Professional Documents
Culture Documents
Socio Economic and Environmental Impact Caused by The Collapse of The Kutai Kertanegara Bridge
Socio Economic and Environmental Impact Caused by The Collapse of The Kutai Kertanegara Bridge
2
Pusat Litbang Sosial Ekonomi Lingkungan, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum
Jl .Sapta Taruna Raya no.26 Komplek PU, Pasar Jumat, Jakarta 12310
Email : insinyur_helmi@yahoo.com
3
Pusat Litbang Sosial Ekonomi Lingkungan, Balitbang, Kementerian Pekerjaan Umum
Jl .Sapta Taruna Raya no.26 Komplek PU, Pasar Jumat, Jakarta 12310
Email : sudjatmiko53@yahoo.com
ABSTRACT
Kutai Kartanegara Bridge is vital transportation infrastructure that connects Kutai Kartanegara Regency with
Samarinda City and its surrounding. The collapse of the bridge in the late 2011 brought wide impact on the
mobility of Kutai Kartanegara people. This paper explores social, economic, and environmental impacts that
arose from the change of mobility. Generally, respondent activities were not disrupted by the incident, much
to do with rapid adaptation capacity of the people and the availability of alternative facilities replacing the
bridge. Nonetheless, there are several changes including the intensity of their activity in several sectors such
as trade and mining, the emergence of new river crossing service, and the drastically diminishing activities of
tourism near the bridge. The emergence of social, economic and environmental impacts should be managed
properly to prevent bigger loss.
Keywords: bridge, Kutai Kartanegara, impact, mobility, disaster
ABSTRAK
Jembatan Kutai Kartanegara merupakan prasarana transportasi yang vital menghubungkan Kabupaten Kutai
Kartanegara dengan wilayah-wilayah lain di seberangnya, terutama Kota Samarinda. Runtuhnya jembatan
tersebut pada akhir 2011 memberikan dampak secara luas terhadap mobilitas masyarakat di wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara. Tulisan ini mencoba meneliti dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan yang
muncul akibat perubahan mobilitas. Secara umum, aktivitas responden penelitian tidak terganggu dengan
runtuhnya jembatan ini karena cepatnya adaptasi masyarakat dan tersedianya sarana dan prasarana
mobilitas alternatif untuk menggantikan jembatan, seperti pemanfaatan Jembatan Mahalu yang terletak di
selatan. Namun demikian, terjadi perubahan intensitas aktivitas di beberapa sektor seperti perdagangan dan
pertambangan, munculnya aktivitas baru di sektor jasa penyeberangan, serta berkurangnya secara drastis
aktivitas pariwisata di sekitar jembatan. Munculnya dampak-dampak sosial ekonomi dan lingkungan ini harus
mampu dikendalikan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara agar tidak menimbulkan kerugian yang
lebih besar.
Kata Kunci : jembatan, kutai kartanegara, dampak, mobilitas, bencana
15
PENDAHULUAN sulit berkembang. Hal yang sama berlaku juga dalam
rangka pencapaian sasaran pembangunan baik di
Runtuhnya Jembatan Kutai Kartanegara (JKK) bidang ekonomi, sosial, politik, maupun militer
pada tanggal 26 November 2011 silam mengundang (Cooley 1894). Mobilitas penduduk yang tinggi
keprihatinan. Selain merenggut korban jiwa dan menjadi cermin tingginya aktivitas sosial maupun
mengakibatkan kerugian materi, peristiwa tersebut ekonomi mereka. Hal senada juga diutarakan oleh
juga menimbulkan perubahan pola mobilitas Prijono Tjiptoherijanto (2000). Meskipun kedua
orang dan barang terkait dengan berbagai kegiatan penulis cenderung memandang mobilitas manusia
sosial ekonomi di Kabupaten Kutai Kartanegara dalam konteks yang lebih permanen, seperti migrasi,
dan sekitarnya. Dampak tersebut diperkirakan namun kerangka berpikir tersebut masih relevan
berlangsung dalam beberapa tahun ke depan, hingga dengan fenomena mobilitas penduduk temporer
berdirinya kembali jembatan baru. (Gambar 1) seperti misalnya mobilitas pekerja komuter sehari-
Selama 10 tahun beroperasi, jembatan dengan hari.
bentang 710 meter di atas Sungai Mahakam Infrastruktur jembatan merupakan prasarana
tersebut menjadi infrastruktur vital bagi masyarakat penopang mobilitas manusia dan barang dari satu
di sekitarnya. Manfaat yang sangat dirasakan tempat ke tempat lain yang tidak dapat diakses oleh
adalah menjadi pendukung mobilitas keseharian prasarana jalan. Dengan demikian, runtuhnya suatu
masyarakat karena mampu mereduksi jarak dan jembatan berarti akan secara langsung berdampak
waktu tempuh perjalanan dari wilayah Tenggarong terhadap terhambatnya mobilitas manusia dan
ke Samarinda maupun sebaliknya. barang tersebut. Keadaan ini apabila dibiarkan
Dalam konteks studi ini, JKK ditempatkan sebagai lebih jauh akan menyebabkan terhambatnya
sarana yang memfasilitasi mobilitas orang dan pembangunan dan perkembangan suatu kawasan.
barang dari titik origin ke titik destination tertentu Dalam penelitian ini, hambatan mobilitas yang
terkait dengan kegiatan-kegiatan masyarakat muncul akibat runtuhnya Jembatan Kukar akan
tersebut. Sedangkan dampak sosial ekonomi difokuskan pada mobilitas yang bersifat temporer,
dikonsepsikan sebagai selisih antara kondisi sosial dengan skema analisis sebagaimana terlihat pada
ekonomi masyarakat ketika jembatan masih normal gambar 2. Adapun yang menjadi variabel penelitian
(before) dan setelah jembatan tersebut runtuh adalah; pendidikan, layanan kesehatan, perdagangan,
(after). Ketika jembatan masih normal (sebelum pertambangan, pariwisata, dan lingkungan.
runtuh), mobilitas orang atau barang dari origin ke
destination berada pada suatu titik (posisi) tertentu.
Titik (posisi) tersebut diasumsikan mengalami
pergeseran setelah JKK runtuh. Dengan kata lain, Runtuhnya Terhambatnya
setelah jembatan runtuh terjadi perubahan pola Jembatan Kukar mobilitas warga
mobilitas orang dan barang terkait dengan kegiatan
pendidikan, kesehatan, layanan pemerintahan,
perdagangan, perkebunan, dan pariwisata.
Variabel Bebas Variabel Terikat
KAJIAN PUSTAKA
Mobilitas manusia dan barang sudah sejak lama Gambar 2. Skema Analisis
menjadi suatu kebutuhan mendasar bagi setiap
individu maupun institusi sosial. Ketiadaan atau
larangan mobilitas akan menyebabkan masyarakat
METODE PENELITIAN
Responden yang menjadi sasaran dalam tulisan
ini adalah anggota masyarakat yang bertempat
tinggal di Tenggarong dan Tenggarong Seberang
(dan kecamatan-kecamatan di sekitarnya). Mereka
dipilih secara purposif, dan diupayakan orang-orang
yang selama ini sering menggunakan Jembatan
Kutai Kartanegara (user), serta orang-orang yang
paling merasakan dampak negatif runtuhnya
jembatan tersebut, yang juga meliputi pejabat-
pejabat pemerintah dari berbagai Dinas/Instansi
Gambar 1. Jembatan Kutai Kartanegara sebelum Kabupaten Kutai Kartanegara dan petugas yang
runtuh (kiri) dan sesudah runtuh (kanan) terlibat dalam operasi tanggap darurat.
16
Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Runtuhnya Jembatan Kutai Kertanegara
Bangkit A Wiryawan, Achmad Helmi, Bambang Sudjatmiko
Selama penelitian ini berlangsung, tim peneliti Dilihat dari jenis pekerjaan, sebanyak 63%
berhasil mewawancarai sebanyak 82 responden, responden di Tenggarong bekerja sebagai PNS, 24%
terdiri dari 57 orang di Tenggarong dan 25 orang di sebagai pedagang, 7% sebagai pegawai swasta,
Tenggarong Seberang yang dicatat dalam lembaran 2% sebagai nelayan, 2% sebagai buruh dan 2%
kuesioner sebagai panduan. Rincian dari jumlah sebagai petani. Sedangkan di Tenggarong Seberang,
responden tersebut dalam dilihat pada tabel 1. sebanyak 36% bekerja sebagai PNS, 24% pedagang,
Selain itu tim juga mengumpulkan informasi 16% pegawai swasta, 8% petani, 8% buruh, 4%
secara kualitatif dari sejumlah narasumber dengan pelajar dan 4% nelayan.
beragam latar belakang.
Pengumpulan data dan observasi lapangan
Berikut ini sebagian profil dari responden. Dari untuk kajian ini dilakukan selama empat hari
57 responden di Tenggarong, sebanyak 67% di pada tanggal 7-10 Desember 2011 di Kabupaten
antaranya berjenis kelamin laki-laki dan sisanya Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.
perempuan. Sedangkan dari 25 responden di Ketersediaan waktu yang relatif singkat tersebut
Tenggarong Seberang, sebanyak 84% laki-laki sekaligus merupakan keterbatasan dalam penelitian
dan 16% perempuan. Dilihat dari latar belakang ini. Pasca penelitian ini dilakukan, sangat terbuka
pendidikan untuk responden di Tenggarong, 5% kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan
berpendidikan sekolah dasar (SD), 18% SLTP, 37% kondisi masyarakat maupun kebijakan pemerintah
SLTA dan 40% lulus perguruan tinggi. Sedangkan daerah setempat.
responden di Tenggarong Seberang, 24%
berpendidikan SD, 20% SLTP, 24% SLTA dan 32% HASIL DAN PEMBAHASAN
perguruan tinggi.
Selama sepuluh tahun memfasilitasi berbagai
Berdasarkan usia reponden, sebanyak 47% aktivitas masyarakat, Jembatan Kutai Kartanegara
persen di Tenggarong berusia antara 41-55 tahun, telah berpengaruh signifikan terhadap pola
42% berusia 26-40 tahun, 7% berusia kurang dari 26 mobilitas masyarakat di sekitarnya. Setelah
tahun dan 4% berusia di atas 55 tahun. Sedangkan jembatan tersebut runtuh, pola mobilitas
responden di Tenggarong Seberang, sebanyak 45% masyarakat berubah dan mengganggu sebagian
berusia antara 41-55 tahun, 43% berusia 26-40 dari kegiatan sosial ekonomi.
tahun, 7% berusia kurang dari 26 tahun dan sisanya
Dalam penelitian ini diketahui dari 57 orang
5% berusia di atas 55 tahun.
responden yang tinggal di wilayah Tenggarong,
17
sebanyak 62% di antaranya mengaku melewati mobilitas setelah runtuhnya JKK. Hal ini berarti
JKK setiap hari, 9% menyatakan sering, 11% tingkat mobilitas masyarakat Tenggarong Seberang
menyatakan jarang dan 18% mengatakan dalam kegiatan pendidikan tidak mengalami
sangat jarang. Sedangkan masyarakat di wilayah perubahan yang berarti pasca runtuhnya JKK.
Tenggarong Seberang, dari hasil survei sebanyak 25 Sedangkan 6% responden lainnya menyatakan
orang responden, 55% di antaranya mengaku setiap sering, 12% mengatakan jarang dan 19% sisanya
hari melewati jembatan tersebut, 5% menyatakan menyatakan sangat jarang. (Gambar 3)
sering, 20% jarang dan 20% sangat jarang (lihat
gambar 3). Sejak dioperasikan kurang lebih sepuluh
tahun terakhir, Jembatan Kutai Kartanegara (JKK)
a. Dampak di Bidang Pendidikan dipergunakan oleh siswa atau peserta didik, guru
Frekuensi mobilitas masyarakat dalam kegiatan dan tenaga kependidikan, baik yang berdomisili
pendidikan mengalami perubahan setelah JKK di Tenggarong maupun Tenggarong Seberang
runtuh, terutama mereka yang tinggal di wilayah (dan kecamatan lain di sekitarnya). Siswa yang
Tenggarong. Dari 57 responden, hanya 26% warga bersekolah di Tenggarong pada umumnya beralasan
Tenggarong yang tetap menyeberang Sungai kualitas pendidikan di Tenggarong dianggap
Mahakam setiap hari, 2% sering, 28% jarang dan lebih baik daripada di Tenggarong Seberang.
44% sangat jarang. Sedangkan kecenderungan yang Selain itu terdapat pula sejumlah mahasiswa dari
berbeda ditunjukkan oleh masyarakat di wilayah Tenggarong Seberang yang kuliah di Universitas
Tenggarong Seberang. Mereka tampak memiliki Kutai Kartanegara Tenggarong, maupun sebaliknya
ketergantungan yang tinggi terhadap keberadaan warga Tenggarong yang kuliah di Samarinda
JKK dan Kota Tenggarong dalam memfasilitasi melewati jembatan tersebut. Kendati kegiatan
kegiatan pendidikan. Hal itu ditunjukkan oleh hasil mereka cukup padat, namun waktu tempuh menuju
survei pasca runtuhnya JKK. Dari 25 responden, kampus menjadi relatif lebih singkat melalui JKK
63% di antaranya menyatakan tetap melakukan hanya sekitar 20-30 menit.
Akibat gangguan mobilitas tersebut, masyarakat
di Kutai Kartanegara beradaptasi dengan melakukan
beberapa pilihan tindakan untuk tetap dapat
melangsungkan kegiatan di bidang pendidikan.
Dari 57 responden di wilayah Tenggarong, 71% di
antaranya menggunakan ferry, 20% memilih rute
lain, 3% pindah sekolah, dan 6% sisanya menyatakan
tidak tahu. Sedangkan warga di sisi Tenggarong
Seberang, dari 25 responden yang diwawancarai,
60% di antaranya menyatakan menggunakan
ferry, 6% memilih rute lain, 7% pindah sekolah,
20% pindah tempat tinggal (sewa rumah, kos,
menumpang di rumah milik saudara), dan sisanya
7% menyatakan tidak tahu. (Gambar 4).
Setelah jembatan runtuh, siswa-siswa warga
Tenggarong Seberang (dan kecamatan-kecamatan
di sekitarnya) yang bersekolah di Tenggarong, serta
guru dan tenaga kependidikan yang bekerja di
Tenggarong harus menggunakan ferry dan ketinting.
Pada pagi hari ferry dan ketinting dari Tenggarong
Seberang ke Tenggarong dipenuhi oleh murid
sekolah, guru dan tenaga kependidikan. Demikian
pula ketika siang atau sore pada jam pulang sekolah,
ferry dan ketinting dari Tenggarong ke Tenggarong
Seberang dipenuhi oleh siswa, sejumlah guru, dan
tenaga kependidikan.
Pada jam-jam padat tersebut mereka harus antre,
karena jumlah ferry, dan ketinting tidak sebanding
dengan kebutuhan mereka. Antrean tersebut
Gambar 3. Frekuensi mobilitas warga Kutai terlihat semakin panjang ketika ferry dan ketiting
Kartanegara melintasi jembatan
18
Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Runtuhnya Jembatan Kutai Kertanegara
Bangkit A Wiryawan, Achmad Helmi, Bambang Sudjatmiko
20
Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Runtuhnya Jembatan Kutai Kertanegara
Bangkit A Wiryawan, Achmad Helmi, Bambang Sudjatmiko
21
c. Dampak terhadap Kegiatan Perdagangan runtuhnya JKK, yaitu 60% dari 57 responden di
JKK selama ini juga memfasilitasi masyarakat di Tenggarong mengaku terganggu, demikian pula
Kutai Kartanegara dalam menjalankan kegiatan di 62% dari 25 responden di Tenggarong Seberang
sektor perdagangan. Dari penelitian ini diketahui menyatakan terganggu.
frekuensi mobilitas masyarakat di Tenggarong
Akibat gangguan mobilitas setelah runtuhnya JKK
maupun Tenggarong Seberang melewati JKK cukup
tersebut, sebagian masyarakat mampu beradaptasi
tinggi sebelum JKK runtuh. Dari 57 responden di
dengan melakukan beberapa pilihan tindakan
Tenggarong, sebanyak 57% di antaranya mengaku
agar mampu bertahan di sektor perdagangan. Dari
setiap hari melewati JKK, 18% sering melewati, 9%
57 responden di Tenggarong, 12% di antaranya
jarang, dan 16% sangat jarang. Sedangkan dari 25
menyatakan mengubah pola pemasaran, 17%
responden di Tenggarong Seberang, sebanyak 63%
mencari pasar alternatif, dan 59% sisanya tidak
menyatakan setiap hari melewati JKK, 6% mengaku
memberikan jawaban. Sedangkan 25 responden di
sering, 12% mengatakan jarang dan 19% sangat
Tenggarong Seberang, sebanyak 8% diantaranya
jarang.
memilih menimbun komoditas, 46% menjawab
Namun frekuensi mobilitas masyarakat di tidak tahu dan sisanya 46% memberikan jawaban
sektor perdagangan berubah setelah JKK runtuh. lain seperti berhenti dari aktivitasnya, seperti
Perubahan paling menyolok terjadi pada masyarakat terlihat pada gambar 6.
di Tenggarong. Dari 57 responden di Tenggarong,
Sejumlah warga masyarakat yang ditanyai
hanya tinggal 24% yang menyatakan setiap hari
tentang masalah apa yang dihadapi dalam
melewati JKK, 7% sering, 20% jarang dan 49% sangat
melakukan kegiatan perdagangan setelah JKK
jarang. Sedangkan bagi masyarakat di Tenggarong
runtuh, memberikan jawaban yang beragam. Dari
Seberang, dari 25 responden yang diwawancarai,
57 responden di Tenggarong, sebanyak 38% di
sebanyak 44% menyatakan setiap hari, 6% sering,
antaranya menjawab biaya yang dikeluarkan dalam
25% jarang dan 44% sangat jarang.
aktivitas perdagangannya menjadi lebih besar,
Penelitian ini juga menelusuri mobilitas 33% menyatakan waktu tempuh lebih lama, 14%
masyarakat di sektor perdagangan setelah JKK menyatakan harga komoditas naik, 10% mengaku
runtuh. Dari 57 responden di Tenggarong, 39% tidak menghadapi kendala yang berarti dan sisanya
diantaranya menyatakan memilih rute memutar 5% tidak menjawab.
yang lebih jauh, 29% tetap menyeberang Sungai
Masyarakat di Tenggarong Seberang memberikan
Mahakam menggunakan ferry, 15% menyatakan
jawaban yang tidak jauh berbeda. Dari 25
tetap berdagang tapi tanpa harus menyeberang
responden, sebanyak 30% diantaranya menyatakan
dan sisanya 17% tidak menjawab. Sedangkan bagi
waktu tempuh lebih lama, 22% menyatakan biaya
masyarakat Tenggarong Seberang, mobilitas pasca
yang dikeluarkan lebih besar, 22% mengaku tidak
runtuhnya JKK tetap tinggi. Dari 25 responden,
menemui kendala yang berarti, 17% menyatakan
sebanyak 38% diantaranya menggunakan ferry,
harga komoditas naik dan sisanya 9% tidak
6% memilih rute memutar dan 56% sisanya tidak
memberikan jawaban, seperti yang ditunjukkan
menjawab.
gambar 7.
Baik masyarakat di Tenggarong maupun
JKK memiliki peran yang amat penting dalam
Tenggarong Seberang, mayoritas menyatakan
kegiatan perdagangan, terutama sebagai sarana
mobilitas di bidang perdagangan terganggu dengan
menyalurkan berbagai macam komoditas dari
22
Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Runtuhnya Jembatan Kutai Kertanegara
Bangkit A Wiryawan, Achmad Helmi, Bambang Sudjatmiko
23
Selain itu biaya produksi makanan menjadi semakin kapal-kapal ponton tersebut. Apabila masalah
tinggi akibat ongkos tambahan yang dikeluarkan, ini tidak segera terpecahkan, maka kerugian yang
sementara itu jika harga jual makanan dinaikkan terkait dengan kegiatan pertambangan diperkirakan
berisiko tidak bisa diterima oleh pelanggannya. semakin tinggi.
Sejumlah pemilik toko kelontong, buah-buahan, Sungai Mahakam merupakan jalur transportasi
dan bensin eceran di Tenggarong Seberang hanya utama untuk pengangkutan batubara. Runtuhnya
bisa pasrah. Mereka selama ini menggantungkan JKK untuk sementara waktu sangat mengganggu
hidupnya dari keramaian pengguna jalan yang lalu-lintas tongkang atau kapal ponton yang
berlalu-lalang melewati JKK. Kini warung-warung mengangkut batubara. Selama penelitian ini
mereka kehilangan pelanggan, setelah lalu-lintas berlangsung sampai hari ke-12 sejak runtuhnya
kendaraan di jalur Tenggarong-Samarinda sepi. JKK, tongkang-tongkang pengangkut batubara
Kegagalan mereka beradaptasi dalam jangka panjang tersebut belum diperbolehkan melewati bekas
akan merasakan dampak runtuhnya JKK. Aset dan JKK yang runtuh. Hal ini karena di dasar sungai
kapabilitas yang telah mereka bangun dan miliki yang berada di bawah bekas JKK masih teronggok
selama ini akan mengalami perubahan negatif. reruntuhan jembatan dan sejumlah kendaraan yang
masih dalam proses evakuasi. Kondisi tersebut
Pemerintah menunjukkan respon yang cukup
menyulitkan pengusaha batubara dan berpotensi
baik dengan membangun dermaga ferry ukuran
menimbulkan kerugian cukup besar.
besar di dekat tapak JKK. Pada saat dermaga dan
penyeberangan tersebut nantinya beroperasi Sebagian besar perusahaan tambang hanya
diperkirakan akan dapat menghidupkan kembali bisa pasrah dengan kebijakan penutupan jalur
jalur di Tenggarong Seberang yang sebelumnya mati transportasi Sungai Mahakam tersebut. Mereka
pasca runtuhnya JKK. tak punya pilihan lain kecuali hanya menunggu
dibukanya kembali jalur tersebut. Berdasarkan
d. Dampak terhadap Kegiatan Pertambangan
informasi dari beberapa narasumber, sejumlah
Sebelum JKK runtuh, setiap hari kapal-kapal perusahaan tambang telah berupaya mengantisipasi
ponton (tongkang) pengangkut batubara berlalu- kerugian akibat berhentinya pendistribusian
lalang di bawah jembatan tersebut dari lokasi batubara dengan berbagai cara. Misalnya bagi
penambangan (bagian hulu) menuju ke hilir, tempat perusahaan yang memiliki lapangan eksploitasi di
bersandarnya kapal besar yang akan mengangkut bagian hilir, mereka mengoptimalkan produksi di
batubara ke luar Kalimantan. Frekuensi ponton areal tersebut. Selain itu juga “meminjam” batubara
(tongkang) yang melintas di bawah JKK cukup milik perusahaan lain yang tidak terkendala
padat, yang menurut informasi mencapai 20-30 transportasi di bagian hilir untuk memenuhi
buah per hari. Kapal ponton ini tergolong besar pesanan agar tidak terhenti. Kendati demikian
karena mampu memuat batubara sekitar 40 ribu perlu disadari bahwa upaya tersebut hanya bersifat
metrik ton (ukuran 300 feet). Oleh karena itu sementara dan tidak akan bertahan dalam jangka
ombak yang ditimbulkan oleh kapal-kapal tersebut panjang.
acapkali cukup besar dan bisa berdampak terhadap
perjalanan ferry kecil dan ketinting. Setelah sampai Dari paparan tersebut, dampak yang ditimbulkan
di dermaga tepi pantai, muatan batubara tersebut oleh runtuhnya JKK bagi kegiatan pertambangan
sudah ditunggu oleh kapal-kapal besar. Setiap kapal dapat dikategorikan dalam tingkat tinggi.
besar bisa menampung batubara sebanyak volume Sehingga perlu kebijakan pemerintahan untuk
ponton. menyelesaikannya karena kegiatan pertambangan
memberikan kontribusi cukup besar bagi
Setelah JKK runtuh, aktivitas tersebut menjadi pendapatan daerah. Namun pada saat laporan
sangat terganggu. Kapal-kapal ponton yang memuat penelitian ini disusun diperoleh informasi bahwa
batubara tidak bisa melewati bekas jembatan, karena Pemda Kutai Kartanegara telah membuka kembali
masih banyak reruntuhan dan kendaraan (motor jalur transportasi Sungai Mahakam bagi kapal
dan mobil) yang belum dapat dievakuasi. Pada saat pengangkut batubara. Namun belum diketahui
penelitian dilakukan sejumlah ponton tertahan secara pasti besarnya kerugian yang ditimbulkan
karena tidak bisa melewati bawah jembatan, baik selama penutupan sementara jalur tersebut.
ponton berisi batabura untuk dibawa ke kapal-kapal
besar, maupun ponton kosong yang akan mengambil e. Dampak di Bidang Pariwisata
batubara di lokasi-lokasi penambangan. Pada saat Keberadaan JKK bukan hanya berfungsi
penelitian ini dilakukan belum dapat diperoleh memfasilitasi mobilitas pelbagai kegiatan, tetapi
informasi seputar kebijakan pemerintah daerah atau jembatan tersebut juga sebagai obyek wisata.
pemerintah provinsi untuk mengatasi terhentinya Bahkan jembatan yang disebut sebagai “golden
24
Dampak Sosial Ekonomi dan Lingkungan Akibat Runtuhnya Jembatan Kutai Kertanegara
Bangkit A Wiryawan, Achmad Helmi, Bambang Sudjatmiko
gate” Kalimantan Timur tersebut dalam sepuluh tersebut lenyap dari pandangan. Selain itu arena
tahun terakhir ini dinyatakan sebagai icon publik seperti taman dan panggung terbuka
Kabupaten Kutai Kartanegara. Pada saat weekend yang sebelumnya disediakan dan menjadi objek
atau hari-hari libur banyak wisatawan dari luar kunjungan masyarakat dialihfungsikan untuk
Kota Tenggarong berkunjung menikmati keindahan tenda-tenda darurat.
jembatan tersebut. Di sekitar jembatan telah
dalam beberapa tahun terakhir ini dibangun ruang Salah satu pilihan bagi masyarakat maupun
terbuka yang lazim dipergunakan untuk pentas seni. pelaku wisata saat ini adalah mengunjungi objek
Kemudian tidak jauh dari jembatan ini terdapat wisata lain terdekat, antara lain Museum Kerajaan
obyek wisata Pulau Kemala yang juga dikunjungi Kutai Kartanegara. Sedangkan pelaku usaha yang
oleh wisatawan dari luar Tenggarong. Kunjungan biasa memanfaatkan area sekitar jembatan untuk
wisatawan ke Tenggarong telah menghidupkan berjualan praktis tak bisa lagi membuka usahanya di
pedagang-pedagang makanan, minuman, buah- area tersebut. Dengan demikian dampak runtuhnya
buahan, souvenir yang menjual dagangannya di tepi JKK bagi sektor pariwisata cukup besar.
Sungai Mahakam. Respons pemerintah terkait kegiatan pariwisata
Setelah jembatan runtuh, tidak ada lagi kegiatan hingga laporan ini disusun belum ditunjukkan
pariwisata di sekitar jembatan tersebut. Kegiatan secara signifikan. Sebab area terbuka untuk publik
pedagang-pedangan makanan, minuman, buah- di sekitar JKK masih difungsikan untuk tenda-tenda
buahan dan souvenir memang masih ada tetapi darurat. Untuk mengukur secara pasti dampak
jauh berkurang. Ruang terbuka di bawah jembatan ekonomi yang ditimbulkan diperlukan penelitian
yang runtuh kini merupakan lokasi (spot) yang lebih lanjut.
tertutup, tidak boleh dikunjungi oleh siapapun f. Dampak di Bidang Lingkungan
kecuali petugas-petugas dan pejabat-pejabat yang
Dermaga-dermaga penyeberangan baru yang
berkepentingan dengan proses evakuasi reruntuhan
muncul di beberapa lokasi, merupakan titik
dan kendaraan (sepeda motor dan mobil) yang
keramaian yang baru di tepian Sungai Mahakam
masih berada di bawah jembatan. Sampai dengan
(Gambar 8). Keramaian itu ditandai dengan lalu-
penelitian ini dilakukan di lokasi tersebut masih
lintas kendaraan di sekitar dermaga maupun di
berdiri tenda-tenda pos komando dari berbagai
sepanjang jalan menuju dermaga yang meningkat
instansi yang bertanggungjawab terhadap kegiatan
drastis dibanding kondisi sebelum JKK runtuh.
evakuasi.
Meningkatnya keramaian di lokasi tersebut
Bangunan dengan bentang sekitar 710 meter diperkirakan akan mendorong masyarakat
tersebut merupakan pemandangan yang indah untuk menciptakan aktivitas ekonomi maupun
sehingga menarik untuk dikunjungi. Pemerintah membangun permukiman yang baru dalam
juga melengkapi area di sekitar jembatan tersebut beberapa waktu ke depan.
dengan sejumlah fasilitas misalnya taman, panggung
Jika bangunan-bangunan baru di lokasi tersebut
terbuka dan gedung pertemuan.
bermunculan, dikhawatirkan akan berpotensi
Namun setelah JKK runtuh, objek wisata tersebut melahirkan dampak lanjutan yang saat ini belum
turut hilang. Bangunan jembatan yang menjadi terlihat namun diperkirakan bisa terjadi pada
kebanggaan masyarakat di Kalimantann Timur waktu mendatang. Dampak lanjutan tersebut
Gambar 8. Munculnya dermaga-dermaga baru menyebabkan lalu-lintas di sepanjang jalan menuju dermaga
yang sebelumnya sepi, berubah sangat ramai setelah JKK runtuh.
25
berupa masalah lingkungan seperti sanitasi dan Transmigrasi dan Kependudukan, 25-26 Mei
permukiman yang tidak layak huni. Tidak tertutup 2000.
kemungkinan pula di kemudian hari muncul tempat- Cooley, Charles Horton. 1894. The Theory of
tempat hiburan malam yang dapat menimbulkan Transportation, dalam Publication of the
masalah sosial. American Economic Association.
Dinas Perhubungan. 2007. Tataran Transportasi
Persoalan lain yang juga berpotensi muncul Lokal. Jakarta: PT Adhiyasa Decision.
adalah pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan Glaser, Barney G dan Anselm L. Strauss. 1967. The
rencana tata ruang wilayah maupun alih fungsi Discovery of Grounded Theory; Strategis for
lahan. Ketidaksesuaian fungsi lahan di tepian sungai Qualitative Research. New York: Aldine.
dapat menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem, MICD UGM dan Puslitbang Sosekling. 2011. Laporan
selain juga masalah estetika. Aliran Sungai Mahakam Kajian dampak Runtuhnya Jembatan Kutai
yang memiliki riwayat pernah meluap juga akan Kartanegara Kalimantan Timur. Laporan
menjadi masalah berikutnya jika di sepanjang tepi Penelitian.
sungai terdapat banyak hunian. Murzaki. 2007. Mari Mengenal Kaltim. Samarinda:
Biro Humas Setdaprov Kaltim.
KESIMPULAN Undang-Undang No 38 tahun 2004 tentang Jalan.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis Undang-Undang No 24 tahun 2007 tentang
sebagaimana uraian yang telah dipaparkan pada Penanggulangan Bencana.
tulisan ini, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Setelah Jembatan Kutai Kartanegara runtuh,
frekuensi dan intensitas penggunaan ferry
dan ketinting semakin tinggi. Kondisi tersebut
akan berlangsung hingga 3-5 tahun kedepan
atau sebelum jembatan baru selesai dibangun.
Intensitas dan frekuensi penggunaan alat
transportasi dari Tenggarong – Loa Janan –
Samarinda (maupun sebaliknya) semakin
tinggi.
2. Runtuhnya jembatan menyebabkan intensitas
dan frekuensi penggunaan jembatan Mahakam
dan Mahulu, sebagai jalur darat alternatif yang
paling reliable, semakin tinggi.
3. Jalur alternatif lain yang juga bertambah
tinggi intensitasnya adalah jalur sungai di
antara Kecamatan Tenggarong Seberang dan
Kota Tenggarong, dengan memanfaatkan jasa
penyeberangan ferry (umumnya kendaraan
roda 4) dan ketinting (umumnya kendaraan
roda 2).
4. Keberlanjutan usaha ekonomi masyarakat
di Tenggarong Seberang sangat tergantung
dari lalu-lintas yang melewati Jembatan Kutai
Kartanegara menuju Samarinda dan sebaliknya,
sebelum jembatan tersebut runtuh. Runtuhnya
jembatan membuat aktivitas ekonomi
masyarakat Tenggarong Seberang di sekitar
jembatan menurun secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
Tjiptoherijanto, Prijono. 2000. Mobilitas Penduduk
dan Pembangunan Ekonomi. Makalah
disampaikan dalam Simposium Kementerian
26