You are on page 1of 10

RESUME PENDIDIKAN IPS SD

Metode dan Pendekatan Pembelajaran IPS di SD

Dosen Pengampu:

Dr. Yeni Erita, M. Pd.

Oleh:

Nama : Fajriah Okta Vera

Nim : 21129523

PENDIDIIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
A. Pengertian Metode dan Pendekatan Pembelajaran

Secara etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu meta yang berarti yang
dilalui dan hodos yang berarti jalan, jadi metode bermakna jalan yang harus dilalui.
Kemudian secara harfiah, metode adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan dalam bahasa Inggris, disebut dengan method dan menjadi term metode
dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab, metode disebut dengan tharîqah yang
berarti jalan atau cara.

Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara
sistematis (urutannya logis). “Pembelajaran merupakan proses interaksi yang
dilakukan oleh guru dan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas dengan
menggunakan berbagai sumber belajar sebagai bahan kajian”. (Poedjiadi, 2005)

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk


mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Metode merupakan suatu alat dalam pelaksanaan pendidikan, yakni yang


digunakan dalam penyampaian materi tersebut.

Menurut Sudjana (2005), “metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru
dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”.
Sedangkan Sutikno (2009) menyatakan “metode pembelajaran adalah cara-cara
menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses
pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”.

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk


mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Arif, 2011). Berdasarkan uraian di atas,
dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara yang dilakukan
oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan.

Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan


hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
Menurut Ramayulis, metode mengajar adalah cara yang dipergunakan oleh
guru dalam membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses
pembelajaran.

Berdasarkan definisi/pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut di


atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau
strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa
untuk mencapai tujuan. Benny A. Pribadi (2009) menyatakan, “tujuan proses
pembelajaran adalah agar siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan.
Untuk mencapai tujuan proses pembelajaran perlu dirancang secara sistematik dan
sistemik”. Banyak metode yang digunakan seorang guru dalam pembelajaran passing
bawah bolavoli, antara lain dengan menggunakan metode pembelajaran inovatif dan
konvensional.

Adapun kedudukan metode dalam dunia pendidikan dan pengajaran yaitu:

1. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, yaitu sebagai alat perangsang dari luar
yang dapat membangkitkan belajar peserta didik.

2. Metode sebagai strategi pengajaran yakni menguasai teknik-teknik penyajian dalam


mengajar sehingga berjalan secara efektif dalam mencapai tujuan.

3. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan yaitu sebagai pelicin jalan pengajaran
menuju tujuan

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teacher centered approach).
B. Jenis-Jenis Metode dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Secara singkat metode-metode mengajar yang sampai saat ini masih banyak digunakan
dalam proses belajar mengajar adalah : metode ceramah, metode tanya jawab, metode
diskusi, metode tugas belajar dan resitasi, metode kerja kelompok, metodedemontrasi
dan eksperimen, metode sosiodrama (role-playing), metode problem solving, metode
sistem regu (team teaching), metode latihan (drill), metode karyawisata (field-trip), metode
resourse person(manusia sumber), metode survei masyarakat,metode simulasi.

Sedangkan Lufri membagi metode pembelajaran kedalam :metode ceramah,


metode tanya jawab, metode diskusi, metode demontrasi, metode eksperimen, metode
pemberian tugas atau resitasi,
metode bercerita, metode karyawisata, metode bermain peran, metode sosiodrama,
metode proyek

Menurut Sudarman Danim metode pendidikan, yakni:


1. Metode ceramah yaitu proses penyampaian pesan atau informasi dengan jalan
mengekslarasi atau menuturkan materi secara lisan. Metode ini cocok digunakan apabila
jumlah peserta didik cukup banyak, perkenalan mata pelajaran baru, peserta didik dapat
menerima penjelasan dengan kata-kata, diselingi dengan gambar dan alat visual lainnya, dan
seterusnya.
2. Metode tugas yakni, materi tambahan yang harus dipenuhi oleh peserta didik.
3. Metode Inkuiri (latihan) yakni, proses mempersiapkan kondisi agar peserta didik siap
menjawab teka-teki yang diberikan.
4. Metode diskusi yakni, proses penyampaian materi dengan feed back atau branstorming.
5. Metode karyawisata yakni, strategi mengajar dengan memperlihatkan secara langsung
daerah atau obyek yang berhubungan dengan pelajaran.
6. Metode seminar yakni, metode mengajar yang dilakukan secara terbuka.

Menurut Saiful Bahri Djamara dan Azwan Zain mengatakan bahwa metode belajar terdiri
dari:
1. Metode proyek adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menggunakan unit-unit kehidupan sehari-hari sebagai bahan pelajarannya.
2. Metode eksperimen. Metode ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami sendiri
atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu objek, menganalisis,
membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang objek, keadaan atau proses tertentu.
3. Metode tugas. Metode ini pendidik member tugas kepada peserta didik agar dapat
melakukan pembelajaran kemudian harus di pertanggungjawabkan.
4. Metode diskusi, yaitu berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain,
serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya.
5. Metode sosiodrama (bermain peran yang juga disebut role playing), yaitu suatu metode
yang memainkan suatu peran tertentu sehingga yang bermain harus mampu berbuat
(berbicara atau bertindak) seperti peran yang dimainkan, mirip dengan simulasi. Tujuan
metode ini untuk memberikan gambaran yg lebih nyata pada peserta didik.
6. Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu proses
atau cara kerja suatu benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran. Manfaat psikologis
metode ini adalah perhatian peserta didik dapat
7. lebih dipusatkan, proses belajar peserta didik lebih terarah pada materi yang sedang
dipelajari; pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri peserta
didik.
8. Metode problem solving adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan
jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai masalah, baik itu masalah pribadi atau
perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
9. Metode karya wisata yaitu dengan mengajak peserta didik ke suatu tempat atau obyek
tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu yang sesuai pelajaran di
kelas.

C. Jenis- Jenis Pendekatan dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

 Pendekatan Berbasis Genre (Genre Based Approach)

Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran yang mengarahkan siswa pada


kemampuan berkomunikasi yang baik dengan kegiatan menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis. Konsep pendekatan ini antara lain dengan pengenalan mengenai teks dan konteks,
ciri ciri teks yang baik, tata bahasa yang sesuai dengan tujuan penulisan serta
intertekstualitas. Yang terpenting menurut Halliday oleh Emilia (2012:4) adalah apabila
seseorang berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan, dia harus berbicara, menulis,
membaca, dan mendengarkan dengan struktur organisasi yang lengkap dengan berbagai
konteks dan sosial dari awal sampai akhir.

Menurut pendekatan ini, pengetahuan terbaik dibangun ketika peserta didik berkolaborasi,
serta saling mendukung untuk mendorong munculnya ide. Dalam hal ini, peserta didik bisa
melakukan interaksi sosial dengan sesama peserta didik maupun dengan pendidik dalam
mengembangkan pengetahuan baru. Dampak dari pelaksanaan pendekatan ini adalah
meningkatkan rasa percaya diri dari peserta didik itu sendiri dan pendekatan ini juga
mendorong sikap positif terhadap kegiatan menulis.

 Pendekatan Contekstual Teaching and Learning (CTL)

Alwasilah berpendapat bahwa pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang dapat
membantu pendidik dalam mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata dan mendorong peserta didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat.

Menurut Hudson & Dennis (1983, p.1), Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
merupakan pembelajaran yang diorientasikan pada proses pengalaman langsung peserta
didik, sehingga dalam pembelajaran peserta didik tidak hanya menerima pembelajaran tetapi
proses mencari dan menemukan sendiri, peserta didik dalam pembelajaran jenis ini
dipandang sebagai individu yang berkembang. Kemampuan belajar akan ditentukan oleh
tingkat perkembangan dan pengalaman belajar mereka. Dengan demikian, pendidik berperan
sebagai pembimbing peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.

Rusman(2010) lebih dalam membahas bahwa ada langkah-langkah dalam pembelajaran CTL
yang harus dikembangkan oleh guru. Langkah-langkah tersebut adalah

a. Mengembangkan pemikiran setiap peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar


yang lebih bermakna, baik dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, maupun
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan dimilikinya.

b. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan.

c. Mengembangkan sifat ingin tahu pada peserta didik dengan memunculkan


pertanyaan-pertanyaan.
d. Menciptakan masyarakat belajar, seperti kegiatan kelompok, berdiskusi, tanya jawab,
dan lain sebagainya.

e. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model,


bahkan media yang sebenarnya.

f. Membiasakan peserta didik untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan


pembelajaran yang telah dilakukan.

g. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada
setiap peserta didik.

 Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Mathematic Education/RME)

Jenis pendekatan ini memberikan kesempatan pada peserta didik untuk lebih aktif dalam
pembelajaran, dikarenakan pembelajaran yang dilakukan lebih terpusat pada peserta didik.
RME ini sesuai dengan perubahan paradigma pembelajaran, yaitu dari paradigma mengajar
ke paradigma belajar atau perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru ke
paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini adalah salah satu upaya dalam
rangka memperbaiki mutu pendidikan matematika.

Menurut Gravemeijer (1994), ada tiga prinsip dalam mendesain pembelajaran dengan
pendekatan realistic. Yang pertama adalah Guided Re-invention atau menemukan kembali
Kegiatan menemukan kembali ini dilakukan dengan cara peserta didik didorong untuk aktif
bekerja mengkontruksi pengetahuan sendiri dari konsep matematika yang dipelajari.
Pembelajaran matematika dimulai dari masalah kontekstual tidak dari sifat-sifat atau definisi
atau teorema yang abstrak.

Prinsip kedua dari RME adalah fenomena yang bersifat mendidik (Didactical
Phenomenology). Fenomena ini dapat terlihat ketika peserta didik mulai mencurahkan
perhatian kepada situasi masalah kontekstual yang diberikan guru, peserta didik aktif
menjawab berbagai pertanyaan yang diajukan dengan pikiran sendiri. Didactical
phenomenology menekankan pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan
konsep-konsep atau sifat-sifat matematis kepada peserta didik.

Prinsip yang ketiga dari RME adalah mengembangkan model sendiri (Self Developed
Models). Model yang dikembangkan oleh peserta didik sendiri ini berfungsi untuk
menjembatani antara pengetahuan informal dengan matematika formal dari peserta didik.
Peserta didik mengembangkan model sendiri sewaktu memecahkan soal-soal kontekstual.
Pada awalnya peserta didik akan membangun model dari situasi soal kontekstual, kemudian
secara individu atau kelompok, peserta didik menyusun model matematika untuk diselesaikan
hingga mendapatkan pengetahuan formal yang sesuai.

 Pendekatan saintifik

Jenis pendekatan ini merupakan pendekatan yang menekankan pada proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan dengan beberapa kegiatan
seperti yang pertama, membuat rumusan masalah. Pada tahap ini peserta didik merumuskan
masalah dari suatu permasalahan yang mungkin untuk diselidiki. Sedangkan kemampuan
yang mungkin diharapkan dari peserta didik adalah menyadari adanya masalah, mampu
mengindentifikasi masalah, melihat pentingnya masalah, dan merumuskan masalah.

Kedua, mengembangkan dan merumuskan hipotesis. Kemampuan yang diharapkan dari


peserta didik adalah, menentukan variabel, mengidentifikasi dan merumuskan hubungan
variabel yang ada secara logis, dan merumuskan hipotesis.

Ketiga, merancang dan melakukan kegiatan untuk menguji hipotesis: peserta didik
melakukan kegiatan penyelidikan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Kemampuan yang diharapkan muncul dari peserta didik: mengidentifikasi peristiwa yang
perlu diamati, merancang kegiatan eksplorasi atau eksperimen yang perlu dilakukan,
melakukan kegiatan pengamatan berdasarkan rancangan eksperimen dalam upaya
pengumpulan data, dan mengevaluasi, menyusun data, mengolah, dan menganalisis.

Keempat, menarik kesimpulan. Peserta didik diminta menarik kesimpulan berdasarkan hasil
analisis data yang dilakukan. Kemampuan yang diharapkan muncul dari peserta didik adalah:
mencari pola dan makna hubungan data atau peristiwa, dan merumuskan kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh
DAFTAR PUSTAKA

Sudrajat, A. (2008). Pengertian pendekatan, strategi, metode, teknik, taktik, dan


model pembelajaran. Online)(http://smacepiring. wordpress. com).

Maesaroh, S. (2013). Peranan metode pembelajaran terhadap minat dan prestasi


belajar pendidikan agama Islam. Jurnal kependidikan, 1(1), 150-168.

Aditya, D. Y. (2016). Pengaruh penerapan metode pembelajaran resitasi terhadap


hasil belajar matematika siswa. SAP (Susunan Artikel Pendidikan), 1(2).

Festiawan, R. (2020). Belajar dan pendekatan pembelajaran. Universitas Jenderal


Soedirman.

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Sinar Baru.2004) hlm


76

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta. Kalam Mulia. 2010) hlm 271

Lufri, Strategi Pembelajaran Biologi, Teori, Praktik dan Penelitian. (UNP Press.
2006) hlm 31-45

Hamid, A. (2019). Berbagai Metode Mengajar bagi Guru dalam Proses


Pembelajaran. Aktualita: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, 9(2), 1-16.

Soegarda Poerwakatja, Ensiklopedia Pendidikan, (Jakarta: Gunung Agung, 1982), h.


56

S.W. Wasito Tito Wojowasito, Kamus Lengkap Inggeris-Indonesia, Indonesia-


Inggeris, (Bandung: Hasta, 1980), h. 113

Louwis Yasū‘iy Ma‘lūf, Al-Munjid fi al-Lughah wa al-A‘lam, (Cet. XXVI. Beirut:


alMasyriq, t.t.), h. 465

Idem, Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar, Dasar-dasar Tehnik Metodologi


Pengajaran (Bandung: Tarsito, 1990), h. 97
Sudarman Danim, Media Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h.
76-78.

Saiful Bahri Djamara dan Azwan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta,1997), h. 94-110

Halik, A. (2012). Metode Pembelajaran Perspektif Pendidikan Islam. Al-Ibrah, 1(1),


45-57.

You might also like