You are on page 1of 12

DAMPAK SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN AKIBAT RUNTUHNYA

JEMBATAN KUTAI KARTANEGARA

Socio Economic and Environmental Impact Caused by the Collapse of the


Kutai Kertanegara Bridge

Bangkit A. Wiryawan1, Achmad Helmi2, Bambang Sudjatmiko3


1
Balai Litbang Sosekling Bidang Sumber Daya Air
Pusat Litbang Sosial Ekonomi Lingkungan, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum
Jl .Sapta Taruna Raya no.26 Komplek PU, Pasar Jumat, Jakarta 12310
Email : bangkit.aditya@gmail.com

2
Pusat Litbang Sosial Ekonomi Lingkungan, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum
Jl .Sapta Taruna Raya no.26 Komplek PU, Pasar Jumat, Jakarta 12310
Email : insinyur_helmi@yahoo.com

3
Pusat Litbang Sosial Ekonomi Lingkungan, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum
Jl .Sapta Taruna Raya no.26 Komplek PU, Pasar Jumat, Jakarta 12310
Email : sudjatmiko53@yahoo.com

Tanggal diterima: 20 Oktober 2012, Tanggal disetujui: 15 Maret 2013


ABSTRACT
Kutai Kartanegara Bridge is vital transportation infrastructure that connects Kutai Kartanegara Regency with
Samarinda City and its surrounding. The collapse of the bridge in the late 2011 brought wide impact on the
mobility of Kutai Kartanegara people. This paper explores social, economic, and environmental impacts that
arose from the change of mobility. Generally, respondent activities were not disrupted by the incident, much
to do with rapid adaptation capacity of the people and the availability of alternative facilities replacing the
bridge. Nonetheless, there are several changes including the intensity of their activity in several sectors such
as trade and mining, the emergence of new river crossing service, and the drastically diminishing activities of
tourism near the bridge. The emergence of social, economic and environmental impacts should be managed
properly to prevent bigger loss.
Keywords: bridge, Kutai Kartanegara, impact, mobility, disaster
ABSTRAK
Jembatan Kutai Kartanegara merupakan prasarana transportasi yang vital menghubungkan Kabupaten Kutai
Kartanegara dengan wilayah-wilayah lain di seberangnya, terutama Kota Samarinda. Runtuhnya jembatan
tersebut pada akhir 2011 memberikan dampak secara luas terhadap mobilitas masyarakat di wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara. Tulisan ini mencoba meneliti dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang
muncul akibat perubahan mobilitas. Secara umum, aktivitas responden penelitian tidak terganggu dengan
runtuhnya jembatan ini karena cepatnya adaptasi masyarakat dan tersedianya sarana dan prasarana
mobilitas alternatif untuk menggantikan jembatan, seperti pemanfaatan Jembatan Mahalu yang terletak di
selatan. Namun demikian, terjadi perubahan intensitas aktivitas di beberapa sektor seperti perdagangan dan
pertambangan, munculnya aktivitas baru di sektor jasa penyeberangan, serta berkurangnya secara drastis
aktivitas pariwisata di sekitar jembatan. Munculnya dampak-dampak sosial ekonomi dan lingkungan ini harus
mampu dikendalikan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara agar tidak menimbulkan kerugian yang
lebih besar.
Kata Kunci : jembatan, kutai kartanegara, dampak, mobilitas, bencana

15
PENDAHULUAN sulit berkembang. Hal yang sama berlaku juga dalam
rangka pencapaian sasaran pembangunan baik di
Runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara (JKK) bidang ekonomi, sosial, politik, maupun militer
pada tanggal 26 November 2011 silam mengundang (Cooley 1894). Mobilitas penduduk yang tinggi
keprihatinan. Selain merenggut korban jiwa dan menjadi cermin tingginya aktivitas sosial maupun
mengakibatkan kerugian materi, peristiwa tersebut ekonomi mereka. Hal senada juga diutarakan oleh
juga menimbulkan perubahan pola mobilitas Prijono Tjiptoherijanto (2000). Meskipun kedua
orang dan barang terkait dengan berbagai kegiatan penulis cenderung memandang mobilitas manusia
sosial ekonomi di Kabupaten Kutai Kartanegara dalam konteks yang lebih permanen, seperti migrasi,
dan sekitarnya. Dampak tersebut diperkirakan namun kerangka berpikir tersebut masih relevan
berlangsung dalam beberapa tahun ke depan, hingga dengan fenomena mobilitas penduduk temporer
berdirinya kembali jembatan baru. (Gambar 1) seperti misalnya mobilitas pekerja komuter sehari-
Selama 10 tahun beroperasi, jembatan dengan hari.
bentang 710 meter di atas Sungai Mahakam Infrastruktur jembatan merupakan prasarana
tersebut menjadi infrastruktur vital bagi masyarakat penopang mobilitas manusia dan barang dari satu
di sekitarnya. Manfaat yang sangat dirasakan tempat ke tempat lain yang tidak dapat diakses oleh
adalah menjadi pendukung mobilitas keseharian prasarana jalan. Dengan demikian, runtuhnya suatu
masyarakat karena mampu mereduksi jarak dan jembatan berarti akan secara langsung berdampak
waktu tempuh perjalanan dari wilayah Tenggarong terhadap terhambatnya mobilitas manusia dan
ke Samarinda maupun sebaliknya. barang tersebut. Keadaan ini apabila dibiarkan
Dalam konteks studi ini, JKK ditempatkan sebagai lebih jauh akan menyebabkan terhambatnya
sarana yang memfasilitasi mobilitas orang dan pembangunan dan perkembangan suatu kawasan.
barang dari titik origin ke titik destination tertentu Dalam penelitian ini, hambatan mobilitas yang
terkait dengan kegiatan-kegiatan masyarakat muncul akibat runtuhnya Jembatan Kukar akan
tersebut. Sedangkan dampak sosial ekonomi difokuskan pada mobilitas yang bersifat temporer,
dikonsepsikan sebagai selisih antara kondisi sosial dengan skema analisis sebagaimana terlihat pada
ekonomi masyarakat ketika jembatan masih normal gambar 2. Adapun yang menjadi variabel penelitian
(before) dan setelah jembatan tersebut runtuh adalah; pendidikan, layanan kesehatan, perdagangan,
(after). Ketika jembatan masih normal (sebelum pertambangan, pariwisata, dan lingkungan.
runtuh), mobilitas orang atau barang dari origin ke
destination berada pada suatu titik (posisi) tertentu.
Titik (posisi) tersebut diasumsikan mengalami
pergeseran setelah JKK runtuh. Dengan kata lain, Runtuhnya Terhambatnya
setelah jembatan runtuh terjadi perubahan pola Jembatan Kukar mobilitas warga
mobilitas orang dan barang terkait dengan kegiatan
pendidikan, kesehatan, layanan pemerintahan,
perdagangan, perkebunan, dan pariwisata.
Variabel Bebas Variabel Terikat
KAJIAN PUSTAKA
Mobilitas manusia dan barang sudah sejak lama Gambar 2. Skema Analisis
menjadi suatu kebutuhan mendasar bagi setiap
individu maupun institusi sosial. Ketiadaan atau
larangan mobilitas akan menyebabkan masyarakat
METODE PENELITIAN
Responden yang menjadi sasaran dalam tulisan
ini adalah anggota masyarakat yang bertempat
tinggal di Tenggarong dan Tenggarong Seberang
(dan kecamatan-kecamatan di sekitarnya). Mereka
dipilih secara purposif, dan diupayakan orang-orang
yang selama ini sering menggunakan Jembatan
Kutai Kartanegara (user), serta orang-orang yang
paling merasakan dampak negatif runtuhnya
jembatan tersebut, yang juga meliputi pejabat-
pejabat pemerintah dari berbagai Dinas/Instansi
Gambar 1. Jembatan Kutai Kartanegara sebelum Kabupaten Kutai Kartanegara dan petugas yang
runtuh (kiri) dan sesudah runtuh (kanan) terlibat dalam operasi tanggap darurat.

16
Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Runtuhnya Jembatan Kutai Kertanegara
Bangkit A Wiryawan, Achmad Helmi, Bambang Sudjatmiko

Selama penelitian ini berlangsung, tim peneliti Dilihat dari jenis pekerjaan, sebanyak 63%
berhasil mewawancarai sebanyak 82 responden, responden di Tenggarong bekerja sebagai PNS, 24%
terdiri dari 57 orang di Tenggarong dan 25 orang di sebagai pedagang, 7% sebagai pegawai swasta,
Tenggarong Seberang yang dicatat dalam lembaran 2% sebagai nelayan, 2% sebagai buruh dan 2%
kuesioner sebagai panduan. Rincian dari jumlah sebagai petani. Sedangkan di Tenggarong Seberang,
responden tersebut dalam dilihat pada tabel 1. sebanyak 36% bekerja sebagai PNS, 24% pedagang,
Selain itu tim juga mengumpulkan informasi 16% pegawai swasta, 8% petani, 8% buruh, 4%
secara kualitatif dari sejumlah narasumber dengan pelajar dan 4% nelayan.
beragam latar belakang.
Pengumpulan data dan observasi lapangan
Berikut ini sebagian profil dari responden. Dari untuk kajian ini dilakukan selama empat hari
57 responden di Tenggarong, sebanyak 67% di pada tanggal 7-10 Desember 2011 di Kabupaten
antaranya berjenis kelamin laki-laki dan sisanya Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.
perempuan. Sedangkan dari 25 responden di Ketersediaan waktu yang relatif singkat tersebut
Tenggarong Seberang, sebanyak 84% laki-laki sekaligus merupakan keterbatasan dalam penelitian
dan 16% perempuan. Dilihat dari latar belakang ini. Pasca penelitian ini dilakukan, sangat terbuka
pendidikan untuk responden di Tenggarong, 5% kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan
berpendidikan sekolah dasar (SD), 18% SLTP, 37% kondisi masyarakat maupun kebijakan pemerintah
SLTA dan 40% lulus perguruan tinggi. Sedangkan daerah setempat.
responden di Tenggarong Seberang, 24%
berpendidikan SD, 20% SLTP, 24% SLTA dan 32% HASIL DAN PEMBAHASAN
perguruan tinggi.
Selama sepuluh tahun memfasilitasi berbagai
Berdasarkan usia reponden, sebanyak 47% aktivitas masyarakat, Jembatan Kutai Kartanegara
persen di Tenggarong berusia antara 41-55 tahun, telah berpengaruh signifikan terhadap pola
42% berusia 26-40 tahun, 7% berusia kurang dari 26 mobilitas masyarakat di sekitarnya. Setelah
tahun dan 4% berusia di atas 55 tahun. Sedangkan jembatan tersebut runtuh, pola mobilitas
responden di Tenggarong Seberang, sebanyak 45% masyarakat berubah dan mengganggu sebagian
berusia antara 41-55 tahun, 43% berusia 26-40 dari kegiatan sosial ekonomi.
tahun, 7% berusia kurang dari 26 tahun dan sisanya
Dalam penelitian ini diketahui dari 57 orang
5% berusia di atas 55 tahun.
responden yang tinggal di wilayah Tenggarong,

Tabel 1. Data Responden


Data Responden Tenggarong Tenggarong Total
Seberang
Jumlah Responden 57 25 82
Jenis Kelamin 67% laki-laki 84% laki-laki 75% laki-laki
33% perempuan 16% perempuan 25% Perempuan
Pendidikan
< SD 2 6 8
SLTP 10 5 15
SLTA 22 6 28
> Kuliah/Sarjana 23 8 31
Usia
< 26 Tahun 3 2 5
26-40 25 11 36
41-55 27 11 38
> 55 Tahun 2 1 3
Pekerjaan
PNS 36 9 45
Pedagang 14 6 20
Pegawai Swasta 4 4 8
Buruh 1 2 3
Petani/Nelayan 2 3 5
Lain-lain - 1 1

17
sebanyak 62% di antaranya mengaku melewati mobilitas setelah runtuhnya JKK. Hal ini berarti
JKK setiap hari, 9% menyatakan sering, 11% tingkat mobilitas masyarakat Tenggarong Seberang
menyatakan jarang dan 18% mengatakan dalam kegiatan pendidikan tidak mengalami
sangat jarang. Sedangkan masyarakat di wilayah perubahan yang berarti pasca runtuhnya JKK.
Tenggarong Seberang, dari hasil survei sebanyak 25 Sedangkan 6% responden lainnya menyatakan
orang responden, 55% di antaranya mengaku setiap sering, 12% mengatakan jarang dan 19% sisanya
hari melewati jembatan tersebut, 5% menyatakan menyatakan sangat jarang. (Gambar 3)
sering, 20% jarang dan 20% sangat jarang (lihat
gambar 3). Sejak dioperasikan kurang lebih sepuluh
tahun terakhir, Jembatan Kutai Kartanegara (JKK)
a. Dampak di Bidang Pendidikan dipergunakan oleh siswa atau peserta didik, guru
Frekuensi mobilitas masyarakat dalam kegiatan dan tenaga kependidikan, baik yang berdomisili
pendidikan mengalami perubahan setelah JKK di Tenggarong maupun Tenggarong Seberang
runtuh, terutama mereka yang tinggal di wilayah (dan kecamatan lain di sekitarnya). Siswa yang
Tenggarong. Dari 57 responden, hanya 26% warga bersekolah di Tenggarong pada umumnya beralasan
Tenggarong yang tetap menyeberang Sungai kualitas pendidikan di Tenggarong dianggap
Mahakam setiap hari, 2% sering, 28% jarang dan lebih baik daripada di Tenggarong Seberang.
44% sangat jarang. Sedangkan kecenderungan yang Selain itu terdapat pula sejumlah mahasiswa dari
berbeda ditunjukkan oleh masyarakat di wilayah Tenggarong Seberang yang kuliah di Universitas
Tenggarong Seberang. Mereka tampak memiliki Kutai Kartanegara Tenggarong, maupun sebaliknya
ketergantungan yang tinggi terhadap keberadaan warga Tenggarong yang kuliah di Samarinda
JKK dan Kota Tenggarong dalam memfasilitasi melewati jembatan tersebut. Kendati kegiatan
kegiatan pendidikan. Hal itu ditunjukkan oleh hasil mereka cukup padat, namun waktu tempuh menuju
survei pasca runtuhnya JKK. Dari 25 responden, kampus menjadi relatif lebih singkat melalui JKK
63% di antaranya menyatakan tetap melakukan hanya sekitar 20-30 menit.
Akibat gangguan mobilitas tersebut, masyarakat
di Kutai Kartanegara beradaptasi dengan melakukan
beberapa pilihan tindakan untuk tetap dapat
melangsungkan kegiatan di bidang pendidikan.
Dari 57 responden di wilayah Tenggarong, 71% di
antaranya menggunakan ferry, 20% memilih rute
lain, 3% pindah sekolah, dan 6% sisanya menyatakan
tidak tahu. Sedangkan warga di sisi Tenggarong
Seberang, dari 25 responden yang diwawancarai,
60% di antaranya menyatakan menggunakan
ferry, 6% memilih rute lain, 7% pindah sekolah,
20% pindah tempat tinggal (sewa rumah, kos,
menumpang di rumah milik saudara), dan sisanya
7% menyatakan tidak tahu. (Gambar 4).
Setelah jembatan runtuh, siswa-siswa warga
Tenggarong Seberang (dan kecamatan-kecamatan
di sekitarnya) yang bersekolah di Tenggarong, serta
guru dan tenaga kependidikan yang bekerja di
Tenggarong harus menggunakan ferry dan ketinting.
Pada pagi hari ferry dan ketinting dari Tenggarong
Seberang ke Tenggarong dipenuhi oleh murid
sekolah, guru dan tenaga kependidikan. Demikian
pula ketika siang atau sore pada jam pulang sekolah,
ferry dan ketinting dari Tenggarong ke Tenggarong
Seberang dipenuhi oleh siswa, sejumlah guru, dan
tenaga kependidikan.
Pada jam-jam padat tersebut mereka harus antre,
karena jumlah ferry, dan ketinting tidak sebanding
dengan kebutuhan mereka. Antrean tersebut
Gambar 3. Frekuensi mobilitas warga Kutai terlihat semakin panjang ketika ferry dan ketiting
Kartanegara melintasi jembatan

18
Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Runtuhnya Jembatan Kutai Kertanegara
Bangkit A Wiryawan, Achmad Helmi, Bambang Sudjatmiko

bervariasi. Dari 57 responden di Tenggarong, 40% di


antaranya mengaku biaya yang dikeluarkan menjadi
lebih tinggi, 37% menyatakan waktu tempuh lebih
lama, 5% mengatakan kualitas layanan menurun,
12% menyatakan tidak mengalami kendala yang
berarti dan sisanya 6% tidak menjawab. Jawaban
yang tidak jauh berbeda didapati dari warga di
wilayah Tenggarong Seberang. Dari 25 responden,
44% menyatakan waktu tempuh lebih lama, 28%
mengaku biaya yang dikeluarkan menjadi lebih
tinggi, 4% tidak menjawab dan 24% menyatakan
tidak mengalami kendala yang berarti.
Dari uraian di atas terlihat dampak dari perubah-
an mobilitas dalam kegiatan pendidikan tersebut
cukup luas secara geografis. Sebab masyarakat yang
merasakan dampaknya bukan hanya bertempat
tinggal dalam radius dekat, melainkan juga yang
bertempat tinggal jauh dari JKK. Namun sejauh
penelitian ini dilakukan, masyarakat masih bisa
menerima atau mentoleransi gangguan yang mereka
alami. Dengan demikian dampak yang ditimbulkan
dapat dikatakan dalam intensitas atau tingkat yang
rendah. Pada saat penelitian ini berlangsung juga
belum diketahui adanya siswa yang putus sekolah
akibat runtuhnya JKK.
Hal itu didukung dengan tingkat adaptasi
masyarakat yang cukup baik. Misalnya mereka
berangkat dari rumah lebih awal agar tidak terlambat
masuk sekolah atau kantor. Sejumlah orang tua juga
Gambar 4. Pilihan transportasi alternatif pasca mulai memindahkan sekolah anaknya ke tempat
runtuhnya jembatan lain yang lebih dekat dan tidak perlu menyeberang.
Terdapat pula orang tua yang memindahkan tempat
tinggal anaknya (kos atau menumpang di rumah
saudara) agar lebih dekat dengan lokasi sekolah
juga dipenuhi oleh sepeda motor. Sebuah ketinting sehingga tidak perlu menggunakan jasa ferry atau
dibatasi hanya boleh membawa maksimal sebanyak ketinting.
12 buah sepeda motor (dengan pengendaranya).
Oleh karena itu, banyak guru dan orang tua mulai Adaptasi masyarakat tersebut dapat bersifat
prihatin karena cukup banyak siswa dari Tenggarong sementara atau darurat karena hanya dimotivasi
Seberang (dan kecamatan-kecamatan di sekitarnya) untuk menghindari kondisi transportasi yang tidak
yang sering terlambat masuk kelas. lancar. Dengan demikian adaptasi secara spontan
tersebut diperkirakan tidak memiliki keberlanjutan
Setiap siswa yang menggunakan jasa ferry atau yang tinggi. Perkembangan berupa terbitnya
ketinting tersebut dipungut Rp 1.000 untuk sekali kebijakan pemerintah daerah dan ketersediaan
menyeberang. Pergi-pulang sekolah mereka harus sarana transportasi yang jumlahnya semakin banyak
mengeluarkan Rp 2.000 dan dalam satu bulan serta ketersediaan fasilitas pendidikan baru yang
orang tua mereka harus menambah pengeluaran dibangun, dapat membuka terjadinya perubahan
sekitar Rp 50 ribu. Bagi kalangan menengah bawah bentuk adaptasi. Untuk mengetahui daya tahan
kenaikan pengeluaran tersebut cukup signifikan. masyarakat beradaptasi dalam jangka panjang
Setiap sepeda motor dipungut Rp 2.000 untuk masih diperlukan penelitian lanjutan.
sekali menyeberang, sehingga dalam satu bulan
dibutuhkan biaya tambahan bagi pengendara Respons berbagai pihak terhadap gangguan
sepeda motor sebesar Rp 100 ribu. mobilitas pasca runtuhnya JKK dapat dikatakan
cukup baik. Dari pihak pemerintah, ditunjukkan
Sejumlah warga yang ditanya tentang masalah dengan pemberian dukungan dibukanya dermaga-
yang dihadapi akibat gangguan mobilitas dalam dermaga baru yang dikelola sendiri oleh masyarakat.
kegiatan pendidikan, memberikan jawaban yang Selain itu juga dikerahkannya sejumlah petugas
19
untuk memperlancar antrean dan arus lalu-lintas di b. Dampak terhadap Layanan Kesehatan
sekitar dermaga. Pemerintah daerah bekerjasama
Dilihat dari mobilitas terhadap akses kesehatan
dengan TNI juga membangun dermaga baru yang
masyarakat Tenggarong Seberang mengaku
dapat digunakan untuk berlabuh ferry ukuran
terganggu akibat runtuhnya JKK (52% dari 25
besar. Respons yang baik juga ditunjukkan oleh
responden) karena mereka biasa mengakses
kalangan pengusaha atau operator ketinting dan
layanan kesehatan di Tenggarong. Selebihnya
ferry dengan menambah jumlah armada. Sehingga
(48%) masih bisa memanfaatkan fasilitas kesehatan
antrean penumpang berangsur-angsur menurun
seperti Puskesmas dan Polindes atau Rumah Sakit
hari ke hari.
di Samarinda. Di sisi Tenggarong, 55% dari 57
Meskipun penyeberangan makin lancar, namun responden justru tidak terganggu. (Gambar 5)
sayang penyediaan sarana transportasi tersebut
Sebagian warga Tenggarong Seberang (42% dari
tidak diimbangi dengan jaminan keselamatan bagi
25 responden) memanfaatkan ferry penyeberangan
para penggunanya. Kekhawatiran terhadap ancaman
untuk tetap mendapatkan layanan kesehatan.
keselamatan itu terbukti dengan tenggelamnya
Pindah fasilitas seperti berobat ke Puskesmas dan
sebuah ketinting pada hari Sabtu 24 Desember
Polindes setempat yang tidak perlu menyeberang
2011 yang mengakibatkan satu orang hilang dan
juga menjadi alternatif sebanyak 37% responden.
delapan buah sepeda motor tenggelam ke dasar
Melalui rute lain untuk ke rumah sakit di Samarinda
Sungai Mahakam.
juga dilakukan oleh 11% responden. Selebihnya
(5%) menjawab tidak tahu dan (5%) menjawab
lainnya. Sedangkan masyarakat Tenggarong yang
memerlukan pelayanan kesehatan seperti ke RS di
Samarinda sebagian besar dari 57 responden (44%)
memilih menggunakan rute darat yang lebih jauh,
menggunakan ferry penyeberangan (36%), pindah
fasilitas seperti memanfaatkan layanan kesehatan
yang tersedia di Tenggarong (11%), tidak tahu (6%)
dan lainnya (3%) sebagaimana dapat dilihat pada
gambar 5.
Kendala yang dihadapi responden di Tenggarong
Seberang untuk mendapatkan fasilitas kesehatan
adalah waktu tempuh menjadi lebih lama (38%) dari
25 responden, biaya yang dikeluarkan lebih besar
untuk transportasi (25%), tidak tahu (25%), tidak
menghadapi kendala berarti (8%) dan mengeluhkan
kualitas layanan menjadi menurun (4%).
Kendala yang sama juga dihadapi masyarakat
Tenggarong seperti biaya perjalanan mejadi lebih
besar (31%) dari 25 responden, waktu tempuh
menghabiskan waktu lebih lama (26%), tidak tahu
(21%), kualitas layanan menjadi menurun (18%)
dan menjawab tidak ada kendala (4%).
JKK sebelum runtuh juga dimanfaatkan
masyarakat untuk mengakses berbagai macam
layanan kesehatan. Rumah Sakit Umum (RSU) di
tingkat kabupaten, yaitu AM Parikesit terletak
di Kota Tenggarong. RSU ini memang lebih kecil
dibandingkan dengan RSU Samarinda, tetapi
memiliki peralatan kedokteran, dokter umum dan
spesialis, serta tenaga medis yang cukup memadai.
Warga Tenggarong Seberang yang bertempat tinggal
Gambar 5. Pilihan transportasi alternatif untuk tak jauh dari Sungai Mahakam lebih memilih RSU
layanan kesehatan pasca runtuhnya jembatan AM Parikesit untuk memperoleh layanan kesehatan.
Salah satu penyebabnya, sering tidak tersedia
tenaga medis dan layanan tutup di Puskesmas

20
Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Runtuhnya Jembatan Kutai Kertanegara
Bangkit A Wiryawan, Achmad Helmi, Bambang Sudjatmiko

atau Puskesmas Pembantu Tenggarong Seberang. Meskipun berdasarkan cakupan geografis


Sedangkan masyarakat yang tempat tinggalnya dampaknya tidak terlalu luas, namun dari sisi urgensi
semakin jauh dari tepi Sungai Mahakam memilih ke hal tersebut tidak bisa dianggap ringan. Layanan
RSU Samarinda karena lebih dekat. kesehatan mencakup kecepatan dan ketepatan
penanganan karena menyangkut keselamatan jiwa
Selain memfasilitasi warga yang sakit, JKK juga seseorang. Dengan demikian dampak pada layanan
menjadi sarana bagi para dokter dan tenaga medis kesehatan akibat runtuhnya JKK dapat dikategorikan
lainnya untuk menuju maupun pulang dari RSU AM dalam intensitas atau tingkat sedang.
Parikesit dan Puskesmas di Tenggarong Seberang.
Sebelum JKK runtuh, pada pagi hari sebelum Masyarakat melakukan dua jenis adaptasi
berangkat ke Tenggarong Seberang biasanya terhadap gangguan mobilitas di bidang kesehatan
sebagian dokter masih bisa praktek atau memberi ini. Mayoritas responden (44%) di Tenggarong
layanan kesehatan dengan membuka klinik di Seberang yang biasa berobat ke Kota Tenggarong
Tenggarong. Pada sore hari setiba dari Tenggarong beralih ke Kota Samarinda meskipun jaraknya lebih
Seberang mereka juga masih praktek. Tetapi kini jauh. Sedangkan 36% responden tetap ke kota
setelah jembatan runtuh, hal semacam itu sangat Tenggarong dengan menyeberang menggunakan
sulit dilakukan karena mereka harus berangkat ke ferry atau ketinting. Sejauh penelitian ini dilakukan,
Puskesmas dan klinik di Tenggarong Seberang lebih belum dapat diidentifikasi apakah pilihan tempat
pagi, dan pulang ke Tenggarong lebih sore daripada berobat warga tersebut berdasarkan tingkat
biasanya. Sebagian dokter bahkan memperpanjang urgensi atau kritisnya penyakit yang membutuhkan
tugas jaga di Puskesmas atau klinik di Tenggarong penanganan cepat.
Seberang (dan kecamatan-kecamatan di sekitarnya)
Data lain dari Pusat Data Elektronik RSU
satu-dua hari supaya waktu gilir tugas jaganya bisa
AM Parikesit Tenggarong yang diakses pada 8
lebih lama.
Desember 2011 atau 12 hari pasca runtuhnya JKK
Ibu-ibu warga Tenggarong Seberang yang akan menyebutkan terjadinya penurunan jumlah pasien
melahirkan biasanya juga memanfaatkan layanan dari Tenggarong Seberang yang berobat ke RSU
RSU AM Parikesit Tenggarong. Dahulu sebelum AM Parikesit Tenggarong. Selama 12 hari sejak
jembatan runtuh, mereka yang akan berobat JKK runtuh (periode 26 November – 8 Desember
atau ibu-ibu yang akan melahirkan di Rumah 2011), angka kunjungan pasien dari Tenggarong
Sakit Tenggarong biasanya menggunakan mobil Seberang sebanyak 30 kali kunjungan. Sedangkan
ambulans melewati JKK. Sekarang setelah jembatan pada periode sebelumnya selama satu bulan (1-31
runtuh, mobil ambulan harus diseberangkan Oktober 2011) sebanyak 128 kali kunjungan.
dengan ferry, dan sudah barang tentu waktu Sehingga secara statistik menunjukkan penurunan
tempuh perjalanannya menjadi lebih panjang. hampir 50% jika dihitung dengan rentang waktu
Sampai dengan penelitian ini dilakukan tidak ada yang sama. Namun data tersebut tidak cukup untuk
ferry yang khusus dipergunakan untuk mengangkut membuat justifikasi penurunan tersebut karena
mobil ambulans. Artinya mobil ambulan diangkut waktu pengamatan yang terlalu singkat.
dengan ferry yang dalam waktu yang sama juga
Adaptasi masyarakat yang dilakukan secara
mengangkut mobil-mobil lain. Oleh karena itu,
spontan tersebut bisa jadi hanya bersifat sementara,
ketika terjadi antrean panjang mobil yang mau
dengan keberlanjutan yang rendah. Kesulitan
masuk ferry, perjalanan mobil ambulans tersebut
dalam mengakses layanan kesehatan tersebut
ikut terhambat. Mereka masih berharap masalah
dikhawatirkan berdampak buruk, berupa kualitas
keterlambatan mobil ambulans tersebut bisa di
kesehatan yang cenderung menurun. Oleh sebab
atasi setelah dermaga darurat yang kini dibangun
itu diperlukan respons dari pemerintah untuk
dapat berfungsi seperti yang direncanakan.
memberikan layanan yang lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas, perubahan mobilitas
Selama penelitian ini berlangsung, pemerintah
di bidang layanan kesehatan akibat runtuhnya
daerah setempat belum menunjukkan respons
JKK tidak berdampak terlalu luas secara geografis.
yang signifikan terhadap kesulitan masyarakat
Sebab masyarakat yang memiliki ketergantungan
tersebut. Respons pemerintah daerah yang sudah
tinggi terhadap fasilitas kesehatan hanya mereka
tampak, baru sebatas pembangunan dermaga dan
yang bertempat tinggal di Tenggarong Seberang.
penyediaan ferry ukuran besar yang diharapkan
Itupun hanya warga yang tinggal di tepian Sungai
dapat memfasilitasi penyeberangan ambulan dengan
Mahakam. Warga yang tempat tinggalnya dalam
cepat. Masih diperlukan regulasi yang mendukung
radius yang semakin jauh dari tepi Mahakam
pengoperasiannya.
lebih banyak mengakses layanan kesehatan ke
Samarinda.

21
c. Dampak terhadap Kegiatan Perdagangan runtuhnya JKK, yaitu 60% dari 57 responden di
JKK selama ini juga memfasilitasi masyarakat di Tenggarong mengaku terganggu, demikian pula
Kutai Kartanegara dalam menjalankan kegiatan di 62% dari 25 responden di Tenggarong Seberang
sektor perdagangan. Dari penelitian ini diketahui menyatakan terganggu.
frekuensi mobilitas masyarakat di Tenggarong
Akibat gangguan mobilitas setelah runtuhnya JKK
maupun Tenggarong Seberang melewati JKK cukup
tersebut, sebagian masyarakat mampu beradaptasi
tinggi sebelum JKK runtuh. Dari 57 responden di
dengan melakukan beberapa pilihan tindakan
Tenggarong, sebanyak 57% di antaranya mengaku
agar mampu bertahan di sektor perdagangan. Dari
setiap hari melewati JKK, 18% sering melewati, 9%
57 responden di Tenggarong, 12% di antaranya
jarang, dan 16% sangat jarang. Sedangkan dari 25
menyatakan mengubah pola pemasaran, 17%
responden di Tenggarong Seberang, sebanyak 63%
mencari pasar alternatif, dan 59% sisanya tidak
menyatakan setiap hari melewati JKK, 6% mengaku
memberikan jawaban. Sedangkan 25 responden di
sering, 12% mengatakan jarang dan 19% sangat
Tenggarong Seberang, sebanyak 8% diantaranya
jarang.
memilih menimbun komoditas, 46% menjawab
Namun frekuensi mobilitas masyarakat di tidak tahu dan sisanya 46% memberikan jawaban
sektor perdagangan berubah setelah JKK runtuh. lain seperti berhenti dari aktivitasnya, seperti
Perubahan paling menyolok terjadi pada masyarakat terlihat pada gambar 6.
di Tenggarong. Dari 57 responden di Tenggarong,
Sejumlah warga masyarakat yang ditanyai
hanya tinggal 24% yang menyatakan setiap hari
tentang masalah apa yang dihadapi dalam
melewati JKK, 7% sering, 20% jarang dan 49% sangat
melakukan kegiatan perdagangan setelah JKK
jarang. Sedangkan bagi masyarakat di Tenggarong
runtuh, memberikan jawaban yang beragam. Dari
Seberang, dari 25 responden yang diwawancarai,
57 responden di Tenggarong, sebanyak 38% di
sebanyak 44% menyatakan setiap hari, 6% sering,
antaranya menjawab biaya yang dikeluarkan dalam
25% jarang dan 44% sangat jarang.
aktivitas perdagangannya menjadi lebih besar,
Penelitian ini juga menelusuri mobilitas 33% menyatakan waktu tempuh lebih lama, 14%
masyarakat di sektor perdagangan setelah JKK menyatakan harga komoditas naik, 10% mengaku
runtuh. Dari 57 responden di Tenggarong, 39% tidak menghadapi kendala yang berarti dan sisanya
diantaranya menyatakan memilih rute memutar 5% tidak menjawab.
yang lebih jauh, 29% tetap menyeberang Sungai
Masyarakat di Tenggarong Seberang memberikan
Mahakam menggunakan ferry, 15% menyatakan
jawaban yang tidak jauh berbeda. Dari 25
tetap berdagang tapi tanpa harus menyeberang
responden, sebanyak 30% diantaranya menyatakan
dan sisanya 17% tidak menjawab. Sedangkan bagi
waktu tempuh lebih lama, 22% menyatakan biaya
masyarakat Tenggarong Seberang, mobilitas pasca
yang dikeluarkan lebih besar, 22% mengaku tidak
runtuhnya JKK tetap tinggi. Dari 25 responden,
menemui kendala yang berarti, 17% menyatakan
sebanyak 38% diantaranya menggunakan ferry,
harga komoditas naik dan sisanya 9% tidak
6% memilih rute memutar dan 56% sisanya tidak
memberikan jawaban, seperti yang ditunjukkan
menjawab.
gambar 7.
Baik masyarakat di Tenggarong maupun
JKK memiliki peran yang amat penting dalam
Tenggarong Seberang, mayoritas menyatakan
kegiatan perdagangan, terutama sebagai sarana
mobilitas di bidang perdagangan terganggu dengan
menyalurkan berbagai macam komoditas dari

Gambar 6. Strategi Adaptasi Masyarakat di Bidang Perdagangan

22
Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Runtuhnya Jembatan Kutai Kertanegara
Bangkit A Wiryawan, Achmad Helmi, Bambang Sudjatmiko

Tenggarong ke Tenggarong Seberang (dan di Kecamatan Tenggarong Seberang yang dilalui


kecamatan-kecamatan di sekitarnya). Kebutuhan jalan raya Tenggarong-Samarinda yang melewati
pelbagai jenis kebutuhan hidup sehari-hari banyak Jembatan Kukar. Sebagian besar pelaku usaha kecil
yang dipasok dari agen-agen yang berdomisili di jalur tersebut seperti warung kelontong, warung
di Tenggarong dan disalurkan ke Tenggarong makan dan penjual buah-buahan mengaku usahanya
Seberang (dan kecamatan-kecamatan sekitarnya) redup setelah putusnya JKK.
melalui JKK. Setelah jembatan tersebut runtuh,
Sebelum JKK runtuh banyak kendaraan dan
kini disalurkan melalui ferry atau ketinting. Biaya
orang berlalu-lalang. Namun sejak JKK runtuh, jalur
transportasi kemudian meningkat dan selisih biaya
tersebut berubah sepi yang mengakibatkan jumlah
tersebut dibebankan kepada konsumen. Oleh
pembeli menurun sangat drastis. Bahkan sejumlah
karena itu, menjadi mudah dipahami manakala
pemilik warung makan memutuskan untuk menutup
harga sejumlah barang di Tenggarong Seberang
warungnya dengan alasan selain sepinya pembeli
terjadi kenaikan setelah jembatan tersebut runtuh.
juga kesulitan belanja bahan sayur-mayur karena
Informasi yang diperoleh menyebutkan bahwa harus menyeberang sungai ke Tenggarong.
setelah JKK runtuh harga barang di Kota Tenggarong
Mereka berharap jalur Tenggarong-Samarinda
tidak mengalami kenaikan. Barang-barang tersebut
yang melewati jembatan Kukar dihidupkan kembali
dipasok dari Samarinda, Kutai Barat dan Kutai Timur
dengan cara menempatkan dermaga penyeberangan
melalui jalan darat yang tidak perlu menyebarangi
di lokasi yang bisa membuat kendaraan dan lalu-
sungai Mahakam. Barang-barang tersebut juga
lintas orang melewati tempat usaha mereka seperti
dipasok dengan ferry menyusuri Sungai Mahakam.
sebelum JKK runtuh. Sebab jika usaha mereka mati,
Berbeda dengan kondisi di Tenggarong, dikhawatirkan angka pengangguran dan kemiskinan
runtuhnya JKK telah memukul sektor perdagangan akan meningkat.
di wilayah Tenggarong Seberang terutama dalam
Sementara itu wilayah-wilayah di sisi Tenggarong
radius yang dekat dari jembatan, seperti Desa Loa
Seberang yang berada jauh dari JKK tidak terlalu
Lepu, Teluk Dalam, dan Jongkang kesemuanya
merasakan dampak runtuhnya JKK, misalnya Kota
Kecamatan Tenggarong Seberang yang berjarak
sekitar 20 kilometer dari bekas JKK. Daerah ini
tidak memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap
Kota Tenggarong sehingga tidak terlalu merasakan
dampak runtuhnya JKK. Demikian pula Kecamatan
Sebulu yang berjarak sekitar 75 kilometer dari bekas
JKK tidak terlalu merasakan dampak putusnya JKK.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa
cakupan dampak yang ditimbulkan oleh perubahan
mobilitas terhadap kegiatan perdagangan atau
perekonomian secara geografis hanya signifikan di
wilayah Tenggarong Seberang. Terutama wilayah
yang berada di sekitar tapak JKK atau tidak jauh dari
tepi Sungai Mahakam. Meskipun hanya menyangkut
sedikit pelaku usaha, namun dikhawatirkan dapat
menimbulkan efek berantai berupa bertambahnya
angka kemiskinan dan pengangguran akibat
kehilangan mata pencaharian. Sehingga intensitas
dampak yang ditimbulkan dapat dikategorikan
dalam tingkat tinggi.
Sebagian masyarakat yang hidup dari berdagang
di Tenggarong Seberang tidak menunjukan
kemampuan beradaptasi pasca runtuhnya JKK.
Sebagai contoh, pengusaha warung makan di
Tenggarong Seberang menutup usahanya. Sebab
biasanya mereka berbelanja bahan makanan dan
Gambar 7. Permasalahan mobilitas di sektor
sayuran segar pada pagi buta ke Pasar Tenggarong.
perdagangan pasca runtuhnya jembatan
Setelah JKK tidak berfungsi, mereka tidak berani
menyeberang pada pagi buta dengan ketinting.

23
Selain itu biaya produksi makanan menjadi semakin kapal-kapal ponton tersebut. Apabila masalah
tinggi akibat ongkos tambahan yang dikeluarkan, ini tidak segera terpecahkan, maka kerugian yang
sementara itu jika harga jual makanan dinaikkan terkait dengan kegiatan pertambangan diperkirakan
berisiko tidak bisa diterima oleh pelanggannya. semakin tinggi.
Sejumlah pemilik toko kelontong, buah-buahan, Sungai Mahakam merupakan jalur transportasi
dan bensin eceran di Tenggarong Seberang hanya utama untuk pengangkutan batubara. Runtuhnya
bisa pasrah. Mereka selama ini menggantungkan JKK untuk sementara waktu sangat mengganggu
hidupnya dari keramaian pengguna jalan yang lalu-lintas tongkang atau kapal ponton yang
berlalu-lalang melewati JKK. Kini warung-warung mengangkut batubara. Selama penelitian ini
mereka kehilangan pelanggan, setelah lalu-lintas berlangsung sampai hari ke-12 sejak runtuhnya
kendaraan di jalur Tenggarong-Samarinda sepi. JKK, tongkang-tongkang pengangkut batubara
Kegagalan mereka beradaptasi dalam jangka panjang tersebut belum diperbolehkan melewati bekas
akan merasakan dampak runtuhnya JKK. Aset dan JKK yang runtuh. Hal ini karena di dasar sungai
kapabilitas yang telah mereka bangun dan miliki yang berada di bawah bekas JKK masih teronggok
selama ini akan mengalami perubahan negatif. reruntuhan jembatan dan sejumlah kendaraan yang
masih dalam proses evakuasi. Kondisi tersebut
Pemerintah menunjukkan respon yang cukup
menyulitkan pengusaha batubara dan berpotensi
baik dengan membangun dermaga ferry ukuran
menimbulkan kerugian cukup besar.
besar di dekat tapak JKK. Pada saat dermaga dan
penyeberangan tersebut nantinya beroperasi Sebagian besar perusahaan tambang hanya
diperkirakan akan dapat menghidupkan kembali bisa pasrah dengan kebijakan penutupan jalur
jalur di Tenggarong Seberang yang sebelumnya mati transportasi Sungai Mahakam tersebut. Mereka
pasca runtuhnya JKK. tak punya pilihan lain kecuali hanya menunggu
dibukanya kembali jalur tersebut. Berdasarkan
d. Dampak terhadap Kegiatan Pertambangan
informasi dari beberapa narasumber, sejumlah
Sebelum JKK runtuh, setiap hari kapal-kapal perusahaan tambang telah berupaya mengantisipasi
ponton (tongkang) pengangkut batubara berlalu- kerugian akibat berhentinya pendistribusian
lalang di bawah jembatan tersebut dari lokasi batubara dengan berbagai cara. Misalnya bagi
penambangan (bagian hulu) menuju ke hilir, tempat perusahaan yang memiliki lapangan eksploitasi di
bersandarnya kapal besar yang akan mengangkut bagian hilir, mereka mengoptimalkan produksi di
batubara ke luar Kalimantan. Frekuensi ponton areal tersebut. Selain itu juga “meminjam” batubara
(tongkang) yang melintas di bawah JKK cukup milik perusahaan lain yang tidak terkendala
padat, yang menurut informasi mencapai 20-30 transportasi di bagian hilir untuk memenuhi
buah per hari. Kapal ponton ini tergolong besar pesanan agar tidak terhenti. Kendati demikian
karena mampu memuat batubara sekitar 40 ribu perlu disadari bahwa upaya tersebut hanya bersifat
metrik ton (ukuran 300 feet). Oleh karena itu sementara dan tidak akan bertahan dalam jangka
ombak yang ditimbulkan oleh kapal-kapal tersebut panjang.
acapkali cukup besar dan bisa berdampak terhadap
perjalanan ferry kecil dan ketinting. Setelah sampai Dari paparan tersebut, dampak yang ditimbulkan
di dermaga tepi pantai, muatan batubara tersebut oleh runtuhnya JKK bagi kegiatan pertambangan
sudah ditunggu oleh kapal-kapal besar. Setiap kapal dapat dikategorikan dalam tingkat tinggi.
besar bisa menampung batubara sebanyak volume Sehingga perlu kebijakan pemerintahan untuk
ponton. menyelesaikannya karena kegiatan pertambangan
memberikan kontribusi cukup besar bagi
Setelah JKK runtuh, aktivitas tersebut menjadi pendapatan daerah. Namun pada saat laporan
sangat terganggu. Kapal-kapal ponton yang memuat penelitian ini disusun diperoleh informasi bahwa
batubara tidak bisa melewati bekas jembatan, karena Pemda Kutai Kartanegara telah membuka kembali
masih banyak reruntuhan dan kendaraan (motor jalur transportasi Sungai Mahakam bagi kapal
dan mobil) yang belum dapat dievakuasi. Pada saat pengangkut batubara. Namun belum diketahui
penelitian dilakukan sejumlah ponton tertahan secara pasti besarnya kerugian yang ditimbulkan
karena tidak bisa melewati bawah jembatan, baik selama penutupan sementara jalur tersebut.
ponton berisi batabura untuk dibawa ke kapal-kapal
besar, maupun ponton kosong yang akan mengambil e. Dampak di Bidang Pariwisata
batubara di lokasi-lokasi penambangan. Pada saat Keberadaan JKK bukan hanya berfungsi
penelitian ini dilakukan belum dapat diperoleh memfasilitasi mobilitas pelbagai kegiatan, tetapi
informasi seputar kebijakan pemerintah daerah atau jembatan tersebut juga sebagai obyek wisata.
pemerintah provinsi untuk mengatasi terhentinya Bahkan jembatan yang disebut sebagai “golden

24
Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Runtuhnya Jembatan Kutai Kertanegara
Bangkit A Wiryawan, Achmad Helmi, Bambang Sudjatmiko

gate” Kalimantan Timur tersebut dalam sepuluh tersebut lenyap dari pandangan. Selain itu arena
tahun terakhir ini dinyatakan sebagai icon publik seperti taman dan panggung terbuka
Kabupaten Kutai Kartanegara. Pada saat weekend yang sebelumnya disediakan dan menjadi objek
atau hari-hari libur banyak wisatawan dari luar kunjungan masyarakat dialihfungsikan untuk
Kota Tenggarong berkunjung menikmati keindahan tenda-tenda darurat.
jembatan tersebut. Di sekitar jembatan telah
dalam beberapa tahun terakhir ini dibangun ruang Salah satu pilihan bagi masyarakat maupun
terbuka yang lazim dipergunakan untuk pentas seni. pelaku wisata saat ini adalah mengunjungi objek
Kemudian tidak jauh dari jembatan ini terdapat wisata lain terdekat, antara lain Museum Kerajaan
obyek wisata Pulau Kemala yang juga dikunjungi Kutai Kartanegara. Sedangkan pelaku usaha yang
oleh wisatawan dari luar Tenggarong. Kunjungan biasa memanfaatkan area sekitar jembatan untuk
wisatawan ke Tenggarong telah menghidupkan berjualan praktis tak bisa lagi membuka usahanya di
pedagang-pedagang makanan, minuman, buah- area tersebut. Dengan demikian dampak runtuhnya
buahan, souvenir yang menjual dagangannya di tepi JKK bagi sektor pariwisata cukup besar.
Sungai Mahakam. Respons pemerintah terkait kegiatan pariwisata
Setelah jembatan runtuh, tidak ada lagi kegiatan hingga laporan ini disusun belum ditunjukkan
pariwisata di sekitar jembatan tersebut. Kegiatan secara signifikan. Sebab area terbuka untuk publik
pedagang-pedangan makanan, minuman, buah- di sekitar JKK masih difungsikan untuk tenda-tenda
buahan dan souvenir memang masih ada tetapi darurat. Untuk mengukur secara pasti dampak
jauh berkurang. Ruang terbuka di bawah jembatan ekonomi yang ditimbulkan diperlukan penelitian
yang runtuh kini merupakan lokasi (spot) yang lebih lanjut.
tertutup, tidak boleh dikunjungi oleh siapapun f. Dampak di Bidang Lingkungan
kecuali petugas-petugas dan pejabat-pejabat yang
Dermaga-dermaga penyeberangan baru yang
berkepentingan dengan proses evakuasi reruntuhan
muncul di beberapa lokasi, merupakan titik
dan kendaraan (sepeda motor dan mobil) yang
keramaian yang baru di tepian Sungai Mahakam
masih berada di bawah jembatan. Sampai dengan
(Gambar 8). Keramaian itu ditandai dengan lalu-
penelitian ini dilakukan di lokasi tersebut masih
lintas kendaraan di sekitar dermaga maupun di
berdiri tenda-tenda pos komando dari berbagai
sepanjang jalan menuju dermaga yang meningkat
instansi yang bertanggungjawab terhadap kegiatan
drastis dibanding kondisi sebelum JKK runtuh.
evakuasi.
Meningkatnya keramaian di lokasi tersebut
Bangunan dengan bentang sekitar 710 meter diperkirakan akan mendorong masyarakat
tersebut merupakan pemandangan yang indah untuk menciptakan aktivitas ekonomi maupun
sehingga menarik untuk dikunjungi. Pemerintah membangun permukiman yang baru dalam
juga melengkapi area di sekitar jembatan tersebut beberapa waktu ke depan.
dengan sejumlah fasilitas misalnya taman, panggung
Jika bangunan-bangunan baru di lokasi tersebut
terbuka dan gedung pertemuan.
bermunculan, dikhawatirkan akan berpotensi
Namun setelah JKK runtuh, objek wisata tersebut melahirkan dampak lanjutan yang saat ini belum
turut hilang. Bangunan jembatan yang menjadi terlihat namun diperkirakan bisa terjadi pada
kebanggaan masyarakat di Kalimantann Timur waktu mendatang. Dampak lanjutan tersebut

Gambar 8. Munculnya dermaga-dermaga baru menyebabkan lalu-lintas di sepanjang jalan menuju dermaga
yang sebelumnya sepi, berubah sangat ramai setelah JKK runtuh.

25
berupa masalah lingkungan seperti sanitasi dan Transmigrasi dan Kependudukan, 25-26 Mei
permukiman yang tidak layak huni. Tidak tertutup 2000.
kemungkinan pula di kemudian hari muncul tempat- Cooley, Charles Horton. 1894. The Theory of
tempat hiburan malam yang dapat menimbulkan Transportation, dalam Publication of the
masalah sosial. American Economic Association.
Dinas Perhubungan. 2007. Tataran Transportasi
Persoalan lain yang juga berpotensi muncul Lokal. Jakarta: PT Adhiyasa Decision.
adalah pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan Glaser, Barney G dan Anselm L. Strauss. 1967. The
rencana tata ruang wilayah maupun alih fungsi Discovery of Grounded Theory; Strategis for
lahan. Ketidaksesuaian fungsi lahan di tepian sungai Qualitative Research. New York: Aldine.
dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem, MICD UGM dan Puslitbang Sosekling. 2011. Laporan
selain juga masalah estetika. Aliran Sungai Mahakam Kajian dampak Runtuhnya Jembatan Kutai
yang memiliki riwayat pernah meluap juga akan Kartanegara Kalimantan Timur. Laporan
menjadi masalah berikutnya jika di sepanjang tepi Penelitian.
sungai terdapat banyak hunian. Murzaki. 2007. Mari Mengenal Kaltim. Samarinda:
Biro Humas Setdaprov Kaltim.
KESIMPULAN Undang-Undang No 38 tahun 2004 tentang Jalan.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis Undang-Undang No 24 tahun 2007 tentang
sebagaimana uraian yang telah dipaparkan pada Penanggulangan Bencana.
tulisan ini, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Setelah Jembatan Kutai Kartanegara runtuh,
frekuensi dan intensitas penggunaan ferry
dan ketinting semakin tinggi. Kondisi tersebut
akan berlangsung hingga 3-5 tahun kedepan
atau sebelum jembatan baru selesai dibangun.
Intensitas dan frekuensi penggunaan alat
transportasi dari Tenggarong – Loa Janan –
Samarinda (maupun sebaliknya) semakin
tinggi.
2. Runtuhnya jembatan menyebabkan intensitas
dan frekuensi penggunaan jembatan Mahakam
dan Mahulu, sebagai jalur darat alternatif yang
paling reliable, semakin tinggi.
3. Jalur alternatif lain yang juga bertambah
tinggi intensitasnya adalah jalur sungai di
antara Kecamatan Tenggarong Seberang dan
Kota Tenggarong, dengan memanfaatkan jasa
penyeberangan ferry (umumnya kendaraan
roda 4) dan ketinting (umumnya kendaraan
roda 2).
4. Keberlanjutan usaha ekonomi masyarakat
di Tenggarong Seberang sangat tergantung
dari lalu-lintas yang melewati Jembatan Kutai
Kartanegara menuju Samarinda dan sebaliknya,
sebelum jembatan tersebut runtuh. Runtuhnya
jembatan membuat aktivitas ekonomi
masyarakat Tenggarong Seberang di sekitar
jembatan menurun secara signifikan.

DAFTAR PUSTAKA
Tjiptoherijanto, Prijono. 2000. Mobilitas Penduduk
dan Pembangunan Ekonomi. Makalah
disampaikan dalam Simposium Kementerian

26

You might also like