Professional Documents
Culture Documents
140-152
JASIORA
Jurnal Administrasi Sosial dan Humaniora
(http://jurnal.stiasetihsetiomb.ac.id/index.php/admngr/index)
Abstrak
Kata kunci: Penelitian ini dilakukan di Dinas perhubungan, komunikasi dan
Kebijakan, pengoperasian,terminal, informatika Kota Muara Bungo dengan pertimbangan penulis
pemerintah Bungo ingin mengetahui kebijakan pengoperasian Terminal Kota lintas
yang telah berjalan saat ini, khususnya peran Bidang
Corresponding Author: Perhubungan Darat dalam mengoptimalkan keberadaan terminal.
Ridwan Adapun metode yang dipergunakan adalah deskriftif dan
kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara dengan sejumlah informan yang dianggap relevan
dengan penelitian. Penelitian ini dapat menggambarkan
kesimpulan bahwa pengoperasian Terminal Kota lintas yang
telah berjalan belum terlaksana secara dengan baik kesimpulan
ini didasari atas hasil observasi dan keterangan sejumlah
informan yang menjadi objek penelitian. Keberhasilan dari
terlaksananya perencanaan program – program yang telah
direncanakan tidak hanya tergantung dari petugas pelaksananya
saja, melainkan juga dari semua kalangan yang terkait,
kepolisian, masyarakat dan yang lainnya juga memiliki peran
penting demi melaksanakan ketertiban berlalu lintas.Hambatan –
hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) dalam melaksanakan tugasnya yakni:
kurang maksimalnya peraturan pendukung, perizinan trayek yang
hanya dikeluarkan oleh mentri, dan maraknya travel liar. Upaya –
upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala – kendala dalam
pengelolaan terminal yaitu: perbaikan sarana dan prasarana demi
menunjang kenyamanan para pengguna terminal sudah dilakukan
oleh pengelola terminal, peningkatan keamanan dalam terminal
yang akan bekerja sama dengan Polisi Militer (PM), polsek
setempat demi keamanan terminal, penutupan akses jalan menuju
kota bagi bus / pengalihan jalan menuju belakang terminal yang
langsung menuju tanjung menanti dan jalan lingkar setelah itu
bus mengikuti petuntuk rambu –rambu lalu lintas bila ingin
melanjutkan tujuannya. Dan apa bila masih ada bus yang masih
menerobos masuk kedalam kota akan di tindak lanjuti secara
hukum, meningkatkan kerja sama antar lembaga dalam
menertibkan lalu lintas di kota Bungo antara pengelola terminal
dan petugas polisi lalulintas demi kelancaran berlalu lintas.
1. Pendahuluan
Kota Muara Bungo merupakan ibu kota kabupaten bungo, sebagai pusat sentral
pemerintahan aktifitas kehidupan masyarakat khususnya ekonomi terus meningkat. (menurut
buku putih sanitasi kabupaten bungo) Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bungo
mencapai 3,08% pertahun. Angka pertumbuhan penduduk yang mencapai 3,08% cukup
tinggi. Hal ini merupakan dampak dari keberhasilan pembangunan di Kabupaten Bungo
sehingga menarik orang datang ke Kabupaten Bungo.
Berdasarkan (buku putih sanitasi bungo) pendapatan daerah pemerintah kabupaten Bungo
selamakurun waktu tahun 2009– 2013 menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat.
Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap total penerimaan daerah selama 5
(lima) tahun terakhir rata-rata 7.08 %. Hal ini berarti bahwa kapasitas fiskal kabupaten
Bungo tidak lagi di dominasi oleh dana transfer dari pusat dalam bentuk Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Oleh karena itu, belanja daerah terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Muara bungo merupakan salah satu kota yang berada di jalur lintas Sumatra yang
menjadi kota satelit, menghubungkan/terhubung dengan beberapa kota lainnya yang ada di
provinsi jambi dan Sumatra barat, tidak hanya itu melainkan juga kota-kota atau provinsi
yang ada di pulau Sumatra. Dari sisi ekonomi, kota Muara Bungo ini banyak mendapatkan
keuntungan dari sumber alam yang terbentang luas. Begitu banyak lahan dan hutan disini
dibandingkan dengan penduduk yang mengolahnya.
Oleh sebab itu pertumbuhan infrastruktur yang memadai seperti jalan, terminal tipe
A, bandara, dan sebagainya menjadi pembangunan prioritas kota muara bungo demi
kemajuan kota muara bungo, dengan demikian akan semakin mudah pelayanan yang
dilakukan pemerintah bungo terhadap masyarakat sehingga hasilnya akan lebih maksimal.
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat oleh pemerintah
Kabupaten Bungo kepada masyarakat pengguna terminal tipe A, diperlukan sarana,
prasarana dan fasilitas terminal yang mendukung kelancaran, ketertiban, keselamatan dan
keamanan, contohnya seperti ruang tungu penumpang, media informasi, kamar kecil (WC),
tempat peribadatan dan lain sebagainya, bahwa dengan semakin pesatnya pertumbuhan dan
perkembangan ekonomi rakyat, maka diperlukan pengelolaan, pemeliharaan dan penertiban
terminal yang lebih mantap, jelas dan tegas.
Melihat keberadaan kota Muara Bungo yang strategis yang baik dibidang
perhubungan maka tidaklah heran banyak terdapatnya pungutan yang diusahakan oleh
pemerintah kota Muara Bungo terhadap kendaraan umum yang melintasi kota muara bungo.
Hal itu terbukti dengan keadaan kota muara bungo yang berada di tengah atau berada di
lintasan yang dilalui kendaraan-kendaraan yang melakukan perjalanan menuju kota yang
ditujunya, karena berada di jalur lintas Sumatra yang menghubungkan berbagai kota di
sumatra menuju propinsi-propinsi yang ada di pulau Sumatra, untuk itu keberadaan terminal
tipe A sangatlah penting dikarenakan sebagai pengaturan arus lalulintas kota muara bungo
serta sebagai pendapatan daerah dalam pajak kendaraan umum yang melintasi kota muara
bungo.
Sesuai dengan fungsinya, terminal tipe A kota lintas diharapkan menjadi jantung
pengoprasian transportasi umum di kabupaten bungo, mengingat angkutan umum dan jasa
yang ada di kabupaten bungo jumlahnya cukup banyak dan beragam, ini dapat dilihat pada
tabel:
Table. 1.
Jumlah kedatangan dan keberangkatan bus 5 tahun terakhir
Kabupaten Bungo
Tahun
No Jumlah bus
2014 2015
1 Datang 25.653 32.473
2 Berangkat 25.653 32.473
Sumber data: UPTDTerminal Kabupaten Bungo tahun 2015
Dalam pengelolaan terminal tipe A ini tentunya ada pungutan yang di dapat dari
kendaraan yang masuk terminal tipe A, oleh karena itu pasti ada tarif kendaraan yang masuk
sesuai dengan ukuran maupun jenisnya. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bungo
Nomor 10 Tahun 2012 Tentang Retribusi Terminal tipe A, pada pasal 8 ayat 1 dan 2 yaitu:
Tabel. 2.
Tarif Kendaraan Menurut Jenisnya
Jenis kendaraan Tarif
1. Angkutan pedesaan/kota:
a. Kendaraan bermotor roda 3 Rp. 1000,-/ sekali masuk
(tiga)
b. Otolet/oplet Rp. 2000,-/ sekali masuk
c. Bus kecil Rp. 2000,-/ sekali masuk
d. Bus sedang Rp. 2000,-/ sekali masuk
2. Angkutan antar kota
a. Bus kecil Rp. 2000,-/ sekali masuk
b. Bus sedang Rp. 2500,-/ sekali masuk
c. Bus besar Rp. 3000,-/ sekali masuk
Kebijakan Publik
(Saffarudin, 2013: 75) Kebijakan (policy) secara etimologi diturunkan dari bahasa
yunani, yaitu “polis” yang artinya “city”. Dari dapat ditambahkan, kebijakan mengacu pada
cara-cara dari semua bagian pemerintah mengarahkan untuk mengelola kegiatan mereka.
Dalam hal ini, kebijakan berkenaan dengan gagasanpengaturan organisasi dan merupakan
pola formal yang sama-sama diterima pemerintah/lembaga sehinggal dengan hal itu mereka
berusaha mengejar tujuan (Monahan dan hengst, 1982:23)
(Solihin abdul wahab, 2004: 11) apakah kebijakan public itu? Setiap buku kebijakan
public yang baik yang ditulis oleh para pakar, hamper tidak lupa untuk mengawali
perbincangan terlebih dahulu mendefenisikan kebijakan public. Namun, mendefenisikan atau
merumuskan apa yang dimaksud dengan kebijakan public itu ternyata bukanlah sebuah
pekerjaan yang mudah. Mengapa? Kemudian penyebab dari kesukaran ini karena kebijakan
public itu sendiri-sebagai bidang kajian-seumpamanya hamparan lahan garapan, bukan
hanya terdiri dari berlapis lahan-lahan garapan dengan sekian banyak penggarap. Seumpama
sebuah rumah, kebijakan public itu dapat kita ibaratkan sebagi bangunan rumah indah yang
sangat besar dengan halaman yang sangat luas, memiliki begitu banyak kamar, dan dengan
banyak pintu yang senantiasa terbuka lebar bagi siapapun.
Smit dan larimer (2009) dalam buku solihin abdul wahab, mereka menyatakan :
there is not a field of public policy studies, there are field-plural-of public policy studies” (
ini bukan bidang studi kebijakan publik, ada bidang-jamak-dari studi kebijakan public).
Berdasarkan prespektif ini, baik konten maupun konteks kebijakan public itu akan selalu
dinggap sebagai bersifat plural, dank arena masalah-masalah kebijakan (policy problems)
pun sebagai sebuah academic enquiry (pemerintah akademik) tidak hanya menjadi minat
perhatian ahli dari disiplin ilmu tertentu yang mempelajari atau mendekati secara
monodisiplin.
(Inu kencana: 2013: 355) kebijakan ditulis dalam bahasa inggris dengan policy,
sedangkan kebijaksanaan ditulis dalam bahasa inggris dengan wisdom. Perbedaannya adalah
kalau kebijakan berasal dari atasan tertinggi, misalnya pemerintah pusat, maka pada tingkat
pemimpin daerah atau yang setingkat berada dibawahnya dapat mengubahnya sesuai dengan
situasi dan kondisi dilapangan secara empiris. Hal ini berlaku bagi pemerintah sipil, tetapi
tidak berlaku bagi pemerintah militer terutama dalam keadaan darurat perang. Karena kalau
dikemudian hari mengalami kekeliruan akan berakibat fatal pada keamanan dan ketertiban.
Itulah sebabnya pada kekeliruan mengambil keputusan maka dua tingkat keatas mendapat
sasaran hokum.
Thomas R. Dye (1989: 1) dalam bukunya yang terkenal introducing public policy
mengatakan bahwa kebijakan Negara adalah: whatever governmentchoose, to do or not to
do. Artinya, kebijakan Negara adalah apapun yang diambil pemerintah, baik melakukan
suatu itu atau tidak melakukan sama sekali.
Jadi, kalau melakukan sesuatu menjadi keputusan maka tidak melakukan apa-apa
sama sekali adalah juga keputusan, karena pemerintah sebagai pihak yang memiliki
keputusan (karena membawahi polisi, militer, jaksa, dan berbagai pemegang pengamanan
dan ketertiban) dapat saja mencegah segala sesuatu seperti kebakaran, pencurian, perjudian,
dan berbagai kriminalitas, dan apabila hanya diam akan hanya diaanggap sengaja
melindunginya untuk maksud materialistic, (inu kencana: 2013: 355).
(NugrohoR, 2004;1-7) Dari berbagai sumber yang diperoleh dapat diungkapkan
bahwa kebijakan publik dalam kepustakaan Internasional disebut sebagai public policy, yaitu
suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati dan berlaku mengikat
seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi sesuai dengan bobot
pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan didepan masyarakat oleh lembaga
yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi.
Formulasi kebijakan
Adopsi kebijakan
Implementasi kebijakan
Evaluasi kebijakan
2. Tahap formulasi kebijakan
Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para
pembuat kebijakan. Maslah-masalah tadi didefenisikan untuk kemudian dicari pemecahan
masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan
kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada. Sama halnya dengan perjuangan
suatu masalah untuk masuk ke dalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan
masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk
memecahkan masalah. Pada tahap ini masing-masing actor akan “bermain” untuk
mengusulkan pemecahan masalah terbaik.
1. Tahap adopsi kebijakan
Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus
kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan
dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau keputusan
peradilan.
2. Tahap implementasi kebijakan
Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program
tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, keputusan program kebijakan yang telah
diambil sebagai alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan
oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah.
Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang
memobilisasikan sumberdaya financial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai
kepentigan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para
pelaksana (implementers), namun beberapa yang lain mungkin akan ditentang oleh para
pelaksana.
3. Tahap evaluasi kebijakan
Pada tahap ini kebijakan yang telak dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, untuk
melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan maslah. Kebijakan
publik pada dasarnya dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan. Dalam hal ini,
memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukanlah ukuran-
ukuran atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik telah
meraih dampak yang diinginkan.
2. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan pertimbangan
bahwa metode ini disesuai dengan perumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian yang
dilakukan peneliti.Selain itu, dengan metode ini data yang didapat lebih lengkap, lebih
mendalam, dan kredibel.Deskripsi yang luas dan mendalam akandapat diketahui, sehingga
tujuan penelitian dapat dicapai sesuai dengan kondisi objektif terhadap kebijakanmengenai
pengoperasian Terminal Kota Lintas olehDinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
Kota Muara Bungo. dalam bentuk data dan fakta lapangan.
Untuk mendapatkan data yang sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka peneliti
mengambil dari dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder, sedangkan teknik
pengumpulan data melalui wawancara dan observasi.Analisis dalam pengolahan data
dilakukan dalam bentuk analisis deskriptif yang diambil dari sumber informasi dan fakta
yang ada dan di temukan pada saat di lakukannya penelitian.
pengguna jasa transportasi secara garis besar dapat dilihat dari jumlah penumpang yang
"naik dan turun" dibandingkan dengan jumlah penumpang yang seharusnya "naik dan turun"
di Terminal tersebut.
Sedang untuk mengetahui jumlah penumpang yang seharusnya "naik danturun"
dapat dilihat dari jumlah kendaraan yang mempunyai izin trayek, jumlah kendaraan yang
dioperasionalkan dan jumlah kendaraan yang "keluar-masuk" terminal perbulannya serta
kapasitas kendaraan.
Data Dinas Perhubungan, Komunikasi dan InformatikaKota Muara Bungo laporan
tahun 2014 jumlah kendaraan yang memanfaatkan jasa terminal (keluar-masuk) terhitung
25.653 dihitung dari AKAP maupun AKDP. Masih minim nya angkutan umum yang masuk
ke dalam terminal, berbanding dengan jumlah yang ada menjadi tugas bagi Dinas
Perhubungan, Komunikasi dan Informaika Kota Muara Bungo untuk melakukan evaluasi
dan pembenahan pengelolaan Terminal kota lintas. Sejalan dengan analisa data yang telah
dibuat maka dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi kebijakan tentang keberadaan
Terminal tipe A kota lintas dapat di kategorikan belum berjalan dengan baik.
Sarana yang ada masih terlihat tidak dijaga dan dirawat dengan maksimal sehingga
terlihat kotor, sedangkan mengenai penggalian terhadap potensi yang ada, maksudnya
Terminal tipe A kota lintas ini dapat menarik seluruh angkutan umum untuk masuk terminal
agar mempermudah pengawasan namun kenyataannya hal ini belum berjalan secara
maksimal karena masih banyak yang tidak masuk terminal.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika yang diwakili oleh Sekretarisnya Bapak Wahyu pada tanggal 17 februari 2016
diruang beliau menyatakan bahwa:“Dilihat dari personil yang melaksanakan pengelolaan
terminal tipe A kota lintas ini sudah berjalan dengan baik dan maksimal jika dilihat dari
kinerja sesuai bidangnya masing – masing, namun tidak di pungkiri pengelolaan terminal ini
tidak mudah dan kami dari pemerintahan untuk pengelolaan terminal ini,selain itu kami juga
membutuhkan dukungan dari masyarakat sekitar serta pihak – pihak yang terkait seperti
pemilik PO yang ada di kabupaten bungo. Karena persoalan menjamurnya travel yang ada di
kabupaten bungo, dan transportasi lain semakin murah yang menjadi kendalannya.”
Berdasarkan Peraturan Bupati Bungo Nomor: 23 Tahun 2013 Tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Daerah Kota Muara Bungo Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
pengelolaan terminal bus tipe A kota lintas, menyebutkan salah satu fungsinya adalah
melakukan pengendalian dan pengaturan lalu lintas. Pengendalian dan pengawasan yang
dimaksud salah satunya adalah beroperasinya Terminal bus tipe A kota lintas di kota Muara
Bungo.
Dari hasil wawancara dengan Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada 17
februari tahun 2016 yang berlokasikan di kantor beliau, mengatkan bahwa:“Semua petugas
pelaksana sudah bekerja secara maksimal sesuai dengan apa yang disebutkan dalam
peraturan bupati nomor 23 tahun 2013 tentang tupoksi unit pelaksana teknis dinas (UPTD)
tentang tupoksinya. Untuk bagian tata usaha di tempati oleh 3 orang pelaksana, pelaksana
urusan ketertiban 2 orang, pelaksana urusan pengaturan lalulintas 3 orang, pelaksana urusan
retribusi di isi oleh 9 orang yang terbagi dalam dua (2) sif yaitu sif siang dan malam dan
yang silih berganti, dan pelaksana urusan kebersihan yang disi oleh 9 orang anggota.”
Di lingkungan internal Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) sendiri, sesuai dengan
susunan tugas dan fungsinya maka pelaksanaan kegiatan optasional terminal berada di
bawah kendali Kepala Bidang Perhubungan Darat. Adapun tugas utama pegawai di terminal
adalah melaksanakan pengamanan dan pengaturan arus lalu lintas di terminal yang meliputi:
1. Mengatur arus kendaraan umum yang masuk dan keluar terminal
2. Mengatur arus penumpang naik dan turun di terminal.
Ketidakmahuan para PO untuk berada di Terminal lebih dikarenakan lemahnya
pungsi pengelolaan terminal. Hal ini menjadi catatan penting bagi Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) yang berada di bawah naungan Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika Kota Muara Bungo agar kedepan memperhatikan hal tersebut.
Dari hasil wawancara peneliti dengan kepala PO. Family Raya Bapak Yodi yang
berlokasikan di loket PO. Famili Raya, pada tanggal 11 februari 2016 pukul 10.30 WIB,
menerangkan bahwa:“Bukannya kami tidak mau berada di terminal, akan tetapi karena
kurangnya keamanan, kenyamanan serta banyaknya calo atau agen liar di terminal sehingga
menjadi alasan kami untuk tidak mau berada di terminal, selain itu PO – PO lain juga tidak
mau berada di terminal, dan juga dikarenakan penumpang yang tidak mau turun di terminal
karena masalah keamanan dan kenyamanan tadi.”Selanjutnya Hasil wawancara dengan PO.
Restu Ibu Bapak Ican, pada tanggal 11 februari 2016 pukul 12.35 WIB di depan bengkel
beliau, menyatakan:“Alasan kami tidak mau berada di terminal: 1. Karena terminal terlalu
jauh dari pusat kota yang menyebabkan penumpang tidak mau keterminal, 2. Karena
membanjirnya mobil plat hitam yang menambang tanpa mempunyai surat izin, dan tidak ada
tindakan untuk masalah tersebut. Ini tentu saja merugikan dari pihak kami. Selain itu di
terminal banyak agen – agen ”
Berdasarkan informasi yang telah dilakukan kepada beberapa pengguna jasa
terminal, seperti PO. Family Raya, PO. Restu Ibu, serta keterangan dari masyarakat sekitar
secara umum mereka berpendapat bahwa kondisi terminal yang seperti ini mengurangi
keoptimalan fungsi terminal dalam melayani pengguna sebagai salah satu fasilitas publik.
Perlu adanya peraturan yang jelas, peningkatan keamana, dan peningkatan kridibilitas kerja
petugas yang bersangkutan. untuk fasilitas yang telah rusak agar lebih meningkat kinerja
terminal.
Belum optimalnya pengelolaan Terminal kota lintas juga dapat dilihat dari sudah
banyak fasilitas yang mulai rusak. Rasa nyaman bagi penguna angkutan umum di Terminal
kota lintas secara keseluruhan belum berjalan dengan baik, belum terciptanya kenyamanan
ketika berada di lokasi terminal, penataan ruang dan pengaturan pergerakan angkutan umum
yang ada belum mendukung pelayanan yang diharapkan masyarakat.
3.2 Kendala – Kendala Yang Dihadapi Oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Terminal Tipe A Kota Lintas Muara Bungo
1. Menjamurnya Travel Tanpa Izin Di Kabupaten Bungo
Menjamurnya travel di kabupaten bungo di karenakan tidak adanya peraturan yang
mewajibkan travel tersebut untuk masuk kedalam terminal, dan walaupun ada yang masuk
kedalam terminal hanya sebatas membayar retribusi. Selain itu tidak adanya peraturan
tentang pengendalian travel yang menjamur yang ada di kabupaten bungo, sehingga banyak
perusahaan travel tidak mempunyai izin dikarenakan tidak adanya peraturan perundang –
undangan tadi yang mengatur tentang travel tersebut.
Selain itu karena jasa travel ini memfasilitasi pengantaran penumpang langsung ke
rumah penumpang, sehingga penumpang enggan memakai angkutan umum yang ada di
kabupaten bungo, walawpun fasilitas dalam terminal sudah di lengkapi. Secara keseluruhan
dalam Pengoperasian Terminal tipe A kota lintas pegawai belum memiliki kredibilitas dan
pola kerja yang baik sesuai dengan standarisasi tugas dan fungsi.
Hasil wawancara dengan kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) bapak
Julianto, SE. MM, beliau mengatakan bahwa:“Menjamurnya travel yang memberikan
fasilitas yang mengantarkan penumpang langsung ke rumah penumpang, dan pola kerjanya
yang langsung berkomunikasi melalui handphone (HP) ini yang menjadikan penumpang
malas menggunakan terminal karena memang harus mengeluarkan biaya lebih untuk menuju
terminal. Sehingga akibatnya terminal menjadi sepi dari penumpang maupun PO yang
berada di terminal, tidak seperti terminal pada umumnya.”
1. Penumpang Yang Tidak Mau Turun Di Terminal
Penumpang yang memang tujuannya turun di Kota Muara Bungo tidak ada yang
mau turun di terminal, padahal fasilitas terminal sudah di perbaiki secara maksimal oleh
pengelola terminal yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Hasil wawancara peneliti dengan kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Bapak Julianto, beliau mengatakan bahwa:“Dari keterangan yang kami dapat dari para
penumpang tidak mahu turun di terminal karena berbagai alasan, yang pertama karena takut
dengan calo – calo yang ada di lingkungan terminal, selain itu kata mereka jarak terminal
menuju kota terlalu jauh sehingga mereka enggan turun di terminal.”
2. Tidak Peraturan Pendukung Penertiban Travel Plat Hitam
Tidak didukungnya peraturan khusus mengenai terminal dan travel plat hitam tanpa
izin ini juga mempersulit bagi Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Muara
Bungo khusnya dalam menjalankan tugas, mengingat penertiban dan penindakan angkutan
umum dan jasa juga harus didukung dengan peraturan pendukung, dan jika tidak ada
peraturan pendukung akan hal tersebut akan menyulitkan petugas Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) maupun pihak terkait lainnya.
Hasil wawancara peneliti dengan kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
Bapak Julianto, SE. MM, beliau mengatakan bahwa:“Belum adanya peraturan yang
mengatur penertiban PO. Travel plat hitam tentunya ini menyulitkan bagi kami untuk
menindak lanjuti atau bersikap tegas pada mereka, karena memang belum ada peraturan
pendukung untuk penertiban travel plat hitam ini.”
3. Masalah Perizinan Trayek
Kegiatan penertiban dan penindakan yang dilaksanakan pegawai dalam
melaksanakan kegiatan rutin di terminal seperti melakukan pengecekan identitas kecakapan
supir, pengecekan kelayakan angkutan umum dan izin trayek bagi setiap angkutan umum
yang masuk ke terminal juga belum berjalan dengan baik.
Hasil wawancara kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di ruangan bekerja
beliau pada 17 februari 2016 Pukul 09.30 WIB, menyatakan bahwa:“Menyangkut masalah
perizinan perusahaan hanya dikeluarkan oleh kementrian perhubungan umtuk Angkutan
Umum Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), untuk Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP)
itu di keluarkan oleh Dishub Provinsi, dan perizinan yang di dalam kabupaten hanya hanya
mengeluarkan izin Angkutan Perdesaan saja. Mengenai travel tidak ada peraturan yang
mengatur.”Pasalnya masalah izin trayek untuk Angkutan Kota Antar Kota Antar Provinsi
(AKAP) di keluarkan oleh kementrian perhubungan, untuk Angkutan Antar Kota Dalam
Provinsi (AKDP) di keluarkan oleh Dishub Provinsi, dan yang di keluarkan di dalam
kabupaten hanya izin Angkutan Perdesaan.
Sesuai tugas yang diberikan maka pegawai seharusnya mempunyai kewenangan
memeriksa setiap angkutan umum yang masuk ke terminal. Akan tetapi belum adanya
pegawai yang melakukan pengecekan kondisi fisik, yang di lakukan sejumlah petugas yang
ada.
3.3 Upaya – Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Kendala - Kendala Dalam
Pelaksanaan Pelaksanaan Pengoprasian Terminal Kota Lintas
Hasil wawancara peneliti dengan kepala Dishub-Kominfo yang diwakili oleh
sekretarisnya Bapak Wahyu pada tanggal 17 februari 2016 pukul 13.38 WIB, mengatakan
bahwa:“Kendala – kendala yang terjadi dalam pengoprasian terminal tipe A kota lintas
Kabupaten Muara Bungo yang harus diatasi dengan berbagai cara untuk menuju suatu
pembaharuan system yang lebih baik lagi. Ada beberapa cara dan upaya yang dilakukan
untuk mengoptimalkan pengoperasian terminal kota lintas, adalah: 1) perbaikan sarana dan
prasarana untuk menunjang kenyamanan pengguna terminal, 2) peningkatan keamanan di
dalam lingkungan terminal, 3) penutupan akses jalan menuju kota bagi bus / pengalihan
jalan, 4) meningkatkan kerja sama antar lembaga.”
Upaya – upaya yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan, Komunikasi dan
Informatika, yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) terminal
kota lintas yang telah direncanakan antara lain adalah:
1. Perbaikan Sarana Dan Prasarana
Untuk menunjang kenyamanan pengguna terminal petugas tentunya harus
melakukan perbaikan sarana maupun prasarana, untuk menangani permasalahan jika
pengguna tidak merasa nyaman di dalam terminal seperti keberadaan toilet (WC), tempat
peribadatan, ruang tunggu penumpang dan masih banyak yang lainnya, karena dari tertutup
kemungkinan faktor tersebut menjadi penyebab tidak efektifnya terminal tipe A kota lintas.
Pernyataan diberikan oleh Ibu Risma dari hasil wawancara peneliti pada 23 februari
2016, bersama beliau mengatakan bahwa:“Setelah perbaikan yang dilakukan oleh pengelola
terminal harapan kami sebagai pedagang kecil di perbolehkan berdagang di area terminal
agar perekonomian masyarakat terminal dapat berkembang, selain itu juga bisa
menghidupkan aktivitas di terminal.”
2. Peningkatan Keamanan Di Dalam Lingkungan Terminal
Untuk penertiban keamanan didalam terminal pengelola terminal akan bekerja sama
dengan polisi militer, polsek setempat, dan masyarakat sekitar terminal yang ada di
Kabupaten Bungo. Karena dalam permasalahan keamanan tersebut tidak bisa dilakukan
sendiri dan tentunya membutuhkan bantuan dari pihak atau instansi lain.
Dari hasil wawancara peneliti dengan kepala Dishub yang diwakili oleh Sekretarinya
Bapak Wahyu, beliau mengatakan:“Dalam menjaga keamanan terminal kami akan membuat
tim keamana untuk menjaga kenertiban yang akan berkerja sama dengan Polisi Militer
(PM), Kapolsek, dan Polantas yang ada di Kabupaten Bungo.”
Dari hasil wawancara peneliti dengan masyarakat sekitar terminal Bapak Bahtir
yang peneliti temui di kediamannya pada tanggal 11 februari 2016 pada pukul 10.48 WIB,
beliau mengungkapkan bahwa:“Dalam menjalankan keamanan terminal petugas seharusnya
melibatkan masyarakat setempat, karena jika hanya mereka saja yang menjaga tidak akan
bisa soalnya mereka tidak setiap saat bisa menjaga terminal apa lagi kalau malam, karena
itulah mereka harus melibatkan masyarakat sekitar untuk menjaga terminal jadi jika ada
kehilangan atau kerusakan terminal bisa ketahuan.”
3. Penutupan Akses Jalan Menuju Kota Bagi Bus / Pengalihan Jalan
Strategi untuk keberhasilan pengoprasian terminal secara optimal program yang
akan dilaksanakan yakni pengalihan jalan bus dari yang tadinya bus melalui jalur simpang
jambi sekarang akan di alihkan menuju belakang terminal yang langsung tembus menuju
jalan lingkar yang berada di sungai buluh dan selanjutnya bus mengikuti rambu – rambu lalu
lintas yang akan mereka tuju.
Hasil wawancara dengan Bapak Wahyu selaku sekretaris Dishub yang mewakili
Kepala Dishub, mengatakan bahwa:“Untuk itu strategi Dinas Perhubungan dalam mengatasi
permasalahan yang ada yaitu dengan: penutupan akses jalan yang melarang bus masuk
kedalam kota, dan akses jalan akan di alihkan kebelakang terminal. Dan apabila masih ada
bus yang memaksa masuk kedalam kota akan langsung dikenakan tilang oleh Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) yang bekerja sama dengan polsek setempat”
4. Meningkatkan Kerja Sama Antar Lembaga
Untuk pengendalian lalu lintas menuju kota, Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
tentunya memerlukan bantuan lembaga lain demi kelancara arus lalu lintas di kabupaten
bungo, untuk itu melakukan kerja sama dengan Polantas setempat wajib dilakukan dalam
melakukan pengaturan dan penertiban lalu lintas di Kabupaten Bungo.
Hasil wawancara peneliti dengan dengan Kepala Dishub, yang diwakili oleh
Sekertarisnya Bapak Wahyu, mengatakab bahwa:“Dalam menjalankan tugas pengendalian
lalu lintas di kabupaten bungo kami akan bekerja sama dengan polantas setempat demi
kelancaran dan kenyamanan pengendara maupun penumpang.”
4. Kesimpulan
1. Keberhasilan dari terlaksananya perencanaan program – program yang telah direncanakan
tidak hanya tergantung dari petugas pelaksananya saja, melainkan juga dari semua
kalangan yang terkait, kepolisian, masyarakat dan yang lainnya juga memiliki peran
penting demi melaksanakan ketertiban berlalu lintas.
2. Hambatan – hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) dalam melaksanakan tugasnya yakni:
a. Kurang maksimalnya peraturan pendukung
b. Perizinan trayek yang hanya dikeluarkan oleh mentri
c. Maraknya travel
3. Upaya – upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala – kendala dalam pengelolaan
terminal yaitu:
a. Perbaikan sarana dan prasarana demi menunjang kenyamanan para pengguna terminal
sudah dilakukan oleh pengelola terminal.
b. Peningkatan keamanan dalam terminal yang akan bekerja sama dengan Polisi Militer
(PM), polsek setempat demi keamanan terminal.
c. Penutupan akses jalan menuju kota bagi bus / pengalihan jalan menuju belakang
terminal yang langsung menuju tanjung menanti dan jalan lingkar setelah itu bus
mengikuti petuntuk rambu –rambu lalu lintas bila ingin melanjutkan tujuannya. Dan
apa bila masih ada bus yang masih menerobos masuk kedalam kota akan di tindak
lanjuti secara hukum.
d. Meningkatkan kerja sama antar lembaga dalam menertibkan lalu lintas di kota Bungo
antara pengelola terminal dan petugas polisi lalulintas demi kelancaran berlalu lintas.
Daftar Pustaka
Abdul Wahab Solihin. (2012), Analisis Kebijakan, PT Bumi Aksara, Jakarta
Arikunto Suharsimi, (2013) Edisi ke2, Dasar-Dasar Evaluasi Kebijakan Pendidikan,
Jakarta, Bumi Aksara.
Crowford,(2000), Evaluasi Kinerja Karyawan, Erlangga, Bandung.
Dunn. N William, (1999), Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Gajah Mada Universiti
Presss; Yogyakarta
https://id.m.wikipedia.org/wiki/evaluasi diakses pada tanggal 28 oktober 2015 pukul 0:49
www.pengertianahli.com di akses pada tanggal 28 oktober 2015 pukul 0:58
(http://id.m.wikipedia.org/.../terminal, diakses pada tanggal 10 nov 2015 pukul 9:43)
www.bungo.com
Inu Kencana, (2013), Ilmu Pemerintahan, Jakarta, Bumi Aksara.
Nugroho Riant D., (2004), Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, PT
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Peraturan Bupati Bungo Nomor 23 Tahun 2013, Tentang Susunan Organisasi Dan Tata
Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pengelolaan Terminal Bus Type A Pada
Dinas Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika
Peraturan Daerah Kabupaten Bungo Nomor 10 Tahun 2012, Tentang Retribusi Terminal
Puji Farida P, (2007), Sukses Berwawancara, PT Citra Aji Purnama, Yogyakarta.
Sugiono, (1997), Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif, Alpabeta, Bandung.
Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung.
Silalahi Ulber, (2012), Metode Penelitian Social, Bandung, PT Rafika Aditama.
Winarno Budi, (2012), Kebijakan Publik (Teori, Proses,Dan Studi Kasus),Yogyakarta, PT.
Buku Seru.