You are on page 1of 5

Hubungan Pengetahuan Lansia Tentang Pencegahan Hipertensi Dengan Pola Makan Lansia

(Relationship between Elderly Knowledge About Prevention of Hypertension and Elderly Diet)

Siti Mukaromah1, Maria Sri Hartati2, Siti Maimunah3


1
Dosen STIKES Wiyata Husada Samarinda
2
Praktisi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Provinsi Kalimantan Timur
3
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Wiyata Husada, Samarinda
Email : sitimukaromah@stikeswhs.ac.id

ABSTRACT

Elderly is a population group that is the focus of public attention because the elderly are a high risk of degenerative
diseases, one of which is hypertension. The wrong diet is one of the risk factors that increase hypertension, the
elderly need to increase their knowledge of proper diet for people with hypertension. Aim to find out the relationship
of knowledge of the elderly about how to prevent hypertension with an elderly diet at the Poli General Puskesmas
Temindung Samarinda. This type of research uses analytical surveys with a Cross Sectional approach. The
population in this study were elderly who had hypertension at the General Poly of Temindung Samarinda Health
Center with a sample of 47 people determined by accidental sampling technique. The Fisher's Exact Test results
obtained a value of ρ (0,000) <α (0.05) indicating that Ha is accepted, which means that there is a relationship
between knowledge about prevention of hypertension with an elderly diet at the General Poly of Temindung
Samarinda Health Center. Knowledge of the elderly about the prevention of hypertension is related to the diet of
the elderly. Therefore, the Puskesmas is expected to be able to improve the diet of the elderly through knowledge
about prevention of hypertension so that the health degree of the elderly can be optimal.

Keywords: Knowledge, Elderly, Prevention of Hypertension, Diet

PENDAHULUAN killer" karena tidak memiliki gejala awal tetapi


Lansia merupakan kelompok penduduk yang dapat menyebabkan penyakit jangka panjang
menjadi fokus perhatian masyarakat dan dan komplikasi yang berakibat fatal.
pemerintahan karena membawa berbagai Di Indonesia masih menjadi tantangan besar
permasalah yang harus diantisipasi dan menghadapi penyakit hipertensi, ini di
dicarikan jalan keluarnya, termasuk bidang karenakan Indonesia sendiri terdapat perubahan
kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu pola makan, yang mengarah pada makanan
setiap orang pasti mengalami pergantian cepat saji dan yang diawetkan, yang
(regenerasi) sel-sel dalam tubuhnya. Secara mengandung tinggi garam, lemak jenuh, dan
alamiah, sel tubuh juga mengalami penurunan rendah serat mulai tersebar terutama di kota-
dalam fungsinya akibat proses penuaan kota besar di Indonesia (Kemenkes, 2014 dalam
(Saragih, 2012). Pontoh, 2016).
Salah satu penyakit degeneratif yang Pola makan yang salah merupakan salah
banyak terjadi dan yang mempunyai tingkat satu faktor resiko yang meningkatkan penyakit
mortilitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi hipertensi. Faktor makanan modern sebagai
kuatitas hidup dan produktivitas seseorang penyumbang utama terjadinya hipertensi
salah satunya adalah penyakit hipertensi (Mahmudah, 2015).
(Hamid, 2013). Data WHO (2014) dalam (Angkawijaya,
Prevalensi hipertensi di dunia diperkirakan 2016) menunjukkan bahwa prevalensi
sebesar 1 milyar jiwa dan hampir 7,1 juta keseluruhan peningkatan tekanan darah pada
kematian setiap tahunnya akibat hipertensi atau orang dewasa berusia 18 dan lebih adalah
sekitar 13% dari lansia. Di Indonesia pada tahun sekitar 22%. Prevalensi tekanan darah yang
2002 didapatkan prevalensi hipertensi sebesar tertinggi di Afrika, dimana itu adalah 30% untuk
57,4% (Harahap, 2013). Kasus tingginya angka kedua jenis kelamin. Prevalensi terendah
penderita penyakit hipertensi ini menarik untuk tekanan darah berada di Amerika yaitu 18%
diteliti karena penyakit ini dikenal sebagai "silent untuk kedua jenis kelamin.
Berdasarkan data dari Kemenkes RI (2013) Penelitian ini menggunakan penelitian
dalam (Buletin, 2013) Keluhan kesehatan yang survey analitik dengan rancangan
paling tinggi adalah jenis keluhan lainnya menggunakan pendekatan Cross Sectional
(32,99%). Jenis keluhan lainnya di antaranya (Notoatmodjo, 2010).Adapun target populasi
keluhan yang merupakan efek dari penyakit dalam penelitian ini adalah lansia yang
kronis seperti asam urat, darah tinggi, rematik, mengalami hipertensi di Poli Umum Puskesmas
darah rendah dan diabetes. Kemudian jenis Temindung Samarinda dengan jumlah 139
keluhan yang juga banyak dialami lansia adalah responden yang diambil pada bulan Desember
batuk (17,81%) dan pilek (11,75%). 2016 sampai dengan Februari 2017. Besarnya
Berdasarkan data dari Riskesdas (2013) sampel dalam penelitian ini yaitu 47 responden.
Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat Pengambilan sampel yang digunakan dalam
melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun penelitian ini adalah Non Probability Sampling
sebesar 25,8 persen, tertinggi di Bangka dengan teknik Accidental Sampling,
Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (Notoatmodjo, 2010). Instrumen dalam
(30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa penelitian ini adalah kuesioner yaitu kuesioner
Barat (29,4%) Prevalensi hipertensi pencegahan hipertensi dan kuesioner pola
berdasarkan terdiagnosis tenaga kesehatan dan makan lansia.
pengukuran terlihat meningkat dengan
bertambahnya umur. HASIL PENELITIAN
Data dari Dinas Kesehatan Kota Samarinda TABEL 1
pada bulan Januari sampai dengan September DISTRIBUSI FREKUENSI PENGETAHUAN
menunjukkan dari 24 Puskesmas, 5 besar TENTANG PENCEGAHAN HIPERTENSI
Puskesmas dengan penyakit hipertensi
terbanyak terdapat di Puskesmas Segiri dengan
2541 penderita hipertensi, kedua Puskesmas
Temindung yaitu 2032 penderita hipertensi,
ketiga Puskesmas Sungai Kapih yaitu 1912
penderita hipertensi, ke empat Puskesmas
Sidomulyo dengan 1902 penderita hipertensi,
dan yang kelima adalah Puskesmas Palaran
Dengan 1404 penderita hipertensi. Berdasarkan tabel 1 distribusi pengetahuan
Data Kasus Baru Penyakit Tidak Menular tentang pencegahan hipertensi memperlihatkan
dari Puskesmas Temindung menunjukkan lansia frekuensi terbanyak pada responden baik
penderita hipertensi pada bulan Oktober yaitu sebanyak 34 responden (72,3%).
23 lansia, November 35 lansia, Desember 28
lansia, Januari 2017 terdapat 64 lansia dan TABEL 2
Februari 47 lansia yang mengalami hipertensi. DISTRIBUSI FREKUENSI POLA MAKAN PADA
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada 6 LANSIA
lansia di Puskesmas Temindung didapatkan 4
lansia tidak mengetahui pencegahan hipertensi
dan belum mengatur pola makan, lansia masih
makan makanan yang mengandung lemak
seperti kuning telur dengan frekuensi ± 3 kali
dalam seminggu, makanan yang mengandung
santan dengan frekuensi ± 3-4 kali dalam Berdasarkan tabel 2 distribusi pola makan lansia
seminggu dan lansia belum mengurangi memperlihatkan frekuensi terbanyak pada
penggunaan garam. 2 lansia mengetahui responden baik sebanyak 28 responden
pencegahan hipertensi dan mencoba menjaga (59,6%).
pola makan dengan mengurangi makanan yang
digoreng, mengkonsumsi buah seperti pisang, TABEL 3
mengurangi penggunaan garam dan melakukan ANALISIS HUBUNGAN PENGETAHUAN
olahraga. TENTANG PENCEGAHAN HIPERTENSI
DENGAN POLA MAKAN LANSIA
METODE PENELITIAN
dengan hal-hal yang dapat menurunkan
ataupun mengontrol tekanan darah.
Pengetahuan tentang pencegahan hipertensi
tidak baik sebanyak 13 responden (27,7%), hal
ini disebabkan karena lansia jarang
memeriksakan kesehatannya sehingga
kurangnya informasi yang didapatkan.
Berdasarkan tabel 3 diperoleh hasil analisis pengetahuan lansia tentang hipertensi hanya
hubungan antara pengetahuan tentang pada batas mengetahui saja namun belum
pencegahan hipertensi baik dengan pola makan memiliki kesadaran dalam hal pencegahan
baik sebanyak 33 responden (97,1%) dan terhadap hipertensi.
pengetahuan tentang pencegahan hipertensi Menurut (Mamik & Endang, 2013)
baik dengan pola makan tidak baik sebanyak 1 mengungkapkan bahwa pada lansia akan
responden (2,9%). Sedangkan pengetahuan mengalami kemunduran pada semua organ-
tentang pencegahan hipertensi tidak baik organ yang dimilikinya. Salah satunya
dengan pola makan baik sebanyak 3 responden kemampuan lansia untuk berespon dan berpikir,
(23,1%) dan pengetahuan tentang pencegahan adanya rangsangan yang datang juga akan
hipertensi tidak baik dengan pola makan tidak menurun. Hal ini menyebabkan pada lansia-
baik sebanyak 10 responden (76,9%). lansia tertentu akan malas berpikir saat
Hasil uji fisher’s exact test diperoleh nilai menerima stimulus berupa informasi sehingga
p=0,000 < α=0,05 maka dapat disimpulkan pengetahuan lansia pun juga sedikit.
bahwa ada hubungan pengetahuan tentang Pendapat yang dikemukakan oleh (Watson,
pencegahan hipertensi dengan pola makan 2010 dalam Pontoh, 2016), bahwa pengetahuan
lansia di Poli Umum Puskesmas Temindung tentang perawatan maupun dalam pencegahan
Samarinda . adalah bagian terpenting dalam memperbaiki
kesehatan. pada seseorang dengan
PEMBAHASAN pengetahuan rendah akan berdampak pada
perilaku pencegahan pada hipertensi
A. Pengetahuan Lansia Tentang (Hamid,2013).
Pencegahan Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data 2. Pola Makan Lansia
seperti pada tabel.1 tentang pengetahuan Berdasarkan tabel.2 tentang pola makan
tentang pencegahan hipertensi yang lansia di Poli Umum Puskesmas Temindung
menunjukkan bahwa sebagian besar memperlihatkan frekuensi terbanyak pada pola
pengetahuan tentang pencegahan hipertensi makan baik sebanyak 28 responden (59,6%),
baik, yaitu sebanyak 34 responden (72,3%), hal hal ini dikarenakan lansia sudah mengetahui
ini dikarenakan pengalaman atau informasi yang makanan yang dapat meyebabkan hipertensi
dimiliki oleh lansia terkait dengan pola sehingga lansia membatasi makanan-makanan
perawatan hipertensi. Lansia mengatakan tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian yang
mengetahui pencegahan hipertensi dari dilakukan oleh Agrina (2011) mengatakan
saudara, teman dan dari tenaga kesehatan bahwa makanan yang dimakan secara langsung
apabila lansia sedang memeriksakan atau tidak langsung berpengaruh terhadap
kesehatannya hal ini menjadi sumber kestabilan tekanan darah. Kandungan zat gizi
pengetahuan bagi lansia. seperti lemak dan sodium memiliki kaitan yang
Menurut (Notoatmodjo, 2012) umur erat dengan munculnya hipertensi.
merupakan salah satu faktor yang Pelaksaanaan diet yang teratur dapat
mempengaruhi pembentukan pengetahuan, menormalkan tekanan darah.
semakin tua umur seseorang semakin Pola makan lansia merupakan suatu
konstruktif dalam menggunakan koping pengaturan jumlah, jenis dan frekuensi
terhadap masalah yang dihadapi. Pengetahuan makanan yang dikonsumsi lansia setiap hari.
lansia tentang pencegahan hipertensi Menurut (Marliani, 2007 dalam Kurniawan,
merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh 2014) bahwa syarat-syarat pengaturan makan
lansia yang didapatkan melalui pengalaman untuk penderita hipertensi adalah membatasi
atau dari berbagai macam informasi terkait asupan natrium, baik yang berasal dari garam
dapur maupun dari bahan makanan yang
mengandung kolesterol, memperbanyak baik tetapi bukan jaminan mempengaruhi
mengkonsumsi bahan makanan yang tindakan pencegahan hipertensi.
mengandung serat makanan. Dari data ditemukan dari 47 responden
Frekuensi pola makan lansia yang tidak baik terdapat pengetahuan tentang pencegahan
sebanyak 19 responden (40,4%), hal ini hipertensi tidak baik dengan pola makan baik
disebabkan oleh lansia yang masih sebanyak 3 responden (23,1%), hal ini
mengkonsumsi makanan pemicu hipertensi dikarenakan lansia sudah terbiasa
seperti telur, mie instant, masakan yang mengkonsumsi makanan yang sehat untuk
bersantan dan belum mengurangi penggunaan menjaga kesehatannya sehingga walaupun
garam ataupun penyedap rasa. apabila lansia tersebut tidak mengetahui pencegahan
dikaitkan dengan kekambuhan hipertensi, faktor hipertensi namun tetap menjaga pola makannya
yang mempengaruhi untuk kekambuhan dengan baik.
hipertensi adalah pola makan yang belum Angkawijaya (2016), mengatakan
teratur (Ari , 2013). pengetahuan/pengalaman merupakan
Menurut Nugroho dalam Wijaya (2011) faktor/indikator yang sangat berperan dari orang
kebutuhan gizi bagi lanjut usia perlu dipenuhi yang melakukan tindakan terhadap sesuatu, jika
secara adekuat karena merupakan pokok seseorang di dasari pada pengetahuan yang
kelangsungan proses pergantian sel-sel dalam baik terhadap kesehatan maka orang tersebut
tubuh, akan tetapi nafsu makan mereka akan memahami bagaimana tindakan
cenderung terus menurun dan pola makannya pencegahan hipertensi dan mendorong untuk
berubah tidak teratur. mengalokasikan apa yang diketahuinya atau
melakukannya secara nyata. Pengetahuan
c. Hubungan Pengetahuan Lansia Tentang tentang hubungan penyakit dengan berbagai
Pencegahan Hipertensi Dengan Pola kebiasaan hidup dapat digunakan untuk
Makan Lansia mencegah penyakit secara efektif (Libri, 2015).
Hasil analisis data pada tabel.3 Hubungan Pola makan memegang peranan penting
Pengetahuan Tentang Pencegahan Hipertensi dalam peningkatan tekanan darah pada usia
Dengan Pola Makan Lansia Di Poli Umum lanjut (Pujianta, 2015). Makanan merupakan
Puskesmas Temindung Samarinda diperoleh faktor penting yang menentukan tekanan darah.
nilai p Value = 0,000 dan nilai alpha 0,05. Nilai p Mengkonsumsi buah dan sayuran segar dan
< α maka keputusan hipotesis Ha diterima menerapkan pola makan yang rendah lemak
dengan demikian dapat disimpulkan secara jenuh, kolesterol, dan total lemak, serta kaya
statistik bahwa ada hubungan pengetahuan akan buah, sayur, serta produk susu rendah
tentang cara pencegahan hipertensi dengan lemak terbukti secara klinis dapat menurunkan
pola makan lansia di Poli Umum Puskesmas tekanan darah (Mahmudah, 2015).
Temindung Samarinda, sehingga hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Yuni KESIMPULAN
(2012) dimana menurutnya, pengetahuan dapat Hasil uji Fisher’s Exact Test diperoleh nilai P
membantu seorang penderita hipertensi untuk Value = 0,000 < nilai alpha 0,05. Sehingga Ha
menjaga pola makan agar hipertensi yang diterima yang menunjukkan bahwa ada
diderita tidak semakin parah. hubungan pengetahuan lansia tentang
Dari data ditemukan dari 47 responden pencegahan hipertensi dengan pola makan
terdapat pengetahuan tentang pencegahan lansia di Poli Umum Puskesmas Temindung
hipertensi baik dengan pola makan tidak baik Samarinda. Oleh karena itu, Puskesmas
sebanyak 1 responden (2,9%), hal ini diharapkan mampu meningkatkan pola makan
dikarenakan terdapat lansia yang hanya lansia melalui pengetahuan tentang
sebatas mengetahui pencegahan hipertensi pencegahan hipertensi sehingga derajat
namun belum menerapkan pola makan yang kesehatan lansia dapat optimal. Saran Bagi
baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian institusi pelayanan kesehatan terutama
yang dilakukan oleh Angkawijaya (2016) yang Puskesmas diharapkan bagi petugas
menyatakan bahwa dari 62 responden yang kesehatan. sebaiknya penyuluhan dilakukan
memiliki pengetahuan baik ada 16 responden tidak hanya pada saat penderita datang berobat
(59,3%) yang tindak pencegahan hipertensi ke Puskesmas akan tetapi langsung turun
tidak baik. Walaupun pengetahuan yang dimiliki kelapangan menemui penderita hipertensi.dan
kebiasaan merokok.
Amurang Timur Kabupaten Minahasa
DAFTAR PUSTAKA Selatan. Fakultas Keperawatan Universitas
Agrina, dkk. (2011). Kepatuhan Lansia Sariputra Indonesia Tomohon. Vol. 3 (2).
Penderita Hipertensi Dalam Pemenuhan Diet Pujianta (2015). Hubungan Pola Makan Dengan
Hipertensi. Program Studi Ilmu Keperawatan Tingkat Hipertensi Lanjut Usia Di Posyandu
Universitas Riau. Vol 6, No.1 Pucanganom Rongkop Gunungkidul
Angkawijaya, A.A. (2016). Hubungan Tingkat Yogyakarta. Stikes Aisyiyah. Yogyakarta
Pengetahuan Masyarakat Dengan Tindakan Riskesdas (2013). Badan Penelitian Dan
Pencegahan Hipertensi Di Desa Motoboi Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kecil Kecamatan Kotamobagu Selatan. Kesehatan RI
Fakultas Kedokteran Unversitas Sam Saragih, F.L. (2012) Hubungan Pengetahuan
Ratulangi. Manado. Volume.IV.(1) Dan Sikap Lansia Dengan Pencegahan
Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan Hipertensi Di Puskesmas Pematang Raya
(2013). Gambaran Kesehatan Lanjut Usia Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.
Indonesia Akademi Kpeperawatan Sari Mutiara. Medan
Hamid, S.A. (2013). Hubungan Pengetahuan Wijaya, S.A. (2011). Hubungan Pola Makan
Dan Sikap Keluarga Tentang Pencegahan Dengan Tingkat Kejadian Hipertensi Pada
Hipertensi Dengan Kejadian Hipertensi. Lansia Di Dususn 14 Sungapan Tirtorahayu
Universitas Negeri Gorontalo Galun Kulon Progo. Stikes Aisyiyah.
Harahap, S. (2013). Gambaran Pengetahuan Yogyakarta
Wanita Lansia Tentang Hipertensi Di Yuni, T (2012). Hubungan Antara Pengetahuan
Lingkungan II Kelurahan Tanjung Gusta Tentang Hipertensi dengan Tingkat
Medan. Universitas Prima Indonesia. Medan Konsumsi Gizi dan Kaitannya dengan
Kurniawan, R. (2014). Hubungan Antara Stress Tekanan Darah pada Penduduk Wanita
Dan Pola Makan Dengan Terjadinya Dewasa di Desa Sawojajar Kecamatan
Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia Di Wanasari Kabupaten Brebes. Skripsi.
Posyandu Lansia Desa Pucangan. Fakultas Universitas Diponegoro. Semarang
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.
Surakarta
Libri, O., dkk. (2015). Hubungan Tingkat
Pengetahuan Dan Konsumsi Natrium
Terhadap Tekanan Darah Penderita
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Cempaka. Stikes YARSI SUMBAR.
Bukittinggi
Mahmudah, S., dkk. (2015). Hubungan Gaya
Hidup Dan Pola Mkan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan
Sawangan Baru. Universitas Pembangunan
Nasional. Jakarta. Volume.7.(2)
Mamik,R & Endang (2013). Hubungan Antara
Pengetahuan Dengan Keaktifan Lansia
Datang Ke Posyandu Lansia Di Dusun Kudu
Desa Kudu Banjar Kecamatan Kudu
Kabupaten Jombang. Stikes Pemkab.
Jombang
Notoatmodjo.S. (2003). Pendidikan Dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
__________ (2007). Kesehatan Masyarakat
Ilmu & Seni. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
__________ (2012). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Pontoh, M.M., dkk (2016). Hubungan
Pengetahuan Masyarakat Dengan Upaya
Pencegahan Hipertensi Di Puskesmas

You might also like