Professional Documents
Culture Documents
Robi’atul Asnawiyah
Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Email: asna58@ymail.com
Abstract: Children’s health problems are generally associated with clean and healthy living behaviors
(PHBS). Many activities of interventions can improve knowledge still need to be done, This study was
conducted to analyze: the characteristics of the respondent, the level of knowledge before and after
the intervention, the differences of knowledge before and after intervention, and the effectiveness of
storytelling in health education of PHBS. The design of this study used pre-experimental with pattern
of one group pre-test-post-test design. This study began with making of PHBS themed stories with
request by the respondents. The story about PHBS is given one-time in Posko Pelangi. Filling out the
questionnaire by 25 respondents conducted before and after intervention. Respondents were visitors of
park library Posko Pelangi Surabaya only about 7–15 years old. Storytelling is the independent variable,
while knowledge of respondents was the dependent variable. The level of knowledge before intervention
included in the category of less. The level of knowledge after intervention included in the medium
category. The results of t-test showed a significant difference in knowledge (p < 0.05). Storytelling
can increase the knowledge of 12.10% during the post-test. The conclusions of this research were the
knowledge had significant difference after giving intervention. Storytelling was effective for increasing
the knowledge of the respondents about PHBS.
Abstrak: Masalah kesehatan yang terjadi pada anak usia sekolah umumnya berkaitan dengan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Kegiatan intervensi yang mampu meningkatkan pengetahuan masih
perlu dilakukan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menganalisis: karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin dan umur, tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi, perbedaan
pengetahuan sebelum dan sesudah intervensi dan efektivitas bercerita dalam penyuluhan PHBS. Desain
penelitian ini menggunakan pre-eksperimental dengan pola rancangan one group pre-test-post-test design.
Penelitian ini dimulai dengan pembuatan cerita bertemakan PHBS yang disesuaikan dengan permintaan
responden dan diberikan sebanyak satu kali tatap muka. Pengisian kuesioner oleh 25 responden dilakukan
sebelum dan sesudah intervensi. Responden ialah pengunjung taman bacaan Posko Pelangi Surabaya
yang berusia 7–15 tahun. Variabel independen berupa cerita, sedangkan variabel dependen berupa tingkat
pengetahuan responden. Tingkat pengetahuan sebelum intervensi termasuk dalam kategori kurang.
Tingkat pengetahuan sesudah intervensi termasuk dalam kategori sedang. Hasil uji t-test menunjukkan
adanya perbedaan yang signifikan pada pengetahuan (p < 0,05). Bercerita dapat meningkatkan
pengetahuan sebesar 12,10% pada saat post-test. Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini
adalah terdapat perbedaan pengetahuan yang signifikan pada responden setelah mendapatkan intervensi.
Bercerita efektif dalam peningkatan pengetahuan responden mengenai PHBS.
Kata kunci: bercerita, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, anak usia sekolah, pengetahuan
148
Robi’atul Asnawiyah, Efektivitas Bercerita… 149
yaitu tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, 20,03% kasus diare yang belum tertangani
tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum, di Kota Surabaya.
dan tatanan fasilitas kesehatan (PERDHAKI, Salah satu upaya yang bisa dilakukan
2011). untuk meningkatkan kesadaran berperilaku
Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 bersih dan sehat adalah dengan upaya
menyatakan bahwa pencapaian rumah promosi kesehatan sedini mungkin. Menurut
tangga berperilaku hidup bersih dan sehat Ottawa Charter (1986), yang dikutip dari
di Indonesia pada tahun 2012 adalah Notoatmodjo (2010), promosi kesehatan
56,70%. Persentase tersebut merupakan merupakan serangkaian proses untuk
hasil dari perbandingan jumlah rumah meningkatkan kemampuan masyarakat
tangga ber-PHBS (13.503.797) dengan dalam memelihara dan meningkatkan
jumlah rumah tangga yang dipantau kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai
(23.815.216). Jumlah total rumah tangga derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik,
Indonesia mencapai 61.156.609, sehingga mental dan sosial, maka masyarakat harus
ada 37.341.393 rumah tangga yang belum mampu mengenal dan mewujudkan aspirasi,
terpantau dalam berperilaku hidup bersih kebutuhan, dam mampu mengubah atau
dan sehat. Persentasenya sebanyak 61,05% mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik,
rumah tangga belum jelas status PHBS-nya sosial, budaya, dan sebagainya). Promosi
dan hanya 38,95% rumah tangga yang ber- kesehatan sedini mungkin perlu diutamakan
PHBS. Angka tersebut berdasarkan data per mengingat semakin meningkatnya masalah
20 Maret 2013. kesehatan anak. Misalnya, sejak empat
Jumlah rumah tangga ber-PHBS di Kota tahun terakhir jumlah anak yang menjadi
Surabaya yang tercantum dalam Surabaya perokok di atas usia 10 tahun meningkat
dalam Angka (2012), sebanyak 62,97%. di Indonesia. Selain itu, anak Indonesia ke
Jumlah rumah tangga yang dipantau depan cenderung memiliki karakter fisik
sebanyak 87.002 dan jumlah rumah tangga yang pendek dan gemuk karena pola makan
yang ber-PHBS sebanyak 54.784. Sedangkan yang belum berimbang (Kementerian
total jumlah rumah tangga di Kota Surabaya Kesehatan RI, 2011).
ada 909.387, sehingga terdapat 822.385 Masalah kesehatan pada anak tidak
rumah tangga yang belum jelas melakukan bisa didiamkan mengingat jumlah anak di
PHBS atau tidak. Persentasenya sebanyak Indonesia yang cukup besar. Tahun 2010
90,43% rumah tangga kota Surabaya belum diperkirakan jumlah anak mencapai 64,85
terpantau dalam berperilaku hidup bersih juta jiwa. Jumlah penduduk Indonesia
dan sehat dan hanya terdapat 9,57% rumah dengan kategori usia 0–14 tahun sekitar
tangga yang ber-PHBS. 28–34% terhadap jumlah penduduk
Cakupan masyarakat yang berperilaku Indonesia yang pada tahun lalu mencapai
hidup bersih dan sehat masih rendah, 235 juta jiwa. Promosi kesehatan yang
sehingga memerlukan upaya untuk berupa sosialisasi dan praktik kesehatan
meningkatkan kesadaran masyarakat akan sedini mungkin tepat diberikan melalui
hidup bersih dan sehat. Upaya ini penting sekolah. Sesuai nomor pokok Sekolah
mengingat perilaku hidup bersih dan Nasional, Kementerian Pendidikan Nasional,
sehat dapat mencegah timbulnya penyakit dari semua tingkatan mulai TK hingga
infeksi seperti diare yang dapat dicegah Perguruan Tinggi, baik negeri maupun
dengan kebiasaan mencuci tangan dengan swasta terdapat 338.729 sekolah per 27
air mengalir dan sabun (Departemen Juli 2011. Sekolah yang ada diharapkan
Kesehatan, 2010). Perkiraan jumlah kasus dapat membentuk kader kesehatan yang
diare yang terjadi di Kota Surabaya dalam turut serta dalam menggerakkan sekaligus
laporan Dinkes Provinsi Jatim (2013), memberdayakan masyarakat untuk hidup
sebesar 115.136 kasus diare dari 2.801.409 sehat serta survailans, monitoring, dan
jumlah penduduk. Kasus yang ditemukan informasi kesehatan. Salah satu upaya
dan berhasil ditangani sebesar 92.072 kasus, mengenalkan dunia kesehatan di Sekolah
dengan persentase kasus yang ditangani adalah adanya program UKS (Usaha
sebesar 79,97%. Artinya masih ada sekitar Kesehatan Sekolah).
150 Jurnal Promkes, Vol. 2, No. 2 Desember 2014: 148–159
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini kemudian dikali 100, sehingga rentang nilai
adalah: pengunjung TBM Posko Pelangi berkisar antara 0–100. Skoring terhadap
yang pada saat penelitian tidak hadir karena pernyataan sikap dibedakan menjadi dua
alasan apapun, orang tua yang berwenang yaitu, pertama adalah pernyataan positif,
terhadap anak tersebut menghentikan terdiri dari: sangat setuju bernilai 4, setuju
keikutsertaan dalam penelitian, dan tidak bernilai 3, tidak setuju bernilai 2, dan
mengerjakan post-test saat penelitian sangat tidak setuju bernilai 1. Kedua adalah
berlangsung. Pengunjung taman bacaan pernyataan negatif, terdiri dari: sangat setuju
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi bernilai 1, setuju bernilai 2, tidak setuju
dimasukkan sebagai populasi penelitian. bernilai 3, dan sangat tidak setuju bernilai
Seluruh populasi dijadikan sebagai sampel 4. Proses analisis data selanjutnya adalah
dalam penelitian ini, yakni sebanyak dengan menggunakan program SPSS. Data
25 anak. yang telah didapat diuji dengan uji statistik
Alat yang digunakan untuk T-Paired Test atau uji T-Berpasangan dan
mengumpulkan data adalah wawancara dan crosstab. Sedangkan untuk mengetahui
kuesioner. Kuesioner yang diberikan pada tingkat efektivitas perlakuan adalah dengan
responden sebanyak 2 kali, yaitu pada saat menghitung selisih rerata nilai sebelum dan
sebelum dan sesudah intervensi. Intervensi sesudah diberi perlakuan kemudian dihitung
yang diberikan berupa dongeng yang persennya.
bertema PHBS. Dongeng yang digunakan
telah disesuaikan dengan keinginan
HASIL
responden. Responden di Taman Bacaan
Posko Pelangi ini lebih menyukai dongeng Gambaran Umum Taman Bacaan Posko
dengan tokoh manusia daripada fabel atau Pelangi Surabaya
animasi. Dongeng ini diberikan sekali tatap Taman bacaan Posko Pelangi
muka selama kurun waktu kurang lebih merupakan taman bacaan yang lahir sekitar
45 menit. Dongeng disampaikan oleh orang dua tahun lalu, tepatnya pada 29 Juli 2012.
yang sudah sering mendongeng kepada Taman bacaan ini berdiri atas prakarsa dari
anak-anak dan sudah mahir di bidangnya. tiga mahasiswi jurusan Psikologi di salah
Dongeng yang diberikan bertema PHBS satu universitas di Surabaya. Taman bacaan
poin membuang sampah pada tempatnya. ini beralamatkan di jalan Pacar kembang
Judul dongeng adalah “Kerajaan Elok Tak 8/23 Surabaya atau di balai RW 6 Kelurahan
Lagi Kumuh”. Pesan yang terdapat di dalam Pacar Kembang. Taman bacaan merupakan
dongeng antara lain; pengertian sampah, salah satu lembaga pendidikan non-formal
macam sampah, contoh sampah, penyakit yang salah satu fungsinya adalah sebagai
yang dapat disebabkan oleh sampah, serta sumber pengetahuan dan menambah
akibat membuang sampah sembarangan. wawasan bagi masyarakat.
Pesan yang terdapat dalam dongeng Koleksi buku yang ada di taman
diulang-ulang sebanyak 2–3 kali agar dapat bacaan Posko Pelangi mencakup beberapa
tersampaikan kepada responden dengan buku anak-anak dan buku umum lainnya.
baik. Anggota taman bacaan Posko Pelangi
Teknik analisis data yang digunakan sudah mencapai puluhan mulai dari usia pra
dalam penelitian ini meliputi; editing atau paud atau 2 tahun sampai anak usia SMP.
meneliti kelengkapan pengisian data, coding Posko Pelangi buka pada jam 12.30 WIB
atau pengkodean data, scoring atau memberi hingga 15.00 WIB setiap hari Senin–Sabtu.
nilai pada setiap jawaban atas pertanyaan Jadwal rutin ini belum termasuk jika ada
untuk kemudian dikategorikan. Kuesioner kegiatan lain seperti penyuluhan, kegiatan
terdiri dari kuesioner untuk mengukur lomba, dan sebagainya. Setiap hari hampir
tingkat pengetahuan dan kuesioner untuk Posko Pelangi ramai dikunjungi anak-
mengetahui sikap responden. Sehingga anak setelah pulang dari sekolah. Kegiatan
proses skoring dibedakan menjadi 2 jenis. yang dilakukan Posko Pelangi antara lain,
Pertanyaan pengetahuan diberi skor membaca, belajar bersama, bermain, dan
dengan cara jumlah benar dibagi jumlah soal juga mendongeng. Kegiatan mendongeng
152 Jurnal Promkes, Vol. 2, No. 2 Desember 2014: 148–159
atau membacakan cerita ini seringkali calon responden ditanya mengenai jenis
dilakukan kepada pengunjung taman bacaan dongeng yang disukai. Responden lebih
yang usianya masih di bawah 5 tahun menyukai dongeng yang tokohnya berupa
karena mereka belum mampu membaca. karakter manusia, bukan binatang atau pun
Taman bacaan ini meskipun bertempat di animasi. Cerita yang dibuat telah disisipi
balai RW, tetapi bukan taman bacaan milik pesan berupa himbauan untuk membuang
pemerintah kota Surabaya. Koleksi buku sampah pada tempatnya. Pesan yang
yang dimiliki pun masih sangat terbatas terdapat dalam cerita terdiri dari pesan yang
apalagi koleksi buku umum dan fasilitasnya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
pun ala kadarnya. Namun, semangat para dan pesan untuk meningkatkan sikap
perintis taman bacaan ini tidak pernah responden.
surut, terbukti dengan kegiatan rutin yang Cerita atau dongeng bertema
tetap terlaksana dan beberapa upaya untuk perilaku hidup bersih dan sehat dengan
mendapatkan hibah buku untuk menambah judul “Kerajaan Elok Tak Lagi Kumuh”,
koleksi buku bacaan Posko Pelangi. Fungsi berisikan pesan mengenai akibat membuang
lain taman bacaan Posko Pelangi selain sampah sembarangan, antara lain merusak
sebagai tempat membaca koleksi buku yang pemandangan lingkungan sekitar, banjir, dan
dimiliki juga sebagai tempat belajar dan menyebabkan penyakit seperti diare. Pada
bermain. Suasana kekeluargaan begitu terasa cerita tersebut juga disebutkan mengenai
di taman bacaan ini, sehingga pengunjung pengertian sampah, beberapa macam
akan merasa nyaman saat belajar atau pun sampah, dan beberapa contoh sampah
bermain. Taman bacaan yang merupakan organik maupun non-organik. Latar atau
lembaga pendidikan non-formal ini belum setting dalam dongeng tersebut adalah
mempunyai peraturan secara tertulis sebuah kerajaan yang subur dan indah
mengenai beberapa pilar hidup bersih dan panorama alamnya. Namun, kerajaan yang
sehat. Akan tetapi terdapat peraturan secara dipimpin oleh seorang raja yang bijak itu
lisan yang mengharuskan pengunjung masih kumuh dan penduduknya membuang
taman bacaan berperilaku hidup bersih dan sampah di sungai yang airnya dimanfaatkan
sehat, misalnya himbauan untuk membuang sebagai sumber kehidupan. Penokohan
sampah pada tempatnya. dalam dongeng ini berupa manusia yang
hidup dalam dunia kerajaan pada jaman
Gambaran Umum Cerita Mengenai dahulu kala. Penyampaian pesan dalam
PHBS dongeng dilakukan sebanyak 2–3 kali oleh
Menurut beberapa penelitian yang pendongeng dan menggunakan intonasi,
telah dilakukan, cerita atau dongeng bisa mimik serta beberapa metode penyampaian
membentuk karakter anak. Cerita merupakan dongeng yang baik. Intonasi dan mimik
salah satu metode penyampaian pesan yang berbeda yang diciptakan pendongeng
menarik. Berawal dari hal tersebut, maka mampu menarik responden, sehingga
peneliti berinisiatif untuk memanfaatkan antusiasme responden terhadap kelanjutan
cerita sebagai salah satu metode pendidikan cerita tetap terjaga sampai akhir cerita.
kesehatan. Pesan kesehatan seperti PHBS Pendongeng dalam penelitian ini bukan
dan lainnya bisa ditambahkan ke dalam peneliti sendiri, melainkan orang yang
cerita sehingga pesan kesehatan bisa sudah sering mendongeng di kalangan anak-
tersampaikan dengan menarik dan dapat anak, sehingga lebih mudah diterima oleh
mempengaruhi pendengar untuk melakukan responden yang didominasi anak usia SD.
pesan kesehatan yang telah disampaikan. Penyampaian pesan perilaku hidup bersih
Kegiatan bercerita telah banyak diadakan di dan sehat disampaikan lewat dongeng
Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Salah atau cerita merupakan salah satu upaya
satunya adalah taman bacaan Posko Pelangi pendidikan kesehatan. Dongeng atau cerita
Surabaya ini. yang sesuai dengan permintaan responden
Cerita yang digunakan untuk intervensi diharapkan dapat menyampaikan pesan
ini dibuat oleh peneliti dengan menyesuaikan mengenai perlunya membuang sampah pada
dengan permintaan responden. Beberapa tempatnya.
Robi’atul Asnawiyah, Efektivitas Bercerita… 153
Tabel 2. Kategori Pre-test dan Post- Tabel 3. Kategori Pre-test dan Post-
test Pengetahuan Responden test Pengetahuan Responden
berdasarkan Jenis Kelamin dalam berdasarkan Umur dalam Persen
Persen (%) (%)
Kategori Kategori Umur Total
L P Total
Pengetahuan Pengetahuan SD SMP
Kurang (0–59) Pre 20 40 60 Kurang Pre 52 4 56
Post 8 20 28 (0–59) Post 40 4 44
Sedang (60–79) Pre 8 16 24 Sedang Pre 24 4 28
Post 4 28 32 (60–79) Post 32 8 40
Baik (80–100) Pre 0 16 16 Baik Pre 12 4 16
Post 16 24 40 (80–100) Post 16 0 16
154 Jurnal Promkes, Vol. 2, No. 2 Desember 2014: 148–159
Tabel 4. Hasil Uji Perbedaan Pre-test dan pada 25 responden menghasilkan nilai
Post-test Pengetahuan mean -15,328 yang berarti bahwa nilai
mean post-test lebih tinggi 15,328 terhadap
Sig
Variabel Mean N
(2 tailed)
nilai mean pre-test. Perbedaan pengetahuan
Pre-test – 15,328 25 0,000 yang dianalisis menggunakan uji Paired
Post-test T-test menunjukkan bahwa signifikansi
pengetahuan pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi sebesar 0,000. Nilai signifikansi
Sumber: Uji Paired T-test
0,000 kurang dari nilai α 0,05, sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa ada
terjadi penurunan sebanyak 12% pada perbedaan antara pengetahuan responden
kategori pengetahuan kurang. Pengetahuan sebelum dan sesudah adanya intervensi.
kategori sedang pada saat pre-test sebesar Gambar 1 menjelaskan bahwa
4% dan saat post-test menjadi 8%. Total pengetahuan responden pada saat pre-test
responden menurut umur yang tergolong dan post-test menunjukkan hasil bahwa
dalam kategori pengetahuan kurang pada tingkat pengetahuan responden cenderung
saat pre-test adalah sebesar 56%. Setelah mengalami peningkatan. Hal ini dapat
adanya intervensi dan post-test, jumlah terlihat dari peningkatan jumlah persentase
tersebut menurun menjadi 44%. Pada saat responden yang tergolong dalam kategori
post-test, responden yang pengetahuannya pengetahuan baik pada saat pre-test hanya
termasuk dalam kategori pengetahuan sebesar 16% menjadi 40% pada saat post-
sedang bertambah 4%, sehingga responden test. Sedangkan responden yang tergolong
berpengetahuan sedang jumlahnya menjadi dalam kategori pengetahuan kurang
8% setelah intervensi. Pada saat pre-test cenderung mengalami penurunan dari 60%
dan post-test jumlah responden laki-laki pada saat pre-test menjadi hanya sebesar
dan perempuan yang tergolong dalam 28% pada saat post-test. Responden yang
kategori pengetahuan baik menurut umur tergolong dalam kategori pengetahuan
tidak mengalami penurunan atau juga sedang saat pre-test sebanyak 24% juga
peningkatan. Jumlah responden laki-laki dan mengalami peningkatan menjadi 32% pada
perempuan saat pre-test atau pun post-test saat post-test.
yang tergolong dalam kategori pengetahuan Nilai rerata pengetahuan yang terlihat
baik sebesar 16%. pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai
Analisis perbedaan pengetahuan pada rerata pengetahuan saat post-test meningkat
saat pre-test dan post-test yang dilakukan sebesar 15,33. Persentase peningkatan nilai
rerata pengetahuan responden pada saat
post-test adalah sebesar 12,10%. Persentase
peningkatan nilai rerata responden mencapai
lebih dari 10% metode intervensi dikatakan
efektif, sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa cerita atau dongeng efektif untuk
dan Efendi, 2009). Cerita atau dongeng peningkatan nilai rerata pengetahuan
merupakan salah satu karya fiksi yang dapat responden mengenai PHBS sebesar 12,10%.
dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan Peningkatan nilai pengetahuan ini mencapai
kesehatan. Tema cerita sekaligus pesan yang lebih dari 10% cerita dikatakan efektif
terdapat dalam cerita dapat disisipi dengan untuk penyuluhan PHBS. Bercerita atau
pesan kesehatan sesuai dengan kemauan mendongeng merupakan salah satu media
penyampai pesan. yang bermanfaat untuk menyampaikan pesan
Penyuluhan kesehatan melalui secara menarik, mudah dan efektif (Cakra,
bercerita atau mendongeng bertujuan 2012). Menurut Robert McAfee dalam Dani
untuk meningkatkan pengetahuan dan (2013), menyatakan bahwa, “story telling
sikap responden mengenai PHBS. is the most powerful way to put ideas into
Harapannya ada perbedaan pengetahuan the world today”. Menurut hasil penelitian,
dan sikap menjadi lebih baik dari sebelum bahwasanya cerita merupakan salah satu
diberikan intervensi. Responden yang kekuatan yang mampu merubah pemikiran
telah mengisi kuesioner pre-test dan post- seseorang saat ini. Anak menjadikan pesan
test, hasilnya diuji menggunakan Paired cerita sebagai informasi yang akan disimpan
T-test (Uji T Sampel Berpasangan). Hasil dalam alam bawah sadarnya (Dani, 2013).
uji menunjukkan adanya perbedaan
pengetahuan yang signifikan pada saat Kelebihan dan Keterbatasan Penelitian
sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Taman bacaan Posko Pelangi Surabaya
Adanya perbedaan pengetahuan sebelum merupakan tempat penelitian yang dipilih
dan sesudah intervensi ini dapat diakibatkan oleh peneliti. Kegiatan yang dilaksanakan
karena faktor dari pendongeng yang di taman bacaan ini salah satunya adalah
membawakan cerita dengan menarik, baik mendongeng. Dongeng biasanya tentang
mimik dan intonasi atau faktor penentu lain cerita rakyat yang berisikan pesan moral
dalam keberhasilan penyampaian dongeng. kepada pembacanya. Kelebihan yang
Faktor lain adalah cerita yang sesuai terdapat pada penelitian ini adalah bercerita
dengan permintaan responden, sehingga dapat digunakan sebagai metode untuk
menimbulkan daya tarik tersendiri bagi penyuluhan kesehatan pada pengunjung
responden. Cerita bertema PHBS ini dibuat taman bacaan Posko Pelangi yang berusia
menggunakan teori P-Process sebelum 7–15 tahun. Bercerita efektif untuk
dijadikan bahan intervensi. Suasana TBM meningkatkan pengetahuan responden
Posko Pelangi yang nyaman, santai, dan terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
penuh rasa kekeluargaan juga merupakan (PHBS) poin membuang sampah pada
salah satu faktor bahwa bercerita mampu tempatnya.
meningkatkan pengetahuan responden. Keterbatasan dalam penelitian ini
Menurut teori SOR perubahan adalah para pengunjung taman bacaan
perilaku dipengaruhi oleh kualitas stimulus sulit dihubungi, sehingga peneliti harus
atau rangsangan yang diberikan kepada mendatangi satu per satu rumah responden.
organisme. Stimulus yang berupa cerita atau Beberapa pengunjung taman bacaan yang
dongeng dapat diterima dan mendapatkan memenuhi kriteria sebagai responden
respons positif dari responden. Hal ini sebagian ada yang mempersiapkan untuk
terbukti dengan adanya peningkatan nilai ujian akhir sekolah, sehingga mereka
rerata pengetahuan responden sebesar 15,33 tidak berkenan untuk menjadi responden.
poin dari sebelum diberikan intervensi. Keterbatasan lain yang menjadi kendala saat
berlangsungnya intervensi adalah sulitnya
E f e k t i v i t a s B e rc e r i t a terhadap
mengkondisikan responden. Namun berkat
Peningkatan Pengetahuan
bantuan dari kakak pengelola taman bacaan
Efektivitas bercerita sebagai salah satu Posko Pelangi responden bisa terkondisikan
upaya untuk pendidikan kesehatan dapat dengan baik.
dilihat berdasarkan hasil perbandingan Pemilihan pendongeng pada saat
nilai rerata pengetahuan saat sebelum dan dilaksanakannya intervensi merupakan
sesudah dilakukan intervensi. Persentase salah satu keterbatasan dalam penelitian.
158 Jurnal Promkes, Vol. 2, No. 2 Desember 2014: 148–159
Pendongeng yang dipilih peneliti sudah pengetahuan yang diketahui masih sangat
beberapa kali mendongeng di kalangan dangkal. Perlu adanya penelitian lanjutan
anak-anak. Akan tetapi, seharusnya dalam dengan menambah frekuensi intervensi
penelitian ini menggunakan pendongeng lebih dari satu kali kepada responden serta
yang sudah diakui kredibilitasnya oleh kelompok kontrol sebagai pembanding.
berbagai pihak yang pernah memanfaatkan
jasanya. Pemilihan pendongeng yang kurang
DAFTAR PUSTAKA
tepat ini mungkin turut serta sebagai salah
satu faktor penyebab tidak berubahnya sikap Bensley, R.J, dan Fisher, B.J. (2008) Metode
responden mengenai PHBS. Pendidikan Kesehatan Masyarakat, edisi
Menurut Herijulianti, dkk (2002), 2. Jakarta: EGC, 55.
bahwasanya dalam proses komunikasi Cakra, K.H. (2012) Mendongeng dengan
terdapat komunikator, media, dan pesan Mata Hati. Surabaya: Mumtaz
yang dapat mempengaruhi terjadinya Media, 4.
perubahan pengetahuan dan sikap dari Dani, D.E. (2013) Pembentukan Karakter
penerima pesan. Apabila komunikator Anak Melalui Kegiatan Mendongeng.
dianggap mempunyai kredibilitas yang Redaksi Jurnal HUMANIKA, 17:91.
baik oleh penerima pesan, dalam hal ini Dinkes Provinsi Jatim (2013) Jatim Dalam
responden, maka perubahan pengetahuan Angka Terkini. Surabaya: Dinkes Provinsi
dan sikap akan mudah terjadi pada penerima Jatim. http://dinkes.jatimprov.go.id/
pesan. Komunikator yang dianggap userfile/dokumen/JATIM_DALAM_
kredibilitasnya kurang baik oleh penerima ANGKA_TERKINI.pdf. (Diakses 23
pesan, maka perubahan pengetahuan dan Oktober 2013).
sikap yang terjadi kemungkinan sangat kecil Effendi, O. U. (1985) Ilmu Komunikasi Teori
atau bahkan terdapat penolakan terhadap dan Praktek. Bandung: Remadja Karya,
komunikator atau pendongeng tersebut. 11–14.
Herijulianti, E., Indriani, T.S., Artini, S.
(2002) Pendidikan Kesehatan Gigi.
KESIMPULAN
Jakarta: ECG, 32.
Berdasarkan hasil penelitian dapat Departemen Kesehatan (2010) Keluarga
disimpulkan bahwa karakteristik responden Sehat, Investasi Bangsa. Jakarta:
berdasarkan jenis kelamin didominasi oleh Kementerian Kesehatan Republik
responden berjenis kelamin perempuan. Indonesia. http://www.depkes.go.id/index.
Sedangkan karakteristik responden php?vw=2&id=1309 (Diakses 09
berdasarkan umur didapatkan informasi November 2013).
bahwa responden paling banyak berusia Kementerian Kesehatan RI. (2011). Interaksi
7 tahun. Suplemen PHBS di Sekolah. Jakarta:
Tingkat pengetahuan rerata responden Kementrian Kesehatan RI. http://
sebelum mendapat intervensi berupa cerita ebookbrowsee.net/phbs-di-sekolah-
termasuk dalam kategori kurang. Tingkat pdf-d596994687. (Diakses 23 Oktober
pengetahuan rerata responden sesudah 2013).
intervensi termasuk dalam kategori sedang. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Terdapat perbedaan yang signifikan antara (2012). Profil Kesehatan Indonesia
pengetahuan responden sebelum dan 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan
sesudah diberikan intervensi. Republik Indonesia.
Bercerita efektif untuk meningkatkan Makhfudli dan Efendi, F. (2009) Keperawatan
pengetahuan responden mengenai Perilaku Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) karena dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba
dapat meningkatkan pengetahuan sebesar Medika, 101–111.
12,10%. Pemberian intervensi dalam Notoatmodjo, S. (2010) Promosi Kesehatan
penelitian ini hanya dilakukan sebanyak Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka
satu kali tatap muka, sehingga peningkatan Cipta.
Robi’atul Asnawiyah, Efektivitas Bercerita… 159