You are on page 1of 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325544447

Evaluation of Botanical Composition and Nutrient of Grass in Swamp of


Menggala Sub-District Tulang Bawang Regency

Article · November 2017

CITATION READS

1 1,599

3 authors:

Ridho Akbar Bilal Cem Liman


Erciyes Üniversitesi,Turkey
2 PUBLICATIONS 3 CITATIONS
42 PUBLICATIONS 665 CITATIONS
SEE PROFILE
SEE PROFILE

Agung Kusuma Wijaya


Lampung University
23 PUBLICATIONS 23 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Agung Kusuma Wijaya on 04 June 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 5(3): 72-76 , November 2017 Ridho Akbar et al.

EVALUASI KOMPOSISI BOTANI DAN NILAI NUTRIEN PADA RUMPUT DI RAWA


KECAMATAN MENGGALA KABUPATEN TULANG BAWANG

Evaluation of Botanical Composition and Nutrient of Grass in Swamp of Menggala Sub-District


Tulang Bawang Regency

Ridho Akbar, Liman, dan Agung Kusuma Wijaya

Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, Lampung University


Soemantri Brojonegoro No.1 Gedong Meneng, Rajabasa, Bandar Lampung, Lampung Province
e-mail: tnridho@gmail.com

ABSTRACT

This research aimed to determine the botanical composition and nutrient value of grass in swamp
of Menggala Sub-District Tulang Bawang Regency Lampung Province in August--October 2017. This
research used survey method with purposive sampling. The data obtained from this study consisted of
primary and secondary datas. The result showed that the botanical composition contained in the swamp
of Hymenachne amplexicaulis 59,93%; Cynodon dactylon L. Pars 18,54%; Fimbristylis vahlii 7,54%;
Brachiaria plantaginea 7,39% and Isachne indica Nees 6,60%. The average nutrient of grass contained
in swamp of Menggala Sub-District were dry material 19.72%; crude fiber 28,90%; crude protein
5.72%; crude fat 4.51%; ash 14.05%; and NFE 42.16%.

Keywords: Botanical Composition, Menggala Sub-District, Nutrient Value, Swamp

PENDAHULUAN kritis serta kurang responsif terhadap perbaikan


unsur hara tanah (Bambang dan Priyanto, 2017).
Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Rendahnya nilai nutrien padang gembala
Bawang Provinsi Lampung adalah daerah disebabkan juga oleh proporsi legume yang
ternak kerbau dengan pemeliharaan kerbau rendah karena padang gembala bersifat tidak
masih menggunakan metode konvensional yaitu dinamis, seperti komposisi vegetasi yang dapat
belum adanya teknologi, pemeliharaan hanya berubah-ubah karena faktor iklim, tanah,
dengan cara pengembalaan di rawa ataupun grazing, dan manusia.
sungai. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Upaya yang dilakukan dalam
Bawang (2016) menyatakan bahwa pada tahun pembangunan di sektor pertanian salah satunya
2015 populasi kerbau sebesar 4.006 ekor. yaitu dengan meningkatkan kawasan lahan
Kabupaten Tulang Bawang memiliki hijauan tanaman pakan dengan pengembangan
luasan lahan rawa berdasarkan hasil pemetaan kawasan tanaman hijauan pakan di rawa.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan tahun 2015 Fariani dan Evitayani (2008) menyatakan
seluas 1500 Ha. Padang penggembalaan bahwa rawa terdiri atas dua jenis, yaitu rawa
merupakan suatu area yang ditumbuhi vegetasi pasang surut dan rawa lebak. Meningkatnya
dominan famili Gramineae dan mungkin juga lahan hijauan tanaman pakan akan berimplikasi
terdapat jenis tumbuhan lainya seperti legume, pada meningkatnya produksi tanaman hijauan
dan herba lainya yang digunakan untuk untuk memenuhi kebutuhan produksi ternak,
makanan ternak. Padang penggembalaan daerah karena pakan hijauan berfungsi sebagai bulk dan
tropis biasanya menghasilkan hijauan yang juga sebagai sumber karbohidrat, protein,
melimpah pada musim hujan, setelah itu tunas vitamin, dan mineral. Pertambahan populasi
tanaman biji tumbuh dan berkembang dengan yang begitu pesat akan menyebabkan
baik dan cepat. peningkatan kebutuhan suplai pakan hijauan,
Kualitas padang pegembalaan umumnya hal ini akan mengakibatkan lebih banyak
rendah, karena kerusakan vegetasi akibat sumber daya lahan yang diperlukan untuk
berkembangnya tanaman pengganggu (gulma) dijadikan sebagai tempat penggembalaan
yang mendominasi padang penggembalaan ternak.
sehingga menekan tanaman inti yang disukai Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
ternak. Padang penggembalaan potensial yang komposisi botani dan nilai nutrien pada rumput
terintervensi oleh gulma dapat menjadi tanah

72
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 5(3): 72-76 , November 2017 Ridho Akbar et al.

Rawa di Kecamatan Menggala Kabupaten vegetasi yang tumbuh pada rawa ini sangat
Tulang Bawang Provinsi Lampung dipengaruhi oleh musim dimana ada beberapa
jenis tumbuhan yang tidak tumbuh dimusim
MATERI DAN METODE saat rawa surut atau pasang, maka spesies lain
akan berusaha tumbuh menggantikannya untuk
Penelitian ini dilaksanakan pada mempertahankan kestabilan komunitas.
Agustus--Oktober 2017. Materi penelitian terdiri Penelitian ini dilaksanakan pada waktu rawa
atas lahan hijauan, jenis-jenis hijauan maupun surut. Menurut BPS Kabupaten Tulang Bawang
legum yang berada di rawa pada Kecamatan (2016), curah hujan pada bulan Agustus--
Menggala, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Oktober sekitar 8,0--11,0 mm3.
Lampung. Alat-alat yang digunakan dalam Hal ini sesuai dengan pendapat Bucio et
penelitian ini adalah pisau sabit, karung, al. (2005) mengemukakan bahwa kestabilan
kantung plastik, timbangan duduk/timbangan komunitas tanaman dipengaruhi oleh
analitik, tali plastik, gunting, patok kayu, scroll lingkungan biotik (ternak) dan abiotik (air,
meter, alat tulis, alat hitung, dan kamera. tanah dan iklim), sehingga tanaman yang tidak
Penelitian ini menggunakan metode bisa tumbuh pada keadaan tersebut maka
survei purposive sampling. Purposive sampling spesies lain menggantikan. Rohaeni et al.
dilakukan dengan menentukan kriteria sebagai (2007) melaporkan bahwa kestabilan
berikut : (a) kondisi rawa yang tidak tergenang pertumbuhan tanaman dipengaruhi faktor-faktor
air, (b) luasan rawa yang diketahui luasnya, (c) lingkungan, terutama fluktuasi level air
rawa yang digunakan untuk lahan berpengaruh terhadap ekosistem rawa.
penggembalaan, dan (d) kondisi lingkungan Faturrahman (1988) menyatakan keragaman
rawa yang dapat diambil sampel oleh peneliti. spesies tanaman rawa tidak terkonsentrasi pada
Cuplikan ditentukan secara acak, ubinan satu dua jenis spesies saja, tetapi tanaman yang
dilakukan seluas 1 meter persegi, petak kedua tahan akan membagi diri untuk menutupi area
diambil pada jarak 10 langkah lurus ke kanan, secara optimum dan menjaga kestabilan
kedua petak ini merupakan 1 cluster. Cluster komunitas.
kedua diambil sejauh 125 meter dari cluster
sebelumnya. Hymenachne amplexicaulis (Kumpai
Minyak)
HASIL DAN PEMBAHASAN Rawa Kecamatan Menggala memiliki
spesies rumput dominan yaitu Hymenachne
Komposisi Botani Rawa amplexicaulis. Rumput ini merupakan rumput
Penelitian yang dilakukan pada rawa yang dapat hidup di rawa. Rumput ini bertipe
Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang bunga majemuk berupa malai tegak dengan
Bawang, diperoleh terdapat 5 spesies vegetasi panjang 15--25 cm dan mempunyai bulir sekitar
rawa yang diklasifikasikan sebagai rumput 20 buah. Menurut Backer dan Brenk (1968) dan
dominan yang tumbuh. Jenis-jenis vegetasi Heyne (1987), panjang bunga dapat mencapai
alam yang ditemukan di rawa Kecamatan 10--40 cm, sangat tipis dan lebat, sering berupa
Menggala Kabupaten Tulang Bawang disajikan bulir, yang hanya bercabang dibagian bawah,
pada Tabel 1. berwarna hijau muda, bergagang pendek serta
lancip dengan panjang 3--5 mm. Rumput
Tabel 1. Persentase Vegetasi Rawa di kumpai tumbuh pada daerah dengan ketinggian
Kecamatan Menggala, Kabupaten mencapai 100 mdpl. Berdasarkan data BPS
Tulang Bawang Kabupaten Tulang Bawang (2015) menyatakan
No Vegetasi Rawa Rank (%) bahwa ketinggian wilayah Menggala sekitar 37
mdpl. Rumput ini sangat dominan tumbuh di
1 Hymenachne amplexicaulis 59,93 rawa Kecamatan Menggala.
2 Fimbristylis vahlii 7,54
3 Isachne indica Nees 6,60 Fimbristylis vahlii (Teki Rawa)
4 Cynodon dactylon L. Pars 18,54 Fimbristylis vahlii merupakan vegetasi
5 Brachiaria plantaginea 7,39 yang dapat hidup di rawa. Fimbristylis (bahasa
Total 100,00 Inggris: fimbry, fimbristyle, fringe-rush) adalah
Keterangan: hasil penelitian genus dari teki-tekian. Teki-tekian ini memiliki
batang yang kaku dan berbubungan serta
Ragamnya komposisi botani vegetasi panicle terminal berbentuk kerucut dari
yang tumbuh pada rawa menunjukkan spikelet. Rumput ini dapat hidup di lingkungan
perbedaan yang spesifik. Keanekaragaman basah, ditemukan di daerah beriklim sedang

73
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 5(3): 72-76 , November 2017 Ridho Akbar et al.

dan tropis yang di seluruh dunia. Gupta dan dengan kelembaban udara rata-rata 68--75%
Thacker (2013) menyatakan, Fimbristylis vahlii maka rumput ini dapat hidup dengan baik di
berasal dari Asia dan kemungkinan rawa Kecamatan Menggala. Jenis ini toleran
dinaturalisasi di Amerika. terhadap kekeringan. Tumbuh paling baik pada
Fimbristylis vahlii dapat tumbuh di rawa tanah berdrainase baik tetapi toleran terhadap
Kecamatan Menggala dengan sangat baik, banjir yang berkepanjangan. Toleran terhadap
karena BPS Kabupaten Tulang Bawang (2015) kisaran pH tanah yang luas, tetapi pH optimal di
menyatakan bahwa ketinggian wilayah atas 5,5. Tumbuh paling baik pada tanah
Menggala yaitu 37 mdpl. Hal ini sesuai dengan memiliki drainase baik dan toleran terhadap
pendapat Gupta dan Thacker (2013) kesuburan tanah yang rendah tetapi tidak
menyatakan, rumput ini dapat hidup di toleran terhadap naungan. Penyebarannya selain
ketinggian 0--4000 mdpl, biasanya tumbuh di dari akar yang dapat membuat rimpang dengan
padang rumput lembab, air dangkal di rawa- cepat juga melalui buah. Penyebaran buah ini
rawa, di sepanjang sungai dan kanal irigasi, dan yang dapat meluas. Spesies ini digunakan
juga sebagai gulma di sawah. Rumput ini bisa sebagai spesies pakan, karena tingkat
ditanam untuk stabilisasi lereng dan dipanen pertumbuhannya yang tinggi dan kemampuan
sebagai pakan hewan (ternak). Tidak diperlukan untuk mempertahankan pertumbuhan selama
tindakan konservasi, spesies ini hidup di bulan-bulan musim panas yang hangat saat
sejumlah kawasan lindung di berbagai wilayah. sebagian besar rumput hijauan lainnya turun
sementara (Bethel et al., 2005).
Isachne indica Nees (Banta)
Isachne indica Nees adalah rumput yang Brachiaria plantaginea (Jajagungan)
tumbuh dirawa, rumput ini memiliki batang Brachiaria adalah rumput tahunan atau
yang berongga, daunnya terasa gugup, dan abadi. Pada penelitian ini rumput Brachiaria
perbungaan bisa menjadi malai terbuka atau plantaginea sedikit memiliki rimpang, dengan
sempit. Menurut Lansdown (2013), memiliki perbungaan adalah malai bercabang, dan
bentuk yang khas, yaitu memiliki spikelet tanaman mencapai 20 cm tingginya. Hal ini
dengan floret hanya sedikit berbeda, hampir sesuai dengan Menurut Fanindi dan
sama panjang dan teksturnya dan floret bagian Prawiradiputra (2017), memiliki rhizoma yang
atas membulat di bagian belakang tanpa alur pendek dan tinggi batang sekitar 10--50 cm,
sentral. Spikelet berbentuk bulat seperti bola. tanamannya biseksual dan bunganya berdaging,
Menurut Lansdown (2013), genus dengan 3 anter. Spesies ini memiliki pembuluh
tanaman tropis dan subtropis yang tersebar luas darah yang menonjol di bagian tengah daun.
di keluarga rumput, ditemukan di Asia, Afrika, Spesies ini dapat hidup dengan subur di
Australia, Amerika, dan berbagai pulau rawa Kecamatan Menggala yang beriklim
samudra. Isachne indica Nees dikenal secara tropis. Menurut Fanindi dan Prawiradiputra
umum sebagai bloodgrasses atau rumput abadi. (2017), Brachiaria adalah rumput unggul yang
bisa tumbuh baik di daerah tropis terutama
Cynodon dactylon L. Pars (Suntilang) tropis basah, dapat sebagai rumput untuk
Cynodon dactylon L. Pars adalah adalah grazing atau cut dan carry, memiliki nilai
gulma umum invasif yang tidak diketahui nutrien yang baik dan sudah biasa diberika oleh
adanya ancaman saat ini. Oleh karena itu peternak.
spesies ini dinilai sebagai Least Concern. Jenis Brachiaria plantaginea (Jajagungan)
rumput ini memiliki kemampuan agak dianggap sebagai gulma ladang tebu yang
berlebihan dalam hal bertahan hidup, jika cukup umum, pinggir jalan, padang rumput
dibdaningkan rumput jenis lain seperti rumput terbuka dan pantai, yang dilaporkan berasal dari
teki, gajah, manila, dan sebagainya. Rumput ini ketinggian antara permukaan laut dan sekitar
mampu bertahan hidup di lahan yang tandus 800 m di Fiji dan terkadang ditemukan di
dalam musim kemarau sekalipun pertumbuhan tempat sampah dan halaman rumput, lahan
daunnya menjadi minim. Ketika terkena mata pertanian atau ladang rumput di Guam, pinggir
bajak dan garu pun rumput ini akan tetap terus jalan, kebun dan tanaman tahunan, sering
hidup selama akarnya bersinggungan dengan menyerang padang rumput yang sangat
tanah. menyeramkan dan menghalangi pembentukan
Habitat Cynodon dactylon L. Pars adalah kembali rerumputan yang lebih baik dari
tumbuh paling bagus pada suhu di atas 24°C. dataran rendah sampai sekitar 1.200 m di New
Hal ini sesuai menurut BPS Kabupaten Tulang Guinea dan di lereng bukit dan lahan basah,
Bawang (2016) menyatakan suhu udara pada terutama di daerah budidaya dan irigasi di
bulan Agustus--Oktober sekitar 26,80--28,20°C Jazirah Arab (Cope et al., 2007).

74
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 5(3): 72-76 , November 2017 Ridho Akbar et al.

Kandungan Nutrien Vegetasi Rawa dengan baik. Hal ini disebabkan karena bibit
Kandungan serat kasar pada rumput ternak kerbau rawa Kecamatan Menggala
rawa yaitu sebesar 28,90%. Hal ini sesuai tersebut adalah kerbau lokal tanpa adanya
pendapat Rohaeni et al. (2007) menyatakan perkawinan silang atau didatangkan dari luar
bahwa kandungan serat kasar rata-rata hanya sehingga kerbau-kerbau ini telah beradaptasi
28,04%. Anitawati (1981) melaporkan bahwa dengan kondisi alam setempat dan merupakan
kecernaan kandungan serat kasar untuk ternak suatu keunikan tersendiri.
kambing sebesar 17,9%. Kecernaan pada ternak Kandungan rata-rata lemak kasar pada
domba yang dilaporkan Mathius et al., (1981) rumput rawa Kecamatan Menggala yaitu
sebesar 30,7%. Serat kasar merupakan sebesar 4,51%. Kandungan lemak kasar pada
kemudahan bagi makluk hidup untuk vegetasi di rawa Kecamatan menggala tingggi.
mendapatkan zat-zat yang dibutuhkan oleh Wahyono dan Hardianto (2004) menyatakan
tubuh. Danuarsa (2006) menyatakan bahwa bahwa kebutuhan kadar lemak pada pakan sapi
kandungan serat kasar yang tinggi akan potong yaitu sebesar 2--3%.
menurunkan koefisiensi cerna dalam bahan Kandungan abu pada rumput rawa
pakan tersebut, karena serat kasar megandung Kecamatan Menggala yaitu sebesar 14,05%.
bagian yang sukar untuk dicerna. Hasil analisis Wahyono dan Hardianto (2004) menyatakan
proksimat disajikan pada Tabel 2. bahwa kebutuhan kadar abu pada pakan sapi
potong yaitu sebesar 6--9%. Menurut Fathul
Tabel 2. Rata-Rata Kandungan Nilai Nutrien (1999), abu ini merupakan komponen yang
Vegetasi pada Rawa Kecamatan terdiri dari mineral. Abu ini berupa mineral
Menggala yang terdapat dalam suatu bahan terdapat dalam
suatu bahan dapat merupakan dua macam
BK SK PK LK Abu BETN garam yaitu garam organik dan garam
Sampel anorganik. Semakin tinggi kadar abu suatu
------------------------------%-----------------------------
bahan pangan, maka semakin buruk kualitas
Vegetasi
rawa
19,72 28,90 5,72 4,51 14,05 42,16 dari bahan pangan tersebut.
Kandungan BETN pada rumput rawa
Keterangan: Kecamatan Menggala yaitu sebesar 42,16%.
Hasil analisis proksimat di Laboratorium Nutrisi Sari et al. (2015) menyatakan bahwa kandungan
dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan, BETN rumput kumpai rata-rata yaitu sebesar
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 36,75--37,95%. Kamal (1998) menyatakan
BK : Bahan kering bahwa BETN dipengaruhi oleh kandungan
LK : Lemak kasar nutrien lainnya yaitu protein kasar, air, abu,
SK : Serat kasar lemak kasar dan serat kasar. Sutardi (2006)
PK : Protein Kasar menyatakan bahwa kandungan BETN suatu
BETN : Bahan ektrak tanpa nitrogen bahan pakan sangat tergantung pada komponen
lainnya, seperti air, abu, protein kasar, serat
Protein kasar vegetasi rawa Kecamatan kasar dan lemak kasar. Penurunan kadar BETN
Menggala yaitu sebesar 5,72%. Persentase dipandang dari aspek nutrien kurang
protein kasar pada vegetasi rawa Kecamatan menguntungkan, karena semakin sedikit BETN,
Menggala yaitu kualitas sedang. Hal ini sesuai berarti semakin sedikit pula komponen bahan
yang dikemukakan oleh Siregar (1994) bahwa organik yang dapat dicerna sehingga semakin
hijauan dikategorikan pada kualitas rendah sedikit pula energi yang dapat dihasilkan.
apabila kandungan protein kasarnya kurang dari
5%, kualitas sedang apabila kandungan protein SIMPULAN
kasar adalah 5--10%, dan kualitas tinggi apabila
protein kasar hijauan adalah lebih besar dari Komposisi botani di rawa Kecamatan
10%. Wahyono dan Hardianto (2004) Menggala, Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi
menyatakan bahwa kebutuhan protein kasar Lampung memiliki 5 spesies hijauan yaitu
pada pakan sapi potong yaitu sebesar 10--12%. Hymenachne amplexicaulis, Cynodon dactylon
Keadaan padang penggembalaan yang L. Pars, Fimbristylis vahlii, Brachiaria
terdapat di rawa Kecamatan Menggala belum plantaginea dan Isachne indica Nees 6,60%
memenuhi stdanar yang ditentukan, namun dengan rata-rata nilai nutrien rumput rawa yaitu
dalam kenyataan ternak kerbau yang terdapat bahan kering 19,72%; serat kasar 28,90%;
pada rawa Kecamatan Menggala hanya protein kasar 5,72%; lemak kasar 4,51%; abu
memanfaatkan rumput yang ada sebagai 14,05%; dan BETN 42,16%.
makanannya dan tetap dapat berkembang biak

75
Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 5(3): 72-76 , November 2017 Ridho Akbar et al.

DAFTAR PUSTAKA Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan.


Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Anitawati, M. 1981. Nilai Gizi Daun Gliricidia Gupta, A.K. and H. Thacker, 2013.
(G. maculate HB dan G. sepium) sebagai Fimbristylis dichotoma. The IUCN Red
bahan makanan kambing kacang. Thesis List of Threatened Species 2013:
Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. e.T169008A68272468.
Backer, C. A and R.C.B.V.D. Brenk. 1968. http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.20
Flora of Java. Noordhaff N.V. 13-1.RLTS.T169008A68272468.en.
Groningen. The Netherldans. Vol. 3. diakses pada 08 November 2017.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tulang Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia.
Bawang. 2015. Kabupaten Tulang Jilid I dan II. Terjemahan Badan Litbang
Bawang dalam Angka 2016. Tulang Kehutanan. Cetakan I. Koperasi
Bawang Karyawan Departemen Kehutanan
______. 2016. Kabupaten Tulang Bawang Jakarta Pusat
dalam Angka 2017. Tulang Bawang Kamal, M. 1998. Bahan Pakan dan Ransum
Bambang. S, dan D. Priyanto. 2017. Degradasi Ternak. Yogyakarta: Fakultas
Padang Penggembalaan. Balai Penelitian Peternakan. Universitas Gadjah Mada
Ternak. Bab III-5 hal 97 Lansdown, R.V. 2013. Isachne globosa. The
Bethel, J. E., J. P. Liebeskind., and T. Opler IUCN Red List of Threatened Species
2005. Block share purchases dan 2013: e.T168638A1193827.
corporate performance. J. Fin. 53(2): http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.201
605-634. 3-1.RLTS.T168638A1193827.en. di
Bucio. R. D., R. G. Cook., and M. A.Cooke. akses pada 08 November 2017
2005. An Auxin transport independent Mathius, I. W., M. Rangkuti dan A.
pathway is involved in phosphate stress- Djajanegara. 1981. Daya Konsumsi dan
induced root architectural alternation in Daya Cerna Gliricidia (G. maculate HB
arabidopsi. J. Plant Phy. 71:421-425 dan K). Lembaran LPP
Cope, D. M. S. Fayez., M. Mollaghasemi., and Rohaeni, E.S., A. Hamdan, R. Qomariah dan A.
A. Kaylani. 2007. Supply Chain Subhan. 2007. Inventarisasi dan
Simulation Modeling Made Easy: An Karakterisasi Ternak Kerbau di
Innovative Aproach.,Proceedings of the Kalimantan Selatan. Laporan Hasil
2007 Winter Simulation Conference Penelitian. BPTP Kalimantan Selatan
Vol. 1 page 7 Sari, M. L., A. I. M. Ali., S. Dani dan A.
Danuarsa. 2006. Analisis Proksimat dan Asam Yoldana. 2015. Kualitas Serat Kasar,
Lemak pada Beberapa Komoditas Lemak Kasar, dan BETN terhadap Lama
Kacang-kacangan. Buletin Teknik Penyimpanan Wafer Rumput Kumpai
Pertanian 11 (1) Minyak Dengan Perekat Keragian. Jurnal
Fanindi. A., dan B. R. Prawiradiputra. 2017. Peternakan Sriwijaya. ISSN 2303-1093.
Karakterisasi Dan Pemanfaatan Rumput 4 (2): 35-40
Brachiaria Sp. Balai Penelitian Ternak. Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak
Bogor. Lokakarya Nasional Tanaman Ruminansia. Cetakan I. Swadaya,
Pakan Ternak. Vol. 2 Hal. 156 Jakarta.
Fariani, A dan Evitayani. 2008. Potensi Rumput Sutardi, T. 2006. Landasan Ilmu Nutrien Jilid 1.
Rawa sebagai Pakan Ruminansia: Departemen Ilmu Makanan Ternak.
Produksi, Daya Tampung dan Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Kdanungan Fraksi Seratnya. Padang: Bogor. Bogor
Kampus Limau Manis. Universitas Wahyono. D. E. dan R. Hardianto. 2004.
Sriwijaya. J. Indon. Trop. Anim. Agric. Pemanfaatan Sumber Daya Pakan Lokal
33 (4) Dec. 2008 untuk Pengembangan Usaha Sapi
Fathul, F. 1999. Penentuan Kualitas dan Potong. Grati. Pasuruan
Kuantitas Zat Makanan dalam Bahan
Makanan Ternak. Jurusan Produksi
Ternak. Fakultas Pertanian. Universitas
Lampung. Lampung
Faturrahman. 1988. Analisis Vegetasi dan
Produktivitas Rumput Rawa di
Kecamatan Danau Panggang Kabupaten
Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan.

76

View publication stats

You might also like