Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
One kinds of Non Timber Forest Products (NTFPs) which high economic value is a product derived from rattan fruit
called “jernang” or dragon blood’s. Jernang is used for colloring in batik industry and porcelain industry, as a mixture
of cure such as wounds medicine.
The research was conducted to analyse the potential of jernang rattan fruit and to describe the technique of
harvesting jernang rattan fruit of the community. The reseach was conducted at natural forest and community forest at
Sarolangun district at Jambi Province
Potential of jernang at natural forest is 96.51 tons per year and form the community forest is 130.16 ton per year,
therefore the total potential of jernang from Sarolangun district is about 226.66 tons per year.
The mature fruit which suitable to be harvested is the rippen enough. The colour of ripe jernang fruit which suitable
to be harvested is the brownish red color. The fruit takes time about 11−13 months to be ripe fruit. Farmers harvest the
fruit by using a hook tool and a pole, then if the rattan is too high the farmer climbs its host tree.
masyarakat tentang luas tanaman rotan jernang dan Hasil inventarisasi Siswanto dan Wahjono (1996) di
jumlah panen per rumpun. Penelitian dilaksanakan di Hutan Alam Sarolangun-Bangko, dalam 1 ha ditemukan
Hutan Rakyat (HR) Desa Lamban Sigatal Kecamatan jernang sebanyak tiga rumpun. Namun, pencari jernang
Pauh Kabupaten Sarolangun, Jambi. Luas hutan rakyat menyatakan bahwa dalam 1 ha hutan blok Bukit Bahar
dan luas hutan alam diperoleh dari data sekunder. Tajau Pecah paling sedikit ditemukan tiga rumpun
Dikumpulkan data tentang luas hutan alam dan potensi jernang. Berdasarkan wawancara masyarakat, dalam
jernang perhektar di hutan alam maupun hutan rakyat. satu rumpun terdapat lima batang, sehingga terdapat 15
Potensi per hektar dapat diketahui dari banyaknya batang/ha. Menurut masyarakat 60% betina sehingga
rumpun rotan per hektar, banyaknya rotan yang siap sembilan batang/ha siap berbunga. Dalam satu batang
berbunga dalam satu rumpun, jumlah batang perumpun menghasilkan lima sampai enam tandan buah, pada
dan jumlah tandan perbatang, serta jumlah buah dalam umumnya dalam satu kali panen hanya tiga tandan yang
satu tandan setiap kali panen. Dikumpulkan informasi berbuah, sehingga menghasilkan 27 tandan buah/ha.
berapa kali panen setiap tahunnya. Dari 50 tandan dapat menghasilkan 1 kg jernang
sehingga dari 27 tandan menghasilkan 0,54 kg/ha.
Potensi jernang pertahun (ton/ha/tahun) = Jumlah Panen dilakukan dua kali dalam satu tahun yaitu panen
rumpun x jumlah batang siap berbuah x jumlah tandan raya dan panen sela sehingga dapat menghasilkan 1,08
x jumlah buah pertandan x frekuensi panen pertahun x 1 kg/ha/th.
hektar Sumber jernang di Kabupaten Sarolangun terdapat
di dua tempat yaitu Kecamatan Air Hitam dan Pauh.
Cara yang digunakan untuk memperoleh informasi Potensi jernang di Hutan Alam blok Bukit Bahar Tajau
mengenai teknik pemanenan buah rotan jernang adalah Pecah Kecamatan Air Hitam sebesar 96,51 ton/ha dan
melalui pengamatan langsung di lapangan yaitu di Hutan Rakyat. Lamban Sigatal Kecamatan Pauh
mengamati teknik masyarakat memanen buah rotan sebesar 130,16 ton/ha. Total potensi jernang di
jernang dengan mengetahui ciri-ciri kemasakan buah Kabupaten Sarolangun dapat dihitung sebesar 226,66
yang siap untuk dipanen dan alat pemanenan yang ton/ha (Tabel 1). Jernang laku dijual dipasaran seharga
digunakan. sampai dengan Rp 700.000/kg.
memotong batang rotan maka sangsinya adalah dari Desa Lamban Sigatal sudah mulai kesulitan dalam
dikeluarkan dari desa atau diasingkan sehingga petani mencari buah rotan jernang, karena rotan jernang yang
menghindari memotong batang rotan walaupun kondisi berada disekitar desa sudah sulit diperoleh. Petani
tidak memungkinkan untuk mengambil buah. Buah berlomba-lomba mencari buah rotan jernang ke
yang dipanen adalah buah yang sudah tua namun belum kawasan hutan blok Bukit Bahar Tajau Pecah karena
terlalu masak. jernang dianggap bernilai jual yang tinggi. Pencarian
Pengumpulan buah didasarkan kepada masaknya buah rotan jernang dilakukan secara berkelompok dan
buah dengan ciri kemasakan sesuai dengan warna. Buah mengolahnya langsung di dalam hutan. Petani hanya
rotan jernang yang sudah tua berwarna cokelat membawa pulang biji dan serbuk jernang yang
kemerahan. Buah yang menghasilkan banyak jernang diperoleh dari proses penumbukan.
adalah buah yang tua namun belum terlalu masak. Apabila dilihat dari daur dan masa produksi, rotan
Apabila buah yang dipetik sudah masak maka resin jernang mulai berbuah pada umur empat tahun. Tandan
yang terkandung dalam buah rotan jernang telah buah akan keluar dari pangkal ruas bagian atas setelah
berkurang karena resin dapat mencair dengan sendirinya itu tandan buah akan keluar terdiri dari sejumlah calon
dan membusuk. buah dalam jumlah yang dipengaruhi oleh umur pohon.
Masyarakat mengambil buah rotan jernang dengan Masa proses pembuahan hingga buah dalam satuan
menggunakan galah panjang dan alat pengait yang tandan akan masak memerlukan waktu antara 11 sampai
terbuat dari kayu untuk melilitkan tandan buah. 13 bulan. Secara umum antara satu sampai dua bulan
Kesulitan dalam memanen buah rotan jernang adalah sebelum buah masak, potensi resin yang terbentuk
apabila rotan terlalu tinggi maka masyarakat harus sangat optimal. Waktu panen jernang dalam satu tahun
memanjat pohon inang dengan kondisi licin dan adalah dua kali yaitu pada bulan April dan September
terhalang oleh duri rotan dan ranting pohon, terkadang (Winarni et al. 2005).
buah rotan jernang yang terkait beberapa terlepas dari Berdasarkan hasil wawancara masyarakat, jernang
tandannya karena terlalu kuat menarik tandan buah tumbuh merambat ke atas apabila menemukan pohon
rotan jernang. Buah rotan jernang dikumpulkan dalam inang sedangkan akan merambat ke kanan kiri bila tidak
keranjang. Buah yang diambil dikumpulkan kemudian menemukan pohon inang. Pohon inang pada umumnya
diangin-anginkan semalam. Namun ada pula yang jenis gaharu, ulin, karet dan sungkai. Teknik pemanenan
hanya menunggu waktu malam atau subuh untuk buah dilakukan dengan memperhatikan kondisi optimal
menumbuknya. Buah diangin-anginkan dengan tujuan terbentuknya resin pada kulit buah.
agar lebih mudah memisahkan buah dari tandannya. Pemanenan buah rotan jernang yang dilakukan
Buah yang sudah diangin-anginkan lebih mudah petani masih bersifat memanfaatkan yang disediakan
ditumbuk dan resin tidak lengket di buah. oleh alam. Petani mengambil buah dengan cara
Jernang yang dihasilkan masyarakat terbagi menjadi memanjat pohon disebelahnya dan menggunakan galah
dua tipe yaitu jernang murni dan jernang campuran. dan alat pengait. Terdapat hukum adat di Desa Lamban
Jernang murni artinya jernang yang dihasilkan dari Sigatal, apabila terdapat pencari jernang yang
proses penumbukan, sedangkan jernang campuran memotong batang rotan maka sangsinya adalah
artinya jernang dicampur dengan damar. Damar dipilih dikeluarkan dari desa atau diasingkan sehingga petani
menjadi bahan campuran karena memiliki daya rekat menghindari memotong batang rotan walaupun kondisi
yang baik. Bahan campuran yang lain pada umumnya tidak memungkinkan untuk mengambil buah.
ditambahkan secara bersama-sama dengan damar yaitu Berdasarkan Winarni et al. (2005), pemanenan buah
biji dan daging buah rotan jernang itu sendiri yang rotan jernang yang dilakukan oleh Suku Kubu adalah
sudah dihaluskan. Serbuk jernang hasil tumbukan dengan cara memanjat pohon yang berada di dekat rotan
mudah sekali menggumpal, sehingga dalam proses jernang dengan bantuan galah untuk dapat menjangkau
pencetakan mudah dilakukan. Serbuk jernang yang tandan buah. Buah yang dipanen adalah buah yang
murni langsung dimasukkan dalam plastik, dalam waktu sudah tua namun belum terlalu masak.
± 1 jam serbuk jernang akan mengeras.
Proses pencampuran jernang dengan damar Pemetikan buah rotan jernang
dilakukan dengan dipanaskan di atas tungku. Damar
Pengumpulan buah didasarkan kepada masaknya
dicampur dengan serbuk jernang yang murni sampai
buah dengan ciri kemasakan sesuai dengan warna. Buah
menyatu. Waktu yang dibutuhkan dalam proses
rotan jernang yang sudah tua berwarna cokelat
pencampuran tidak menentu, tergantung banyaknya
kemerahan. Buah yang menghasilkan banyak jernang
serbuk jernang. Namun, pada umumnya waktu yang
adalah buah yang tua namun belum terlalu masak.
diperlukan selama 10 sampai dengan 15 menit. Jernang
Apabila buah yang dipetik sudah masak maka resin
yang sudah tercampur didinginkan dan dimasukkan ke
yang terkandung dalam buah rotan jernang telah
dalam plastik dan dalam waktu ± 1 jam jernang akan
berkurang karena resin dapat mencair dengan sendirinya
mengeras (Gambar 1).
dan membusuk.
Buah rotan jernang dipanen dengan cara memanjat
Tahapan Pemanenan Buah Rotan Jernang yang
pohon terdekatnya. Masyarakat mengambil buah rotan
Dilakukan Masyarakat
jernang dengan menggunakan galah panjang dan alat
Daemonorops draco (Willd.) Blume atau yang pengait yang terbuat dari kayu untuk melilitkan tandan
dikenal dengan nama rotan jernang ditanam disekitar buah. Tandan buah rotan jernang tersebut akan
Desa Lamban Sigatal. Para pencari jernang yang berasal tersangkut pada alat pengait. Kesulitan dalam memanen
68 Juang Rata Matangaran et al. J. Silvikultur Tropika
buah rotan jernang adalah apabila rotan terlalu tinggi Berdasarkan wawancara kepada masyarakat, jernang
maka masyarakat harus memanjat pohon inang dengan yang dihasilkan masyarakat terbagi menjadi dua tipe
kondisi licin dan terhalang oleh duri rotan dan ranting yaitu jernang murni dan jernang campuran. Jernang
pohon, terkadang buah rotan jernang yang terkait murni artinya jernang yang dihasilkan dari proses
beberapa terlepas dari tandannya karena terlalu kuat penumbukan, sedangkan jernang campuran artinya
menarik tandan buah rotan jernang. Buah rotan jernang jernang dicampur dengan damar. Damar dipilih menjadi
dikumpulkan dalam keranjang. Cara mengatasi bahan campuran karena memiliki daya rekat yang baik.
kesulitan dalam memanjat pohon yaitu saat memanjat Bahan campuran yang lain pada umumnya ditambahkan
pohon inang kaki disarungi dengan karung plastik yang secara bersama-sama dengan damar yaitu biji dan
dibuat melingkar (masyarakat Desa Lamban Sigatal daging buah rotan jernang itu sendiri yang sudah
menyebutnya “semprat”). Petani menghindari dihaluskan. Menurut Suwardi et al. (2003), masyarakat
memotong batang rotan walaupun sulit memperoleh terkadang menambahkan gondorukem di dalam jernang.
buah rotan jernang, karena rotan sudah sulit diperoleh Serbuk jernang hasil tumbukan mudah sekali
disekitar desa. Namun jika terpaksa, batang rotan menggumpal, sehingga dalam proses pencetakan mudah
dipotong untuk memperoleh buah rotan. Mengingat saat dilakukan. Serbuk jernang yang murni langsung
ini buah rotan jernang sudah sulit diperoleh, maka dimasukkan dalam plastik, dalam waktu ± 1 jam serbuk
masyarakat desa melakukan upaya penanaman rotan di jernang akan mengeras (Gambar 2).
lahan milik melalui pembibitan dari biji. Proses pencampuran jernang dengan damar
dilakukan dengan dipanaskan di atas tungku. Damar
Buah rotan jernang diangin-anginkan dicampur dengan serbuk jernang yang murni sampai
menyatu. Waktu yang dibutuhkan dalam proses
Masyarakat yang mengambil buah rotan jernang di
pencampuran tidak menentu, tergantung banyaknya
hutan blok Bukit Bahar Tajau Pecah pada umumnya
serbuk jernang. Namun, pada umumnya waktu yang
langsung mengerjakannya di dalam hutan. Petani
diperlukan selama 10 sampai dengan 15 menit. Jernang
membawa peralatan ke dalam hutan alam seperti
yang sudah tercampur didinginkan dan dimasukkan ke
ambung (keranjang), kayu penyanggah, kayu penumbuk
dalam plastik dan dalam waktu ± 1 jam jernang akan
buah dan plastik penampung jernang. Buah yang
mengeras. Menurut Waluyo (2008), serbuk jernang
diambil dikumpulkan kemudian diangin-anginkan
yang dimasukkan dalam wadah plastik dan dalam waktu
semalam. Namun ada pula yang hanya menunggu waktu
± 30 menit akan menggumpal/mengeras. Cara lain
malam atau subuh untuk menumbuknya. Buah diangin-
untuk mempercepat penggumpalan dengan mengukus
anginkan dengan tujuan agar lebih mudah dalam
serbuk jernang dalam plastik selama ± 5 menit
memisahkan buah dari tandannya. Buah yang sudah
(Gambar 2).
diangin-anginkan akan lebih mudah ditumbuk dan resin
Jernang yang sudah mengeras di dalam plastik
tidak lengket di buah.
kemudian dijual. Penjualan dilakukan secara sederhana.
Menurut Kalima (1991), buah rotan jernang yang
Petani menjual jernang ke pedagang pengumpul yang
dipanen disimpan dalam keranjang terlebih dahulu agar
ada di desa dengan harga Rp 400.000/kg. Harga tersebut
kadar air dalam buah berkurang kemudian dijemur di
dipengaruhi oleh mutu jernang. Jernang yang murni
bawah sinar matahari selama tiga sampai empat hari
akan memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan
atau sampai kering dan mengkerut, setelah itu baru
jernang campuran. Namun, kebanyakan petani menjual
dapat ditumbuk agar resin yang keluar lebih banyak.
hasilnya kepada pedagang pengumpul di kecamatan
Penjemuran buah rotan jernang yang dilakukan oleh
karena belum terbukanya penjualan keluar kecamatan
petani hanya sebatas diangin-anginkan saja dan tidak
dan akses untuk ke Jambi cukup jauh sehingga
melibatkan sinar matahari. Hal ini dikarenakan
memerlukan waktu yang cukup lama dan biaya.
memerlukan waktu yang cukup lama dan keadaan cuaca
yang tidak menentu untuk menjemur selama tiga sampai
empat hari, sedangkan petani menumbuk buah rotan
KESIMPULAN
jernang langsung di dalam hutan.
Potensi jernang di Kabupaten Sarolangun terdapat
Proses pembuatan jernang
di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Air Hitam dan
Jernang yang dihasilkan oleh masyarakat melalui Pauh. Potensi jernang di Kecamatan Air Hitam (Hutan
cara penumbukan merupakan cara yang sederhana. alam) sebesar 96,51 ton pertahun dan di Desa Lamban
Buah rotan jernang yang kering dapat dengan mudah Sigatal (Hutan Rakyat) sebesar 130,16 ton pertahun atau
ditumbuk. Untuk memperoleh jernang yang maksimal, total potensi jernang di Kabupaten Sarolangun sebesar
penumbukan tidak dilakukan di area terbuka dan pada 226,66 ton pertahun.
saat angin kencang karena serbuk jernang mudah sekali Pemanenan buah rotan jernang dilakukan dengan
terbawa angin. Penumbukan buah rotan jernang menggunakan galah dan alat pengait. Buah rotan
dilakukan agar resin yang menempel pada kulit buah jernang yang baik dipanen adalah buah yang tua tetapi
terlepas. Menumbuk buah tidak terlalu kuat agar biji belum terlalu masak dengan ciri berwarna cokelat
tidak pecah. Lapisan resin pada kulit luar buah akan kemerahan.
lepas seluruhnya akibat bertumbukan, sehingga serbuk
jernang bercampur dengan kulit buah. Jernang yang
mengandung kulit buah terlihat tidak bersih dan dapat
menurunkan mutu jernang tersebut.
Vol. 03 April 2012 Potensi dan Pemanenan Buah Rotan Jernang 69
`
Buah rotan jernang Penumbukan buah
Pemetikan buah
yang dianginkan rotan jernang
rotan jernang
(a)
Petani mengambil buah dengan cara
Ciri buah masak berwarna memanjat pohon dengan bantuan
merah kecokelatan galah dan alat pengait
(b)
Jernang murni
Buah dalam keranjang ditumbuk Serbuk jernang Pencetakan ± 1 jam
dimasukkan ke dalam
plastik
Jernang campuran
Masukkan dalam plastik Didinginkan
± 1 jam akan mengeras
Gambar 2. Bagan alir (a) tahapan pemanenan jernang, (b) dan proses pembuatan jernang.