You are on page 1of 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),

Volume 2, Nomor 5, Mei 2014


Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Analisis Penerapan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Di PT. X Pekalongan

Luthfan Firdani*), Ekawati**), Bina Kurniawan**)


*)
Mahasiswa Bagian Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
**)
Staf Pengajar Bagian Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRACT
PT. X Pekalongan is a company that runs in the textile industry, in June 2013 the company got
burned. According to the information from employees, the loss because of that fire could be minimized
if 25 fire extinguishers were not broke and could be used well. The purpose of this study is to analyze
the application of fire extinguisher at PT. X Pekalongan. The study is using descriptive approach
method to describe a situation in an objective way. The method used is descriptive surveys and
interviews with observational approach. The results of the 44 fire extinguishers found in the plant
area is known that the level of conformity in the application of fire extinguishers companiy already
have the 50.2% adjustability and 49.8% discrepancy rate. The discrepancy of fire extinguisher there
were position, position sign, height and distance between fire extinguisher. The company is also still
less attention for the APAR damage and inspection not been continuously yet. There were some fire
extinguisher that not had the used direction, there is no protection to easy take off of fire
extinguisher. Inspection records was not available yet. Companies should more attention about
application of fire extinguisher and organize training for fire extinguisher application or fire
prevention training for all employees.
Keywords : Fire Extinguisher, Textile Industry, Fire

300
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 5, Mei 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN bahan berbahaya memiliki tingkat risiko


Kesehatan kerja di Indonesia di kebakaran yang tinggi. Kebakaran di industri
aturberdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 yang menimbulkan kerugian yang sangat besar karena
menjelaskan tentang keselamatan kerja. Undang- menyangkut nilai aset yang tinggi, proses
undang ini dimaksudkan untuk menentukan produksi dan peluang kerja. Kasus kebakaran
standar yang jelas untuk keselamatan kerja bagi juga banyak terjadi yang bersifat fatal dan
semua karyawan sehingga mendapat banyak menelan korban serta kerugian yang
perlindungan atas keselamatannya dalam tidak sedikit. Kebakaran besar melanda sebuah
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup pabrik bahan kimia di Thailand bagian timur,
dan meningkatkan produksi serta produktifitas menewaskan 12 orang dan 100 lebih orang
nasional. Bab III pasal 3 berisi tentang Syarat- terluka. Kebakaran juga melanda pabrik
syarat Keselamatan Kerja yaitu mencegah, pakaian di Itali, 7 pekerja Cina tewas setidaknya
mengurangi dan memadamkan kebakaran- 54 orang lainnya juga dilaporkan telah terluka
kebakaran. Serta ada keputusan menteri yang dalam kebakaran itu. Pabrik pengolahan unggas
mengatur tentang ketenagakerjaan yaitu di Cina juga mengalami kebakaran yang
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. mengakibatkan korban tewas 112 orang. Pabrik
KEP.186/MEN/1999, Bab 1 pasal 2 berisi garmen Banglades terjadi juga kebakaran yang
tentang unit penanggulangan kebakaran di mengakibatkan 10 tewas dan sekitar 50 pekerja
tempat kerja yaitu pengurus / pengusaha wajib terluka dalam kebakaran tersebut, yang sebabnya
mencegah, mengurangi dan memadamkan belum diketahui. Perusahaan tersebut juga
kebakaran di tempat kerja dan dilaksanakan mengalami kerugian sebesar US$ 20 miliar.
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebuah ledakan terjadi di pabrik pupuk Texas
Menurut Permen PU No. 26 Tahun 2008 Amerika, ledakan tersebut telah meratakan
Tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi puluhan rumah di West, sebuah kota kecil di
Kebakaran pada Bangunan Gedung Dan Texas, pada rabu malam waktu setempat, 17 april
Lingkungan, menjelaskan tentang standarisasi 2013, atau kamis waktu Indonesia. Ledakan ini
untuk masalah perlindungan kebakaran terhadap menewaskan lebih dari 15 orang dan melukai
bangunan gedung dan lingkungan. Dijelaskan lebih dari 160 warga.
juga tentang syarat teknis untuk alat pemadam Kebakaran juga banyak terjadi di Indonesia
apiringan (APAR) pada bab V yang berisi yang menimpa pabrik industri dan menimbulkan
tentang Sistem Proteksi Kebakaran Aktif. kerugian dan korban yang tidak sedikit, seperti
Peraturan Menteri Tenaga Kerjadan yang terjadi pada tahun 2004 yang
Transmigrasi No : Per.04/Men/1980 juga mengakibatkan 2 pekerja meninggal, kebakaran
menjelaskan tentang Syarat-Syarat Pemasangan ini terjadi di PT. Petrowidada, Manyar, Gresik,
dan Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan Jawa Timur. Sempat juga terjadi kejadian
yang berisikan tentang ketentuan standarisasi kebakaran pada tahun 2009 pada pabrik kimia
APAR di Indonesia yang harus di laksanakan. PT. Lautan Otsuka Chemical di Cilegon, Banten,
Dijelakan juga pada peraturan di Amerika Akibatnya lima orang karyawan pabrik tersebut
tentang APAR yang tertulis di NFPA 10 tahun terluka dan pabrik tekstil PT. Politek di kawasan
2002 tentang standar alat kebakaran portabel Batujajar, Bandung, Jawa Barat, mencapai
yang menjelaskan tentang standar-standar yang kerugian meterial diperkirakan mencapai
diharuskan untuk pemasangan dan pemeliharaan miliaran rupiah serta pada PT. kedaung Indah
tentang APAR. Can ( KICI ) Surabaya mencapai kerugian
Masalah bahaya kebakaran di industri mencapai Rp. 20 Miliar. Tahun 2011 juga terjadi
sangat berbeda dengan tempat umum atau kebakaran di pabrik makanan ringan milik CV.
pemukiman. Industri khususnya yang mengelola Martini Food, Surabaya, yang diduga berasal dari

301
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 5, Mei 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

mesin produksi di dalam pabrik tersebut. bertujuan untuk mendeskripsikan suatu keadaan
Kejadian tersebut juga membuat perusahaan secara objektif.26
mengalami kerugian mencapai milyaran rupiah. Penelitian ini metode yang digunakan
Jakarta merupakan daerah di Indonesia yang adalah metode survei deskriptif dengan
banyak mengalami kejadian kebakaran, pendekatan observasional dan wawancara.
berdasarkan data kebakaran di Jakarta tahun Pengukuran dan observasi dilakukan terhadap
2013 dari Bulan Januari sampai Bulan Oktober penerapan alat pemadam api ringan (APAR) di
sudah terjadi 7 kejadian kebakaran yang PT. X Pekalongan untuk kemudian dibandingkan
mengalami kerugian mencapai jutaan rupiah. dengan peraturan dan standar di Indonesia.
PT. X Pekalongan merupakan perusahan Sedangkan wawancara dilakukan dengan
yang bergerak dibidang pembuatan sarung tenun. pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti.
Bahan yang digunakan dalam proses produksi
diperusahaan tersebut adalah bahan yang mudah HASIL PENELITIAN
terbakar seperti serat-serat benang untuk Deskripsi Titik Api
pembuatan sarung tersebut. Selain itu terdapat Printing merupakan proses pertama sebelum
pula proses kerja di bagian produksi yang benang mulai diproses menjadi sarung, disini
berpotensi menimbulkan kebakaran. Berdasarkan merupakan pembuatan desain untuk model dari
data kebakaran yang peneliti peroleh dari PT. X sarung. Sumber panas yang ada yaitu seperti
Pekalongan dan juga sistem proteksi aktif yang mesin komputer, lampu dan kipas angin. Bahan
ada diperusaaah tersebut hanya tersedia alat bakar yang dapat menyebabkan kebakaran yaitu
pemadam api ringan (APAR), sistem proteksi seperti kertas, plastik dan kayu pada meja kerja.
aktif seperti APAR tersebut juga belum Ruang Jet Dyeing Sumber panas yang ada
memenuhi jumlah dan standar yang di tentukan yaitu seperti mesin jet dyeing, lampu dan kipas
di Indonesia. Berdasarkan permasalah tersebut angin, dan bahan bakar yang mudah terbakar dan
maka peneliti tertarik untuk melakukan dapat berisiko menyebabkan kebakaran yaitu
penelitian tentang analisis penerapan alat seperti kain sarung, tumpukan benang dan solar.
pemadam api ringan (APAR) di PT. X Ruang Softcones Softcone merupakan
Pekalongan. tempat penyimpanan benang sebelum benang
Tujuan penelitian ini adalah Menganalisis tersebut kering. Sumber panas yang ada yaitu
penerapan alat pemadam api ringan (APAR) di lampu dan kipas angin, dan bahan mudah
PT. X Pekalongan, mendeskripsikan identifikasi terbakar ditempat tersebut yaitu benang, kardus
titik api, karakteristik subjek Penelitian, dan kotak berbahan plastik untuk tempat benang.
pemasangan, Mengeksplorasikan persepsi Ruang Celup Salah satu proses kerja dalam
pemasangan, mendeskripsikan pemeliharaan, pencelupan benang untuk pewarnaan yang
mengeksplorasikan persepsi pemeliharaan, sumber panasnya terdapat pada mesin pencelup
mendeskripsikan identifikasi persyaratan umum, dan lampu. Bahan bakar mudah terbakar yang
mengeksplorasikan persepsi identifikasi ada yaitu benang, kardus dan kotak plastik
persyaratan umum, mendeskripsikan inspeksi, tempat benang serta tabung gas.
Mengeksplorasikan persepsi inspeksi alat Gudang warna merupakan gudang atau
pemadam api ringan (APAR) di PT. X tempat penyimpanan benang setelah benang
Pekalongan. dilakukan pewarnaan atau dicelup. Sumber panas
disini yaitu lampu, kipas angin, mesin komputer
MATERI DAN METODE dan api rokok, untuk bahan mudah terbakar ada
Jenis penelitian ini adalah penelitian benang, kotak plastik tempat benang dan kardus-
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. kardus.
Penelitian dengan pendekatan deskriptif

302
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 5, Mei 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Ruang Persiapan Persiapan merupakan APAR.” yang berjumlah 44 APAR. Tingkat


proses penyempurnaan benang sebelum benang ketidaksesuaian yang ada di area pabrik PT. X
masuk ke ruang tenun. Sumber panas yang ada di Pekalongan juga berkisar 0-100%. Point paling
sini seperti mesin pesiapan untuk rendah ada pada “Manufaktur atau pemasok
penyempurnaan benang, lampu serta kipas angin. harus menyerahkan kepada Pemilik atau wakil
Bahan bakar mudah terbakar yaitu benang, kayu, pemilik manual instruksi APAR yang merinci
kotak plastik tempat benang dan kardus-kardus. instruksi singkat dan peringatan yang perlu untuk
Ruang Tenun Di bagian tenun di sini instalasi, pengoperasian, inspeksi dan
merupakan proses pertama bahan benang pemeliharaan APAR” dan point tertinggi terdapat
menjadi sarung. Sumber panas yang ada di sini pada “Setiap APAR harus mempunyai kartu atau
yaitu lampu, mesin tenun dan kipas angin. Bahan label yang dilekatkan dengan kokoh yang
mudah terbakar yang ada yaitu seperti benang menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya
dan kain sarung yang sudah jadi. pemeliharaan dan memberikan identifikasi
Ruang Finishing Penyempurnaan sarung petugas yang melakukan pemeliharaan”.Setiap
atau meluruskan sarung yaitu di bagian finishing, satu kelompok alat pemadam api ringan harus
di bagian ini sering terjadi kebakaran. Sumber ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat
panas yang ada di bagian ini yaitu mesin dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta
finishing yang bertegangan besar dan bertekanan dilengkapi dengan pemberian tanda
panas yang tinggi. Selain mesin ada juga lampu pemasangan.4 Hasil observasi 14 APAR tidak
dan kipas angin. Bahan bakar sendiri ada kain sesuai dengan standar karena APAR masih
sarung dan serat-serat benang kecil dari proses banyak yang tidak ditempatkan di tempat yang
finishing yang sering mengakibatkan kebakaran menyolok dan APAR masih terhalangi serta
dan juga bensin solar serta tabung gas. susah dijangaku dan 5 responden mengatakan
Ruang Inspecting Inspecting merupakan APAR belum sesuai dengan standar, masih
bagian dari proses produksi yang sebagian besar banyak APAR yang hanya diletakan di lantai.
pekerjanya meninspeksi atau meneliti kembali Kesimpulan dari analisis data diatas, bahwa
sarung, apakah ada yang cacat, rusak atau sobek. perusahaan belum sesuai standar dalam
Sumber panas yang ada disini yaitu lampu dan penempatan posisi APAR, dimana penempatan
kipas angin untuk bahan mudah terbakar di sini APAR seharusnya mengacu pada standar
ada tumpukan kain sarung kayu pada meja peraturan pemerintah yang menjelaskan bahwa
inspecting, kotak plastik dan kardus-kardus. APAR harus mudah dijangkau, menyolok mata
Tingkat kesesuaian hasil observasi tentang dan tidak terhalangi untuk mempermudah
inspeksi alat pemadam api ringan PT. X penanganan saat kebakaran terjadi.
Pekalongan berkisar antara 0-100%. Tanda letak APAR juga sangat penting
Ketidaksesuaian paling rendah ada pada point untuk kepentingan penanggulangan kebakaran,
“Setiap APAR harus mempunyai kartu atau label karena dengan adanya tanda letak APAR maka
yang dilekatkan dengan kokoh yang pekerja akan lebih mudah mengetahui letak
menunjukkan bulan dan tahun dilakukannya APAR. Diketahui bahwa perusahaan belum
pemeliharaan dan memberikan identifikasi sesuai dengan standar peraturan yang berlaku,
petugas yang melakukan pemeliharaan”. Tingkat sebab masih banyak APAR yang tidak
kesesuaian tertinggi terdapat pada point dilengkapi dengan tanda letak APAR. Semua
“Manufaktur atau pemasok harus menyerahkan responden mengatakan bahwa tanda letak APAR
kepada Pemilik atau wakil pemilik manual masih sangat kurang, jika ada tanda letak APAR
instruksi APAR yang merinci instruksi singkat itu pun masih sangat sedikit dan tanda sudah
dan peringatan yang perlu untuk instalasi, pudar susah juga dibaca karena bahan untuk
pengoperasian, inspeksi dan pemeliharaan pembuatan tanda letak APAR menggunakan cat

303
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 5, Mei 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dan itu belum ada pembaharuan atau pembuatan kondisi baik maka risiko terjadinya kebakaran
ulang untuk tanda letak APAR. yang lebih besar dapat ditanggulangi dengan
APAR yang berat kotor tidak melebihi 18 cepat. Observasi yang diperoleh peneliti yaitu
kg harus dipasng sehingga ujung atas APAR masih banyak APAR dengan kondisi yang
tinginya tidak lebih dari 1,5 meter di atas lantai. memprihatinkan, banyak APAR yang rusak,
APAR dengan berat lebih dari 18 kg (kecuali penyok dan rusak. APAR yang kosong dan rusak
jenis yang dilengkapi roda) harus dipasang tidak seharusnya tidak lagi berada di area pabrik
lebih dari 1 meter di atas lantai. Dalam hal karena berisiko besar terjadinya kebakaran saat
apapun pada perletakan APAR harus ada jarak kebakaran terjadi. Maka dari itu, berdasarkan
antara APAR dengan lantai tidak kurang dari 10 analisis diatas bahwa perusahaan masih belum
cm. perusahaan masih memiliki 25 APAR memenuhi standar dengan masih banyaknya
dengan tinggi yang tidak sesuai dengan standar APAR di area pabrik yang kosong dan rusak.
yang berlaku, karena masih banyak APAR yang Deskripsi Pemeliharaan Alat Pemadam Api
hanya diletakan dibawah tanpa keamaan khusus. Setiap alat pemadam api ringan harus
Banyak juga APAR dengan tinggi diatas standar diperiksa 2 kali dalam setahun, yaitu
yang sudah ditentukan pemerintah dan 6 pemeriksaan dalam 6 bulan dan pemeriksaan
responden mengatakan sudah ada yang sesuai dalam jangka 12 bulan. Cacat pada alat
standar seperti di bagian tenun tapi masih banyak perlengkapan pemadam api ringan yang ditemui
yang belum sesuai seperti di setiap kantor dan di waktu pemeriksaan, harus segera diperbaiki atau
bagian produksi lainnya. Hal ini dapat diketahui alat tersebut segera diperbaiki atau alat tersebut
bahwa perusahaan belum sesuai standar segera diganti dengan yang tidak cacat. Petunjuk
dikarenakan masih banyak APAR yang dipasang cara-cara pemakaian alat pemadam api ringan
lebih dari tinggi yang ditentukan peraturan dan harus dapat dibaca dengan jelas.28 Frekuensi
masih banyak juga APAR yang diletakan di pemeriksaan APAR sangat penting untuk
bawah. pemeliharaan APAR. dimana frekuensi
Antara alat pemadam api satu dengan yang pemeriksaan sesuai dengan standar, maka akan
lainnya atau kelompok satu dengan yang lainnya diketahui kondisi APAR di lapangan apakah
tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan masih dalam kondisi baik atau tidak. Responden
lain oleh pegawai pengawas atau ahli mengatakan untuk pemeriksaan APAR dilakukan
keselamatan kerja.5 4 responden menyatakan satpam dan staf K3 perusahaan dan ada yang
tidak sesuai standar, terdapat APAR yang jarak mengatakan frekuensi pemeriksaan dilakukan 6
antar APAR lebih dari 15 meter sehingga sangat bulanan dan 12 bulanan, pada area pabrik masih
mempersulit pekerja apabila kebakaran terjadi di banyak ditemukan APAR yang cacat, rusak dan
bagian produksi di area pabrik yang belum sesuai kosong, hal ini menyatakan bahwa perusahaan
standar dan 4 responden lainnya mengatakan belum melakukan pemeriksaan rutin untuk
sudah ada yang standar tapi masih ada yang APAR yang ada di area pabrik. Dapat dikatakan
belum standar. Didapatkan dari observasi 26 bahwa perusahaan belum memenuhi standar
APAR tidak sesuai dengan standar dikarenakan peraturan pemerintah tentang pemeriksaan
masih banyak APAR dengan jarak lebih dari 15 APAR.
meter, jadi dapat diartikan bahwa perusahaan Pemeliharaan APAR cacat juga sangat
belum sesuai dengan peraturan yang berlaku penting untuk mengetahui kondisi APAR, sangat
dikarenakan masih banyak jarak APAR yang disayangkan jika APAR cacat masih terpasang
melebihi jarak standar yang ditentukan. atau ditempatkan didalam ruang pabrik. Cacat
Kondisi APAR merupakan hal yang sangat pada alat perlengkapan pemadam api ringan yang
berpengaruh terhadap kelayakan APAR saat ditemuai waktu pemeriksaan, harus segera
ataupun akan digunakan, bilamana APAR dalam diperbaiki atau alat tersebut segera diganti

304
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 5, Mei 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dengan yang tidak cacat.5 Karena jika kebakaran untuk diisi kembali dan untuk arsip pemeriksaan
terjadi maka akan sangat berisiko jika APAR APAR sebagian besar dari responden
tidak dapat digunakan. Sebagian besar responden mengatakan tidak tahu mengenai arsip. Analisis
mengatakan untuk APAR cacat dimasukan ke dari hasil observasi dan wawancara tentang
bagian sparepart atau ke bengkel dan setelah itu pemeliharaan alat pemadam api ringan
akan di kembalikan ke supplyer APAR, tapi menyatakan bahwa di perusahaan belum sesuai
menurut observasi masih banyak ditemukan dengan peraturan yang ditentukan pemerintah.
APAR yang kondisinya rusak dan berkarat. Deskripsi Identifikasi Persyaratan Umum
Ditemukan kejanggalan dari hasil wawancara Alat Pemadam Api Ringan
dan observasi yang didapatkan oleh peneliti, Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga
hasil wawancara tidak sesuai dengan kondisi Kerja dan Transmigrasi No: PER.04/MEN/1980
APAR dilapangan yang jumpai peneliti. menjelaskan bahwa petunjuk cara-cara
Sehingga didapatkan hasil analisa penemuan pemakaian alat pemadam api ringan harus dapat
tersebut, bahwa perusahaan belum sesuai dengan dibaca dengan jelas.5 Petunjuk cara pemakaian
standar sebab di area pabrik masih banyak APAR sangat penting adanya, jika hanya sedikit pekerja
cacat yang kurang pemeliharaannya. di area pabrik yang tahu tentang pemakaian
Pemeriksaan APAR 6 bulanan perusahaan APAR maka petunjuk pemakaian sangat berguna
sebagian besar responden menyatakan tidak tahu nantinya bilamana terjadi kebakaran.
mengenai pemeriksaan 6 bulanan APAR. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa
Pemeriksaan jangka 6 bulan meliputi hal-hal sebagian besar responden mengatakan masih
yaitu berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau kurang untuk petunjuk pemakaian APAR dan
tidaknya tekanan dalam tabung, rusak atau menurut observasi tidak ada petunjuk pemakaian
tidaknya segi pengaman cartridge atau tabung APAR yang dibuat sendiri oleh perusahaan.
bertekanan dan mekanik penembus segel serta Maka dari itu, dapat diketahui bahwa
bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat perusahaan belum memenuhi standar sebab
termasuk hendel dan label harus selalu dalam masih banyak APAR yang tidak ada petunjuk
keadaan baik.5 Perolehan dari hasil penelitian pemakaian APAR dan perusahaan masih
dapat diketahui bahwa perusahaan belum cukup memanfaatkan petunjuk pemakaian APAR dari
memenuhi standar sebab banyak responden yang petunjuk pemakaian yang ada ditabung APAR.
mengatakan tidak tahu tentang adanya Klasifikasi Alat Pemadam Api Ringan
pemeriksaan 6 bulanan APAR dan masih banyak merupakan satu hal yang perlu dipahami dengan
dijumpai APAR di area pabrik yang rusak, cacat baik. Alat pemadam kebakaran portabel
dan kosong. diklasifikasikan untuk menunjukkan kemampuan
Ketika melakukan pengisian , maka alat pemadam api dalam menangani kelas
rekomendasi dari pabrikan harus diikuti. Jumlah kebakaran tertentu dengan ukuran besar kecilnya
resapan agen harus diverifikasi oleh berat . Berat kebakaran. Label yang tertera pada alat pemadam
kotor yang diisi harus sama dengan berat kotor api menunjukkan kelas dan kemampuan alat
yang ditandai pada label . Bagi alat pemadam pemadam api dalam memadamkam kebakaran. 5
kebakaran yang tidak memiliki berat kotor Klasifikasi kebakaran dapat digolongkan yaitu
ditandai pada label, label permanen yang kebakaran bahan padat kecuali logam (Golongan
menunjukkan berat kotor harus ditempelkan ke A), Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah
silinder.(6) Pengisian APAR yang di perusahaan terbakar (Golongan B), kebakaran instalasi listrik
dilakukan oleh supplyer APAR, menurut bertegangan (Golongan C) dan Kebakaran logam
jawaban semua responden bahwa sebagian (Golongan D). Perusahaan menggunakan APAR
responden besar mengatakan jika APAR kosong untuk klasifikasi kebakaran golongan A, B, C, ini
maka APAR akan dikembalikan ke supplyer

305
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 5, Mei 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

diambil berdasarkan bakan bakar dan sumber APAR harus di inspeksi secara manual atau di
panas yang ada di perusahaan. monitor secara elektronik, pada interval waktu
Area pabrik merupakan tempat yang sangat yang lebih jika keadaan membutuhkan. Petugas
rawan untuk tenjadinya kerusakan maupun yang melakukan inspeksi harus menyimpan arsip
tecabutnya APAR, masih banyak pekerja yang dari semua APAR yang diperiksa, termasuk
tidak tahu pentingnya APAR yang berada di area tindakan korektif yang dilakukan. Sekurang-
pabrik. APAR yang dipasang pada kondisi kurangnya sebulan sekali pemeriksaan dilakukan
pemasangan yang rentan tercabut harus dan tanggal, nama petugas yang melakukan
dilengkapi dengan sabuk pengikat yang pemerikaan harus tercatat. Arsip harus dipelihara
dirancang secara khusus dan APAR yang melalui etiket atau label yang ditempelkan pada
dipasang pada kondisi rentan tehadap kerusakan APAR, lewat daftar simak inspeksi yang
fisik harus diproteksi dengan benar. 4 Keamanan dipelihara pada arsip atau lewat media elektronik
khusus untuk APAR yang rentan tercabut atau yang menjamin arsip tersimpan permanen.29
rusak belum terlalu diperhatikan oleh Inspeksi APAR merupakan hal yang penting
perusahaan, responden mengatakan bahwa untuk menjaga kondisi APAR bila mana sangat
keamanan untuk APAR itu sangat kurang bahkan dibutuhkan. APAR harus selalu dalam kondisi
tidak ada. Sering kali kepala bagian mengetahui baik pada saat kapan saja akan dibutuhkan
APAR berpindah tempat kebagian lain dan tidak ataupun tidak dibutuhkan. Empat responden
tahu siapa yang mengambil atau memindahkan mengatakan tidak tahu mengenai inspeksi APAR
APAR tersebut, dapat diketahui bahwa yang dilakukan perusahaan. Masih banyaknya
keamanan khusus di perusahaan belum APAR dengan kondisi yang tidak layak dan
diterapkan dan perusahaan belum sesuai dengan perusahaan tidak melakukan inspeksi APAR,
standar karena masih belum adanya keamanan dapat dikatakan perusahaan belum sesuai dengan
khusus untuk APAR yang rentan tercabut. standar yang ditentukan pemerintah.
Pemilihan APAR sangat penting guna Arsip inspeksi APAR merupakan salah satu
mencegah terjadinya kebakaran di perusahaan, hal yang penting dalam inspeksi APAR, dengan
salah memilih APAR juga sangat berisiko saat adanya arsip inspeksi APAR maka semua
terjadinya kebakaran. Jenis APAR dilihat dari pekerja dapat mengetahui kondisi APAR yang
media pemadamannya, APAR dapat dibagi atas berada di area pabrik. Hasil wawancara dengan 4
jenis seperti Jenis APAR air, busa, tepung, CO2 responden mengatakan tidak tahu dan 2
dan Halogen.29 PT. X Pekalongan merupakan responden mengatakan arsip ada pada satpam.
perusahaan yang bergerak di bidang tekstil yang Diperoleh dari hasil observasi bahwa semua
memproduksi sarung dari bahan benang dan APAR di perusahaan tidak memiliki arsip
dalam proses produksinya banyak menggunakan inspeksi APAR yang seharusnya dipasang
mesin-mesin besar yang menggunakan aliran didekat APAR ditempatkan. Analisis diatas dapat
tenaga listrik yang besar pula. Maka dari itu diartikan bahwa perusahaan belum memenuhi
perusahaan memilih untuk menggunakan APAR standar peraturan.
dengan jenis APAR powder dan gas untuk
mencegah kerusakan mesin dan korsleting listrik KESIMPULAN
saat terjadinya pemadaman kebakaran dengan Berdasarkan hasil wawancara terhadap
APAR. Perusahaan sudah memilih APAR sesuai informan dari PT. X Pekalongan dan observasi
dengan peraturan yang berlaku. terhadap penerapan alat pemadam api ringan di
Deskripsi Inspeksi Alat Pemadam Api Ringan PT. X Pekalongan, dapat ditarik kesimpulan
APAR harus di inspeksi sejak awal sebagai berikut:
ditempatkan dan difungsikan dan selanjutnya 1. Sumber panas yang ada di perusahaan yaitu
pada setiap interval waktu kira-kira 30 hari. seperti lampu, komputer, kipas angin, mesin

306
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 5, Mei 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

produksi dan rokok yang menyala. 2. Perusahaan sebaiknya memasang tanda


Sedangkan untuk bahan bakar yang dapat letak APAR untuk semua APAR yang ada
menyebabkan kebakaran sendiri yaitu di perusahaan.
seperti kertas, plastik, meja kayu, kain 3. Tinggi APAR di perusahaan seharusnya
sarung, benang, kardus, kotak plastik, solar, tidak kurang dari 10 cm dan tidak lebih dari
tabung gas dan bensin. 1,5 meter.
2. Pemasangan alat pemadam api ringan di PT. 4. Jarak APAR sebaiknya tidak lebih dari 15
X Pekalongan belum sesuai dengan standar meter.
yang ada di Indonesia. Posisi APAR 5. Sebaiknya perusahaan mengganti atau
diletakkan di lantai, di tempat yang tidak memperbaiki APAR yang rusak dan mengisi
mencolok dan masih terhalangi benda lain. ulang APAR kosong yang ada di area
Tanda letak APAR masih kurang dan pabrik.
kondisi APAR di perusahaan masih banyak 6. Pemeriksaan APAR seharusnya dilakukan
yang rusak dan berkarat. Jarak antar APAR perusahaan secara rutin, 6 bulan dan 12
masih lebih dari 15 meter dan tinggi APAR bulan.
banyak yang lebih 1,5 meter dan kurang dari 7. Perusahaan seharusnya memberi petunjuk
10 cm. cara pemakaian APAR pada semua APAR
3. Pemeliharaan alat pemadam api ringan di yang ada di perusahaan.
PT. X Pekalongan belum sesuai dengan 8. APAR di area pabrik yang rentan tercabut
standar yang ada di Indonesia, kecuali untuk sebaiknya dimasukan kedalam kotak yang
pengisian APAR dan arsip pemeriksaan terkunci.
APAR. Tidak diketahui berapa frekuensi 9. Perusahaan seharusnya melakukan Inspeksi
pemeriksaan APAR di perusahaan. APAR secara rutin sebulan sekali.
Pemeliharaan APAR cacat masih kurang, 10. Seharusnya perusahaan melengkapi APAR
karena masih banyak ditemukan APAR dengan arsip inspeksi APAR di semua
cacat di area pabrik. Pemeriksaan 6 bulanan APAR yang ada di perusahaan.
APAR tidak selalu dilaksanakan. 11. Mengadakan pelatihan tentang cara
4. Perusahaan menggunakan APAR untuk penggunana APAR atau pelatihan
klasifikasi kebakaran A,B,C sesuai dengan pencegahan kebakaran untuk seluruh
peraturan. Masih banyak APAR yang tidak pekerja atau karyawan.
ada petunjuk cara pemakaiannya dan
keamanan untuk APAR yang rentan tercabut DAFTAR PUSTAKA
di perusahaan belum ada. Perusahaan 1. Suma’mur. Higiene Perusahaan Dan
menggunakan APAR jenis powder dan gas KesehatanKerja (Hiperkes). Jakarta:
hal tersebut sudah sesuai standar. SagungSeto. 2009.
5. Inspeksi APAR belum dilakukan secara 2. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang
rutin dan arsip inspeksi tidak ada. Keselamatan Kerja.
Saran 3. Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Berdasarkan hasil penelitian yang terdiri 186/Men/1999 tentang Unit
dari wawancara kepada informan dan observasi Penanggulangan Kebakaran Di Tempat
di PT. X Pekalongan, dapat dianjurkan atau Kerja.
disarankan sebagai berikut : 4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
Penerapan APAR : 26/Prt/M/2008 tentang Persyaratan Teknis
1. Posisi APAR di area pabrik seharusnya Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
mencolok, tidak terhalangi benda lain dan Gedung dan Lingkungan.
mudah dijangkau.

307
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
Volume 2, Nomor 5, Mei 2014
Online di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan


Transmigrasi Nomor Per.04/Men/1980
tentang Syarat-syarat Pemasangan dan
Pemeliharan Alat Pemadam Api Ringan.
6. NFPA 10 Tahun 2002 tentang Standar Alat
Pemadam Api Portabel.
7. Sudaryatmo. Pengetahuan Pokok
Penanggulangan Kebakaran.Surakarta:
DPU. 1993.
8. Ramli, Soehatman. Petunjuk Praktis
Manajemen Kebakaran. Jakarta. 2010.
9. Radio Australia. Kebakaran pabrik di
Thailand, 12 tewas. 2012.
(http://www.radioaustralia.net.au/indonesian
/2012-05-07/kebakaran-pabrik-di-thailand-
12-tewas/938952, diakses 13 November
2013)
10. Herdiman, Fransiskus Saverius. Kebakaran
Pabrik Pakaian di Italia, 7 Pekerja China
Tewas. 2013.
(http://www.jurnas.com/news/115953/Keba
karan_Pabrik_Pakaian_di_Italia_7_Pekerja_
China_Tewas/1/Internasional/Eropa#sthash.
feE4VTnH.dpuf, diakses 3 Desember 2013)
11. Detik news. Kebakaran Pabrik Pengolahan
Unggas, Korban Tewas 112 Orang. 2013
(http://news.detik.com/read/2013/06/03/163
145/2263375/1513/kebakaran-pabrik-
pengolahan-unggas-korban-tewas-112-
orang, diakses 10 November 2013)
12. VOA. Kebakaran di Pabrik Garmen
Bangladesh, 10 Tewas. 2013
(http://www.voaindonesia.com/content/keba
karan-di-pabrik-garmen-bangladesh-10-
tewas/1765848.html, diakses 13 November
2013)

308

You might also like