You are on page 1of 7

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KARYAWAN TENTANG

KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI KEBAKARAN


DI PERUSAHAAN GARMEN
(Description of Employees Knowledge and Attitudes about Fire Preparedness in Garment Company)

Istiqhat Sah Nur Fatikhah1, Dody Setyawan2


(corresponding email : dody.psikfkundip@gmail.com)
1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Departemen Ilmu Keperawatan, Fakultas
Kedokteran, Universitas Diponegoro (email: isti.qhatsah.nur@gmail.com)
2
Staf Pengajar Divisi Keperawatan Dewasa, Departemen Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Diponegoro (email: dody.psikfkundip@gmail.com)

ABSTRACT

Fire is one of the most frequent disasters in Indonesia. Fire is usually caused by human negligence, either directly,
or indirectly. Then, it causes not a few losses. A clothing industry is included in medium fire hazard class 3. It means
it has fire potential which further can cause the fire to spread widely in a short time. Therefore, factory employees
must be prepared to deal with fire disasters. The purpose of this study was to determine the level of knowledge, and
employees’ attitudes about preparation against fire. This descriptive quantitative study used survey as its method.
The sample of this study consisted of 267 employees of garment company who were selected using the probability
proportionate random sampling technique. A research instrument being used was a questionnaire related to employee
attitude, and their knowledge of fire preparation which was modified from the previous research. The results of this
study indicate that the majority of employees (92.1%) have a good knowledge of fire disaster preparation. The
respondents also have a good attitude regarding fire preparation, which is as much as 52.4%. Companies are advised
to include all employees in a routine fire preparation training which can be held every 6 months in order to improve
employee attitudes.
Keywords : Knowledge, Attitudes, Fire Preparedness

ABSTRAK

Kebakaran merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia. Kebakaran sering disebabkan karena
kelalaian manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dan menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Industri
pakaian masuk kedalam klasifikasi kebakaran sedang 3 yang berarti memiliki potensi kebakaran dan api dapat
menyebar secara luas dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu karyawan pabrik harus siap siaga dalam menghadapi
bencana kebakaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap karyawan
tentang kesiapsiagaan mengahadapi kebakaran. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif survey kuantitatif. Sampel
penelitian ini terdiri dari 267 karyawan perusahaan garmen yang dipilih menggunakan teknik probability
proportionate random sampling. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan dan sikap
kesiapsiagaan kebakaran dari penelitian sebelumnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas
karyawan (92,1%) memiliki pengetahuan yang baik tentang kesiapsiagaan bencana kebakaran. Responden juga
memiliki sikap yang baik mengenai kesiapsiagaan menghadapi kebakaran, yaitu sebanyak 52,4%. Perusahaan
disarankan untuk mengikutsertakan seluruh karyawan dalam setiap pelatihan kesiapsiagaan kebakaran rutin setiap 6
bulan sekali untuk meningkatkan sikap karyawan.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Kesiapsiagaan Kebakaran

Pendahuluan Bencana ini dapat terjadi diberbagai tempat,


Kebakaran merupakan suatu kejadian yang termasuk di hutan, lahan, bangunan, maupun
tidak dapat diperkirakan dan diprediksi kapan pemukiman (Karimah, Kurniawan, & Suroto,
terjadinya, serta dapat menyebabkan 2016). Kebakaran dapat disebabkan oleh
kerugian materi maupun kerugian jiwa. manusia secara langsung dan dapat pula

21
disebabkan oleh alam secara tidak langsung kesiapsiagaan kebakaran dapat berupa
seperti letusan gunung api, petir dan pengadaan penyuluhan mengenai
kekeringan(Miranti & Mardiana, 2018). pencegahan dan penanggulangan kebakaran,
Angka kejadian kebakaran yang terjadi di melakukan pelatihan pemadaman kebakaran
Jawa Tengah cukup tinggi. Kota Semarang secara rutin, penyediaan alat proteksi
pada tahun 2018 tercatat ada 82 kasus kebakaran seperti Alat Pemadam Api Ringan
kebakaran dari awal bulan Januari 2018 (APAR). Pemasangan detektor kebakaran di
sampai dengan tanggal 24 Oktober 2018. seluruh ruang produksi juga perlu dilakukan
Tercatat 10 kali kebakaran tersebut terjadi di (Fitriana, Suroto, & Kurniawan, 2017).
pabrik, 7 kasus disebabkan oleh korsleting Faktor yang mempengaruhi tingkat
listrik dan sisanya dikarenakan ledakan alat kesiapsiagaan seorang karyawan pabrik yaitu
industri, percikan api dari proses pengelasan, masa kerja, tingkat pengetahuan, serta
serta pembakaran sampah yang berada di pelatihan kesiapsiagaan. Masa kerja seorang
sekitar pabrik(BPBD Kota Semarang, 2018). karyawan mempengaruhi tingkat
Bencana kebakaran yang terjadi di dalam kesiapsiagaan seorang karyawan. Karyawan
suatu perindustrian dapat merugikan yang bekerja lebih lama mempunyai tingkat
berbagai pihak. Pemilik pabrik dapat kesiapsiagaan lebih baik daripada karyawan
kehilangan tempat membangun usaha dan baru. Tingkat pengetahuan juga
kehilangan sumber penghasilan. Investor mempengaruhi upaya kesiapsiagaan
akan kehilangan investasi yang telah karyawan, tingkat kesiapsiagaan seseorang
diberikan kepada para pemilik industri dapat terbentuk dengan seberapa sering orang
tersebut. Pekerja akan kehilangan mata tersebut mendapatkan pengetahuan atau
pencaharian, bahkan dapat kehilangan nyawa informasi mengenai pencegahan dan
dikarenakan kebakaran ini. Masyarakat kesiapsiagaan. Pelatihan kesiapsiagaan yang
sekitar akan terkena dampak polusi udara, diadakan dalam suatu perusahaan juga
bahkan memungkinkan tempat tinggal mempengaruhi tingkat kesiapsiagaan ketika
mereka ikut terbakar (Azrini, Denny, & bencana kebakaran terjadi, karyawan yang
Widagdo, 2015). Kebakaran yang terjadi di mengikuti pelatihan memiliki kesiapsiagaan
beberapa pabrik Semarang pada tahun 2018 lebih baik daripada karyawan yang tidak
mengakibatkan 4 orang luka bakar, 1 orang mengikuti pelatihan.(Fitriana et al., 2017)
meninggal, dan kerugian materiil ditaksir Pelayanan kesehatan kerja umumnya
mencapai 5M lebih (BPBD Kota Semarang, dilakukan perawat kesehatan masyarakat.
2018). Adanya korban jiwa tersebut dapat Perawat tersebut bekerja dalam komunitas
diminimalisir apabila karyawan pabrik siap pekerja dan mengadakan pelayanan
siaga terhadap kemungkinan bencana kesehatan yang berhubungan dengan tempat
kebakaran yang dapat terjadi sewaktu-waktu. kerja dan berfokus pada keselamatan kerja.
Kesiapsiagaan menghadapi kebakaran harus Perawat menggunakan prinsip pencegahan
dipahami oleh setiap karyawan karena dan pengendalian efek yang merugikan di
keselamatan jiwa harus menjadi prioritas tempat kerja (Dzulfikar, Purwaningsih, &
(Alie Humaedi, Hakam, Seftiani, & Kartika Makfudli, 2015). Prinsip pencegahan yang
Propiona, 2016). Bahaya kebakaran yang dilakukan oleh perawat dapat berupa
terjadi di kawasan industri atau pabrik sangat penyuluhan dan pelatihan kesiapsiagaan
berbeda dengan bahaya kebakaran yang secara berkala.
terjadi di tempat umum atau pemukiman. Studi pendahuluan telah dilakukan di
Pabrik memiliki tingkat risiko kebakaran perusahaan garmen dan didapatkan hasil
yang tinggi, terutama pabrik yang mengelola bahwa perusahaan tersebut bergerak
bahan yang mudah terbakar(Ramli, 2010)/ dibidang industri pakaian jadi dan terdiri dari
Hal yang perlu dilakukan oleh pabrik terkait 800 orang karyawan. Hasil wawancara

22
dengan 5 karyawan pabrik, semuanya dampak yang diakibatkan oleh kebakaran
mengatakan bahwa di pabrik rutin diadakan tersebut.
simulasi bencana kebakaran setiap 6 bulan
sekali. Narasumber mengatakan bahwa Metode
simulasi diikuti oleh karyawan perusahaan Jenis penelitian yang digunakan adalah
garmen secara bergilir yang jumlah dan penelitian deskriptive survey. Pengambilan
namanya ditentukan oleh perusahaan. Setiap sampel dalam penelitian ini menggunakan
karyawan hanya diperkenankan mengikuti teknik probability proportionate random
simulasi satu kali, sehingga karyawan yang sampling kepada karyawan perusahaan
sudah pernah ikut simulasi tidak boleh garmen. Jumlah sampel dalam penelitian ini
mengikuti simulasi selanjutnya. Satu adalah 267 responden. Instrumen yang
karyawan mengatakan belum pernah digunakan adalah kuesioner pengetahuan dan
mendapatkan simulasi dikarenakan belum sikap kesiapsiagaan yang dibuat sendiri oleh
mendapatkan giliran. Lima karyawan peneliti dengan memodifikasi kuesioner dari
tersebut mengetahui pabrik memiliki APAR Kurnia tentang Hubungan antara
tetapi tidak tahu dengan pasti jumlah dan Pengetahuan, Ketersediaan SARFAS, dan
lokasi penyebarannya. Selain itu juga Peran Perusahaan terhadap Kesiapsiagaan
mengatakan pabrik ada petunjuk darurat Tanggap Darurat Bencana Kebakaran pada
kebakaran tetapi tidak tahu penyebaran Pekerja di PT Pura Barutama Unit Paper Mill
lokasinya. Sedangkan untuk jalur evakuasi 5/6/9 Kudus dan kuesioner dari Dewi tentang
semua karyawan sudah tahu. kesiapsiagaan masyarakat di Kecamatan
Berdasarkan informasi yang didapatkan, Ciracas Jakarta Timur dalam menghadapi
perusahaan garmen mengalami dua kali bencana kebakaran (Dewi, 2015). Kuesioner
kebakaran karena korsleting listrik, namun ini telah diuji content validity dan construct
api belum sempat membesar karena api dapat dengan nilai r hitung (0,319-0,747) > 0,312,
ditangani dengan baik oleh petugas serta nilai reliabilitas 0,623-0,662. Penelitian
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan ini menggunakan analisis univariat dengan
menurut penuturan salah salah satu perhitungan data dalam bentuk kategori yaitu
narasumber, saat kebakaran itu terjadi para jenis kelamin, usia, lama kerja, pendidikan
karyawan perusahaan garmen dapat terakhir, pengetahuan dan sikap karyawan
menyelamatkan diri dengan cara keluar dari tentang kesiapsiagaan menghadapi
gedung sesuai instruksi petugas K3 sehingga kebakaran yang disajikan dalam bentuk
pada saat kebakaran terjadi tidak distribusi frekuensi. Penelitian ini telah lolos
menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang uji etik keperawatan dengan nomor surat
berarti. Potensi penyebab kebakaran yang 575/IV/HREC/2019
utama adalah korsleting listrik, dan selama 2
tahun terahir terjadi sebanyak 2 kali dan Hasil Penelitian
menimbulkan asap yang terdeteksi oleh A. Karakteristik Responden
smoke detector dan ditangani oleh petugas Hasil penelitian menunjukkan bahwa
K3 sehingga tidak menimbulkan api yang karyawan pabrik berjenis kelamin
besar di perusahaan garmen. perempuan lebih banyak yaitu sebesar
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti 50,9%, dan sebanyak 49,4% berada pada
tertarik untuk meneliti pengetahuan dan sikap rentang usia 26-35 tahun atau dewasa awal.
karyawan tentang kesiapsiagan menghadapi Mayoritas karyawan perusahaan garmen
kebakaran. Hal ini diperlukan untuk sudah bekerja lebih dari 5 tahun dan memiliki
mengetahui kesiapsiagaan karyawan terkait tingkat pendidikan SMA yaitu sejumlah
kebakaran sehingga dapat meminimalkan 55,1%.

23
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Karakteristik Responden: Jenis Kelamin, Usia, Lama Bekerja di
Pabrik, dan Tingkat Pendidikan di Perusahaan Garmen Semarang, Mei 2019 (n= 267)
Kategori Responden Frekuensi Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 131 49,1
Perempuan 136 50,1
Usia
18-25 tahun 15 5,6
26-35 tahun 132 49,4
36-45 tahun 110 41,2
46-55 tahun 10 3,7
Lama bekerja di pabrik
< 5 tahun 14 5,2
2-5 tahun 62 23,2
>5 tahun 191 71,5
Tingkat Pendidikan
SD 2 0,7
SMP 98 36,7
SMA 147 55,1
D3 10 3,7
S1 10 3,7
Total 267 100

B. Pengetahuan Karyawan tentang Kesiapsiagaan Menghadapi Kebakaran di perusahaan garmen


Tabel 2
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Pengetahuan Karyawan tentang Kesiapsiagaan Kebakaran di
perusahaan garmen Semarang, Mei 2019 (n=267)
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Baik 246 92,1
Kurang Baik 21 7,9
Total 267 100

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar karyawan perusahaan garmen memiliki tingkat pengetahun yang
baik, yaitu sebesar 92,1%.
C. Sikap Karyawan tentang Kesiapsiagaan Menghadapi Kebakaran di perusahaan garmen
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sikap Karyawan tentang Kesiapsiagaan Kebakaran di perusahaan
garmen Semarang, Mei 2019 (n=267)
Kategori Frekuensi Persentase (%)
Baik 144 53,9
Kurang Baik 123 46,1
Total 267 100

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa A. Pengetahuan Karyawan tentang


karyawan perusahaan garmen memiliki Kesiapsiagaan Menghadapi Kebakaran di
sikap yang baik lebih banyak yaitu sebesar perusahaan garmen
53,9%. Penelitian ini menunjukkan bahwa karyawan
perusahaan garmen Semarang mempunyai
Pembahasan pengetahuan yang baik terkait kesiapsiagaan
menghadapi kebakaran. Pengetahuan baik

24
merupakan sebuah tingkatan dimana kebakaran yang hasilnya pengetahuan
seseorang mampu mengetahui, memahami, masyarakat dalam kotegori kurang
mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan (46,6%)(Dewi, 2015). Hal ini dikarenakan
mengevaluasi .(Arikunto, 2002) Sebelumnya sebagian besar masyarakat Kecamatan
terdapat penelitian serupa namun berbeda Ciracas, Jakarta Timur belum pernah
responden terkait gambaran tingkat mendapatkan penyuluhan terkait bencana
pengetahuan bencana pada mahasiswa, yang kebakaran(Dewi, 2015).
hasilnya tingkat pengetahuan tentang Penelitian lain yang dilakukan oleh Wahyuni
kesiapan bencana dalam kategori baik dan menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan
bervariasi pada setiap responden(Pangesti, responden terkait kesiapsiagaan bencana di
2012). Menurut penelitian tersebut variasi SMAN 1 Pariaman Sumatera Barat dan
tingkat pengetahuan responden dipengaruhi SMAN Depok Jawa Barat masih dalam
oleh tingkatan domain kognitif yang berbeda kategori kurang(Wahyuni, 2011). Hal ini
antar individu sehingga pemahaman terhadap dikarenakan, baik di SMAN Depok maupun
konsep bencana berbeda-beda. SMAN 1 pariaman tidak kurikulum
Tingkat pengetahuan karyawan dipengaruhi menganai tanggap darurat bencana.
oleh berbagai faktor antara lain informasi Walaupun demikian tingkat pengetahuan
(baik dari pendidikan formal maupun non mengenai kesiapsiagaan bencana siswa
formal) serta banyaknya informasi yang SMAN 1 Pariaman lebih baik daripada
diterima oleh karyawan tersebut(Riyanto & SMAN Depok karena di wilayah Sumatera
Budiman, 2018). Perusahaan telah Barat sering terjadi bencana.(Wahyuni,
mengadakan penyuluhan serta simulasi 2011)
mengenai kesiapsiagaan menghadapi B. Sikap Karyawan tentang
kebakaran, hal ini memungkinkan menjadi Kesiapsiagaan Menghadapi Kebakaran di
faktor penunjang baiknya pengetahuan perusahaan garmen
responden. Hal ini sejalan dengan penelitian Penelitian ini menunjukkan bahwa karyawan
yang mengatakan bahwa ada pengaruh perusahaan garmen Semarang mempunyai
pemberian penyuluhan terhadap tingkat sikap yang baik tentang kesiapsiagaan
pengetahuan kesiapsiagaan bencana(Djafar, menghadapi kebakaran. Berdasarkan
Mantu, & Patellongi, 2015). Pengetahuan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
kesiapsiagaan pada penelitian ini terdiri dari bahwa sebesar 53,9% karyawan yang
3 aspek yaitu pengetahuan karyawan tentang menjadi responden dalam penelitian ini
kebakaran di pabrik, sarana penunjang memiliki sikap yang baik tentang
manajemen kebakaran dan upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana
kesiapsiagaan menghadapi kebakaran. kebakaran. Penelitian ini mendapatkan hasil
Tingkat pengetahuan yang baik pada bahwa pengetahuan responden dalam
karyawan perusahaan juga didukung oleh kategori baik, hal ini memungkinkan menjadi
tepatnya jawaban responden pada setiap penyebab sikap kesiapsiagaan responden
aspek pernyataan yang ada dikuesioner. dalam menghadapi bencana kebakaran
Dalam penelitian ini masih ada karyawan masuk dalam kategori baik. Hal ini sejalan
yang memiliki pengetahuan kurang baik dengan penelitian yang menyebutkan bahwa
walaupun sedikit. Hal ini mungkin kesiapsiagaan aviation security dalam
dikarenakan beberapa karyawan belum kategori baik.(Fitriyana, Ekawati, &
pernah mengikuti penyuluhan. Sesuai dengan Kurniawan, 2016). Berdasarkan hasil uji
penelitian responden yang berbeda dan rank spearman yang dilakukan pada
dilakukan di Kota Jakarta Timur terkait penelitian tersebut diperoleh p-value sebesar
gambaran tingkat pengetahuan masyarakat 0,02 (≤0,05) yang dapat disimpulkan bahwa
tentang kesiapsiagaan menghadapi bencana terdapat hubungan antara pengetahuan

25
mengenai kebakaran dengan kesiapsiagaan karyawan dalam menghadapi kebakaran
bahaya kebakatan.(Fitriyana et al., 2016) perusahaan diharapkan dapat memberikan
Sikap sebagian karyawan dalam penelitian penyuluhan maupun pelatihan kebakaran
ini masih ada yang kurang baik. Hal ini secara rutin dan diikuti oleh semua karyawan
kemungkinan dikarenakan tingkat kesadaran perusahaan garmen tersebut.
karyawan mengenai kesiapsiagaan
kebakaran masih kurang, dan karyawan
belum mempunyai pengalaman menghadapi Ucapan Terima Kasih
bencana kebakaran secara langsung. Sesuai Terima kasih peneliti sampaikan kepada
dengan penelitian yang mengatakan bahwa dosen pembimbing dan penguji yang telah
sikap kesiapsiagaan responden dikarenakan memberikan bimbingan selama penyusunan
responden menganggap kebakaran adalah hal skripsi ini. Terima kasih kepada perusahaan
yang dapat diatasi dengan mudah, serta garmen yang telah memberikan ijin
mayoritas responden belum pernah penelitian, karyawan perusahaan garmen
mengalami kebakaran secara yang telah bersedia menjadi subjek penelitian
langsung(Patuju, 2018). ini, serta semua pihak yang membantu proses
Hal lain yang memungkinkan menjadi penelitian ini dari awal hingga akhir
penyebab rendahnya sikap karyawan terkait
kesiapsiagaan kebakaran adalah masih Daftar Pustaka
terdapat beberapa karyawan yang memiliki Alie Humaedi, M., Hakam, S., Seftiani, S., &
tingkat pengetahuan rendah terkait Kartika Propiona, J. (2016). Entografi
kesiapsiagaan menghadapi kebakaran. Hal Bencana : Menakar Peran para Pemimpin
ini sejalan dengan penelitian yang Lokal dalam Pengurangan Resiko Bencana
menyatakan bahwa penyebab rendahnya (M. Alie Humaedi, ed.). Yogyakarta: LKiS
sikap responden dalam menghadapi Yogyakarta.
kebakaran adalah pengetahuan responden Arikunto, S. (2002). Prosedur penelitian
mengenai kesiapsiagaan menghadapi suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka
kebakaran masih sangat rendah(Ayu & Cipta.
Romadhoni, 2016). Ayu, F., & Romadhoni, M. N. (2016).
Hubungan Tingkat Pengetahuan Santri
dengan Tindakan Kesiapsiagaan dalam
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat Penanggulangan Bencana Kebakaran di
disimpulkan bahwa Sebagian besar karyawan Pondok Pesantren Al-Fitrah Kedinding, Kota
perusahaan garmen mempunyai pengetahuan Surabaya. In Kesehatan Masyarakat.
yang baik mengenai kesiapsiagaan Surabaya.
menghadapi bencana kebakaran, baik dalam Azrini, M., Denny, H. M., & Widagdo, L.
aspek pengetahuan tentang kebakaran secara (2015). Studi Tentang Perilaku Operator
umum, pengetahuan tentang sarana dan Dalam Kesiapsiagaan Penanggulangan
prasarana yang mendukung dalam Bahaya Kebakaran Di PT . X Suralaya.
kesiapsiagan kebakaran, serta pengetahuan Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
mengenai upaya kesiapsiagaan menghdapi 3(April), 524–534.
kebakaran. Karyawan yang memiliki sikap Badan Penanggulangan Bencana Daerah
dalam kategori baik jumlahnya lebih banyak (BPBD) Kota Semarang. (2018b). Data
namun tidak ada perbandingan jumlah yang Bencana Alam di Kota Semarang Tahun
signifikan. Dapat diartikan karyawan yang 2018
memiliki sikap dalam kategori kurang baik Dewi, S. A. K. (2015). Gambaran Tingkat
masih cukup banyak. Guna meningkatkan Pengetahuan Masyarakat tentang
kesadaran pengetahuan maupun sikap Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana
Kebakaran di Kecamatan Ciracas , Jakarta

26
Timur UNIVERSITAS INDONESIA Patuju, A. (2018). Hubungan Sikap terhadap
Gambaran Tingkat Pengetahuan Resiko Bencana Kebakaran dengan
Masyarakat tentang Kesiapsiagaan Kesiapsiagaan Menghadapi Kebakaran di
Menghadapi Bencana Kebakaran di Pemukiman Kelurahan Air Putih Kecamatan
Kecamatan C. Universitas Indonesia. Samarinda Ulu. Kalimantan Timur.
Djafar, M. I., Mantu, F. N., & Patellongi, I. J. Ramli, S. (2010). Petunjuk Praktis
(2015). Pengaruh Penyuluhan tentang Manajemen Kebakaran (Fire Management)
Kesiapsiagaan Bencana Banjir Terhadap (1st ed.; H. Djajaningrat, Ed.). Jakarta: PT.
Pengetahuan dan Siap Kepala Keluarga di Dian Rakyat.
Desa Romang Tangaya Kelurahan Riyanto, & Budiman. (2018). Pengetahuan
Tamangapa Kecamatan Manggala Kota dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan.
Makasar. Jakarta: Salemba Medika.
Dzulfikar, M., Purwaningsih, & Makfudli. Wahyuni, E. (2011). Tingkat pengetahuan
(2015). Analisis beberapa faktor yang siswa tentang kesiapsiagaan bencana di
berhubungan dengan peran perawat dalam SMAN 1 Pariaman Sumatera Barat dan
penanganan kecelakaan kerja di beberapa SMAN2 Depok Jawa Barat Tahun 2011.
perusahaan di Kabupaten Gresik. 31–38. Depok.
Fitriana, L., Suroto, & Kurniawan, B. (2017).
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Upaya Kesiapsiagaan Karyawan Bagian
Produksi dalam Menghadapi Bahaya
Kebakaran di PT Sandang Asia Maju Abadi.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
5(3), 295–307.
Fitriyana, I., Ekawati, & Kurniawan, B.
(2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kesiapsiagaan Tanggap Darurat pada
Aviation Security Terhadap Bahaya
Kebakaran di Terminal Bandara X. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Vol. 4(No. 3), 416–
424. Retrieved from http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Karimah, M., Kurniawan, B., & Suroto.
(2016). Analisis Upaya Penanggulangan
Kebakaran di Gedung Bougenville Rumah
Sakit Telogorejo Semarang. JURNAL
KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal),
4(4), 698–706.
Miranti, R. S., & Mardiana. (2018).
Penerapan Sistem Proteksi Aktif dan Sarana
Penyelamatan Jiwa sebagai Upaya
Pencegahan Kebakaran. Journal of Public
Healts, 2(1), 23–32.
Pangesti, A. (2012). Gambaran tingkat
pengetahuan dan aplikasi kesiapsiagaan
bencana pada mahasiswa Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia tahun
2012.

27

You might also like