You are on page 1of 12

ISSN 2338-4514

12 JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOLUME VI, NO.1 AGUSTUS 2018

PERBANDINGAN ISOMETRIC HANDGRIP EXERCISE DAN JALAN KAKI


TERHADAP TEKANAN DARAH SISTOLIK DAN TEKANAN DARAH
DIASTOLIK PADA PASIEN HIPERTENSI

Erni Rahmawati1, Arlina Dewi2, Novita Kurnia Sari3

1
Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Dosen Magister Managemen Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
3
Dosen Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT

Background: Isometric handgrip exercise is an alternative to decrease blood pressure using handgrip performed with
static exercise on contracting muscles, without any changes in muscle length or joint movement.
Objective: The research objective to know the comparison of isometric handgrip exercise and walking towards to
systolic and diastolic blood pressure to patient with hypertension.
Method: This research was quasi experiment design, divided into two intervention groups A (isometric handgrip
exercise and walking) and intervention B (walking). The subjects of the study were patients with primary hypertension
with the number of each intervention group as many as 22 respondents, so there were 44 respondents totally. Data were
collected using simple random sampling where all the patients, with hypertension who lived in the work area of
Community Health Center Pohjarak. then analyzed using wilcoxon and Mann-Withney tests on dependent variable.
Results: The analysis results of difference in the intervention groups A and B towards decreasing blood pressure,
showed that the systolic blood pressure was obtained p value 0.026, indicating that there was difference, whereas the
diastolic blood pressure was obtained p value 0.031, indicating that there was difference.
Conclusion: Implementation of isometric handgrip exercise and walking can decrease systolic and diastolic blood
pressure to patients without hypertention.
Keywords: Hypertension, Isometric Handgrip, Walking and Blood Pressure

PENDAHULUAN

Hipertensi merupakan suatu penyakit dianggap sebagai gangguan biasa, sehingga


kronis yang sering disebut silent killer, karena kadang terlambat untuk menyadari akan
pada umumnya pasien tidak mengetahui datangnya penyakit.1 Hipertensi secara global
bahwa pasien menderita penyakit hipertensi memberikan peranan penting terhadap semua
sebelum memeriksakan tekanan darahnya. penyebab kematian pada penyakit
Gejala tersebut meskipun muncul, seringkali kardiovaskuler, menimbulkan kerusakan
ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOLUME VI, NO.1 AGUSTUS 2018 13

organ lain seperti otak (stroke), ginjal, arteri dengan hasil data 214 jiwa, dan diantaranya
2,3
perifer dan retinopati serta berhubungan 90 jiwa yang kontrol rutin di Puskesmas
secara linier dengan morbiditas dan Pohjarak Kabupaten Kediri.
mortalitas, oleh sebab itu penyakit hipertensi Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi
harus dicegah dan diobati.4 farmakologis dan terapi nonfarmakologis.3
Hipertensi diperkirakan akan Terapi farmakologis dapat diklasifikasikan
mengalami peningkatan prevalensi sebesar menjadi beberapa kategori yakni diuretik,
60% pada tahun 2025.5 Data yang diperoleh beta bloker, vasodilator, calcium antagonis,
dari World Health Organization (WHO), Angiotension-Converting Enzyme (ACE)
hipertensi bertanggung jawab untuk inhibitor dan angiotensin receptor blockers
setidaknya 45% kematian akibat penyakit (ARBs). Terapi nonfarmakologis yakni
jantung dan 51% akibat stroke dari populasi modifikasi gaya hidup. Hal ini memiliki peran
dunia.6 penting baik bagi individu non-hipertensi
Prevalensi penderita hipertensi tidak maupun individu dengan hipertensi. Menurut
hanya terjadi di negara maju tetapi juga Joint National Commite (JCN) on Prevention,
terjadi di negara berkembang termasuk Detection, Evaluation and Treatment of High
Indonesia. Berdasarkan hasil data WHO Blood Pressure menganjurkan modifikasi
(2013) pada tahun 2008 angka kematian gaya hidup untuk mencegah dan menangani
penyakit tidak menular di Indonesia mencapai tekanan darah tinggi, selain terapi dengan
647 per 100.000 penduduk.6 Berdasarkan data obat. Modifikasi gaya hidup termasuk di
Kemenkes RI (2012), hipertensi merupakan dalamnya adalah penurunan berat badan,
penyakit penyebab kematian peringkat ketiga penerapan diet kombinasi Dietary Approach
di Indonesia dengan Case Fatality Rate to Stop Hypertension (DASH), reduksi asupan
sebesar 4,81%.7 Prosentase pria yang garam, olahraga yang teratur, dan pembatasan
menderita hipertensi lebih tinggi dibanding asupan alkohol. Selain itu, berhenti merokok
wanita hingga usia 45 tahun dan sejak usia juga dianjurkan untuk mengurangi resiko
45-64 tahun prosentasenya sama, kemudian kardiovaskular dan secara keseluruhan.8
mulai dari 64 tahun ke atas, prosentase wanita Penurunan tekanan darah pada pasien
yang menderita hipertensi lebih tinggi dari hipertensi setelah latihan jalan kaki
pria.8 Berdasarkan hasil studi pendahuluan disebabkan karena terjadinya beberapa
menurut data survei dari Dinas Kesehatan mekanisme dalam tubuh yaitu penurunan
Kabupaten Kediri angka kejadian hipertensi aktivitas sistem saraf simpatis, penurunan
tertinggi di wilayah Puskesmas Pohjarak resistensi total perifer vaskular, penurunan
ISSN 2338-4514
14 JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOLUME VI, NO.1 AGUSTUS 2018

curah jantung, meningkatkan sensivitas perbedaan jalan kaki dengan isometric


barorefleks dan menurunnya volume plasma.9 handgrip exercise dan jalan kaki terhadap
Latihan berjalan kaki menurunkan tekanan tekanan darah sistolik dan tekanan darah
darah harian baik pada saat istirahat maupun diastolik pada pasien hipertensi.
saat aktivitas,10 yaitu dengan cara berjalan
kaki santai selama 30 menit sehari dan METODE PENELITIAN
dilakukan beberapa kali perminggu.11 Penelitian ini menggunakan desain

Penelitian tentang latihan isometrik eksperimental dengan desain quasi

adalah dengan penelitian yang dilakukan experiment. Quasi experiment adalah

dengan latihan menggunakan handgrip selama penelitian yang menguji coba suatu intervensi

3 menit, dilakukan 3 kali seminggu selama 8 pada sekelompok subjek dengan atau tanpa
minggu. Hasil yang diperoleh menunjukkan kelompok pembanding namun tidak

penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik dilakukan randomisasi untuk memasukkan

masing-masing 13 mmHg dan 15 mmHg. subjek ke dalam kelompok intervensi

Berdasarkan paparan di atas maka kelompok A dan intervensi kelompok B.13

peneliti tertarik untuk meneliti tentang Populasi dalam penelitian ini adalah

isometric handgrip exercise dan jalan kaki seluruh pasien hipertensi yang bertempat

berpengaruh terhadap tekanan darah sistolik tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pohjarak

dan tekanan darah diastolik pada pasien Kabupaten Kediri pada 18 – 22 Juli 2016

hipertensi di Wilayah Puskesmas Pohjarak sebanyak 214 responden. Jumlah sampel

Kediri. penelitian ini adalah 22 responden untuk

Tujuan penelitian ini, antara lain : a) masing-masing kelompok (untuk intervensi

Mendesripsikan karakteristik responden kelompok A 22 responden dan kelompok B

berdasarkan umur, jenis kelamin, riwayat 22 responden). Jadi total sampel 44

penyakit keluarga, obesitas, riwayat merokok, responden.

aktivitas, pola makan dan stres, b) Analisis univariat : penelitian ini

Menganalisis pengaruh jalan kaki terhadap menggunakan analisis dengan statistik

tekanan darah sistolik dan tekanan darah deskriptif untuk mengetahui sebaran

diastolik pada pasien hipertensi, c) karakteristik subjek penelitian atau distribusi

Menganalisis pengaruh jalan kaki dan frekuensi data dan proporsi masing-masing

isometric handgrip exercise terhadap tekanan kelompok. Karakteristik sampel data

darah sistolik dan tekanan darah diastolik katagorial dideskripsikan dalam parameter

pada pasien hipertensi, d) Menganalisis frekuensi (f) dan prosentase (%).


ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOLUME VI, NO.1 AGUSTUS 2018 15

Analisis uji prasyarat : uji normalitas Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan


Pendidikan
pada variabel dependen ini menggunakan
Pendidikan Frekuensi Prosentase
Shapiro Wilk, karena sampel yang digunakan
D3 13 68,4
peneliti <50 responden. Sedangkan pada uji S1 6 31,6
Total 19 100
homogenitas sebagai prasyarat analisis
menggunakan levene’s test, karena terdapat Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
dua kelompok intervensi yang digunakan mayoritas responden memiliki jenjang
untuk menguji kesamaan dari kedua pendidikan D3 Keperawatan sebanyak 13
kelompok. responden (68,4%), dan S1 Keperawatan
Analisis bivariat digunakan untuk sebanyak 6 responden (31,6%).
melihat pengaruh antara 2 variabel, yaitu ;
variabel independen dan dependen, serta Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan
perbedaan hasil dari kedua kelompok Sertifikasi Pendidikan Formal
Sertifikasi Frekuensi Prosentase
dependen. Data berdistribusi tidak normal dan
BTCLS (Basic 19 100
tidak sama, maka yang digunakan wilcoxon. Trauma and Cardiac
Data berdistribusi tidak normal dan tidak Life Supports)
Pelatihan ICU 11 60
sama, maka yang adalah mann-withney. Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa
responden sudah mendapatkan sertifikasi
HASIL PENELITIAN BTCLS (Basic Trauma and Cardiac Life
1. Analisa Univariat Supports) sebanyak 19 responden (100%).
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Sedangkan responden yang sudah memiliki
Umur Frekuensi Prosentase sertifikasi pelatihan ICU sebanyak 11 orang
20 – 25 1 5,3 (60%).
26 – 30 14 73,7
>30 4 21 Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan
Total 19 100 Jenis Kelamin
Jenis Frekuensi Prosentase
Kelamin
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
Laki-laki 2 10,5
berdasarkan umur mayoritas responden pada Perempuan 17 89,4
Total 19 100
penelitian ini berkisar pada usia 26-30 tahun,
yaitu sebanyak 14 responden (73,7%), umur Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa
20-25 tahun sebanyak 1 responden (5,3%), berdasarkan jenis kelamin mayoritas
dan umur diatas 30 tahun sebanyak 4 orang responden perempuan sebanyak 17 responden
(21%).
ISSN 2338-4514
16 JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOLUME VI, NO.1 AGUSTUS 2018

(89,4%), dan laki-laki sebanyak 2 responden Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa nilai
(10,5%). rata–rata dari perilaku responden dalam
memberikan nutrisi enteral dalam kategori
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan baik sebanyak 13 responden (68,4 %) dan
Lama Bekerja
perilaku dalam kategori kurang baik sebanyak
Lama bekerja Frekuensi Prosentase
6 responden (31,6%).
< 2 tahun 6 31,5
2 – 5 tahun 7 37
>5 tahun 6 31,5
Total 19 100 2. Analisa Bivariat
Tabel 8. Hubungan Pengetahuan Perawat
Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa Dengan Perilaku Perawat Dalam
Pemberian Nutrisi Enteral
lama bekerja perawat ICU RS JIH adalah
kurang dari 2 tahun sebanyak 6 orang
responden (31,5%), 2 – 5 tahun sebanyak 7
responden (37%) dan lebih dari 5 tahun
sebanyak 6 responden (31,5 %).

Berdasarkan tabel 8 diketahui bahwa


Tabel 6. Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang
tabulasi silang antara pengetahuan perawat
Pemberian Nutrisi Enteral
Tingkat Frekuensi Prosentase tentang pemberian nutrisi enteral dengan
Pengetahuan
perilaku perawat dalam memberikan nutrisi
Kurang 0 0
Cukup 17 89,5 enteral yaitu perawat yang memiliki
Baik 2 10,5
Total 19 100 pengetahuan cukup mempunyai perilaku
pemberian nutrisi enteral kurang sebanyak 6
Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa responden (31,6%), dan baik sebanyak 11
pengetahuan perawat tentang pemberian responden (57,9%). Sedangkan perawat
nutrisi enteral berada pada kategori cukup dengan pengetahuan baik memiliki perilaku
sebanyak 17 responden (89,5%) dan kategori pemberian nutrisi enteral baik sebanyak 2
baik sebanyak 2 responden (10,5%). responden (10,5%). Dari hasil uji Chi Square
didapatkan nilai p value 0.032, jika p value <
Tabel 7. Perilaku Perawat Dalam Pemberian 0.05 maka dapat disimpulkan terdapat
Nutrisi Enteral
Tingkat Frekuensi Prosentase hubungan yang signifikan.
Pengetahuan
Baik 13 68,4
Kurang baik 6 31,6
Total 19 100
ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOLUME VI, NO.1 AGUSTUS 2018 17

PEMBAHASAN hipertensi dari pada laki-laki.


1. Identifikasi Karakteristik Responden
a. Umur c. Riwayat Hipertensi
Hasil penelitian berdasarkan umur Hasil penelitian berdasarkan riwayat
responden pada kelompok intervensi A hipertensi responden hampir seluruhnya
mempunyai umur 56-65 Tahun sebanyak memiliki riwayat hipertensi pada keluarga
11 responden, sedangkan pada kelompok sebanyak 41 responden. Kelompok
intervensi B mempunyai umur 56-65 tahun intervensi A mempunyai mempunyai
sebanyak 10 responden, sehingga total riwayat hipertensi sebanyak 22 responden,
responden terbanyak pada umur 56-65 lama hipertensi antara 1-5 tahun sebanyak
tahun sebanyak 21 responden. 12 responden dan melakukan pengobatan
Meningkatnya resiko sesuai dengan sebanyak 22 responden. Sedangkan
pertambahan umur disebabkan oleh kelompok intervensi B mempunyai riwayat
perubahan alami pada jantung, pembuluh hipertensi sebanyak 19 responden, lama
darah dan hormon.14 menderita hipertensi < 1 tahun sebanyak
13 responden, dan riwayat penggunaan
b. Jenis Kelamin obat hipertensi sebanyak 19 responden.
Hasil penelitian berdasarkan jenis
kelamin responden pada kelompok d. Aktifitas Fisik
intervensi A mempunyai jenis kelamin Hasil penelitian berdasarkan aktifitas
perempuan sebanyak 14 responden, fisik responden pada kelompok intervensi
sedangkan kelompok intervensi B A mempunyai aktifitas fisik yang cukup
mempunyai jenis kelamin perempuan sebanyak 16 responden, sedangkan
sebanyak 18 responden. Angka kejadian kelompok intervensi mempunyai aktifitas
hipetensi pada perempuan mempunyai fisik yang kurang sebanyak 17 responden.
jumlah yang lebih tertinggi dari pada laki- Berdasarkan hasil penelitian yang
laki, hal tersebut sesuai dengan penelitian menyatakan bahwa aktifitas fisik yang
yang menyatakan bahwa hipertensi lebih dilakukan secara teratur, misalnya ;
banyak ditemukan pada jenis kelamin olahraga dapat menurunkan tahanan
perempuan dibandingkan dengan laki-laki. perifer yang dapat menurunkan tekanan
Serta hasil penelitian ini juga didukung darah, serta melatih otot jantung, sehingga
penelitian lain yang menyatakan bahwa jantung terbiasa melakukan pekerjaan yang
perempuan lebih beresiko untuk menderita lebih berat. Selain itu olahraga yang
ISSN 2338-4514
18 JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOLUME VI, NO.1 AGUSTUS 2018

dilakukan secara teratur akan merangsang g. Riwayat Stress


pelepasan hormon endorpin yang dapat Hasil penelitian berdasarkan riwayat
menimbulkan relaksasi otot jantung, mengalami stress pada responden pada
sehingga tekanan darah tidak akan kelompok intervensi A tidak mempunyai
meningkat. riwayat stres sebanyak 18 responden,
sedangkan kelompok intervensi B tidak
e. Status Nutrisi mempunyai riwayat stres sebanyak 16
Hasil penelitian berdasarkan status responden. Menurut hasil penelitian
nutrisi responden menggunakan IMT pada menyatakan bahwa stress dapat
kelompok intervensi A mempunyai status meningkatkan tahanan vaskuler perifer dan
nutrisi dengan karakteristik tidak obsesitas kardiak output, serta merangsang aktivitas
sebanyak 15 responden, sedangkan sistem saraf simpatik.15
kelompok intervensi B mempunyai status
nutrisi dengan kategori tidak obesitas h. Konsumsi Lemak
sebanyak 13 reponden. Salah satu faktor Hasil penelitian berdasarkan pola
resiko hipertensi yang dapat dikontrol konsumsi lemak pada responden pada
adalah obesitas. Resiko hipertensi pada kelompok intervensi A tidak konsumi
seseorang yang mengalami obesitas adalah lemak sebanyak 18 responden, sedangkan
2 – 6 kali lebih tinggi dibanding seseorang pada kelompok intervensi B tidak konsumi
dengan berat badan normal. lemak sebanyak 19 responden.
Berdasarkan hasil penelitian ini sesuai
f. Riwayat Merokok dengan literatur tentang konsumsi
Hasil penelitian berdasarkan riwayat makanan yang berlemak, maka di dalam
merokok responden pada kelompok usus makanan tersebut akan diubah
intervensi A tidak mempunyai riwayat menjadi kolesterol. Kolesterol yang tinggi
merokok sebanyak 14 responden, dapat menyebabkan terjadinya
sedangkan pada kelompok intervensi B ateroslerosis, yaitu suatu kondisi dimana
juga tidak mempunyai riwayat merokok kolesterol menumpuk di dinding pembuluh
sebanyak 18 responden. Hal tersebut darah arteri. Pembentukan aterosklerosis
karena jenis kelamin responden pada diawali dengan rusaknya pembuluh darah.
penelitian ini adalah perempuan, sehingga Setelah pembuluh darah rusak, maka
kebiasaan merokok tidak lazim dilakukan kolesterol yang dibawa LDL terperangkap
oleh perempuan di Indonesia. pada dinding pembuluh darah tersebut
ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOLUME VI, NO.1 AGUSTUS 2018 19

dalam waktu bertahun-tahun, maka terjadi konsentrasi di dalam cairan intraseluler,


pembentukan plak, sehingga pembuluh sehingga cenderung menaikkan cairan di
darah semakain sempit dan elastisitasnya bagian ekstraseluler dan menurunkan
berkurang. tekanan darah. Kalium merupakan ion
utama di dalam cairan intraseluler.
i. Konsumsi Natrium
Hasil penelitian berdasarkan pola 2. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan
konsumsi natrium pada responden pada Sesudah Intervensi B (Jalan Kaki)
kelompok intervensi A tidak konsumsi Hasil penelitian ini menunjukkan pada
natrium sebanyak 15 responden, tekanan darah sistolik (TDS) kelompok
sedangkan kelompok intervensi B tidak sebelum dan sesudah intervensi dengan jalan
konsumsi natrium sebanyak 14 responden. kaki yang tidak pengalami perubahan TDS
Konsumsi natrium yang berlebih dapat sebanyak 1 responden, dan mengalami
menyebabkan konsumsi natrium didalam penurunan TDS sebanyak 15 responden, serta
cairan ekstrasel meningkat, maka untuk terjadi peningkatan TDS sebanyak 6
menormalkannya peran cairan intraseluler responden. Analisis perbedaan TDS sebelum
harus ditarik keluar, sehingga volume dan sesudah intervensi jalan kaki didapatkan
cairan ekstraseeluler meningkat. hasil p value 0,006 < α (0,05), maka
Meningkatnya cairan ekstraseluler tersebut menunjukkan adanya perbedaan TDS
menyebabkan meningkatnya volume sebelum dan sesudah intervensi menggunakan
darah, sehingga berdampak pada jalan kaki. Sedangkan pada tekanan darah
timbulnya hipertensi. diastolik (TDD) yang tidak mengalami
perubahan TDD sebanyak 2 responden, dan
j. Konsumsi Kalium yang mengalami penurunan TDD sebanyak
Hasil penelitian berdasarkan pola 20 responden, serta tidak ada responden yang
konsumsi kalium pada kelompok mengalami peningkatan TDD. Analisis
intervensi A sering mengkonsumsi kalium perbedaan TDD sebelum dan sesudah
sebanyak 20 responden, sedangkan intervensi jalan kaki didapatkan hasil p value
kelompok intervensi B sering 0,000 < α (0,05), maka menunjukkan adanya
mengkonsumsi kalium sebanyak 21 perbedaan TDD sebelum dan sesudah
responden (95,5%). Menurut hasil intervensi jalan kaki.
penelitian menyatakan bahwa banyak
mengkonsumsi kalium akan meningkatkan
ISSN 2338-4514
20 JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOLUME VI, NO.1 AGUSTUS 2018

3. Analisis Perbedaan Tekanan Darah intervensi isometis handgrip exercise.


Sebelum dan Sesudah Intervensi B Hasil penelitian ini dapat didukung
(Isometric Handgrip Excercise dan Jalan dengan kajian literatur penelitian tentang
Kaki) manfaat latihan isometric dalam menurunkan
Kelompok intervensi ini melakukan tekanan darah pada 24 remaja normotensif (n
kombinasi antara latihan isometric handgrip training = 9, n sham training = 7, n kontrol =
excercise dan jalan kaki dengan cara latihan 8) yang diberikan latihan selama 4 kali
jalan kaki kemudian disusul dengan latihan seminggu selama 5 minggu.16 Hasil penelitian
isometric handgrip excercise. Hasil penelitian menunjukkan penurunan tekanan darah (5
ini menunjukkan pada tekanan darah sistolik mmHg dan 4 mmHg). Penelitian lain
(TDS) kelompok sebelum dan sesudah menyatakan bahwa pada pasien dengan
intervensi dengan isometric handgrip exercise tekanan darah normal (n = 49, umur rata-rata :
dan jalan kaki yang tidak pengalami 66 tahun) dengan latihan dilakukan selama 3
perubahan TDS sebanyak 2 responden, dan kali seminggu selama 8 minggu, sehingga
yang mengalami penurunan TDS sebanyak 16 yang diperoleh penurunan tekanan darah
responden, serta yang mengalami peningkatan sistolik sebesar 10 mmHg dan tekanan darah
TDS sebanyak 4 responden. Analisis diastolik sebesar 3 mmHg.16
perbedaan TDS sebelum dan sesudah
intervensi isometis handgrip exercise dan 4. Analisis Perbedaan Rerata Tekanan
jalan kaki didapatkan hasil p value 0,002 < α darah Sistolik dan Diastolik Sesudah
(0,05), maka menunjukkan adanya perbedaan Intervensi A (Isometric Handgrip
TDS antara sebelum dan sesudah intervensi Excercise dan Jalan Kaki) dan
menggunakan isometis handgrip exercise. Intervensi B (Jalan Kaki)
Sedangkan tekanan darah diastolik (TDD) Hasil perbedaan tekanan darah sistolik
yang tidak mengalami perubahan TDD post hari ke-5 pada masing-masing kelompok
sebanyak 3 responden, mengalami penurunan intervensi menunjukkan bahwa tekanan darah
TDD sebanyak 17 responden, dan yang sistolik (TDS) pada kelompok sesudah
mengalami peningkatan TDD sebanyak 2 intervensi A lebih tinggi, jika dibandingkan
responden. Analisis perbedaan TDD sebelum dengan TDS pada kelompok sesudah
dan sesudah intervensi A dengan isometis intervensi B. Analisis lebih lanjut terhadap
handgrip exercise didapatkan hasil p value perbedaan TDS didapatkan hasil p value
0,001 < α (0,05), maka menunjukkan adanya 0,026 < α (0,05) yang menunjukkan bahwa
perbedaan TDD antara sebelum dan sesudah ada yang signifikan pada perbedaan TDS
ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOLUME VI, NO.1 AGUSTUS 2018 21

antara kelompok sesudah intervensi A dan B. KESIMPULAN


Sedangkan perbedaan pada tekanan darah 1. Terdapat perubahan rerata tekanan darah
diastolik (TDD) post hari ke-5 pada sistolik dan tekanan diastolik antara
kelompok sesudah intervensi A lebih rendah, sebelum dan sesudah intervensi B (jalan
jika dibandingkan dengan TDD pada kaki) pada pasien hipertensi di Wilayah
kelompok sesudah intervensi B. Hasil analisis Puskesmas Pohjarak Kediri.
lebih lanjut terhadap perbedaan TDD 2. Terdapat perbedaan rerata tekanan darah
didapatkan hasil p value 0,031 < α (0,05) sistolik dan tekanan darah diastolik antara
yang menunjukkan ada perbedaan yang sebelum dan sesudah intervensi A
signifikan pada TDD antara kelompok (isometric handgrip exercise dan jalan
sesudah intervensi A dan B. kaki) pada pasien hipertensi di Wilayah
Penilitian ini didukung dengan adanya Puskesmas Pohjarak Kediri.
kajian literatur tentang respon kardiovaskuler 3. Ada penurunan yang signifikan terhadap
sistemik terhadap latihan bergantung pada rata-rata tekanan darah sistolik dan tekanan
jenis konstraksi yang dominan di otot, yakni darah diastolik pada post hari ke-5 antara
isometrik dan isotonik dalam kaitannya kelompok intervensi A (isometric handgrip
dengan kinerja internal. Pada kontraksi exercise dan jalan kaki) dan B (jalan kaki)
isometrik, frekuensi denyut jantung pada pasien hipertensi di Wilayah
meningkat. Peningkatan ini tetap terjadi jika Puskesmas Pohjarak Kediri.
kontraksi otot dicegah dengan pembesaran 4. Ada penurunan yang signifikan terhadap
penghambat neuro muskular secara lokal.hal selisih rata-rata tekanan darah pada pre hari
ini terjadi hanya dengan berfikir dalam ke-1 dan post hari ke-5 antara kelompok
melakukan kontraksi otot, sehingga intervensi A (isometric handgrip exercise
peningkatan tersebut memungkinkan terjadi dan jalan kaki) dan B (jalan kaki) pada
karena akibat rangsangan psikis pada medula pasien hipertensi di Wilayah Puskesmas
oblongata. Dalam beberapa detik setelah Pohjarak Kediri.
konraksi isometrik dimulai tekanan darah
sistolik dan diastolik meningkat. Isi sekuncup DAFTAR PUSTAKA
tidak banyak berubah, aliran darah berkurang 1. Kowalski, R.E. The Blood Pressure Cure
pada otot yang tetap berkontraksi, akibat : 8 Weeks to Lower Blood Pressure
Without Prescription Drugs. New Jersey :
kompresi pada pembuluh darahnya.18
John Wiley & Sons, Inc. 2007.
ISSN 2338-4514
22 JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOLUME VI, NO.1 AGUSTUS 2018

2. McGowan CL, Visocchi A, Faulkner M. 9. Burt VL., Cutler JA., Higgins M., Horan
Isometric Handgrip Training Improves MJ., Labarthe D. Whelton P., Brown C.,
Local Flow-mediated Dilation in Roccella EJ. Trend In The Prevalence,
Medicated Hypertensives. Eur Appl Awareness, Treatment, and Control of
Physiol; 99(3): 227-34 Diakses tanggal Hypertension in the Adult US
10 Januari 2016. 2007. Population: data from the Health
Examination Survey, 1960 to 1990.
3. Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Hypertension; 26:60-69. 1995.
Simadibrata, M.K., & Setiati, S. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat 10. Tiwari Sushma et al. Effect of Isotonic
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Exercise (Walking) on Various
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Physiological Parameters in
Indonesia. 2006. Hypertension. India. Journal of Stress
Physiology & Biochemistry, Vol. 7 No. 3
4. Rahajeng, E., & Tuminah, S. Prevalensi 2011, pp. 122-131 ISSN 1997-0838.
Hipertensi dan Determinannya di Diakses pada tanggal 20 Januari 2016.
Indonesia. Majalah Kedokteran 2011.
Indonesia, 59 (12) Diakses pada tanggal
13 Januari 2016. 2009. 11. Chobanian AV, Bakris GL, Cushman
WC, Green LA, Izzo JL Jr., Jones DW,
5. Mortimer, J., & McKune, A. J. Effect of Materson BJ, Oparil S, Wright JT Jr,
short-term isometric handgrip training on Roccella EJ. The Seventh Report of the
blood pressure in middle-aged females: Joint National Committee on Prevention,
cardiovascular topics. Cardiovaskular Detection, Evaluation, and Treatment of
journal of Afrca, 22(5), 257-260. DOI: High Blood Pressure Hypertension;
10.5830/CVJA-2010-090. Diakses 42:1206-1252. Diakses pada tanggal 14
tanggal 13 Januari 2016. 2011. Januari 2016. 2003.

6. World Health Organization. A Global 12. Wiley, R. L., Dunn, C. L., Cox, R. H.,
Brief on Hypertension: Silent Killer, Hueppchen, N. A., & Scott, M. S.
Global Public Health Crisis: World Isometric exercise training lowers resting
Health Day 2013. 2013. blood pressure. Medicine and science in
sports and exercise, 24(7), 749-754.
7. Kemenkes RI. Profil Data Kesehatan 1992.
Indonesia Tahun 2011. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI. 2012. 13. Dharma, K., K. Metodologi Penelitian
Keperawatan. Jakarta. Trans Info Media.
8. Ridjab, D.A. Modifikasi gaya Hidup dan 2011.
Tekanan darah. Majalah Kedokteran
Indonesia, Vol. 57, No. 3. Diakses pada 14. Sherwood, L. Fisiologi Manusia: dari sel
tanggal 15 Januari 2016. 2007. ke sistem. Jakarta: EGC. 2011.
ISSN 2338-4514
JURNAL KEPERAWATAN NOTOKUSUMO VOLUME VI, NO.1 AGUSTUS 2018 23

15. Potter, P. A. & Perry, A. G. Buku Ajar


Fundamental Keperawatan, Konsep,
Proses dan Praktik. Volume 1, Edisi 4.
Alih Bahasa: Komalasari, R, Evriyani,
D., Noviestari, E. dkk. Jakarta EGC.
2006.

16. Ray CA & Carraso DI. Isometric


handgrip training reduces arterial
pressure at rest without changes in
sympathetic nerve activity. Am J Physiol
Heart Circ Physiol 279:H245-H249.
Diakses pada tanggal 10 Januari 2016.
2000.

17. Millar, P. J., Paashuis, A., & McCartney,


N. Isometric handgrip effect on
hypertension. Current Hypertension
Reviews, 5(1), 54-60 Diakses tanggal 10
Januari 2016. 2009.

18. Ganong, W. F. Fisiologi Kedokteran.


Ahli Bahasa: HM Djauhari
Widjajakusumah. Jakarta: EGC. 2008.

You might also like