You are on page 1of 56

Wasaail Syirkiyah

Oleh
Mintaraga Eman Surya
ِ‫وَمَا يُؤْمِنُ أَ ْكثَرُ ُه ْم بِاهلل‬
َ‫إِِالَّ وَ ُهمْ مُشْرِكُوْن‬
“Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman
kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah
(dengan sembahan-sembahan lain).”
(Q.S. Yusuf 12 : 106)
‫ومع هذا إن وجد منهم بعض اإليمان فال { ُي ْؤمنُ‬
‫ِ‬ ‫ََُُْ ْ ه ه َ ُ ْ ُ ْ ُ َ‬
‫اَّلل ِإَّل وهم مش ِركون } فهم وإن أقروا‬
‫أكثرهم ِب ِ‬
‫بربوبية هللا تعالى‪ ،‬و أنه الخالق الرازق املدبر‬
‫لجميع األمور‪ ،‬فإنهم يشركون في ألوهية هللا‬
‫وتوحيده‪ ،‬فهؤَّلء الذين وصلوا إلى هذه الحال لم‬
‫يبق عليهم إَّل أن يحل بهم العذاب‪ ،‬ويفجأهم‬
‫العقاب وهم آمنون‪.‬‬
‫(السعدي)‬
‫أى‪ :‬وما يؤمن أكثرهؤَّلء الضالين باهلل في إقرارهم‬
‫بوجوده‪ ،‬وفي اعتر افهم بأنه هو الخالق‪ ،‬إَّل وهم‬
‫مشركون به في عقيدتهم وفي عبادتهم وفي‬
‫تصرفاتهم‪ ،‬فإنهم مع اعتر افهم بأن خالقهم‬
‫وخالق السموات واألرض هو هللا لكنهم مع ذلك‬
‫بالعبادة ويقولون ما‬ ‫أصنامهم‬ ‫إلى‬ ‫كانوا يتقربون‬
‫َ ْ ُ ُ ُ ْ ه ُ َ ُ َ ه ُْ‬
‫َّللا زلفى‪(.‬الوسيط‬
‫نعبدهم ِإَّل ِليق ِربونا ِإلى ِ‬
‫لطنطوى)‬
: ُ‫َعنْ أَبِي مُوْسىَ األَشْعَرِى رَضِيَ اهللُ عَنْه‬
: َ‫قَالَ رَسُوْلُ اهللِ صَلَّى اهللُ عََليْهِ وَسَلَّم‬
ِ‫لس ْو َداِء الصَّمَاء‬
َّ ‫ِإنَّهُ أَخْفَى ِمنْ دَِبْيبِ النَّمْلَةِ السَّ ْودَاءِ عَلىَ الصَّخْ َرةِ ا‬
“Dari Abu Musa al Asy’ary RA : Bersabda Rasulullah SAW :
Sesungguhnya syirik itu lebih samar/tersembunyi dari
langkah seekor semut hitam pada batu karang hitam
yang membisu”
(HR. Ahmad Jilid 4 : hal 403)
SYIRIK
‫ويَعْبُدُونَِمنْ دُونِ اهللِ‬
‫ُرُهمْ وَاليَنْفَعُُهمْ ويَُقولُوَن هَؤُالءِ‬ ‫مَا الَيضُّ‬
‫شُفَعَاؤُنَا عِنْ َد اهللِقُْلأَتُنَِّبِئُونَ اهللَِبمَا اليَْعَلُم‬
‫ض سُبْحَانَهُ‬ ‫لسمَاوَاتِ وَالفِي األْر ِ‬ ‫فِي ا َّ‬
‫وَتَعَالَى عَمَّايُشْرِكُونَ‬
‫)‪(Q.S. Yunus 10 : 18‬‬
“Dan mereka beribadah
kepada selain Allah (yaitu) apa yang
tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada
mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka
berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada
Kami di sisi Allah". Katakanlah: "Apakah kalian mengabarkan
kepada Allah apa yang tidak diketahui-
Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?“ Maha
suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang
mereka mempersekutukan (itu).”
(QS. Yunus 10; 18)
‫ََ ُْ ُ َ‬
‫قول تعالى‪{ :‬ويعبدون} أي‪ :‬املشركون املكذبون ‪‬‬
‫لرسول هللا ـ صلى هللا عليه وسلم‬
‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫ْ ُ ن ه َ َ َ ُ ُّ ُ ْ َ َ َ ْ َ‬
‫َّللا ما َّل يضرهم وَّل ينفعهم} أي‪َّ :‬ل تملك ‪‬‬ ‫{ ِمن دو ِ ِ‬
‫تدفع عنهم شيئا‪.‬‬ ‫َّل‬ ‫و‬ ‫النفع‬ ‫من‬ ‫ة‬ ‫ر‬ ‫ذ‬ ‫مثقال‬ ‫لهم‬
‫َ َُ ُ َ َ َُ‬ ‫ََُ ُ َ‬
‫{ويقولون} قوَّل خاليا من البرهان‪{ :‬هؤَّل ِء شفعاؤنا‬
‫ه‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫َّللا} أي‪ :‬يعبدونهم ليقربوهم إلى هللا‪ ،‬ويشفعوا‬ ‫ِعند ِ‬
‫لهم عنده‪ ،‬وهذا قول من تلقاء أنفسهم‪ ،‬وكالم ابتكروه‬
‫هم‪(.،‬السعدى)‬
ُ ‫َوِإذَا سَأَلكَ ِعبَادِي َعنِِّي فَإنِِّيقَرِيبٌأُجِي‬
‫ب‬
َ‫َدعَْوةَ الدَّاعِِإذَا دَعَانِفَلْيَسْتَجِيبُوالِي وَلْيُْؤِمنُوابِيلَعَلَّهُمْيَرْشُدُون‬
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu
tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang
berdo'a apabila ia memohon kepada-Ku, maka harus-
lah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran.”
(QS. Al-Baqarah 2:186)
ً‫َرعًا وَخُْفيَة‬ُّ‫اْدعُوا رَبَّ ُكمَْتض‬
َ‫ِب اْلمُْعتَدِين‬
ُّ ‫ِإنَّهُ اليُح‬
“Berdo'alah kepada Rabbmu dengan
berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai
orang-orang yang melampaui batas.”
(QS.Al-A'raf 7:55)
َ‫صنيَلَهُ الدِِّين‬
ِ ‫خِل‬
ْ ُ‫فَاْدعُوا اهللَم‬
َ‫ولَوْكَرَِهالْكَافِرُون‬
“Maka beribadahlah kepada Allah dengan
memurnikan ibadah kepada-Nya,
meskipun orang-orang kafir tidak
menyukai(nya).”
(QS. Al-Mu'min 40:14)
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ه‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫وقوله‪ ( :‬فادعوا َّللا مخ ِل ِصين له ا ِلدين ) يقول‬
‫ََْ َ َ ه‬ ‫َه‬
‫تعالى ذكره لنبيه محمد صلى هللا علي ِه وسلم‬
‫وللمؤمنين به‪ ,‬فاعبدوا هللا أيها املؤمنون له‪,‬‬
‫مخلصين لهْ َالطاعة غيرمشركين به شيئا مما‬ ‫ََ ْ َ‬
‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫دونه ( ولو ك ِره الكا ِفرون ) يقول‪ :‬ولو كره عبادتكم‬
‫إياه مخلصين له الطاعة الكافرون املشركون في‬
‫عبادتهم إياه األوثان واألنداد‪( .‬الطبرى)‬
Wasaail Syirkiyah

Wasaail (‫ )وسائل‬: sarana yang mengantar pada


sesuatu

Wasaail Syirkiyah :
Hal-hal atau sarana yang dapat mengantarkan kepada
perbuatan syirik
Kuburan
‫•‬ ‫‪Maksudnya menjadikan kuburan sebagai sarana‬‬
‫‪kesyirikan, seperti :‬‬
‫‪1. Menjadikan kuburan sebagai tempat ibadah :‬‬
‫‪a. Membangun masjid di atas atau area tanah kuburan para‬‬
‫‪Nabi atau orang sholeh‬‬

‫عن عائشة رضي اهلل عنها قالت ‪ :‬ملا كان مرض النيب صلى اهلل عليه وسلم تذاكر‬
‫بعض نسائه كنيسة بأرض احلبشة يقال هلا ‪ :‬مارية وقد كانت أم سلمة وأم حبيبة‬
‫قد أتتا أرض احلبشة فذكرن من حسنها وتصاويرها قالت ‪ [ :‬فرفع النيب صلى‬
‫اهلل عليه وسلم رأسه ] فقال ‪ ” :‬أولئك إذا كان فيهم الرجل الصاحل بنوا على قربه‬
‫يوم القيامة مسجدا ثم صوروا تلك الصور أولئك شرار اخللق عند اهلل‬
Dari Aisyah RA, dia bercerita, ketika Nabi SAW jatuh sakit, maka beberapa
orang isteri beliau sempat membicarakan tentang sebuah gereja yang
terdapat di negeri Habasyah (Ethiopia), yang diberi nama : Maria – Ummu
Salamah dan ummu Habibah sudah pernah mendatangi negeri Habasyah –
kemudian mereka menceritakan tentang keindahan gereja dan gambar-
gambar yang terdapat di dalamnya. Aisyah bercerita :”Kemudian Nabi SAW
mengangkat kepalanya seraya berucap : ‘Mereka adalah orang-orang yang jika
ada orang shalih di antara mereka yang meninggal dunia, maka mereka akan
membangun masjid di makamnya, lalu mereka memberi berbagai macam
gambar di tempat tersebut. Mereka adalah seburuk-buruk makhluk di sisi
Allah (pada Hari Kiamat kelak).
(HR. Bukhari ,(I/416 dan 422), Muslim (II/66), an Nasaa’I (I/115), Ahmad (VI/51))
b.Beribadah di kuburan dengan
keyakinan lebih utama
karena keutamaan Nabi atau
orang sholeh yang dikubur
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu),
hingga apabila datang kematian kepada
seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku
kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat
amal yang saleh terhadap yang telah aku
tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu
adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di
hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka
dibangkitkan [QS. Al Mu’minuun: 99-100].
Dan tidak (pula) sama orang-orang yang
hidup dan orang-orang yang mati.
Sesungguhnya Allah memberi
pendengaran kepada siapa yang
dikehendaki-Nya dan kamu sekali-kali
tiada sanggup menjadikan orang yang
di dalam kubur dapat mendengar.
[QS. Faathir: 22].
Sesungguhnya kamu tidak dapat
menjadikan orang-orang yang mati
mendengar dan (tidak pula) menjadikan
orang-orang yang tuli mendengar
panggilan, apabila mereka telah
berpaling membelakang.
[QS. An Naml 80]
Maka sesungguhnya kamu tidak akan
sanggup menjadikan orang-orang yang
mati itu dapat mendengar, dan
menjadikan orang-orang yang tuli dapat
mendengar seruan, apabila mereka itu
berpaling membelakang.
[QS. Ar-ruum: 52]
Dari Aisyah dan Ibnu Abbas Radhiyallaahu ‘anhumaa, bahwasanya
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi Wasallam menghadapi sakaratul maut,
maka beliau menempelkan ujung baju beliau ke wajah beliau sendiri.
Dan ketika ujung baju itu telah menutupi wajahnya, maka beliau
membukanya kembali seraya bersabda, “Laknat Allah atas orang-
orang Yahudi dan Nashrani, mereka telah menjadikan kuburan Nabi-
nabi mereka sebagai masjid.” Aisyah Radhiyallaahu ‘anhaa, “Beliau
memperingatkan agar tidak melakukan seperti apa yang mereka
lakukan.”
(HR.Bukhari (I/422, VI/386, dan VIII/116), Muslim (II/67)
Kitab Fathul Baari, Ibnu Rajab :


”hadits ini menunjukkan diharamkannya
membangun masjid di atas makam/kuburan orang-
orang shalih dan melukis gambar mereka di sana,
sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang
Nasrani. Tidak diragukan lagi, masing-masing dari
kedua hal tersebut adalah haram : melukis manusia
itu diharamkan, seperti halnya membangun masjid
di atas kuburan itu sendiri juga diharamkan.
Sebagaimana hal tersebut tlah ditunjukkan oelh
nash-nash lain yang sebagian di antaranya akan
kami sampaikan lebih lanjut...”
”... Dia mengatakan bahwa gambar-gambar yang terdapat
di dalam gereja yang disebutkan oleh Ummu Salamah dan
Ummu Habibah terlukis di dinding dan semisalnya, yang
tidak memiliki bayangan. Dengan demikian, melukis
gambar, seperti gambar para Nabi dan orang-orang shalih
dengan tujuan untuk mencari berkah atau digunakan
untuk mendapatkan syafa’at adalah diharamkan dalam
Islam. Yang demikian itu sejenis dengan penyembahan
berhala. Dan Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam sendiri telah
memberitahukan bahwa pelakunya merupakan makhluk
paling jahat di sisi Allah pada hari Kiamat kelak...”
”... Melukis gambar orang dengan tujuan untuk
mencontoh dengan melihatnya, mengkultuskannya
atau untuk kesenangan adalah haram dan
termasuk dosa besar, dan pelakunya akan
mendapatkan siksaan yang paling keras pada hari
Kiamat kelak, karena dia termasuk orang yang
zhalim yang menyerupai perbuatan Allah
Subhaanahu Wa Ta’ala yang sesungguhnya tidak
akan pernah mampu dilakukan oleh selain diri-Nya.
Dan sesungguhnya Allah Maha tinggi, tidak ada
sesuatu pun yang setara dengan-Nya, baik dalam
Dzat, sifat, maupun perbuatan Nya Subhaanahu Wa
Ta’ala.”

“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum
kalian telah menjadikan makam Nabi-nabi mereka
dan orang-orang salih di antara mereka sebagai
masjid. Maka, janganlah kalian menjadikan kuburan
sebagai masjid. Sesungguhnya aku melarang kalian
melakukan hal tersebut.”
(HR. Ibnu Abi Syaibah (II/83/2 dan II/376), dari al
Harits an Najrani )
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam
bersabda :

“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan


kuburanku sebagai berhala. Allah
melaknat kaum yang menjadikan kuburan
Nabi-nabi mereka sebagai masjid.”
[HR. Ahmad (7352), dari Abu Hurairah radhiyallaahu
‘Anhu)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

Janganlah duduk di atas kuburan dan jangan shalat


menghadapnya. [Muslim (II/668 no. 972) dari Abu
Martsad Radhiyallahu anhu]

Imam Nawawi rahimahullah (w. 676 H) :


“Hadits ini menegaskan terlarangnya shalat
menghadap ke arah kuburan. Imam Syâfi’i
rahimahullah mengatakan, ‘Aku membenci tindakan
pengagungan makhluk hingga kuburannya dijadikan
masjid. Khawatir mengakibatkan fitnah atas dia dan
orang-orang sesudahnya.”[Syarh Shahîh Muslim (VII/42)]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Bumi seluruhnya adalah masjid,


kecuali kuburan dan kamar mandi.
[HR. Ahmad (XVIII/312 no. 11788) dari Abu Sa’id
Radhiyallaahu ‘anhu]
 Shalat di kuburan dengan tujuan shalat jenazah

“Dikisahkan seorang wanita hitam atau pemuda biasa menyapu


masjid. Suatu hari Rasûlullâh Shallalalhu ‘alaihi wa sallam kehilangan
dia, sehingga beliaupun menanyakannya.“Dia sudah meninggal”
jawab para sahabat.“Mengapa kalian tidak memberitahuku?”
Mereka seakan tidak terlalu menaruh perhatian terhadap orang
tersebut. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tunjukkan
padaku di mana kuburannya?”Setelah ditunjukkan, beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam shalat atasnya, lalu bersabda, “Sesungguhnya para
penghuni kuburan ini diliputi kegelapan. Sekarang Allâh
meneranginya lantaran aku shalat atas mereka”. [HR. Bukhâri (I/551 no.
438) dan Muslim (II/659 no. 956)]
Fuqaha berbeda pendapat mengenai hukum membaca Al-Qur’an di
kuburan :
1. Membaca Al-Qur’an di kuburan adalah bid’ah. Inilah pendapat
Fuqaha mazhab Hambali, Ibnu Taimiyah, dan Ibnu Qayyim. (Al-
Mughni 2/424, Al-Furuq: 2/304, dan Mukhtashar fatawa Al-
mishriyah: 266)
Alasan mereka, Rasul melarang kita menjadikan rumah-rumah seperti
kuburan karena tidak digunakan untuk shalat dan tidak dibacakan Al-Qur’an.
(HR Muslim: kitabu shalatil musafirin: 1/39)
2. Makruh membaca Al-Qur’an di kuburan. Ini pendapat Imam Abu
Hanifah, Imam Malik, Imam Ahmad—menurut salah satu riwayat.
Alasan mereka karena kuburan itu najis sehingga makruh membaca
Al-Qur’an di tempat yang najis. (Majma’ul anhar: 2/552, Fatawa
Qadhi Khan: 1/162, dan Syarhul Kabir: 1/423)
3. Mubah membaca Al-Qur’an di kuburan. Ini pendapat Muhammad
bin Al-Hasan dari fuqaha mazhab Hanafi, sebagian fuqaha mazhab
Maliki, dan sebagian fuqaha mazhab Hambali. (Fatawa Qadhi Khan:
1/162, Majma’ul Anhar: 2/552, dan Syarhul Kabir: 1/423)
Mereka berdalil dengan hadits dha’if yang diriwayatkan dari Abu Bakar Ash-
Shiddiq, “Barang siapa yang berziarah ke makam dua orang tuanya atau salah
satunya setiap hari Jumat dan membaca surat Yasin di sisinya maka dosanya
akan diampuni Allah k.” (Ibnu Adi, Al-Kamil: 5/1801)
4. Sunah membaca Al-Qur’an di kuburan. Ini pendapat Imam Syafi’i,
sahabatnya dan Imam Ahmad. (Al-Majmu’: 5/294, Raudhatut
Thalibin: 2/139, dan Al-Furu’: 2/304)
Mereka juga berpendapat bahwa yang akan mendapat pahala adalah si
pembaca Al-Qur’an tersebut dan si mayit diibaratkan orang hidup yang dapat
mengambil hikmah dan rahmatnya. (Raudhatut Thalibin: 2/139)
2. Membangun Kuburan
a. Membuat bangunan di atas kuburan dan menemboknya.

Rasulullah saw melarang menembok kuburan, duduk di atasnya, dan


membuat bangunan di atasnya. (HR Muslim, dari Jabir RA)

Dari Abu al-Hayyaj al-Asadiy, ia berkata : Ali bin Abi Thalib berkata
kepadaku : Aku mengutusmu sebagaimana Rasulullah saw
mengutusku bahwa janganlah kamu membiarkan suatu patung
kecuali kamu menghapusnya, dan (janganlah kamu membiarkan)
kuburan yang dimuliakan kecuali kamu meratakannya. (HR. Muslim,
Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, dan Ahmad)
b. Menerangi dan menyalakan lampu di atas kuburan.

• Rasulullah saw melaknat wanita-wanita yang menziarahi kuburan,


orang-orang yang menjadikan kuburan sebagai masjid, dan
memberikan lampu di atas kuburan. (HR. Ahmad, Abu Daud,
Tirmidzi dan Nasa’i)

c. Menulis sesuatu di atas kuburan.

“Nabi saw melarang penembokan kuburan dan menulis sesuatu di


atasnya”. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
3. Ziarah Kubur
Ziarah kubur merupakan amalan yang disyariatkan
(dianjurkan) kepada kaum muslimin supaya dapat :
Sebagai pelajaran bagi yang masih hidup
Mengingat kematian bagi yang masih hidup.
Sehingga hatinya akan luluh, sering menangis dan
Selalu teringat akan kehidupan akhirat.

Apabila bukan karena tujuan ini maka akan dapat menjadi


wasilah kesyirikan atau melanggar batas-batas syariat.
Sabda Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, yang
diriwayatkan oleh Anas bin Malik radhiyallahuanhu:

"Dahulu kami pernah melarang kalian untuk ziarah


kubur, maka sekarang ziarahilah kubur karena ziarah
kubur dapat melembutkan hati, meneteskan air
mata, mengingatkan negeri Akhirat dan janganlah
kalian mengucapkan kata-kata kotor (di dalamnya).
(HR. Al-Hakim I/376)
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam berziarah kepada makam ibunya, lalu beliau
menangis, kemudian menangis pula lah orang-orang di sekitar
beliau. Beliau lalu bersabda: “Aku meminta izin kepada Rabb-
ku untuk memintakan ampunan bagi ibuku, namun aku tidak
diizinkan melakukannya. Maka aku pun meminta izin untuk
menziarahi kuburnya, aku pun diizinkan. Berziarah-kuburlah,
karena ia dapat mengingatkan engkau akan kematian” (HR.
Muslim no.108, 2/671)
"Sesungguhnya dulu aku telah melarang
kalian dari berziarah kubur, maka sekarang
ziarahilah kubur, sesungguhnya pada
ziarah kubur itu ada pelajaran (bagi yang
hidup)."
(HR. Ahmad III/38 dan al-Hakim I/374-375)
Semula dikeluarkannya larangan tersebut
disebabkan mereka baru saja terlepas dari masa
jahiliyah. Terkadang mereka masih menuturkan
berbagai perkataan jahiliyah yang batil. Tatkala
pondasi keislaman telah kokoh, berbagai hukumnya
telah mudah untuk dilaksanakan, berbagai rambunya
telah dikenal, maka ziarah kubur diperbolehkan”. (An
Nawawi; al Majmu’ 5/310)
Wanita diperbolehkan ziarah kubur, tetapi tidak
terlalu sering.
Dari shahabat Abdullah bin Abi Mulaikah :

“Aisyah suatu hari pulang dari pekuburan. Lalu aku bertanya


padanya : “Wahai Ummul Mukminin, dari mana engkau?” Ia
menjawab : “Dari kubur saudaraku Abdurrahman bin Abi
Bakr”. Lalu aku berkata kepadanya : “Bukankah Rasulullah
melarang ziarah kubur?” Ia berkata : “Ya, kemudian beliau
memerintahkan untuk berziarah” “ (HR. Al Hakim, 1/376; Al
Baihaqi, 4/78)
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata,
». « – –
– – .
– – .
» « .
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melewati seorang wanita yang
sedang menangis di sisi kubur. Rasulullah berkata, ’Bertakwalah kepada
Allah dan bersabarlah!’ Wanita tersebut berkata, ’Menyingkirlah dariku,
karena kamu tidak tertimpa musibah sepertiku’. Wanita tersebut tidak
mengetahui bahwa itu adalah Nabi. Lalu dia diberitahu bahwa yang
menegurnya adalah Nabi, maka dia kemudian mendatangi rumah
beliau. Dia tidak mendapati penjaga di rumah beliau. Dia berkata, ‘Aku
tidak mengetahui bahwa itu engkau’. Maka Nabi berkata, ‘Kesabaran itu
hanyalah di awal musibah’”. (HR. Bukhari no. 1283 dan Muslim no. 2179)
– –
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam melaknat para wanita yang sering
berziarah kubur”
(HR. Ibnu Majah no. 1641, 1642, 1643; Tirmidzi
no. 1076; dan Ahmad no. 8904)
Adab Ziarah Kubur
1. Hendaknya mengingat tujuan utama berziarah,
yakni untuk mengambil pelajaran dan mengingat
kematian/akhirat.
• Imam Ash Shan’ani rahimahullah : “Semua hadits di atas
menunjukkan akan disyari’atkannya ziarah kubur dan
menjelaskan hikmah dari ziarah kubur, yakni untuk
mengambil pelajaran seperti di dalam hadits Ibnu Mas’ud :
“Karena di dalam ziarah terdapat pelajaran dan peringatan
terhadap akhirat dan membuat zuhud terhadap dunia”. Jika
tujuan ini tidak tercapai, maka ziarah tersebut bukanlah
ziarah yang diinginkan secara syari’at” (Subulus Salaam
(1/502)
2. Mengucapkan Salam Ketika Memasuki Area Kuburan
Dari Buraidah radhiyallahu ‘anhu, dahulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam mengajarkan mereka (para shahabat) jika mereka keluar
menuju pekuburan agar mengucapkan :

“Salam keselamatan atas penghuni rumah-rumah (kuburan) dan kaum


mu’minin dan muslimin, mudah-mudahan Allah merahmati orang-orang
yang terdahulu dari kita dan orang-orang yang belakangan, dan kami
Insya Allah akan menyusul kalian, kami memohon kepada Allah
keselamatan bagi kami dan bagi kalian” (HR. Muslim no. 974)
3. Tidak memakai sandal ketika memasuki pekuburan
Dari shahabat Basyir bin Khashashiyah radhiyallahu ‘anhu :
“Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang berjalan,
tiba-tiba beliau melihat seseorang sedang berjalan diantara
kuburan dengan memakai sandal. Lalu Rasulullah bersabda,

“Wahai pemakai sandal, celakalah engkau! Lepaskan


sandalmu!” Lalu orang tersebut melihat (orang yang
meneriakinya). Tatkala ia mengenali (kalau orang itu adalah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia melepas kedua
sandalnya dan melemparnya” (HR. Abu Dawud, 2/72; An Nasa'i
1/288)
4. Tidak duduk di atas kuburan dan menginjaknya
•Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata
: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Sungguh jika salah seorang dari kalian duduk di atas


bara api sehingga membakar bajunya dan menembus
kulitnya, itu lebih baik daripada duduk di atas kubur”
(HR.Muslim 3/62)
5. Mendo’akan mayit jika dia seorang muslim
•Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,

“Nabi pernah keluar ke Baqi’, lalu beliau mendo’akan


mereka. Maka ‘Aisyah menanyakan hal tersebut
kepada beliau. Lalu beliau menjawab : “Sesungguhnya
aku diperintahkan untuk mendo’akan mereka” (HR.
Ahmad, 6/252)
6. Diperbolehkan menangis tetapi tidak boleh
meratapi mayit

"Tidak termasuk golongan kami orang yang


menampar pipi, merobek robek kerah baju dan
menyeru nyeru (menjerit jerit) dengan seruan
jahiliyyah." (HR. Bukhari no. 1294; Muslim no. 103)
7. Tidak mengucapkan al hujr

"Dahulu kami pernah melarang kalian untuk ziarah


kubur, maka sekarang ziarahilah kubur karena ziarah
kubur dapat melembutkan hati, meneteskan air mata,
mengingatkan negeri Akhirat dan janganlah kalian
mengucapkan kata-kata kotor (di dalamnya). (HR. Al-
Hakim I/376)
•Menurut Imam An Nawawi yang dimaksud Al Hujr
adalah perkataan bathil. Misalnya berdoa kepada
mayit, meminta tolong kepada mayit atau meminta
perlindungan kepada mayit.
•"Tidaklah samar lagi jika apa yang orang-orang awam
lakukan ketika berziarah dan berdo’a pada mayit,
beristighotsah kepadanya, serta meminta sesuatu
kepada Allah dengan perantaranya, adalah termasuk
"al hujr" yang paling berat dan ucapan bathil yang
paling besar.“ (Syaikh Al Albani, Ahkaamul Janaa-iz:
227)
8. Tidak boleh mengkhususkan waktu-waktu
tertentu untuk berziarah karena hal itu tidak ada
dalilnya. Kapan saja ziarah itu dibutuhkan, maka
boleh berziarah.
9. Tidak boleh melakukan safar hanya untuk
berziarah kubur

"Janganlah kamu melakukan perjalanan jauh/safar (dalam


rangka ibadah) kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram, Masjid
Rasul shallallahualaihi wa sallam (Masjid Nabawi) dan Masjidil
Aqsha“ (HR. Bukhari, 1189; Muslim, 1397)
8. Tidak boleh menabur bunga
“Diantara bid’ah yang diharamkan adalah
menaburkan/meletakkan bunga-bunga di atas
jenazah atau kubur karena hanya buang-
buang harta”
(Ta’liq Matan Al Ghayah wat Taqrib fi Fiqhis
Syafi’I hal. 106, Daar Ibnu Hazm)
Hikmah Larangan Mengagungkan Kuburan

Menutup pintu kemusyrikan baik syirik besar


maupun syirik kecil sebagaimana yang terjadi
pada kaum Nabi Nuh sampai sekarang ini.
“Janganlah kamu menjadikan rumahmu
sebagai kuburan, janganlah kamu
menjadikan kuburanku sebagai hari raya,
haturkanlah shalawat untukku, karena
shalawat kamu pasti sampai kepadaku, di
mana pun kamu berada.”
(HR. Abu Daud, kitab manasik, no. 1746)

You might also like