You are on page 1of 12

Puput Dwi Cahya Ambar Wati, Ilham Akhsanu Ridlo.

Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education 47
Vol. 8 No. 1 (2020) 47-58 doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.47-58

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Masyarakat di Kelurahan


Rangkah Kota Surabaya

Hygienic and Healthy Lifestyle in the Urban Village of Rangkah


Surabaya

Puput Dwi Cahya Ambar Wati1, Ilham Akhsanu Ridlo2


1
Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
2
Perhimpunan Sarjana dan Profesional Kesehatan Masyarakat Indonesia
Email: puput.dwi.cahya-2016@fkm.unair.ac.id

ABSTRACT
Background: The Surabaya City Health Office report showed, the coverage of hygienic
and healthy lifestyle in 2016 was 75.07%. In Rangkah Village, a total of 2,770 (11.84%) out
of 23,390 families were monitored, and as many as 1,552 of them (56.03%) had applied
hygienic and healthy lifestyle. Objective: This study identified the relationship between
knowledge and attitude with the implementation of clean and healthy lifestyle in
Rangkah Village. Method: This study deployed quantitative research with a cross-
sectional design. As many as 249 people became the sample selected by using the cluster
random sampling. The independent variables were knowledge of and attitudes towards
hygienic and healthy lifestyle, while the dependent variable was hygiene and healthy
lifestyle. The data were then processed with SPSS to identify whether there is a
relationship among the variables observed. Results: Knowledge variable obtained P value
of 0.014<α (0.05), meaning there is a relationship of knowledge with hygienic and healthy
lifestyle. While attitude variable had P value of 0.082>α (0.05), suggesting that there is
no relationship of attitudes with hygienic and healthy lifestyle. Conclusion: One of the
factors which greatly influences hygienic and healthy lifestyle in the familiesis
knowledge.

Keywords: Knowledge, Attitude, PHBS, Behavior

ABSTRAK
Latar Belakang: Hasil Laporan Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyebutkan, cakupan
rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tahun 2016 sebesar 75,07%.
Capaian rumah tangga yang telah ber-PHBS di Kelurahan Rangkah sebanyak 23.390
rumah dari 2.770 yang dipantau (11,84%), sebanyak 1.552 rumah (56,03%) sudah ber -
PHBS. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya hubungan
pengetahuan, sikap, serta penerapan PHBS di masyarakat. Metode: Penelitian ini
termasuk penelitian kuantitatif yang menggunakan desain potong lintang. Sampel
sebanyak 249 orang dipilih dengan menggunakan metode cluster random sampling.
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu pengetahuan dan sikap tentang PHBS,
sedangkan variabel terikat yaitu perilaku hidup bersih dan sehat. Data kemudian
diolah menggunakan SPSS untuk melihat apakah terdapat hubungan antara variabel
yang diteliti. Hasil: Hasil penelitian pada variabel pengetahuan didapatkan nilai p
0,014<α (0,05), artinya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap PHBS.
Sedangkan untuk variabel sikap nilai p (0,082)>α (0,05) artinya tidak terdapat hubungan
antara sikap terhadap PHBS. Kesimpulan: Salah satu faktor yang memiliki peran penting
dalam perilaku hidup bersih dan sehat adalah pengetahuan keluarga.

Kata Kunci: Pengetahuan, Perilaku, PHBS, Sikap

©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 23-10-2018, Accepted: 31-12-2018, Published Online: 31-03-2020
48 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 Maret 2020 : 47–58 , doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.47-58

PENDAHULUAN dalam menerapkan PHBS di masyarakat.


Faktor tersebut merupakan dasar
Pola penerapan hidup bersih dan seseorang dalam berperilaku maupun
sehat merupakan bentuk dari perilaku menjadi motivasi bagi seseorang akibat
berdasarkan kesadaran sebagai wujud dari dari kebiasaan yang dilakukan, tradisi
pembelajaran agar individu bisa menolong pada lingkungannya, serta kepercayaan
diri sendiri baik pada masalah kesehatan yang dianut, dan tingkat pendidikan juga
ataupun ikut serta dalam mewujudkan sosial ekonominya.
masyarakat yang sehat di lingkungannya. Kedua adalah faktor pemungkin
Program penerapan Perilaku Hidup Bersih (enabling factor) yang merupakan pemicu
dan Sehat (PHBS) merupakan bentuk dari adanya suatu perilaku yang
upaya untuk memberikan pelajaran memungkinkan suatu tindakan agar
berupa pengalaman pada tiap individu, terlaksana. Faktor ini meliputi
anggota keluarga, sekumpulan, maupun tersedianya alat atau fasilitas kesehatan
pada masyarakat umum. Pelajaran dapat bagi rumah tangga, misalnya air bersih,
melalui media komunikasi, pemberian rumah sehat yang bertambah jumlahnya,
berita, serta adanya pendidikan agar tempat untuk pembuangan sampah,
terjadinya peningkatan pada tersedianya jamban pada tiap rumah.
pengetahuan, perubahan sikap, dan Ketiga yaitu faktor penguat
perilaku melalui metode pendekatan dari (reinforcing factor), dimana faktor ini
pimpinan, membina suasana, dan juga merupakan perwujudan yang dimunculkan
melakukan gerakan memampukan diri dalam bentuk sikap seseorang atau
pada kelompok masyarakat. Kondisi ini petugas, perilaku petugas kesehatan,
sebagai salah satu wujud pencerminan maupun tokoh agama dan tokoh
yang berguna untuk membantu masyarakat. Pihak-pihak tersebut
masyarakat dalam mengenali dan dijadikan tokoh panutan bagi masyarakat
mengetahui serta mengatasi masalah yang dalam melakukan suatu tindakan pada
terjadi pada individu dalam tatanan lingkungan masyarakat. Contohnya, ada
rumah tangga. Tujuannya tidak lain seorang kader kesehatan yang sedang
adalah agar terbentuknya masyarakat memberikan penyuluhan atau informasi
yang menerapkan cara kebiasaan hidup mengenai PHBS pada masyarakat sekitar.
yang sehat pada kesehariannya yang Tindakan ini biasanya akan menjadi
merupakan upaya dalam meningkatkan sebuah penguat atau pendorong bagi
derajat kesehatannya pada tatanan rumah masyarakat untuk melakukan kebiasaan
tangga atau lingkungan masyarakat pola hidup sehat (Green, 1980).
(Kemenkes RI, 2011). Penerapan dari perilaku di
Hingga saat ini perilaku hidup tingkat rumah tangga merupakan bentuk
sehat menjadi satu perhatian khusus pemberdayaan semua anggota keluarga
terutama bagi pemerintah. Hal ini karena agar mereka mengetahui, mau, dan
PHBS dijadikan sebagai tolak ukur dalam dapat menerapkan PHBS pada kehidupan
pencapaian untuk meningkatkan cakupan sehari-hari. Anggota keluarga juga
kesehatan pada program Sustainable diharapkan ikut berperan aktif didalam
Development Goals (SDGs) tahun 2015- gerakan kesehatan pada lingkungan
2030. PHBS dalam SDGs merupakan salah masyarakat. Salah satu upaya yang
satu bentuk upaya pencegahan yang dilakukan yaitu melalui kegiatan
menimbulkan dampak jangka pendek di promosi kesehatan yang terintegrasi.
dalam peningkatan kesehatan pada tiga Upaya tersebut bertujuan agar PHBS
tempat antara lain, pada lingkup anggota dapat tercapai dan nantinya diharapkan
keluarga, masyarakat umum, serta masyarakat akan lebih paham mengenai
sekolah (Kemenkes RI, 2015). masalah kesehatan yang terjadi pada
Terdapat tiga faktor yang masing- individu dan di lingkungan masyarakat
masing faktor mempunyai pengaruh (Kemenkes RI, 2011).
tersendiri terhadap perilaku hidup bersih Ada sepuluh indikator PHBS yang
dan sehat. Ketiga faktor tersebut yaitu harus dicapai dalam rumah tangga
faktor pemudah, faktor pemungkin, dan (Kemenkes RI, 2011). Sepuluh indikator
faktor penguat (Green, 1980). tersebut yakni:
Faktor pemudah (predisposing 1. Kelahiran yang dibantu oleh bidan
factor) faktor ini mencakup aspek tingkat 2. Pemberian ASI eksklusif pada anak
pengetahuan individu serta sikapnya hingga usia 2 tahun
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 23-10-2018, Accepted: 31-12-2018, Published Online: 31-03-2020
Puput Dwi Cahya Ambar Wati, Ilham Akhsanu Ridlo. Perilaku Hidup Bersih… 49

3. Melakukan penimbangan rutin menunjukkan bahwa untuk rumah


setiap kali ada posyandu tangga yang melakukan PHBS dalam
4. Penggunaan air bersih untuk kesehariannya mengalami penurunan
memasak dan mencuci baju yaitu sebesar 75,07% dari 210,302 rumah
5. Selalu membiasakan mencuci kedua yang di pantau hanya 157,878 rumah
tangan menggunakan sabun dan air yang sudah ber-PHBS.
mengalir sebelum dan sesudah Jumlah rumah yang tercatat ada
makan sebanyak 658.575 rumah. Rumah yang
6. Mempunyai dan menggunakan dibina sebesar 25,96% sedangkan untuk
jamban sehat pada tiap rumah rumah yang memenuhi syarat (Rumah
tangga Sehat) sebesar 85,21%. Apabila
7. Melakukan pemberantasan jentik dibandingkan dengan cakupan tahun
dalam waktu seminggu sekali sebelumnya, untuk tahun 2016 mengalami
8. Mengkonsumsi sayuran dan buah- kenaikan 1,3%. Peningkatan cakupan ini
buahan sehat secara seimbang menunjukkan bahwa kepedulian dan
9. Olahraga atau jalan-jalan setiap kesadaran masyarakat akan rumah sehat
hari sudah tinggi. Oleh karena itu perlu
10. Tidak menghisap asap rokok di dilakukan peningkatan melalui program
sekitar tempat tinggal atau rumah. edukasi pada masyarakat dimulai dari
Pencanangan Program Pembinaan anggota keluarga atau tiap rumah
PHBS sebenarnya sudah lama dilakukan tangga. Tindakan ini dilakukan karena
oleh pemerintah, namun nyatanya pada dasarnya rumah tangga yang sehat
keberhasilan dari program tersebut masih merupakan suatu pondasi awal dalam
jauh dari target. Persentase angka upaya membangun masyarakat di waktu
penerapan PHBS pada tatanan rumah yang akan datang. Kondisi ini perlu di
tangga mengalami peningkatan dari 50,1% jaga, di tingkatkan, serta perlu
tahun 2010 naik menjadi 53,9% tahun dilindungi kesehatannya (Dinkes
2011, tahun 2012 56,5%, kemudian turun Surabaya, 2017).
menjadi 55% tahun 2013. Ini berarti Hasil laporan cakupan rumah
anggota keluarga yang sudah menerapkan tangga yang melakukan pola hidup
PHBS masih sangat rendah. Dikarenakan bersih dan sehat di Kelurahan Rangkah
menurut capaian tahun 2013 adalah 2016 menunjukkan bahwa dari jumlah
sebesar 65%, sedangkan target untuk total 23.390 rumah yang ada. Sebanyak
tahun 2014 70% (Kemenkes RI, 2008). Bisa 2.770 rumah yang dipantau 11,84%,
dikatakan untuk capaian PHBS tahun 2013 hasilnya jumlah rumah yang ber-PHBS
ini masih tergolong rendah. Kementerian sebanyak 1.552 atau 56,03%. Angka ini
Kesehatan pada 2011 juga menyebutkan berada di bawah cakupan Kota Surabaya
bahwa capaian tersebut masih dibawah tahun 2016 yakni 75,07%. Kondisi ini
indikator pencapaian yang dicanangkan berarti masyarakat yang tinggal di
oleh kebijakan Rencana Strategis pada Kelurahan Rangkah Kota Surabaya
tahun 2010-2014. Capaian target rumah sebagian besar belum ber-PHBS.
yang sudah melakukan perilaku hidup Penyebabnya dapat dikarenakan
bersih dan sehat didalam kehidupan pengetahuan masyarakat akan
sehari-harinya untuk tahun 2014 adalah pentingnya hidup bersih dan sehat yang
sebesar 70% (Kemenkes RI, 2011). masih rendah. Rendahnya tingkat
Hasil survei PHBS yang dilakukan pengetahuan ini akan berdampak pada
oleh Puskesmas se-Kota Surabaya pada perilaku masyarakat dalam kehidupan
tahun 2015 menunjukkan jumlah rumah sehari-hari. Seperti hal nya kebiasaan
tangga yang dipantau sebesar 25,45% masyarakat yang hingga saat ini masih
dari 878,413 rumah tangga yang ada. belum bisa diubah antara lain,
Dari hasil survei tersebut, dapat dilihat kurangnya aktivitas fisik karena
untuk rumah tangga yang telah keterbatasan waktu, kebiasaan merokok
menerapkan pola hidup sehat sebesar di dalam rumah bagi laki-laki, dan juga
71,90% dari 223,584 rumah yang di penggunaan jamban sehat. Kebiasaan
pantau ada 160,758 rumah yang sudah tersebut hingga saat ini masih menjadi
ber-PHBS. Selanjutny, tahun 2016 untuk masalah kesehatan yang belum bisa
jumlah rumah tangga yang dipantau diselesaikan. Sejumlah anggota rumah
yaitu sebesar 23,14% dari 908,813 rumah tangga ada yang mempunyai perasaan
tangga yang ada. Hasil survei tersebut khawatir akan terkena penyakit, baik
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 23-10-2018, Accepted: 31-12-2018, Published Online: 31-03-2020
50 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 Maret 2020 : 47–58 , doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.47-58

penyakit menular maupun tidak Penelitian ini dilakukan pada bulan


menular. Oleh karena itu, untuk Januari 2018. Populasi dalam penelitian
mencegah penyakit tersebut perlu ini adalah seluruh KK pada RW VIII
dilakukan pemberdayaan diantara Rangkah, yakni sebanyak 617 KK.
anggota keluarga terlebih dahulu baru Penentuan sampel atau responden dalam
ke masyarakat dalam pelaksanaan penelitian ini dengan metode cluster
penerapan pola hidup sehat dalam random sampling dan didapatkan sebesar
kehidupan sehari-hari (Dinkes Surabaya, 249 sampel.
2017). Instrumen yang digunakan dalam
Dari data yang telah dipaparkan pengambilan data pada penelitian ini
tersebut dapat ditarik kesimpulan yaitu angket tanya jawab untuk
bahwa, terdapat peningkatan jumlah mengetahui bagaimana karakteristik
rumah tangga yang dipantau pada setiap responden dan untuk mengetahui tingkat
tahunnya. Tetapi terjadinya pengetahuan, sikap, serta PHBS dalam
peningkatan jumlah rumah tangga yang keluarga. Pengetahuan serta tindakan
dipantau tidak diiringi dengan diukur dengan menggunakan skala
peningkatan PHBS pada masyarakat atau guttman, sedangkan untuk sikap diukur
rumah tangga yang disurvei. dengan menggunakan skala likert.
Kelurahan Rangkah merupakan Variabel pengetahuan dan tindakan
Kelurahan yang terletak di wilayah dikatakan baik jika memperoleh skor 76%-
Kecamatan Tambaksari Kota Surabaya. 100%, cukup jika memperoleh nilai 56%-
Kelurahan Rangkah mempunyai penduduk 75%, dan kurang memperoleh nilai 40%-
dengan total Kepala Keluarga (KK) ada 55%. Variabel sikap dikatakan positif jika
6.545 KK, dengan jumlah penduduk jawaban >20 dan negatif ≤20.
sebanyak 19.518 jiwa yang terdiri atas Dari hasil pengolahan data yang
penduduk laki-laki dan perempuan. diperoleh dikelompokkan berdasarkan
Masalah kesehatan di Kelurahan Rangkah variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan
yaitu kesulitan dalam membangun jamban dan sikap, serta variabel terikat yaitu
sehat yang layak karena masalah tindakan hidup bersih dan sehat. Data
kepemilikan lahan. Selain itu, kemudian dianalisis untuk melihat apakah
kepemilikan septic tank juga menjadi terdapat hubungan antara tingkat
masalah yang perlu ditangani, karena pendidikan dengan PHBS, serta sikap
hampir setengah dari jumlah responden dengan PHBS pada masyarakat. Kemudian
yang diwawancarai menyatakan bahwa dari data yang didapatkan, dilakukan
mereka belum memiliki septic tank. pengolahan data dengan menggunakan
Kondisi ini disebabkan karena kebanyakan bantuan aplikasi SPSS. Data yang telah
dari responden menempati rumah sewa, diolah kemudian disajikan dalam bentuk
sebagian lagi merupakan penduduk tabel distribusi frekuensi dan persentase.
pendatang yang disini tinggal dengan cara
menyewa rumah. Sehingga mereka tidak HASIL DAN PEMBAHASAN
mempunyai jamban sendiri yang tersedia
adalah jamban umum dimana lokasinya Tabel 1 menunjukkan bahwa
dekat dengan aliran sungai, sehingga sebagian besar responden berjenis
membuat masyarakat lebih suka kelamin perempuan yaitu berjumlah 230
mengalirkan tinja ke sungai daripada orang (92,4%). Responden perempuan
membangun septic tank. dalam penelitian ini menunjukkan
Tujuan penelitian ini adalah persentase yang lebih besar dalam
untuk melihat apakah terdapat melakukan PHBS dibandingkan laki-laki.
keterkaitan dari pengetahuan, sikap, Kondisi ini disebabkan karena adanya
PHBS sebagai upaya untuk meningkatkan perbedaan perkembangan biologis
PHBS pada masyarakat khususnya maupun psikologi pada orang laki-laki
Kelurahan Rangkah Kota Surabaya. dengan perempuan (Notoatmodjo, 2007).
Jenis kelamin adalah faktor predisposing
METODE atau faktor pemudah seseorang untuk
berperilaku (Notoatmodjo, 2012). Pada
Penelitian ini merupakan umumnya kaum perempuan lebih rajin
penelitian kuantitatif dimana dalam dalam menjaga kebersihan dibandingkan
penelitiannya menggunakan rancang dengan kaum laki-laki. Di dalam budaya
study potong lintang (cross sectional). timur pada kehidupan sehari-hari,
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 23-10-2018, Accepted: 31-12-2018, Published Online: 31-03-2020
Puput Dwi Cahya Ambar Wati, Ilham Akhsanu Ridlo. Perilaku Hidup Bersih… 51

biasanya kaum perempuan diwajibkan kognitifnya, mereka mempunyai


untuk menjaga kebersihan dirinya dan kebiasaan berpikir secara rasional. Mereka
lingkungan. Sebagai contoh yaitu kaum biasanya cukup aktif dalam kegiatan
perempuan biasanya sudah dibiasakan diluar rumah, serta jarang mengalami
untuk menyapu dengan tujuan menjaga penyakit yang serius (Wantiyah, 2004).
kebersihan lingkungan atau menjaga Hasil penelitian yang dilakukan di
kebersihan diri dengan gosok gigi hingga Yogyakarta mengatakan ada hubungan
rajin memotong kuku guna menjaga antara umur dan perilaku, yaitu semakin
penampilan. muda umur seseorang maka semakin baik
perilakunya (Wantiyah, 2004).
Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian Tingkat pendidikan responden
berdasarkan Jenis Kelamin, terbanyak adalah SMA, yaitu sebanyak 98
Umur, Pendidikan, Pekerjaan responden (39,4%). Pendidikan merupakan
Karakteristik n % suatu usaha pengorganisasian yang
Jenis Kelamin dilakukan oleh masyarakat sebagai upaya
Laki-laki 19 7,6 dalam meningkatkan derajat kesehatan.
Perempuan 230 92,4 Tingkat pendidikan bisa berpengaruh pada
Umur (Tahun) PHBS dalam rumah tangga atau keluarga.
20-30 36 14,5 Tingkat pendidikan yang kurang
31-40 44 17,7
menyebabkan rendahnya kesadaran
41-50 70 28,1
51-60 62 24,9 seseorang akan pentingnya kebersihan
61-70 27 10,8 lingkungan. Apabila seseorang mempunyai
71-80 10 4,0 pendidikan formal yang baik, maka
Pendidikan kesadaran dalam menjaga kesehatan
Tidak sekolah 20 8,0 lingkungan termasuk pemahamannya
SD 75 30,1 mengenai penerapan prinsip-prinsip PHBS
SMP 35 14,1 juga semakin baik. Pendidikan merupakan
SMA 98 39,4 serangkaian proses dalam membentuk
Perguruan Tinggi 21 8,4 perilaku pada individu (Mubarak, 2007).
Pekerjaan
Tingginya pendidikan yang dimiliki oleh
Tidak bekerja 20 8,0
Ibu Rumah Tangga 21 8,4
seseorang dapat mempermudah individu
Swasta 34 13,7 tersebut dalam menerima informasi
Wiraswasta 98 39,4 terutama mengenai kesehatan.
PNS 73 29,3 Sebaliknya, dengan tingkat pendidikan
Lainnya 3 1,2 yang rendah, akan menjadikan seseorang
Total 249 100 mengalami hambatan dalam menerima
informasi baik seputar kesehatan ataupun
Golongan umur terbanyak yaitu lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan di
pada kelompok umur 41-50 (28,1%). Umur Surakarta, yang menjelaskan terdapat
yang semakin tua maka semakin banyak pengaruh antara pendidikan terhadap
pula pengalaman yang dimiliki, sehingga PHBS. Dengan tingginya tingkat
pengetahuannya makin bertambah. pendidikan yang dimiliki, akan mudah
Banyaknya pengetahuan tersebut dapat untuk orang itu menerima konsep hidup
membuat seseorang akan lebih siap dalam yang sehat secara mandiri, kreatif, dan
menghadapi sesuatu (Notoatmodjo, 2003). berkesinambungan (Kusumawati, Astuti
Dengan bertambahnya usia seseorang, and Ambarwati, 2008).
biasanya diiringi juga dengan perubahan Mayoritas responden bekerja
perilaku. Dengan umur yang semakin sebagai wiraswasta (39,4%). Pekerjaan
bertambah, seseorang biasanya akan sulit merupakan sesuatu kegiatan untuk
untuk menerima sebuah informasi. menciptakan barang atau jasa dengan
Terkadang mereka menjadi kurang aktif, tujuan untuk memperoleh pendapatan
mudah terkena penyakit, dan cenderung dalam kurun waktu tertentu (Mantra,
tidak peduli terhadap perilaku hidup 2007). Dalam dunia pekerjaan, biasanya
bersih dan sehat. seseorang dapat bertukar berita
Penerimaan informasi pada mengenai masalah kesehatan ataupun
individu yang berusia muda akan lebih lainnya. Penerapan perilaku hidup bersih
mudah untuk dicerna dibandingkan pada dan sehat di dalam rumah tangga, tidak
usia tua. Individu pada umur dewasa dilihat melalui aspek fisik dan mental
muda jika dilihat dari perkembangan saja, melainkan juga dari produktivitas.
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 23-10-2018, Accepted: 31-12-2018, Published Online: 31-03-2020
52 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 Maret 2020 : 47–58 , doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.47-58

Kondisi ini berarti individu tersebut tentang PHBS. Faktor pengetahuan


memiliki pekerjaan atau memiliki merupakan faktor predisposing terhadap
pemasukan secara finansial, sehingga terbentuknya suatu perilaku yang menjadi
diharapkan dapat menjadi pendorong dasar atau kebiasaan, kepercayaan, serta
bagi keluarga dalam melakukan PHBS. tingkat sosial ekonomi. Keterbatasan
Sesuai dengan penelitian, bahwa pengetahuan dapat menurunkan motivasi
pekerjaan berpengaruh terhadap PHBS seseorang untuk berperilaku hidup bersih
dalam keluarga atau rumah tangga. dan sehat (Green, 1980).
Seseorang yang memiliki status sosial Hasil distribusi frekuensi variabel
ekonomi tinggi, biasanya semakin baik sikap responden dikategorikan menjadi
pula penerapan PHBS dalam keluarganya positif dan negatif. Tabel 2 menunjukkan
(Kusumawati, Astuti and Ambarwati, bahwa sebagian besar responden pada
2008). Sebaliknya, seseorang yang penelitian ini mempunyai sikap positif
memiliki status ekonomi rendah, maka terhadap PHBS yaitu berjumlah 210 orang
semakin buruk juga perilaku hidup (84,3%). Selain dilihat dari sisi
sehatnya. pengetahuan responden, sikap sendiri
juga merupakan domain terpenting dalam
Tabel 2. Karakteristik Subyek Penelitian membentuk suatu perilaku pada
berdasarkan Pengetahuan, seseorang. Sikap adalah suatu hal yang
Sikap, Tindakan, dan Penerapan memiliki kecenderungan dalam
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat memberikan respon, baik respon positif
Karakteristik Frekuensi % maupun negatif terhadap orang, objek
Pengetahuan ataupun pada situasi tertentu. Sikap
Baik 227 91,2 dengan perilaku tidaklah sama dan
Cukup 20 8 perilaku sendiri juga tidaklah selalu
Kurang 2 0,8 menunjukkan sikap seseorang. Seseorang
Sikap
seringkali bisa menunjukkan perubahan
Positif 210 84,3
pada tindakan yang berlawanan dengan
Negatif 39 15,7
Tindakan
sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah
Baik 170 68,3 ketika mereka mendapatkan tambahan
Cukup 66 26,5 informasi mengenai suatu objek tertentu
Kurang 13 5,2 (Notoatmodjo, 2010).
Penerapan Distribusi frekuensi variabel
Ber-PHBS 59 23,7 tindakan responden digolongkan menjadi
Tidak Ber-PHBS 190 76,3 baik, cukup, dan kurang. Tabel 2
Total 249 100 menunjukkan bahwa tindakan responden
dalam kategori baik yaitu berjumlah 170
Pengetahuan responden orang (68,3%). Sikap merupakan
dikategorikan dalam kategori baik, cukup, kecenderungan seseorang untuk
dan kurang. Tabel 2 menunjukkan hasil melakukan tindakan. Pada hakikatnya,
bahwa pengetahuan responden mengenai sikap belum tentu dapat terwujud dalam
PHBS berkategori baik sebanyak 227 tindakan, karena terbentuknya suatu
responden 91,2%. Pengetahuan tindakan disebabkan oleh tersedianya
merupakan suatu unsur dalam membentuk fasilitas atau sarana dan prasarana.
perilaku diri seseorang. Pada dasarnya, Tindakan sendiri terbagi atas empat
perilaku individu ditentukan oleh tingkatan, yaitu persepsi, respon
pengetahuan individu itu sendiri. terpimpin, mekanisme, dan adopsi.
Pengetahuan baik biasanya didapat Persepsi (perception) adalah saat dimana
melalui tempat pendidikan baik formal seseorang mulai mengetahui dan
ataupun non formal. Adanya media menentukan objek yang sehubungan
informasi yang semakin maju saat ini juga dengan tindakan yang akan dilakukan.
memberikan andil dalam menambah Respon terpimpin (guided response) yaitu
tingkat pengetahuan seseorang. suatu tindakan yang dilakukan
Pengetahuan mengenai hidup sehat juga berdasarkan pada yang telah dicontohkan
bisa berasal dari faktor eksternal seperti dengan urutan yang benar. Mekanisme
kebiasaan orangtua, keluarga, teman, adalah ketika seseorang bisa melakukan
masyarakat, dan juga guru. Pengetahuan sesuatu secara benar dan juga optimis,
sendiri merupakan gambaran sejauh mana atau sudah menjadi suatu kebiasaan.
masyarakat mengetahui dan memahami Adopsi merupakan wujud penerapan atau
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 23-10-2018, Accepted: 31-12-2018, Published Online: 31-03-2020
Puput Dwi Cahya Ambar Wati, Ilham Akhsanu Ridlo. Perilaku Hidup Bersih… 53

tindakan yang sudah berkembang secara istilah healthy behavior, dimana


baik, yang berarti perwujudan dari didalamnya meliputi perilaku (overt dan
tindakan ini telah dimodifikasi serta tidak convert behavior) sebagai bentuk perilaku
mengurangi unsur kebenaran dari mengatasi penyakit serta penyebabnya,
tindakan itu (Notoatmodjo, 2010). juga perilaku dalam mengupayakan
Distribusi frekuensi pada variabel peningkatan kesehatan (perilaku
penerapan responden dikategorikan promotif) (Notoatmodjo, 2007).
menjadi 2 kategori yaitu, berperilaku
hidup bersih dan sehat dan tidak ber- Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku
PHBS. Tabel 2 menunjukkan hasil bahwa Hidup Bersih dan Sehat
penerapan responden yang berperilaku
hidup bersih dan sehat yaitu sebanyak 59 Pengetahuan yang dimiliki oleh
responden (23,7%). PHBS merupakan seseorang biasanya cenderung akan
perwujudan dari individu terhadap mempengaruhi adanya perubahan perilaku
stimulus atau objek yang berhubungan didalam diri individu. Perubahan dalam
dengan suatu penyakit menuju sakit. individu yang dimaksudkan disini yaitu
Penerapan dari perwujudan perilaku perubahan yang sejalan dengan unsur
dalam hal mempertahankan serta kesehatan yang disebabkan oleh beberapa
memelihara kesehatan diri supaya tidak faktor. Faktor tersebut antara lain
mengalami sakit dibagi menjadi 2. pendidikan yang ditempuh, pengalaman
Pertama, yakni penerapan yang dilakukan pribadi, tradisi, serta adat kebiasaan. Ini
pada seseorang yang memiliki kondisi berarti bahwa semakin tinggi tingkat
tubuh sehat supaya tetap terjaga pengetahuan yang dimiliki seseorang
kesehatannya dan akan terus bertahan. maka semakin banyak orang akan
Perilaku ini sering disebut juga dengan melakukan PHBS (Notoatmojo, 2012).

Tabel 3. Hubungan Antara Pengetahuan Terhadap Penerapan Hidup Bersih dan Sehat di
Rangkah Surabaya
Tindakan PHBS
Pengetahuan Ya Tidak Total P value
n % n % n %
Baik 55 24,2 172 75,8 227 100
Cukup 2 10 18 90 20 100 0,014
Kurang 2 100 0 0 2 100
Total 59 23,7 190 76,3 249 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari responden yang belum menerapkan PHBS


total 249 responden sebanyak 59 23,7% di rumah sebanyak 190 responden
responden sudah melakukan PHBS. Jika (76,3%). Hasil ini bukan disebabkan
dilihat lebih spesifik, responden dengan karena rendahnya PHBS oleh masyarakat,
pengetahuan baik serta sudah melakukan tetapi untuk penilaian indikator PHBS
PHBS berjumlah 55 orang (24,2%) dan apabila salah satu indikator dari PHBS
yang tidak melakukan PHBS sebanyak 172 tidak dilakukan maka dikatakan orang
responden (75,8%). Responden yang atau responden tersebut belum
memiliki pengetahuan cukup dan melakukan perilaku PHBS.
menerapkan PHBS berjumlah 2 orang Berdasarkan hasil yang didapatkan
(10%) dan tidak menerapkan PHBS maka, perlu dilakukan adanya kerjasama
sebanyak 18 responden (90%). P value antara Dinas Kesehatan Kota Surabaya
yaitu 0,014<α (0,05), maka HO ditolak, dengan Puskesmas Rangkah dalam rangka
yang artinya terdapat pengaruh antara meningkatkan penyuluhan mengenai
pengetahuan dengan PHBS pada perilaku hidup bersih dan sehat kepada
masyarakat Kelurahan Rangkah Kota masyarakat secara menyeluruh. Tindakan
Surabaya. Hasil ini menyebutkan bahwa ini perlu dilakukan karena, masih ada
sebagian besar responden memiliki responden yang belum paham mengenai
pengetahuan baik dan memahami program PHBS terutama pada komponen
mengenai perilaku hidup bersih dan sehat. di dalamnya. Petugas Puskesmas
Sehingga besar harapannya penerapan diharapkan meningkatkan pengenalan
PHBS dirumah semakin baik dan PHBS dan memberikan motivasi kepada
meningkat. masyarakat dalam merubah perilaku PHBS
Walaupun demikian, masih banyak yang lebih baik lagi. Yang paling utama
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 23-10-2018, Accepted: 31-12-2018, Published Online: 31-03-2020
54 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 Maret 2020 : 47–58 , doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.47-58

yaitu kebiasaan merokok di dalam rumah adalah merupakan suatu tingkat


yang biasanya dilakukan oleh kaum laki- pengetahuan yang paling rendah. Hal ini
laki, serta membangun jamban sehat pada dapat disimpulkan bahwa kegiatan atau
tiap rumah. tindakan dalam upaya mengingat kembali
Hasil penelitian, yang dilakukan di suatu kejadian yang telah dialami atau
Kabupaten Pati menyebutkan, terdapat dilakukan sebelumnya (Notoatmodjo,
hubungan pengetahuan dengan penerapan 2012).
PHBS membuang sampah di tempatnya Pengetahuan merupakan
(Raharjo, 2014). Penelitian di Sumatera kumpulan dari beberapa penemuan teori
Barat juga menunjukkan hasil serupa, dan kenyataan yang memungkinkan
dimana terdapat hubungan antara seorang individu untuk dapat memahami
pengetahuan dengan perilaku masyarakat suatu peristiwa atau kejadian serta dapat
dalam membuang sampah (Yulida, 2016). digunakan dalam upaya menyelesaikan
Penelitian lain pada 2013 yang masalah yang sedang terjadi atau
melibatkan lansia sebagai responden menimpa dirinya. Pengetahuan biasanya
mengemukakan bahwa terdapat pengaruh berasal dari pengalaman pribadi secara
tingkat pengetahuan dengan PHBS pada langsung maupun berasal dari
lansia (Kustantya, 2013). Hasil serupa pengalaman orang lain. Pengetahuan bisa
juga ditunjukkan oleh penelitian yang ditingkatan lewat kegiatan promosi
dilakukan di Tapanuli Utara. Penelitian kesehatan baik sendiri ataupun dalam
tersebut menemukan bahwa terdapat kelompok. Kegiatan peningkatan
hubungan antara pengetahuan siswa pengetahuan terutama mengenai bidang
dengan tindakan PHBS di sekolah kesehatan bertujuan untuk mencapai
(Tanjung, 2016). perubahan perilaku pada diri sendiri,
Faktor yang menentukan perilaku keluarga, dan masyarakat dalam kegiatan
kesehatan pada individu salah satunya untuk meningkatkan derajat kesehatan
yaitu tingkat pengetahuan. Pengetahuan yang optimal (Notoatmodjo, 2010).
sendiri merupakan dasar seseorang dalam Pengetahuan ada hubungannya
mengimplementasikan tindakan, sehingga dengan PHBS. Pengetahuan pada dasarnya
tiap orang yang akan mempraktikkan merupakan pedoman dalam membentuk
tindakan biasanya diawali dari suatu tindakan seseorang (overt behavior)
kemampuan mengetahui, selanjutnya (Maulana, 2009). Hasil penelitian yang
memiliki ide untuk melakukan suatu dilakukan di Kota Manado menunjukkan,
tindakan berdasarkan pengetahuannya tindakan yang dilandasi oleh unsur
yang telah dimilikinya (Notoatmodjo, pengetahuan akan lebih awet atau kekal
2012). dibandingkan dengan tindakan yang tidak
Pada hakikatnya, pengetahuan dilandasi oleh pengetahuan (Saibaka,
merupakan perwujudan dari unsur tahu. 2016). Dari hasil yang didapatkan bahwa
Ini biasanya terjadi ketika individu telah pengetahuan masyarakat sebagian besar
melakukan pengamatan pada suatu obyek mengenai PHBS berada didalam kategori
tertentu. Pengamatan tersebut terjadi yang baik.
lewat panca indera manusia yaitu indera Pengetahuan, sikap, dan tindakan
pengelihatan, pendengaran, penciuman, atau perilaku merupakan hal yang
perasa, serta peraba, dengan sendirinya. memiliki keterkaitan antara satu dengan
Ketika seseorang sedang melihat hasil lainnya dan saling berpengaruh satu sama
pengetahuan tersebut, akan berpengaruh lain. Tingkat pengetahuan dapat
terhadap intensitas perhatian ataupun berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
persepsi kepada suatu objek tertentu. seseorang (Achmadi, 2013).
Biasanya tindakan yang dilakukan
berdasarkan pada pengetahuan akan Hubungan Sikap dengan Perilaku Hidup
menghasilkan sesuatu yang bertahan lebih Bersih dan Sehat
lama jika disandingkan dengan tindakan
tanpa adanya atau tanpa didasari oleh Sikap umumnya merupakan
pengetahuan. Jadi, pengetahuan output dari reaksi yang masih tertutup
merupakan hal utama yang paling pada diri individu terhadap suatu
dibutuhkan agar semua masyarakat stimulus. Sikap merupakan bentuk
mampu dan bisa lebih mudah dalam perwujudan sebuah tindakan terhadap
mengubah perilakunya ke depannya agar yang tidak terlihat, dan masih berbentuk
lebih baik lagi. Istilah mengetahui sendiri sebuah persepsi dan kesiapan seseorang
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 23-10-2018, Accepted: 31-12-2018, Published Online: 31-03-2020
Puput Dwi Cahya Ambar Wati, Ilham Akhsanu Ridlo. Perilaku Hidup Bersih… 55

dalam melakukan reaksi kepada stimulus amat tidak suka, dan sebagainnya. Pada
yang ada di sekelilingnya. Sikap sendiri dasarnya, sikap tidak selalu sama dengan
bisa dinilai secara langsung maupun tidak tindakan. Tindakan pun juga tidak selalu
langsung. Penilaian sikap merupakan menggambarkan perwujudan sikap pada
bentuk dari opini perwujudan dari seseorang. Sikap memiliki unsur utama
responden mengenai objek tertentu meliputi sebuah kepercayaan, gagasan
(Notoatmodjo, 2012). pada konsep suatu objek, kehidupan
Secara umum, sikap bisa emosional, dan kecenderungan dalam
dirumuskan sebagai suatu kecenderungan melakukan sesuatu (Notoatmodjo, 2010).
seseorang ketika merespon, baik Hasil distribusi frekuensi variabel
merespon yang positif maupun negatif sikap pada Tabel 2 responden
terhadap objek tertentu. Sikap memiliki dikategorikan menjadi positif dan negatif.
arti bentuk penggambaran emosional pada Tabel 2 diperoleh hasil bahwa mayoritas
diri seseorang antara perasaan bahagia, responden mempunyai sikap positif
tidak suka, sedih, dan sebagainya. terhadap PHBS, yaitu berjumlah 210 orang
Meskipun memiliki sikap positif dan (84,3%) dan responden yang memiliki
negatif, sikap juga mempunyai perbedaan sikap negatif berjumlah 39 orang (15,7%).
tingkatan antara perasaan tidak suka,

Tabel 4. Hubungan Antara Sikap dengan Penerapan Hidup Bersih dan Sehat di Rangkah
Surabaya
Tindakan Hidup Bersih dan Sehat
Sikap Ya Tidak Total P value
n % n % n %
Positif 54 25,7 156 74,3 210 100
0,082
Negatif 5 12,8 34 87,2 39 100
Total 59 23,7 190 76,3 249 100

Tabel 4 menunjukkan hasil bahwa ini, sangat erat kaitannya dengan PHBS
responden yang mempunyai sikap positif pada lingkungan masyarakat. Sikap positif
serta berperilaku hidup bersih dan sehat ini bisa juga dipengaruhi oleh
sebanyak 54 orang (25,7%). Sedangkan pengetahuan yang dimiliki pada diri
untuk responden yang memiliki sikap individu tersebut. Pengetahuan
negatif dan tidak ber-PHBS sebanyak 34 merupakan suatu hal sangat mendasar dan
responden 87,2%. Uji analisis dengan penting untuk menghasilkan suatu
aplikasi komputer diperoleh hasil bahwa tindakan. Pengetahuan sendiri penting
nilai untuk P value yaitu 0,082>α (0,05), dalam mendukung psikis atau perilaku
maka HO diterima. Artinya, tidak terdapat seseorang dalam kehidupan sehari-hari
keterkaitan antara sikap dengan tindakan (Notoatmodjo, 2010).
hidup sehat di Kelurahan Rangkah Kota Sikap yang terbagi menjadi dua,
Surabaya. yaitu sikap positif dan sikap negatif. Sikap
Hasil ini menjelaskan bahwa positif dimana didalamnya terdapat
sebagian besar responden mempunyai kecenderungan pada tindakannya berupa
sikap positif dan mengerti tentang mendekati, menyenangi, serta
pentingnya PHBS didalam rumah, sehingga mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan
besar kemungkinan bagi mereka untuk sikap negatif akan cenderung untuk
melakukan PHBS. Meskipun demikian, menjauhi, menghindari, membenci, dan
pada kenyataannya masih banyak bahkan tidak suka (Wawan, 2011).
responden yang mempunyai sikap positif Sikap memiliki tiga komponen
dan belum menerapkan perilaku yang mendukung yaitu komponen kognitif,
berperilaku hidup bersih dan sehat. Atau afektif, dan konatif. Komponen kognitif
bisa juga dikatakan dalam penerapan yang merupakan suatu representasi
PHBS mereka masih kurang (74,3%). Sikap mengenai sesuatu yang menjadi
penerapan pola hidup sehat yang masih kepercayaan pada diri individu yang
kurang banyak ditemui pada penggunaan memiliki suatu sikap. Komponen afektif
bubuk abate dalam pemberantasan sarang yaitu suatu rasa di dalamnya meliputi
nyamuk dirumah dan rendahnya aktivitas aspek emosional. Komponen konatif juga
fisik dirumah. sebagai suatu aspek yang memiliki
Terbentuknya sikap yang positif kecenderungan untuk berperilaku sesuai

©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 23-10-2018, Accepted: 31-12-2018, Published Online: 31-03-2020
56 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 Maret 2020 : 47–58 , doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.47-58

dengan sikap yang di punyai pada diri yang mengatur perilaku, seseorang
seseorang tersebut (Azwar, 2008). mengetahui bahwa pola kebiasaan anak
Sikap sendiri merupakan kecil pada umumnya merupakan bentuk
perwujudan dari adanya reaksi individu reaksi alami terhadap barang yang ada
yang masih tertutup terhadap suatu disekitarnya. Diantara bentuk suatu
obyek. Dengan kata lain, sikap bisa rangsangan dan juga reaksi tidak
dikatakan suatu kesiapan dan mempunyai sebuah pertimbangan. Tetapi
ketersediaan seseorang dalam melakukan pada orang dewasa yang mempunyai usia
tindakan. Penilaian terhadap sikap bisa sudah matang, bentuk rangsangan itu
dalam bentuk opini atau argumen umumnya tidak diberi reaksi secara
seseorang kepada stimulus atau obyek. langsung melainkan cerminan dari adanya
Sikap merupakan suatu kesediaan proses secara sadar dalam melakukan
atau kesiapan respon seseorang terhadap penilaian terhadap perangsangan itu.
suatu obyek disuatu lingkungan tertentu. Ketiga, digunakan sebagai alat untuk
Sikap terbagi atas empat tingkatan. mengatur pengalaman-pengalaman, yang
Tingkatan yang pertama yakni menerima diartikan sebagai manusia didalam
(receiving), artinya bahwa setiap individu menerima suatu pengalaman dari
(subyek) menampilkan stimulus yang telah lingkungan eksternal maka sikapnya tidak
diberikan (obyek). Kedua yakni merespon pasif akan tetapi menerimanya secara
(responding), artinya memberikan umpan aktif. Ini berarti bahwa pengalaman yang
balik dari pertanyaan yang diberikan, semuanya berasal dari faktor eksternal
mengerjakan, dan menyelesaikan tugas tidaklah semuanya dilaksanakan oleh
yang dikasih sesuai dengan yang telah seseorang tetapi orang juga menentukan
diberikan. Ketiga yakni menghargai mana yang sekiranya akan dia lakukan dan
(valuing), artinya mengajak orang lain yang tidak dilakukannya. Keempat, sikap
untuk bersama-sama mengerjakan atau sebagai wujud pernyataan kepribadian
mendiskusikan suatu masalah yang seseorang, yang mana sikap sering
dihadapi. Keempat yakni menunjukkan suatu kepribadian pada diri
bertanggungjawab (responsible), artinya individu.
mampu bertanggungjawab dengan segala Sikap tidak bisa dipisahkan dari
sesuatu yang telah dipilihnya ataupun pribadi yang mendukungnya. Dengan
menjadi pilihannya (Notoatmodjo, 2010). melihat sikap pada objek tertentu, sedikit
Umumnya, sikap mempunyai ciri- banyak orang dapat melihat kepribadian
ciri antara lain, tidak tercipta sejak masih individu tersebut. Jadi, sikap merupakan
bayi melainkan terbentuk sepanjang perwujudan bentuk dari pernyataan
perkembangan hidup individu itu didalam pribadi, ketika kita mencoba untuk
membentuk suatu hubungan. Sikap juga merubah sikap pada diri seseorang maka
bisa saja berubah, karena pada dasarnya perlu tahu bagaimana kondisi sebelumnya
sikap bisa dipelajari dan karena itu pula dari orang tersebut. Dengan begitu kita
akan terjadi perubahan pada diri akan tahu, mungkin atau tidak orang itu
seseorang. Jika terdapat suatu keadaan bisa mengubah sikapnya pada kemudian
dimana didalamnya ada ketentuan hari (Purwanto, 2009).
tertentu yang bisa memudahkan sikap Penelitian yang dilakukan di Kota
pada orang tersebut. Kemudian sikap Manado menyebutkan, tidak terdapat
tidak bisa berdiri sendiri tapi biasanya hubungan antara sikap responden dengan
akan selalu memiliki hubungan yang erat PHBS dirumah tangga. Hasil tersebut
dengan objek tertentu. Dilihat dari sisi sejalan dengan penelitian yang dilakukan
motivasi, perasaan, dan sifat inilah yang di Jakarta, yang menyatakan bahwa tidak
menjadi pembeda antara sikap dengan ada pengaruh antara sikap dengan PHBS
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dalam keluarga (Irma, 2015).
(Notoatmodjo, 2010). Hasil tersebut tidak sesuai dengan
Sikap sendiri memiliki fungsi yang penelitian yang dilakukan di Kabupaten
dibagi atas empat fungsi. Fungsi pertama, Sintang. Penelitian tersebut
sikap digunakan sebagai alat untuk menyebutkan, terdapat hubungan antara
menyesuaikan diri dimana sikap itu sikap dengan PHBS di sekolah pada siswa
bersifat communicable yang berati SD Negeri 25 (Kweruh, 2016). Penelitian
merupakan sesuatu yang mudah berjalan lainnya di Kabupaten Konawe Selatan juga
sehingga kemungkinan bisa menjadi milik menunjukkan hasil serupa. Hasilnya
bersama. Kedua, sikap merupakan alat terdapat hubungan sikap dengan PHBS
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 23-10-2018, Accepted: 31-12-2018, Published Online: 31-03-2020
Puput Dwi Cahya Ambar Wati, Ilham Akhsanu Ridlo. Perilaku Hidup Bersih… 57

pada anak usia Sekolah Dasar Negeri 08 dan Penilaian Perilaku Hidup Bersih
(Kanro, 2017). Hasil penelitian yang Dan Sehat Di Rumah Tangga.
dilakukan di Bekasi Utara juga Kemenkes RI (2015) Profil Kesehatan
mengemukakan bahwa ada hubungan Indonesia.
antara sikap dengan PHBS pada ibu rumah Kustantya, N. (2013) ‘Hubungan Tingkat
tangga (Rayhana, 2016). Pengetahuan Dengan Perilaku Hidup
Penelitian yang telah dilakukan Bersih dan Sehat (PHBS) Pada Lansia’,
mengenai pengetahuan dengan perilaku Jurnal Keperawatan, 4(1), pp. 31–33.
berperilaku hidup sehat diperoleh hasil P Kusumawati, Y., Astuti, D. and Ambarwati
value 0,014<α (0,05) bahwa HO ditolak, (2008) ‘Hubungan antara Pendidikan
artinya terdapat hubungan antara dan Pengetahuan Kepala Keluarga
pengetahuan dengan PHBS di Kelurahan tentang Kesehatan Lingkungan dengan
Rangkah. Sedangkan untuk hasil Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
penelitian mengenai sikap dengan (PHBS)’, Jurnal Kesehatan, 1(1), pp.
tindakan berperilaku hidup bersih dan 47–56.
sehat didapatkan hasil P value yaitu Kweruh, H. (2016) ‘Hubungan Jenis
0,082>α (0,05) bahwa HO diterima, artinya Kelamin, Pengetahuan, Sikap, dan
tidak ada pengaruh antara sikap dengan Peran Guru Dengan Perilaku Hidup
tindakan PHBS di Kelurahan Rangkah. Bersih dan Sehat Pada Siswa SD Negeri
25 Begori Kecamatan Serawai
SIMPULAN Kabupaten Sintang’, Jurnal Wawasan
Kesehatan, 2(2), pp. 68–71.
Hasil dari penelitian yang telah Mantra (2007) Demografi Umum.
dilakukan ini menyimpulkan bahwa Maulana (2009) Promosi Kesehatan.
terdapat hubungan yang signifikan antara Mubarak (2007) Promosi Kesehatan
pengetahuan dan juga tindakan PHBS Sebuah Pengamatan Proses Belajar
rumah tangga di Rangkah Surabaya. Tidak Mengajar dalam Pendidikan.
terdapat hubungan yang signifikan antara Notoatmodjo (2003) Pendidikan dan
sikap dengan tindakan PHBS di Rangkah Perilaku Kesehatan.
Surabaya. Notoatmodjo (2007) Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku.
DAFTAR PUSTAKA Notoatmodjo (2010) Metodologi
Penelitian Kesehatan.
Achmadi (2013) Kesehatan Masyarakat Notoatmodjo (2012) Promosi Kesehatan
dan Teori Aplikasi. dan Ilmu Perilaku.
Azwar (2008) Metode Penelitian. Notoatmojo, S. (2012) Promosi Kesehatan
Dinkes Surabaya (2017) ‘Profil Dinas dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Kesehatan Kota Surabaya Tahun Cipta.
2016’, in Profil Dinas Kesehatan Kota Purwanto (2009) Evaluasi Hasil Belajar.
Surabaya, pp. 66–67. Raharjo, A. (2014) ‘Hubungan Antara
Green (1980) Health Education a Pengetahuan, Sikap, dan Ketersediaan
Diagnosis Approach. Fasilitas di Sekolah Dalam Penenrapan
Irma, M. (2015) ‘Pengetahuan, Sikap, PHBS Membuang Sampah Pada
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Tempatnya.’, Jurnal Ilmu Kesehatan
Mahasiswa FKIK UIN SYARIF Masyarakat, 3(1), pp. 6–9.
HIDAYATULLAH Jakarta’, Jurnal Rayhana (2016) ‘Hubungan Karakteristik,
Kesehatan, pp. 56–57. Pengetahuan dan Sikap Terhadap
Kanro, R. (2017) ‘Faktor-Faktor Yang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pada
Berhubungan Dengan Perilaku Hidup Ibu Rumah Tangga di Kelurahan
Bersih Dan Sehat Pada Anak Usia Kebalen Kecamatan Babelan Bekasi
Sekolah Dasar Negeri 08 Moramo Utara Tahun 2016’, Jurnal Kedokteran
Utara Desa Wawatu Kecamatan dan Kesehatan, 12(2), pp. 168–180.
Moramo Utara Kabupaten Konawe Saibaka (2016) ‘Hubungan Antara
Selatan’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pengetahuan dan Sikap Dengan
Kesehatan Masyarakat, 2(6), pp. 1–11. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Kemenkes RI (2008) ‘Keputusan Menteri Rumah Tangga di Wilayah Kerja
Kesehatan RI Nomor 129 Tahun 2008’. Puskesmas Wawonasa Kota Manado’,
Jakarta. Jurnal Kesehatan, pp. 7–11.
Kemenkes RI (2011) Panduan Pembinan Tanjung, N. (2016) ‘Hubungan
©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 23-10-2018, Accepted: 31-12-2018, Published Online: 31-03-2020
58 Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education
Vol. 8 No. 1 Maret 2020 : 47–58 , doi: 10.20473/jpk.V8.I1.2020.47-58

Pengetahuan Dan Sikap Siswa Tentang Yogyakarta.’, Jurnal GASTER, 8(2),


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pp. 747–748.
Dengan Tindakan PHBS di SD Swasta Wawan (2011) Teori dan Pengukuran
Luther Kecamatan Siatas Barita Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Tapanuli Utara’, Jurnal Mutiara Manusia.
Kesehatan Masyarakat, 1(1), pp. 50– Yulida, N. (2016) ‘Perilaku masyarakat
51. dalam membuang sampah di aliran
Wantiyah (2004) ‘Gambaran Perilaku sungai batang bakarek-karek Kota
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Di Rw Padang Panjang Sumatera Barat’,
IV Kelurahan Terban Wilayah Kerja Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat,
Puskesmas Gondosuman II 32(10), pp. 375–376.

©2020. Jurnal Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health
Education. Open Access under CC BY-NC-SA License.
Received: 23-10-2018, Accepted: 31-12-2018, Published Online: 31-03-2020

You might also like