Professional Documents
Culture Documents
Procurement of Land in Legal Sociological Perspective: Pengadaan Tanah Dalam Perspektif Sosiologi Hukum
Procurement of Land in Legal Sociological Perspective: Pengadaan Tanah Dalam Perspektif Sosiologi Hukum
Jurnal Abstract : If all stakeholders of land provision adhere to the principles governed by
Living Law, the Constitution and the State Controlling Right, then the issue of the regulation of
Vol. 9, No. 1, land will not be a national dilemma inheriting a prolonged conflict and not less as a
2017
result of the loss of life. Land is something sacred (magical) for people who have
hlm. 79-90
historical and spiritual value is not just a matter of investment and business
commodities that have been going on, but the land is the right of the nation that has
the value of the struggle that becomes the object of the interests of all parties, the
people, government, and speculators. This research is expected to be an input to
stakeholders to support the birth of Land Bank as an institution in charge of providing
land for public interest. The research was conducted by using Sociological Juridical
Method combined with Normative Juridical with a Qualitative Approach. It concerns
the problem of access to the rule of law which cannot run properly, and legal culture
is still low so that with the sociological and juridical approach. Those can be found the
nature of the primary cause problematic of land supply in Indonesia, especially for the
public interest and more specifically for the benefit of providing housing for low-
income people.
Keywords : Procurement of Land, Legal Culture, State Right Controlling, Land Bank
Yuridis Normatif karena menyangkut masalah akses aturan hukum yang tidak dapat
berjalan sebagaimana mestinya, dan budaya hukum yang masih rendah sehingga
dengan pendekatan sosiologis dan yuridis dapat ditemukan hakikat yang menjadi
conditio sinnea aquanon problematika penyediaan tanah di Indonesia, khususnya
untuk kepentingan umum dan lebih khusus lagi untuk kepentingan penyediaan
rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Kata Kunci : Penyediaan tanah, Budaya Hukum, Hak Menguasai Negara, Bank Tanah
aquisitive misalnya, akan tetapi hingga saat hak pakai dapat diberikan hingga HGB 50
ini stelsel negatif tersebut masih berlaku, tahun dan HGU 75 tahun yang merupakan
dan menurut hemat penulis keadaan ini masukan bagi pembentukan Undang-
harus menjadi perhatian bagi para peneliti undang pertanahan.
hukum tanah.
Harus diingat, perlakuan stelsel negatif B. PENGADAAN TANAH DALAM
memang memberikan kesempatan untuk PERSPEKTIF BANK TANAH
mendapatkan kepastian hukum yang hakiki
Jika kita melihat problematika hukum
namun juga membahayakan beberapa
terhadap praktik pengadaan tanah yang
pihak yang telah memiliki hak yang dapat
bersumber dari pada pembebasan tanah di
saja secara semena-mena (dalam banyak
atas terlihat jelas masih banyak persoalan-
kasus) dapat digugat oleh pihak-pihak lain
persoalan hukum yang membuat kesan
yang tak bertanggung jawab. Jika ini
atau berdampak langsung kepada
dipertahankan selamanya, maka pemilik
ketidakpastian hukum dari pengadaan
sertipikat tidak nyaman karena bukan tidak
tanah. Ada kesan, pemerintah sebagai
mungkin suatu saat akan dikalahkan oleh
pihak pelaksana pengadaan tanah untuk
bukti lain, sementara proses untuk
kepentingan umum ragu melangkah untuk
mendapatkan sertipikat bukan urusan
mencari jalan yang sifatnya pamungkas,
mudah. Dalam hal ini diperlukan juga
yang memberikan kepastian hukum kepada
ketelitian aparat yang terlibat dalam
mitra pemerintah atau pemerintah itu
pendaftaran tanah, dari kepala desa/lurah,
sendiri dalam proses pengadaan tanah.
camat dan kantor pertanahan setempat.
Tidak heran jika pemerintah justru
Selanjutnya yang juga masih persoalan mendapat tuntutan dari pemegang hak atas
hukum adalah hak pengelolaan negara tanah atau ahli waris dan orang-orang yang
yang diberikan kepada pihak tertentu merasa memiliki bagian dari pihak yang
untuk mengelola tanah, misalnya BUMN. dirugikan atau pihak-pihak yang merasa
Kepastian hukumnya juga diragukan tidak puas dari pembebasan tanah
dengan jangka waktu yang terbatas yaitu tersebut. Bukan itu saja, malahan tanah
20 atau 30 tahun. jika investasi dilakukan yang sudah selesai (done) bahkan sudah
oleh asing ataupun masyarakat jangka bersertipikat, namun masih tetap tidak
waktu tersebut mengganggu investasi, luput daripada persengketaan. Jika
karena jika hak atas tanah di atas hak dikaitkan dengan investasi, keadaan ini
pengelolaannya berakhir khususnya untuk membuat investor berhitung lagi untuk
kawasan industri, maka pengusaha atau meneruskan investasinya di Indonesia.
pengguna hak harus mengajukan Persoalan tanah adalah salah satu indikator
permohonan lagi serta membayar harga lemahnya daya saing Indonesia dalam
tanah sesuai dengan harga NJOP dikali luas menggalakkan investasi (tentunya di
tanah dengan harga sama seperti membeli samping masalah buruh dan perpajakan).
semula. Namun soal pengadaan tanah, harus dapat
Dengan demikian anggapan dilihat lebih komprehensif, tidak
masyarakat yang selama ini sudah membeli disederhanakan agar terdapat kepastian
tanah awal itu pada waktu hak pengelolaan hukum.
berakhir itu bisa dianggap tidak ada lagi Problematika pengadaan tanah dengan
dan banyak sekali perusahaan perusahaan menggunakan Bank Tanah, pernah digagas
asing tutup karena hak pengelolaannya oleh Supraba Sekarwati Wijayani (2003)
hanya berlaku maksimal 30 tahun. Oleh dalam suatu disertasi yang mendesain
karenanya kedepan hak-hak atas tanah rekomendasi Bank Tanah dalam rangka
yang ada dalam UUPA harus dikaji ulang, pembangungan perumahan berkelanjutan
terutama dalam jangka waktunya yang yang menitik beratkan konsep negara
harus diperpanjang, minimal apakah untuk
Jurnal Ilmiah Living Law ISSN 2087-4936 Volume 9 Nomor 1, Januari 2017 87
hukum sebagai fondasi bangunan Bank pengadaan tanah seperti dilakukan oleh
Tanah serta pengembangan hak menguasai kawasan industri atau model Perum
negara dengan Model Pengembangan Perumnas. Tidak heran jika pemerintah
kawasan industri seperti Pulogadung di dapat membebaskan Perum Perumnas dari
Jakarta atau Rungkut di Surabaya, yang agent of economic development, dengan
dapat dijadikan embrio tahap awal beban harus profit mengembangkan satu
penyediaan tanah.4 kegiatan menjadi agent of housing
Untuk kawasan perumahan dan development tanpa harus membebankan
permukiman, terutama MBR, menurut kepadanya profit motive, bisa saja dengan
hemat penulis, model penyediaan LISIBA kebijakan pemerintah, khusus untuk
dan KASIBA yang dilakukan oleh Perum pengembangan perumahan dan
Perumnas dalam kasus Driyorejo Gresik permukiman untuk MBR, baik milik
dapat dijadikan model awal, jika pespektif maupun sewa atau mungkin juga
pengadaan tanah dikaitkan dengan penyediaan tanah bagi pembangunan
perlunya sebuah lembaga, apakah itu Bank perumahan milik yang terlepas dari tanah,
Tanah ataupun lembaga lainnya dalam sebagaimana diatur di dalam pasal 46, 47,
proses pengadaan tanah bagi keperluan 48, dan 49 UU nomor 20 Tahun 2012
pembangunan perumahan dan sebagaimana disebutkan di atas.
permukiman bagi MBR. Awalnya, Pemberian hak kepemilikan atas bangunan
kerjasama dilakukan dengan perusahaan- sebagaimana yang penulis gagas dalam
perusahaan di bawah Kementerian PU disertasi yang merekomendasikan
yaitu kelompok “karya”. Kemudian sesuai kepemilikan rumah (properti) yang
dengan ketentuan yang berlaku pada saat terpisah dari tanah dengan penerapan asas
itu, dilaksanakanlah progam LISIBA dan pemisahan horizontal,5 yang kemudian
KASIBA dengan pola KSPP, dimana telah dikembangkan dengan penelitian Strategi
ditunjuk pihak ketiga sebagai pelakasana Nasional (Stranas) dengan topik: Model
pengembangan perumahan dan Pengembangan Hukum Perumahan untuk
permukiman, diantaranya: Permukiman Penyediaan Rumah bagi MBR6 dan
bagi MBR. Kemudian dalam proyek lain, Providing House for The Low-Income
Perum Perumnas juga bekerjasama dengan People7 dan dilanjutkan dengan Model
beberapa pengembang dalam Pengembangan Paradigma Masyarakat bagi
pembangunan perumahan dan Kepemilikan Rumah yang Terpisah dari
permukiman untuk daerah Cengkareng, Tanah untuk mempercepat Penyediaan
sehingga Cengkareng demikian Rumah bagi MBR.8
berkembang seperti sekarang ini. Pola Jika Model Perum Perumnas seperti
Cengkareng dilakukan dengan tersebut di atas dikembangkan dengan
pengembangan program LISIBA melalui
pengadaan KTM. Model yang dibuat oleh 5 Martin Roestamy, Konsep Hukum Kepemilikan
Perumnas baik proyek Gresik ataupun Properti bagi Asing, Bandung: Penerbit Alumni,
proyek Cengkareng, dapat dijadikan acuan 2009,
6 Martin Roestamy dan Rita Rahmawati, Laporan
bagi permulaan atau embrio pembentukan Penelitian Stranas dengan topik: Model
Bank Tanah (Land Banking), bukan tidak Pengembangan Sistem Hukum Perumahan bagi
mungkin daerah dengan memanfaatkan MBR yang layak secara Teknis, Ekonomi dan
asset daerah atau tanah terlantar di daerah, Sosial, UNIDA 2014
7 Martin Roestamy, Providing House for the Low-
dapat mengembangkan model-model
Income People, Paper disampaikan pada Seminar
Internasional di Osaka Jepang, 2015
4 Supraba Sekarwati, Gagasan mengenai 8 Martin Roestamy dan Rita Rahmawati, Laporan
Pembentukan Bank Tanah (Land Bank) dalam Kemajuan: Model Pengembangan Paradigma
rangka pembangunan perumahan dan Masyarakat bagi Kepemilikan Rumah yang
permukiman yang berkelanjutan di Indonesia, Terpisah dari Tanah untuk mempercepat
Disertasi UNPAD, 2003, hlm. 131 Penyediaan Rumah bagi MBR, 2016.
88 Martin Roestamy Pengadaan Tanah Dalam Perspektif Sosiologi..
kewenangan yang diperluas khusus untuk dengan konsep Land Tenure dan dapat juga
pengadaan tanah bagi pembangunan sebagai pengembangan hak sewa,
perumahan dan kawasan permukiman, sebagaimana tercantum dalam pasal 44
khususnya bagi MBR, menurut hemat dan 45 UUPA yang juga dirindukan oleh
penulis, penerapan pasal 46, 47, 48 dan 49 investor sebagaimana freehold atau
dapat disandingkan bersama guna leashold yang berlaku di beberapa negara
memotivasi percepatan penyediaan rumah seperti China atau Singapura.9
bagi MBR, baik milik maupun sewa, dengan Berkaitan dengan BLUD, seperti
model rumah susun yang sama seperti tersebut di atas, pemerintah daerah dapat
rusunawa. mengatur dalam Peraturan Daerah, tugas
Sedangkan untuk kepentingan lain pokok dan fungsional dalam kegiatan
beberapa rekomendasi dari penelitian yang aktivitas Land Banking tersebut. Di
dilakukan oleh Universitas Djuanda Amerika Serikat, pengaturan Land Banking
mengenai pemanfaatan tanah yang sebagai sarana manajemen pertanahan,
merupakan aset daerah, pemberdayaan dapat diatur oleh masing-masing negara
tanah terlantar, dengan pengadaan tanah bagian (State Act.), sehingga bisa saja
untuk pembangunan perumahan dan pemerintah tingkat City, Village, atau Town,
kawasan permukiman bagi MBR baik sewa dapat membentuk Land Banking.10
maupun milik dengan subsidi; Daerah juga Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa
dapa mengembangkan sumber-sumber pendirian Land Banking bukan suatu yang
tanah yang berasal dari CSR perusahaan mustahil, hanya saja diperlukan landasan
daerah, bagi penyediaan rumah untuk para hukum yang kuat dengan ketentuan dapat
buruh atau karyawan. Ketika sumber tanah saja Land Banking dikembangkan oleh
tersebut dapat dikelola oleh suatu badan daerah-daerah, tidak musti harus dikelola
dengan mengambil model Kawasan oleh lembaga sentral dari pusat
Industri dan Perum Perumnas di atas, bisa
saja pemerintah daerah membentuk BLUD
sebagai embrio Bank Tanah di daerah. Di KESIMPULAN
samping tentunya tetap dengan
memperhatikan ketentuan yang berlaku, 1. Pengadaan tanah untuk kepentingan
pengadaan tanah model BLUD dapat juga umum pada dasarnya telah memiliki
menggunakan dana APBD untuk aturan atau payung hukum yang jelas
infrastruktur dasar, investasi maupun akan tetapi dalam proses pengadaan
pembangunan perumahan dan kawasan tanah tersebut masalah masalah yang
permukiman. sifatnya Sosiologi Hukum, Budaya
Hukum, serta pelaksanaan Good
Bank Tanah yang dimaksudkan
Governance oleh aparat yang
menurut hemat penulis adalah suatu
bertanggung jawab masih memerlukan
subjek hukum berbentuk badan hukum
perbaikan karena masih banyak
karena akan mendukung hak dan
menimbulkan sengketa serta
kewajiban tentunya sebagai badan hukum,
terlambatnya proses pengadaan tanah
diperlukan pemikiran yang mendalam,
untuk kepentingan umum terutama
mengenai tata cara pembentukannya,
rujukan peraturan yang mengatur khusus,
sebaiknya berbentuk Undang-undang, tidak
9 Lihat Martin Roestamy, Land Issues on Housing
Policy, paper pada International Focus Group
berbentuk PP atau Perpres sebagai badan Discussion, Universitas Djuanda, 30 Agustus 2016.
hukum sesuai dengan prinsip Hukum Dan Geofree Panei, Land Tenure in Indonesia, 30
Perdata, mengingat tugas dan tanggung Agustus 2016; Lihat juga Medha Baskara, dari
jawabnya yang memiliki kompelsitas dan http://www/medha.lecture.ub.ac.id pada tanggal
tidak sederhana. Pemikiran tentang 27 Februari 2012
10 Sungkana, SH, LLM, Konsep Dasar Land
pembentukan bank tanah memang sejalan Banking/Bank Tanah; Artikel pada DJKN, 2015
Jurnal Ilmiah Living Law ISSN 2087-4936 Volume 9 Nomor 1, Januari 2017 89
-----
DAFTAR PUSTAKA
Aminudddin Salle: Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, Kreasi Total Media
(KTM), Jakarta, 2007
Hutagalung Arie Sukanti dan Markus Gunawan,: Kewenangan Pemerintah di Bidang
Pertanahan, PT Rajagrafindo Persada Jakarta, 2008
Budi Harsono, Hukum Agraria Indonesia. Djambatan, Jakarta, 2005
Dixon Martin: Modern Land Law,: Antony Rowe Ltd. England, 2002
Martin Roestamy, Konsep-konsep Hukum Kepemilikan Tanah dan Bangunan Gedung bagi
Asing, Alumni Bandung, 2009
Muhammad Yamin, dan Abd. Rahim Lubis,: Beberapa Masalah Aktual Hukum Agraria:
Pustaka Bangsa Press, Medan, 2004
Syafruddin Kalo,: Kapita Selekta Hukum Pertanahan, USUpress Medan, 2005
Martin Roestamy, Kepastian Hukum Atas Kepemilikan Rumah Dan Bangunan Gedung Oleh
Investor Asing Dikaitkan Dengan Asas Nasionalitas Dalam Sistem Hukum
Pertanahan Indonesia. Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana Program Studi
Doktor (S3) Ilmu Hukum, Universitas Padjadjaran Bandung, 2008
90 Martin Roestamy Pengadaan Tanah Dalam Perspektif Sosiologi..
Supraba Sekarwati, Gagasan mengenai Pembentukan Bank Tanah (Land Bank) dalam
rangka pembangunan perumahan dan permukiman yang berkelanjutan di
Indonesia, Disertasi, Universitas Pajajaran Bandung, 2003
Makalah
Panei Geofree Land Tenure in Indonesia, paper pada International Focus Group Discussion,
30 Agustus 2016.
Martin Roestamy, Land Issues on Housing Policy, paper pada International Focus Group
Discussion, Universitas Djuanda, 30 Agustus 2016.
Martin Roestamy, Providing House For The Low Income People, International Seminar
Managemen Social Sience, Osaka Japan, 2015
Majalah
The HUD Magazine, Edisi pertama Berbagi Tanah Untuk Rakyat Dalam Membangun MBR
(Masyarakat Berpenghasilan Rendah). Makalah Tidak dipublikasikan, 2012.
Internet
Medha Baskara, dari http://www/medha.lecture.ub.ac.id pada tanggal 27 Februari 2012
Sungkana, Konsep Dasar Land Banking/Bank Tanah, Artikel pada DJKN Kementrian
Keuangan 2015