You are on page 1of 8

Jurnal Sylva Scienteae Vol. 01 No.

2 Oktober 2018 ISSN 2622-8963 (media online)

KONTRIBUSI INDUSTRI KERAJINAN ROTAN (Calamus spp) DAN


BAMBU (Bambusa sp) TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI DESA
PIHAUNG KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA KALIMANTAN
SELATAN
Contribution of Rattan Handicraft (Calamus spp) and Bamboo (Bambusa sp) to
Farmer’s Income in Pihaung, Hulu Sungai Utara, South Kalimantan
Rita Harijah, Daniel Itta dan Maghdalena Yoesran
Jurrusan Kehutanan
Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat
ABSTRACT:The purpose of this study is to calculate the income of craft and income of farmers,
contribute income, analyze the results of the income of craftsmen to the income of farmers. The
benefits of this research are to provide information to the government and related agencies in
solving the problems that occur and can be used as consideration in the processing of non-
timber forest products in Pihaung Village, Hulu Sungai Utara, South Kalimantan. The method
used in this research is purposive sampling method. The result of this research is Pihaung
Village people having livelihood as farmer, besides farming housewife make rattan and bamboo
handicraft which used as side job. Revenues earned from handicrafts, income / year from
lanjung craft for 10 artisans craftsmen Rp 46.605.000, income / year the result of tangguk craft
for 10 craftsmen Rp 24.150.000, income / year results from nyiru craft for 10 artisans Rp 29.150
, Income / year from cupikan craft result for 10 artisans Rp 29.150.000. income / year from
farming for 10 lanjung craftmen at Rp 88,250,000, income / year from farming for 10 tangguk
craftmen at Rp 88.312.500, income / year from farming for 10 nyiru craftmen at Rp 84.750.000,
income / year from the farming result for 10 cupikan craft at Rp 81,437,500. Contribution from
handicrafts for 40 respondents is 27.35% and contribution from farming result 72.65%.
Keywords: Contribution, Handicraft Industry, Rattan, Bamboo, Farmer's Income
ABSTRAK:Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menghitung pendapatan kerajinan
danpendapatan petani, mengontribusikan pendapatan, menganalisis hasil dari pendapatan
pengrajin terhadap pendapatan petani. Manfaat dari penelitian ini untuk memberikan informasi
terhadap pemerintah dan instansi yang berkaitan dalam pemecahan masalah yang terjadi serta
dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengolahan hasil hutan bukan kayu di
Desa Pihaung Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan.Metode yang digunakan
dalam penelitian ini ialah metode purposive sampling. Hasil dari penelitian ini ialah masyarakat
Desa Pihaung mempunyai mata pencaharian sebagai petani, selain bertani ibu rumah tangga
membuat kerajinan rotan dan bambu yang dijadikan sebagai pekerjaan sampingan.
Pendapatan yangdiperoleh dari hasil kerajinan,pendapatan/tahun dari hasil kerajinan lanjung
untuk 10 pengrajin ialah Rp 46.605.000, pendapatan/tahun hasil dari kerajinan tangguk untuk
10 pengrajin Rp 24.150.000, pendapatan/tahun hasil dari kerajinan nyiru untuk 10 pengrajin Rp
29.150.000, pendapatan/tahun dari hasil kerajinan cupikan untuk 10 pengrajin Rp 29.150.000.
pendapatan/tahun hasil dari bertani untuk 10 orang petani lanjung Rp 88.250.000,
pendapatan/tahun dari hasil bertani untuk 10 orang petani tangguk Rp 88.312.500,
pendapatan/tahun dari hasil bertani untuk 10 orang petani nyiru Rp 84.750.000,
pendapatan/tahun dari hasil bertani untuk 10 orang petani cupikan Rp 81.437.500. Kontribusi
dari hasil kerajinan untuk 40 responden ialah 27,35% dan kontribusi dari hasil bertani 72.65%.
Kata kunci: Kontribusi, Industri kerajinan, Rotan, Bambu, Pendapatan Petani
Penulis untuk korespondensi: Surel: Ritaharijah25@gmail.com

PENDAHULUAN yang mempunyai manfaat sangat besar bagi


kebutuhan manusia. Rotan merupakan
sumber daya yang bermanfaat bagi
Hutan merupakan karunia Tuhan Yang masyarakat untuk memenuhi salah satu
Maha Esa yang di anugrahkan kepada kita kebutuhan pendapatan dari hasil pertanian.
sebagai kekayaan alam yang tidak ternilai. Kebutuhan rotan di Indonesia sangat tinggi
Hutan juga merupakan sumberdaya alam terutama dibidang kerajinan seperti industri

272
Harijah, R. et al. 2018. Kontribusi Industri Kerajinan … (01): 272-279

kecil dan rumah tangga. Rotan juga METODE PENELITIAN


merupakan salah satu Hasil Hutan Bukan
Kayu (HHBK). Tempat dan waktu
Rotan pada awalnya digunakan sebagai
bahan tali dan alat yang digunakan untuk Pelitian ini dilaksakan di Desa Pihaung
menangkap ikan. Setelah adanya Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan
perubahan minat dan pengembangan Selatan. Waktu penelitian dimulai bulan
zaman serta kebutuhan ekonomi maka agustus 2017 sampai bulan oktober 2017 ini
berkembang keahlian dan keterampilan yang meliputi kegiatan lapangan, persiapan,
masyarakat rotan dijadikan berbagai olahan pengmbilan data dan pengolahan serta
atau kerajinan. Industri pengolahan dan pembuatan laporan penelitian (skripsi).
kerajinan rotan dan bambu di Indonesia
merupakan salah satu industri kecil yang Alat dan Bahan
mempunyai prospek yang cukup dimasa
yang akan datang. Disisih lain produk HHBK Objek yang digunakan untuk melakukan
merupakan salah satu sumberdaya yang penelitian ini ialah para pengrajin rotan yang
mempunyai keunggulan komperatif yang terdapat di Desa Pihaung Kabupaten Hulu
bersinggungan dengan masyarakat disekitar Sungai Utara Kalimantan Selatan
hutan, hal ini telah terbukti dapat Peralatan yang digunakan dalam penelitian
memberikan dampak peningkatan ini
penghasilan masyarakat sekitar hutan dan
memberikan kontribusi yang berarti bagi 1. Kuesioner
penambahan pendapatan devisa Negara 2. Kamera digunakan untuk dokumentasi
(Sumadi-wangsa dan Setyawan, 2001). 3. Kalkulator
Maulina (2004), pengolahan rotan selain 4. Alat tulis menulis
pembersihan dan pengeringan juga rotan 5. Komputer
diawetkan. Pengawetan dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu: perendaman dalam Prosedur penelitian
air dan perendaman dalam larutan bahan
pengawet seperti sublimate arsen, perusi, Metode pengumpulan data
boraks dan lainnya. menggunakan metode survei dan
wawancara dilakukan untuk mendapatkan
Bambu bagi masyarakat bukanlah data yang sesuai dengan penelitian secara
tanamna asing khususnya pada masyarakat langsung dilapangan, yang dilakukan di
pedesaan.Tanaman bambu merupakan Desa Pihaung Kabupaten Hulu Sungai
bagian kehidupan bagi masyarakat, baik Utara Kalimantan Selatan.
untuk perabotan rumah tangga , bahan
bangunan rumah, dan bahan sayuran. Parameter yang akan diteliti
Bambu merupakan hasil hutan bukan kayu
(HHBK) yang berpotensial sebagai
Parameter yang diteliti dalam penelitian
pengganti kayu. Bambu dijumpai dihutan
ini ialah berapa besar pendapatan petani
alam, hutan tanaman, hutan rakyat. Bambu
yang diperoleh dari kerajinan dan kontribusi
dikenal masyrakat memiliki sifat-sifatyang
yang diperoleh dari hasil pendapatan
baik untuk dimanfaatkan antara lain:
pengrajin dan pendapatan petani serta
batangnya lurus, dan rata, mudah dibelah,
berapa besar pengaruh dari pendapatan
mudah diangkut dan mudah dikerjakan,
pengrajin terhadap pendapatan petani.
serta dilihat dari segi ekonominya bambu
lebih murah dibandingkan dengan bahan
Pengumpulan data primer
bangunan. Jenis-jenis bambu yang
digunakan di Indonesia adalah bambu tali,
Pengumpulan data primer menggunakan
bambu apus, bambu andong hitam.
kuesioner dan wawancara pada responden.
Beberapa jenis bambu digunakan sebagai
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara
bahan kerajinan seperti supit, alat ibadah,
purposive sampling (secara sengaja)
barang kerajinan, kap lampu, peralatan
dengan kriterian pengrajin sebagai berikut
dapur, alat music, dan lainnya ( Krisdianto
umur, pendidikan status dan jumlah anggota
dkk, 2000).
keluarga. Selanjutnya pemilihan responden
dipilih secara acak yaitu dari 100 pengrajin
di Desa Pihaung. Di ambil sampel 40% dari
pengrajin, khususnya untuk 10 pengrajin

273
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 01 No. 2 Edisi Oktober 2018

lanjung, 10 pengrajin tangguk, 10 pengrajin dapat dibedakan atas pendapatan yang


nyiru dan 10 pengrajin cupikan. bersumber dari luar usaha tani dan
pendapatan dari sumber usaha tani.
Pengumpulan data skunder Pendapatan total petani merupakan
penjumlahan pendapatan dari usaha tani
Pengumpulan data skunder diperoleh dan dari luar usaha tani. Dengan
dari hasil pencatatan diberbagai sumber membandingkan besarnya pendapatan dari
yang ada hubunganya dengan penelitian usaha tani yang ada dengan pendapatan
misalnya penduduk, geologi, serta keadaan total maka akan diketahui besarnya
umum di daerah penelitian. Data skunder kontribusi pendapatan dari usaha tani
adalah data yang didapatkan dar dokumen, tersebut (Simatupang, 1988).
laporan atau langsung dari instansi yang
Kontibusi pendapatan merupakan
berwewenang. Data data yang diperlikan perbandingan antara pendapatan dari suatu
berupa dokumen, hasil survei, dokumentasi, usaha terhadap pendapatan total dikalikan
dan wawancara, sedangkan sumber data
100%. Dengan demikian kontribusi
berasal dari masyarakat yang ada di Desa
pendapatan dapat diartikan sebagai
Pihaung, Hulu Sungai Utara, Kalimantan
besarnya peranan dalam usaha terhadap
Selatan.
pendapatan secara keseluruhan yang
biasanya dinyatakan dalam bentuk
Analisis Data persentase kontribusi suatu pendapatan
total yang diperoleh (winardi, 1982).
Besarnya pendapatan petani pengrajin
Pemasaran Produk
Pendapatan pengrajin rotan dan bambu
Menurut Sukirno (2000), pendapatan Pola pemasaran menurut Rismunandar dan
individu merupakan pendapatan yang Paimin (2001) yaitu Pasar Lokal
diterimaseluruh rumah tangga dalam
Pasar lokal merupakan bentuk
perekonomian dari pembayaran atas
penjualan produk yang dilakukan didalam
penggunaan faktor-faktor produksi yang
negeri, mulai anatar desa hingga antara
dilimikinya dan dari sember lain. Menurt
pulau. Biasanya kualitas produk yang
Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah
ditawarkan dalam pasar ini tidak sesuai
penghasilan yang diterima oleh pendududk
pasar ekspor.
atas prestasi kerjanya selama satu periode
tertentu, baik harian, mingguan, bulanna,
tahunan. Kegiatan usaha pada akhirnya kan
memperoleh pendapatan berupa nilai uang HASIL DAN PEMBAHASAN
yang diterima dari penjualan produk yang
dikurangi biaya yang telah dikeluarkan.
Sasmita (2000) menyatakan bahwa biaya Pendapatan petani dari hasil produksi
produksi terdiri dari biaya tetap(fixed) dan kerajinan rotan dan bambu
biaya tidak tetap(variabel). Gitosudarmo
(2001), biaya variabel merupakan biaya Penelitian kerajinan rotan dan bambu
bahan baku. yang dilakukan di Desa pihaung yaitu
kegiatan pembuatan anyaman rotan dan
Pendapatan diluar kerajinan bambu yang dikerjakan oleh masyarakat
setempat sudah menjadi tradisi turun
Rata pendapatan adalah penerimaan temurun. Masyaraka di Desa Pihaung
produsen dari outputnya yang dijual, dimana bermata pencaharian sampingan yaitu
rata-rata pendapatan didapat dari hasil bagi pembuatan kerajinan rotan dan bambu yang
antara tota pendapatan dengan jumlah berbentuk anyaman seperti lanjung,
output yang dijual. tangguk, nyiru, dan cupikan. Masyarakat
menggunakan rotan semambu (Calamus
Kontribusi scipionum) dan bambu apus (Gigantochloa
apus kusz). Masyarakat pengrajin rotan dan
Melihat besarnya sumbangan (kontribusi) bambu rata berusia produktif yaitu
masing-masing cabang usaha terhadap masyarakat yang berusia 15 hingga 64
pendapatan keseluruhan dapat dilihat tahun. Dari hasil perhitungan pendapatan
dengan ukuran pendapatan. Pendapatan kerajinan diperoleh pendapatan yang
dihasilkan dari masing-masing kerajinan

274
Harijah, R. et al. 2018. Kontribusi Industri Kerajinan … (01): 272-279

seperti kerajinan lanjung yang terdiri dari 10 setahun sebesar Rp 2.415.000, untuk
orang sedangkan untuk masyarakat non kerajinan nyiru yang terdirin dari 10 orang
produksi yang berumur lebih dari 64 dalam pengrajin, memperoleh pendapatan selama
pembuatan kerajinan rotan dan bambu tidak setahun Rp 2.915.000, dan kerajinan
bekerja. Pendapatan yang diperoleh dari cupikan yang diambil dari 10 orang
hasil kerajinan rotan dan bambu yang terdiri pengrajin memperoleh pendapatan selama
dari 40 pengrajin. Pendapatan pengrajin setahun Rp 2.415.000.
lanjung yang terdiri dari 10 orang pengrajin
Hasil pengamatan diperoleh pendapatan
yang setiap orang memperoleh pendapatan
petani dari kerajinan rotan dan bambu yang
selama setahun sebesar Rp 4.660.500.
disajikan pada Tabel 3, sedangkan
Sedangkan untuk kerajinan tangguk yang
pendapatan petani dari hasil perdagangan
tertidri dari 10 orang pengrajin, setiap
produksi disajikan pada Tabel 4 sebagai
pengrajin mendapatkan pendapatan selama
berikut:

Tabel 1. Pendapatan kerajinan selama setahun


No Pengrajin/10 Pendapatan Biaya produksi Penyusutan Pendapatan Pendapatan
orang /kerajinan tahun /tahun (Rp) peralatan (Rp) bersih/tahun (Rp) perbulan (Rp)
(Rp)
1 Lanjung 312.500.000 265.000.000 895.000 46.605.000 4.660.500
2 Tangguk 75.000.000 50.000.000 850.000 24.150.000 2.415.000
3 Nyiru 187.500.000 157.500.000 850.000 29.150.000 2.915.000
4 Cupikan 187.500.000 157.500.000 850.000 29.150.000 2.915.000
Jumlah 762.500.000 630.000.000 3.445.000 129.055.000 12.905.500

Berdasarkan dari Tabel 3 pendapatan masing-masing kerajinan mendapatkan


pengrajin menunjukan bahwa pendapatan keuntungan seperti kerajinan lanjung satu
dari hasil kerajinan selama setahun adalah unitnya mendapatkan keuntungan sebesar
Rp 129.055.000 dan pendapatan/bulan Rp Rp 5.000, satu unit tangguk mendapatkan
12.905.500. Pendapatan yang tertinggi keuntungan Rp 3.000, untuk satu unit nyiru
dalam kerajinan ini ialah kerajinan lanjung memperoleh keuntungan Rp 3.000, dan satu
yaitu pendapatan/tahun Rp 46.605.000 dan unit cupikan memperoleh keuntungan Rp
pendapatan terendah ialah kerajinan 3.000. Jadi bahan-bahan yang dibutuh untuk
tangguk pendapatan/tahun Rp 24.150.000. memproduksi kerajinan rotan dan bambu
Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya peminat pada masing-masing kerajinan memiliki
lanjung pada musim panen padi karena keperluan yang berbeda-beda.
sangat berguna untuk mengangkut padi
Produksi lanjung memerlukan 1 batang
kedarat, selain digunakan untuk
rotan dengan harga Rp 2.000, 1 ikat bambu
mengangkut lanjung juga digunakan untuk
belah seharga Rp 60.000 serta 5 kitrit, harga
membawa jagung dan hasil pertanian
satu kitritnya Rp 2.000.Sedangkan untuk
lainnya. Sehingga dimanfaat kan oleh
produksi tangguk memerlukan 1 batang
pengrajin untuk menjual hasil kerajinannya
rotan dan memerlukan 1 kitrit dengan harga
lebih mahal. Selain lanjung, tangguk juga
Rp 2.000, dan 1 ikat bambu belah dengan
diminati oleh masyarakat untuk menangkap
harga Rp 60.000. Sedangkan untuk
ikan. Masing-masing kerajinan mempunyai
produksi nyiru memerlukan 1 ikat bambu
harga jual dan harga pasar yang berbeda-
belah, dan memerlukan 1 batang rotan dan
beda seperti harga jual kerajinan lanjung
2 kitrit. Sedangkan untuk keperluan bakul,
satu unitnya seharga Rp 125.000, untuk
memerlukan 1 ikat bambu belah,
kerajinan tangguk harga jual satu unitnya
memerlukan 1 batang rotan dan 3 kitrit.
seharga Rp 15.000 dan harga jual pada
Biasanya masyarakat memulai
kerajinan nyiru untuk satu unitnya seharga
kegiatankerajinan setelah bakda dzuhur,
Rp 25.000, untuk harga cupikan satu
dalam pengerjaannya setiap kerajinan
unitnya seharga Rp 25.000. Sedangkan
mempunyai jam kerja yang berbeda-beda,
untuk harga pasarnya kerajinan lanjung Rp
ada yang bekerja mulai jam 13.00 – 18.00
130.000, harga pasar kerajinan tangguk Rp
dan ada juga yang mulai kerja jam 12.00 –
18.000, harga pasar kerajinan nyiru Rp
17.00. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa
28.000 dan harga pasar kerajinan cupikan
pendapatan petani lebi besar dibandingkan
Rp 28.000. Maka dari data hasil penjual dan
dengan pendapatan pengrajin, hal ini
harga pasar diperoleh keuntungan, jadi
dipengaruhi oleh jam kerja yang di mulai dari

275
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 01 No. 2 Edisi Oktober 2018

siang sehingga hasil yang di produksi lebih pendapatan/tahun Rp 9.862.500, Hj barihah


sedikit, apa lagi kalauudah musim panen pendapatan/tahun Rp 9.862.500, Jahadah
atau tanam maka para pengrajin pendapatan /tahun Rp 6.425.000, Rahmah
berhentimemproduksinya. Maka untuk pendapatan/tahun Rp 6.425.000, Fajeriati
meningkatkan penghasilan pengrajin perlu pendapatan /tahun Rp 13.300.000.
ditingkatkan lagi jam kerja bisa dimulai dari Pendapatan bertani nyiru yang terdiri dari
pagi sampai sore. 10 orang petani yaitu Hj hamidah
pendapatan/tahun Rp 9.862.500, Rusmini
Pendapatan bertani yang dihasilkan dari
pendapatan/tahun Rp 13.300.000, Hamidah
usaha tani untuk petani pengrajin yang
pendapatan/tahun Rp 9.862.500, Siti
terdiri dari 40 orang petani, maka
jubaidah pendapatan /tahun Rp 6.425.000,
pendapatan bertani lanjung
Norsihan pendapatan/tahun Rp 6.425.000,
yaitu Normaliyah pendapatan/tahun
Huspiah pendapatan/tahun Rp 13.300.000,
Rp 6.425.000, Kasmilah pendapatan/tahun
Jannatul huda pendapatan bertani pertahun
Rp 6.425.000, Mursida yani
Rp 6.425.000, Rusidah pendapatan/tahun
pendapatan/tahun Rp 6.425.000, Miskiah
Rp 6.425.000, Nuriah pendapatan/tahun
pendapatan /tahun Rp 9.862.500, Hilmah
Rp 6.425.000, Nuriana pendapatan/tahun
pendapatan/tahun Rp 9.862.500, Jadidah
Rp 6.425.000.Sedangkan untuk pendapatan
pendapatan /tahun Rp 6.362.500, Siti
bertani cupikan yang terdiri dari 10 orang
khadijah pendapatan/tahun Rp 13.300.000,
petani antara lain Janiah pendapatan/tahun
Rahmi pendapatan/tahun Rp 13.300.000,
Rp 6.425.000, Hamidah pendapatan/tahun
Rusliani pendapatan/tahun Rp 6.425.000
Rp 9.862.500, Rumayah pendapatan/tahun
dan Khadijah pendapatan/tahun
Rp 9.862.500, Hj maisaroh
Rp 9.862.500. Pendapatan bertani tangguk
pendapatan/tahun Rp 9.862.500, Maswah
yang terdiri dari 10 orang petani anatara lain
pendapatan/tahun Rp 6.425.000, Ernawati
Hj rohani pendapatan/tahun Rp 9.862.500,
pendapatan/tahun Rp 9.862.500,
Khairani pendapatan/tahun Rp 6.425.000,
Rahmaniah pendapatan/tahun
Mardati kamila pendapatan/tahun
Rp 6.425.000, Jumiati pendapatan /tahun
Rp 6.425.000, Julaida pendapatan/tahun
Rp 6.425.000, Amira pendapatan/tahun
Rp 6.425.000, Julia rahmi pendapatan/tahun
Rp 9.862.500, Yulianti pendapatan/tahun
Rp 13.300.000, Nurmayani
Rp 6.425.000.

Tabel 2. Pendapatan bertani


No Petanipengrajin Pendapatan Biaya Pendapatan Pendapatan
kotor (Rp) produksi (Rp) bersih (Rp) perbulan (Rp)

1 Petani lanjung 94.500.000 6.250.000 88.250.000


8.825.000
2 Petani tangguk 94.500.000 6.187.500 88.312.500
8.831.250
3 Petani nyiru 91.000.000 6.250.000 84.750.000
8.475.000
4 Petani cupikan 87.500.000 6.062.500 81.437.500
8.143.750
Jumlah 367.500.000 24.750.000 342.750.000
34.275.000

Berdasarkan dari tabel rekapitulasi kerajinan anyaman rotan dan bambu.


pendapatan petani di atas diperoleh Pentapatan yang lebih tinggi terdapat pada
pendapatan petani selama setahun Rp petani tangguk Rp 88.312.500 dan
342.750.000dan pendapatan perbulan Rp pendapatan terendah pada petani cupikan
34.275.000, masyarakat Desa Pihaung Rp 81.437.500 hal ini di pengaruhi oleh luas
pokok mata pencaharian ialah lahan dan banyaknya hasil padi yang
bertani/bersawah, mereka bertanam dipanen.
setahun sekali, untuk menunggu musim
Berdasarkan dari hasil wawancara
tanam berikutnya masyarakat mengerjakan
dengan petani pengrajin, maka ada
pekerjaan sampingan yaitu membuat
beberapa faktor penghambat pembuatan
kerajinan tersebut, yaitu

276
Harijah, R. et al. 2018. Kontribusi Industri Kerajinan … (01): 272-279

Keterlambatan bahan baku anyaman rotan dan bambu yang diperoleh


dari 40 pengrajin maka pendapatan dari
Rotan dalam pembuatan kerajinan setiap hasil kerajin berbeda-beda yanitu
sangat berperan penting yaitu sebagai kerajinan lanjung,Normaliyah kontribusi
bahan baku dari usaha kerajinanaini pendapatan sebesar 42.04%, Kasmilah
menggunakan bahan-bahan rotan. Selain kontribusi pendapatan sebesar 32.09%,
rotan masyarakat di Desa Pihaung juga Mursida yani kontribusi pendapatan sebesar
menggunakan bambu sebagai bahan untuk 32.09%, Miskiah kontribusi pendapatan
membuat kerajinan. Seringkali untuk sebesar 32.09%, Hilmah kontribusi
menpedapatan bahan baku sering pendapatan sebesar 42.04%, Jadidah
mengalami kendala yang diakibatkan oleh kontribusi pendapatan sebesar 25.86%, Siti
cuaca yang tidak mendukung, karena bahan khadijah kontribusi pendapatan sebesar
baku yang diperlukan diperoleh dari luar 42.04%, Rahmi kontribusi pendapatan
daerah maka dari itu para pengrajin sebesar 42.04%, Rusliani kontribusi
memperoleh bahan baku dari tengkulak atau pendapatan sebesar 25.86%, Khadijah
pengumpul yang menyediakan, dengan kontribusi pendapatan sebesar
konsekuen harga yang mahal. Untuk 42.04%.Kontribusi kerajinan tangguk yang
mengatasi keterlambatan bahan baku terdiri dari 10 orang pengrajin yaitu Hj rohani
masyarakat menyetok keperluan bahan kontribusi pendapatan sebesar 19.67%,
baku untuk beberapa kali produksi. Khairani kontribusi pendapatan sebesar
27.32%, Mardati kamila kontribusi
Pemasaran
pendapatan sebesar 27.32%, Julaida
Pemasaran produk kerajinan rotan dan kontribusi pendapatan sebesar 27.32%,
bambu biasanya ada yang dijual ke Julia rahmi kontribusi pendapatan sebesar
pengumpul, ada juga yang dipasarkan 15.37%, Nurmayani kontribusi pendapatan
secara langsung dan sebagian besar sebesar 19.67%, Hj barihah kontribusi
pengrajin menjual hasil kerajinannya pendapatan sebesar 19.67%, Jahadah
dirumah. Jika ada seorang konsumen yang kontribusi pendapatan sebesar 27.32%,
memesannya maka pengrajin tidak menjual Rahmah kontribusi pendapatan sebesar
kepengumpul atau menjual langsung 27.32%, Fajeriati kontribusi pendapatan
kepasar. Ruanglingkup pemasaran produk sebesar 15.37%.
kerajinan rotan dan bambu berada dipassar Kontribusi kerajinan nyiru yang terdiri dari
lokal yang biasanya terjadi pada hari kamis
10 0rang pengrajin antara lain Hj hamidah
setiap satu minnggu sekali.
kontribusi pendapatan sebesar 22.81%,
Peralatan Rusmini kontribusi pendapatan sebesar
17.98%, Hamidah kontribusi pendapatan
Proses pembuatann kerajinana masih sebesar 22.81%, Siti jubaidah kontribusi
tradisional karena masih menggunakan cara pendapatan sebesar 27.32%, Norsihan
manual, hal ini dapat menjadik faktor kontribusi pendapatan sebesar 31.21%,
penghambat karena dengan tidak adanya Huspiah kontribusi pendapatan sebesar
komponen mesin dalam pembuatan 17.98%, Jannatul huda kontribusi
kerajinan maka tingkat produktifitas pendapatan sebesar 31.63%, Rusidah
kerajinan tergolong rendah. kontribusi pendapatan sebesar 31.21%,
Modal Nuriah kontribusi pendapatan sebesar
31.21%, Nuriana kontribusi pendapatan
Pada dasarnya dalam pembuatan sebesar 31.21%.kontribusi kerajinan
kerajinan rotan dan bambu ini tidak cupikan yang terdiri dari 10 orang pengrajin
memerlukan modal yang besar. Meskipun antara lain Janiah kontribusi pendapatan
ada Koperasi Unit Desa (KUD) masyarakat sebesar 27.32%, Hamidah kontribusi
tetap menggunakn modal pribadi karena pendapatan sebesar 19.67%, Rumayah
modal yang ada di Desa tidak dikelola kontribusi pendapatan sebesar 19.67%, Hj
dengan baik, sehingga masyarakat tidak maisaroh kontribusi pendapatan sebesar
mau meminjam ke KUD. 19.67%, Maswah kontribusi pendapatan
sebesar 27.32%, Ernawati kontribusi
Kontribusi pendapatan kerajinan rotan pendapatan sebesar 15.31%, Rahmaniah
dan bambu dan pendapatan perkapita kontribusi pendapatan sebesar 27.32%,
Jumiati kontribusi pendapatan sebesar
Kontribusi kerajinan rotan dan bambu 27.32%, Amira kontribusi pendapatan
yang dihasilkan dari hasil penjualan produk sebesar 15.31%, Yulianti kontribusi

277
Jurnal Sylva Scienteae Volume. 01 No. 2 Edisi Oktober 2018

pendapatan sebesar 27.32%.Dari hasil data diperoleh rekapitulasi total kontribusi dan
pengamatan kontribusi kerajinan rotan dan pendapatan total yang disajikan pada tabel
bambu terhadap pendapatan petani maka 5 sebagai berikut:

Tabel 3. kontribusi pendapatan pengrajin terhadap pendapatan petani


No Pendapatan Jumlah Kontribusi (%)
1 Pengrajin rotan dan bambu 129.055.000
27.35%
2 Bertani 342.750.000
72.65%
Jumlah 471.805.000
100%

Berdasarkan dari hasil tabel 5 dapat Pengaruh pendapatan pengrajin rotan


dilihat bahwasannya pendapatan kerajinan dan bambu terhadap pendapatan petani
rotan dan bambu menyumbang 27.35 Hasil analisis persamaan regresi linier
%artinya pendapatan yang berasal dari sederhana menunjukan pengaruh
kerajinan lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan kerajinan terhadap pendapatan
pendapatan dari hasil bertani. Tentu saja total, maka dilakukan analisis statistik yang
untuk kontribusi terbesar dalam menopang menghasilkan bentuk persamaan regresi
kehidupan petaniialah , berasal dari luar yang selanjutnya dilakukan uji F dengan
kerajinan rotan dan bambu. Dari data Tabel keragamaan sebagai berikut:
5 diperoleh pendapatan perkapita yaitu Rp
1.315.256

Tabel 4. Regresi sederhana


Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F table
keragaman bebas kuadrat tengah 5% 1%
Regresi 1 3,537. 1013 3,537.1013 4,59 *(nyata) 4,10 7,35
Galat/sisa 38 2,927.1014 7,704.1012
Total 39 3,281.1014

Berdasarkananalisis regresi linier KESIMPULAN DAN SARAN


sederhana menjelaskan hubunganantara
pendapatan kerajinan rotan dan bambu
terhadap pendapatan total. Pada penelitian Kesimpulan
ini pendapatan total menjadi variabel tidak
bebas(dependent variabel) atau variabel Y, Kesimpulan yang didapat dari penelitian
sedangkan untuk pendapatan kerajinan sebagai berikut:
rotan dan bambu menjadi variabel bebas
(independent variabel) atau variabel X. Pendapatan hasil kerajinan/tahun Rp
Maka dari itu hasil regresi linier sederhana 129.055.000 dan pendapatan hasil
menunjukan bahwa hasil yang diperoleh dari kerajinan/bulan Rp 12.905.500, Pendapatan
pendapatan pengrajin dan pendaptan petani hasil bertani/tahun Rp 342.750.000 dan
yakni mempunyai pengaruh antara F hitung pendapatan hasil bertani/bulan Rp
(4,59) > F tabel pada taraf kepercayaan 5% 34.275.000. Kontribusi kerajinan rotan dan
(4,10) atau 1%(7,35). Maka dapat bambu terhadap pendapatan total petani
disimpulkan bahwa F hitung berpengaruh pengrajin kecil yaitu 27,35% dan kontribusi
terhadap F tabel yang taraf keperjaannya terbesar yaitu di luar usaha kerajinan rotan
5% hal ini menunjukkan bahwa Hi ditolak dan bambu 72,65% yang merupkan
dan Ho diterima artinya persamaan regresi pekerjaan pokok masyarakat
yang diperoleh berpengaruh nyata dan setempat.Pendapatan kerajinan Rp
berbanding berbintang 1, jadi pendapatan 129.055.000 berpengaruh nyata terhadap
kerajinan berpengaruh terhadap pendapatan pendapatan total Rp 471.805.000 pengrajin
petani. yaitu F hitung 4,59 dan F tabel 4,10 pada

278
Harijah, R. et al. 2018. Kontribusi Industri Kerajinan … (01): 272-279

taraf kepercayaan 5%, terima Ho dan Sasmita, Elly.2000. Rotan Indonesia,


menolak Hi artinya pendapatan kerajinan kanisius, Yogyakarta.
berpengaruh (berkontribusi 27,35%)
Sumadiwangsa, S. dan D. Setyawan. 2001
terhadap pendapatan total petani pengrajin. Konsep Strategi PenelitianHasil Hutan
Bukan Kayu di Indonesia. Bulletin
Saran Penelitian Hasil Hutan 2 (2). Puslitbang
Hasil Hutan. Bogor.
Berdasarkan dari hasil penelitian ini penulis
menyarankan untuk meningkatkan hasil Krisdianto dan Jasni. 2006. Pelengkungan
produksi kerajinan masyarakat perlu dalam Industri Pengolahan Rotan. Info
meningkatkan kualitas, desain dan bentuk, Hasil Hutan 12 (1). Puslitbang Hasil
penulis juga menyarakan jika ada perlatihan Hutan. Bogor.
tentang kerajinan masyarakat diharapkan Sukirno, Sadono. 2000. Mikro Ekonomi
agar mengikutinya. Modern: Pengembangan Pemikiran dari
Klasifikasi sampai Keynesian Baru, Edisi
1. PT Raja Grafindo, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Sukirno, Sadono. 2006. Ekonimi
Pembangunan. Proses, Masalah dan
Kebijakan, Kencana Prenada Media
Gitosudarmo, h. Indriyo. 2001. Manajemen group
Strategis. Fakultas Ekonomi Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta. Simatupang, P.1988. Metode Analisis
ekonomi Produk, konsumsi, Pendapatan
Maulina 2004. Peranan Industri kecil meubel dan Alokasi Tenaga Kerja keluarga
rotan terhadap produk domestic regional Petani.Pusat Penelitian dan
bruto(PDRB) kecamatan Landasan Ulin Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Kota Banjarbaru kalimantan selatan.
Skripsi fakultas kehutanan Universitas Wirandi,Prof.Drs.SE.1982. Kamus Ekologi
lambung Mangkurat Banjarbaru tidak Inggris. Madan Maju, Jakarta.
dipublikasikan.
Rismunandar dan Paimin, F. B. 2001. Kayu
Manis, Budidaya dan Pengolahan. Edisi
revisi Penerbit Penebar Swadaya,
Jakarta.

279

You might also like