You are on page 1of 11

Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 31, No.

1 Tahun 2016
ISSN : 0215/9635
Published by Lab Sosio, Sosiologi, FISIP, UNS

STRATEGI KEBERLANGSUNGAN USAHA INDUSTRI KRIPIK TEMPE


(Studi Deskriptif Kualitatif Pengrajin Kripik Tempe di Desa Karangtengah
Prandon Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi Provinsi Jawa Timur)

Tria Ayu Mardhiani


Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta
Email: ayutriyaa@gmail.com

Sudarsana
Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas
Maret, Surakarta
Email: sudarsana_bin_madyumulyono@yahoo.com

Received: 2-5-2016 Accepted: 20-5-2016 Online Published: 29-5-2016

Abstract
This research aims to describe the marketing strategy of kripik tempe industry as
business continuity, to get profits and to expand the market. Theories used in this
research are social action theory by Max Weber about rational action and action
theory by Talcott Parson. The type of this research is descriptive qualitative. Data
were taken by depth-interview, observation, and documentation methods.
Moreover, this research used the purposive sampling as the technique of
sampling. Besides, this research also used data triangulation of source of data and
interactive model for analyzing data. The results of the research conclude that the
producers of kripik tempe industry in Karangtengah Prandon Village use both
production and marketing strategies for maintaining their business. In production
strategy, producers have particular strategies to concern about raw materials,
capital, workers, technology, and wage. The problem faced by the producers
about raw material is the increasing price of the raw material itself. In general, the
producers do not face the problems of capital, technology that is used, and also
wage. Wages that are paid by the producers to their workers depend on how many
kilograms of kripik tempe produced by the workers and the agreement between
the producers and the workers about the payday. On the other hand in marketing
strategy, producers determine prices, marketing place, distribution and promotion.
The decision of the price is based on the raw materials that are used so that the
prices of kripik tempe are different since there is no any agreement among the
producers. Generally, the distribution system of kripik tempe is by placing the
products in many stores as most of the producers havent promoted their products
yet. However, in facts each of producers has their own strategies that can be
manifested in the best way in order to achieve the goal. The marketing and
production strategies that are used by producers should be correlated one to
another as both needs to be run together. While the strategy used in the production
process is used to maintain the marketing strategy of the products, the marketing
strategy is used to keep the marketing process run well so does the production
process.
Keywords: business continuity, production strategy, marketing strategy

67
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 31, No. 1 Tahun 2016

A. Pendahuluan industrinya, kini sudah banyak


Pembangunan berkelanjutan produsen tempe yang menginovasi
salah satunya yaitu industri. Industri produksinya menjadi kripik tempe
sebagai salah satu sektor penting untuk mengembangkan industri
dalam pertumbuhan ekonomi dapat mereka. Industri kripik tempe
menimbulkan dampak yang bersifat merupakan industri kecil yang
negatif maupun positif bagi daerah mampu menyerap sejumlah tenaga
disekitarnya. Pengaruh positif kerja baik yang terkait dengan
industri akan mempunyai multiplier perdagangan bahan yang merupakan
effect bagi daerah tersebut, yaitu produk hasil olahannya. Industri
munculnya kegiatan-kegiatan kripik tempe memiliki peran yang
ekonomi yang dapat menyerap sangat besar dalam penyerapan
tenaga kerja dan berdampak pada tenaga kerja, kesempatan usaha dan
perkembangan daerah tersebut. peningkatan pendapatan. Selain
Dampak negatif yang ditimbulkan diposisikan sebagai pelengkap
diukur dari sudut pandang makanan utama, tempe juga dikenal
kesejahteraan dan pengaruhnya sebagai jajanan tradisional yang lezat
terhadap lingkungan karena biasanya dan sehat. Dengan pengembangan
pembangunan industri mengabaikan industri kripik tempe makan juga
evaluasi terhadap biaya manfaat yang akan memberi efek tidak langsung
diperoleh. Dampak negatif tersebut pada masyarakat yang bergantung
biasanya terjadi pada lingkungan pada pertanian. Jika permintaan
yaitu berupa pencemaran udara, air produksi kripik tempe tersebut akan
dan tanah serta berdampak pada meningkat maka produksi kedelai
masalah perekonomian dan sosial. juga akan meningkat pula. Industri
Ada banyak macam kripik didaerah Ngawi ini memiliki
dan jenis industri. Industri kecil kesempatan menjadi industri yang
merupakan salah satu jenis industri akan terus berkembang mengingat
berdasarkan jumlah tenaga kerjanya. Kabupaten Ngawi sendiri sebagian
Industri kecil merupakan industri besar wilayahnya digunakan sebagai
yang menggunakan tenaga kerja 5-9 lahan pertanian.
orang. Ciri industri ini memiliki Kota Ngawi merupakan Kota
modal yang terbatas, dan sebagian yang sebagian besar dari wilayahnya
dari tenaga kerja berasal dari anggota masih berupa lahan pertanian. Untuk
keluarga sehingga sebagian tenaga masyarakat yang memiliki lahan
kerja tidak digaji. Contoh dari yang luas, seharusnya bidang
industri kecil yaitu industri anyaman, pertanian bisa berkembang dan
industri kerajinan, industri masyarakat dapat sejahtera dengan
tempe/tahu, dan industri makanan mata pencaharian tersebut. Namun
ringan. Industri tempe yang dengan keadaan pertanian yang
merupakan salah satu contoh industri semakin kebelakang tidak dapat di
kecil kini sudah berkembang untung pastikan hasilnya, masyarakat
mengembangkan perindustrian. memilih dan berusaha untuk mencari
Produksi tempe yang biasanya jalan lain untuk mendapatkan
digunakan untuk lauk ketika makan, penghasilan. Cara yang dapat
kini hasil olahan tempe sudah di digunakan masyarakat Desa untuk
inovasi menjadi bahan makanan meningkatkan penghasilan dengan
camilan. Untuk mengembangkan memanfaatkan keadaan alam dan

68
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 31, No. 1 Tahun 2016

lingkungannya yang ada yaitu dengan Desa produksi kripik tempe


perindustrian kecil atau industri di Ngawi. Di Desa Karangtengah
rumahan yang memanfaatkan alam Prandon, Kecamatan Ngawi,
untuk dikembangkan. Kabupaten Ngawi, ada sekitar 175
Sejak dulu Kabupaten Ngawi unit industri rumah tangga keripik
dikenal sebagai daerah penghasil tempe. Dilihat dari sejarahnya
tempe. Beberapa wilayah di pembuatan kripik tempe hinga
Kabupaten Ngawi merupakan sentra pemasarannya ini dimulai sejak
penghasil tempe, yang meliputi; tahun 1973. Produksi kripik tempe di
Desa Tulakan Kecamatan Sine, Desa Desa Karangtengah Prandon ini awal
Gendingan Kecamatan Widodaren, mulanya hanya dilakukan oleh
Desa Pucangan Kecamatan bebrapa orang saja namun industri
Ngrambe, Desa Purwosari tersebut menjadi industri turun
Kecamatan Kwadungan dan Desa temurun dan kini semakin
Karangtengah Prandon Kecamatan bertambah. Pengrajin kripik tempe
Ngawi. Saat ini di Kota Ngawi mulai berkembang karena
belum terdapat pabrik kripik tempe. permintaan kripik yang dirasa
Perusahaan kripik tempe yang ada di semakin meningkat setiap tahunnya.
Ngawi masih tergolong dalam usaha Hampir setiap rumah di kawasan ini
mikro. Semua produksi kripik memproduksi keripik tempe dan
tersebut dilakukan dengan proses memiliki merek sendiri-sendiri.
manual dan tradisional. Karena Mayoritas pengrajin dalam
produk yang berupa tempe sayur memproduksi kripik tempe ini dalam
masa kadaluwarsanya tidak lama, ketenaga kerjaannya menggunakan
maka munculah pemikiran untuk keluarga dan warga sekitar. Tujuan
mengolah tempe menjadi kripik dari semua itu yaitu memanfaatkan
tempe yang mempunyai kadaluwarsa produktifitas masyarakat sekitarnya.
lebih lama, dan juga memberikan Dengan berkembangnya pengrajin
nilai tambah bila dibandingkan kripik ini dianggap bahwa mereka
produk berupa tempe. Desa mampu menciptakan lapangan
Karangtengah Prandon Ngawi, yang pekerjaan dan mampu mengurangi
merupakan sentra tempe terbesar jumlah pengangguran disekitarnya.
para pelaku usahanya tidak hanya (http://diskopperind-
membuat tempe sayur, namun sudah ngawi.blogspot.co.id/ diakses pada
mengarah pada diversifikasi produk tanggal 10 Oktober 2015 pukul 22.15
berupa kripik tempe, dimana nilai WIB)
ekonomis kripik tempe jauh lebih Dengan memiliki kegiatan
tinggi bila dibandingkan dengan yang sama dan sumber ekonomi
tempe sayur. yang sama makan akan terjadi
Karangtengah Prandon adalah persaingan yang ketat untuk
sebuah Desa yang terletak di mendapatkan ekonomi yang baik.
Kecamatan Ngawi , Kabupaten Namun kreativitas dari produsen
Ngawi. Desa ini terletak di sebelah keripik tempe ini harus ditingkatkan,
utara jalan Ngawi-Caruban. Mata mengingat persaingan industri
pencaharian mayoritas penduduknya pangan yang semakin ketat. Rasa
adalah sebuah pembuat dan yang beraneka ragam memang
pedangang tempe. Desa merupakan salah satu kreativitas para
Karangtengah Prandon terkenal perajin keripik tempe. Namun ketika

69
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 31, No. 1 Tahun 2016

semua rumah memiliki jenis hasil sosial mengartikan sosiologi sebagai


produksi yang sama maka mereka ilmu yang berusaha menafsirkan dan
memiliki persaingan yang ketat memahami. Dalam definisi ini
untuk memasarkan. Dalam distribusi terdapat dua konsep dasar yaitu
pemasarannya mayoritas dari konsep tindakan sosial dan konsep
pengrajin kripik tempe Desa penafsiran (interpretative
Karangtengah Prandon menggunakan understanding). Peneliti
saluran tidak langsung yaitu melalui mengguanakan paradigma definisi
perantara atau jalur pengepul dan sosial yang membahas tentang
dititipkan melalui toko-toko tindakan sosial (sosial action). Bagi
kelontong dan pusat oleh-oleh. Max Weber studi tindakan sosial
Namun perkumpulan pengrajin berarti mencari tindakan subjektif
keripik ini mendapat banyak binaan dan motivasi yang terkait dengan
dari berbagai lembaga sehingga tindakan-tindakan sosial. Max Weber
dapat meningkatkan mengartikan tindakan sosial adalah
perkembangannya. suatu tindakan individu sepanjang
Dalam keberlangsungan usaha tindakan itu mempunyai makna atau
selain diperlukan strategi produksi subjektif bagi dirinya dan diarahkan
pengusaha juga harus kepada orang lain. Tindakan tersebut
memperhatikan strategi juga dapat berupa tindakan bersifat
pemasarannya. Dalam membatin atau bersifat subjektif
keberlangsungan usaha antara yang terjadi karena pengaruh positif
strategi produksi dan strategi dari situasi tertentu atau merupakan
pemasaran merupakan suatu sistem tindakan perulangan dengan sengaja
yang saling terkait dan saling sebagai akibat pengaruh dari situasi
mempengaruhi. Strategi produksi serupa. Max weber menganjurkan
akan mempengaruhi strategi bahwa dalam memahami tindakan itu
pemasaran, dan strategi pemasaran seharusnya mengguanakan
akan mempengaruhi strategi pemahaman dan penafsiran. Sebab
produksi. strategi tersebut seorang peneliti sosiologi dalam
dimaksudkan agar keberlangsungan mempelajari tindakan seseorang atau
usaha masih tetap bertahan, maka aktor harus dapat mencoba
strategi harus digunakan bukan menginterprestasikannya. Dalam arti
hanya untuk saat ini namun juga harus memahami motif dan tindakan
untuk merencanakan keberlanjutan si aktor.
usaha tersebut. Dengan latar
belakang seperti diatas peneliti ingin B. Metode Penelitian
melakukan penelitian yang berjudul Dalam penelitian ini adapun
Strategi Keberlangsungan Usaha yang menjadi pokok pembahasan
Kripik Tempe dengan studi deskriptif yaitu strategi yang digunakan
kualitatif pada pengrajin kripik pengrajin kripik tempe di Desa
tempe di Desa Karangtengah Karangtengah Prandon, Kecamatan
Prandon, Kecamatan Ngawi, Ngawi, Kabupaten Ngawi untuk
Kabupaten Ngawi. mempertahankan kelangsungan
Dalam penelitian ini, penulis usahanya. Strategi yang dikaji yaitu
menganalisis dengan menguanakan strategi produksi dan strategi
pendekatan paradigma definisi sosial. pemasaran. Tujuan dari penelitian ini
Secara definisi paradigma definisi ialah untuk mendeskripsikan strategi

70
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 31, No. 1 Tahun 2016

pemasaran industri kripik tempe dilapangan maka peneliti melakukan


sebagai kerlangsungan usaha dan reduksi data dan penyajian data.
untuk memperoleh keuntungan, dan Peneliti melakukan seleksi data yang
perluasan pasar. diperoleh di lapangan kemudiaan
Data diperoleh pada penelitian diikuti dengan penyusunan sajian
ini dengan cara peneliti terjun data. Setelah pengumlan data telah
langsung kelapangan untuk berakhir, tindakan yang dilakukan
mengamati beberapa peristiwa dan peneliti selanjutnya yaitu penarikan
fenomena yang terjadi. Dalam kesimpulan berdasarkan seluruh hal
pengumpulan data, peneliti yang terdapat pada reduksi data dan
mengguanakan teknik wawancara sajian data.
secara mendalam kepada informan,
observasi langsung ke lokasi C. Hasil dan Pembahasan
penelitian, dan serta pencarian data Pada suatu perusahaan semua
dari dokumentasi yang mendukung. pengusaha pasti ingin
Dalam pengambilan sampel mempertahankan kelangsungan
peneliti mengguanakn teknik usaha mereka. Termasuk pada
purposive sampling atau sampling industri kripik tempe yang ada di
bertujuan, yaitu proses Desa Karangtengah Prandon. Semua
pengamambilan sampel dengan pengrajin yang ada di Desa
mempertimbangkan terlebih dahulu Karangtengah Prandon berusaha
sampel yang akan digunakan. mempertahankan kelangsungan
Sampel ditarik dengan pertimbangan usaha mereka. Dengan persaingan
informan tersebut akan dapat yang ketat karena hampir semua
menjadi sumber data yang diperlukan keluarga memiliki usaha yang sama,
dalam penelitian ini. Fokus dari tentulah ada banyak kendala yang
penelitian ini yaitu pengrajin kripik menghambat proses kelangsungan
tempe di Desa Karangtengah usaha tersebut, baik pada proses
Prandon, Kecamatan Ngawi, produksi maupun proses pemasaran.
Kabupaten Ngawi yang berjumlah Pengrajin menggunakan beberapa
lebih dari 150 pengrajin. Dalam strategi untuk menghadapi
penelitian ini pengrajin mengambil kendalanya.
sampel sebanyak 9orang pengrajin, Pada dasarnya dalam menjaga
1orang dari pihak kelurahan, ketua kelangsungan usaha, strategi
koperasi di Desa Karangtengah produksi dan strategi pamasaran
Prandon, dan kepala bagian industri merupakan faktor utama yang tidak
Dinas Industri dan UKM Ngawi. dapat dipisahkan keduanya. Jika
Jumlah ini diambil karena dianggap salah satu strategi tesebut tidak
bahwa data yang telah didapat telah berjalan, maka kelangsungan suatu
cukup, sehingga pencarian data juga tidak akan berjalan. Hal ini
dihentikan pada jumlah informan sesuai dengan penerapan strategi
tersebut. yang dilakukan oleh pengrajin kripik
Untuk menganalisi data yang tempe. Dalam menangani masalah
diperoleh peneliti menggunakan yang ada karena banyaknya
teknik analisis model interaktif. persaingan, pengrajin memiliki cara
Teknik ini diawali dengan yang berbeda untuk mengatasi
pengumpula data. Karena data masalahnya tersebut. Masalah
diperoleh berkembang saat tersebut diatasi dengan menggunakan

71
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 31, No. 1 Tahun 2016

beberapa strategi produksi untuk memutar dan menjaga kelangsungan


permasalahan pada produksi, dan usaha. Itulah strategi yang
menggunakan strategi pemasaran diguanakan oleh pengrajin agar
dalam mengatasi permasalahan kelangsungan usaha tetap bertahan.
pemasaran. Tenaga kerja mejadi faktor
Sebagian besar pengrajin penting dalam proses produksi
memiliki permasalahan atau kendala terutama pada pengrajin yang sudah
pada proses produksi maupun proses memiliki hasil produksi dengan
pemasaran. Jika strategi produksi dan jumlah banyak. permasalahan yang
strategi pemasaran sudah diterapkan dialami oleh pengrajin dalam hal
sesuai dengan masalah yang dihadapi tenaga kerja yaitu sulitnya
oleh pengrajin maka kelangsungan mendapatkan tenaga kerja karena
usaha akan tetap berjalan. Tujuan persaingan lapangan pekerjaan yang
dari adanya strategi yang digunakan lebih bergengsi. Pengrajin mengatasi
oleh pengrajin kripik tempe yaitu permasalahan tersebut dengan
untuk menjaga kelangsungan usaha strategi mencari tenaga kerja dari
mereka agar tetap berjalan. Desa lain.
Dalam strategi produksi Teknologi akan mempengaruhi
pengrajin memperhatikan beberapa seberapa besar jumlah produksi yang
hal yang akan mempengaruhi dihasilkan dari suatu usaha. Pada
kelangsungan usahanya, seperti umunya teknologi tidak menjadi
bahan baku, modal, tenaga kerja, masalah karena pengrajin masih
teknologi dan upah. menggunakan teknologi yang
Salah satu faktor dalam sederhana untuk melakukan proses
jalannya proses produksi yaitu produksi. Masalah biasanya hanya
adanya bahan baku. Pada pengrajin terjadi untuk pengrajin dengan
kripik tempe bahan baku tidak jumlah produksi yang masih sedikit
menjadi kendala. Salah satu masalah karena belum memiliki alat produksi
atau kendala yang kadang terjadi dengan harga yang mahal untuk
pada bahan baku pembuatan kripik membelinya, misalnya selep kedelai.
tempe yaitu terjadinya kenaikan Dengan permasalahan seperti itu
harga bahan baku. Namun dengan pengrajin mengatasinya dengan
naiknya harga bahan baku tersebut menyewa atau meminjam alat dan
tidak akan menjadi masalah yang membayarnya. Untuk teknologi yang
besar pada pengrajin. Untuk digunakan untuk pemasaran, pada
mempertahankan kelangsungan umumnya pengrajin belum
usahanya, pengrajin memiliki strategi memanfaatkan teknologi informasi
untuk mengatasi terjadinya kenaikan dengan maksimal. Karena sampai
harga bahan baku yaitu dengan cara saat masih sangat jarang yang
memperkecil ukuran kripik tempe, mempromosikan produk melalui
atau mengurangi jumlah isi dalam media massa dan bahkan dengan
setiap bungkus kripik tempe. perkembangan internet belum ada
Dalam proses produksi kripik yang melalui sosial media.
tempe umunya pengrajin tidak Upah merupakan imbalan yang
mengalami kesulitan dalam hal diberikan oleh majikan kepada buruh
permodalan. Hal ini karena pengrajin atas hasil kerjanya. Pada sistem
menggunakan modal secara efisien pengupahan tenaga kerja kripik
dan tepat guna, agar tetap dapat tempe umunya tidak mengalami

72
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 31, No. 1 Tahun 2016

permasalahan. Upah dihitung secara Tempat pemasaran umumnya tidak


borongan yaitu perkilogram untuk mengalami permasalahan. Namun
tenaga kerja pengiris, dan pengrajin tetap memiliki strategi
penggoreng, dan jumlah bungkus dalam pemilihan tempat pemasaran.
untuk tenaga kerja bagian Pengrajin memilih tempat pemasaran
pembungkus. Pemberian upah sesuai yang sekiranya banyak dikunjungi
dengan kesepakatan antara pengrajin oleh konsumen khusunya konsumen
dan pekerja. dari luar Kota. Biasanya pengrajin
Strategi pemasaran merupakan menitipkan produk mereka dipusat
salah stratu strategi yang digunakan oleh-oleh. Dan adapula pengrajin
dalam kelangsungan usaha. Dalam yang memilih tempat pemasaran
strategi pemasaran pengrajin juga produk mereka untuk dipasarkan
memperhatikan penetapan harga, diluar Kota Ngawi agar persaingan
tempat pemasaran, distribusi dan produk yang sejenis atau sama tidak
promosi. tinggi.
Dalam pemasaran suatu produk Dalam pemasaran kripik
harga akan menjadi pertimbangan tempe, pengrajin memiliki cara
utama untuk konsumennya. Hal ini distribusi produk yang berbeda-beda.
menjadikan pengrajin harus pandai Ada yang dititipkan melalui toko,
dalam menetapkan harga dari produk dan ada yang langsung pada
mereka karena banyaknya persaingan konsumen. Untuk pengrajin kripik
dengan hasil produksi yang sama. tempe dengan dititipkan ke toko
Permasalahan yang dialami oleh tidak mengalami permasalahan. Dan
pengrajin dalam hal penetapa harga distribusi yang dilakukan secara
yaitu persaingan harga yang ketat langsung juga tidak mengalami
dan adanya persaingan tidak sehat permasalahan. Namun untuk
yang dilakukan oleh pengrajin baru. distribusi kripik tempe keluar Kota
Persaingan tidak sehat yang mengalami kesulitan dalam hal
dilakukan pengrajin baru yaitu pengiriman produk karena kripik
dengan membuat harga serendah tempe sangat mudah pecah, dengan
mungkin dari produk mereka dengan begitu akan memiliki resiko yang
selisih yang harga yang tergolong tinggi produk rusak sebelum sampai
banyak jika dibandingkan dengan ke tangan pembeli. Dengan adanya
harga produk pengrajin lama. permasalahan seperti tersebut,
Pengrajin mengatasi masalah pengrajin mengatasinya dengan
tersebut dengan cara memberi harga mendistribusikan hasil produksinya
sesuai dengan harga bahan baku dan dengan mengirim sendiri atau
tidak mengurangi kualitas produk, diambil oleh pihak distributor atau
dan jika harga bahan baku naik konsumen langsung, agar produk
pengrajin memilih untuk mengurangi tidak rusak. Dan harga yang
ukuran atau jumlah isi produk dalam diberikan lebih murah jika produk
kemasan daripada menaikan harga diambil sendiri ketempat produksi.
produk. Promosi merupakan salah satu
Dalam pemasaran kripik tempe cara agar mendapatkan perluasan
Desa Karangtengah Prandon, tempat pasar. Pada umumnya tidak ada
pemasaran harus dipilih dengan tepat permasalahan dalam hal promosi
karena mengingat bahwa banyaknya karena sebagian besar belum
persaingan produk yang sama. melakukan promosi secara aktif.

73
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 31, No. 1 Tahun 2016

Dalam memasarkan produknya pengrajin yaitu adanya


masih dengan mengandalkan keberlangsungan usaha. Ketiga,
pemberian kualitas pada rasa produk dalam bertindak pengrajin
kripik tempe mereka. menggunakan teknik, cara, atau
Dalam kegiatan yang dilakukan metode yang yang diperkirakannya
oleh pengrajin kripik tempe dalam cocok untuk mencapai tujuan
melakukan strategi keberlangsungan tersebut. Disini pengrajin
usaha ini berhubungan dengan menggunakan strategi yang dianggap
tindakan sosial yang diartikan oleh dan diperkirakan cocok untuk
Max Weber yaitu dikarenakan mencapai tujuannya yaitu
tindakan yang dilakukannya tersebut keberlangsungan usaha. Keempat
memiliki makna atau subjektif bagi pengrajin memilih, menilai, dan
dirinya, dan tindakan yang dilakukan mengevaluasi terhadap tindakan
oleh pengrajin tersebut diarahkan yang akan, sedang dan telah
kepada orang lain yaitu diarahkan dilakukannya. Kelima, ukuran-
pada calon konsumen kripik tempe. ukuran atau prinsip-prinsip yang
Jika dikaitkan dengan tindakan atas dilakukan pengrajin diharapkan pada
dasar rasionalitas, tindakan yang saat pengambilan keputusan.
dilakukan oleh pengrajin termasuk Semua tindakan yang
dalam tindakan Zwerk Rational. dilakukan pengrajin dilakukan untuk
Dimana tindakan Zwerk rational ini memperoleh keberlangsungan usaha.
aktor tidak hanya sekedar menilai Setelah adanya kelangsungan usaha
cara yang terbaik untuk mencapai yang sudah didapatkan oleh
tujuan tetapi juga menentukan nilai pengrajin, ada beberapa harapan
dari tujuan itu sendiri. Tindakan yang tentunya akan mengembangkan
zwerk rational yang dilakukan oleh usaha mereka. Keinginan atau
pengrajin dapat dilihat dengan apa harapan yang juga hendak dicapai
yang dilakukan oleh pengrajin kripik oleh pengrajin antara lain produksi
tempe dalam memilih strategi yang kripik tempe semakin bertambah
digunakan untuk kelangsungan karena permintaan pasar yang juga
usahanya. Yaitu pengrajin bertambah, pemasaran produk bisa
menggunakan strategi produksi dan lebih efektif, perluasan pasar, peran
strategi pemasaran. pemerintah yang semakin aktif dalam
Pengrajin kripik tempe juga mengusahakan pengembangan
melakukan kegiatan sesuai dengan industri kripik tempe, dan
teori aksi Talcott Parsons. Pengrajin peningkatan kesejahteraan pengrajin
berlaku sebagai aktor maka ia kripik tempe.
melakukan suatu tindakan. Pertama,
tindakan yang dilakukan oleh D. Kesimpulan
pengrajin muncul dari kesadarannya Fokus utama penelitian ini
sendiri sebagai dan dari situasi yaitu mengenai strategi
eksternal. Contoh situasi eksternal kelangsungan industri kripik tempe
tersebut antara lain yaitu adanya yang ada di Desa Karangtengah
kenaikan harga bahan baku dan Prandon. Peneliti mengkaji strategi
persaingan harga pasar. Kedua, produksi dan strategi pemasaran
pengrajin sebagai subjek bertindak yang digunakan pengrajin untuk
untuk mencapai tujuan. Tujuan dari menjaga kelangsungan usahanya.
tindakan yang dilakukan oleh

74
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 31, No. 1 Tahun 2016

Dalam strategi produksi jumlah produksi yang masih sedikit


pengrajin memperhatikan beberapa karena belum memiliki alat produksi
hal yang akan mempengaruhi dengan harga yang mahal untuk
kelangsungan usahanya, seperti membelinya, misalnya selep kedelai.
bahan baku, modal, tenaga kerja, Dengan permasalahan seperti itu
teknologi dan upah. pengrajin mengatasinya dengan
Salah satu faktor dalam menyewa atau meminjam alat dan
jalannya proses produksi yaitu membayarnya. Untuk teknologi yang
adanya bahan baku. Pada pengrajin digunakan untuk pemasaran, pada
kripik tempe bahan baku tidak umumnya pengrajin belum
menjadi kendala. Salah satu masalah memanfaatkan teknologi informasi
atau kendala yang kadang terjadi dengan maksimal. Karena sampai
pada bahan baku pembuatan kripik saat masih sangat jarang yang
tempe yaitu terjadinya kenaikan mempromosikan produk melalui
harga bahan baku. Pengrajin media massa dan bahkan dengan
memiliki strategi untuk mengatasi perkembangan internet belum ada
terjadinya kenaikan harga bahan yang melalui sosial media.
baku yaitu dengan cara memperkecil Pada sistem pengupahan tenaga
ukuran kripik tempe, atau kerja kripik tempe umunya tidak
mengurangi jumlah isi dalam setiap mengalami permasalahan. Upah
bungkus kripik tempe. dihitung secara borongan yaitu
Dalam proses produksi kripik perkilogram untuk tenaga kerja
tempe pengrajin tidak mengalami pengiris, dan penggoreng, dan
kesulitan dalam hal permodalan. Hal jumlah bungkus untuk tenaga kerja
ini karena pengrajin menggunakan bagian pembungkus. Pemberian upah
modal secara efisien dan tepat guna, sesuai dengan kesepakatan antara
agar tetap dapat memutar dan pengrajin dan pekerja.
menjaga kelangsungan usaha. Itulah Strategi pemasaran merupakan
strategi yang diguanakan oleh salah stratu strategi yang digunakan
pengrajin agar kelangsungan usaha dalam kelangsungan usaha. Dalam
tetap bertahan. strategi pemasaran pengrajin juga
Yang dialami oleh pengrajin memperhatikan penetapan harga,
dalam hal tenaga kerja yaitu sulitnya tempat pemasaran, distribusi dan
mendapatkan tenaga kerja karena promosi.
persaingan lapangan pekerjaan yang Permasalahan yang dialami
lebih bergengsi. Pengrajin mengatasi oleh pengrajin dalam hal penetapan
permasalahan tersebut dengan harga yaitu persaingan harga yang
strategi mencari tenaga kerja dari ketat dan adanya persaingan tidak
Desa lain. sehat yang dilakukan oleh pengrajin
Teknologi akan mempengaruhi baru. Pengrajin mengatasi masalah
seberapa besar jumlah produksi yang tersebut dengan cara memberi harga
dihasilkan dari suatu usaha. Pada sesuai dengan harga bahan baku dan
umunya teknologi tidak menjadi tidak mengurangi kualitas produk,
masalah karena pengrajin masih dan jika harga bahan baku naik
menggunakan teknologi yang pengrajin memilih untuk mengurangi
sederhana untuk melakukan proses ukuran atau jumlah isi produk dalam
produksi. Masalah biasanya hanya kemasan daripada menaikan harga
terjadi untuk pengrajin dengan produk.

75
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 31, No. 1 Tahun 2016

Dalam pemasaran kripik tempe Assauri, Sofjan. 1980. Manajemen


Desa Karangtengah Prandon, tempat Produksi. Jakarta: Lembaga
pemasaran umumnya tidak Penerbit FEUI
mengalami permasalahan. Biasanya Assauri, Sofjan. 1987. Manajemen
pengrajin menitipkan produk mereka Pemasaran: Dasar, Konsep, dan
dipusat oleh-oleh. Dan adapula Strategi. Jakarta: CV. Rajawali
pengrajin yang memilih tempat Basu Swastha Dharmmesta dan T.
pemasaran produk mereka untuk Hani Handoko. 1993. Manajemen
dipasarkan diluar Kota Ngawi agar Pemasaran, Analisa Perilaku
persaingan produk yang sejenis atau Konsumen. Yogyakarta: BPFE-
sama tidak tinggi. Yogyakarta
Dalam pemasaran kripik Beatti, Bruce & Robert Taylor.
tempe, pengrajin memiliki cara 1999. Ekonomi Produksi
distribusi produk yang berbeda-beda. (Penerjrmah Dr. Soeranto
Ada yang dititipkan melalui toko, Jososhardjono, MEC). Jogjakarta:
dan ada yang langsung pada Gajahmada University Press.
konsumen. Untuk pengrajin kripik Buchari, Alma. 2007. Manajemen
tempe dengan dititipkan ke toko Pemasaran & Pemasaran Jasa.
tidak mengalami permasalahan. Dan Bandung: CV: Alfabeta.
distribusi yang dilakukan secara Damsar, 1997. Sosiologi Ekonomi.
langsung juga tidak mengalami Jakarta: Raja Grafindo Persada.
permasalahan. Namun untuk Damsar & Indrayani. 2009.
distribusi kripik tempe keluar Kota Pengantar Sosiologi Ekonomi.
mengalami kesulitan dalam hal Jakarta: Kencana Prenadamedia
pengiriman produk karena kripik Group.
tempe sangat mudah pecah, dengan Dumairy. 1996. Perekonomian
begitu akan memiliki resiko yang Indonesia. Jakarta: Erlangga.
tinggi produk rusak sebelum sampai Grant, Robbert M. 1997. Analisis
ke tangan pembeli. Dengan adanya Strategi Kontemporer. Jakarta:
permasalahan seperti tersebut, Erlangga.
pengrajin mengatasinya dengan Jauch, Lawrence R. And William, F.
mendistribusikan hasil produksinya Glueck. 1999. Manajemen
dengan mengirim sendiri atau Strategi dan Kebijakan
diambil oleh pihak distributor atau Perusahaan. Jakarta: Erlangga.
konsumen langsung, agar produk Kartasapoetra, G. 2000. Praktik
tidak rusak. Dan harga yang Pengelolaan Koperasi. Jakarta:
diberikan lebih murah jika produk Rineka Cipta.
diambil sendiri ketempat produksi. Kuncoro, Mudrajad. 1997. Metode
Pada umumnya tidak ada Kuantitatif: Teori dan Aplikasi
permasalahan dalam hal promosi Usaha Bisnis dan Ekonomi.
karena sebagian besar belum Yogyakarta: UPP AMP YKPN
melakukan promosi secara aktif. Malayu, Hasibuan. 2000. Manajemen
Dalam memasarkan produknya Sumberdaya Manusia. Bandung:
masih dengan mengandalkan PT Bumi Aksara.
pemberian kualitas pada rasa produk Moloeng, Lexy J. 2007. Meode
kripik tempe mereka. Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosda Karya.
Daftar Pustaka

76
https://jurnal.uns.ac.id/dilema, Jurnal Sosiologi DILEMA, Vol. 31, No. 1 Tahun 2016

Mursid, M. 1997. Manajemen Kecil di Indonesia, P.T Mutiara


Pemasaran. Jakarta: Salema. Sumber Widya.
Nisemito, Alex S. 1981. Marketing. Tambunan, Tulus. 2012. Usaha
Jakarta: Ghalia Indonesia. Mikro Kecil dan Menengah di
Poerwodarminto, WJS. 1976. Kamus Indonesia: Isu-Isu Penting.
Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Jakarta: LP3ES.
Balai Pustaka. Terry , George R. (tjm.Winardi)
Prawirosentono, Suyadi. 2002. 1986. Asas-asas Manajemen.
Pengantar Bisnis Modern. Studi Jakarta: Bumi Aksara.
Kasus Indonesia dan Analisis Tim Kewirausahaa UNS. 2000.
Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara. Kewirausahaan. Surakarta: UNS
Radiosunu. 1994. Konsep Sistem dan Press.
Fungsi Manajemen Pemasaran. Tjiptono, Fandy. 1995. Strategi
Yogyakarta: BPFE. Pemasaran. Yogyakarta: Andi
Ritzer, George. 2004. Sosiologi Ilmu Offset.
Pengetahuan Berparadigma
Ganda. Jakarta: Raja Grafindo Lain-lain:
Persada. http://diskopperind-
Sarwono, Bambang. 2010. Usaha ngawi.blogspot.co.id/ diunduh
Membuat Tempe dan Oncom. pada tanggal 10 Oktober 2015 jam
Jakarta: PT Niaga Swadaya. 22.15 WIB
Soekanto, Soerjono. 1985. Kamus http://administrasipublik.studentjour
Sosiologi. Jakarta: Rajawali Press. nal.ub.ac.id/index.php/jap/article/
Stanton, William J. 1991. Prinsip view/742 diunduh pada tanggal 14
Pemasaran. Jakarta: Erlangga. Desember 2015 jam 21.45 WIB.
Sugiyono, 2013. Memahami http://tfj.sagepub.com/content/08/2/3
Penelitian Kualitatif. Bandung: 02 diunduh pada 14 Desember
Alfabeta 2015 jam 20.00 WIB.
Suhadi, 1984. Laporan Penelitian Peraturan Pemerintahan Nomor 38
Evaluasi Hasil-Hasil Pembinaan Tahun 2007 tentang Pembagian
Industri Kecil dalam Pelita III di Urusan Pemerintah Antara
Jateng. Surakarta. Pemerintahan, Pemerintahan
Suparmoko, M. Dan Maria R. Daerah Provinsi dan Daerah
Suparmoko. 2000. Ekonomika Kabupaten/Kota.
Lingkungan. Edisi Pertama, Undang-Undang Nomor 3 Tahun
Yogyakarta: BPFE 2014 tentang Perindustrian.
Supriyono, R A. 1990. Manajemen
Strategi dan Kebijakan Bisnis.
Yogyakarta: BPFE.
Suryadi, Prawiro Sentono. 2002.
Pengantar Bisnis Modern. Studi
Kasus Indonesia dan Analisis
Kuantitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Swastha, Basu. 1993. Manajemen
Penjualan. Jogjakarta: BPFE.
Tambunan, Tulus. 1999.
Perkembangan Industri Skala

77

You might also like