Professional Documents
Culture Documents
Ms. L, 48 years old, brought to Emergency Department with high fever since 3 days ago and
decreased consciousness since the last day. Patient also has complaint with: coughing with
phlegm, difficult to breathe, nausea and vomit. Patient seems to be getting more breathless
after walking some distance. Since 3 months ago, patient were complaining with diarrhea,
palpitation, tremble and weakness all over her body. Patient weight was also decreased
significantly. In X Hospital, patient were diagnosed with goiter, but patient were just having
some medicines for about 2 months and stopped taking the medicines by herself because she
already feeling better.
Physical examination: Delirium awareness, BP(blood preasure) 110/60(one hundred ten per sixty mmHg,
Pulse 140(one hundred forty
) x/min, irregular with good filling, Breathing frequency 24 – 26 x/min, Temperature 40,20C.
Patient looks weak.
Eye: Jaundice (-), exophthalmos (Pic.A), goiter (Pic.B), Bruit from neck auscultation.
Pulmo Examination: Bronchial sound with crackles on the right inferior lungs.
Cardiac Examination: Cardiomegaly, Irregular herat rate 150 (one hundred fifty
)x/min, gallop (-),
Extremity Examination: Tremor and acropachy (Pic. C) and pitting edema in both extremities.
Picture A Picture B
Picture C
Nn. L, 48 tahun, dibawa ke IGD dengan demam tinggi sejak 3 hari yang lalu dan penurunan
kesadaran sejak hari terakhir. Pasien juga mengeluhkan : batuk berdahak, sulit bernafas, mual
dan muntah. Pasien tampak semakin sesak setelah berjalan agak jauh. Sejak 3 bulan yang lalu,
pasien mengeluh diare, jantung berdebar, gemetar dan lemas di sekujur tubuh. Berat badan
pasien juga menurun secara signifikan. Di RS X, pasien didiagnosis penyakit gondok, tetapi
pasien hanya minum obat selama kurang lebih 2 bulan dan berhenti minum obat sendiri karena
sudah merasa lebih baik.
Pemeriksaan fisik : Kesadaran delirium, TD 110/60 mmHg, Nadi 140 x/menit, ireguler dengan
pengisian baik, Frekuensi nafas 24 – 26 x/menit, Suhu 40,20C. Pasien tampak lemah.
Mata : Jaundice (-), exophthalmos (Pic.A), goiter (Pic.B), Bruit dari auskultasi leher.
Pemeriksaan Pulmo : Suara bronkus dengan ronki pada paru kanan inferior.
Pemeriksaan Jantung : Kardiomegali, Denyut nadi tidak teratur 150 x/menit, gallop (-),
Pemeriksaan Ekstremitas: Tremor dan akropaki (Gambar C) dan pitting edema pada kedua
ekstremitas.
Kata sulit:
Delirium: yaitu penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur
bangun yang terganggu. Pasien tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi dan
meronta-ronta.
Mual (nausea) : sensasi tidak menyenangkan yang secara samar mengacu pada
epigastrium dan abdomen, dengan kecendrungan untuk muntah. unpleasant
sensation vaguely referring to the epigastrium and abdomen, with a tendency to
vomit.
Nyeri epigastrium : rasa sakit pada daerah perut bagian tengah dan atas yang
terletak pada antar angulus sterni. pain in the middle and upper abdominal area
located between the sternal angles.
Goiter: Goiter atau struma berasal dari bahasa Latin “tumidum gutter” yang
artinya tenggorokan yang membesar. Definisi lain goiter adalah kelenjar
tiroid yang membesar dua kali atau lebih dari ukuran normal atau berat nya
mencapai 40 gram atau lebih. Goiter or goiter comes from the Latin "tumidum
gutter" which means an enlarged throat. Another definition of goiter is an
enlarged thyroid gland that is two or more times its normal size or weighs 40
grams or more.
Distensi:
Exsofthalmus: bola mata yang menonjol keluar (eksoftalmus) atau adanya retraksi
atau tarikan kelopak mata,
When there is an increase in the volume of tissue behind the eye, the
eye will appear to protrude from the face.
Tremor
Bruit: suara yang terjadi di dalam pembuluh darah akibat turbulensi, mungkin
karena penumpukan plak atau kerusakan pada pembuluh darah. Bising atau bruit
adalah bunyi jantung abnormal yang terjadi akibat kelainan pada sistem katup
jantung
T3
(Tri iodothyronin)
T4
(Tyroksin)
TSH
Tremor
Tremor ini disebabkan oleh bertambahnya kepekaan sinaps saraf di
daerah medula yang mengatur tonus otot. Tremor ini merupakan cara
penting untuk memperkirakan tingkat pengaruh hormon tiroid pada sistem
saraf pusat.Mekanisme tremor adalah adanya hormone tiroid yang lebih
dari normal mengakibatkan kenaikan aktivitas simpatis meningkatknya
proliferasi dari katekolamin, dan menurunnya reseptor menyebabkan
terjadilah efek simpatomimetik efek mirip dengan perangsangan aktivitas
saraf simpatik. Central Nervous System (CNS), overstimulationtremor
Salah satu gejala yang paling khas dari hipertiroidisme adalah timbulnya
tremor halus pada otot. Tremor ini bukan merupakan tremor kasar seperti
yang timbul pada penyakit Parkinson atau pada waktu menggigil, sebab
tremor ini timbul dengan frekuensi cepat yakni 10 sampai 15 kali per detik.
Tremor ini dengan mudah dapat dilihat dengan cara menempatkan sehelai
kertas di atas jari-jari yang diekstensikan dan perhatikan besarnya getaran
kertas tadi.
Takikardi
Produksi T4, T3 yang tinggi tersebut berasal dari stimulasi
antibodi stimulasi hormon tiroid (TSH-Ab) atau
thyroid stimulating immunoglobulin (TSI) yang berinteraksi
dengan reseptor TSH di membran epitel folikel tiroid,
yang mengakibatkan peningkatan aktivitas saraf simpatis tubuh.
Salah satunya peningkatan saraf simpatis di jantung, sehingga
impuls listrik dari nodus SA jantung meningkat, menyebabkan
kontraksi jantung meningkat lalu mengakibatkan fraksi ejeksi
darah dari ventrikel berkurang dan meningkatkan tekanan darah
dan denyut nadi.Sekresi hormon tiroid yang meningkat akan
menyebabkan peningkatan respons terhadap sistem saraf
simpatis akibat meningkatnya jumlah dan
afinitas β-adrenoreceptor.
Bagan:Stimulasi Ab Thyroid Stimulating Hormon (TSH
-Ab) atau thyroid stimulating immunoglobulin
(TSI) berinteraksi dengan reseptor TSH di membran epitel folikel
tiroid->T4T3 ->aktivitas saraf simpatis impuls listrik dari SA
node kontraksi jantung fraksi ejeksi darah dari ventrikel
TD & denyut nadi
Eksoftalmus
Fibroblas orbita mengekspresikan reseptor TSH di permukaannya
fibroblast mengalami diferensiasi menuju adiposit matang dan
mengeluarkan glikosaminoglikan hidrofilik ke interstitial sebagai respon
terhadap antibodi anti reseptor TSH di darah dan sitokin kombinasi
infiltrasi limfosit, sel mast, sel plasma, pengendapan glikosaminoglikan,
adipogenensis dalam jaringan ikat orbita eksoftalmus tersensitasinya Ab
sitotoksik terhadap antigen TSH-R fibroblast orbita,otot orbita dan jaringan
tiroid inflamasi pada jaringan fibroblas orbita reaksi autoimun pada
jaringan ikat di dalam rongga mata Jaringan ikat dengan jaringan
lemaknya menjadi hiperplasik sehingga bola mata terdorong keluar dan
otot mata terjepit eksoftalmus.
Jawab:
Jawab:
Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih
dikarenakan oleh zat toksin yang masuk kedalam tubuh. Pada kasus ini,
(endotoksin dari S.typhi) kedalam tubuh kita yang akan merangsang pelepasan
zat pirogen oleh leukosit. Dengan masuknya S.typhi tersebut, tubuh akan
pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk
sebagai pirogen endogen (khususnya IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi.
Asam arakhidonat dapat keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.
meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya
rangka) ini ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Dan
terjadilah demam.
Jawab :
Jawab :
Demam tinggi
Diare
Batuk
eksoftalmus(+)