You are on page 1of 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAN

MEDIA POP UP BOOK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN


BERCERITA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Agni Kusuma Wardani 1, Lia Mareza 2, Dedy Irawan3


123Program Studi PGSD Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Email: agnikusumawardani06@gmail.com

Abstract. This research is motivated by the low student storytelling skills. This study aims to
describe storytelling skills using discovery learning and pop up book media models. This research
technique uses classroom action research (CAR), which was carried out in two cycles and used the
research design of Kemmis & McTaggart. Data collection techniques used are observation, tests, and
documentation. The collected data was analyzed using qualitative and quantitative descriptive
analysis techniques. The results of research conducted at Purbadana 2 Elementary School showed that
learning using discovery learning assisted with pop up book media went well. The results of the
knowledge skills in the first cycle reached an average of 3.1 with a percentage of completeness of 46%,
meaning that students' storytelling skills were still included in the sufficient category. In the second
cycle, the average was 3.9 with a percentage of completeness of 84%, meaning that students'
storytelling skills were included in the criteria of good. Based on the results of the study, the
application of the discovery learning learning model assisted by pop up book media can improve the
skills of the fourth grade students in Purbadana 2 Elementary School.

Keywords: Storytelling Skills, Pop Up Book, Learning Achievement

Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keterampilan bercerita siswa.


Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan bercerita menggunakan
model discovery learning dan media pop up book. Teknik penelitian ini menggunakan
penelitian tindakan kelas (PTK), yang dilakukan dalam dua siklus dan menggunakan desain
penelitian Kemmis & McTaggart. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu
observasi, tes, dan dokumentasi. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian yang
dilakukan di SD Negeri 2 Purbadana menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan discovery learning dibantu dengan media pop up book berlangsung dengan
baik. Hasil keterampilan berceita pada siklus I mencapai rata-rata 3,1 dengan persentase
ketuntasan sebesar 46%, artinya keterampilan bercerita siswa masih termasuk dalam
kategori cukup. Pada siklus II rata-rata 3,9 dengan persentase ketuntasan sebesar 84%,
artinya keterampilan bercerita siswa sudah termasuk dalam kriteria baik. berdasarkan hasil
penelitian, penerapan model pembelajaran discovery learning dibantu dengan media pop up
book dapat meningkatkan keterampilan berceirta siswa kelas IV SD Negeri 2 Purbadana.

Kata Kunci: Keterampilan Bercerita, Discovery Learning, Pop Up Book

Agni Kusuma Wardani, dkk: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dan Media Pop Up Book Untuk
Meningkatkan Keterampilan Bercerita Siswa Kelas IV Sekolah Dasar| 75 – 82 -- 75
PENDAHULUAN dengan masih sulitnya siswa untuk
Pendidikan merupakan faktor bercerita baik secara langsung maupun
utama untuk meningkatkan kualitas diri tertulis. Siswa masih sulit dalam
manusia dan meningkatkan sumber daya merangkai kalimat dengan menggunakan
manusia. Pada dasarnya pendidikan tidak bahasa sendiri sehingga kesulitan dalam
dapat dipisahkan dari manusia, karena menceritakan kembali sebuah cerita.
pendidikan dapat membentuk manusia Siswa masih terpaku pada teks cerita
menjadi lebih baik. Manusia yang ketika bercerita di depan kelas. Kesulitan
memiliki pendidikan yang baik akan siswa tersebut berdampak pada
dihargai dan dihomati di lingkunganya. rendahnya prestasi siswa.
Menurut Liznawati (2017: 225) bercerita Pemecahan masalah yang menjadi
merupakan kegiatan menuturkan sesuatu pilihan peneliti adalah dengan
yang mengisahkan tentang suatu kejadian menerapkan metode dan model
dan disampaikan secara lisan dengan pembelajaran yang berbeda. Model
tujuan berbagi pengalaman. Melelui pembelajaran discovery learning dapat
pembelajaran bercerita, diharapkan siswa menjadi pilihan yang tepat untuk
dapat menceritakan kembali cerita yang menstimulus siswa agar aktif dalam
telah disimaknya menggunakan kata-kata pembelajaran. Menurut Fauzi (2017: 27)
sendiri dan dapat menjawab soal dari model discovery learning adalah model
cerita yang telah disimak. pembelajaran yang berpusat pada siswa
Keberhasilan dan kemampuan yang dan siswa aktif menemukan informasi
dimiliki oleh siswa tidak terlepas dari sendiri. Kusmaryono (2015: 17)
peran penting seorang guru dalam berpendapat bahwa pendekatan
menyampaikan dan mengemas materi pembelajaran kontekstual model discovery
dalam penyampaian pembelajaran. merupakan suatu proses bermula dari
Sipahutar (2018; 76) berpendapat bahwa merumuskan masalah, mengembangkan
salah satu penunjang keberhasilan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji
pembelajaran bercerita adalah dengan hipotesis, dan menarik kesimpulan
pemilihan metode pembelajaran yang sementara, menguji kesimpulan
tepat atau sesuai dengan karakteristik sementara supaya sampai pada
siswa, sarana prasarana yang digunkana kesimpulan yang diyakini oleh siswa.
dalam kegiatan bercerita dan kondisi Model pembelajaran discovery
lingkungan yang mendukung proses learning merupakan model pembelajaran
belajar. Guru dan siswa harus menjalin berbasis penemuan terbimbing.
komunikasi yang baik sehingga Pembelajaran model ini lebih menekankan
menimbulkan hubungan timbal balik pada keaktifan siswa dalam proses
yang berlangsung dalam situasi pembelajaran. Tugas guru hanya bersifat
pembelajaran yang efektif. sebagai fasilitator yang bertugas
Berdasarkan hasil observasi awal mengarahkan dan membimbing siswa
dengan guru kelas, didapatkan hasil dalam menemukan masalah. Model
bahwa keterampilan bercerita khususnya pembelajaran yang akan digunakan dalam
dalam menceritakan kembali cerita masih pelaksanaan proses pembelajaran
kurang. Keadaan tersebut dibuktikan memerlukan perancangan yang matang

76 -- JRPD Volume 1 Nomor 1, Maret 2020 | 75 – 82


sebelum dimulainya kegiatan belajar merupakan sebuah karya seni berupa
mengajar agar dapat menimbulkan buku yang didalamnya terdapat beberapa
suasana yang menyenangkan. kumpulan kertas gambar berbentuk tiga
Model pembelajaran yang akan dimensi maupun dua dimensi yang
digunakan oleh seorang guru dalam mengandung unsur interaktif sehingga
pembelajaran harus sesuai dengan ketika dibuka seolah-olah ada sebuah
langkah-langkah penggunaannya. benda yang tiba-tiba muncul. Media ini
Menurut Priyatni (2014: 107-108) model dapat menarik perhatian perhatian siswa
pembelajaran Discovery Learning memiliki karena masih jarang melihatnya. Media
langkah-langkah diantaranya pemberian pembelajaran pop up book digunakan
rangsangan, identifikasi masalah dan sebagai cara untuk meningkatkan
merumuskan hipotesis, pengumpulan ketrampilan bercerita dan prestasi belajar
data, pengolahan data, pembuktian, dan siswa.
penarikan kesimpulan. Keenam langkah- Penggunaan media pembelajaran
langkah pembelajaran tersbeut tidak boleh yang menarik dan menyenangkan dapat
ada yang terlewatkan. menjadi suatu alternatif untuk
Media pembelajaran merupakan menghilangkan rasa bosan yang dialami
sebuah alat yang digunakan guru untuk siswa saat belajar, selain itu dapat
mempermudah dalam penyampaian meningkatkan antusiasme siswa dalam
pesan atau materi. Untuk itu guru perlu mengikuti pembelajaran. Rahmatilah
mempertimbangkan dalam menggunakan (2017: 142) mengatakan bahwa media pop
media pembelajaran agar siswa up book adalah alat komunikasi yang
mendapatkan pengalaman yang baru. digunkaan untuk menyampaikan pesan
Rahmahtilah (2017: 141) mendefinisikan melalui gambar yang berunsur 3 dimensi
media merupakan perantara yang menarik dan unik ketika bukunya
penyampaian pesan berupa materi dibuka. Media pop up book biasanya dibuat
pelajaran dari guru terhadap siswa. dengan semenarik mungkin dengan
Penggunaan media pembelajaran akan menggunakan warna-warna yang dapat
mempermudah siswa dalam menerima menarik perhatian siswa.
informasi. Penggunaan media Keterampilan bercerita yang
pembelajaran oleh guru bermacam- dimiliki oleh siswa tidak didapatkan
macam mulai dari media elektronik dan begitu saja. Keterampilan tersebut
media non-elektronik. Guru dapat didapatkan dengan cara berlatih secara
merancang dan membuat media terus menerus. Menurut Yustina (2018:
pembelajaran sendiri sesuai dengan 192) secara sederhana bercerita adalah
keinginan dan tujuan dari penggunaan sebuah cara bertutur dan menyampaikan
media tersebut. atau menjelaskan cerita secara lisan.
Media yang digunakan untuk Melalui kegiatan bercerita, anak-anak
membantu dalam penyampaian materi dapat mengembangkan kemampuan
pembelajaran bermacam-macam, salah dalam berimajinasi dan kemampuan
satunya media pop up book. Menurut dalam berbahasa.
Kartini (2018: 1645) media pop up book

Agni Kusuma Wardani, dkk: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dan Media Pop Up Book Untuk
Meningkatkan Keterampilan Bercerita Siswa Kelas IV Sekolah Dasar| 75 – 82 -- 77
Kegiatan bercerita dapat diadakannya penelitian ini adalah untuk
memperluas wawasan dan pengetahuan mengetahui peningkatan keterampilan
siswa yang merupakan suatu hal baru bercerita setelah diterapkan model
bagi dirinya. Perlu adanya latihan secara pembelajaran discovery learning dibantu
berkesinambungan agar siswa memiliki media pop up book pada siswa kelas IV SD
keterampilan bercerita dengan baik. Negeri 2 Purbadana. Manfaat yang
Prosedur penilaian keterampilan bercerita diharapkan dari penelitian ini adalah
bermacam-macam. Prosedur penilaian memperoleh pengetahuan baru dan
keterampilan bercerita menurut inovatif dalam hal teknik pembuatan dan
Nurgiyantoro (2013: 410) sebagai berikut: penggunaan media pop up book serta
1. Ketepatan isi cerita memperoleh pengetahuan dan
Ketepatan isi cerita berupa pengelaman baru dalam menggunakan
penggambaran garis besar sebuah model pembelajaran discoavery learning.
cerita. Permasalahan yang terjadi dalam
2. Ketepatan penunjukkan detail cerita. pembelajaran keterampilan bercerita
Penunjukkan detail cerita ditunjukkan siswa kelas IV SD Negeri 2 Purbadana
dengan terkandungnya unsur intrinsik harus segera mendapatkan solusi. Oleh
cerita seperti tokoh dan setting dalam karena itu, peneliti berdiskusi dengan
cerita. guru kelas dab sepakat dalam memilih
3. Ketepatan makna keseluruhan cerita. model pembelajaran discovery learning
Kegiatan bercerita yang dilakukan dibantu media pop up book untuk
siswa tidak mengubah sedikitpun diterapkan dalam pembelajaran di kelas
makna dari isi cerita asli. IV SD Negeri 2 Purbadana.
4. Ketepatan logika cerita.
Rangkaian cerita harus masuk akal dan METODE
logis mengacu pada cerita yang telah di Jenis penelitian yang digunakan
baca. adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
5. Ketepatan kata. Terdapat 4 langkah dalam penelitian ini
Ketepatan dalam pemilihan diksi atau yang meliputi perencanaan, pelaksanaan
kata yang akan dirangkai menjadi tindakan, observasi dan refleksi.
sebuah kalimat. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2
6. Ketepatan kalimat. Purbadana Kecamatan Kembaran
Ketepatan susunan dari setiap kalimat Kabupaten Banyumas. Waktu penelitian
dalam cerita. dari mulai bulan Maret hingga April.
7. Kelancaran. Subjek yang digunakan adalah siswa kelas
Kelancaran siswa saat bercerita dari IV dengan jumlah 25 siswa yang meliputi
awal hingga akhir. 6 siswa peremuan dan 19 siswa laki-laki.
Rumusan masalah dalam penelitian Teknik pengumpulan data menggunakan
ini adalah apakah penerapan model observasi, tes dan dokumentasi. Teknik
pembelajaran discovery learning dibantu analisis data menggunakan analisis
media pop up book dapat meningkatkan deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
keterampilan bercerita pada siswa kelas
IV SD Negeri 2 Purbadana?. Tujuan

78 -- JRPD Volume 1 Nomor 1, Maret 2020 | 75 – 82


HASIL DAN PEMBAHASAN pada pertemuan 2 dalam kegiatan berceita
Secara keseluruhan, penelitian siswa sudah tidak membaca teks. Siswa
mengenai penerapan model pembelajaran belum memiliki rasa keberanian dan
discovery learning dibantu dengan media percayaan diri yang tinggi untuk bercerita
pop up book untuk meningkatkan di depan kelas. Intonasi yang dikeluarkan
keterampilan bercerita siswa kelas IV SD siswa cukup pelan.
Negeri 2 Purbadana menunjukkan adanya Pemerolehan rata-rata siklus II
peningkatan pemahaman siswa pada sebesar 3,9 dengan persentase ketuntasan
materi cerita fiksi khusunya dalam sebesar 86%. Artinya keterampilan
kegiatan berceita. bercerita siswa termasuk dalam kategori
Penilaian keterampilan bercerita baik. Siswa mulai berani dan memiliki
dilakukan setiap akhir pertmuan dengan rasa percaya diri untuk maju bercerita
menggunakan rubrik penilaian. Aspek tanpa membaca teks. Siswa mulai lancar
yang diamati berupa ketepatan isi cerita, dalam berceita, dibuktikan kerasnya
ketepatan penjunjukan detail cerita, intonasi yang dilafalkan pada saat
ketepatan makna keseluruhan cerita, bercerita. Cerita yang disampaikan oleh
ketepatan logika cerita, ketepatan kata, siswa sudah menunjukkan makna
ketepatan kalimat, dan kelancaran saat keseluruah cerita serta penunjukan detail
bercerita. Rentang skala penilaian cerita seperti tempat dan waktu. Hal ini
keterampilan bercerita berkisar antara sesuai dengan indikator keberhasilan
skor 1 sampai 5. Skor 5 berarti sangat baik, keterampilan bercerita menurut
skor 4 berarti baik, skor 3 berarti cukup, Nurgiyantoro (2013: 406) yaitu berupa
skor 2 berarti kurang, dan skor 1 berarti ketepatan penunjukan detail cerita,
sangat kurang. Hasil penilaian ketepatan makna kesluruhan cerita dan
keterampilan bercerita dapat dilihat pada kelancaran siswa dalam bercerita.
tabel 2 dan gambar 1 berikut: Berikut ini merupakan histogram
rata-rata keterampilan bercerita siklus I
Tabel 2. Peningkatan Keterampilan Bercerita Siklus I
dan Siklus II dan siklus II mengalami peningkatan
No Siklus Jumlah Rata-rata Ketuntasan Kriteria sebagai berikut:
1 I 1.094 3,1 34 % Cukup
Rata-rata Keterampilan Bercerita
2 II 1.364 3,9 86 % Baik
Siklus I dan Siklus II

Tabel 1 menunjukkan hasil 3,9


3,1
observasi keterampilan bercerita
mengalami peningkatan pada setiap
Siklus I Siklus II
siklusnya. Pemerolehan rata-rata pada
siklus I sebesar 3,1 dengan persentase Gambar 1. Histogram Rata-rata Keterampilan Bercerita
ketuntasan mencapai 34%. Artinya Siklus I dan Siklus II

keterampilan bercerita yang dimiliki Pada gambar 1 tersebut


siswa termasuk dalam kategori cukup. menunjukkan adanya peningkatan.
Siswa masih belum lancar dalam kegiatan Pemerolahan rata-rata keterampilan
bercerita sehingga pada pertemuan 1 bercerita siklus I sebesar 3,1 dan rata-rata
siswa masih membaca teks cerita, namun keterampilan bercerita pada siklus II

Agni Kusuma Wardani, dkk: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dan Media Pop Up Book Untuk
Meningkatkan Keterampilan Bercerita Siswa Kelas IV Sekolah Dasar| 75 – 82 -- 79
sebesar 3,9. Terjadi peningkatan rata-rata pembelajaran yang berfariatif. Salah satu
keterampilan bercerita dari siklus I ke model pembelajaran yang dapat
siklus II mencapai 0,8. digunakan untuk meningkatkan
Berikut ini merupakan histogram keterampilan berceirta adalah model
peningkatan persentase ketuntasan discovery learning. Menurut Fauzi
keterampilan bercerita siklus I dan siklus (2017:27) model discovery learning adalah
II yang mengalami peningkatan sebagai model pembelajaran yang berpusat pada
berikut: siswa (student oriented) dan siswa aktif
Persentase Ketuntasan Keterampilan
menemukan informasi sendiri.
Bercerita Siklus I dan Siklus II Penggunaan model pembelajaran ini
84% dapat juga meningkatkan motivasi dan
46%
menimbulkan rasa kepuasan. Peningkatan
motivasi siswa terjadi setelah guru
Siklus I Siklus II membacakan pemerolehan nilai
Gambar 2. Histogram Persentase Ketuntasan keterampilan bercerita. Siswa menjadi
Keterampilan Bercerita Siklus I dan semakin termotivai untuk berceita dan
Siklus II
berlomba-lomba mendapatkan nilai yang
Gambar 2 persentase ketuntasan baik, sehingga siswa akan merasakan
keterampilan bercerita siklus I dan sikus II kepuasan dengan nilai yang
menunjukkan adanya peningkatan. didapatkannya.
Pemerolehan persentase ketuntasan Penerapan model pembelajaran
keterampilan bercerita siklus I sebesar discovery learning ini mengikuti langkah-
34% dan persentase ketuntasan langkah pembelajaran yang sudah
keterampilan bercerita siklus II sebesar ditentukan. Terdapat 5 langkah atau
86%. Terjadi peningkatan persentase tahapan yang terdapat pada model
ketuntasan keterampilan bercerita dari pembelajaran discovery learning. Model ini
siklus I ke siklus II sebesar 38%. disebut model penemuan, sehingga guru
Berdasarkan hasil rekapitulasi sangat berperan dalam membimbing
membuktikan bahwa adanya peningkatan siswa dalam upaya meningkatakan
keterampilan bercerita dalam proses keterampilan bercerita. Siswa dibimbing
pembelajaran. Kegiatan bercerita untuk mengidentifikasi masalah,
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh mengumpulkan data, mengolah data
seseorang dalam menyampaikan cerita hingga data tersebut dibuat kesimpulan.
secara lisan. Bercerita menurut Yustina Hal ini sesuai dengan pendapat Priyatni
(2018: 192) adalah sebuah cara bertutur (2014: 107-108) bahwa model
dan menyampaikan atau menjelaskan pembelajaran Discovery Learning memiliki
cerita secara lisan. Hasil keterampilan langkah-langkah diantaranya pemberian
bercerita diperoleh dari hasil tes unjuk rangsangan, identifikasi masalah dan
kerja berupa kegiatan berceita secara lisan merumuskan hipotesis, pengumpulan
yang dilakukan pada akhir pembelajaran. data, pengolahan data, pembuktian, dan
Keberhasilan guru dalam penarikan kesimpulan. Berdasarkan
menyampaikan pembelajaran tidak langkah-langkah pembelajaran tersebut,
terlepas dari penggunaan model penggunaan model tersebut dapat

80 -- JRPD Volume 1 Nomor 1, Maret 2020 | 75 – 82


meningkatkan motivasi siswa untuk mencapai 46%, artinya keterampilan
bercerita. berceita siswa maih cukup. Siswa masih
Oleh karena itu, hipotesis tindakan belum lancar dalam berceita dan belum
dalam penelitian ini membuktikan bahwa memiliki rasa percaya diri, sehingga
penerapan model discovery learning intonasi yang dikelurkan cukup pelan.
dibantu dengan media pop up book dapat Keterampilan berceita siklus II mengalami
meningkatkan keterampilan bercerita peningkatan dengan pemerolehan nilai
siswa kelas IV SD Negeri 2 Purbadana. rata-rata sebesar 3,9 dan persentase
Hasil keterampilan berceita siklus I belum ketuntasan mencapai 84%, artinya
menunjukkan hasil yang belum keterampilan berceita siswa termasuk
memuaskan. Hal tersebut dikarenakan dalam kategori baik. Siswa sudah
siswa belum dapat melakukan kegiatan memiliki rasa percaya diri sehingga siswa
berceita dengan baik. Siswa belum lanccar saat berceita di depan kelas.
memiliki rasa percaya diri untuk berceirta
di depan kelas. Hasil keterampilan DAFTAR PUSTAKA
bercerita siklus II sudah menunjukkan Fauzi, A.R., Zainuddin., & Rosyid. A. A.
hasil yang memuaskan. Siswa sudah 2017. Penguatan Karakter Rasa Ingin
memiliki rasa percaya diri sehingga siswa Tahu dan Peduli Sosial melalui
dapat berceita dengan baik di depan keas. Discovery Learning. Jurnal Teori dan
Berdasarkan hasil tersebut dapat Praksis Pembelajaran IPS, 2, 2, 27-36.
disimpulkan bahwa penggunaan model Kartini, D.A. 2018. Upaya Meningkatkan
pembelajaran discovery learning dengan Hasil Belajar Peserta Didik tentang
dibantu media pop up book dapat Materi Kebudayaan Indonesia
meningkatkan keterampilan bercerita melalui Penggunaan Media Pop Up
siswa kelas IV SD Negeri 2 Purbadana Book Kelas V SDN Kebraon II
pada tema 8 Daerah Tempat Tinggalku Surabaya. JPGSD. 06, 09, 1644-1654.
dengan kriteria baik. Kusmaryono, H. 2015. Keefektifan
Pembelajaran Discovery-Inkuiri
SIMPULAN Berbantuan CD Interaktif terhadap
Berdasarkan pemaparan di atas, Hasil Belajar Materi Kurs Tukar
maka dapat diambil kesimpulan bahwa Valuta Asing dan Neraca
pembelajaran melalui penerapan model Pembayaran di SMA Negeri 1 Bae
pembelajaran discovery learning dibantu Kudus. Jurnal Ilmiah Pendidikan
dengan media pop up book dapat Dasar. 10,1.
meningkatkan keterampilan bercerita Liznawati & Retno. 2017. Peningkatan
siswa kelas IV SD Negeri 2 Purbadana. Kemampuan Bercerita
Peningkatan ini terlihat dari pemerolehan Menggunakan Teknik Paired
presentase ketuntasan keterampilan Storytelling. Jurnal Edukasi. 5, 2, 223-
bercerita sisa yang mengalami 231.
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Nurgiyantoro, B. 2013. Penilaian
Pemerolehan nilai rata-rata pada siklus I Pembelajaran Bahasa Berbasis
sebesar 3,1 dan persentase ketuntasan

Agni Kusuma Wardani, dkk: Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning dan Media Pop Up Book Untuk
Meningkatkan Keterampilan Bercerita Siswa Kelas IV Sekolah Dasar| 75 – 82 -- 81
Kompetensi. Yogyakarta: Bpfe-
Yogyakarta.
Priyatni, E.T. 2014. Desain Pembelajaran
Bahasa Indonesia dalam Kurikulum
2013. Jakarta: Bumi Aksara.
Rahmatilah, S., Syarip. H., & Seni. A. 2017.
Media Buku Pop Up untuk
Pembelajaran Bahasa Indonesia di
Kelas Rendah. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 4, 1,
39-148.
Sipahutar, R.B. 2018. Peningkatan
Keterampilan Bercerita Melalui
Model Pembelajaran Mind Map.
Jurnal Global Edukasi. 2, 1, 75-81.
Yustina, L. 2018. Peningkatan
Kemampuan Menceritakan Kembali
isi Cerita melalui Alat Peraga
Gambar Seri di TK Negeri Pembina
Kabupaten Sragen. Jurnal Pendidikan
Usia Dini. 12, 1, 190-200.

82 -- JRPD Volume 1 Nomor 1, Maret 2020 | 75 – 82

You might also like