalam
sebanyak 36 orang (40,9%). Untuk kategori cukup, masih rendah yaitu 20
tingkat pendidikan yang dimiliki oleh orang (22,7%) begitu pula responden
responden terbanyak pada tingkat yang mengkonsumsi sayur yaitu 16
pendidikan Tamat SMA (12 tahun) yaitu orang (18,2%). Selain itu, mayoritas
sebanyak 30 orang (24,1%) selanjutnya responden melakukan aktivitas fisik
berturut-turut responden dengan tingkat ringan yaitu sebanyak 40 orang (45,5%).
pendidikan Tamat SD (6 tahun) yaitu
sebanyak 18 orang (20,5%), tingkat Hubungan Karakteristik Responden,
pendidikan Tamat SMP (9 tahun) yaitu Riwayat Hipertensi, Riwayat DM,
sebanyak 16 orang (20,5%), tingkat Perilaku Responden dengan Kejadian
pendidikan Tamat D1-D3/S1 (13-17 DM Tipe 2.
tahun) yaitu sebanyak 13 orang (14,8%),
Tidak Sekolah (0 tahun) yaitu sebanyak Hasil uji statstik menggunakan
7 orang (8%), Tidak Tamat SD (1-6 uji chi square (x2) dengan α = 0,05
tahun) yaitu sebanyak 4 orang (4,5%), mengenai hubungan karakteristik
dan pada penelitian ini tidak ditemukan responden, riwayat hipertentis, riwayat
responden yang memiliki tingkat DM, merokok, konsumsi buah dan
pendidikan Pascasarjana (> 17 tahun). sayur, dan aktivitas fisik dengan
Terdapat 45 orang (51,1%) yang kejadian dm tipe 2 dijabarkan pada
mempunyai riwayat hipertensi dan 43 tabel 2.
orang (48,9%) yang tidak mempunyai

Tabel 2 Hubungan Karakteristik Responden, Riwayat Hipertensi, Riwayat DM, Merokok,


Konsumsi Alkohol, Konsumsi Buah dan Sayur, dan Aktivitas Fisik dengan
Kejadian DM Tipe 2

DM Tipe 2 Confidence
p-
Variabel PR Interval
Ya % Tidak % value
95%
25-34 0 0 1 4,2 0,239 - -
Kelompok
35-44 2 3,8 3 12,5 0,099 0,196 0,030-1,284
Umur
45-54 11 17,7 5 20,8 0,522 0,647 0,194-2,156
(tahun)
55-64 51 79,7 15 62,5 Pembanding
Total 64 100 24 100
Jenis Laki-laki 24 37,5 12 50,0
0,413 0,600 0,233-1,546
Kelamin Perempuan 60 62,5 12 50,0
Total 64 100 24 100
DM Tipe 2 Confidence
p-
Variabel PR Interval
Ya % Tidak % value
95%
Tidak
5 7,8 2 8,3 Pembanding
Sekolah
Tidak
4 6,2 0 0 0,491 - -
Tamat SD
Tamat SD 13 20,3 5 20,8 1,000 0,962 0,139-6,673
Tingkat
Tamat
Pendidikan 13 20,3 3 12,5 0,621 0,577 0,073-4,550
SMP
Tamat
23 35,9 7 29,2 1,000 0,761 0,120-4,816
SMA
Tamat 0,407-
6 9,4 7 29,2 0,374 2,917
D1-D3/S1 20,899
Total 64 100 24 100
Riwayat Ya 33 51,6 10 41,7
1,000 1,065 0,417-2,721
Hipertensi Tidak 31 48,4 14 58,3
Total 64 100 24 100
Riwayat 2,703-
Ya 34 53,1 2 8,3 0,000* 12,467
DM 57,488
Tidak 30 46,9 22 91,7
Total 64 100 24 100
Merokok Ya 21 32,8 9 37,5
(Status 0,872 0,814 0,306-2,163
Merokok) Tidak 43 67,2 15 62,5
Total 20 100 24 100
Merokok >7 tahun 19 90,5 8 88,9 Pembanding
(Lama 4-6 tahun 2 9,5 0 0 1,000 - -
Merokok) 1-3 tahun 0 0 1 11,1 0,321 - -
Total 21 100 9 100
Merokok Perokok
0 0 0 0 - - -
(Jumalah Berat
Batang Perokok
13 61,9 7 77,8 0,675 0,464 0,077-2,813
Rokok Sedang
yang Perokok
8 38,1 2 22,2 Pembanding
dihisap) Ringan
Total
Merokok Ya 14 70 6 60
(Riwayat 0,700 1,381 0,317-6,024
Merokok) Tidak 6 30 4 40
Total 20
Konsumsi Cukup 1 1,6 19 79,2
0,000* 0,004 0,000-0,038
Buah Kurang 63 98,4 5 20,8
Total 64 100 24 100
Konsumsi Cukup 1 1,6 15 62,5
0,000* 0,010 0,001-0,081
Sayur Kurang 63 98,4 9 37,5
Total 64 100 24 100
Tinggi 7 11 19 79,2 Pembanding
Aktivitas
Sedang 19 29,7 3 12,5 0,000* 0,058 0,013-0,259
Fisik
Rendah 38 59,3 2 8,3 0,000* 0,004-0,103
Total 64 100 24 100
*Signifikan pada α = 0,05
Tidak dilakukan uji statistik dengan kejadian DM tipe 2. Namun,
untuk menentukan hubungan antara bertambahnya prevalensi DM tipe 2 yang
variabel konsumsi alkohol dengan disertai dengan bertambahnya umur
kejadian DM tipe 2. Hal ini dikarenakan bukan berarti umur menjadi faktor risiko
seluruh responden yang berjenis kelamin DM tipe 2, sesuai dengan hasil nilai PR
perempuan tidak ada yang mengkon- pada pada penelitian ini yang mana umur
sumsi alkohol dan untuk responden yang merupakan faktor protektif terjadinya
berjenis kelamin laki-laki yang DM tipe 2. Menurut Leroith (2012)
mengkonsumsi alkohol tidak mencapai bahwa kejadian DM tipe 2 pada golongan
50% . umur tua terjadi lebih dikarenakan faktor
Berdasarkan hasil pada pene- lingkungan bukan hanya dari faktor
litian melalui uji chi square (x2) dengan α fisiologis. Hal ini didukung oleh
= 0,05 pada tabel 2 diketahui terdapat penelitian yang dilakukan oleh Emma &
hubungan yang signifikan pada riwayat Idris (2014) bahwa serangan dari DM
DM (p = 0,000), konsumsi buah dan tipe 2 pada orang dewasa lebih di-
sayur (p = 0,000), dan aktivitas fisik (p = karenakan individu tersebut obesitas,
0,000) dengan DM tipe 2 sedangkan mempunyai riwayat keturunan DM tipe
tidak terdapat hubungan yang signifikan 2, pola hidup yang tidak sehat, serta ras
pada umur (p = 0,239 {25-34 tahun vs kulit hitam.
55-64 tahun}, p = 0,099 {35-44 tahun vs Berdasarkan hasil uji analisis
55-64 tahun}, dan p = 0,522 {45-54 diketahui bahwa hubungan antara jenis
tahun vs 55-64 tahun}), jenis kelamin (p kelamin dengan kejadian DM tipe 2 tidak
= 0,413), riwayat pendidikan (p = 0,491 signifikan secara statistik. Penelitian
{Tidak Sekolah vs Tidak Tamat SD}, p = yang dilakukan oleh Leslie dkk (2013)
1,000 {Tidak Sekolah vs Tamat SD}, p = menjelaskan bahwa sebenarnya kejadian
0,621 {Tidak Sekolah vs Tamat SMP}, p DM tipe 2 lebih rentan terjadi pada orang
= 1,000 {Tidak Sekolah vs Tamat SMA}, yang berjenis kelamin laki-laki
dan p = 0,374 {Tidak Sekolah vs Tamat dibandingkan dengan perempuan akan
D1-D3/S1}), riwayat hipertensi (p = tetapi kenyataannya dilapangan orang
1,000), merokok (status merokok nilai p yang berjenis kelamin perempuan lebih
= 0,872, lama merokok p = 1,000 {4-6 banyak terkena DM tipe 2 dibandingkan
tahun vs > 7 tahun} dan p = 0,321 {1-3 dengan laki-laki. Hal ini dikarenakan,
tahun vs > 7 tahun}, jumlah batang rokok perempuan di masyarakat mempunyai
yang dihisap nilai p = 0,675 {perokok angka harapan hidup lebih tinggi
sedang vs perokok ringan}, riwayat dibandingkan dengan laki-laki sehingga
merokok nilai p = 0,700), dan konsumsi semakin banyak perempuan lanjut usia
alkohol dengan DM tipe 2. menyebabkan jumlah perempuan yang
mengidap DM tipe 2 semakin tinggi
PEMBAHASAN (Leslie dkk, 2013). Selain itu menurut
Karakteristik Responden Willer dkk (2016) diketahui bahwa
Menurut data laporan tahunan peningkatan linggar pinggang pada
mengenai kejadian DM tipe 2 di Kota perempuan sejalan dengan bertambahnya
Malang, selama dua tahun berturut-turut umur dibandingkan dengan laki-laki. Hal
yaitu tahun 2015 dan tahun 2016 tersebut telah dikonfirmasi berdasarkan
kelompok umur yang menderita DM tipe penelitian kohort dari berbagai negara.
2 terbanyak terdapat pada kelompok Pada analisis gabungan dari dua studi
umur 60-69 tahun (Dinkes Kota Malang, kohort berbasis populasi prospektif,
2016). Hal tersebut sesuai dengan data perempuan di Jerman yang mendapatkan
RISKESDAS (2007) bahwa terdapat peningkatan 1cm lingkar pinggang
kecenderungan prevalensi DM tipe 2 memiliki peningkatan risiko terkena DM
akan meningkat dengan bertambahnya tipe 2 sebesar 31% per tahun dan pe-
umur (Depkes, 2008b). Pada penelitian ningkatan risiko sebesar 28% per tahun
ini tidak terdapat hubungan antara umur jika perempuan tersebut memiliki
11

peningkatan 1kg berat badan (Willer dkk, Data berikut ini mengkonfirmasi bahwa
2016). Sedangkan bagi laki-laki pe- hipertensi dan DM tipe 2 saling ber-
ningkatan 1cm lingkar pinggang hubungan, peningkatan bertahap pada
memiliki peningkatan risiko terkena DM penderita DM tipe 2 dari tekanan darah
tipe 2 sebesar sebesar 29% per tahun dan normal (37,2%), menjadi pre-hipertensi
peningkatan risiko sebesar 34% per tahun (47,7%), dari pre-hipertensi menjadi
jika laki-laki tersebut memiliki hipertenis tahap 1 sebesar 61,4% dan
peningkatan 1kg berat badan (Willer dkk, meningkat sedikit menjadi 63,5% pada
2016). hipertensi tahap 2, hal tersebut meru-
Berdasarkan hasil penelitian pakan bukti adanya komorbiditas (Nayak
diketahui bahwa hubungan antara tingkat dkk, 2017). Hal ini didukung oleh
pendidikan dengan kejadian DM tipe 2 penelitian dari Rahayu dkk (2012:27)
tidak signifikan secara statistik serta bahwa hipertensi yang terjadi dalam
semua tingkat pendidikan merupakan waktu yang lama (kronis) dapat menye-
faktor protektif terjadinya DM tipe 2 babkan stroke, gangguan fungsi ginjal,
kecuali tingkat pendidikan Tamat D1- penyakit jantung koroner, gangguan
D3/S1 meningkatkan/memperbesar ri- penglihatan, resistensi insulin dan
siko terjadinya DM tipe 2. Meskipun merupakan salah satu faktor risiko DM
hasil perbandingan antara tingkat pen- tipe 2. Namun, mekanisme yang meng-
didikan tinggi (> Tamat D1-D3/S1) hubungkan antara hipertensi dengan
dengan tingkat pendidikan rendah (< resistensi insulin masih belum jelas,
Tamat SMA) yang sama-sama menderita meskipun sudah diketahui dengan jelas
DM tipe 2 yaitu sebesar 6 (9,4%) : 58 bahwa resistensi insulin adalah penyebab
(90,6%). Penelitian yang di lakukan oleh utama peningkatan kadar glukosa darah
Olsson (2011) menjelaskan bahwa (Rahayu dkk, 2012).
tingkat pendidikan tinggi (> Tamat D1- Pada penelitian ini terdapat
D3/S1) berhubungan dengan pening- hubungan yang sangat signifikan antara
katan risiko autoimun DM tipe 2. riwayat DM dengan Kejadian DM tipe 2.
Responden yang memiliki tingkat Besar risiko responden yang mempunyai
pendidikan tinggi (> Tamat D1-D3/S1) riwayat DM dibandingkan dengan yang
mempunyai level C-peptida yang rendah, tidak mempunyai riwayat DM untuk
memiliki level anti-GAD yang lebih mengalami DM tipe 2 adalah sebesar
tinggi, dan lebih sering melakukan 12,5 kali. Berdasarkan penelitian yang
pengobatan insulin (Olson, 2011). Hal ini dilakukan oleh Katulanda (2014) dike-
juga didukung oleh data dari tahui bahwa pada pasien yang menderita
RISKESDAS (2013) bahwa prevalensi DM tipe 2 terdapat peningkatan tekanan
DM tipe 2 cenderung lebih tinggi terjadi darah sistolik dan diastolik, gula darah
pada masyarakat yang memiliki tingkat puasa, koleserol total serta trigliserida.
pendidikan tinggi serta dengan kuintil Gula Darah Puasa (GDP) terganggu
indeks kepemilikan tinggi yaitu sebesar (100-125 mg/dl) dan Toleransi Glukosa
2.5% (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Tergangu (TGT) (140-199 mg/dl)
Berdasarkan hasil uji analisis merupakan suatu gejala pada prediabetes
diketahui bahwa tidak terdapat hubungan (Depkes, 2013). Hal ini didukung oleh
yang signifikan antara riwayat hipertensi Kementerian Kesehatan RI (2014)
dengan kejadian DM tipe 2. Akan tetapi, riwayat Toleransi Glukosa Terganggu
besar nilai PR = 1,065, menunjukkan (TGT) dan Gula Darah Puasa terganggu
bahwa riwayat hipertensi meningkatkan/ (GDP terganggu) merupakan salah satu
memperbesar risiko terjadinya DM tipe faktor risiko DM yang dapat di-
2 sebesar 1,1 kali. Menurut penelitian modifikasi.
yang dilakukan oleh Nayak dkk (2017) di Berdasarkan hasil uji analisis
Trinidad India diketahui bahwa ketika diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
terjadi peningkatan keparahan hipertensi, yang signifikan antara merokok (lama
prevalensi DM tipe 2 juga meningkat. merokok, jumlah batang rokok yang
dihisap, dan riwayat merokok) dengan konsumsi alkohol dengan intensitas
kejadian DM tipe 2. Sejalan dengan sedang dapat meningkatkan sensitivitas
penelitian yang dilakukan oleh Kufe dkk insulin, meningkatkan level kekentalan
(2015) bahwa tidak terdapat hubungan dari kolesterol dan adinopektin, serta
yang bermakna antara perokok aktif dan dapat menurunkan penyebab radang pada
mantan perokok dengan kejadian DM tenggorokan. Akan tetapi, konsumsi
tipe 2. Akan tetapi, besar nilai PR alkohol dengan intensitas berat dapat
(riwayat merokok) = 1,381, sehingga memicu terjadinya obesitas sentral serta
riwayat merokok meningkatkan /mem- dapat merusak fungsi liver sehingga
perbesar risiko terjadinya DM tipe 2 memicu pankreatitis dimana itu semua
sebesar 1,4 kali. Hal ini sesuai dengan merupakan beberapa hal yang berperan
penelitian yang dilakukan oleh Yufang dalam timbulnya DM tipe 2 (Yufang dkk,
dkk (2012) bahwa terdapat beberapa 2012).
mekanisme yang berkontribusi pada Pada penelitian ini terdapat
hubungan antara merokok dengan DM hubungan yang signifikan antara
tipe 2. Perokok aktif cenderung lebih konsumsi buah dan sayur dengan
kurus dibandingkan dengan orang yang kejadian DM tipe 2. Sejalan dengan
tidak perokok atau mantan perokok, penelitian yang dilakukan oleh Amirudin
namun perokok akan cenderung dkk (2014) di Wajo Sulawesi Selatan
mengalami peningkatan berat badan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
ketika mereka berhenti merokok dan antara konsumsi buah dan sayur dengan
mantan perokok berat dan sedang akan kejadian DM tipe 2. Proporsi insiden
lebih gemuk dibandingan mantan kejadian DM tipe 2 yaitu 2,91 kali untuk
perokok yang ringan (Yufang dkk, 2012). responden yang kurang mengkonsumsi
Meskipun dengan indeks masa tubuh buah dan sayur dibandingkan dengan
yang normal, perokok cenderung berisiko responden yang cukup mengkonsumsi
mempunyai obesitas sentral buah dan sayurnya. Rendahnya konsumsi
dibandingkan dengan bukan perokok, hal buah dan sayur pada seseorang
ini dikarenakan merokok mempunyai mempunyai hubungan yang bermakna
efek antiestrogen dan dapat merusak pada peningkatan berat badan serta
keseimbangan hormon serta menye- terjadinya DM tipe 2 (Bhattacherjee dkk,
babkan obesitas sentral dimana obesitas 2015). Pada program pencegahan
secara keseluruhan dan obesitas sentral diabetes (Diabetes Prevention Pro-
mempunyai hubungan yang kuat dalam gram/DPP) menganjurkan untuk me-
peningkatan kejadian DM tipe 2 (Yufang ngurangi makanan yang menyebabkan
dkk, 2012). Merokok diidentifikasi peningkatan berat badan dan lebih
sebagai faktor risiko dari resistensi meningkatkan intensitas makanan yang
insulin, yang mana merupakan prekursor banyak mengandung serat (Wu dkk,
dari kejadian DM tipe 2 selain itu, 2014). Selain untuk menjaga berat badan,
merokok dapat memperburuk meta- makanan yang mengandung serat
bolisme dari glukosa dimana hal tersebut terutama yang mengandung nilai indeks
dapat memicu terjadinya DM tipe 2 glikemik rendah seperti sereal, kacang-
(Seifu, 2015). kacangan, anggur, kentang dapat meng-
Pada penelitian ini seluruh hindari kenaikan dan penurunan kadar
responden yang berjenis kelamin perem- gula yang ekstrem pada penderita DM
puan tidak ada yang mengkonsumsi al- tipe 2 (Asif, 2011:33).
kohol dan untuk responden yang berjenis Berdasarkan hasil penelitian
kelamin laki-laki yang mengkonsumsi diketahui bahwa terdapat hubungan yang
alkohol tidak mencapai 50% sehingga bermakna antara aktivitas fisik dengan
tidak dapat dilakukan uji analisis untuk kejadian DM tipe 2. Hal ini sejalan
mengetahui hubungan antara konsumsi dengan penilitian yang dilakukan oleh
alkohol dengan kejadian DM tipe 2. Amirudin dkk (2014) bahwa aktivitas
Yufang dkk (2012) menyatakan bahwa fisik seseorang mempunyai hubungan
13

yang signifikan terhadap insiden dari DM berikut: (1) Kejadian DM tipe 2 sebanyak
tipe 2. Aktivitas fisik seseorang ber- 64 orang (72,7%) dengan distribusi
kontribusi 30-50% mengurangi per- karakteristik rata-rata dengan kelompok
kembangan dari DM tipe 2. Aktivitas umur 55-64 tahun (66 orang), mayoritas
fisik dapat meningkatkan toleransi berjenis kelamin perempuan sebanyak 52
glukosa dalam darah dan mengurangi orang (59,1%), tingkat pendidikan Tamat
faktor risiko kejadian DM tipe 2 (Wu SMA (30 orang), proporsi res-ponden
dkk, 2014:1194). Pada penelitian ini yang mempunyai ri-wayat hipertensi
responden mayoritas responden yang sebanyak 41 orang dan riwayat DM
menderita DM tipe 2 adalah golongan sebanyak 66 orang. (2) Dilihat dari faktor
umur 55-64 tahun sebanyak 51 orang, risiko berupa perilaku responden
untuk itu aktivitas fisik yang sesuai merokok yaitu terdapat 29 orang,
dengan golongan umur tersebut mayoritas telah merokok selama > 7
sebaiknya memenuhi kriteria FITT tahun, jumlah batang rokok yang dihisap
(frequency, intensity, time, type) (Barisic setiap hari 10-20 batang, dan hanya
dkk, 2011). Frekuensi merupakan sedikit responden yang saat ini masih
seberapa sering aktivitas fisik dilakukan menjadi perokok aktif. Konsumsi alkohol
(berapa hari dalam seminggu). Intensitas responden yaitu sebanyak 2,3% dan
adalah seberapa keras aktivitas fisik berjenis kelamin laki-laki serta tidak
dilakukan (aktivitas fisik tinggi, sedang, terdapat responden yang meng-konsumsi
dan rendah). Waktu berkaitan dengan alkohol dalam kurun waktu satu bulan
seberapa lama aktivitas fisik dilakukan terakhir. Kon-sumsi buah dan sayur res-
(jam atau menit). Jenis merupakan jenis- ponden yaitu mayoritas kurang (< 5
jenis aktivtias fisik yang dilakukan porsi/hari). Aktivitas fisik res-ponden
(Barisic dkk, 2011). WHO (2010) yaitu mayoritas me-lakukan aktivitas
merekomendasikan aktivitas fisik yang fisik ringan. Tidak terdapat hubungan
telah memenuhi kriteria FITT dan sesuai yang bermakna antara umur, jenis ke-
dengan golongan umur 55-64 tahun yaitu lamin, tingkat pendidikan, riwayat
dengan jenis olahraga aerobik paling hipertensi, merokok, dan konsumsi
sedikit 10 menit, melakukan aktivitas alkohol dengan kejadian DM tipe 2.
fisik intensitas sedang 150 menit/minggu Namun, terdapat hubungan yang
(bersih-bersih rumah, menyapu, setrika, bermakna antara riwayat DM, konsumsi
mencuci, berkebun, menenun) atau buah dan sayur, dan aktivitas fisik
melakukan aktivitas fisik intensitas tinggi dengan kejadian DM tipe 2.
75 menit/minggu (berjalan, berenang
bersepada). Selain olah raga aerobik SARAN
perlu melakukan aktivitas fisik yang Berdasarkan hasil penelitian,
menunjang untuk penguatan otot yaitu pembahasan, dan kesimpulan, maka
dengan aktivitas fisik melawan gravitasi saran yang dapat diuraikan sebagai
dapat berupa gerakan berdiri dari kursi berikut:
ditahan beberapa detik dan dilakukan 1. Puskesmas Kendalkerep sebaik-
berulang ulang (1 set 10 kali) dengan nya melakukan Meningkatkan
intensitas 2 kali seminggu (WHO, 2010). pelayanan preventif dan pro-
Untuk golongan umur 55-64 tahun yang motif dengan penyuluhan
memiliki kesulitan mobilitas disarankan mengenai DM tipe 2 kepada
untuk melakukan aktivitas fisik yang pasien dan keluarga pasien yang
meningkatkan keseimbangan dan berada di ruang tunggu pus-
mencegah jatuh dengan intensitas 3 kali kesmas secara langsung melalui
seminggu (WHO, 2010). poster atau media (seperti
video/film) untuk pelayanan ku-
KESIMPULAN ratif berupa pemantauan pasien
Berdasarkan hasil penelitian, DM tipe 2 setiap bulan agar tidak
dapat diperoleh kesimpulan sebagai terjadi komplikasi.
2. Bagi pasien DM tipe 2 di untuk penguatan otot, dan
Puskesmas Kendalkerep se- golongan umur 55-64 tahun yang
baiknya melakukan konsultasi memiliki kesulitan mobilitas
diet DM tipe 2 dengan dokter, disarankan untuk melakukan ak-
mengkonsumsi makanan yang tivitas fisik yang me-ningkatkan
tinggi serat terutama yang keseimbangan dan mencegah
mengandung indeks glikemik jatuh.
rendah (kacang-kacangan, se- 3. Bagi peneliti selanjutnya Me-
real, anggur, dan kentang) serta lanjutkan penelitian mengenai
mengurangi makanan yang analisis faktor risiko DM tipe 2
menyebabkan peningkatan berat dengan menggunakan pen-
badan. Mengikuti senam prolanis dekatan WHO STEPwise Step 1
yang diadakan oleh puskesmas tambahan (expanded), dan
setiap hari jumat. Selain itu, pilihan (optional) serta Step 2
pasien DM tipe 2 harus tetap dan 3 baik inti (core), tambahan
melakukan aktivitas fisik di (expanded), dan pilihan
rumah dengan melakukan olah- (optional).
raga aerobik, melakukan ak-
tivitas fisik yang menunjang DAFTAR RUJUKAN
Amirudin, R dkk. 2014. Diabetic Kesehatan Dasar (RISKESDAS
Mellitus Type 2 in Wajo South 2007). Jakarta: Badan Penelitian
Sulawesi Indonesia. Internatioanl dan Pengembangan Departemen
Journal of Current Research and Kesehatan Republik Indonesia.
Academic Review, 2 (12) : 1- 8. Departemen Kesehatan Republik
Asif, M. 2011. The Role of Fruits, Indonesia. 2013. Riset Kesehatan
Vegetables, and Spices in Dasar 2013. Jakarta: Badan
Diabetes. International Journal of Penelitian dan Pengembangan
Nutrition. 1(1): 27-35. Kesehatan Kementrian Kesehatan
Barisic, Andriana dkk. 2011. Importance RI Tahun 2013.
of Frequency, Intensity, Time and Dinas Kesehatan Kota Malang. 2016.
Type (FITT) in Physical Activity Laporan Penyakit Tidak Menular
Assessment for Epidemiological di Kota Malang tahun 2013 -
Research. Journal Public Health. 2016. Malang: Bidang
102 (4): 174-175. Pengendalian Penyakit dan
Bhattacherjee, Sharmistha dkk. 2015. A Penyehatan Lingkungan (P2PL)
Cross-sectional Assessment of Dinas Kesehatan Kota Malang.
Risk Factors of Non- Emma, Wilmot & Idris, Iskandar. 2014.
Communicable Disease in a Sub- Early Onset Type 2 Diabetes:
Himalayan Region of West Risk Factor, Clinical Impact, and
Bengal, India Using WHO STEPS Management. Journal Therapeutic
Approach. Journal of The Advance in Chronic Disease. 5
Association of Physicians of (6): 234-244.
India. 63:34-40. International Diabetes Federation. 2015.
Departemen Kesehatan Republik IDF Diabetes Atlas Seventh
Indonesia. 2008a. Petunjuk Edition 2015. Brussels:
Teknis Pengukuran Faktor Risiko International Diabetes Federation.
Diabetes Mellitus. Jakarta. Katulanda, P. 2014. The Influence of
Direktorat Pengendalian Penyakit Family History of Diabetes on
dan Penyehatan Lingkungan Disease Prevalance And
Departemen Kesehatan Republik Associated Metabolic Risk
Indonesia. Factors Among Sri Lankan
Departemen Kesehatan Republik Adults. Journal Diabetic
Indonesia. 2008b. Riset Medicine. :1-10
Analisis Faktor Risiko Diabetes Mellitus Tipe 2 Pada Usia Produktif dengan Pendekatan
WHO STEPWise Step 1 (Core/Inti) di Puskesmas Kendalkerep Kota Malang 15

Kementerian Kesehatan Republik Universitas Muhammadiyah


Indonesia. 2014. Infodatin Semarang. 26-32
Diabetes. Jakarta Selatan: Pusat Seifu, Wuabreg. 2015. Prevalence and
Data dan Informasi Kementerian Risk Factor For Diabetes Mellitus
Kesehatan Republik Indonesia. and Impaired Fasting Glucose
Krisnatuti, D., Rasjmida, D., & Yenrina, among Adults Age 15-64 Years in
R. 2014. Diet Sehat untuk Gilgel Gibe Field Research
Penderita Diabetes Mellitus. Center, Southwest Ethiopia, 2013:
Jakarta Timur: Penebar Swadaya. Through a WHO Step Wise
Kufe, dkk. 2015. Risk Factor of Aproach. Journal MOJ Public
Impaired Fasting Glucose and Health. 2 (4): 1-8.
Type 2 Diabetes in Yaounde, Widjajanta, Bambang. 2007. Mengasuh
VCameroon: A Cross Sectional Kemampuan Ekonomi. Jakarta:
Study. Journal BMC Public CV. Citra Praya.
Health. 1:10.Lembaga Willer, Alexandra Kautzky, dkk. 2016.
Penyelidikan Ekonomi dan Sex and Gender Differences in
Masyarakat. 2010. Indonesia Risk, Pathophysiology and
Economic Outlook 2010. Jakarta: Complication of Type 2 Diabetes
Grasindo. Mellitus. Journal Endocrin
Leroith, Derek. 2012. Prevention of Review. 37 (3): 278-316.
Type 2 Diabetes. New York: World Health Organization. 2003.
Springer. STEPS: A framework for
Leslie, David, dkk. 2013. Diabetes: Surveillance. Geneva:
Clinician's Desk Reference. New Noncommunicable Diseases and
York: CRC Press. Mental Health World Health
Mihardja, L., Soetrisno, U., & Organization.
Soegondo, S. 2013. Prevalence World Health Organization. 2010.
and clinical profile of diabetes. Global Recommendations on
Journal of Diabetes of Physical Activity for Health.
Investigation, 5: 507–512. Geneva. World Health
Nayak, dkk. 2014. The Association of Organization.
Age, Gender, Ethnicity, Family World Health Organization. 2011. WHO
History, Obesity, and STEPwise Approach to Chronic
Hypertension With Type 2 Disease Risk Factor Surveillance
Diabetes Meliitud in Trinidad. (STEPS). Promotion Of Fruit and
Journal Diabetes Metabolic Vegetable for Health African
Syndrom Elsevier. 8 (2): 91-95. Regional Workshop for
Olson. 2011. High Levels of Education Anglophone Countries . Tanzania:
Are Associated With an Increased World Health Organization.
Risk of Latent Autoimmune World Health Organization. 2016a.
Diabetes in Adults Results from Global Report on Diabetes.
the Nord Trondelag Health Study. Geneva: World Health
Journal Diabetes Care. 34(1): Organization.
102-107. World Health Organization. 2016b.
Puskesmas Kendalkerep. 2015. Laporan Country and regional data on
Bulanan Tahun 2013 dan 2014. diabetes. (Online),
Malang:Puskesmas Kendalkerep (http://www.who.int/diabetes/fact
Rahayu, Puji, dkk. 2012. Hubungan s/world_figures/en/index5.html),
Antara Faktor Karakteristik, diakses pada tanggal 03 Oktober
Hipertensi, dan Obesitas dengna 2016.
Kejadian Diabellitus Mellitus di Wu, Yanling dkk. 2014. Risk Factor
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Contributing to Type 2 Diabetes
H. Soewondo Kendal. Jurnal and Recent Advances in the
Treatment and Prevention. Yufang, Bi, dkk. 2012. Advanced
International Journal of Medical Research on Risk Factors of Type
Sciences. 11(11): 1185-1200. 2 Diabetes. Wiley Online Library,
28 (2): 32-39.

View publication stats

You might also like