You are on page 1of 10

JRE: Jurnal Riset Entrepreneurship e-ISSN: 2621-153X

http://journal.umg.ac.id/index.php/jre
JRE 3 (1) 2020, 10-19

PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN KOMODITAS KOPI:


TRANSFORMASI DARI BUDAYA TRADISIONAL KE BUDAYA
PETANI INDUSTRI
Muhammad Zakki
Universitas Sunan Giri Surabaya
muhzakki@unsuri.ac.id

ABSTRACT
Food and Agriculture Organization of United Nation (FAO) 2017 data shows that Indonesia is the fourth
largest coffee producing country. In this research, there is a focus on how coffee development and
marketing strategies in East Java when viewed from the aspect of farmers cultural transformation and
agricultural governance. The research methodology used in this research is observation, in-depth
interview discussions with resource persons who are active and representative to be key informants. They
were the speakers besides being industry players, farmers and exporters who were members of national
and international coffee associations. From the results of the interview with the interviewees, we produce
a finding and we do an analysis. The results are as follows: 1) In developing coffee business and
marketing it is necessary to do an alternative and strategy that encourages the development of a national
coffee business, especially in East Java, by doing; a) Revitalization of plantations; b) Support issues; c)
Value added coffee (value added), d) Increased productivity and quality and quality of human resources.
2) The other efforts undertaken in this study are the importance of a transformation value for coffee
farming, the transformation which originally adhered to traditionalist culture, namely stagnating to only
produce coffee fruit harvest, it needs to be transformed into a modern farmer that is industrial-based
agriculture.

Keywords: cultural transformation, industrial farmers, development and marketing of coffee

PENDAHULUAN 1. Faktor Budaya Petani Kopi (Peasant Coffea)


Kultur yang membentuk petani kopi
Potensi komoditas kopi Indonesia terbilang masih berbasis konvensional hanya pada luas
cukup besar. Data FAO 2017 menunjukkan lahan dan tenaga kerja, tidak berorientasi dan
Indonesia merupakan negara penghasil kopi berbasis teknologi. Namun demikian, satuan
terbesar keempat dunia setelah Brasil, Vietnam, teknologi sebagai ukuran pertanian modern
dan Kolombia. Brasil memproduksi 2.680.515 perlu diperkuat dengan organiasi kerja dengan
ton kopi, disusul Vietnam 1.542.398 ton, budaya industrial, sehingga petanian di masa
Kolombia 754.376 ton, dan Indonesia sebesar depan adalah pertanian yang berbudaya
668.677 ton. Namun dari luas lahan kopi, industri. Dengan kata lain, pertanian dikelola
Indonesia berada di urutan kedua (1,25 juta ha). secara industri dengan organisasi kerja yang
Brasil tetap di nomor wahid seluas 1,8 juta ha, terspesialisasi, efisien dan produktif. Karena
disusul Pantai Gading (sekitar 1 juta ha) dan itu, gagasan pertanian yang berbudaya industri
Kolombia seluas 798.358 ha. perlu menjadi paradigma pembangunan
(ekonomibisnis.com, diakses 30/01/2020). pertanian.
Jika melihat data jumlah produksi dan Untuk memahami konsep budaya petani
luas lahan yang dimiliki Indonesia, terdapat (peasant), kreteria sosial budaya perlu dibuat
indikasi bahwa tingkat produktivitas kita masih dalam kerangka memahami konsep tersebut, di
rendah, yaitu hanya 731 kg per hektare antaranya: (1) Tingkat kontak dengan
(Kementan 2018). Setidaknya faktor yang masyarakat luar (degree of outside contact).
menyebabkan tingkat produktivitas petani dan Petani peasant ini, tingkat kontak dengan
produsen kopi rendah menurut Zakki (2007) masyarakat luar relatif rendah dan cenderung
adalah sebagai berikut: lokalistik; (2) Tingkat motivasi aktualisasi diri,
umumnya petani ini motivasinya rendah
Muhammad Zakki / Pengembangan Dan Pemasaran Komoditas Kopi : Transformasi .......

sehingga cenderung pasif dan tak berdaya sebagai berikut: (1) Pengetahuan merupakan
menerima perubahan. landasan utama dalam pengambilan keputusan
Wolf dalam Zakariya membuat tiga (bukan intuisi atau kebiasaan saja), sehingga
kategori ciri petani peasant ini: Seorang petani kebutuhan terhadap perkembangan dan kualitas
(peasant) menghasilkan komoditi pertanian informasi akan semakin tinggi; (2) Kemajuan
dengan corak tanam (baca: tanam kopi); teknologi merupakan instrument utama dalam
Seorang petani adalah pemilik atau penggarap pemanfaatan sumber daya; (3) Mekanisme
yang mempunyai otoritas kontrol terhadap pasar merupakan media utama dalam transaksi
tanah yang digarapnya. Tujuan utama barang dan jasa; (4) Efisiensi dan produktifitas
berproduksi bagi petani adalah untuk keperluan sebagai dasar utama dalam alokasi sumber daya
rumah tangganya (subsistence oriented). Petani karenanya membuat hemat dalam penggunaaan
menjual hasil tani untuk memenuhi kebutuhan sumber daya; (5) Mutu dan keunggulan
sehari-hari. Hal ini berbeda dengan petani yang merupakan orientasi, wacana, sekaligus tujuan;
menjual hasil tani untuk mendapatkan (6) Profesionalisme merupakan karakter yang
keuntungan sebagai modal (investable profit) menonjol; (7) Perekayasaan harus
(Wolf, 1974). menggantikan ketergantungan pada alam,
Budaya petani peasant ini membuat sehingga setiap produk yang dihasilkan
kreatifitas untuk melakukan inovasi teknologi senantiasa memenuhi persyaratan yang telah
dan menggunakan varietas unggulan menjadi ditetapkan terlebih dahulu dalam hal mutu,
hilang. Bertanam alakadarnya dan jumlah, berat, volume, bentuk, ukuran, warna,
konvensional menjadi sebuah pilihan. rasa dan sifat lainnya dengan ketepatan waktu.
Akibatnya, hasill jual produk tani menjadi Budaya yang berorientasi pertanian
rendah dan jauh dari standar ekspor. Karena itu, industri akan dipengaruhi dan didukung oleh
perlu transformasi budaya: Yakni transformasi budaya modern. Budaya modern akan
dari budaya peasant ke budaya petani-industri. membentuk budaya pertanian industri.
Transformasi tersebut menjadi wacana, Masyarakat petani akan terbentuk dengan
baik dalam studi antropologi ekonomi maupun budaya modern yang menggitarinya. Dalam
politik. Dalam antropologi sering di sebut konteks tersebut, Alex Inkeles (1985) dalam
dengan Redfield yang memahami masyarakat Maryati (2001), bahwasannya dalam membuat
tani (peasant) pada konteks budaya, yang rumusan budaya modern, sebagai berikut: (1)
dikaitkan dengan konsep great tradition (tradisi Kesediaaan untuk menerima pengalaman-
agung) dan little tradition (tradisi kecil). pengalan baru dan keterbukaan bagi
Tradisi agung merupakan representasi pembaharuan dan perubahan; (2) Memiliki
budaya kota akan memberikan pengaruh besar kesanggupan untuk membentuk atau
pada tradisi kecil di pedesaan. Petani mempunyai pendapat mengenai jumlah
merupakan satu bagian dari sebuah peradaban persoalan dan hal-hal yang tidak saja timbul di
besar, posisi dari masyarakat primitif ke sekitarnya; (3) Tanggapannya mengenai dunia
masyarakat modern. Komunitas petani adalah opini lebih bersifat demokrasi. Ia akan sadar
dinamis karena mengalami transformasi akibat keragaman sikap dan opini di sekitarnya; (4)
dari kontak budaya (cultural contact) dengan Pandangannya ditujukan pada masa kini dan
great tradition, dan kemudian menimbulkan masa depan, bukan masa lampau; (5)
satu kontinum yang kemudian di sebut sebagai Menginginkan dan terlibat dalam perencanaan
folk urban continum. Membangun paradigma serta organisasi dan menganggapnya sebagai
budaya petani-industri agaknya menjadi pilihan sesuatu yang wajar dalam hidupnya; (6) Berada
mendesak karena pertimbangan perubahan dan dalam keadaan yang dapat diperhitungkan,
tuntutan ekonomi. percaya akan adanya sesuatu dunia yang cukup
Budaya petani industri merupakan tertib di bawah kendali manusia; (7) Sadar akan
cerminan dari landasan sikap rasional sehingga harga diri orang lain dan bersedia
lebih mengakses pada penguasaan teknologi menghargainya; (8) Percaya pada ilmu dan
untuk memacu kualitas, efisiensi dan teknologi (9) Percaya bahwa imbalan yang
produktifitas. Kerangka umum petani budaya- diberikan sesuai dengan tindakan-tindakan,
industri bagi pertanian diungkapkan Ginanjar bukan karena hal-hal atau sifat-sifat yang
kartasasmita, bahwa ciri pokok landasan dimiliki seseorang yang tidak ada hubungannya
rasional dalam pertanian-industri, adalah dengan tindakannya.

11
JRE: Jurnal Riset Entrepreneurship -Volume 3 Nomor 1, Pebruari 2020;10-19

Dalam konteks tersebut, tampaknya Mr. Watanabe ketika mengunjungi petani kopi
menarik jika teori Emile Durkheim (1990), di Jawa Timur mempertegas perlakuan kopi di
diangkat untuk menjelaskan fenomena budaya Indonesia. Kopi produk Indonesia harus
modern pada petani budaya-industri. Budaya memenuhi standar pasar Jepang. Mr. Yoshi
modern adalah tipe solidaritas organis. Tipe mengatakan: “Perusahaan kami akan sangat
solidaritas organis ini ditandai dengan adanya senang jika petani kopi di Indonesia
diferensiasi sosial melalui pembagian kerja menerapkan pertanian sistem organik tanpa
yang tinggi. Adanya pembagian kerja ini akan menggunakan peptisida dan pupuk kimia.”
meningkatkan hubungan kesalingtergantungan. Bahkan, lebih jauh dan teliti pasar Jepang dan
Dalam pembagian kerja yang tinggi akan Eropa memperhatikan proses penanaman,
tercipta masyarakat yang heterogen. Namun pengelolaan dan perlakuan petani untuk
demikian, ikatan kesadaran kolektif (collective mendapatkan produksi kopi bermutu, petik
conscience) yang mengikat masyarakat merah, dan proses penjemuran pasca panen. Hal
tradisional dalam suatu solidaritas berupa ini perlu diperhatikan, karena aroma biji kopi
konsensus moral, kepercayaan, ikatan etnis, dan sangat peka terhadap keadaan sekitar. Bila
emosional lainnya, tidak akan hancur dengan dijemur di atas tanah tanpa alas, kopi akan
berubahnya masyarakat menjadi modern. berbau tanah. Demikian juga jika disimpan di
Hanya ikatan kesadaran kolektif akan kurang gudang harus hati-hati terhadap kontaminasi
dominan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi bau asing. Pihaknya akan melakukan tes
tetap menjadi landasan moral dalam hubungan- langsung mengenai mutu kopi Indonesia
hubungan sosial modern yang bersifat dengan merasakan dan mencium langsung bau
kontraktual. Karena itu, ciri pertanian–industri kopi. Hal ini untuk memastikan apakah aroma
dan budaya modern tersebut perlu dibentuk biji kopi tidak tercampur bau lain. Selain itu,
untuk mewujudkan pertanian yang berorientasi diuji juga kadar air yang terdapat di dalam biji
nilai tambah (addet value). Dengan orientasi kopi. Memang konsumen Jepang dan Eriopa
nilai tambah diharapkan petani mampu sangat peduli dengan mutu kopi . Orang Jepang
meningkatkan nilai tukar komoditi pertanian menyukai biji kopi berukuran sedang (kurang
yang selama ini mengalami kelesuan. Pengolah lebih 5,5 mm), sedangkan pasar Eropa lebih
produk hilirnya belum dilakukan secara menyukai biji kopi yang besar.
intensif. Untuk itu, pemeliharaan tanaman, pasca
2. Faktor Tuntuhan Pasar yang Berstandar panen dan penanganan pada setiap tahapan
Ekspor. pengolahan kopi perlu mendapatkan perhatian
Kopi produksi petani harus berstandar serius dengan memenuhi standar kualifikasi
ekspor, yakni hasil kopi yang memenuhi health ekspor. Hal itu dilakukan untuk memperoleh
protect, cara bertanam yang ramah lingkungan hasil kopi dan harga yang baik. Peningkatan
dan bebas dari jamur Ochratoxin A. Kualifikasi produktifitas dan mutu kopi dapat dicapai
tersebut memang agak susah diterapkan petani melalui penyempurnaan aspek prapanen, pasca
kopi. Kualifikasi tersebut seringkali diabaikan panen, lembaga pemasaran dan diferiensiasi
sehingga berakibat rendahnya produktifitas dan harga. Aspek prapanen dapat ditempuh dengan
hasil jualnya menjadi rendah. Di samping itu, penggunaan bahan tanam unggul dan teknologi
tuntutan konsumen kopi dunia terhadap mutu perbanyakan massal. Khusus untuk pascapanen,
hasil panen petani di Indonesia semakin tinggi. perlu menggalakkan sistem pengolahan basah,
Buyer Jepang misalnya, meminta petani kopi baik untuk kopi Arabika maupun Robusta.
Indonesia menerapkan sistem pertanian Sisi pemasaran perlu digagas pola
organik. Hal ini dilakukan guna meningkatkan kemitraan terpadu antara petani, eksportir dan
kualitas kopi dan mendongkrak harga kopi. perbankan dengan pola plasma dan inti plasma.
Untuk itu, budidaya kopi di Indonesia harus 3. Faktor Keterbatasan Teknologi, Sarana
menerapkan standar organik. Bibit dan Pendukung dan Belum Optimalnya
pemeliharaan kopi harus bebas dari peptisida Pembinaan Petani Kopi.
dan herbisida. Faktor tersebut menyebabkan rendahnya
Dalam pertemuan yang di ikuti peneliti mutu kopi yang berakibat pada rendahnya
pada forum Dewan Kopi Jawa Timur penghasilan petani kopi. Untuk itu, pemerintah
12/01/2020 di Surabaya, ada Perwakilan dua dan lembaga terkait bersama-sama
orang dari Luar negeri (buyer): Mr Yoshi dan menyediakan teknologi, sarana dan prasarana

12
Muhammad Zakki / Pengembangan Dan Pemasaran Komoditas Kopi : Transformasi .......

guna menunjang kelangsungan petani kopi Teknik Analisis


dengan memberikan pembinaan dan Teknik analisis pada penelitian ini
penyuluhan secara intensif dan optimal. menggunakan rekaman dan hasil rekaman
Pengembangan teknologi yang dapat kemudian ditranskip menggunakan teknik
menghasilkan produk khusus, seperti kopi verbatim yang bertujuan untuk menuliskan satu
spesial agaknya perlu mendapatkan perhatian per satu kata yang diucapkan dalam setiap
utama. Termasuk teknologi pasca panen pembicaraan yang sudah direkam. Setelah itu
sehingga dapat menjadi trend setter bagi peneliti mengelompokkan (kategorisasi) dan
penikmat kopi dunia. Di samping upaya inovasi dilanjutkan dalam proses pembahasan.
pengembangan tersebut dapat menciptakan Membahas dan menganalisa setiap kutipan
agrobisnis pada komoditas kopi tetap menjadi yang berhubungan dengan konten bahasan
menarik bagi dunia usaha. penelitian dengan bantuan lampiran hasil
Untuk itu, pemerintah dan semua pihak transkip.
yang terkait dapat menghasilkan berbagai
inovasi dan pengembangan teknologi untuk Profil Informan/Narasumber
terus mendorong kemajuan perkopian nasional, No Nama Jabatan/Organis
khususnya di tataran tingkat petani. asi
PTPN XII di Surabaya misalnya, telah 1 Dr. Hutama Sugandi (58 Ketua GAEKI
berhasil memasarkan kopi spesial ke th) (Gabungan
mancanegara. PT. Aneca Coffee Industri (ACI) Eksportir Kopi
juga bisa memasarkan kopi hasil prduksinya Indonesia)
hingga ke berbagai manca negar. Bahkan ada 2 Isdarmawan Asrikan, Eksportir Kopi
juga yang berasal dari pengusaha kelas MBA (63 th)
menengah (UMKM) bisa menembus pasar 3 Heri Cahyo BS, MM (29 FUKJ (Forum
Australia, waktu itu ekspor perdananya tahun th) Urusan Kopi Jawa
2016. Timu)
Dalam riset ini, memliki fokus pada 4 Misbachul Khoiri, SP Petani dan Ketua
bagaimana strategi pengembangan dan (48 th) Asosiasi Petani
pemasaran kopi di Jawa Timur jika ditinjau dari Kopi Jawa Timur
aspek transformasi budaya petani dan tata 5 Sukarmanto (59 th) Petani Kopi
kelola pertanian? Tulungagung
6 Ir. Sukri (43 th) Manajer Kebun
Metode Penelitian Kopi PT. Indoco
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, Jaeyen
karena untuk mengeksplorasi dan memahami 7 Nurul Huda (44 th) Petani Kopi
makna yang dianggap berasal dari masalah Bondowoso
sosial (2014). 8 Abdul Ghofur (49 th) Petani Kopi dan
Dewan Kopi Jawa
Metode Pengumpulan Data Timur
Indepth Interview
Indepth interview memiliki beberapa tahapan
dalam proses pengumpulan datanya, tahapan Trianggulasi
tersebut yaitu sebagai berikut: Riset ini menggunakan trianggulasi sumber.
a) Persiapan awal Sumber yang didapatkan ialah hasil dari
Peneliti membuat janji dengan wawancara mendalam (indepth interview).
informan untuk melakukan wawancara.
b) Proses wawancara Analisis dan Pembahasan
Peneliti menyampaikan isu yang Dalam analisis dan pembahan dalam riset ini
menjadi topik dalam penelitian. akan di memaparkan sebuah analisa terkait
Pelaksanaanya dengan langsung pengembanagan usaha kopi dan pemasaran
melakukan wawancra secara mendalam kepada ditinjau dari aspek budaya perilaku petani dan
narasumber atau informan di departemen produsen kopi yang aktif pada sebuah
pemasaran dan pengembangan usaha. perhimpunan, asosiasi dan forum yang

13
JRE: Jurnal Riset Entrepreneurship -Volume 3 Nomor 1, Pebruari 2020;10-19

menangani probelmatikan perkopian di Jawa antara pusat dan daerah, sehingga lebih
Timur. menguntungkan secara ekonomi dan sosial
dalam skala yang lebih makro. Di samping itu,
Strategi Pengembangan dan Pemasaran otonomi daerah harus diterjemahkan sebagai
Kopi suatu kewenangan daerah agar lebih leluasa
Sebagai komoditas unggulan, pengembangan mengembangkan kombinasi strategi
kopi di masa mendatang agaknya menjadi pemanfaatan suatu keunggulan komperatif dan
sangat penting. Komoditas ini banyak keunggulan kompetetif yang ada di suatu
mempunyai nilai unggulan, di antaranya: Masih daerah otonom.
memungkinkan terjadinya peningkatan daya Pemerintah pusat dan daerah harus
saing secara optimal; peluang peningkatan merangsang dunia usaha swasta untuk
produktifitas dan kualitas lahan/ tanaman masih menggarap dan memanfaatkan inisiatif investasi
terbuka lebar; kesediaan ilmu pengetahuan dan baru di tingkat daerah untuk mengembangkan
teknologi serta penyerapan tenaga kerja yang agribisnis dan basis sumberdaya alam lain.
masih memadai; terbukanya peluang Pemerintah pusat perlu memberikan insentif
peningkatan nilai tambah; eksistensi kopi lebih besar untuk inisiatif investasi di tingkat
Indonesia masih diperhitungkan di dunia daerah demi masa depan ekonomi Indonesia
terbukti permintaan luar negeri terhadap kopi yang cerah dan berkelanjutan (Bustanul Arifin,
produk Indonesia makin meningkat; 2004)
karakteristik kopi Indonesia sangat khusus yang Mengacu pada staregi di atas, kebijakan
tidak dimiliki oleh kopi produk negara lain; dan yang di tempuh pemerintah pada sektor
potensi pengembangan produk spesiality dan agribisnis perkopian, setidaknya adalah sebagai
organik serta potensi lahan yang berikut:
memungkinkan. 1. Peningkatan Produktifitas dan Mutu
Dalam konteks tersebut, strategi pengembangan Kopi
kopi ke depan adalah mewujudkan sistem dan Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk
usaha agribisnis kopi dalam suatu Kawasan meningkatkan produktifitas tanaman serta mutu
Industri kopi. Menueurt Bapak Heri Cahyo, 29 th dari
Masyarakat Perkebunan (KIMBUN) yang FUKJ (Forum Urusan Kopi Jawa Timur) pada
berdaya saing, berkeadilan dan terdesentralisasi wawancara 10 November 2019, sebagai berikut:
untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran “…bahwa, secara bertahap dapat ditempuh,
rakyat. antara lain melalui: Pertama, rehabilitasi
Peningkatan daya saing, harus dimulai dari kopi rakyat dengan klon unggul dan
keberanian pemerintah untuk memberikan intensifikasi yang didukung dengan
insentif fiskal dalam berbagai kegiatan investasi pembinaan mutu di tingkat petani.
di Indonesia. Karena itu, untuk meningkatkan Orientasi penanaman bibit kopi harus
daya saing industri perkopian nasional, tidak memenuhi kualifikasi: Produktifitas,
hanya sekadar membutuhkan kebijakan industri kualitas dan ketahanan terhadap gangguan
perkopian nasional, melainkan membutuhkan hama dan penyakit. Kedua, pembinaan dan
keselarasan dengan kebijakan fiskal yang sosialisasi teknik budidaya kopi yang
menentukan keberhasilan target industri berorientasi pada peningkatan kualitas dan
perkopian. produktifitas. Ketiga, pemerintah harus
Dalam konteks keadilan dan otonomi, memberikan fasilitas sarana dan pra
pembangunan kawasan industri agribisnis ini sarana produksi. Mengingat petani kopi
merupakan salah satu faktor amat vital dalam masih menggunakan alat sederhana dan
desentralisasi ekonomi karena hal itu akan masih konvensional, jauh dari teknologi
sangat kompatibel dengan kebutuhan dan modern. Keempat, akselerasi peningkatan
potensi sebagian besar daerah otonom produksi dan produktifitas kopi disertai
Indonesia. Karena itu, upaya peningkatan dengan kegiatan evaluasi untuk exiting
kemandirian daerah dalam melakukan promosi area yang secara kultur teknis tidak cocok
investasi dan penciptaan lapangan kerja untuk tanaman kopi. Kelima, membangun
menjadi penting dilakukan. Konsep usaha penangkaran benih di sentra
desentralisasi ekonomi merupakan tuntutan tanaman kopi yang berbasis teknologi dan
efisiensi dan skala ekonomi yang lebih adil bervariasi pasar dengan model Waralaba

14
Muhammad Zakki / Pengembangan Dan Pemasaran Komoditas Kopi : Transformasi .......

yang di dukung unit perbenihan yang ada “…jaringan dan kerjasama, setidaknya
di tingkat kabupaten”. petani, pelau industry dan pemerintah
Hal yang disampaikan Bapk Heri yang bersatu mengawal masa depan pertanian
merupakan representative dari forum urusan kita…”
kopi di Jawa Timur sungguh telah memberikan Jaringan kelembagaan ekonomi yang secara
pencerahan terkait dengan permasalahan SDM operasional dapat dikembangkan sebagai
petani. kelembagaan pengaman produksi hingga
Peningkatan mutu SDM Pertanian terbentuknya kelembagaan niaga, terutama
dilaksanakan melalui tiga misi: Penyuluhan, untuk tujuan meningkatkan efisiensi ekonomi
pendidikan dan pelatihan. Operasionalnya dalam pengelolaan surplus produksi
dijabarkan ke berbagai kegiatan pokok (marketable surplus). Karena itu, perlu
penguatan dan pengembangan kelembagaan mengintegrasikan tiga tingkat pengelolaan
penyuluhan petani; penataan ketenagaan dan usaha sekaligus: Kelembagaan produksi
mekanisme kerja penyuluhan; pengembangan (berbasis sumber daya alam, hayati, dan tenaga
program penyuluhan; pengembangan sumber- kerja keluarga), pelembagaan prosessing lokal
sumber pembiayaan; pengembangan pendidikan dan kelembagaan pemasaran hasil akhir.
tinggi penyuluhan menjadi lembaga pencetak 3. Dukungan Permodalan
penyuluh pertanian ahli; penyelenggaraan Maksud dari kebijakan permodalan ini
pendidikan kejuruan menengah pertanian; adalah tersediannya pembiayaan guna
penyelenggaraan pelatihan pertanian yang pengembangan kopi Indonesia. Menurut dr.
berbasis kompetensi kerja; dan upaya-upaya Hutama Sugandhi (58 th) selaku Eksportir yang
khusus penanggulangan kemiskinan dan juga sebagai ketua GAEKI (Gabungan
pemberdayaan masyarakat tertinggal/ lokal. Eksportir Kopi Jawa Timur) menyampaikan
2. Peningkatan Ekspor dan Nilai Tambah sebagai berikut:
Kopi “Kebijakan dukungan permodalan sangat
Barangkali obsesi besar bagi kalangan pelaku penting, karena kami sering menjumpai
usaha perkopian adalah bagaimana ekspor kopi para petani kopi yang ingin di support
tidak berupa bahan mentah, melainkan juga terkait permodalan agar bisa menghasilkan
dalam bentuk produk olahan dengan mutu kualitas hasil panen yang bagus, modal ini
bagus yang dikendaki konsumen. Karena itu, aan diperuntukkan seperti pembelian pupuk
obsesi ini bisa terwujud. dan biaya perawatan hasil panen…. Dan….
“…setidaknya ada empat hal penting yang hal ini itu bisa dilakukan oleh pemerintah
harus dilakukan; 1) pengembangan produk hilir; dan swasta. Kebijakan ini harus ditempuh
2) melakukan negosiasi dengan eksportir kopi; secepatnya oleh pemerintah dengan
3) mengadakan kesepakatan-kesepakatan dan melakukan gerakan ke arah tersebut,
kerjasama kemitraan dengan pihak lain yang misalnya pemberian fasilitas kredit kepada
terkait di bidang produksi dan pemasaran; 4) petani melalui koperasi atau usaha-usaha
mendukung terwujudnya jaringan (neet lain dengan suku bunga yang rendah,
working), kerjasama dan koordinasi yang barangkali bisa membantu teman-teman
harmonis dan berkelanjutan antarpelaku yang mereka para petani, jujur kami sangat
terkait di bidang usaha agribisnis” (Asrikan, butuh kopi hasil anen petani yang
63 th) berkualitas yang tidak kalah dengan
Meneurut analisa peneltii bahwa apa yang negara Vietman…”.
disampaikan oleh Bapak Isdarmawan Asrikan Pemberian fasilitas kredit kepada petani
selaku Eksportir kopi ini cukup meyakinkan kopi melalui koperasi atau usaha-usaha lain
bahwa upaya pembentukan jaringan menjadi kebutuhan mendesak. Membangun
kelembagaan ekonomi ideal agaknya penting kemitraan terpadu antara pemerintah,
dilakukan. perbankan dan pabrikan (eksportir) agaknya
Pak Ir. Sukri (43 th) beliau adalah Manajer solusi yang arif dan bijaksana untuk
Kebun di perusahaan perkebunan PT. Indoco diwujudkan. Hal yang sama juga disampaikan
Jaeyen yang berlokasi di Tulungagung dengan oleh Bapak Ghofur (49 th), petani yang juga
luas lahan 650 hektar, juga menyampaikan hal pengurus Dewan Kopi Jawa Timur, sebagai
yang sama, sebagai berikut: berikut:

15
JRE: Jurnal Riset Entrepreneurship -Volume 3 Nomor 1, Pebruari 2020;10-19

“…ya, penting modal bagi teman-teman petani penting. Penyatuan unit usaha tersebut
sangat penting sekali, termasuk bagi kami harus berlandaskan pola kemitraan sejati
eksportir kopi yang mengambil biji kopi dari yang menjunjung tinggi kejujuran, bukan
petani”. kemitraan semu. Membangun kemitraan
Point penting dalam peneitian ini adalah semu akan tetap memposisikan petani
salah satunya dukungan permodalan. dalam posisi lemah yang tidak mempunyai
4. Revitalisasi Perkebunan bergaining kuat. Kegagalan kemitraan
Kepedulian pemerintah terhadap revitalisasi dalam bentuk plasma dan inti plasma pada
perkebunan menjadi sebuah keharusan, masa lalu karena yang terbangun hanya
terutama perkebunan komoditas kopi. kemitraan semu….” (Heri, 29).
Revitalisasi ini diharapkan bisa memberikan Dalam analisa riset kami maka kami
nilai tambah (addet value) yang tinggi demi berpandangan bahwa industri perkopian
meningkatkan kesejahteraan rakyat, terutama nasional perlu direvitalisasi melalui
petani kopi. Karena itu, pemerintah harus peningkatan produktifitas dan mutu,
membuat blue print bisnis proses diversifikasi produk dan perluasan pasar.
pengembangan revitalisasi perkebunan yang Peningkatan produktifitas dan mutu kopi dapat
terintegrasi, baik pada aktifitas utama (primary dicapai melalui penyempurnaan aspek prapanen,
activities) maupun aktifitas pendukung (support pasca panen, lembaga pemasaran dan
activities) dalam upaya mencapai nilai tambah diferensiasi harga. Aspek prapanen dapat
yang signifikan demi tercipta pertumbuhan ditempuh dengan penggunaan bahan tanam
ekonomi yang sehat. unggul dan teknologi perbanyakan massal.
Bapak Heri Cahyo Bagus (FUKJ) Aspek pasca panen dapat ditempuh melalui
menyampaikan dalam wawancara kami upaya memaksimalkan penggunaan pengolahan
formulasi dari asek revitalisasi perkebunan, secara basah, baik pada kopi jenis Arabika
sebagai berikut: maupun Robusta. Aspek lembaga pemasaran
“Aktifitas utama dapat diformulasikan dapat ditempuh melalui pola kemitraan terpadu
mulai dari: (1) Ketersediaan lahan, bibit antara petani dengan eksportir dan perbankan.
dan pupuk; (2) Pengolahan hasil produksi; 5. Kebijakan Melindungi Produk Nasional
(3) Pemasaran dan distribusi penjualan. Pemerintah diharapkan memberikan
Dari tiap-tiap aktifitas utama tersebut kebijakan terhadap perlindungan produk
dapat diformulasikan dengan keterlibatan nasional, terutama produk hasil perkebunan.
instansi-instansi pemerintah dan swasta Kebijakan ini penting untuk menciptakan
untuk mendorong dan menjaga efektifitas sebuah keseimbangan usaha yang sehat dan fair,
pengelolaan sumberdaya perkebunan. di samping memberikan perlindungan kepada
Keuntungannya, di samping secara intens pelaku usaha. Menurut Pak Sukarmanto (59 th)
terjalin koordinasi dan sinergi petani kopi dari Tulungagung, sebagai
antardepartemen/ instansi, juga Eksportir Kopi menyampaikan sebagai berikut:
mengeliminasi diskomunikasi atau tumpang “….peranan dan memaksimalkan kinerja BSN
tindih program dan sistem. Aktifitas (Badan Standarisasi Nasional) sangat penting
pendukung dapat diformulasikan mulai dari: dan signifikan. Produk Indonesia hingga
(1) Infrastruktur; (2) Birokrasi dan SDM; sekarang banyak yang belum menggunakan
(3) Teknologi; (4) Pembiayaan; (5) Standar Nasional Indonesia (SNI), padahal
Pengawasan; (5) Hukum dan keamanan. seharusnya memiliki standar itu. Keuntungan
Pemerintah harus mencermati bahwa menggunakan SNI sangat banyak, di antaranya:
program revitalisasi perkebunan yang Melindungi keselamatan pengguna produk,
berorientasi petani people driven kesehatan dan lingkungan hidup serta
disesuaikan dengan dengan kebutuhan dan persaingan dan tingkat mutu produk. Sampai
kemampuan petani. Di samping itu, saat ini SNI ditetapkan secara sukarela dan
program tersebut harus berbasiskan nilai tidak diwajibkan. Namun, jika produk itu
tambah. Pemerintah harus membangun menyangkut keselamatan dan kesehatan
skala usaha petani yang bankable dan penggunanya, maka SNI menjadi wajib…”.
farming driven, sehingga penyatuan petani/ (Sukarmanto, 59 th).
lahan ke dalam unit usaha (Misalnya: Menurut analisis kami bahwa SNI perlu
plasma dan inti plasma) adalah sangat ditingkatkan supaya terjadi perdagangan fair,

16
Muhammad Zakki / Pengembangan Dan Pemasaran Komoditas Kopi : Transformasi .......

menentukan produk dalam negeri yang bermutu termasuk petani dan melibatkan pihak
sehingga dapat bersaing di pasar global serta perbankan…” (Heri, 29 th).
dapat meningkatkan nilai tambah produk. Proyek Kemitraan Terpadu (PKT)
Dengan adanya SNI konsumen dapat merupakan program kemitraan terpadu yang
terlindungi dari produk impor yang mutunya melibatkan usaha besar atau perusahaan (inti),
kurang baik. Dia mengakui, bahwa belum usaha kecil atau petani (plasma) dengan
banyak SNI yang menjadi acuan mutu dalam melibatkan perbankan sebagai pemberi kredit
perdagangan internasional, misalnya, Standart dalam suatu ikatan kerjasama yang dituangkan
International Rubber (SIR) yang diakui pasar dalam Nota Kesepakatan. Pemerintah ikut
internasional. memfasilitas dengan memberikan berbagai
Sedangkan kebanyakan produk industri program kebijakan yang mendorong
lainnya masih tergantung pada standar yang terwujudnya kemitraan tersebut. Tujuannya
ditetapkan oleh negara tujuan ekspor. Bahkan, meningkatkan kelayakan plasma, meningkatkan
beberapa produk ekspor Indonesia mengalami keterkaitan dan kerjasama yang saling
penolakan karena tidak memenuhi standar menguntungkan antara inti dan plasma, serta
internasional, misalnya komoditas udang. membantu bank dalam meningkatkan kredit
Karena itu, SNI diharapkan dapat menampilkan usaha kecil secara lebih aman dan efesien.
citra produk Indonesia di pasar Internasional. Maka dapat disimpulkan bahwa, dalam
Dengan citra mutu baik akan memudahkan analisa penelitian ini adalah proyek PKT ini
produk Indonesia menembus pasar merupakan kerjasama kemitraan dalam bidang
Internasional. Perusahaan pengguna SNI harus usaha yang melibatkan tiga unsur, yaitu: Petani
konsisten menjaga mutu produknya bukan atau kelompok tani atau usaha kecil, pengusaha
hanya sisi fungsional produk, melainkan juga atau eksportir, bank pemberi kredit. Masing-
sisi proses, konsumsi, pengiriman dan masing pihak memiliki peranan di dalam PKT
komunikasi. Sebab, dalam perdagangan yang sesuai dengan bidang usahanya.
internasional tidak hanya terbatas pada desain, Hubungan kerjasama antara kelompok petani/
harga dan kualitas, namun juga pada metode usaha kecil dengan pengusaha atau eksportir
pengadaan bahan baku, proses pembuatan serta dalam PKT, dibuat seperti halnya hubungan
pengemasan. antara plasma dengan inti di dalam pola
Transformasi dari Budaya Tradisional ke Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Petani/ usaha
Budaya Petani-Industri kecil merupakan plasma dan perusahaan/
Komoditas kopi adalah komoditas eksportir sebagai inti. Kerjasama kemitraan ini
andalan ekonomi bisnis yang prospektif. kemudian menjadi terpadu dengan pihak bank
Pemerintah, pelaku usaha kopi dan perbankan yang memberi bantuan pinjaman bagi
harus melakukan upaya-upaya konkret untuk pembiayaan usaha petani plasma. Proyek ini
meningkatkan kesejahteraan petani. Karena itu, disiapkan dengan mendasarkan pada adanya
perlu membangun proyek kemitraan terpadu di saling berkepentingan di antara semua pihak
antara ketiga komponen tersebut. Pola yang bermitra.
kemitraan yang disertai dengan transformasi Pak Isdarmawan (63) Eksportir Kopi dan
budaya. Transformasi budaya petani dari petani juga Pak Misbachul Munir SP (48 th) adalah
yang berorientasi pada tradisionalis ke modern Sarjana Pertanian, Petani, Aktivis Perkopian
yakni pada budaya petani pertanian yang saat ini sebagai Ketua Asosiasi Petani Kopi
berbasis industry. Jawa Timur, sepakat proyek kemitraan sebagai
Pak Heri Cahyo (FUKJ) pada 28 model pola kerjasama yang saling
Novermber 2019 menyampaikan kepada menguntungkan, sebagai berikut:
peneliti sebagai berikut: Isdarmawan:
“….petani harus ditransfromasi pengetahuan “…bagus ide itu cocok untuk pengembangan
dan oreiantasinya, yang tadinya hanya usaha kopi kedepan…. Petani harus
tradisional maka harus diajari bagaimana ditransformasi dari hanya sekedar panen harus
menjadi petani yang berorientasi ekspor, diajarkan membangun jejaring juga berfikir
industry dan modern… karena itu proyek maju alias mikir kedepan modern, dan bahkan
kemitraan harus dibangun, apa itu proyek petani bila perlu bisa eksor dan punya pabrik
kemitraan? Adalah sebuah proyek yang industry pengolahan kopi….” (Isdarmawan, 63
melibatkan usaha besar atau usaha kecil th).

17
JRE: Jurnal Riset Entrepreneurship -Volume 3 Nomor 1, Pebruari 2020;10-19

Hal yang sama, Pak Misbachul Munir (48 th), Implikasi Praktis
mengatakan: Diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
“…Harus dibudayakan. Menjadi budaya baru berikut:
dalam kemajuan petani yaitu orientasi kedepan a) Diharapkan menjadi bahan pemikiran
modern, dan visioner…” (Munir, 48 th). kebijakan Pemerintah Pusat, khususnya
Hal yang sama juga dikuatkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengenai
statement dari Pak Nurul Huda (44 th) adalah pemetaan ulang kondisi pertanian dan
petani kopi dari Bondowoso, sebagai berikut: khususnya petani kopi rakyat.
“… kayak saya gini ini harus banyak belajar b) Review berbagai kebijakan pengembangan
dan berfikir maju, coba-coba meninggalkan pemasaran dan pemberdayaan petani kopi
budaya lama dan saya ganti cara fikir saya dan usaha eksportir pada komoditas tersebut;
dengan mengganti budaya baru yaitu harus serta juga agar mengadopsi dan modifikasi
modern, pertanian di arahkan ke ranah pola-pola yang telah dikembangkan
industri…” (Munir, 48 th). subsektor lain yang telah terbukti efektif;
Hasil wawancara dengan para narasumber, Lebih mempertimbangkan partisipasi,
kami berkesimpulan bahwa proyek PKT ini potensi, dan kearifan masyarakat lokal guna
polanya harus berbeda dengan pola Proyek mensejahterakan masyarakat Indonesia,
Perkebunan Inti Rakyat (PIR) yang dinilai khususnya masyarakat Jawa Timur.
mempersubur fenomena kegagalan pasar
(market failures) yang ditunjukkan oleh struktur Implikasi Bagi Riset Kedepan
pasar yang sangat tidak sehat. Perusahaan Inti Untuk riset ke depan, riset ini dapat dilanjutkan
yang semula diharapkan bisa membina petani dengan melakukan riset dalam konteks
plasma, justru memanfaatkan power yang kebijakan, peluang dan tantangan
dimilikinya untuk menciptakan struktur pasar mengembangkan usaha perkopian dengan skala
monopsonis. Perusahaan sebagai inti menjadi usaha UKM, Koperasi, PT dan lainnya.
penentu harga (price determinator) untuk
produk yang dihasilkan petani plasma, DAFTAR PUSTAKA
sedangkan para petani plasma hanya menjadi
penerima harga (price taker) karena Arifin, Bustanul. (2004). Analisis Ekonomi
kemampuan tawar yang demikian rendah. Pertanian Indonesia, Kompas.
Bryson, John. (2005). Perencanaan Starategis
KESIMPULAN
bagi Organisasi Sosial, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
1. Dalam mengembangkan usaha dan
pemasaran kopi perlu dilakukan sebuah Chambers, Robert (1996). Memahami Desa
alternatif dan strategi yang mendorong agar Secara Partisipatif, Kanisius, Yogyakarta.
perkembangan usaha perkopian nasional, Darmawan Salma. (1995). Arah Perubahan
khususnya di Jawa Timur adalah dengan Sosial di Pedesaan Pasca Revolusi Hijau
melakukan; (Analisis 1, CSIS).
a. Revitalisasi perkebunan
b. Dukungan permoalan Durkheim, Emile (1964). The Devision of
c. Nilai tambah kopi (value Labour in Society, Free Press, Now York.
added), dan, Durkheim, Emile. (1990). Pendidikan Moral
d. Peningkatan produktifitas dan Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi
mutu dan kualitas SDM. Pendidikan, Jakarta. Erlangga.
2. Upaya lain yang penting dalam penelitian
ini adalah pentingnya sebuah nilai Inkeles, Alex. (1985). Menuju Suatu Defenisi
transformasi bagi pertanian kopi, Mengenai Sosiologi: Tata Sosial,
transformasi yang semula menganut budaya Keteraturan Sosial, dan Perubahan Sosial,
tradisionalis yakni stagnan berkutat hanya dalam Kamanto Sunarto (Ed.). Pengantar
menghasilkan panen buah kopi, maka perlu Sosiologi: Suatu Bunga Rampai (hlm.32-
di transformasi menjadi petani modern 37). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
yaitu pertanian yang berbasis industri.

18
Muhammad Zakki / Pengembangan Dan Pemasaran Komoditas Kopi : Transformasi .......

Juster, F Thomas (1974). Education, Income Zakki, Muhammad. (2007). Kopi Ekspor:
and Human Behavior, McGraw Hill Integrasi Industri Hulu-Hilir. Lembaga
Book Company, New York. Penelitian dan Penerbitan Provinsi Jawa
Timur, Surabaya
Kartasasmita, Ginanjar. (1996). Membangun
Pertanian Abad Ke-21 Menuju Pertanian
Yang Berkebudayaan Industri. Bappenas,
Jakarta.
Nugraha, Arief (2019). Opini: Membuat Kopi
Indonesia lebih Berjaya, from Available:
https://ekonomi.bisnis.com/read/2019042
2/99/914050/opini-membuat-kopi-
indonesia-lebih-berjaya diakses pada
30/01/2020
Ronald Coase. (1992). The Institusional
Structure of Production”. American
Economic Review, September.
Wawancara dengan Bapak Heri Cahyo Bagus
MM (Forum Urusan Kopi Jawa Timur)
pada 10 November 2019
Wawancara dengan Bapak Isdarmawan Asrikan,
MBA (Eksportir Kopi), pada 11
November 2019
Wawancara dengan Bapak dr. Hutama
Sughandi (Ketua GAEKI), pada 11
November 2019
Wawancara dengan Bapak Ir. Sukri (Manajer
Kebun Kopi, PT. Indoco Jaeyen
Tulungagung), pada 21 November 2019
Wawancara dengan Bapak Sukarmanto (Petani
Kopi dari Tulungagung), pada 21
November 2019
Wawancara dengan Bapak Nurul Huda (Petani
Kopi dari Bondowoso), pada 21
November 2019
Wawancara dengan Bapak Ir. Sukri (Manajer
Kebun Kopi, PT. Indoco Jaeyen
Tulungagung), pada 21 November 2019
Wawancara dengan Bapak Abdul Ghofur
(Petani Kopi dan Dewan Kopi Jawa
Timur), pada 29 November 2019
Wawancara dengan Bapak Misbachul Munir
(Petani, Aktivis, dan Ketua Asosiasi
Petani Kopi), pada 12 Desember 2019
Zakaria, Saidah (1974). Definisi Masyarakat
Tani-Satu Tinjauan dalam Manusia dan
Masyarakat. University of Malaya

19

You might also like