You are on page 1of 7

JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan) (eISSN: 2614-8854)

Volume 6, Nomor 3, Maret 2023 (1590-1596)

Pemanfaatan Teknik Pembelajaran Scaffolding dalam Peningkatan


Kemampuan Berbahasa Jawa: Studi Kasus Pembelajaran Kemampuan
Berbahasa Jawa oleh Mahasiswa Non-Jawa Prodi Pendidikan Bahasa
Indonesia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Agustinus Djokowidodo
Dosen PSDKU Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
E-mail: agustinus.djokowidodo@ukwms.ac.id
Article Info Abstract
Article History With language, one can communicate with other people to achieve certain goals. To be
Received: 2023-01-15 able to communicate with the new environment using language. One of them is
Revised: 2023-02-22
Published: 2023-03-01 Javanese. In the Indonesian Language Education Study Program at Widya Mandala
Catholic University Surabaya, Madiun City Campus, one of the courses attended by
students is Javanese Language Skills. The students who took the course included
Keywords: students from outside Java, namely students from Kalimantan and Sumatra. Their
Learning Techniques;
participation in the course is of course so that they understand Javanese as one of the
Scaffolding;
Javanese Language languages that provide a lot of input words in Indonesian, so that when they teach they
Proficiency. can find out and explain to their students the origin of a word that comes from
Javanese. The goal to be achieved by researchers in this study is to find out the
techniques and steps for implementing scaffolding that can be used effectively to
improve the ability of non-Javanese students to speak Javanese. The research
conducted in this research is qualitative research. The scaffolding technique can be
carried out effectively in order to improve the ability to speak Javanese properly if it is
carried out face to face. Based on the discussion that has been done, it can be concluded
that the scaffolding technique can be used in learning second language skills, both local
languages and foreign languages.
Artikel Info Abstrak
Sejarah Artikel Dengan bahasa, seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain untuk mencapai
Diterima: 2023-01-15 tujuan-tujuan tertentu. Untuk dapat berkomunikasi dengan lingkungan yang baru
Direvisi: 2023-02-22
Dipublikasi: 2023-03-01 tersebut menggunakan bahasa. Salah satunya yaitu bahasa Jawa. Dalam Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Kampus
Kota Madiun, salah satu mata kuliah yang diikuti oleh mahasiswa yaitu Keterampilan
Kata kunci: Berbahasa Jawa. Adapun mahasiswa yang mengikuti mata kuliah tersebut termasuk
Teknik Pembelajaran;
mahasiswa yang berasal dari luar Jawa, yaitu mahasiswa dari Kalimantan dan
Scaffolding;
Kemampuan Berbahasa Sumatera. Keikutsertaan mereka dalam mata kuliah tersebut tentunya agar mereka
Jawa. memahami bahasa Jawa sebagai salah satu bahasa yang memberikan banyak input
kata dalam bahasa Indonesia, sehingga ketika mereka mengajar mereka dapat
mengetahui dan menjelaskan kepada siswa mereka asal suatu kata yang berasal dari
bahasa Jawa. Tujuan yang hendak dicapai peneliti dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui teknik dan langkah-langkah pelaksanaan scaffolding dapat digunakan
secara efektif untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa non-Jawa dalam
berbahasa Jawa. Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif. Teknik scaffolding dapat terlaksana secara efektif guna meningkatkan
kemampuan berbahasa Jawa secara benar jika dilaksanakan secara tatap muka.
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa teknik
Scaffolding dapat digunakan dalam pembelajaran kemampuan berbahasa kedua, baik
bahasa daerah maupun bahasa asing.
I. PENDAHULUAN disampaikan untuk kemudian menindaklanjuti-
Setiap manusia pasti selalu berusaha ber- nya. Untuk saling mengerti pesan apa yang
sosialisasi dengan sesamanya. Bersosialisasi disampaikan dibutuhkan sarana yang dapat men-
dapat terlaksana dengan cara menjalin hubungan jadi media berkomunikasi, yaitu bahasa.
dengan sesamanya. Adapun dalam menjalin Seperti telah diketahui bahwa salah satu
hubungan, manusia tidak dapat begitu saja fungsi bahasa adalah sarana untuk berinteraksi,
dilakukan. Mereka harus saling berkomunikasi beradaptasi, dan berintregasi dengan lingkungan
satu sama lain. Komunikasi baru dapat dikatakan masyarakat, terutama lingkungan masyarakat
berlangsung apabila masing-masing pihak yang baru. Dengan bahasa seseorang dapat
manusia itu dapat saling mengerti pesan yang berkomunikasi dengan orang lain untuk dapat

http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.id 1590
JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan) (eISSN: 2614-8854)
Volume 6, Nomor 3, Maret 2023 (1590-1596)
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Untuk dapat Jawa sebagai salah satu bahasa yang memberikan
berkomunikasi dengan lingkungan yang baru banyak input kata dalam bahasa Indonesia,
tersebut menggunakan bahasa yang dapat sehingga ketika mereka mengajar mereka dapat
dimengerti oleh semua pihak, yang dalam hal ini mengetahui dan menjelaskan kepada siswa
tentunya adalah bahasa Indonesia. Proses mereka asal suatu kata yang berasal dari bahasa
integrasi akan lebih baik lagi jika orang tersebut Jawa. Selain itu tentunya dimaksudkan pula agar
dapat menggunakan bahasa yang digunakan oleh mereka dapat berkomunikasi dengan meng-
masyarakat setempat. Misalnya, jika seseorang gunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-
yang berasal dari Jawa masuk dan tinggal di Bali, hari dan bersosialisasi dengan lingkungan yang
entah hanya untuk beberapa saat entah selama- bebahasa Jawa. Namun Demikian, banyak di
nya, meskipun proses komunikasinya dapat antara mereka yang merasa sulit untuk meng-
menggunakan bahasa Indonesia, tapi akan lebih gunakan bahasa Jawa sebagai sarana berkomuni-
baik dan lebih dapat berintegrasi jika orang Jawa kasi dalam keseharian mereka, terutama jika
tersebut dapat berkomunikasi dengan bahasa berkomunikasi dengan mahasiswa lain yang
daerah Bali. berasal dari Jawa. Hal tersebut tentunya dapat
Namun demikian, untuk mempelajari bahasa mengakibatkan proses berkomunikasi menjadi
yang baru tidaklah mudah bagi seseorang. Hal itu tidak lancar, sehingga hubungan sosial mereka
dikarenakan setiap bahasa memiliki keunikan tentunya juga akan kurang lancar. Kesulitan-
yang berbeda-beda. Perbedaan keunikan kesulitan yang mereka hadapi mencakup
tersebut dapat menimbulkan kesalahpahaman di pelafalan fonem-fonem tertentu dalam bahasa
antara pengguna bahasa daerah yang berbeda Jawa, kosa kata dan penggunaan tingkat tutur
tersebut. Misalnya kata bathuk dalam bahasa Bali bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa terdapat kata-
yang berarti ’sakit batuk’ tapi akan diterima kata yang jika diucapkan secara tidak benar
sebagai anggota tubuh manusia bagian kepala dapat menimbulkan makna yang berbeda.
oleh orang Jawa, kata bli yang berarti ’abang’ Misalnya: duduk (bukan) – dhudhuk (gali), wedi
atau ’mas’ dalam bahasa Bali tetapi akan diterima (takut) – wedhi (debu), tutuk (mulut) – thuthuk
’membeli’ oleh orang selain orang Bali, dan (pukul).
sebagainya. Hal tersebut dapat terjadi jika tidak Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti
dilakukan adaptasi dan integrasi terhadap peng- berusaha menerapkan salah satu teknik, yaitu
gunaan bahasa untuk berkomunikasi. Di samping scaffolding dalam melaksanakan pembelajaran
itu, ketidakmudahan mempelajari bahasa lain untuk meningkatkan kemampuan dan keteram-
juga disebabkan lebih banyak orang menguasai pilan mereka dalam menggunakan bahasa Jawa
bahasa yang pertama kali dipelajari sebagai dalam berkomunikasi sehari-hari. Setiap pene-
bahasa ibu, yaitu bahasa pertama yang biasanya litian diharapkan memiliki manfaat, baik secara
diperoleh seseorang pada masa kanak-kanak teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis
melalui interaksi dengan anggota-anggota penelitian terhadap topik penelitian ini mem-
masyarakat ujarannya (Hartman dan Stork dalam punyai manfaat untuk memperkaya pengetahuan
Alwasilah, 1989: 73). Hal ini mengakibatkan mengenai teknik yang efektif dalam pembelaja-
orang merasa kesulitan dalam mempelajari ran Keterampilan Berbahasa Jawa pada khusus-
bahasa yang lain selain bahasa Indonesia, baik nya dan pembelajaran bahasa Indonesia pada
bahasa daerah maupun bahasa asing. Ketika umumnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan
orang tersebut merasa kesulitan dalam mem- memberikan kontribusi terhadap alternatif
pelajari bahasa lain selain bahasa ibunya, bisa teknik pembelajaran bagi calon guru, agar dapat
jadi orang tersebut sulit untuk menggunakan dipersiapkan oleh guru-guru profesional yang
bahkan menguasai bahasa lain tersebut. memiliki keterampilan pembelajaran yang
Dalam Program Studi Pendidikan Bahasa efektif.
Indonesia Universitas Katolik Widya Mandala
Surabaya Kampus Kota Madiun, salah satu mata II. METODE PENELITIAN
kuliah yang diikuti oleh mahasiswa yaitu Penelitian yang akan dilakukan merupakan
Keterampilan Berbahasa Jawa. Adapun maha- penelitian kualitatif yang menggunakan metode
siswa yang mengikuti mata kuliah tersebut studi kasus yang didasarkan juga pada studi
termasuk mahasiswa yang berasal dari luar Jawa, etnografi. Dengan mengutip pendapat Bogdan
yaitu mahasiswa dari Kalimantan dan Sumatera. dan Taylor, Moelong mengemukakan bahwa
Keikutsertaan mereka dalam mata kuliah ter- penelitian kualitatif digunakan untuk mem-
sebut tentunya agar mereka memahami bahasa peroleh data deskriptif yang berupa kata-kata
lisan dari subjek yang diamati (Moleong 2012 :

http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.id 1591
JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan) (eISSN: 2614-8854)
Volume 6, Nomor 3, Maret 2023 (1590-1596)
4). Selain itu, Sukmadinata (2008: 60) menge- Brown (2008: 143) mengatakan bahwa
mukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan strategi pembelajaran dibagi dalam tiga
penelitian yang juga ditujukan untuk dapat kategori, yaitu metakognitif, kognitif, dan
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, sosiokognitif. Strategi metakognitif merupa-
peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, kan strategi yang melibatkan perencanaan
persepsi, pemikiran orang secara individual belajar, pemikiran tentang proses pembelaja-
maupun kelompok. Lebih lanjut Sukmadinata ran yang sedang berlangsung, pemantauan
(2008: 62) mengemukakan bahwa penelitian produksi dan pemahaman seseorang, dan juga
kualitatif mencakup beberapa macam studi, salah evaluasi pembelajaran setelah aktivitas
satunya adalah studi etnografi yang mendes- selesai; strategi kognitif merupakan strategi
kripsikan dan menginterpretasikan budaya, yang terdiri atas tugas-tugas pembelajaran
kelompok sosial, atau sistem dengan berpusat spesifik dan melibatkan pemanfaatan yang
pada pola-pola kegiatan, bahasa, kepercayaan, lebih langsung terhadap materi pembelajaran
ritual, dan cara-cara hidup. Tidak berbeda itu sendiri, sedangkan strategi sosioafektif
dengan pendapat Moelong dan Sukmadinata, Gall merupakan strategi yang berkenaan dengan
(2003:433) mengatakan bahwa penelitian aktivitas mediasi sosial dan interaksi dengan
kualitatif digunakan untuk meneliti fenomena- yang lain (Brown 2008:143).
fenomena kependidikan.
Untuk mengumpulkan data penelitian kuali- 2. Teknik Pembelajaran Scaffolding
tatif menggunakan teknik observasi, wawancara, Scaffolding sebetulnya merupakan sebuah
analisis isi, dan untuk menyajikan respon-respon alat bantu yang digunakan dalam pembangu-
dan perilaku subjek (Setyosari 2012: 40). nan sebuah gedung, terutama gedung ber-
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam penelitian tingkat. Dengan alat ini proses pembangunan
ini penulis menggunakan dua teknik, yaitu menjadi lebih mudah. Dalam perkembangan
perekaman dan juga pencatatan. Penelitian ini dunia pendidikan istilah Scaffolding ini
dimaksudkan untuk pembuktian penggunaan digunakan salah satu teknik dalam proses
teknik scaffolding dalam meningkatkan keteram- pembelajaran. Scaffolding dapat dicontohkan
pilan berbahasa Jawa. Analisis dalam penelitian dengan analogi mengajarkan seorang anak
ini dilakukan dengan melakukan uji awal dan uji kecil untuk mengikat tali sepatunya. Seorang
akhir dalam bentuk lisan oleh mahasiswa anak kecil sudah barang tentu akan menga-
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia lami kesulitan dalam mengikat tali sepatunya,
Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya ketika anak tersebut membuat simpul dan
Kampus Kota Madiun. Artinya subjek diminta hendak mengikatkannya satu sama lain.
berbicara, membaca, dan menulis teks. Kesulitan tersebut akan terpecahkan dengan
cara orang tua memegangkan pangkal tali
III. HASIL DAN PEMBAHASAN sepatu sehingga anak tersebut dapat mengi-
1. Strategi Pembelajaran katkan atau menautkan dan mengencangkan
Pembelajaran merupakan penguasaan atau simpul tali sepatunya dengan mudah.
pemerolehan pengetahuan tentang suatu Wood dalam Van de Pol (2010: 271-272)
objek atau sebuah keterampilan dengan mengemukakan bahwa scaffolding dipinjam
belajar, pengalaman, atau instruksi (Brown dari bidang konstruksi yang merupakan
2007: 8). Berdasarkan pengertian tersebut struktur sementara yang didirikan untuk
dapat diketahui bahwa pembelajaran tidak membantu pembangunan atau modifikasi
dapat dilakukan secara asal-asalan, tetapi struktur lain. Penggunaan scaffolding sebagai
memerlukan strategi tertentu. Strategi pem- metafora dalam domain pada pembelajaran
belajaran merupakan pendekatan umum yang mengacu pada dukungan sementara yang
berlaku umum dalam berbagai bidang materi disediakan untuk penyelesaian tugas yang
dan digunakan untuk memenuhi berbagai mungkin tidak dapat diselesaikan oleh peserta
tujuan pembelajaran (Eggen 2012: 6). didik. Dukungan ini dapat diberikan dalam
Hamdani (2011: 19) juga mengatakan bahwa berbagai cara misalnya mencakup pemodelan
strategi belajar mengajar terdiri atas semua dan mengajukan pertanyaan untuk berbagai
komponen materi pengajaran dan prosedur mata pelajaran (misalnya sains, studi sosial)
yang akan digunakan untuk membantu siswa pada usia yang berbeda. Scaffolding merupa-
mencapai tujuan pengajaran tertentu. kan interaksi yang sangat membantu antara
orang tua dan anak dalam menciptakan

http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.id 1592
JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan) (eISSN: 2614-8854)
Volume 6, Nomor 3, Maret 2023 (1590-1596)
sebuah istilah yang mereka uraikan sebagai laksanakan secara virtual atau daring.
suatu proses yang membuat anak atau orang Demikian pula dengan penelitian ini, data
baru dapat memecahkan persoalan atau yang seharusnya diperoleh dari pertemuan
mencapai tujuan yang akan dapat melebihi tatap muka namun dikarenakan masa pan-
saat tanpa bantuan (Wood, Bruner, and Ross demi, datanya kemudian dikumpulkan secara
dalam Rodgers, 2004: 146). daring dalam bentuk tertulis. Berdasarkan
Senada dengan apa yang dikemukakan data yang diperoleh hasil sebagai berikut:
Wood, Ormrod (2008: 63) dan Mcleod (2018: a) Langkah-langkah pelaksanaan teknik scaf-
2) mengemukakan bahwa scaffolding sering folding dalam meningkatkan kemampuan
digunakan saat orang dewasa yang lebih berbahasa Jawa. Dalam hal ini, teknik
kompeten memberikan sejumlah bimbingan scaffolding digunakan untuk membantu
atau arahan yang membantu anak melakukan mahasiswa mengucapkan bunyi [d]
tugas-tugas berdasarkan zona perkembangan (apikoalveolar) - [d] (apikopalatal) dan
proksimal atau Zone of Proximals Develop- bunyi [t] (apikodental) - [t] (apikopalatal).
ment (ZPD) mereka. ZPD merupakan jarak Pengucapan bunyi-bunyi tersebut ber-
antara tingkat perkembangan aktual sebagai- kaitan erat dengan bentuk tulisnya.
mana ditentukan oleh pemecahan masalah b) Pembelajaran penulisan bunyi [d]
independen dan tingkat potensi perkemba- (apikodental) dan [d] (apikopalatal) bunyi
ngan yang ditentukan melalui pemecahan [t] (apikodental) - [t] (apikopalatal). Pem-
masalah di bawah orang dewasa bimbingan belajaran penulisan ini juga merupakan
atau bekerja sama dengan rekan-rekan yang kelanjutan dari pembelajaran bunyi-bunyi
lebih mampu (Vygotsky, 1978: 86). apikodental dan apikopalatal
Asrasilmi (2014) menggambarkan ZPD
sebagai berikut: 3. Langkah Pembelajaran berbahasa Jawa
dengan teknik scaffolding
Dalam pelaksanaan teknik scaffolding,
Tharp dan Gallimore dalam artikel yang ditulis
oleh Hartono (2018, tanpa halaman) menge-
mukakan bahwa terdapat empat langkah
dalam ZPD yaitu sebagai berikut:
a) Bantuan diberikan oleh More Knowledge
Other (MKO).
b) Bantuan oleh diri sendiri (tanpa bantuan
Gambar 1. ZPD (Asrasilmi, 2014) orang lain).
c) Otomatisasi melalui latihan.
Sementara itu, dengan mengutip Vygotsky d) De-otomatisasi, pengulangan dari tiga
dalam William, Sarker (2019: 31) meng- langkah sebelumnya.
gambarkan ZPD sebagai berikut:
Adapun menurut Mamin (2008: 58), secara
operasional strategi pembelajaran Scaffolding
dapat ditempuh juga melalui tahapan-tahapan
berikut
a) Assemen kemampuan dan taraf perkemba-
ngan setiap siswa untuk menentukan Zone
of Proximal Development (ZPD).
b) Menjabarkan tugas pemecahan masalah ke
dalam tahap-tahap yang rinci sehingga
Gambar 2. ZPD menurut Vygotsky (Sarker,
dapat membantu siswa melihat zona yang
2019: 31)
akan di-schafold.
c) Menyajikan tugas belajar secara berjenjang
Dalam pelaksanaan pendidikan di tingkat
sesuai taraf perkembangan siswa. Ini dapat
perguruan tinggi, pada proses Tri Dharma
dilakukan dengan berbagai cara seperti
Perguruan tinggi juga dilaksanakan secara
melalui penjelasan, peringatan, dorongan
daring. Proses pembelajaran, penelitian, dan
(motivasi), penguraian masalah ke dalam
pengabdian kepada masyarakat tidak dapat
langkah pemecahan, dan pemberian contoh
dilaksanakan secara langsung, melainkan di-
(modelling).

http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.id 1593
JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan) (eISSN: 2614-8854)
Volume 6, Nomor 3, Maret 2023 (1590-1596)
d) Mendorong siswa untuk menyelesaikan yang dapat memancing siswa bergerak ke
tugas belajar secara mandiri. arah kemandirian belajar dalam pengara-
e) Memberikan dalam bentuk pemberian han diri.
isyarat, kata kunci, tanda mata (minders),
dorongan, contoh atau hal lain yang dapat 4. Pelaksanaan Teknik Scaffolding dalam
memancing siswa bergerak ke arah ke- Pembelajaran pelafalan fonem
mandirian belajar dalam pengarahan diri. Pembelajaran pelafalan fonem dalam
bahasa Jawa dengan menggunakan teknik
Dalam pembelajaran keterampilan ber- scaffolding ini juga seharusnya dilaksanakan
bahasa Jawa, teknik scaffolding dilaksanakan dengan cara membantu subjek melafalkan
dengan langkah-langkah seperti yang di- fonem-fonem bahasa Jawa dengan menunjuk-
kemukakan oleh Mamin tersebut yaitu: kan cara melafalkan fonem secara langsung.
a) Assemen kemampuan dan taraf perkem- Dalam bahasa Jawa terdapat fonem yang tidak
bangan setiap siswa untuk menentukan terdapat dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem
Zone of Proximal Development (ZPD). d (apikodental) [d] dan fonem th (apikopa-
Langkah ini untuk dapat menentukan latal) [th]. Pada dasarnya, mahasiswa yang
kemampuan yang sudah dimiliki oleh berasal dari luar Jawa yang belajar di
subjek. Assesmen dilakukan dengan seder- Universitas Katolik Widya Mandala Madiun
hana dengan cara meminta subjek untuk sudah agak mengerti bahasa Jawa meskipun
menjawab pertanyaan sederhana yang di- dalam bentuk ngoko dan pasif, namun mereka
ajukan oleh peneliti dengan menggunakan belum dapat membedakan pengucapan ke-
bahasa Jawa. Dengan langkah ini diketahui empat fonem tersebut. Dengan teknik scaf-
bahwa subjek penelitian dapat mengetahui folding ini yang harus dilakukan adalah
apa yang ditanyakan peneliti dan dapat membantu subjek penelitian memproduksi
menjawab pertanyaan namun dengan kedua fonem tersebut dengan cara menuntun
menggunakan jenis bahasa Jawa ngoko. mereka menggerakkan artikulator. Pelafalan
Selain itu, diketahui pula bahwa subjek fonem [d] dilakukan dengan cara meng-
belum dapat membedakan bunyi [d] gerakkan ujung lidah sebagai artikulator
dengan [dh] dan [t] dengan [th]. menuju ujung gigi sebagai titik artikulasi. Pada
b) Menjabarkan tugas pemecahan masalah ke saat bersamaan juga disertakan udara yang
dalam tahap-tahap yang rinci sehingga diletupkan dengan disertai menarik ujung
dapat membantu siswa melihat zona yang lidah menjauh dari gigi dan menarik lidah
akan diskafold. Langkah ini dilaksanakan agak ke bawah. Demikian juga dengan pem-
dengan menjelaskan jenis-jenis fonem belajaran bunyi [th].
dalam bahasa Jawa, baik vokal maupun Pelafalan fonem th dilakukan dengan cara
konsonan beserta perbedaannya dengan menggerakkan ujung lidah sebagai artikulator
fonem dalam bahasa Indonesia. menuju langit-langit keras (palatum) sebagai
c) Menyajikan tugas belajar secara berjenjang titik artikulasi. Pada saat bersamaan juga
sesuai taraf perkembangan siswa. Ini dapat disertakan udara yang diletupkan dengan
dilakukan dengan berbagai cara seperti disertai menarik ujung lidah menjauh dari gigi
melalui penjelasan, peringatan, dorongan dan menarik lidah agak ke bawah. Dengan
(motivasi), penguraian masalah ke dalam teknik scaffolding ini, peneliti memberikan
langkah pemecahan, dan pemberian contoh contoh untuk menuntun subjek dalam mem-
(modelling). Pada langkah ini seharusnya produksi fonem [d] dan [th] tersebut. Dalam
dilakukan dengan berlatih mengucapkan bentuk tertulis penelitian [d], [dh], [t], dan
dan menulis kata-kata dalam bahasa Jawa [th], subjek belum bisa membedakan
secara benar. penulisan kata-kata yang menggunakan unsur
d) Mendorong mahasiswa untuk menyelesai- fonem-fonem tersebut. Hal ini dikarenakan
kan tugas belajar secara mandiri. Langkah pengaruh penulisan fonem-fonem tersebut
ini dilaksanakan dengan cara meminta dalam bahasa Indonesia, yaitu /d/ untuk [dh]
subjek untuk slalu berlatih melafalkan dan /t/ untuk [t]. Jadi, dalam bahasa Indonesia
kata-kata dalam bahasa Jawa dengan cara hanya terdapat [dh] dan [t].
membaca teks-teks berbahasa Jawa
e) Memberikan dorongan dalam bentuk
pemberian isyarat, kata kunci, tanda mata
(minder), dorongan, contoh atau hal lain

http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.id 1594
JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan) (eISSN: 2614-8854)
Volume 6, Nomor 3, Maret 2023 (1590-1596)
5. Pelaksanaan Teknik Scaffolding dalam Brown, H. Douglas. (2008). Prinsip Pembelajaran
Pembelajaran Penggunaan Tingkat Tutur dan Pengajaran Bahasa. Diterjemahkan
Dalam hal penggunaan tingkat tutur, oleh Noor Cholis dan Yusi Avianto
seharusnya teknik scaffolding digunakan Pareanom. Jakarta: Kedutaan Besar
ketika subjek berbicara menggunakan bahasa Amerika Serikat di Jakarta.
Jawa, baik ngoko, krama madya, maupun
krama. Ada dua cara dilakukan yaitu penge- Eggen, Paul dan Don Kauchak. (2012). Strategi
nalan kosa kata ngoko, krama madya, dan dan Model Pembelajaran. Diterjemahkan
krama, dan penuturan kosa kata pada masing- oleh Satrio Wahono. Jakarta: PT Indeks.
masing tingkat tutur tersebut. Kedua cara
Gall, Meredith, Joyce P. Gall, dan Walter R. Borg.
tersebut dilaksanakan dalam bentuk lisan dan
(2003). Educational Research, an
tulisan. Dalam bentuk lisan subjek diminta
Introduction. Boston: Pearson Education,
untuk berbicara krama dengan peneliti. Jika
Inc.
ada kata yang keliru atau kurang tepat, maka
peneliti meminta subjek untuk mengulangi Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar.
pengucapannya dengan membantu memilih- Bandung: Penerbit CV Pustaka Setia.
kan kata dan juga mengucapkannya. Subjek
diminta untuk menirukannya. Dalam bentuk Hartono, Meilani. (2018). “Pembelajaran dengan
tertulis, subjek diminta untuk menerjemahkan ZPD”, artikel dalam
bahan bacaan berbahasa Indonesia ke dalam https://pgsd.binus.ac.id/2018/11/23/pe
bahasa Jawa. Selain itu, subjek diminta untuk mbelajaran-dengan-zpd/, diunduh tanggal
membuat naskah yang berbentuk deskripsi 21 Februari 2020
dan naskah pidato berbahasa Jawa krama.
Namun demikian, dalam hal penggunaan Mamin, Ratnawati. (2008).” Penerapan Metode
tingkat tutur, bahasa ngokolah yang lebih Pembelajaran Scaffolding Pada Pokok
banyak dipahami oleh subjek karena ngoko Bahasan Sistem Periodik Unsur”. Artikel
lebih banyak didengar ketika subjek ber- dalam Jurnal Chemica Vo/. 10 Nomor 2
sosialisai sehari-hari. Desember 2008, 55-60, diunduh tanggal 21
Februari 2020.
IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan McLeod, Saul. (2018) “The Zone of Proximal
Berdasarkan pembahasan yang telah Development and Scaffolding” artikel
dilakukan, dapat disimpulkan yaitu teknik dalam simplypsychology,
Scaffolding cukup efektif dilaksanakan untuk https://www..org/Zone-of-Proximal-
pembelajaran bahasa daerah, terutama Development.html. Diunduh tanggal 21
bahasa daerah yang berbeda dengan bahasa Februari 2020
ibu penutur, yang dalam hal ini yaitu bahasa Moelong, Lexy J. (2012). Metode Penelitian
Jawa. Adapun Langkah-langkah yang dilak- Kualitatif. Bandung: PT Remaja
sanakan dalam teknik ini dapat dilaksanakan
Rosdakarya.
pada tataran pembunyian kata-kata dalam
bahasa Jawa, terutama bunyi [ t ] dan [ dh ]. Ormrod, Jeanne Ellis. (2008). Psikologi
Pendidikan. Diterjemahkan oleh Wahyu
B. Saran Indianti, dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pembahasan terkait penelitian ini masih
sangat terbatas dan membutuhkan banyak Rodgers, Adrian and Emily Rodgers. (2004).
masukan, saran untuk penulis selanjutnya Scaffolding: Literacy Instruction: Strategies
adalah mengkaji lebih dalam dan secara for K-4 Classrooms. Canada: Pearson
komprehensif tentang Pemanfaatan Teknik Education.
Pembelajaran Scaffolding dalam Peningkatan
Kemampuan Berbahasa Jawa. Sarker, Mohammad Faysal. (2019). “Zone of
Proximal Development “. Artikel dalam
DAFTAR RUJUKAN International Journal of Advancements in
Asrasilmi. (2014). “Berkenalan dengan ZPD”, Research & Technology, Volume 8, Issue 1,
artikel dalam January-2019 ISSN 2278-7763, diunduh 21
https://etalapsi.wordpress.com/2014/07/ Februari 2020.
25/ berkenalan-dengan-zpd/

http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.id 1595
JIIP (Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan) (eISSN: 2614-8854)
Volume 6, Nomor 3, Maret 2023 (1590-1596)
Setyosari, H. Punaji. (2012). Metode Penelitian Vygotsky, L.S. (1978). Mind in Society: The
Pendidikan dan Pengembangan.Jakarta: Development of Higher Psychological
Kencana Prenada Media Group. Processes. London: Harvard University
Press.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008). Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya

Van de Pol, Janneke, Monique Volman & Jos


Beishuizen. (2010). “Scaffolding in
Teacher–Student Interaction: A Decade of
Research”, artikel dalam Educ Psychol Rev
(2010) 22:271–296; DOI 10.1007/s10648-
010-9127-6.
https://www.researchgate.net/publication

http://Jiip.stkipyapisdompu.ac.id 1596

You might also like