You are on page 1of 9

Jurnal Spasial: Penelitian, Terapan Ilmu Geografi dan Pendidikan Geografi

Nomor 3, Volume 7, 2020

GEOGRAFIS KAWASAN EKOWISATA PRPM “TRACKING MANGROVE IN LOVE”


Penulis : Arthur Gani Koto, Ivan Taslim, Merita Ayu Indrianti
Sumber : Nomor 3, Volume 7, 2020
Diterbitkan Oleh : Program Studi Pendidikan Geografi, STKIP PGRI Sumatera Barat
DOI : https://doi.org/10.22202/js.v7i3.4274

Untuk Mengutip Artikel ini:


Koto, Arthur Gani, Ivan Taslim, Merita Ayu Indrianti. 2020. Geografis Kawasan
Ekowisata PRPM “Tracking Mangrove In Love”. Jurnal Spasial, Volume 7, Nomor 3,
2020: 90-97. https://doi.org/10.22202/js.v7i3.4274.

Copyright © 2020, Jurnal Spasial


ISSN: 2540-8933 EISSN: 2541-4380

Program Studi Pendidikan Geografi


STKIP PGRI Sumatera Barat
Jurnal Spasial: Penelitian, Terapan Ilmu Geografi
Arthur Gani Koto Nomor 3, Volume 7, 2020
dan Pendidikan Geografi
Nomor 3, Volume 7, 2020
http://ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/spasial

GEOGRAFIS KAWASAN EKOWISATA PRPM “TRACKING MANGROVE IN LOVE”


1Arthur Gani Koto, 2Ivan Taslim, 3Merita Ayu Indrianti
1Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Jl. Prof. Mansoer Pateda, Desa Pentadio Timur, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo,
Provinsi Gorontalo, 96181, Indonesia, arthur@umgo.ac.id
2Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Jl. Prof. Mansoer Pateda, Desa Pentadio Timur, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo,

Provinsi Gorontalo, 96181, Indonesia, ivantaslim@umgo.ac.id


3Universitas Muhammadiyah Gorontalo, Jl. Prof. Mansoer Pateda, Desa Pentadio Timur, Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo,

Provinsi Gorontalo, 96181, Indonesia, ayusutarto@umgo.ac.id

ARTIKEL INFO ABSTRACT

Article history: One of the coastal areas including the mangrove forest, storing great potential to be used sustainably
Submit : 2020-08-17 in addition to its function also as a carbon stock storage. Mangrove forests become one of the
Editing : 2020-08-22
attractions to be used as an ecotourism area accompanied by local cultural concepts. This study aims
Accepted : 2020-10-28
to geographically analyze the "Tracking Mangrove in Love" (TMiL) Langge Village, North Gorontalo
District. Mangrove Restoration and Learning Center (PRPM) Center. The research method used is
Keyword:
Mangrove terrestrial observation, observation and analysis of multitemporal google earth imagery (2003-
Drone 2018). The DJI Phantom 4 unmanned vehicle that serves to photograph the TMiL ecotourism area
Orthomosaic was used as a tool in this study. The multitemporal Google Earth Imagery (2003-2018) functions to
Gorontalo observe changes in mangrove forest land cover before and after PRPM TMiL is opened to the public.
Drones that are flown on autopilot are operated using an android smartphone that has the Pix4D
Capture application installed. Aerial photographs produced from drone recordings are then
processed into orthomosaic using Pix4Dmapper Pro software. Orthomosaic data is then used for
current land use analysis and compared with multitemporal data from Google Earth imagery. The
environment around the ecotourism area was also observed, such as conditions, human activities, and
current land use. The results showed that PRPM TMiL did not highlight its function as an ecotourism
area as the understanding stated in Permendagri No.33 Year 2009.

Kawasan pesisir yang salah satu termasuk didalamnya yaitu hutan mangrove, menyimpan potensi
besar untuk dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan selain fungsinya juga sebagai penyimpan
stok karbon. Hutan mangrove menjadi salah satu daya tarik untuk dijadikan sebagai kawasan
wisata yang disertai konsep budaya lokal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara
geografis Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove (PRPM) “Tracking Mangrove in Love”
(TMiL) Desa Langge, Kabupaten Gorontalo Utara. Metode penelitian yang digunakan yaitu
pengamatan secara terestrial, pengamatan dan analisis dari citra google earth multitemporal
(2003-2018). Wahana tanpa awak DJI Phantom 4 yang berfungsi untuk memotret kawasan
ekowisata TMiL digunakan sebagai alat dalam penelitian ini. Citra Google Earth multitemporal
(2003-2018) berfungsi untuk mengamati perubahan tutupan lahan hutan mangrove sebelum dan
sesudah PRPM TMiL dibuka untuk umum. Drone yang diterbangkan secara autopilot dioperasikan
menggunakan smartphone android yang telah terinstal aplikasi Pix4D Capture. Foto udara yang
dihasilkan dari perekaman drone kemudian diolah menjadi orthomosaic menggunakan perangkat
lunak Pix4Dmapper Pro. Data orthomosaic selanjutnya digunakan untuk analisis kondisi PRPM
TMiL terkini lalu dibandingkan dengan data multitemporal dari citra google earth. Dilakukan pula
pengamatan lingkungan sekitar kawasan wisata seperti kondisi, aktivitas manusia, dan
penggunaan lahan sekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PRPM TMiL tidak
menonjolkan fungsinya sebagai kawasan ekowisata seperti pengertian yang tercantum dalam
Permendagri No.33 Tahun 2009.

©2020 Jurnal Spasial All rights reserved.

PENDAHULUAN
Wilayah pesisir memiliki banyak potensi yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup untuk
menunjang kehidupannya dan juga salah satu wilayah yang paling banyak menerima tekanan pencemaran
dan rentan terhadap penurunan kualitas lingkungan. Kerusakan hutan mangrove lebih banyak disebabkan
oleh aktivitas manusia (Ario et al., 2015). Mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang
mendominasi wilayah pesisir. Banyak jenis magrove di Indonesia dapat tumbuh dengan baik pada media
berlumpur beberapa diantaranya yaitu Rhizopora mucronata dan Avicennia marina (Noor et al., 2006).
Hutan mangrove dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk dijadikan sebagai kawasan ekowisata
yang mengenalkan akan pentingnya manfaat mangrove bagi lingkungan dan kehidupan manusia. Beberapa

Jurnal Spasial STKIP PGRI Sumatera Barat 90


Arthur Gani Koto Nomor 3, Volume 7, 2020
wilayah di Indonesia yang telah memanfaatkan hutan mangrove sebagai salah satu destinasi ekowisata
seperti Lampung Mangrove Center (Prasetyo et al., 2019), Kota Tarakan (Sawitri et al., 2013), Pantai Sari
Ringgung Lampung (Sari et al., 2015), Karangsong Indramayu (Prihadi et al., 2018), Wonorejo Suarabaya-
Jawa Timur (Umam et al., 2015), dan Bedul-Jawa Timur (Susetyo et al., 2015).
Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XV Gorontalo (2016) merilis data luas hutan mangrove
di Provinsi Gorontalo yaitu sekitar 9.298 ha. Ekosistem hutan mangrove terluas terdapat di Kabupaten
Pohuwato yaitu 4.909,6 ha kemudian Kabupaten Gorontalo Utara seluas 2.886,15 ha. Menurut peta digital
tutupan lahan Departemen Kehutanan (2011), luas hutan mangrove Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut)
sekitar 3.186,5 ha. Terdapat dua kecamatan yang paling banyak memiliki kawasan hutan mangrove, yaitu
Kecamatan Anggrek (1.413 ha) dan Kwandang (1.108,6 ha). Hutan mangrove di wilayah tersebut dominan
dimanfaatkan untuk sektor perikanan tambak berupa tambak udang dan ikan bandeng.
Hutan mangrove di pesisir Desa Langge Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorut mengalami
kerusakan seluas 3 ha. Masyarakat sekitar Desa Langge menebang dan mengambil batang pohon mangrove
untuk dijadikan bahan kayu bakar dan pagar rumah. Batang pohon mangrove juga digunakan untuk bahan
pembuat kapal bagan oleh nelayan untuk menangkap ikan di laut. Bila hal tersebut terjadi terus menerus
maka akan terjadi kerusakan lingkungan dan ekosistem pesisir Desa Langge. Mereka melakukan hal
tersebut karena dapat memberikan keuntungan bagi kehidupan sehari-hari.
Hal tersebut menjadi perhatian dari Pemda Gorut dan mengingatkan masyarakat agar tidak
menebang pohon mangrove yang tidak sesuai aturan. Akhirnya muncul ide dari Pemda Gorut untuk
memanfaatkan hutan mangrove tanpa harus menebang pohonnya. Tahun 2013 Kabupaten Gorut
mendapatkan bantuan proyek pemberdayaan masyarakat pesisir atau Coastal Community Development
Project (CCDP). Bantuan ini merupakan kerjasama strategis dari Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP) dengan International Fund Agricultural Development (IFAD). Dengan memanfaatkan bantuan
tersebut, maka dikembangkan wisata pesisir. Atas kerjasama International Fund for Agriculture
Development (IFAD) – Kementerian Kelautan dan Perikanan RI – Pemerintah Kabupaten Gorut akhirnya
pada Tahun 2017 Desa Langge secara resmi menampilkan daya tarik PRPM “Tracking Mangrove in Love”
(TMiL).

METODOLOGI
Penelitian bertempat di kawasan Pusat Restorasi dan Pembelajaran Mangrove (PRPM)
“Tracking Mangrove In Love” (TMiL) Desa Langge, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara. Desa
Langge terletak di pesisir utara Kabupaten Gorontalo Utara yang secara administratif berbatasan dengan
Teluk Kwandang di sebelah utara, Desa Ombulodata sebelah timur, Desa Ilodulunga sebelah barat, dan
Desa Tutuwoto dan Tolongio di sebelah selatan. Memiliki luas wilayah 3,05 km2 dengan jumlah
penduduk 575 jiwa (Kecamatan Anggrek Dalam Angka, 2018), dan luas hutan mangrove 31,5 ha atau
menempati 22,2 % dari total wilayah administrasi (Peta Digital BPS, 2017). Lokasi penelitian disajikan
pada Gambar 1.

Gambar 1. Lokasi penelitian

Metode penelitian yang digunakan yaitu pengamatan secara terestrial, pengamatan dan analisis

Jurnal Spasial STKIP PGRI Sumatera Barat 91


Arthur Gani Koto Nomor 3, Volume 7, 2020
dari citra google earth multitemporal (2003-2018). Tutupan lahan Desa Langge terdiri atas dua yaitu
pertanian lahan kering bercampur semak (110,4 ha) dan hutan mangrove primer (31,5 ha). Mata
pencaharian sebagian besar penduduk adalah petani. Dilihat dari atas berdasarkan citra satelit Google
Earth, kawasan PRPM TMiL nampak berbentuk gambar hati sebagaimana disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Kenampakan TMiL


Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu Drone DJI Phantom 4 dengan smartphone Xiaomi
Redmi Note 4 sebagai media koneksi untuk terbang secara autopilot. Penelitian dilaksanakan pada Bulan
November 2019 dalam kondisi cuaca cerah. Digunakan pula citra yang diunduh dari Google Earth secara
multitemporal (2003-2018) yang berfungsi untuk mengamati perubahan tutupan lahan hutan mangrove
sebelum dan sesudah kawasan PRPM TMiL Desa Langge dikomersialkan.
Wahana tanpa awak atau drone dapat merekam pada ketinggian dibawah awan sehingga
gambar yang dihasilkan lebih jernih dan detil. Drone yang diterbangkan secara autopilot dioperasikan
menggunakan smartphone android yang telah terinstal program Pix4D Capture. Foto udara yang
dihasilkan dari perekaman drone kemudian diolah menjadi orthomosaic menggunakan perangkat lunak
Pix4Dmapper Pro. Data orthomosaic tersebut digunakan untuk pengamatan penggunaan lahan saat ini.
Pengamatan lingkungan sekitar kawasan PRPM TMiL dilakukan seperti aktivitas manusia,
hewan, dan kondisi lingkungan setempat. Sistem Informasi Geografis (SIG) dilakukan untuk
menganalisis kondisi lingkungan hutan mangrove sebelum kawasan PRPM TMiL dibuka dan sesudah
dibuka seperti kondisi kerapatan vegetasi mangrove dan aktivitas manusia di sekitarnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Citra Multitemporal Kawasan PRPM TMiL Desa Langge

Pengamatan visual dari Google Earth secara multitemporal menunjukkan bahwa pada awal sebelum
dibukanya kawasan PRPM TMiL, kawasan ini merupakan hutan mangrove yang cukup lebat dan fungsinya
sebagai tempat berlabuh bagi perahu nelayan sekaligus sebagai tempat hilir mudiknya perahu nelayan
untuk melaut. Kenampakan kawasan PRPM TMiL secara multitemporal yang diambil dari Google Earth sejak
Tahun 2003 hingga Tahun 2018 secara berurutan disajikan pada Gambar 3.

Jurnal Spasial STKIP PGRI Sumatera Barat 92


Arthur Gani Koto Nomor 3, Volume 7, 2020

19 April 10 Juli

26 8 April

13 2

6 Juli 11 April

4 Mei 16 Mei

Gambar 3. Citra Multitemporal kawasan PRPM TMiL Desa Langge

Pemotretan Menggunakan Drone


Drone telah banyak dimanfaatkan untuk memotret kawasan hutan mangrove (Widodo et al.,
2019), (Numbere & Maimaitijiang, 2019), (Warfield & Leon, 2019), (Salim et al., 2018), (Ruwaimana et al.,
2017). Perekaman kawasan PRPM TMiL dilakukan pada saat pagi hari dalam kondisi cuaca cerah
sehingga foto udara yang dihasilkan jernih. Kondisi fisik drone diperiksa dan disiapkan, seperti baterai
dan remote controlled agar tidak ada hambatan ketika melakukan proses perekaman. Area of Interest
(AOI) disusun terlebih dahulu dengan tujuan memudahkan pengeplotan kawasan PRPM TMiL di
smartphone pada perangkat lunak Pix4D. AOI dibuat menggunakan model data vektor polygon di
perangkat lunak Google Earth Pro yang kemudian disimpan dalam format *.kml. Format *.kml tersebut
kemudian diekspor ke smartphone agar dapat dibaca pada perangkat lunak Pix4D.
Pengaturan drone untuk memotret kawasan PRPM TMiL dioperasikan pada Smartphone Xiaomi
Redmi Note 4 berbasis Sistem Operasi Android 4.4.2 Jelly Bean. Teknik perekaman drone dikendalikan
secara autopilot agar foto udara yang diambil sejajar satu sama lain. Pengaturan drone untuk memotret
kawasan PRPM TMiL diatur pada ketinggian 50 m dengan luasan 361 x 142 m dan waktu tempuh 8 menit
13 detik. Pemotretan menggunakan metode Grid Mission. Jarak tempuh drone selama perekaman sejauh
1,699 km. Hasil perekaman menghasilkan foto udara sebanyak 122 image. Informasi selengkapnya
disajikan pada Gambar 4.

Jurnal Spasial STKIP PGRI Sumatera Barat 93


Arthur Gani Koto Nomor 3, Volume 7, 2020
Gambar 4. Informasi perekaman drone

Pengolahan Foto Udara Menjadi Orthomosaic


Orthomosaic merupakan suatu proses dalam pengolahan foto udara yang telah dilakukan
rektifikasi (sesuai posisinya di permukaan bumi) sehingga menghasilkan gambar/foto udara tegak
(nadir). Foto udara yang direkam oleh drone dibuat orthomosaic dengan tujuan agar dapat diamati
kondisi terkini seputar kawasan PRPM TMiL. Pengolahan foto udara tersebut dilakukan dengan bantuan
perangkat lunak pengolah foto udara yaitu Pix4Dmapper Pro. Secara umum, langkah-langkah
pengolahan foto udara menjadi orthomosaic disajikan pada Gambar 5.

Local Processing

Initial Processing
Pointcloud and mesh
DSM, orthomosaic and index

Gambar 5. Langkah-langkah pengolahan foto udara

Pengolahan foto udara menjadi orthomosaic merupakan salah satu proses yang membutuhkan
waktu lama. Hal ini dikarenakan dalam teknik mosaic foto udara tersebut membutuhkan spsifikasi
komputer yang tinggi (Koto & Taslim, 2018). Semakin tinggi spesifikasi komputer dalam pengolahan foto
udara, maka waktu yang dibutuhkan akan semakin cepat pula. Dalam pemrosesan ini total waktu yang
dibutuhkan untuk mengolah foto udara menjadi orthomosaic yaitu 10 jam 4 menit 20 detik, luasan yang
dipotret 3,7 ha dengan Ground Sampling Distance (GSD) 2,14 cm. Orthomosaic kawasan PRPM TMiL
disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Orthomosaic Kawasan PRPM TMiL Desa Langge

Kondisi Kawasan PRPM TMiL


Kawasan PRPM TMiL dibuka untuk umum pada Bulan Januari 2017 yang dibangun melalui
kerjasama International Fund for Agriculture Development (IFAD) – Kementerian Kelautan dan
Perikanan RI – Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara. Pembangunan infrasturuktur dibangun melalui

Jurnal Spasial STKIP PGRI Sumatera Barat 94


Arthur Gani Koto Nomor 3, Volume 7, 2020
anggaran desa dan IFAD. Desainnya berbentuk lambang love disusun dari papan sepanjang 453 m (hasil
pengkuran visual data orthomosaic). PRPM TMiL merupakan lokasi ekowisata yang menggabungkan
konsep pemandangan hutan mangrove dan pembudidayaan kepiting bakau. Budidaya keramba kepiting
bakau saat tulisan ini disusun nampak tidak terurus dan tidak ada aktivitas didalamnya, seperti terlihat
pada Gambar 7.

Gambar 7. Pembudidayaan kepiting bakau yang tidak terurus

Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa Kawasan PRPM TMiL merupakan jalur hilir
mudiknya perahu nelayan untuk melaut sekaligus pula sebagai tempat berlabuhnya perahu-perahu
mereka. Hal ini nyata terjadi ketika dilakukan cek lapangan pada waktu pagi hari, beberapa nelayan
nampak melakukan aktivitas untuk melaut. Seluruh perahu nelayan menggunakan mesin sebagai tenaga
pendorongnya, dimana mesin tersebut mengeluarkan suara yang cukup keras sampai diujung kawasan
hutan mangrove. Akibatnya, hewan-hewan yang ada seperti burung tidak nampak bertengger di
pepohonan.

Gambar 8. Aktivitas nelayan pagi hari. (Sumber : Cek lapangan, 1 November 2019)

Jurnal Spasial STKIP PGRI Sumatera Barat 95


Arthur Gani Koto Nomor 3, Volume 7, 2020
Titian pintu masuk kawasan PRPM TMiL yang seharusnya tampil menarik dan rapih tidak
nampak penulis jumpai ketika berkunjung. Hal ini tentunya akan mengurangi kesan bahwa tempat ini
merupakan kawasan ekowisata mangrove. Sarana MCK tidak tersedia dengan nyaman dan memadai.
Begitupun area kuliner tidak tersedia di sekitaran kawasan PRPM TmiL.

Gambar 9. Titian pintu masuk


Melangkah jauh ke dalam, di salah satu sudut nampak titian yang roboh tiang penyangganya.
Hal tersebut tentu terkesan terbengkalai dan akan membahayakan bagi pengunjung khususnya bagi
anak-anak kecil.

Gambar 10. Salah satu sudut titian yang rusak.


Analisis berdasarkan perekaman secara multitemporal dari citra Google Earth pada tanggal 6 Juli
2015 terjadi penebangan pohon mangrove (lihat Gambar 3). Hal tesebut semakin jelas terlihat ketika
dibukanya kawasan PRPM TMiL (Gambar 6). Sekitaran lahan parkir yang seharusnya tersedia secara
memadai tidak nampak, malah yang nampak adalah aktivitas penduduk yang sedang membuat perahu.
Nampak pula penggunaan lahan pertanian lahan jagung tak jauh dari kawasan PRPM TMiL.

Gambar 11. Kondisi sekitar kawasan PRPM TMiL


KESIMPULAN
Kawasan ekowisata yang selayaknya memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan
dukungan terhadap usaha-usaha konservasi sumberdaya alam, serta peningkatan pendapa-tan
masyarakat lokal, tidak terlihat secara nyata di Kawasan PRPM TMiL. Konservasi sumberdaya alam yang
ditonjolkan dapat berupa sarana edukasi bagi pengunjung mengenai pentingnya hutan mangrove dan
kaitannya dengan keberlanjutan dan kelestarian lingkungan. Slogan Pusat Restorasi dan Pembelajaran
Mangrove (PRPM) TMiL yang terpampang di gerbang masuk tidak sesuai dengan keputusan
Permendagri No.33 Tahun 2009 sebab tidak nampak aksi dan keaktifan masyarakat dalam hal

Jurnal Spasial STKIP PGRI Sumatera Barat 96


Arthur Gani Koto Nomor 3, Volume 7, 2020
pembudidayaan bibit pohon mangrove. Terlepas dari usaha pemerintah desa dan masyarakat setempat
yang memiliki semangat dan kemauan kuat untuk memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang ada di
desanya sekaligus ingin meningkatkan pendapatan lokal, tentunya harus diapresiasi bagi seluruh
kalangan. Apresiasi tersebut dapat dalam bentuk dukungan dana, pemeliharaan sarana/prasarana,
tersedianya lokasi pembibitan pohon mangrove, peningkatan skill SDM setempat dan bantuan benih
kepiting bakau hingga proses pemasarannya. Selain itu, wisatawan yang berkunjung dapat disuguhi aksi
menanam pohon mangrove yang telah disediakan lokasinya ataupun menyaksikan hamparan bibit
mangrove dalam polibag yang sedang disiapkan untuk ditanam. Hal-hal diatas tentunya tidak dapat
berjalan dengan mudah dan dalam tempo singkat, butuh waktu, edukasi serta bantuan dan kerjasama
dari segala pihak.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penelitian ini terselenggara melalui hibah penelitian internal skim Penelitian Dasar Dosen
Pemula Universitas Muhammadiyah Gorontalo yang difasilitasi oleh LPPM. Melalui kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Muhammadiyah Gorontalo yang telah
sepenuhnya mendanai penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ario, R., Subardjo, P., & Handoyo, G. (2015). Analisis Kerusakan Mangrove Di Pusat Restorasi Dan Pembelajaran Mangrove (PRPM),
Kota Pekalongan. Jurnal Kelautan Tropis, 18(2), 64–69.
Kecamatan Anggrek Dalam Angka. (2018). BPS.
Koto, A. G., & Taslim, I. (2018). Kajian Ruang Terbuka Hijau Kampus Universitas Muhammadiyah Gorontalo Menggunakan Foto Udara
Drone. MKG, 19(2), 153–164. https://doi.org/10.41710/jwl.7.2.63-78
Noor, Y. R., Khazali, M., & Suryadiputra, I. N. N. (2006). Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP. Bogor.
Numbere, A. O., & Maimaitijiang, M. aitiniyazi. (2019, April 8). Mapping of Nypa Palm Invasion of Mangrove Forest Using Low-
Cost and High Resolution UAV Digital Imagery in The Niger Delta,
Nigeria. https://www.gavinpublishers.com/articles/research-article/Current-Trends-in-Forest- Research/mapping-of-
nypa-palm-invasion-of-mangrove-forest-using-low-cost-and-high-resolution-uav- digital-imagery-in-the-niger-delta-nigeria
Peta Digital BPS. (2017). [Map]. BPS.
Prasetyo, D., Darmawan, A., & Dewi, B. S. (2019). Persepsi Wisatawan dan Individu Kunci tentang Pengelolaan Ekowisata di
Lampung Mangrove Center. Jurnal Sylva Lestari, 7(1), 22–29.
Prihadi, D. J., Riyantini, I., & Ismail, M. R. (2018). Pengelolaan Kondisi Ekosistem Mangrove Dan Daya Dukung Lingkungan Kawasan
Wisata Bahari Mangrove Di Karangsong Indramayu. Jurnal Kelautan Nasional, 13(1), 53–64.
https://doi.org/10.15578/jkn.v1i1.6270
Ruwaimana, M., Atmaja, N., & Yuda, I. P. (2017). Resolusi Spasial Optimum pada Citra Drone untuk Klasifikasi Spesies Mangrove
dengan Metode Maximum Likelihood. Jurnal Biota, 2(2), 68–76. https://doi.org/10.24002/biota.v2i2.1659
Salim, H. L., Ati, R. N. A., & Kepel, T. L. (2018). Pemetaan Dinamika Hutan Mangrove Menggunakan Drone Dan Penginderaan Jauh
Di P. Rambut, Kepulauan Seribu. Jurnal Kelautan Nasional, 13(2), 89–97. https://doi.org/10.15578/jkn.v13i2.6639
Sari, Y., Yuwono, S. B., & Rusita. (2015). Analisis Potensi Dan Daya Dukung Sepanjang Jalur Ekowisata Hutan Mangrove Di Pantai Sari
Ringgung, Kabupaten Pesawaran, Lampung. Jurnal Sylva Lestari, 3(3), 31–40.
Sawitri, R., Bismark, M., & Karlina, E. (2013). Ekosistem Mangrove Sebagai Obyek Wisata Alam Di Kawasan Konservasi Mangrove Dan
Bekantan Di Kota Tarakan. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 10(3), 297–314.
Susetyo, B. B., Herlambang, S., & Astina, I. K. (2015). Analisis Evaluasi Kesesuaian Lahan Ekowisata Blok Mangrove Bedul
Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Pendidikan Geografi, 20(2), 20–29.
Umam, K., Sudiyarto, & Winarno, S. T. (2015). Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya.
Jurnal AGRARIS, I(1), 38–42. https://doi.org/10.18196/agr.116
Warfield, A. D., & Leon, J. X. (2019). EstimatingMangrove Forest Volume Using Terrestrial Laser Scanning and UAV- Derived
Structure-from-Motion. Drones, 3(32), 1–17. https://doi.org/10.3390/drones3020032
Widodo, A. W., Hernando, D., & Wayan Firdaus Mahmudya. (2019). Mangrove Forest Classification in Drone Images Using HSV
Color Moment and Haralick Features Extraction with K-Nearest Neighbor. Signal and Image Processing Letters, 1(3), 1–12.
https://doi.org/10.31763/simple.v1i3.6

Jurnal Spasial STKIP PGRI Sumatera Barat 97

You might also like