You are on page 1of 9

Unmas 44

Denpasar

GALLERY WALK DIKOLABORASIKAN DENGAN GRAFFITI DALAM


ARGUMENTATIVE SPEAKING CLASS
Dewa Ayu Ari Wiryadi Joni
Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Mahasaraswati Denpasar
wiryadijoni@ymail.com

ABSTRACT
This study belonged to Classroom Action Research which was administered to find
out the effectiveness of Gallery Walk collaborated with Graffiti. The subjects of this study
were the students of semester IVF English Education Study Program FKIP Unmas Denpasar
in academic year 2015/2016. This study was done in three respective cycles in which each
cycle consisted of four interrelated sessions. The instruments used were pre-test and post-
tests which were gathered by using speaking scoring rubric, questionnaires and teacher’s
diary. The data taken were in the form of quantitative data and qualitative data. It was found
out that before being treated by Gallery Walk collaborated with Graffiti, the students had
problems in arguing verbally using English. It could be seen from the mean score of the pre-
test given which was 60.50 was considered low. After being given treatments which were
done in three cycles, the students’ mean scores were increased accordingly; mean score of
cycle I was 62.17, mean score of cycle II was 70.50, mean score of cycle III was 79.67. The
results of questionnaires given also showed students’ positive response toward the use of
Gallery Walk collaborated with Graffiti. It could be seen from the percentage of the chosen
item A 44.44% which was regarded as the students strongly agreed and item B 52.24% stated
that the students agreed toward the implementation of Gallery Walk collaborated with
Graffiti in speaking class. This study revealed the importance of using innovative teaching
techniques in teaching language students to enhance English speaking competence.

Keywords: gallery walk, graffiti, speaking competence

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan
berargumentasi verbal mahasiswa semester IVF PSP Bahasa Inggris FKIP Unmas Denpasar
tahun ajaran 2015/2016 melalui teknik Gallery Walk yang dikolaborasikan dengan Graffiti.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus dengan masing-masing siklus terdiri
dari empat sesi yang saling berhubungan. Adapun instrumen penelitian yang digunakan yaitu:
penilaian kinerja (pra-siklus dan refleksi akhir) yang dinilai menggunakan rubrik berbicara,
angket dan lembar observasi terstruktur. Data yang didapat berupa data kuantitatif dan data
kualitatif. Dari hasil penelitian, dapat dinyatakan bahwa sebelum diberikan tindakan,
mahasiswa mengalami kesulitan untuk berargumentasi secara verbal menggunakan bahasa
Inggris. Ini bisa dilihat dari nilai rata-rata pra-siklus yaitu 60,50 yang dianggap rendah.
Setelah diberikan tindakan dalam tiga siklus, nilai rata-ratanya meningkat yaitu masing-
masing: siklus I 62,17, siklus II 70,50, dan siklus III 79,67. Selain itu, dari data angket dan
lembar observasi terstruktur, mahasiswa memberikan tanggapan yang positif terhadap
penggunaan teknik Gallery Walk yang dikolaborasikan dengan Graffiti dalam kelas
berbicara. Ini bisa dilihat dari prosentase opsi A yang terpilih sebanyak 44,44% yang artinya
mahasiswa sangat setuju dan opsi B 52,24% yang artinya mahasiswa setuju dengan
penggunaan teknik ini. Penelitian ini membuktikan bahwa pentingnya penggunaan teknik

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas 45
Denpasar

pengajaran yang inovatif dalam mengajar mahasiswa bahasa untuk meningkatkan


kemampuan berbicara bahasa Inggris.

Kata kunci: gallery walk, graffiti, kemampuan berbicara

PENDAHULUAN
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan dasar bagi seorang individu untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Kemampuan verbal ini bisa
diperoleh melalui proses acquisition yakni proses penguasaan bahasa melalui interaksi dan
penggunaan bahasa secara langsung dan natural tanpa adanya proses pembelajaran secara
formal terlebih dahulu, seperti yang sebaliknya terjadi pada proses penguasaan bahasa
melalui proses learning dimana individu menguasai bahasa melalui proses pembelajaran
secara formal maupun nonformal (Lemetyinen, 2012 diakses pada 17 Juni 2015
http://www.simplypsychology.org/language.html).
Mahasiswa bisa dikatakan sebagai pelaku pembelajar bahasa yang telah dan sedang
melalui proses learning. Di dalam proses learning, kemampuan berbicara mahasiswa bisa
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya faktor internal yakni faktor usia. Menurut
Brown (2000) penguasaan bahasa asing peserta didik dipengaruhi oleh umur peserta didik itu
sendiri. Mahasiswa dikategorikan sebagai peserta didik yang dewasa sehingga
kemampuannya dalam menguasai bahasa asing bisa dengan mudah dicapai melalui proses
learning.
Proses learning disini merupakan proses yang berlangsung melalui tatap muka di
kelas, dimana tujuanya yakni untuk mengajarkan serta melatih mahasiswa agar bisa
berkomunikasi dan beragumentasi verbal dengan lancar dan berterima. Proses ini dapat
berlangsung sesuai tujuan apabila pendidik mampu menarik minat mahasiswa untuk belajar,
karena minat belajar ini merupakan salah satu variabel internal yang mendukung kesuksesan
mahasiswa dalam belajar. Selain itu, variabel eksternal juga sangat mempengaruhi
kesuksesan belajar mahasiswa. Salah satunya adalah teknik mengajar yang digunakan.
Teknik ini seharusnya merupakan teknik mengajar yang selain meningkatkan minat belajar
juga mampu meningkatkan hasil belajar mahasiswa, yang dalam hal ini adalah mahasiswa
mampu berkomunikasi dan beragumentasi verbal dengan lancardan berterima.
Meskipun demikian, fenomena yang sering terjadi dalam pengajaran kemampuan
berbicara berbahasa Inggris di semester IV Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unmas
Denpasar adalah ketidakpuasan pendidik terhadap kemampuan berbicara peserta didik di
dalam tugas kegiatan berbicara yang diberikan kepada mereka. Beberapa dari mereka masih
kesulitan untuk merespon sesuatu menggunakan bahasa Inggris dengan lancar dan berterima
(fluently).
Oleh karena itu, daripada menggunakan sistem pengajaran yang biasanya hanya
mengandalkan soal-soal latihan yang terfokus pada isi (content), seperti penghapalan
(memorization), pengulangan (repetition), dan latihan yang tidak berkonteks (drill)
(Riggenbach and Lazaraton in Celce Murcia, 1991), dimana sistem-sistem ini tidak
mengindahkan proses aktif penggunaan kecakapan dasar berbahasa (language skills) baik
antara peserta didik dengan pendidik ataupun antara peserta didik sendiri di dalam kelas,
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas 46
Denpasar

pendidik diharapkan dalam pengajaran berbahasa asing untuk fokus dalam meningkatkan
kemampuan berkomunikasi (communicative competence) peserta didik secara verbal melalui
sistem kegiatan-kegiatan yang bersifat komunikatif (communicative activities) (Canale in
Celce-Murcia, 1991). Kegiatan ini terfokus pada kemampuan peserta didik untuk mengerti
dan mengkomunikasikan informasi-informasi yang berhubungan dengan kehidupan nyata di
lapangan. Untuk alasan inilah, para ahli meyakini bahwa model pembelajaran komunikatif
(communicative learning) dapat meningkatkan kegiatan komunikatif ini dalam proses
pembelajaran.
Kegiatan komunikatif ini selain menunjang terbentuknya kemampuan berkomunikasi
verbal mahasiswa secara spontan, juga memberikan dampak positif pada kemampuan
berargumentasi mahasiswa. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif mahasiswa dilatih melalui
kegiatan pembelajaran komunikatif sehingga mampu memiliki kemampuan beargumentasi
verbal dengan lancer dan berterima.
Kegiatan komunikatif ini dapat dilaksanakan melalui teknik pengajaran yang sesuai
dengan pengajaran bahasa dan bisa meningkatkan kemampuan berkomunikasi
berargumentasimahasiswa yakni teknik Gallery Walk. Disini Gallery Walk dikombinasikan
dengan graffiti, dimana graffiti ini dibuat berdasarkan kreatifitas dari mahasiswa itu sendiri.
Graffiti juga dipilih karena bisa menggali dan mengekpresikan ide dan opini mahasiswa
terhadap suatu hal melalui seni serta membangkitkan minat mahasiswa dalam mengikuti
kegiatan berbicara.
Gallery Walk , menurut asal katanya Gallery artinya pameran dan Walk artinya
melangkah atau berjalan, merupakan sebuah proses pembelajaran dimana peserta didik
menggunakan kemampuan pengamatannya untuk mengumpulkan data dan menarik
kesimpulan dari sebuah topic tertentu dengan berjalan berkeliling kelas seraya seperti
beradadalam sebuah pameran seni ( Brownlie dan Close, 1992).
Dalam mengimplentasikan teknik ini, pendidik bisa memberikan media graffiti
apapun sebagai bahan diskusi, seperti gambar, kutipan ataupun pertanyaan yang
dipasang di masing-masing pameran berbeda di tembok kelas (sehingga disebut
“gallery”) dan peserta didik membentuk kelompok kecil dan bergerak mengitari
pameran dan memberikan tanggapannya. Mereka juga bisa mencatat di tembok
tanggapan mereka dan pertanyaan yang mereka anggap perlu untuk dijawab. Setelah
semua kelompok telah mengitari semua pameran yang terpampang di tembok, mereka
meringkas dan menarik kesimpulan tentang topik yang dibahas (Daniels dan Steineke,
2011).
Disamping itu, graffiti yang digunakan disini sebagai media pembelajaran
dikategorikan sebagai artefak yang mengandung aspek seni dan estetik maka
pengertian estetik di sini dapat diartikan secara luas sebagai pengertian ide tentang
kebaikan, watak, pendapat, pikiran, moral, intelektual, dsb. yang dapat meng uraikan
bahwa karya seni dan pengalaman estetik tidak hanya pengalaman abstrak, tetapi ada
hu bungannya dengan perihal-perihal lain yang berada di luar bentuk karya seni serta
berkecenderungan untuk mengisyaratkan suatu pesan atau makna sebagai perwujudan
dari suatu isi dari karya Grafiti, misalnya berhubungan dengan budaya, filsafat hidup,
psikologi, dan sosiologi (Maria, 2011)

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas 47
Denpasar

Graffiti disini merupakan tulisan dinding yang bisa diinterpretasikan tergantung dari
yang menyaksikan tulisan tersebut. Graffiti bisa berupa gambar ataupun coretan yang
ditempel di dinding. Graffiti merupakan sebuah media yang bersifat seni untuk
mengekplorasi kreatifitas peserta didik. Graffiti pada dasarnya digunakan untuk mengekspos
berbagai bidang, seperti politik, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Graffiti ini menjadi
media visual yang menguntungkan karena selain membuat mahasiswa merasa tidak bosan
dikelas, mereka juga bisa membuat dan berkreatifitas sendiri dengan memproduksi graffiti
nya masing-masing yang mengacu pada penyampain topik tertentu.
Dalam prosesnya, tugas utama pendidik adalah terbatas untuk meluruskan
misinterpretasi yang didiskusikan dalam masing-masing kelompok pada setiap pos. Tugas
inipun dilakukan pada sesi akhir ketika semua kelompok telah melihat dan memberikan
tanggapannya terhadap semua pameran yang disuguhkan. Proses pembelajaran sepenuhnya
dilakukan oleh mahasiswa. Ini akan secara otomatis membuat peserta didik berinteraksi dan
mendalami langsung materi yang diberikan sehingga mereka akan dengan mudah menyusun
dan menyimpan pengetahuan yang diperolehnya dengan lebih permanen.
Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membantu mahasiswa
semester IV Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unmas Denpasar tahun ajaran 2015/2016
berbicara dan atau berargumentasi verbal menggunakan bahasa Inggris secara lancar dan
berterima.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan terbatas hanya untuk meningkatkan kemampuan
berargumentasi verbal mahasiswa semester IVF di program studi pendidikan bahasa Inggris
FKIP Unmas Denpasar tahun ajaran 2015/2016 dimana mereka menjadi sampel dari
penelitian ini. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)/Classroom Action
Research (CAR), dimana PTK merupakan proses pengkajian suatu masalah pada suatu kelas
melalui siklus daur ulang dari berbagai kegiatan yang pada pokoknya terdiri dari empat
tahapan, yaitu perencanaan (planning), implementasi tindakan (action), pengamatan
(observation) dan refleksi (reflection).
Dalam proses pengambilan data, peneliti menggunakan instrument penelitian yang
valid dan reliable. Untuk mengumpulkan data kuantitatif peneliti menggunakan penilaian
kinerja berargumentasi verbal mahasiswa yang diukur menggunakan rubrik berbicara yang
terdiri dari 4 kriteria yaitu kelancaran, pelafalan, kosakata dan isi. Masing-masing kriteria ini
diberi rentangan skor 1-5. Disamping itu, untuk mengumpulkan data kualitatif peneliti
menggunakan angket yang terdiri dari 10 pernyataan. Masing-masing pernyataan ini diberi
rentangan skala Likert 1-5. Selain itu, lembar observasi terstruktur dirancang dengan 10
bahan pengamatan.
Penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus. Sebelum melaksanakan siklus I, peneliti
melaksanakan pra-siklus. Ini dilakukan guna mengetahui kemampuan awal mahasiswa
sebelum diberikan tindakan. Dalam kegiatan pra-siklus ini, peneliti memberikan tes berbicara
pada mahasiswa. Tes ini berupa tes berbicara spontan dengan memilih satu topik tentang
pendidkan yang dipilih dengan sistem lotre. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara
informal pada mahasiswa. Setelah ditemukan hasil dari pra-siklus ini, peneliti kemudian

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas 48
Denpasar

melanjutkan ke tahap pemberian tindakan dengan mengaplikasikan teknik Gallery Walk yang
dikolaborasikan dengan penggunaan graffiti. Selama proses pemberian tindakan ini yang
dijalankan berbarengan dengan kegiatan belajar pembelajaran di kelas, peneliti juga sekaligus
melakukan proses observasi terhadap situasi pembelajaran dan tindak-tanduk mahasiswa di
kelas. Setelah pemberian tindakan dan proses obervasi selesai, peneliti melakukan refleksi
akhir, dimana peneliti memberikan post-test berupa penilaiankinerja berargumentasi verbal
pada mahasiswa. Mahasiswa diminta untuk memilih satu topik yang berhubungan dengan
pendidikan yang paling mereka minati dan menyampaiakan pendapat pro-kontra mereka
terhadap topik tersebut di depan kelas secara individu. Selain itu, peneliti juga melihat
kembali proses refleksi agar dapat menemukan kebaikan dan kelemahan dari proses
pemberian tindakan agar dapat diperbaiki untuk siklus berikutnya.
Secara umum siklus dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.
Refleksi Awal

Rencana Tindakan I Obervasi I Evaluasi


Siklus I Refleksi I

Evaluasi Observasi II Tindakan II Rencana


Refleksi II Siklus II

Rencana Tindakan Obervasi Evaluasi Pengolahan data


Siklus III III III Refleksi III Pelaporan
Rekomendasi

Gambar 1. Siklus Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Seperti yang telah tertera sebelumnya, penelitian ini merupakan penelitian tindakan
kelas yang terdiri dari tiga siklus yang saling terkait. Hasil yang diperoleh dari masing-
masing siklus dapat dilihat melalui tabel 1. berikut:

Siklus I Siklus II Siklus III


Pra- Post- Post-
Post- Post- Post- Post-
Rata-rata siklus Rerata tes Rerata tes Rerata
tes I tes II tes III tes V
IV VI
60,50 60,83 63,80 62,17 68 73 70,50 78 80,83 79,67
Prosentase
30% 63,33% 93,33%
capaian
Tabel 1. Rangkuman Hasil Kemampuan Berargumentasi Verbal Mahasiswa Semester IVF
Prodi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unmas Denpasar tahun ajaran 2015/2016

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas 49
Denpasar

Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat terlihat bahwa skor rata-rata masing-masing siklus
mengalami perubahan dari pra-siklus 60,50 ke siklus I 62,17 ke siklus II 70,50 sampai siklus
III 79,67. Pada pra-siklus, kemampuan oral mahasiswa masih tergolong rendah. Mereka
mengalami kesulitan dalam menyampaikan opini mereka dengan lancar dan berterima.
Kelancaran berbicara mereka terganggu dengan penggunaan bahasa Indonesia. Mereka
memerlukan waktu yang lama untuk menyusun apa saja yang ingin mereka katakan sehingga
ketika tiba gilran untuk berpendapatpun mereka lebih banyak membaca opini yang mereka
tulis bukan menyampaikannya secara langsung. Ketika wawancara informal diadakan,
mereka lebih banyak diam dan terbata-bata dan merespon dengan menggunakan bahasa
Inggris yang kemudian sering kali ditukar dengan bahasa Indonesia. Akibatnya, hasil rata-
rata pra siklus yang didapatkan adalah 60,50, ini tergolong rendah.
Peneliti kemudian melakukan siklus I, siklus II dan siklus IIImasing-masing dalam 4
tahapan. Proses tatap muka di kelas dilakukan sekali seminggu dengan masing-masing siklus
selama2 sampai 4 kali pertemuan, dan dalam satu siklus berisi 2 kali pos-tes. Proses tatap
muka ini dijalankan berbarengan dengan kegiatan pembelajaran di kelas dengan
mengaplikasikan teknik Gallery Walk yang dikolaborasikan dengan graffiti. Dalam
pelaksanaan ketiga siklus ini, mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang satu kelompok
terdiri dari 3 orang dengan 1 orang sebagai ketua kelompok, sehingga dalam satu kelas
terdapat 10 kelompok kecil. Mereka diberikan topik tentang pendidikan dan meminta mereka
untuk menulis maupun menggambar sebuah graffiti dalam kertas bergambar yang
berhubungan dengan topik tersebut. Pada pertemuan pertama dari masing-masing siklus,
peneliti yang sekaligus sebagai dosen pengampu mata kuliah speaking IV di kelas tersebut
memberikan brainstorming awal tentang informasi penting dalam dunia pendidikan di
Indonesia, seperti program pertukaran pelajar, bloom’s taxonomy dan kurikulum. Mereka
diberikan waktu untuk menyalurkan ide kreatifnya pada kertas bergambar tersebut. Dalam
proses pembuatan graffiti ini, mereka diberikan keleluasaan untuk berdiskusi dengan teman
sekelompoknya, dan mereka diwajibkan untuk menggunakan bahasa Inggris. Pada setiap
pertemuan hanya 5 kelompok yang menempel graffiti mereka di tembok untuk dipamerkan
dan 5 kelompok lainnya berjalan sepanjang kelas untuk mengomentari, berpendapat,
berdiskusi menggunakan bahasa Inggris dengan teman sekelompoknya tentang graffiti yang
mereka lihat. Mereka juga diijinkan bertanya pada kelompok yang memajang graffiti tersebut
mengenai kejelasan makna dari graffiti yang dibuat. Pada kegiatan ini, mahasiswa diberikan
waktu 10 menit untuk masing-masing graffiti. Semua komentar, opini dan perdebatan mereka
dicatat oleh recorder yang ada pada masing-masing pos graffiti (Cscope, 2010).
Pada siklus I, mahasiswa diberikan kewenangan untuk membentuk kelompoknya
sendiri. Ini diberikan dengan tujuan untuk memberikan mereka rasa nyaman dalam bekerja
dengan teman yang mereka pilih sendiri. Dengan rasa nyaman ini, mereka bisa leluasa
menyampaikan pendapat mereka dengan lebih lepas.. Pada siklus I, kemampuan berbicara
mahasiswa mengalami sedikit perubahan, yaitu pra-siklus 60,50 ke siklus I 62,17. Perbedaan
skor dari pra-siklus ke siklus I adalah 1,67. Perubahan ini kurang signifikan karena
kemampuan mahasiswa dalam berpendapat tidak mengalami perubahan dalam kategori
kelancaran maupun pelafalan. Pada saat pos-tes, mereka masih saja ada yang membaca opini
yang mereka tulis sebelumnya. Mereka juga mengalami hambatan dalam isi opininya baik

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas 50
Denpasar

dalam berdebat maupun mempertahankan opininya. Ini terlihat dari wawasan dan ide mereka
mengenai topik pertukaran pelajar ini kurang dieksplorasi, karena kebanyakan dari mereka
belum pernah mengalaminya dan kurang menemukan bahan sehingga opini yang mereka
sampaikan kurang kuat atau masih bersifat general.
Dengan masih adanya kelemahan yang didapatkan dari siklus I, penelitianpun
dilanjutkan ke siklus II. Proses pelaksanaan siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I. Akan
tetapi di siklus II, peneliti lah yang menentukan anggota masing-masing kelompok. Peneliti
mencampurkan antara mahasiswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata dengan mereka
yang memiliki kemampuan sedang dan dengan mereka yang memiliki kemampuan dibawah
rata-rata. Ini dilakukan agar terjadi interaksi yang kondusif di dalam kegiatan pembelajaran.
Mahasiswa yang berkemampuan diatas rata-rata dapat membantu mereka yang berada
dibawah rata-rata. Dalam siklus II ini, topik yang diberikan adalah tentang bloom’s
taxonomy. Proses siklus II ini berlangsung selama 2 kali pertemuan dengan 2 kali pos-tes.
Hasil rata-rata dari siklus I 62,17 ke siklus II 70,50, terdapat perbedaan sebesar 8,33.
Ini merupakan perbedaan hasil yang signifikan. Selain itu prosentase capaian pun dari siklus I
30% menjadi 63,33% pada siklus II. Selama siklus II dilaksanakan, beberapa mahasiswa
masih terlihat enggan dalam mengeluarkan pendapatnya tentang graffiti yang dipamerkan di
kelas, semenjak mereka yang merasa dirinya memiliki kemampuan kurang merasa
pendapatnya kurang pintar sehingga hanya bisa menerima pendapat mereka yang memiliki
kemampuan diatas rata-rata. Setelah diberikan dorongan dan motivasi dari teman
sekelompoknya bahwa pendapat mereka dihargai dan dicatat sekonyol apapun itu mereka
terlihat lebih leluasa dalam berargumentasi.Meskipun demikian, dari hasil pos-test siklus II,
peneliti masih menemukan mahasiswa yang belum mencapai kriteria kelulusan minimal.
Dengan demikian penelitian dilanjutkan ke siklus III yang dilakukan selama 2 kali
pertemuan dengan 2 kali pos-tes. Hasil rata-rata yang diperoleh dari siklus II 70,50
meningkat di siklus III 79,67. Tedapat perbedaan sebesar 9,17 diantara kedua hasil rata-rata
tersebut. Prosentase capaian pun meningkat sangat pesat yakni sebesar 93,33%. Terdapat 28
mahasiswa yang berhasil lulus mata kuliah speaking IV dalam topik kurikulum 2013 dan
KTSP di Indonesia. Dari hasil pengamatan di siklus III, mahasiswa lebih percaya diri dalam
menyampaikan pendapat mereka dengan lebih terbuka. Kelancaran mereka dalam
berargumentasipun lebih meningkat, begitu pula dengan kosakata yang mereka pergunakan
lebih bervariasi dan isi argumentasi yang mereka utarakan lebih jelas dan menukik, walaupun
masih ada sedikit mispronunciation pada pelafalan kata nya tapi itu tidak terlalu signifikan
dalam merubah maknanya. Dalam berbicara mereka semakin jarang bertukar dari bahasa
Inggris ke bahasa Indonesia.Ini dikarenakan teknik Gallery Walk yang dikolaborasikan dengan
graffiti ini membuat peserta didik bergerak dari satu pameran ke pameran lain dimana di setiap
pameran yang dipasang mengharuskan peserta didik untuk mengeksplorasi baik apa yang sudah
mereka ketahui maupun yang belum mereka ketahui tentang suatu topik tertentu. Disini mereka
melakukan diskusi kelompok kecil dengan sesama anggota kelompoknya, dimana setiap opini
ataupun tanggapan dari masing-masing anggota dicatat dan diberikan respon positif. Mereka juga bisa
saling memberi tahu ataupun saling mengoreksi satu sama lain.Dengan demikian, kebebasan mereka
dalam berargumentasi pun terjamin dan mereka bebas menggunakan bahasa Inggris tanpa harus
mengkhawatirkan pengkoreksian ataupun interupsi. Ini otomatis memperlancar kemampuan berbicara
mereka (Taylor, 2004).
Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas 51
Denpasar

Selain itu, hasil prosentase dari angket juga menunjukkan bahwa masing-masing item
yang dipilih dari A, B, C, D dan E adalah 44,44%, 52,24%, 2,55%, 0,77% dan 0%. Ini
memperlihatkan bahwa mahasiswa merespon dengan positif penggunaan teknik Gallery Walk
yang dikolaborasikan dengan graffiti di dalam kelas berbicara. Ini dikarenakan Gallery Walk ini
merupakan sebuah teknik mengajar yang digolongkan dalam cooperative learning model.
Teknik ini berfokus pada kemampuan peserta didik dalam mengeksplorasi dan
mengekspresikan buah pikiran mereka melalui diskusi kelompok kecil sembari berjalan
layaknya seperti berada dalam sebuah pameran. Teknik ini selain bisa berguna untuk mereka
yang cakap dalam berbicara, juga sangat membantu untuk mereka yang kurang cakap dalam
public speaking, karena teknik ini mengedepankan rasa saling mendukung antar sesama
anggota kelompok dan juga menjelasakan hasil karya graffiti mereka yang terpampang di
Gallery kelas. Selain itu peserta didik juga dapat melepaskan rasa bosan duduk di kelas
dengan bergerak ke satu pameran ke pameran yang lain serta melihat dan mengomentari
setiap tulisan ataupun materi yang terpampang pada Gallery sehingga secara otomatis minat
mereka untuk belajarpun mempengaruhi hasil belajar mereka (Hosseinali, 2013). Selain itu
graffiti ini yang menjadi media visual menguntungkan karena selain membuat peserta didik
merasa tidak bosan dikelas, mereka juga bisa membuat dan berkreatifitas sendiri dengan
memproduksi graffiti nya masing-masing yang mengacu pada penyampain topik tertentu .
Hogan dan Cernusca (2011) juga mengemukakan hal serupa mengenai Gallery Walk
ini. Mereka menemukan bahwa teknik Gallery Walk yang bersifat collaborative berguna
untuk memperbanyak keuntungan belajar yang diperoleh baik di dalam maupun di luar jam
pembelajaran yang nantinya akan memberikan pengetahuan yang lebih permanen dan
menguntungkan untuk terjun di dalam komunitas. Ini berguna karena selain memaparkan
mahasiswa dengan berbagai ide yang muncul mengenai satu topik juga memfasilitasi
mahasiswa dengan bahan kajian yang berbeda yang nantinya akan menggugah sikap kritis
baik itu bersifat pro maupun kontra terhadap suatu hal yang dianggap penting.

SIMPULAN
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
teknik Gallery Walk yang dikolaborasikan dengan graffiti efektif dalam meningkatkan
kemampuan berargumentasi verbal mahasiswa semester IVF Prodi Pendidikan Bahasa
Inggris FKIP Unmas Denpasar tahun ajaran 2015/2016. Selain itu, mahasiswa juga telah
memberikan respon postif terhadap penggunaan teknik ini di dalam mata kuliah speaking IV.
Ini membuktikan bahwa penggunaan teknik mengajar yang inovatif dapat meningkatkan
kemampuan berbahasa dari pembelajar bahasa asing. Oleh karena itu, para pengajar bahasa
asing baik tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi dianjurkan untuk mengaplikasikan
teknik mengajar ini pada anak didiknya. Akan sangat menarik untuk melihat teknik ini
digunakan pada peserta didik dengan berbagai level kemampuan dan latar belakang yang
berbeda.

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016
Unmas 52
Denpasar

UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada lembaga FKIP Unmas Denpasar,
khususnya pada Prodi Pendidikan Bahasa Inggris. Selain itu saya berterimakasih pada
mahasiswa semester IVF atas kerjasama dan partisipasinya dalam pelaksanaan penelitian ini
yang dalam hal ini tidak pernah ada yang absen selama penelitian berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA
Brown, H.D. 2000. Principle of Language Teaching and Learning(4 th Ed). New York:
Longman.
Brownlie dan Close. 1992. Spanish Language Arts Guide to Implementation (4 –6)
Chapter 4 / 63. Alberta Education.
Celce-Murcia, Marianne. 1991. Teaching English as a Second or Foreign Language
(2nd Ed). New York: Heinle &Heinle Publishers.
Cscope. 2010. Newsletter Tips and Tools for Teachers Gallery Walk. 12-
cscope_newsletter10-11_1stsixweeks.
Daniels dan Steineke. 2011. Texts and Lessons for Content-Area Reading. Portsmouth:
Heinemann.
Hogan dan Cernusca. 2011. Integrating Gallery Walks and Wikis in a Synergic
Instructional Activity: An Exploratory Study of Students’ Perceptions.
Hosseinali. 2013. Teaching Strategies for Instructors. Lincoln: Lincoln Land Community
College.
Lemetyinen, 2012 diakses pada 17 Juni 2015
http://www.simplypsychology.org/language.html.
Maria. 2011. Grafiti dalam Perspektif Budaya Kota Jakarta (Urban) Ultimart. Vol. IV.
Nomor 2. Hal 107-119.
Taylor, P. 2004. Gallery Walk., http://www.cct.umb.edu/gallerywalk.html(accessed on 18th
Juni 2015)

Diselenggarakan oleh :
LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR
JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI
29 – 30 AGUSTUS 2016

You might also like