You are on page 1of 9

CORE Metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk
Provided by Talenta Publisher (E-Journals, Universitas Sumatera Utara)

Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : 2356-4725


Vol.5, No.1. April 2018. (4) : 20- 29

Deskripsi Makrofauna pada Tanah Andisol di Kabupaten Karo dengan Berbagai


Ketebalan Abu Vulkanik Gunung Sinabung

Description of Macrofaunal Communities at Different Thickness of Sinabung Volcanic Ash


on Andisol Soil in Karo Regency

Armando Septian Simbolon*, Mariani Sembiring, Tengku Sabrina


Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155
*Corresponding author :ardoseptiansimbolon@gmail.com

ABSTRACT

Changed of soil conditions will result the changed population and diversity in the soil. The eruption
of Sinabung Mount caused the surface of the soil covered with volcanic ash with various thickness.
This research was to study description of macrofaunal communities at different thickness of
Sinabung volcanic ash on andisol soil in Karo Regency. Experiment was conducted at May 2017.
The experiment plot was located at four locations, location I was not covered by ash (0 cm),
location II was covered with thin ash (≤2 cm), location III was covered with medium ash (2-8 cm),
location IV was covered with thick ash (≥8 cm) using the transect sampling method. Samplies was
collected by using the Pitfall Trap, Monolith quadrant and the Hand Sorting method. Macrofaunal
communities found 3 phyla, 6 classes, 11 order, 17 families, and 18 species at location I.
Macrofaunal communities found 3 phyla, 7 classes, 11 orders, 16 families, and 17 species at
location II. Macrofaunal communities found 2 phyla, 3 classes, 7 orders, 9 families, and 9 species
at location III. Macrofaunal communities found 1 phylum, 2 classes, 5 orders, 7 families, and
7 species at location IV.
Keywords : Karo Regency, Soil macrofauna, Transect, Volcanic ash.

ABSTRAK

Perubahan kondisi tanah akan berakibat ke populasi dan diversitas di dalam tanah. Letusan gunung
Sinabung mengakibatkan permukaan tanah tertutupi abu vulkanik dengan berbagai ketebalan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi makrofauna tanah pada tanah andisol di
Kabupaten Karo dengan berbagai ketebalan abu vulkanik gunung Sinabung, dilakukan pada bulan
Mei 2017. Plot ditempatkan di empat lokasi, lokasi I tidak tertutupi abu (0 cm), lokasi II tertutupi
abu tipis (≤2 cm), lokasi III tertutupi abu sedang (2-8 cm), lokasi IV tertutupi abu tebal (≥8 cm)
dengan metode transek. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Pitfall Trap, Monolith
kuadrat dan Hand Sorting. Lokasi I tidak tertutupi abu (0 cm) ditemukan 3 filum, 6 kelas, 11 ordo,
17 famili, dan 18 spesies. Lokasi II tertutupi abu tipis (≤2 cm) ditemukan 3 filum, 7 kelas, 11 ordo,
16 famili, dan 17 spesies. Lokasi III tertutupi abu sedang (2-8 cm) ditemukan 2 filum, 3 kelas,
7 ordo, 9 famili, dan 9 spesies. Lokasi IV tertutupi abu tebal (≥8 cm) ditemukan 1 filum, 2 kelas,
5 ordo, 7 famili, dan 7 spesies.
Kata kunci : Abu vulkanik, Kabupaten Karo, Makrofauna tanah, Transek.

PENDAHULUAN vulkanik akan melapuk menjadi bahan


induk tanah dan selanjutnya akan
Gunung Sinabung tercatat mempengaruhi sifat dan ciri tanah yang
mengalami erupsi pada bulan September akan terbentuk. Sifat-sifat tanah yang
2013, sebelumnya gunung ini sudah dipengaruhi yaitu sifat fisik, kimia serta
bererupsi yaitu pada tanggal 3 September biologi tanah.
2010 (BPTP Sumatera Utara, 2013). Abu
20
Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : 2356-4725
Vol.5, No.1. April 2018. (4) : 20- 29

Hasil erupsi adalah salah satu kimia lingkungan. Semakin tinggi


bahan induk yang nantinya akan melapuk keanekaragaman makrofauna tanah pada
menjadi tanah. Abu vulkanik mengandung suatu tempat, maka semakin stabil
logam berat dan zat-zat mikro berbahaya ekosistem ditempat tersebut (Suin, 2006).
bersifat mudah mengendap. Hasil analisis Berdasarkan uraian di atas maka
Balitbangtan (2014) pH tanah berkisar perlu dilakukan penelitian mengenai
4,4-6,5 sedangkan pH abu vulkan gunung komunitas makrofauna di tanah andisol
Sinabung berkisar 3,3-3,5. pH tanah yang yang tertutupi abu vulkanik gunung
rendah dan endapan abu vulkanik akan sinabung. Penelitian ini juga dihubungkan
mengganggu aktivitas organisme tanah adanya perubahan sifat fisik kimia dan
karena terikatnya logam berat dan bersifat biologi tanah yang berkaitan dengan
racun. kehidupan makrofauna tanah.
Abu vulkanik yang cukup lama
menutupi permukaan tanah akan BAHAN DAN METODE
mengendap dan mengeras bergantung pada
tingkat ketebalannya. Ini akan Penelitian ini dimulai bulan Mei
mempengaruhi aerasi tanah, respirasi, 2017 sampai dengan Oktober 2017
ketersediaan oksigen dan bahan organik di Kecamatan Naman Teran Kabupaten
dalam tanah yang berdampak pada Karo dan di Laboratorium Biologi Tanah,
kehidupan organisme dalam tanah. Jika Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas
semakin tebal abu yang menutupi tanah Pertanian Universitas Sumatera Utara,
maka kandungan bahan organik akan Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m
mengalami penurunan, karena pada tanah diatas permukaan laut.
yang terkena abu, organisme tanah sulit Bahan yang digunakan dalam
untuk bertahan hidup sehingga proses penelitian ini adalah sampel tanah yang
dekomposisi akan terhambat dan tidak terkena abu vulkanik Sinabung dan
berpengaruh terhadap kandungan bahan tanah yang terkena abu dengan kedalaman
organik tanah (Sinaga, 2015). 0-30 cm, alkohol 70%, aquades,
Makrofauna tanah dalam air steril dan diphenilamine, larutan
komunitasnya memiliki peran penting K2Cr2O7, H2SO4 pekat, H3PO4 85%,
terhadap tanah yaitu dalam menyediakan dan FeSO4 0,5N, deterjen untuk
peyeimbang ekosistem, memperbaiki aerasi menyeimbangkan konsentrasi alkohol serta
dan drainase tanah, memperbaiki bahan-bahan kimia lain yang digunakan
perkembangan akar pada tumbuhan, untuk analisis di laboratorium.
mendaur ulang bahan organik tanah, Alat yang dgunakan dalam
mendegradasi polutan, meregulasi penelitian ini adalah GPS (Global Position
komunitas tumbuhan, serta sebagian System), kamera digital, soil tester, soil
diantaranya berperan sebagai predator termometer, monolith kuadrat, pH meter,
hama penyebab penyakit. Arthropoda tanah spectrophotometer, bor tanah, corong
berperan penting dalam kesuburan tanah plastik, timbangan analitik, pipet skala,
karena sebagai bioindikator perubahan cangkul, parang, pacak, terpal, karet
lingkungan dan kesuburan tanah gelang, botol sampel, ember plastik
(Yulipriyanto, 2010) (diameter permukaan 15 cm), kantong
Komunitas fauna tanah dipengaruhi plastik, karung goni, pinset, spidol
oleh berbagai faktor lingkungan yaitu permanen, kertas data, buku catatan, pensil,
faktor biotik dan abiotik. Kedua faktor ini meteran, kertas grafik dilaminating, loup,
sangat menentukan komposisi fauna yang dan mikroskop stereo.
hidup disuatu habitat. Perbedaan distribusi Penelitian ini dilakukan dengan
dan kelimpahan fauna terutama adalah menggunakan metode survei. Pengamatan
pengaruh dari perbedaan sifat fisika dan yang dilakukan adalah dengan melihat

21
Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : 2356-4725
Vol.5, No.1. April 2018. (4) : 20- 29

makrofauna tanah yang ada, yang meliputi Metode kuadrat digunakan untuk
deskripsi makrofauna yaitu dengan Metode pengambilan sampel makrofauna tanah
Pitfall Trap serta Metode Kuadrat dan yang kurang aktif di permukaan tanah
Hand Sorting. tetapi lebih aktif di dalam tanah. Sampel
Pengambilan sampel tanah tanah pada masing-masing titik sampling
dilakukan hingga kedalaman 0-30 cm, diambil sebanyak 8 plot menggunakan alat
Penentuan lokasi plot sampling dilakukan Monolith kuadrat ukuran 30 × 30 cm, tanah
dengan metode transec. Setiap plot diambil sampai kedalaman 30 cm. Jarak
sampling ditempatkan dengan jarak yang antara kuadrat satu dengan lainnya paling
telah ditentukan pada lahan tidak tertutupi dekat 10 m. Tanah yang diperoleh
dan tertutupi abu pada tempat yang dimasukkan ke dalam goni plastik.
dianggap mewakili keberadaan makrofauna Pengambilan sampel dilakukan antara
tanahnya. Untuk tanah yang tidak terkena pukul 06.00 – 09.00 WIB. Selanjutnya
abu diambil di daerah pertanaman yang makrofauna tanah yang ditemukan pada
sudah diolah (lokasi I), sedangkan untuk tanah tersebut diambil dengan metode hand
sampel tanah yang tertutupi abu, sorting (disortir dengan tangan) secara
pengambilan sampel dilakukan pada tanah teliti. Makrofauna tanah yang didapat
yang tertutupi berbagai ketebalan abu kemudian dikumpulkan dan dibersihkan
sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dengan air lalu dimasukkan ke dalam botol
yaitu tipis ≤ 2 cm (lokasi II), sedang 2-8 cm sampel sesuai dengan plotnya dan
(lokasi III), dan tebal ≥8 cm (lokasi IV). diawetkan dengan alkohol 70%.
Pengambilan sampel makrofauna Selanjutnya semua sampel makrofauna
tanah yang aktif di permukaan tanah tanah yang ditemukan dari metode Pitfall
dilakukan dengan metode Pitfall Trap, Trap dan Kuadrat dibawa ke Laboratorium
yaitu: pada masing-masing titik sampling Biologi Tanah Program Studi
yang telah ditentukan, ditempatkan dan Agroekoteknologi untuk diidentifikasi.
ditanam ember plastik berdiameter Sampel makrofauna tanah yang
permukaan 15 cm sebanyak 10 ember dibawa dari lapangan dikelompokkan
dengan jarak antara ember satu dengan sesuai dengan kesamaan ciri-
yang lainnya paling dekat 10 m. Bagian ciri morfologinya kemudian diawetkan
permukaan ember tersebut ditanam sejajar dalam alkohol 70%. Proses determinasi
dengan permukaan tanah dan selanjutnya dan identifikasi dilakukan dengan
ember-ember ini diberi atap dari terpal memperhatikan morfologi (bentuk luar
dengan ukuran 30 × 30 cm setinggi ± tubuhnya) melalui loup dan mikroskop
15 cm dari tanah untuk menghindari stereo serta menggunakan beberapa buku
masuknya air hujan dan sinar matahari ke acuan.
dalamnya. Kemudian masing-masing
ember diisi dengan larutan alkohol 70% HASIL DAN PEMBAHASAN
sebanyak ± 250 ml sebagai pembunuh dan
pengawet serta dicampur dengan sedikit Berdasarkan hasil penelitian yang
larutan deterjen untuk meniadakan telah dilakukan pada empat lokasi yaitu
tegangan permukaan pada larutan alkohol lokasi I (tidak tertutupi abu), lokasi
tersebut. Ember Pitfall Trap ini dipasang II (tertutupi abu tipis), lokasi III (tertutupi
pada pukul 08.00 WIB dan diambil tiga abu sedang) dan lokasi IV (tertutupi abu
hari berikutnya. Makrofauna tanah yang tebal) ditemukan berbagai macam
terperangkap dimasukkan ke dalam botol makrofauna tanah dapat dilihat pada
sampel sesuai dengan plotnya dan gambar – gambar dibawah ini.
diawetkan dengan alkohol 70%.

22
K : Animalia Lycosidae).Warna tubuh cokelat kecuali
P : Annelida pada bagian cephalothoraks dan abdomen
C : Chaetopoda yang agak gelap.
O : Oligochaeta
K : Animalia
F : Megascolecidae
P : Arthropoda
G : Megascolex
C : Chilopoda
Sp : Megascolex sp.
O : Lithobiomorpha
(Cacing Tanah)
F : Lithobiidae
Panjang tubuh 9 - 13 cm, lebar tubuh 0,3 –
G : Lithobius
0,4 cm dengan jumlah segmen antara 134 -
Sp : Lithobius sp.
178. Prostomium tipe Epilobus. Klitelium
(Lipan/Kelabang)
berbentuk Annular dimulai pada segmen ke
Panjang tubuh 1 - 1,2 cm, lebar tubuh 0,1 -
14-16, mempunyai setae dengan tipe
0,2 cm. Caput bulat dan pendek dan terdapat
Perichaetine. Lubang kelamin jantan pada
sepasang mata dan antena yang panjang.
segmen 18, betina pada segmen 7 - 9. Warna
Bagian mulut terdapat sepasang capit
bagian dorsal merah keunguan, ventral pucat
dengan tipe pengunyah. Memiliki 10 - 15
atau coklat keputihan. ujung anterior coklat
segmen pada bagian abdomen, segmen
keputihan dan ujung posterior abu-abu
memiliki 2 bentuk, lebar dan sempit, kedua
coklat.
segmen tersebut berseling membentuk
K : Animalia
tubuh, ujung abdomen terdapat sepasang
P : Annelida
cerci yang panjang. Tubuh seutuhnya
C : Chaetopoda
berwarna merah kecokelatan.
O : Oligochaeta
K : Animalia
F : Megascolecidae
P : Arthropoda
G : Pheretima
C : Diplopoda
Sp : Pheretima sp.
O : Polydesmidae
(Cacing Tanah)
F : Polydesmida
Panjang tubuh 15 – 18,5 cm, lebar tubuh 0,5
G : Polydesmus
– 0,6 cm. Jumlah segmen antara 125 –145.
Sp : Polydesmus sp.
Prostomium tipe Epilobus. Klitelium
(Kaki seribu)
berbentuk Annular dan tidak menebal pada
Panjang tubuh 1,5 - 2 cm, lebar tubuh 0,3
segmen ke 13 - 15, segmennya jelas. Setae
cm. Cepalothoraks agak membulat, terdapat
dengan tipe Perichaetin. Lubang kelamin
sepasang mata dan antena yang pendek,
jantan pada segmen ke 18 dan satu lubang
dengan mulut tipe pengunyah. Memiliki 17
betina di segmen ke 14. Warna tubuh bagian
- 20 segmen, tepi segmen memipih, tiap
dorsal coklat keunguan, ventral pucat, ujung
segmen dijumpai 2 pasang kaki kecuali
anterior coklat sampai pucat/kuning.
pada segmen terakhir. Ujung abdomen
K : Animalia
terdapat ovipositor agak meruncing. Warna
P : Arthropoda
tubuh cokelat kehitaman, kaki putih.
C : Arachnida
melindungi diri dengan menggulungkan
O : Araneae
tubuhnya jika merasa terancam.
F : Lycoside
K : Animalia
G : Trochosa
P : Arthropoda
Sp : Trochosa canapii
C : Insecta
(Laba-laba tanah)
O : Blattodae
Panjang tubuh 1 - 1,1 cm, lebar tubuh 0,3
F : Ectobiidae
cm. Memiliki 8 pasang mata. Memiliki 4
G : Blatella
pasang kaki dengan panjang rata-rata 0,8
Sp : Blatella germanica
cm. Chepalothoraks memiliki pola yang
(Kecoak jerman)
khas (pada kebanyakan Genus dari Family

23
Panjang tubuh 1,2 cm, lebar tubuh 0,4 cm. K : Animalia
Tubuh lonjong dan agak tipis. Kepala pipih. P : Arthropoda
Mata jelas terlihat. Memiliki antena yang C : Insecta
panjang hingga 0,7 cm. Pronotum dengan O : Coleoptera
abdomen sejajar. Memiliki sepasang sayap F : Melolonthidae
yang tipis. Pada bagian ujung abdomen G : Phyllophaga
dijumpai sepasang cerci. Kaki cukup jenjang Sp : Phyllophaga sp.
dan terdapat duri halus pada bagian tibia. (Kumbang tanah)
Warna tubuh seluruhnya cokelat. Panjang tubuh 0,9 – 1,1 cm, lebar tubuh 0,5
K : Animalia cm. Tubuh kokoh berbentuk bulat lonjong
P : Arthropoda dan tebal. Caput bulat dan agak pipih. Mulut
C : Insecta tipe pengunyah, antena bercabang 3.
O : Coleoptera Pronotum dan elytra sejajar dengan batas
F : Carabidae yang jelas. Ujung elytra tumpul dan sedikit
G : Calosoma membulat. Tubuh berwarna kuning
Sp : Calosoma sp. kegelapan, coklat kemerahan sampai hitam
(Kumbang kotoran) dan terkadang berwarna metalik.
Panjang tubuh 0,9 - 1,2 cm, lebar tubuh 0,35 K : Animalia
- 0,4 cm. Caput terdapat sepasang mata dan P : Arthropoda
antena yang panjang dan terdiri atas 14 ruas. C : Insecta
Mata jelas terlihat. Mulut tipe penggigit O : Dermaptera
pengunyah. Batas pronotum bulat pendek. F : Carcinophoridae
Pada elytra terdapat garis-garis. Kaki 3 G : Euborelia
pasang yang terdiri atas, koksa, trokanter, Sp : Euborelia sp.
femur, tibia, tarsal (3 ruas) dan metatarsal, (Cocopet)
tubuh berwarna metalik gelap. Panjang tubuh 2,5 - 3 cm, lebar tubuh 0,4
K : Animalia cm. Caput berbentuk seperti segitiga
P : Arthropoda berwarna hitam. Mempunyai sepasang mata
C : Insecta berwarna putih. Antena 16 ruas, ruas 13 dan
O : Coleoptera 14 warna putih. Mulut tipe penggigit dan
F : Carabidae pengunyah. Terdapat palpus dengan warna
G : Stenolophus agak kecoklatan berjumlah 2 ruas. Thoraks
Sp : Stenolophus sp. berwarna cokelat kehitaman. Tungkai depan
(Kumbang jamur) dan tengah berjumlah 3 ruas, tungkai
Panjang tubuh 0,9 – 1,2 cm, lebar tubuh 0,3 belakang 4 ruas. Abdomen berjumlah 8 ruas
cm. Tubuh agak pipih. Caput lonjong berwarna cokelat kehitaman, memiliki
dengan mata yang jelas. Memiliki sepasang sepasang cerci untuk mencapit pada bagian
mata yang menonjol pada bagian kepala. belakang. Tubuh seluruhnya berwarna
Antena tersusun atas 10 ruas. Pronotum kehitaman.
agak gepeng. Elitra membulat kebelakang K : Animalia
dengan garis-garis kasar disertai rambut P : Arthropoda
halus dan jarang pada bagian tepi. Kaki 3 C : Insecta
pasang terdiri atas koksa, trokanter, femur, O : Diptera
tibia, tarsal (3 ruas) dan metatarsal, kaki F : Tipulidae
memiliki duri-duri dan rambut halus. Warna G : Tipula
tubuh dominan hitam disertai warna hijau Sp : Tipula sp.
metalik, pada bagian tepi pronotum dan (Lalat tanah)
bagian kaki berwarna kuning.

24
Larva: Panjang tubuh 1,6 - 1,8 cm, lebar 2 K : Animalia
cm. Bentuk bulat memanjang dan terlihat P : Arthropoda
seperti bersegmen, bagian kepala memiliki C : Insecta
bagian menyerupai tanduk sebanyak 3 O : Orthoptera
pasang dengan mulut agak menonjol, tubuh F : Gryllidae
bagian bawah lebih ramping. Warna tubuh G : Gryllus
cokelat. Dewasa: Panjang tubuh 1,7 – 2 cm, Sp : Gryllus sp.
lebar 0,2 cm. Tubuh ramping dan (Jangkrik)
meruncing ke belakang. Memiliki sepasang Panjang tubuh 3,2 cm, lebar tubuh 1 cm.
sayap dan 3 pasang kaki yang panjang. Kepala bulat, terdapat sepasang mata dan
Warna tubuh kuning kecokelatan. antena yang panjangnya ± 1 cm. Pada
K : Animalia bagian thoraks terdapat 3 pasang kaki,
P : Arthropoda sepasang kaki belakang lebih besar dan
C : Insecta pajang dari 2 pasang kaki depannya yang
O : Hymenoptera termodifikasi untuk melompat. Sayap
F : Formicidae pendek. Bagian abdomen beruas-ruas antara
G : Odontoponera 8 - 10 ruas, pada abdomen terakhir terdapat
Sp : Odontoponera sp. sepasang cerci dan ovipositor. Warna tubuh
(Semut hitam) hitam kecuali bagian kaki dan sayap yang
Panjang tubuh 0,8 - 1,1 cm, lebar tubuh 0,3 berwarna cokelat. Mengeluarkan suara keras
cm. kepala agak membulat, rahang pendek di malam hari.
dan kokoh. Keliling clypeal hadapan K : Animalia
mempunyai 7 - 9 gigi dengan berbagai P : Arthropoda
bentuk dari tumpul ke tajam. Antena 12 C : Insecta
ruas, mata jelas. Pronotum mempunyai O : Coleoptera
sepasang gigi berbentuk segitiga di sisi F : Scarabaeidae
tubuh. Memiliki 1 pentiole yang tipis dan G : Lepidiota
menajam. Warna tubuh hitam dengan pola Sp : Lepidiota stigma
garis yang khas. (Uret/Kumbang
K : Animalia tanah)
P : Arthropoda Larva: Panjang tubuh 1-4 cm, lebar 5-10
C : Insecta mm. Bentuk tubuh bulat memanjang dan
O : Orthoptera memiliki kepala berwarna coklat pucat.
F : Gryllotapidae Warna tubuh putih kecokelat berbentuk
G : Gryllotalpa seperti huruf c. Dewasa: Panjang tubuh 3,5–
Sp : Gryllotalpa sp. 5 cm, bagian dorsal menebal berwarna
(Anjing tanah) coklat pucat, memanjang, bersisik tebal dan
Panjang tubuh 2,5 - 3 cm, lebar tubuh 0,5 - sebuah ambalan kecil yang tebal.
0,8 cm, caput agak mengerucut kedepan,
K : Animalia
mata bulat dengan antena yang pendek,
P : Arthropoda
mulut memiliki sepasang capit menyerupai
C : Malacostraca
gergaji yang digunakan untuk memotong.
O : Isopoda
Pronotum besar, bagian thoraks dijumpai
F : Philosciidae
3 pasang kaki, sepasang kaki depan yang
G : Philoscia
berukuran lebih besar memiliki kuku yang
Sp : Philoscia sp.
termodifikasi untuk menggali. Memiliki dua
(Kutu kayu)
pasang sayap, abdomen terdiri atas 6 - 7
lipatan, tubuh berwarna cokelat dan agak
sedikit gelap pada bagian kepala.

25
Panjang tubuh 0,7 – 1 cm, lebar tubuh 0,2 – K : Animalia
0,3 cm. Caput pendek, terdapat sepasang P : Mollusca
mata dan antena yang panjang, dengan C : Gastropoda
mulut tipe pengunyah. Thoraks terdapat 7 O : Stylommatophora
segmen. Abdomen terdapat 5 segmen, pada F : Arionidae
ujungnya terdapat sepasang cerci dan G : Hemphillia
ovipositor yang runcing. Segmen bentuknya Sp : Hemphillia sp.
melengkung kebawah, tiap segmen pada (Siput telanjang)
thoraks dijumpai sepasang kaki, dua pasang Panjang tubuh 2,8 - 3,3 cm, lebar tubuh 0,8 -
kaki bagian belakang memiliki ukuran lebih 1,1 cm. Bagian kepala bulat dengan 2
panjang daripada kaki lainnya. Warna tubuh pasang mata. Memiliki punuk viseral yang
bagian dorsal gelap, warna tubuh bagian berbeda dan dilapisi oleh mantel pada
ventral kuning kecokelatan. bagian anterior dan posterior. Memiliki
K : Animalia sedikit cangkang ditengah yang terlihat
P : Mollusca melalui celah dibelakang mantel. Bagain
C : Gastropoda belakang bentuknya lebih meruncing.
O : Stylommatophora Pneumastome terletak dibawah punuk
F : Bradybaenidae viseral. Warna tubuh keseluruhan berwarna
G : Bradybaena cokelat.
Sp : Bradybaena sp. Data pada gambar – gambar diatas
(Siput darat) memperlihatkan makrofauna tanah yang
Tinggi cangkang 0,8 - 1,1 cm, lebar ditemukan pada berbagai lokasi penelitian.
cangkang 1,6 - 1,8 cm. Tipe cangkang Pada lokasi I (tidak tertutupi abu) terdiri
Depresed heliciform. Whorl pada cangkang atas 18 spesies yaitu Megascolex sp.,
berjumlah 5 ½. Umbilicus sempit. Parietal Pheretima sp., Trochosa canapii,
kurang jelas terlihat. Cangkang tipis dan Polydesmus sp., Blattella germanica,
teksturnya halus. Terdapat sebuah garis Calosoma sp., Stenolophus sp.,
spiral yang mengelilingi cangkang. Dinding Phyllophaga sp., Lepidiota stigma,
cangkang rapuh, garis-garis pertumbuhan Euborellia sp., Tipula sp.,
kurang jelas telihat. Warna cangkang cokelat Odontoponera sp., Gryllotalpa sp.,
kekuningan. Gryllus sp., Philoscia sp., Hemphillia sp.,
K : Animalia Bradybaena similaris, Monacha sp. Pada
P : Mollusca lokasi II (tertutupi abu tipis) terdiri atas 17
C : Gastropoda spesies yaitu Megascolex sp., Pheretima
O : Stylommatophora sp., Trochosa canapii, Lithobius sp.,
F : Hygromiidae Polydesmus sp., Calosoma sp., Stenolophus
G : Monacha sp., Lepidiota stigma, Euborellia sp.,
Sp : Monacha sp. Tipula sp., Odontoponera sp.,
(Siput darat) Gryllotalpa sp., Gryllus sp., Philoscia sp.,
Tinggi cangkang 0,9-1 cm, lebar cangkang Hemphillia sp., Bradybaena similaris,
1,5-1,8 cm. Tipe cangkang Depressed Monacha sp. Pada lokasi III (tertutupi abu
heliciform. Jumlah whorl pada cangkang 5 sedang) terdiri atas 9 spesies yaitu
½. Umbilicus sempit. Parietal kurang jelas Pheretima sp., Trochosa canapii,
terlihat. Cangkang tipis dan teksturnya Blattella germanica, Calosoma sp.,
kasar. Dinding cangkang rapuh dan Lepidiota stigma, Euborellia sp.,
memiliki garis-garis pertumbuhan yang Odontoponera sp., Gryllotalpa sp.,
mengeriput dan jelas. Bagian atas cangkang Gryllus sp. Pada lokasi IV (tertutupi abu
berwarna agak keputihan dan semakin tebal) terdiri atas 7 spesies yaitu Trochosa
cokelat menuju ke pangkal. canapii, Calosoma sp., Lepidiota stigma,
Euborellia sp., Odontoponera sp.,

26
Gryllotalpa sp., Gryllus sp. Ini perbedaan dan persamaan antara habitat,
menggambarkan semakin tebal abu ekologi, dan biologinya (Burke, 2005).
vulkanik yang menutupi tanah semakin Adapun faktor yang mempengaruhi jumlah
rendah jumlah spesies yang ditemukan. spesies yang hanya ditemukan pada
Filum arthropoda mendominasi masing-masing lokasi diantaranya adalah
dan ditemukan di semua lokasi. aktivitas dan kemampuan tiap spesies
Mendominasinya filum arthropoda yang makrofauna tanah yang berbeda antara satu
ditemukan dikarenakan filum tersebut dengan yang lain (Hanafiah et al., 2005)
merupakan filum terbesar dengan jumlah serta dipengaruhi jenis tanaman yang
anggota terbanyak dari kingdom animalia ditanam (Sugiyarto, 2005).
(Campbell and Reece, 2010). Berdasarkan 5 kelas pada filum
Spesies makrofauna tanah yang arthropoda tersebut yang paling banyak
hanya ditemukan pada masing-masing ditemukan adalah pada kelas insecta
lokasi tersebut juga berbeda. Dari total 18 Banyaknya makrofauna tanah dari kelas
spesies makrofauna tanah yang ditemukan insecta yang ditemukan pada semua lokasi
pada lokasi I (tidak tertutupi abu), jumlah karena insecta merupakan kelompok fauna
spesies makrofauna tanah yang hanya yang jumlah spesiesnya banyak dan
ditemukan pada lokasi ini berjumlah 1 penyebarannya sangat luas. Penelitian
spesies, yaitu: Phyllophaga sp. (Kumbang mengenai makrofauna tanah seperti yang
tanah). Pada lokasi II (tertutupi abu tipis) telah dilakukan oleh Wibowo dan
dari total 17 spesies yang ditemukan, Syamsudin (2017) juga menunjukkan
jumlah spesies makrofauna tanah yang bahwa makrofauna tanah dari kelas insecta
hanya ditemukan pada lokasi ini berjumlah merupakan yang paling banyak ditemukan
1 spesies, yaitu: Lithobius sp. (Lipan) Pada dari kelas makrofauna tanah lainnya.
lokasi III (tertutupi abu sedang) ditemukan Spesies Megascolex sp., Pheretima
9 spesies dan lokasi IV (tertutupi abu tebal) sp., dan Philoscia sp. merupakan
7 spesies yang ditemukan, jumlah spesies makrofauna tanah Saprophagous
makrofauna tanah yang hanya ditemukan yang membutuhkan bahan organik yang
pada kedua lokasi berjumlah 0 spesies atau cukup sebagai makanannya, menurut
tidak ada. Hanafiah et al. (2005) Megascolex sp.
Spesies Phyllophaga sp. (Kumbang mampu hidup pada pH diatas 4,5. Lokasi
tanah) hanya ditemukan pada lokasi I (tidak tertutupi abu) dan II (tertutupi abu
I (tidak tertupi abu) diduga karena beberapa tipis) menyediakan hal tersebut sesuai.
spesies Phyllophaga sp. lebih menyukai Sementara itu, spesies Lithobius sp.,
habitat yang kadar air dan bahan organik merupakan makrofauna tanah Carnivore
tinggi, dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa yang bahan makanannya berupa hewan lain
kadar air dan bahan organik tertinggi namun hanya ditemukan pada lokasi II
yaitu pada lokasi I (tidak tertutupi abu). (tertutupi abu tipis). Hal tersebut
Hal ini sesuai pernyataan Michael (1995) dikarenakan Lithobius sp. membutuhkan
banyak fauna-fauna darat seperti isopoda, bahan organik yang cukup sebagai
sejumlah insecta, dan arthropoda lainnya habitatnya meskipun tidak memakannya.
hanya ditemukan pada habitat-habitat Polydesmus sp., Stenolophus sp.,
dengan kadar air yang cukup tinggi. Hemphillia sp., Bradybaena similaris,
Spesies Lithobius sp. (Lipan) merupakan Monacha sp. merupakan makrofauna
spesies yang unik, ini dikarenakan Phytophagous pemakan tumbuhan. Ini
mereka memiliki distribusi yang cukup sesuai pernyataan Hanafiah et al., (2005)
membingungkan. Untuk memahami Makrofauna tanah terdiri atas kelompok
kecenderungan populasi, status spesies, herbivora dan karnivora. Herbivora
dan hubungan habitat, para peneliti meliputi annelida seperti cacing, mollusca
saat ini mencoba untuk memahami seperti bekicot dan keong. arthropoda

27
meliputi crustacea seperti kepiting dan Bureau of Land Management,
diplopoda seperti kaki seribu. Spesies Oregon and Washington. USA.
tersebut hanya terdapat pada lokasi I Campbell, N. A dan Reece, J. B. 2010.
(tidak tertutupi abu) dan II (tertutupi abu Biologi. Edisi ke-8. Jilid 2.
tipis) dikarenakan pada lokasi tersebut Diterjemahkan oleh: Wulandari,
tingkat keanekaragaman vegetasi yang D. T. Erlangga. Jakarta.
tinggi. Spesies Tipula sp. menurut Hanafiah, K. A., Napoleon, A., dan Nuni,
Wallwork (1970) dalam Suin (2006) G. 2005. Biologi Tanah Ekologi
merupakan makrofauna tanah yang bersifat dan Makrobiologi Tanah. Raja
Temporary yang meletakkan telurnya di Grafindo Persada, Jakarta.
tanah. Telur-telur tersebut membutuhkan Michael, P. 1995. Metode Ekologi Untuk
bahan organik sebagai makanan untuk Penyelidikan Ladang dan
pertumbuhannya. Oleh karena itu Tipula Laboratorium. Diterjemahkan oleh
sp. tidak dapat hidup dilokasi III (tertutupi Koestoer, Y. R. UI-Press. Jakarta.
abu sedang) dan lokasi IV (tertutupi abu Sinaga, B. I. L. J., Mariani, S., Alida, L.
tebal) karena pada kedua lokasi tanah 2015. Dampak Ketebalan Abu
tertutupi abu vulkanik yang tebal sehingga Vulkanik Erupsi Gunung
Tipula sp. tidak dapat meletakkan telurnya. Sinabung Terhadap Sifat Biologi
Tanah Di Kecamatan Naman
SIMPULAN Teran Kabupaten Karo. Jurnal
Online Agroteknologi. Fakultas
Pada lokasi yang tidak tertutupi abu Pertanian, Universitas Sumatera
(0 cm) ditemukan 3 filum, 6 kelas, 11 ordo, Utara. 3 (3): 1159-1163..
17 famili, dan 18 spesies. Pada lokasi Sugiyarto. 2005. Struktur dan komposisi
tertutupi abu tipis (≤2 cm) ditemukan makrofauna tanah sebagai
3 filum, 7 kelas, 11 ordo, 16 famili, dan bioindikator kesehatan tanah pada
17 spesies. Pada lokasi tertutupi abu sedang kasus perubahan sistem
(2-8 cm) ditemukan 2 filum, 3 kelas, penggunaan lahan di HTI sengon.
7 ordo, 9 famili, dan 9 spesies. Pada lokasi BioSMART. 7(2): 100 – 103.
tertutupi abu tebal (≥8 cm) ditemukan Suin, N. M . 2006. Ekologi Hewan Tanah.
1 filum, 2 kelas, 5 ordo, 7 famili, dan Edisi ke-3. Bumi Aksara. Jakarta.
7 spesies. Wallwork, J. A. 1970. Ecology of Soil
Animal. Mc.Graw Hill Book
DAFTAR PUSTAKA Company. London.
Wibowo, C. dan Syamsudin, A. S. 2017.
BPTP Sumatera Utara, 2013. Rekomendasi Keanekaragaman Makrofauna
Kebijakan Mitigasi Erupsi Tanah pada Berbagai Tipe
Sinabung Tegakan di Areal Bekas Tambang
terhadap Sektor Pertanian. Medan. Silika di Holcim Educational
Balitbangtan. 2014. Hasil Kajian Forest, Sukabumi Jawa Barat.
dan Identifikasi Dampak Erupsi Jurnal Silvikultur Tropika. Institut
Gunung Sinabung pada Sektor Pertanian Bogor. 8 (1) : 26-34.
Pertanian. Badan Penelitian Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan
dan pengembangan pertanian. Strategi Pengelolaanya. Graha
Kementrian pertanian. Ilmu. Yogyakarta.
Burke, T. E. 2005. Conservation
Assessment for Four Species of
the Genus Hemphillia. USDA
Forest Service Region 6 and USDI

28

You might also like