You are on page 1of 7

HUBUNGAN PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA (IRT) DALAM

MEMBUAT KERAJINAN TANGAN LOKAL DI ACEH

Eli Rahayu dan Zikra Maya Ulfa


Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat UIN Sumatera Utara
Email : fkm@uinsu.ac.id

Abstract
Lingga Alas Village, Babul Rahmah District, Aceh Tenggara Regency has natural potential
in the form of pandanus plants. This study aims to analyze the needs for empowerment of
housewives through the typical handicraft business of the Acehnese people. The people of
Lingga Alas Village, Babul Rahmah District are already familiar with this activity because
they are familiar with handicraft activities that have been passed down from generation to
generation. The handicrafts of this housewife use pandanus plants as raw material for
plaiting which is produced in the form of pandanus mats and chopsticks. Products
produced by the people of Lingga Alas Village are in accordance with the needs of the
community for religious events, death and marriage. Data collection was carried out
through observation, interview and documentation techniques. The results showed that the
problems faced, namely knowledge about product design and marketing were still very
limited, their business was still a home industry, although they were classified as experts in
making various types of handicrafts in large quantities, they did not have business capital. ,
their income is not worth their time and effort and are able to follow the trend with basic
weaving techniques that can only be done manually. For its development strategy, it is
necessary to provide periodic guidance and provide evenly distributed venture capital to all
groups of poor housewife craftsmen, work patents and foster community love for these
crafts so as to increase income and community welfare.

Keywords: Alas Village, Wicker, Empowerment, Products

Abstrak
Desa Lingga Alas, Kecamatan Babul Rahmah, Kabupaten Aceh Tenggara memiliki potensi
alam berupa tanaman pandan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan
pemberdayaan ibu rumah tangga melalui usaha kerajinan tangan khas masyarakat Aceh.
Masyarakat Desa Lingga Alas Kecamatan Babul Rahmah sudah tidak asing lagi dengan
kegiatan ini karena sudah tidak asing lagi dengan kegiatan kerajinan tangan yang sudah
diwariskan secara turun temurun. Hasil kerajinan ibu rumah tangga ini menggunakan
tanaman pandan sebagai bahan baku anyaman yang diproduksi dalam bentuk tikar dan
sumpit pandan. Produk yang dihasilkan masyarakat Desa Lingga Alas sesuai dengan
kebutuhan masyarakat akan acara keagamaan, kematian dan pernikahan. Pengumpulan
data dilakukan melalui teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa permasalahan yang dihadapi yaitu pengetahuan tentang desain produk
dan pemasaran masih sangat terbatas, usaha mereka masih berupa industri rumahan,
walaupun tergolong ahli dalam membuat berbagai jenis kerajinan tangan dalam jumlah

1
banyak, tidak memiliki modal usaha. , penghasilan mereka tidak sebanding dengan waktu
dan tenaga serta mampu mengikuti trend dengan teknik dasar menenun yang hanya bisa
dilakukan secara manual. Untuk strategi pengembangannya, perlu adanya pembinaan
berkala dan pemberian modal usaha secara merata kepada semua kelompok pengrajin ibu
rumah tangga miskin, paten karya dan menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap
kerajinan tersebut sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Kata Kunci: Desa Alas, Anyaman, Pemberdayaan, Produk

Pendahuluan anyaman pandan. Keahlian menganyaman


Dalam rangka meningkatkan tersebut telah berlangsung secara turun
kapasitas perekonomian pedesaan, industri temurun dari nenek moyang mereka. Usria
kerajinan tangan merupakan salah satu Dhavida( 1979: 7) menjelaskan bahwa
industri penting yang mempengaruhi keahlian kriya tradisional sebagaimana
pembangunan. Lebih khusus lagi adalah halnya kerajinan anyaman didapat melalui
kerajinan tangan (handicraft). Industri proses sosialisasi dari generasi ke generasi
kecil ini memiliki potensi besar dan dapat secara informal, dengan menggunakan
mendorong pembangunan ekonomi bahan baku yang didapat dari alam
pedesaan dengan menarik banyak tenaga sekitarnya, serta proses pembuatannya
kerja. Selain itu, melalui industri kerajinan mengandalkan tangan dan alat- alat
ini berusaha mempertahankan prestasi simpel,yang dikerjakan dalam area rumah
seni dan budaya nasional. Menurut Irsan tangga.
(1991) pemilihan industri kecil sebagai Biasanya produk anyaman pandan
industri yang cocok merupakan industri diproduksi oleh masyarakat desa Lingga
kecil yang dapat memberikan peluang alas Disebut sumpit dalam bentuk wadah
transfer dalam pengembangan usaha serta tikar atau secara regional. Produk
dengan dukungan sumber daya tersebut digunakan dalam kehidupan
masyarakat setempat dengan dukungan sehari-hari, antara lain untuk keperluan
sumber daya masyarakat sekitar. keluarga, upacara adat, kegiatan
Kabupaten Aceh Tenggara keagamaan, kematian dan pernikahan.
merupakanbagaian dari Provinsi Aceh Munculnya kerajinan anyaman pandan
dengan luasan wilayah seluas 4. 165, 63 berupa tikar dan sumpit di Desa Lingga
Km2, yang terdiri dari 16 kecamatan , 386 Alas didukung oleh potensi alam yang
desa. Kecamatan yang terluasan adalah ada. Pertama, tanaman pandan yang
Darul Hasanah dengan luasan 1. 347, 25 tumbuh subur di daerah ini sejahtera
Km2, sedangakn wilayah yang terkecil sehingga sangat cocok untuk ditanam
adalah Babussalam seluas 9,42 Km2. Dari tanaman. Kualitas suatu produk sangat
jumlah luasan ini diperkirakan dua ditentukan oleh nilai-nilai yang
pertiganya masuk kedalam kawasan terkandung dalam desainnya. Industri
Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) kerajinan anyaman pandan di Desa Lingga
Kecamatan Babul Rahmah Alas, Kecamatan Babul Rahmah,
merupakan salah satu dari 16 kecamatan Kabupaten Aceh Tenggara memiliki
yang ada di Kabupaten Aceh Tenggara, keunikan dan kekhasan dalam penggunaan
Propinsi Aceh. Secara administrasi bahan baku alam berupa pandan dan
pemerintahan, kecamatan Babul Rahmah kekhasan teknik pembuatannya yaitu
terdiri dari 386 desa salah satu desanya teknik dasar menbayam dan diturun dari
ialah desa Lingga alas selaku pengrajin leluhur mereka. Pengrajinnya telah

2
berhasil menghasilkan berbagai jenis
produk ayaman yang memiliki nilai
manfaat dan estetika. Didukung dengan Metode
upaya pengembangan produk yang Penelitian ini menggunakan
berkelanjutan, kerajinan ini mampu metode deskriptif untuk mengetahui
mengantisipasi persaingan yang faktor-faktor utama yang menjadi
berkualitas dan tetap hidup serta pertimbangan dalam pengembangan
berkembang produk anyaman pandan. Metode
Mengingat potensi yang ada dan pengumpulan data melalui survei
sesuai dengan kondisi saat ini, maka lapangan melalui dokumentasi alat,
pembuatan dan produksi anyaman pandan teknik, proses produksi, produk berbahan
tidak dapat dijadikan alat hidup untuk dasar pandan, wawancara dengan
kehidupan yang layak. Dari segi ekonomi, pengrajin dan pengusaha kerajinan
prospek produk anyaman anyaman ini anyaman pandan serta studi literatur
memang tidak bagus, namun kemajuan tentang teori-teori yang mendukung
teknologi kemungkinan besar dapat penelitian. Lokasi penelitian dilakukan di
digunakan dalam pengembangan produk Desa Lingga Alas, Kecamatan Babul
anyaman pandan di daerah tersebut. dari. Rahmah, Kabupaten Aceh Tenggara,
Keahlian yang diakui Dalam menenun Provinsi Aceh. Populasi dalam penelitian
masyarakat desa Lingga alas sudah tidak ini sebanyak 30 orang. Responden dipilih
diragukan lagi, namun dalam secara acak sederhana yang berjumlah 5
perkembangannya bentuk produk sangat pengrajin pandan.
minim. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat Hasil dan Pembahasan
desa Lingga alas perlu dilakukan
penguatan masyarakat berupa Anyaman merupakan salah satu
pengembangan desain produk tenun bentuk kerajinan tangan yang
pandan, serta dapat mendukung pariwisata menggunakan teknik menganyam, yaitu
di Kecamatan Babul Rahmah dan dengan menyusun bahan dasar berupa
Kawasan disekitarnya pada umumnya. tumpang tindih, silang silang, lipat
Maka pemberdayaan masyarakat melalui teknik tusuk antara fungsi dan
dipandang perlu dilakukan melalui pakan. Desa Lingga Alas sejak jaman
kegiatan di bidang bakti sosial Publik. nenek moyang mereka sejak jaman dahulu
Aksi ini bertujuan untuk memberikan kala. Anyaman yang berkembang di Desa
pelatihan dan pendampingan kepada Lingga Alas sesuai dengan potensi alam
masyarakat dalam upayanya yang ada yaitu pandan. Produk yang
meningkatkan produktivitas masyarakat dihasilkan adalah tikar pandan dan sumpit
pengrajin Desa Lingga Alas dengan sebutan masyarakat sekitar.
mengembangkan desain anyaman pandan Untuk menghasilkan produk anyaman di
sehingga diharapkan peningkatan kualitas Desa Lingga Alas dilakukan beberapa
pendapatan ekonomi masyarakat setempat langkah yaitu sebagai berikut:
dapat diharapkan. Kegiatan yang 1. Pengolahan bahan baku
melibatkan mahasiswa ini merupakan Bahan baku anyaman di Desa Lingga Alas
salah satu bentuk transfer ilmu ke adalah daun pandan. Pengertian Pandan
masyarakat dan proses sosialisasi di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
masyarakat agar mereka mendapatkan adalah tumbuhan dengan bentuk pita,
pengalaman dalam menyelesaikan daun berwarna hijau tua yang sekeras
masalah masyarakat. daun nanas (2008: 1010). Selain itu, Usria
Dhavida menjelaskan bahwa Pandan

3
adalah jenis pohon bercabang dengan Berikut ini gambaran tentang daun
daun seperti pita dan tumbuhan tersusun pandan.
spiral. Bagian batang pada pangkal daun
melingkari batang rapat, (1997: 15)
Proses pengolahan daun pandan
dimulai dari pengambilan daun pandan
dari batangnya. Daun pandan bisa diambil
setelah berumur 6 bulan atau 1 tahun, tiap
batang hanya bisa dipanen dengan 10
helai daun. Selanjutnya daun pandan yang
sudah terkumpul diseleksi dan diambil
daun yang berkualitas baik yaitu yang
panjang dan lebar. Daun pandan yang
sudah terseleksi dikeluarkan dari bagian Gambar 1. Foto daun pandan
duri dan tulangnya agar tidak
mengganggu pekerjaan. Setelah daun Setelah kering diberi warna yang
pandan bersih dari duri, selanjutnya daun diinginkan dengan cara mencelupkannya
pandan dibelah menjadi lekukan dan liang ke dalam pewarna matang, kemudian
membujur , setelah prose situ lalu daun diaduk hingga rata. Setelah warnanya
panda akan direbus selama kurang lebih merata, lalu angkat dan jemur kembali
30 menit, setelah prose itu selanjutnya hingga kering. Setelah kering, pandan siap
akan direndam selama semalaman, tahap untuk ditenun. Bahan baku siap pakai ini
ini bertujuan agar daun lunak dan tidak ditenun sesuai kebutuhan.
mudah rusak. Setelah daun pandan
empuk, lalu akan dijemur namun tidak 2. Proses pembuatan produk dari anyaman
tidak dijemur dibawah terik matahari tikar dan sumpit pandan pembuatan
langsung itu bertujuan agar daun pandan produk dari anyaman tikar dan sumpit
berubah warna dari hijau ke warna yang merupakan kegiatan utama dalam
lebh bersih yaitu putih tulang kurang lebih pengembangan desain produk bagi
agar lebih mudah di berikan warna sesuai penenun pandan, kegiatan ini dilakukan
dengan keingian pola yang diinginkan dengan tahapan sebagai berikut:
konsumen. Sebelum memasuki tahap A. Tahap perencanaan
penganyaman lakukan proses penghalusan Persiapan bahan dan alat
atau diiris agar lebih halus dan tangan 1) Bahan Bahan yang perlu
tidak terluka saat pengayaman nantinya disiapkan dalam pembuatan ini adalah
dan agar pandan menjadi lentur anyaman tikar pandan sebagai bahan
menggunakan rautan. dasar, karton untuk motif, benang, pelapis
busa, pita, lem, dan bahan pendukung lain
yang dapat mempercantik suatu produk.
2) Alat yang dibutuhkan antara lain:
parang, gunting, pisau, benang atau tali
nilon yang biasanya dipakai untuk
pencingan, dan alat penunjang lainnya
yang dapat menghasilkan produk sesuai
dengan yang diharapkan dan memudahkan
kegiatan.
B. Tahap pembuatan produk

4
1) Pembuatan desain Mendesain pemberdayaan diketahui Para masyarakat
merupakan langkah awal dalam sudah tidak asing lagi akan kegiatan ini
membuat suatu produk karena mereka sudah mengenal kegiatan
2) Pembuatan pola Desain yang kerajinan tangan ini sudah secara turun
telah dibuat sesuai dengan menurun . Kerajinan tangan yang
keahlian masing-masing orang dan dilakukan oleh IRT (Ibu rumah tangga)
bagi mereka yang belum ahli disini sebenarnya bukan lah kegiatan yang
mereka akan dilatih oleh orang berada didalam sebuah organisasi. Namun
yang lebih mahir dalam membuat para IRT disini sudah terbiasa melakukan
pola anyaman yang akan dibuat. kegiatan ini sehingga sudah seperti
kegiatan organisasi namun sampai saat ini
Berikut terlampir foto anyaman belum di sah kan oleh kepala setempat
pandan yang berupa tikar dan tetapi kepala desa mengetahui tentang
sumpit untuk acara adat pesta kegiatan ini. Para IRT sudah melakukan
pernikahan , kematian serta acara kegiatan ini secara rutin dengan bersama-
lainnya. sama dari mulai mengambil bahan pokok
sampai dengan mengolahnya menjadi
bahan siap di anyam.
Hasil wawancara mendalam dengan
informan juga menunjukkan bahwa
terdapat banyak kendala yang didapatkan
pengrajin anyaman seperti : tidak adanya
tempat khusus bagi IRT untuk melakukan
kegiatan ini. Sehingga membuat mereka
khawatir dan risau. Saat melakukan
kegiatan terdapat pula faktor kendala lain
seperti bisa saja anak –anak pengrajin
terkena duri yang ada dari pandan liar ini
dan membuat kegiatan ini terganggu.
Belum lagi saat ini sulitnya bagi IRT
untuk mendapatkan pewarna untuk bahan
baku nantinya dan ditambah lagi harga
nya mulai naik tidak seperti biasanya.
Mereka mengharapkan Kepala desa /
kepala pemerintahan dapat memberikan
sarana dan prasarana kepada IRT untuk
kegiatan menganyam kerajinan tangan
semacam ini, sehingga tidak terdapat
kendala dan dapat menghasilkan hasil
kerajinan yang memuaskan.
Berdasarkan penelitian yang kami
lakukan diperoleh hasil bahwa partisipasi
anggota IRT dalam melakukan atau
membuat kerajinan tangan nganyam ini
hanya bergantung dengan musim kebun
Gambar 2. Hasil kerajinan
para IRT disana. Saat musim tanam dan
pengrajin
panen mereka akan tidak terlalu aktif
karena kesibukan mereka diladang
Berdasarkan hasil wawancara
masing-masing.
mendalam, mengenai kegiatan dalam

5
Ibu Izzah (45) tahun beliau
menuturkan bahwasanya masyarakat Suka
dengan adanya perkumpulan ini , karena
ini sudah menjadi salah satu hoby para
IRT disini dan mereka rutin lakukan saat
sesudah musim tanam dan saat menunggu
musim panen tiba. Dan hasil dari
kerajinan tangan dari menganyam ini akan
mereka jual masing-masing sesuai dengan
harga yang diminta oleh konsumen.
Respon lainnya dituturkan oleh ibu
Ardita (43) tahun salah satu seorang
pengrajin anyaman tikar di Desa Lingga
Alas. Bahwasanya organisasi tersebut
Bermanfaat, dengan adanya kegiatan ini
rasa kekeluargaan yang ada diantara para
IRT sesama tetangga akan terjalin dengan
baik karena adanya interaksi yang
berlangsung diantara para IRT. Dan
bahkan beberapa para remaja termasuk
anak ibu ardita sendiri tertarik dengan
kegiatan yang dilakukan oleh para IRT
bukan hanya untuk sebuah kemahiran
didalam nya namun juga agar kegiatan ini
bisa dilanjut kan dari generasi ke generasi
berikut nya tutur ibu ardita.
Mereka hanya berharap kepada kita
generasi muda agar tidak melupakan
Berikut ini beberapa foto ibu rumah kegiatan ini karena bagi mereka kegiatan
tangga yang sedang menganyam. ini sudah seperti budaya mereka sendiri.
Dan jika dilihat dari jaman saat ini banyak
remaja yang tak ingin mengetahui apa
budaya mereka dan hanya sibuk didalam
dunia fantasi mereka. Jadi mereka hanya
ingin anak cucu nya bisa melanjutkan
kegiatan ini nanti (menganyam).

Kesimpulan

Dari kegiatan pengabdian kepada


masyarakat melalui pengembangan
kerajinan tangan dari tanaman pandan
berbasis kearifan lokal di Desa Lingga
Alas Kec. Babul Rahmah Kab. Aceh
tenggara, dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:

6
1. Potensi tanaman pandan yang terdapat Siti Asiah; HUSAIN, Rahmin
di Desa Lingga Alas dan sekitarnya , Talib. Analisis Kebutuhan
dapat dijadikan sumber penghasilan Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga
masyarakat dengan memanfaatkannya Miskin Melalui Usaha Kerajinan
untuk dijadikan kerajinan tangan dari Tangan Khas Gorontalo
pandan yang lebih baik “Mohalamu Tiohu”. JPPM (Jurnal
kualitasnya sehingga dapat dijual bukan Pendidikan Dan Pemberdayaan
saja di Masyarakat), 2019, 6.1: 59-75.
lingkungan lokal tetapi juga ke luar daerah
sekaligus.
2. Dari hasil penelitian dan wawancara
yang kami lakukan, ternyata masyarakat
Desa Lingga Alas sangat antusias
terhadap kegiatan
ini, mereka sangat tekun dan dengan cepat
belajar
dan memahami instruksi yang diberikan
oleh orang yang lebih berpengalaman.
3. Keterampilan membuat kerajinan
tangan ini bukan hanya untuk sekedar
hoby dan memenuhi kebutuhan mereka
sendiri melainkan
juga dapat dijadikan sebagai cadangan
dalam mata pencaharian yang hasilnya
dijual sehingga dapat menambah
penghasilan mereka.

Daftar Pustaka
1 Cahyana, Agus; Sukayasa, Komang
Wahyu. Studi Pengembangan
Desain Kerajinan Anyaman Pandan
Sentra Industri Kecil Rajapolah
Kabupaten Tasikmalaya. 2008
2 Yulika, Febri, Et Al. Pemberdayaan
Masyarakat Ulakan Tapakis
Melalui Pengembangan Desain
Produk Anyaman Pandan. Batoboh,
2017, 2.2: 66-76.

3 Telagawathi, Ni Luh W. Sayang;


Yulianthini, Ni Nyoman; Antari, Ni
Luh Sili. Pemberdayaan Industri
Kecil Kerajinan Tangan Melalui
Pengembangan Kewirausahaan Di
Kabupaten Gianyar Bali.
In: Seminar Nasional Riset Inovatif.
2016.

4 OTAYA, Lian Gafar; TJABOLO,

You might also like