You are on page 1of 16

ejurnal.lp2msasbabel.ac.id/index.

php/psc
PSYCHOSOPHIA Vol. 2, No. 2, December (2020)
Journal of Psychology, Religion and Humanity ISSN (Online): 2721-2564
https://doi.org/10.32923/psc.v2i1.1594

IMPELEMENTATION OF SELF-REGULATED LEARNING ON JUNIOR HIGH


SCHOOL STUDENT OF LOW SOCIAL ECONOMIC STATUS

Fatin R. N. Wahidah
Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto, Indonesia
fatinrohmahwahidah@ump.ac.id

Farida Kurniawati
Universitas Indonesia, Depok, Indonesia

Abstract: The purpose of this study was to determine the application of self-regulated learning interventions to
increase learning motivation and learning abilities in junior high school students who come from families with
low socioeconomic levels. The intervention was given for five sessions through psychoeducation and
assignments. The subject of this study is a male, 15 years old. This study uses a qualitative method with a case
study approach. Data analysis using triangulation techniques. The results of the analysis of observations,
interviews, and assignment documents show that there are differences before and after the subject was given
intervention. In general, self-regulated learning intervention has a positive impact on learning motivation and
learning abilities of the subject. Several factors that support and inhibit intervention were explained. Some
suggestions are given to develop the further intervention.

Keyword: motivation; self-regulated learning; junior high school student; low socioeconomic
status.

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengetahui penerapan intervensi self-regulated learning guna
meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan belajar pada siswa SMP yang berasal dari keluarga
dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Intervensi dilakukan selama lima sesi melalui psikoedukasi
dan pemberian tugas-tugas. Subjek dalam penelitian ini adalah laki-laki, berusia 15 tahun. Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Analisis data menggunakan
teknik triangulasi. Hasil analisis data observasi, wawancara, dan dokumen penugasan, menunjukkan
adanya perbedaan sebelum dan setelah subjek diberikan intervensi. Secara umum dapat disimpulkan,
intervensi self-regulated learning memberikan dampak positif pada motivasi belajar dan kemampuan
belajar subjek. Beberapa faktor yang menjadi pendukung dan penghambat intervensi dijelaskan.
Diberikan juga beberapa saran untuk mengembangkan intervensi selanjutnya.

Kata kunci: motivasi; self-regulated learning; siswa SMP; status sosial ekonomi rendah.

| Psychosophia Vol. 2, No. 2 (2020)


Page 80 of 16
© Author et al, Licensee Psychosophia, Islamic Psychology Program, IAIN Syaikh
Abdurrahman Siddik Bangka Belitung, Indonesia. Psychosophia strongly support the Open Review Date : November 21, 2020
Access Initiative. Abstract and full text of the article published by Psychosophia are freely Accepted Date ; December 13, 2020
accessible to everyone immediately after publication. This is an Open Access article Publish Date : December 20, 2020
distributed under the terms of the Creative Commons Attribution License, which permits
unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is
properly cited.
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Wahidah & Kurniawati

PENDAHULUAN menemui kesulitan terkait materi, tidak


Motivasi merupakan kondisi percaya pada kemampuannya dalam
psikologis (internal states) yang belajar, serta tidak terbebani dengan
menimbulkan, mengarahkan, dan kecemasan (Schunk, Pintrich, & Meece,
mempertahankan tingkah laku 2008).
tertentu (Schunk, Pintrich, & Meece, 2008). Berdasarkan penjelasan di atas, dapat
Motivasi dapat diartikan sebagai dikatakan bahwa motivasi memiliki
dorongan internal dan eksternal dalam hubungan timbal balik dengan
diri seseorang yang diindikasikan dengan pembelajaran dan sikap kerja. Adanya
adanya; hasrat dan minat, dorongan dan motivasi berpengaruh pada proses belajar
kebutuhan, harapan dan cita-cita, dan sikap kerja siswa. Demikian pula, apa
penghargaan dan penghormatan. yang siswa pelajari dan siswa lakukan
Motivasi dapat berefek pada hal apa yang berpengaruh terhadap motivasi mereka.
siswa pelajari dan bagaimana mereka Ketika siswa mencapai tujuan
menampilkan keterampilan, strategi, dan pembelajaran mereka, pencapaian tujuan
tingkah laku yang mereka pelajari mengkonfirmasi kemampuan mereka
sebelumnya. Motivasi berpengaruh pada dalam belajar, hal tersebut dapat
apa, kapan, dan bagaimana siswa belajar memotivasi mereka untuk membuat
(Uno, 2011). tujuan pembelajaran yang baru. Dengan
Schunk, Pintrich, dan Meece (2008) kata lain, motivasi belajar dapat
menyebutkan bahwa siswa yang meningkatkan pembelajaan dan
termotivasi untuk belajar akan terlibat mempertahankannya hingga
dalam aktivitas-aktivitas yang mereka pembelajaran selanjutnya. Dengan
percaya dapat membantu mereka adanya motivasi dalam belajar, siswa
menguasai pelajarannya, seperti cenderung akan lebih efisien dalam
mengulang materi yang telah dipelajari, mengatur waktu dan efekif dalam belajar
membuat catatan, menguji tingkat apabila memiliki motivasi belajar.
pemahaman materi, mencari bantuan Mengingat pentingnya motivasi belajar
ketika tidak memahami materi, memiliki bagi siswa, hal ini perlu ditumbuhkan
keyakinan positif terkait nilai-nilai dari terutama pada siswa yang memiliki
pembelajaran dan kemampuannya dalam motivasi belajar yang rendah,
belajar, serta menciptakan iklim/kondisi sebagaimana subjek dalam penelitian ini.
emosi yang positif untuk belajar. Subjek dalam penelitian ini seorang
Sebaliknya, siswa yang tidak termotivasi remaja laki-laki, berinisial S. Ia adalah
akan cenderung tidak memiliki siswa SMP kelas 7, berusia 15 tahun. S
sistematika usaha dalam belajar. Ia tidak berasal dari keluarga dengan tingkat
memperhatikan dalam kelas dan tidak sosial ekonomi yang cenderung rendah
mengorganisasikan atau mengulang dan memiliki dua orang kakak. Kedua
materi. Mencatat pelajaran hanya orangtuanya adalah lulusan sekolah dasar
sebagian atau tidak sama sekali. Mereka yang berprofesi sebagai pedagang
tidak menguji tingkat pemahaman sembako di pasar. Ibunya juga berjualan
mereka ataupun meminta bantuan ketika gorengan di rumah sepulang dari pasar

| Psychosophia Vol. 2, No. 2 (2020)


Page 81 of 16
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Implementation of Self-Regulated Learning on Junior High School of Low Socioeconomic Status

untuk menambah penghasilan keluarga. anak untuk berprestasi. Selanjutnya,


Meski hanya lulusan SD dan berdagang kelekatan dengan jenis insecure attachment
sembako, keduanya peduli pada menurut Bergin dan Bergin (2015)
pendidikan anak-anaknya sehingga S dan cenderung membuat siswa tidak
kedua kakaknya dapat mengenyam termotivasi untuk mendapat peringkat
pendidikan yang lebih tinggi dari yang tinggi. Dengan pola asuh dan
orangtuanya. kelekatan yang S terima dalam keluarga,
Latar belakang keluarga dengan membuatnya kurang termotivasi dalam
tingkat sosial ekonomi yang rendah berprestasi.
berpengaruh pada beberapa aspek Lingkungan sekolah dan kelas yang S
kehidupan S (Bradley & Corwyn, 2002). hadapi juga kurang mendukung untuk
Dengan keterbatasan pengetahuan dan mencapai hasil belajar yang optimal. S
informasi yang dimiliki, orangtua kurang bersekolah di sekolah negeri yang
bisa mengajarkan materi pelajaran memiliki akreditasi B dan menempati
sekolah dengan baik kepada S. Kondisi peringkat yang termasuk dalam 10
sosial ekonomi yang rendah juga kategori terbawah di wilayahnya, Jakarta
mempengaruhi sarana belajar S yang Selatan. Artinya, SMP ini memiliki
terbatas, seperti buku-buku, komputer, prestasi yang tergolong rendah.
mainan, ataupun tutor yang dapat Fasilitas belajar di sekolah ini pun
membantu meningkatkan pengetahuan terbatas, seperti lapangan olahraga,
dan keterampilan dirinya. Selain itu, perpustakaan, laboratorium, ruangan
dalam keluarga S nampak kurang kelas, komputer sekolah, LCD, akses
memiliki role model maupun pengalaman internet, termasuk pelatih kegiatan ekstra
anggota keluarga dalam mencapai kurikuler. Baik guru maupun S sendiri
prestasi yang tinggi. Ditambah dengan mengeluhkan kurangnya fasilitas yang
kesibukan bekerja, orangtua belum tersedia di sekolah. Selama proses belajar
nampak berusaha meluangkan waktunya mengajar di kelas, guru tidak banyak
untuk mendampingi S belajar di rumah. memberikan alat bantu dalam belajar dan
Dalam pengasuhan, pola asuh orang cenderung menggunakan metode
tua kepada S mengarah pada pola asuh pengajaran yang kurang variatif. Teman-
permisif dan jenis kelekatan yang teman sekelas S yang berorientasi pada
terbangun mengarah pada insecure akademis atau prestasi yang tinggi pun
attachment. Menurut Baumrind (dalam cenderung sedikit. Padahal lingkungan
Barus, 2003), orang tua yang permisif sekolah dan kelas berperan penting dalam
cenderung sedikit memberikan pencapaian hasil belajar siswa (Tucker-
harapan/tuntutan terhadap perilaku anak, Drob & Harden, 2012).
pasif dalam kedisiplinan, membiarkan Terkait gambaran masa depan, S
kesalahan diperbuat anaknya, dan belum memiliki pilihan kejuruan dan
menjauhkan anak dari paksaan, perencanaan karir ke depan. Meski ia
keharusan, ataupun hukuman. Hal ini menyebutkan ingin sekolah hingga
membuat anak menjadi cenderung perguruan tinggi seperti kakaknya, ia
bergantung dan melemahkan dorongan sendiri masih ragu dan belum tahu pasti

| Psychosophia Vol. 2, No. 2 (2020)


Page 82 of 16
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Wahidah & Kurniawati

bagaimana cara mencapainya. Tidak mengambil tindakan dan tanggung jawab


adanya aspirasi kejuruan dan rencana atas kegiatan belajar yang dia lakukan
karir masa depan turut menyebabkan S secara aktif dan konstruktif. Ia
kurang termotivasi untuk mencapai menetapkan tujuan belajar dan
prestasi setinggi-tingginya. memahami manfaat dari proses regulasi
S cenderung tidak suka membaca, diri untuk meningkatkan prestasi
kemandirian dan inisiatifnya dalam akademik. Kemudian ia memilih,
belajar juga belum tertampilkan. Menurut menerapkan, dan memonitor efektivitas
wali kelas dan orang tua S, S sebenarnya dari strategi pembelajarannya dan
anak yang tergolong cukup pandai di memberi respon pada umpan balik yang
kelas. Akan tetapi, nilai yang ia peroleh ia dapatkan (Zimmerman & Schunk,
cenderung rendah dan tidak konsisten 2001).
(nilai semester S di semester 1 dirangkum Dari beberapa penelitian yang ada,
dalam tabel 1). Dari hasil tes inteligensi, dketahui bahwa proses dalam SRL
diketahui bahwa S memiliki taraf melibatkan salah satunya adalah motivasi,
kecerdasan yang berfungsi pada taraf disamping goal setting, stratefi SRL, self-
rata-rata (skala Wechsler). Dengan hasil monitoring, dan self-reflection (Lear et al.,
tersebut, diperkirakan S dapat 2016). Pembelajar yang termotivasi untuk
memperoleh nilai yang lebih baik berperilaku aktif dalam proses SRL akan
dibanding nilainya saat ini, jika dibarengi meningkatkan prestasi akademiknya
dengan ketekunannya dalam belajar. (Lear et al., 2016). Mengingat pentingnya
Sayangnya, suasana hati S mudah motivasi belajar pada siswa, maka dirasa
berubah (moody) dan ia cenderung malas perlu untuk meningkatkan motivasi
untuk belajar. Ia lebih senang bermain belajar pada S, melalui penerapan SRL
bersama teman. agar ia menjadi pembelajar yang aktif,
Setelah dilakukan asesmen kepada S, konstruktif, dan bertanggung jawab serta
dapat disimpulkan bahwa S memiliki nilai akademiknya meningkat.
permasalahan, yaitu motivasi belajar Self-regulated learning berfokus pada
rendah. Baik faktor dari dalam diri kemandirian individu dalam belajar.
maupun dari luar diri (kondisi keluarga, Tidak seperti mengukur kemampuan
sekolah, dan pertemanan) turut mental atau kemampuan performa
mempengaruhi kondisi S tersebut. akademik, SRL merujuk pada self-
Motivasi belajar S yang rendah membuat directedness dan self-belief yang
partisipasi dan aktivitas S dalam kegiatan memungkinkan individu melakukan
belajar cenderung rendah serta prestasi transformasi kemampuan mentalnya
belajar yang tidak optimal (gambaran menjadi kemampuan performa akademik
permasalahan S tersebut dirangkum (Li et al., 2018). SRL menekankan
dalam gambar 1). pentingnya pembelajar menjadi mandiri
Zimmerman & Schunk (2001) dan bertanggung jawab dalam
meyatakan bahwa motivasi adalah salah mengembangkan pengetahuan dan
satu dimensi inti dari self-regulated learning keterampilan serta menjadi partisipan
(SRL). Melalui motivasi, individu mau yang aktif dalam proses belajar agar bisa

| Psychosophia Vol. 2, No. 2 (2020)


Page 83 of 16
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Implementation of Self-Regulated Learning on Junior High School of Low Socioeconomic Status

menguasai materi belajarnya perkembangan hasil kerja. Contohnya,


(Zimmerman & Schunk, 2001). Sejalan ia memeriksa pekerjaan rumah
dengan hal tersebut, Pintrich (2000) sebelum dikumpulkan untuk
menjelaskan SRL adalah suatu proses memastikan bahwa ia melakukannya
yang aktif dan konstruktif, dimana dengan benar.
pembelajar menetapkan tujuan belajar 2. Mengatur dan mengubah (organization
dan kemudian memonitor, mengatur, dan and transformation). Individu memiliki
mengontrol kognisi, motivasi, dan inisiatif untuk mengatur materi
perilaku, dengan dipandu oleh tujuan- instruksi belajar. Contohnya, “Saya
tujuan yang telah ditetapkan dan segi membuat rancangan penulisan
konteksual terhadap lingkungan. sebelum menulis sebuah makalah”.
SRL mengajarkan bagaimana menjadi 3. Menetapkan dan merencanakan
pembelajar yang professional, artinya tujuan (goal setting and planning).
pembelajar yang bisa menggunakan Individu menetapkan sasaran yang
strategi efektif untuk membantu studinya, lebih spesifik dan perencanaan terkait
memiliki keterbukaan pada tugas yang waktu dan pemilihan aktivitas yang
sulit sekalipun (self efficacy), dan memiliki berhubungan dengan sasaran.
keinginan menyelesaiakn tantangan yang Contohnya, “Pertama, saya akan mulai
dihadapi hingga tercapai tujuannya (Li et belajar 2 minggu sebelum ujian
al., 2018). kemudian seminggu sebelum ujian
Di dalam SRL, terdapat umpan balik saya akan berlatih soal”.
secara berulang dalam proses belajar 4. Mencari informasi yang dibutuhkan
(Zimmerman & Schunk, 2001). (information seeking). Individu
Pengulangan tersebut merujuk pada berusaha mencari informasi yang
proses dimana individu memonitor berkaitan dengan tugas dari berbagai
efektivitas dari metode atau strategi sumber ketika ia sedang mengerjakan
pembelajarannya dan memberi respon suatu tugas. Contoh, “Sebelum saya
pada umpan balik dengan berbagai cara. mulai menulis makalah, saya pergi ke
Pemberian respon tersebut dapat perpustakaan untuk memperoleh
berbentuk perubahan persepsi diri hingga informasi sebanyak-banyaknya yang
perubahan perilaku, seperti merubah berkaitan dengan topik”.
strategi belajar. 5. Membuat dan memonitor catatan
SRL terdiri dari beberapa strategi, (keeping records and monitoring).
seperti: goal setting, self-efficacy, goal Individu berusaha mencatat kejadian
orientation, metacognitive monitoring, self- ataupun hasil. Contoh, “Saya
evaluation, dan sebagainya (Panadero, membuat catatan saat diskusi dalam
2017). Pada remaja, terdapat 14 strategi kelas”.
SRL yang biasa dilakukan, diantaranya 6. Menata struktur lingkungan
(Zimmerman, 1989): (environmental structuring). Individu
1. Mengevaluasi hasil kerja (self- berusaha memilih dan mengatur
evaluating). Individu memiliki inisiatif keadaan lingkungan fisik untuk
untuk mengevaluasi kualitas atau mempermudah proses belajar.

| Psychosophia Vol. 2, No. 2 (2020)


Page 84 of 16
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Wahidah & Kurniawati

Contohnya, “Saya menjauhkan diri 11. Mencari bantuan dari orang dewasa
dari segala hal yang mengganggu lain (seeking social assistance) Individu
ketika belajar”. berusaha untuk memperoleh bantuan
7. Memberi konsekuensi pada diri (giving dari orang dewasa lain. Contohnya,
self consequences). Individu “Jika saya mengalami kesulitan pada
mengimajinasikan pemberian tugas matematika, saya akan minta
penghargaan atau hukuman atas hasil bantuan dari orang tua ataupun orang
kerjanya. Contohnya, “Jika saya dapat lain yang lebih ahli”.
melakukan ujian dengan baik, saya 12. Membaca kembali catatan (reviewing
akan pergi nonton film”. notes, books, or tests). Individu berusaha
8. Mengulang dan mengingat materi membaca kembali catatan. Contohnya,
pelajaran (rehearsing and memorizing). “Ketika hendak ujian, saya membaca
Individu berusaha untuk mengingat kembali catatan saya”.
materi pelajaran melalui latihan. 13. Membaca kembali catatan (reviewing
Contohnya, “Dalam mempersiapkan notes, books, or tests). Individu berusaha
diri mengikuti ujian matematika, saya untuk membaca kembali buku
menulis rumus secara berulang-ulang pelajaran. Contohnya, “Ketika hendak
untuk mengingatnya”. kuis, saya membaca buku pelajaran”.
9. Mencari bantuan dari teman (seeking 14. Membaca kembali catatan (reviewing
social assistance). Individu berusaha notes, books, or tests). Individu berusaha
untuk memperoleh bantuan dari untuk menyiapkan materi sebelum
teman. Contohnya, “Jika saya kelas atau ujian. Contohnya, “Sebelum
mengalami kesulitan pada tugas masuk sekolah esok hari, saya
matematika, saya akan minta bantuan membaca terlebih dahulu materi yang
teman”. akan dipelajari besok”.
10. Mencari bantuan dari guru (seeking Penerapan strategi self-regulated
social assistance). Individu berusaha learning dinilai penting untuk menjadikan
untuk memperoleh bantuan dari guru. S menjadi pembelajar aktif. Oleh karena
Contohnya, “Jika saya mengalami itu, tujuan dari penelitian ini adalah
kesulitan pada tugas matematika, saya mengetahui penerapan strategi self-
akan minta minta penjelasan kembali regulated learning pada siswa SMP dengan
dari guru”. subjek S.

| Psychosophia Vol. 2, No. 2 (2020)


Page 85 of 16
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Implementation of Self-Regulated Learning on Junior High School of Low Socioeconomic Status

Internal
•Kemampuan kognitif memadai
•Dapat membaca dan menulis
•Rendahnya minat terhadap
membaca
Pola Asuh dan Attachment Lingkungan Sekolah
•Rendahnya self efficacy
Keluarga •Kelas kurang kondusif
terhadap aspirasi
•Budaya disiplin keluarga kejuruan/pilihan karir •Metode guru mengajar kurang
cenderung tidak ada •Kurangnya reward yang variatif
•Kurangnya arahan, dorongan, diterima dari lingkungan •Sarana dan prasarana kurang
dan reward untuk berprestasi terkait prestasi memadai
•Kurangnya komunikasi, •Kurangnya rasa ingin tahu dan •Kurangnya akses terhadap
perhatian, dan pendampingan ingin mencoba hal baru materi dan pengalaman belajar
keluarga terhadap tugas •Kurangnya kemandirian dan •Prestasi sekolah di Jakarta
perkembangan dan masalah inisiatif belajar Selatan cenderung di peringkat
pribadi, mengarah pada jenis bawah
insecure attachment
•Sedikit teman sekelas yang
•Rendahnya aspirasi anggota berorientasi pada akademis
keluarga terhadap gambaran atau prestasi yang tinggi
karir

Rendahnya Motivasi
Belajar

Gambar 1. Gambaran Permasalahan

METODE teknik triangulasi, untuk mengecek


Penelitian ini dilakukan di rumah kebenaran data dan memperkaya data
subjek, yaitu di daerah Jakarta selama (Nasution, 2003).
lima sesi. Metode yang digunakan dalam Sebelum pelaksanaan intervensi,
penelitian ini adalah metode kualitatif peneliti melakukan beberapa langkah
dengan pendekatan studi kasus tunggal. dalam tahap persiapan. Pertama adalah
Metode ini dipilih karena memungkinkan analisis kebutuhan terhadap S melalui
peneliti memperoleh pemahaman yang pemeriksaan psikologis yang
utuh dan terintegrasi mengenai fakta- dilaksanakan selama satu bulan.
fakta dalam kasus tersebut (Poerwandari, Pemeriksaan dilakukan melalui observasi,
2011). Jumlah subjek dalam penelitian ini wawancara, dan alat tes psikologi.
adalah 1 orang (n=1). Subjek merupakan Observasi dilakukan kepada S, baik di
seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun, sekolah maupun di rumah. Wawancara
anak ke 3 dari 3 bersaudara, dan sedang dilakukan kepada S, orang tua S, wali
menempuh pendidikan sekolah kelas, dan beberapa guru S di sekolah.
menengah pertama (SMP) kelas 7. Metode Sementara alat tes yang digunakan adalah
pengumpulan data penelitian ini tes inteligensi Wechsler dan tes proyektif
diperoleh melalui observasi, wawancara, Forer Sentence Completion Test (FSCT).
dan pemberian tugas. Dari data tersebut, Dari pemeriksaan tersebut
akan dilakukan analisis menggunakan disimpulkan bahwa S memiliki motivasi

| Psychosophia Vol. 2, No. 2 (2020)


Page 86 of 16
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Wahidah & Kurniawati

yang rendah dalam belajar. Adanya faktor setiap tahapan. Selanjutnya, peneliti
ekstrinsik dan faktor intrinsik membuat rancangan intervensi. Intervensi
mempengaruhi rendahnya motivasi dirancang dalam 5 sesi dengan durasi @
belajar S. Motivasi S yang rendah ini 60-120 menit. Perlengkapan yang
ditunjukkan dengan minimnya disiapkan untuk pelaksanaan program,
keterlibatan dan aktivitas S dalam belajar yaitu: lembar informed consent, lembar
(regulasi diri dalam belajar) sehingga kerja, lembar/power point materi, kertas
berpengaruh terhadap prestasi S yang HVS, dan alat tulis. Di akhir program,
tidak optimal. Langkah persiapan kedua akan ada evaluasi untuk melihat secara
adalah formulasi masalah, yaitu menyeluruh perubahan yang terjadi
“Bagaimana meningkatkan motivasi S setelah mengikuti program dan follow up
dalam belajar?” setelah intervensi. Rangkuman rancangan
Pada langkah persiapan terakhir, intervensi disajikan dalam tabel 1.
peneliti menentukan intervensi dan Setelah tahap persiapan, tahap
tujuan program intervensi. Program selanjutnya adalah pelaksanaan. Sebelum
intervensi akan menyasar pada dilakukan intervensi, peneliti melakukan
peningkatan keterampilan regulasi diri rangkaian kegiatan pra-intervensi, yaitu
dalam belajar (self-regulated learning) membangun rapport kembali dengan
kepada S. Keterampilan self-regulated subjek, menginformasikan informed
learning akan diberikan melalui tiga tahap, consent yang berisi informasi terkait
yaitu: persiapan, kinerja, dan refleksi diri tujuan, prosedur, tempat, dan waktu
berdasarkan referensi teori Zimmerman, pelaksanaan intervensi, serta kerahasiaan
dkk (1989). data subjek. Hal tersebut dilakukan agar
Selain materi, S juga akan diberi intervensi dapat berjalan dengan baik atas
tugas sesuai dengan kebutuhan dalam kerja sama dan komitmen kedua pihak.

Tabel 1. Rancangan Intervensi dan Prosedur Pelaksanaan


Tujuan Kegiatan
Sesi 1 (60-120menit) : Materi 1 Self-Regulated Learning (Motivasi)
Self-motivation  Mengajak klien berefleksi terkait hasil belajarnya; sudah
 Membangun memuaskan/belum dan sudah optimal/belum
pemahaman akan  Mengajak klien memahami apa yang menyebabkan hasil belajar saat ini
pentingnya motivasi (belum optimal)
dalam belajar  Mengajak klien berdiskusi tentang pentingnya proses belajar yang selama
 Memahami kekuatan ini dijalani
dan kelemahan yang  Mengajak klien memahami makna dari proses belajar dan hasil belajar
dimiliki untuk melihat yang ia peroleh untuk saat ini dan masa datang
peluang dan ancaman  Menjelaskan kepada klien tentang pentingnya motivasi dalam belajar dan
yang dihadapi dalam bagaimana meningkatkannya
mencapai keberhasilan  Mengajak klien berdiskusi bagaimana meningkatkan motivasi belajar
belajar dalam dirinya (membuat harapan, mencari tantangan, mencari
keingintahuan, menemukan sense of control, ataupun menemukan reward
yang diinginkan)
 Mengajak klien memahami diri dengan membuat daftar kelemahan dan
kekuatan dirinya saat ini

| Psychosophia Vol. 2, No. 2 (2020)


Page 87 of 16
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Implementation of Self-Regulated Learning on Junior High School of Low Socioeconomic Status

Tujuan Kegiatan
● Mengajak klien berdiskusi tentang peluang dan ancaman yang dihadapi
dalam mencapai keberhasilan belajar
Sesi 2 (60-120menit) : Materi 2 Self-Regulated Learning (Gaya Belajar dan Strategi Belajar)
Task analysis ● Menjelaskan kepada klien ragam gaya belajar beserta karakteristiknya
 Memahami dan (visual, auditori, kinestetik)
menerapkan gaya ● Mengidentifikasi gaya belajar klien
belajar yang dimiliki ● Mengenalkan strategi untuk mencapai keberhasilan dalam belajar
dan strategi belajar ● Mengajak klien berdiskusi terkait strategi belajar dengan gaya belajarnya
yang tepat Mengajak klien mengidentifikasi strategi belajar yang selama ini sudah
dilakukan dan belum dilakukan
Tugas Rumah: ● Meminta klien melakukan belajar mandiri menggunakan gaya belajar dan
 Melakukan praktik strategi belajar yang telah disusun pada satu materi dalam satu pelajaran
penerapan gaya dan tertentu/yang diinginkan
strategi belajar yang Meminta klien mengamati performanya dalam belajar hingga pertemuan
telah disusun pada selanjutnya dengan mengisi ceklis harian
suatu materi
Sesi 3 (60-120menit) : Materi 3 Self-Regulated Learning (Resourcefullness)
 Riviu Tugas ● Mendiskusikan hasil perkembangan performa belajar klien dengan
memperhatikan ceklis harian yang dibuat
● Meminta klien merefleksi gaya dan strategi belajar yang dilakukan apakah
sudah efektif atau belum
● Mendiskusikan faktor penghambat dan pendukung dalam menerapkan
gaya belajar dan strategi belajar yang telah disusun
Mendiskusikan dengan klien usaha yang dapat dilakukan untuk
mengurangi atau menanggulangi faktor penghambat tersebut dan
memperkuat faktor pendukung tersebut
Self-control ● Meminta klien menceritakan kondisi lingkungan belajar di sekitarnya; di
 Mengidentifikasi rumah dan di sekolah
sumber daya dan ● Mengajak klien berdiskusi manakah lingkungan belajar yang paling
keterampilan/keahlian mempengaruhi keinginan belajarnya
yang dapat ● Menjelaskan kepada klien pentingnya lingkungan belajar dan beragam
mendukung sumber daya yang dapat membantu keberhasilan belajarnya
keberhasilan ● Meminta klien mengidentifikasi sumber daya yang dimiliki untuk
belajarnya membantunya belajar
 Memahami cara ● Mendiskusikan dengan klien bagaimana memanfaatkan sumber daya yang
memanfaatkan sumber ada guna mencapai tujuan belajar
daya yang guna ● Mengajak klien mengidentifikasi keterampilan /keahlian yang dimiliki saat
mencapai tujuan ini (akademik dan non-akademik) yang dapat mendukung keberhasilan
belajar belajar
 Memahami cara Mendiskusikan dengan klien bagaimana menggunakan
menggunakan keterampilan/keahlian yang ada untuk menunjang keberhasilan belajar
keterampilan/keahlian
yang ada untuk
menunjang
keberhasilan belajar

Sesi 4 (60-120menit) : Materi 4 Self-Regulated Learning (Goal Setting)

| Psychosophia Vol. 2, No. 2 (2020)


Page 88 of 16
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Wahidah & Kurniawati

Tujuan Kegiatan
Goal Setting ● Menjelaskan apa itu goal setting dan apa pentingnya goal setting sebagai
 Membuat tujuan dan bagian dari usaha mencapai keberhasilan belajar
perencanaan dalam ● Menjelaskan cara membuat goal setting yang specific, measurable, attainable,
belajar relevant, time-bound (SMART)
● Mengajak klien membuat goal setting yang hendak dicapai (satu semester
mendatang) menggunakan prinsip SMART
● Mengajak klien membuat daftar perilaku/aktivitas yang mendukung
tercapainya tujuan (dalam hitungan per bulan, per minggu, dan per hari)
● Mengajak klien membuat jadwal belajar dengan menerapkan gaya belajar,
strategi belajar, sumber daya, dan keahlian/keterampilan yang telah
dipelajari sebelumnya
Tugas Rumah: ● Meminta klien menerapkan jadwal harian yang dibuat hingga pertemuan
 Melakukan praktik selanjutnya
penerapan jadwal ●
harian yang disusun
Sesi 5 (60-120menit) : Materi Refleksi Diri Self-Regulated Learning
Riviu Tugas ● Meminta klien merefleksi jadwal belajar yang dilakukan
● Mendiskusikan faktor penghambat dan pendukung dalam menerapkan
jadwal belajar yang telah disusun
● Mendiskusikan dengan klien usaha yang dapat dilakukan untuk
mengurangi atau menanggulangi faktor penghambat tersebut dan
memperkuat faktor pendukung tersebut
Self-observation ● Meminta klien menceritakan pengalaman yang terjadi selama proses belajar
 Mengamati proses menggunakan gaya belajar, strategi belajar, sumber daya, dan
perubahan yang terjadi keahlian/keterampilan yang telah dipelajari
dalam mencapai tujuan
belajar
Self-judgment ● Meminta klien menilai performanya dalam proses belajar
 Membandingan hasil ● Meminta klien membandingkan performa yang ditampilkan dengan jadwal
pengamatan performa belajar yang direncanakan
belajar dengan standar ● Meminta klien mengidentifikasi penyebab dari performa yang ditampilkan
yang diharapkan tersebut
● Meminta klien membandingkan hasil belajar yang diperoleh saat ini dengan
yang diharapkan
Meminta klien mengidentifikasi penyebab dari hasil belajar yang
ditampilkan tersebut
Self-reaction ● Mengajak klien menilai kepuasan diri terkait performanya dalam belajar
 Menilai kepuasan diri ● Mengajak klien membangun perasaan positif dalam pembelajaran
terkait dengan Meminta klien menyusun kembali rencana belajar yang telah dipelajari
performa belajar menggunakan materi yang sama dengan sebelumnya atau menyusun
 Melakukan praktik rencana baru dengan materi yang berbeda
penyusunan kembali
rencana belajar dari
hasil evaluasi
Evaluasi Akhir  Meminta klien menyebutkan perbedaan sebelum dan sesudah mengikuti
 Mengevaluasi intervensi
keseluruhan sesi,  Memberikan apresiasi kepada klien atas keberhasilan yang sudah dicapai
mendiskusikan hasil selama mengikuti intervensi

| Psychosophia Vol. 2, No. 2 (2020)


Page 89 of 16
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Implementation of Self-Regulated Learning on Junior High School of Low Socioeconomic Status

Tujuan Kegiatan
intervensi, asesmen Menanyakan kepada klien tentang evaluasi secara keseluruhan program
akhir, dan terminasi intervensi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran hasil intervensi setiap sesi


Intervensi yang dilakukan terbukti dirangkum dalam tabel 2.
dapat memberikan dampak positif pada S.
Tabel 2. Pelaksanaan dan Hasil Intervensi
Hari/Tanggal Tujuan Hasil
Sesi 1 Self-motivation  S memahami pentingnya motivasi dalam belajar
(90 menit)  Membangun  S dapat menyebutkan motivasi belajarnya, yaitu ingin
pemahaman akan melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi dan
pentingnya motivasi mendapat nilai yang baik ketika naik ke kelas 8
dalam belajar  S dapat menyebutkan kekuatannya, yaitu bisa bermain
 Memahami kekuatan silat. Akan tetapi, ia kesulitan menemukan kekuatan
dan kelemahan yang dirinya yang berkaitan atau mendukung belajarnya.
dimiliki untuk melihat  S dapat menyebut kelemahannya, yaitu malas membaca,
peluang dan ancaman malas mencatat, dan lebih suka bermain dengan teman
yang dihadapi dalam  S dapat menyebutkan peluang yang dihadapi, yaitu
mencapai keberhasilan tidak semua teman-temannya belajar setiap hari
belajar  S dapat menyebutkan ancaman yang dihadapi, yaitu
ajakan teman-teman untuk bermain
Sesi 2 Task analysis  S memahami gaya belajar auditori
(90 menit)  Memahami dan  S dapat menyebutkan strategi yang dapat dilakukan
menerapkan gaya sesuai gaya belajarnya, yaitu belajar tanya jawab dengan
belajar yang dimiliki teman dan mendengarkan teman
dan strategi belajar  Dari hasil evaluasi strategi dalam belajar, S sudah
yang tepat menggunakan strategi dalam belajar yaitu mencari
bantuan kepada orang lain (kakak, orang tua, teman),
membaca soal ulangan sebelumnya, dan terkadang
mencatat informasi penting saat guru menerangkan di
kelas
 S mau mengerjakan tugas rumah yang diberikan, yaitu
menerapkan strategi belajar melalui lembar ceklis harian
Sesi 3 Self-control  S dapat menambah dua strategi belajar yang baru, yaitu
(120 menit)  Mengidentifikasi menetapkan tujuan belajar dan berlatih soal-soal
sumber daya dan sebelumnya
keterampilan/keahlian  S dapat menyebutkan sumber daya belajarnya di sekolah
yang dapat dan di rumah
mendukung  S merasa memiliki sumber daya yang kurang
keberhasilan mendukung belajar ketika di rumah dibanding di sekolah
belajarnya  Awalnya S kesulitan mengenali sumber daya yang dapat
 Memahami cara digunakan untuk mencapai tujuan belajarnya, namun
memanfaatkan sumber etelah diberikan penjelasan dan bimbingan, S dapat
daya yang guna memahami cara menggunakan sumber daya yang ada
mencapai tujuan tersebut
belajar

| Psychosophia Vol. 2, No. 2 (2020)


Page 90 of 16
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Wahidah & Kurniawati

Hari/Tanggal Tujuan Hasil


 Memahami cara  S cukup kesulitan saat diminta untuk menemukan
menggunakan keterampilan/keahlian dalam diri yang menunjang
keterampilan/keahlian keberhasilan belajar
yang ada untuk
menunjang
keberhasilan belajar
Sesi 4 Goal Setting  S dapat membuat tujuan belajar, yaitu menjadi rangking
(120 menit)  Membuat tujuan dan 1 di kelas. Ia merasa yakin akan hal tersebut.
perencanaan dalam  S dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mendukung
belajar tujuannya
 S dapat menyusun jadwal belajar harian yang
menurutnya bisa dilakukan, yaitu 15 menit membaca
materi pelajaran dan 15 menit berlatih soal. Jadwal ini
ditekankan pada pelajaran Matematika.
Sesi 5 dan Self-observation  S mau mempraktikan jadwal belajarnya selama 1 minggu
Evaluasi  Mengamati proses sebelum ujian.
Akhir perubahan yang terjadi  Nilai raport S mengalami kenaikan dari nilai-nilai
(90 menit) dalam mencapai tujuan sebelumnya
belajar  S cukup puas dengan hasil belajarnya
Self-judgment  S cukup puas dengan performa belajarnya
 Membandingan hasil  Ketika diminta membuat rencana dan strategi belajar
pengamatan performa yang baru, S nampak kebingungan dalam memulai.
belajar dengan standar Setelah dijelaskan kembali dan didampingi membuatnya,
yang diharapkan S dapat lebih memahami
Self-reaction  Secara keseluruhan, S merasa program ini bermanfaat
 Menilai kepuasan diri
terkait dengan
performa belajar
 Membuat kembali
rencana dan strategi
belajar yang baru
Follow up Mengetahui  Tidak ada kontak dengan orang tua setelah sesi 5
program perkembangan dan tindak  Menurut S, ia masih membutuhkan proses dan arahan
(75 menit) lanjut intervensi untuk dapat menerapkan jadwal belajar secara konsisten
 Setelah naik kelas 8 dan tidak mendapat pendampingan
program, S tidak lagi menerapkan jadwal belajar

Secara umum, terdapat beberapa tersebut, memiliki tujuan belajar, dapat


perbedaan pada S sebelum dan setelah mengamati proses yang terjadi selama dia
mengikuti progam intervensi. Setelah S mencapai tujuan belajar tersebut, dan
mengikuti intervensi, S menjadi memiliki dapat menilai atau mengevaluasi
motivasi diri untuk belajar, mengetahui performa belajarnya sendiri. Evaluasi
gaya belajar yang cocok dengannya, dampak program dirangkum dalam tabel
memiliki tambahan strategi belajar, 4. Meski demikian, ia masih butuh proses
mengetahui sumber daya yang dapat agar dapat konsisten menerapkan gaya
digunakan untuk mendukungnya belajar, belajar dan mempraktikkan strategi
mengetahui manfaat dari sumber daya belajar dalam aktivitas belajarnya sehari-

| Psychosophia Vol. 2, No. 2 (2020)


Page 91 of 16
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Implementation of Self-Regulated Learning on Junior High School of Low Socioeconomic Status

hari. Pada dasarnya, SRL tidak hanya Keterbatasan penelitian ini adalah
ditentukan oleh proses personal, tetapi belum adanya hasil perubahan akademik
juga kejadian lingkungan dan perilaku pada siswa. Mengingat terbatasnya waktu
(Zimmerman, 1989). Regulasi diri intervensi yang diberikan. Berbeda
bukanlah kondisi keberfungsian absolut, dengan hasil penelitian Lear et al., (2016)
melainkan kondisi yang memiliki yang sudah bisa menemukan bahwa SRL
tingkatan yang bergantung pada konteks dapat meningkatkan prestasi akademik
sosial dan fisik, usaha personal untuk siswa. Ini bisa menjadi saran bagi
meregulasi diri, serta hasil dari performa penelitian selanjutnya.
perilaku.
Tabel 3. Evaluasi Dampak Program
No Aspek Sebelum Setelah
1 Memiliki motivasi diri Belum memiliki Sudah memiliki
2 Mengetahui gaya belajar yang sesuai Tidak mengetahui Sudah mengetahui
3 Menerapkan gaya belajar Belum menerapkan Belum konsisten
menerapkan
4 Memiliki strategi belajar Sudah memiliki (3 Sudah memiliki (bertambah
strategi) 2 strategi)
5 Mengetahui sumber daya untuk Belum mengetahui Sudah mengetahui
belajar
6 Mengetahui cara memanfaatkan Belum mengetahui Sudah mengetahui
sumber daya untuk belajar
7 Memiliki tujuan belajar Belum memiliki Sudah memiliki
8 Mengamati proses selama mencapai Belum dapat mengamati Sudah dapat mengamati
tujuan belajar dalam diri
9 Menilai performa belajar Sudah bisa Sudah bisa

Terdapat beberapa faktor yang 2017; Li et al., 2018). Beberapa studi


mendukung keberhasilan program. membandingkan siswa usia 11-12 tahun,
Pertama, kesediaan S untuk terlibat dalam lebih bisa merefleksikan diri terkait
program. S bersedia mengikuti program performa akdemiknya, lebih bisa
pada waktu dan tempat yang disepakati. mengevaluasi performa, dan mengontrol
Ia tidak menghidar ketika jadwal program kemampuan kognitif mereka
dan dapat bersikap kooperatif selama dibandingkan siswa usia 7-8 tahun (Paris
program. Selain itu, ia cukup baik dalam & Newman, 1990). Penelitian Li et al.,
melakukan tugas-tugas yang diberikan. (2018) di China pun membuktikan bahwa
Dari beberapa hasil penelitian diketahui siswa SMP di China yang kooperatif
bahwa SRL umumnya digunakan pada terutama selama tugas di fase performa
siswa dengan usia lebih tinggi (SMA ke dan self-reflection, akan berhasil dalam
atas) dibanding usia SD dan SMP. Karena SRL.
SRL ini membutuhkan motivasi dan Kedua, setting tempat. Meski
kemampuan refleksi, sehingga usia SD program dilaksanakan di rumah S,
dan SMP dianggap kurang bisa berefleksi lingkungan rumahnya cukup kondusif.
daripada siswa tingkat atas (Panadero, Tidak ada orang yang lalu lalang, suasana

| Psychosophia Vol. 2, No. 2 (2020)


Page 92 of 16
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Wahidah & Kurniawati

rumah tidak bising, pencahayaan dan KESIMPULAN


suhu udara di ruangan cukup, serta tidak Intervensi self-regulated learning
ada orang lain yang mengganggu selama membantu memotivasi S dalam belajar
program berlangsung. Ketiga, melalui penerapan strategi belajar,
keterbukaan dan kesediaan orang tua penetapan tujuan, dan pembuatan jadwal
mendukung program dengan belajar. Untuk mendukung keberhasilan
menyediakan kebutuhan program dan progam, rekomendasi yang dapat
tidak membatasi/ menghalangi diberikan selanjutya adalah pertama
pelaksanaan program. Hal-hal tersebut pelibatan orang tua dalam program.
turut membantu kelancaran pelaksanaan Orang tua perlu dilibatkan selama
program. program setidaknya melalui psikoedukasi
Selain faktor pendukung, terdapat dan pelaporan perkembangan anak
beberapa hal yang dirasa menjadi faktor setelah sesi dengan anak berakhir.
penghambat selama program. Pertama, Psikoedukasi dimaksudkan agar orang
orang tua yang tidak terlibat sepenuhnya tua dapat turut mengawasi
dalam program. Meski orang tua mau perkembangan S dan mengarahkan S agar
berbagi cerita terkait perkembangan S tetap sesuai dengan tujuan program.
pada setiap sesi, orang tua tidak Lebih lanjut ketika program intervensi
mendapat perlakuan yang terencana dan telah selesai dilakukan, orang tua dapat
terstruktur, seperti: psikoedukasi, tugas, mengetahui langkah-langkah apa yang
dan tanggung jawab yang diberikan perlu dilakukan selanjutnya agar anak
selama program berlangsung. Kedua, jeda tidak kembali pada kondisi sebelum
waktu yang cukup panjang dari sesi 4 ke intervensi. Selain itu agar materi SRL
sesi 5 cukup mempengaruhi semangat S dapat lebih dipahami dengan baik, materi
dalam mengikuti program dan rapport yang diberikan dapat dapat
yang sudah terbangun sebelumnya mempertimbangkan kemampuan dan
dengan peneliti. Ketiga, materi yang kesiapan subjek dalam menangkap
dirasa rumit bagi S. Di akhir sesi 5, S materi. Misalnya, hanya menyasar satu
merasa masih kesulitan memahami topik motivasi pada satu atau dua sesi,
keseluruhan isi program. Agaknya, memfokuskan intervensi pada penetapan
rangkaian materi program yang dibuat tujuan dan penggunaan tools jadwal
masih kurang sederhana bagi anak usia belajar pada satu atau dua pelajaran.
SMP. Kemudian, dalam penelitian ini belum
melibatkan alat ukur. Pada penelitian
selanjutnya, dapat digunakan alat ukur
motivasi yang diberikan sebelum dan
setelah intervensi kepada subjek agar hasil
dan evaluasi intervensi dapat lebih
tergambar dengan jelas.

| Psychosophia Vol. 2, No. 2 (2020)


Page 93 of 16
PSYCHOSOPHIA
Journal of Psychology, Religion and Humanity
Implementation of Self-Regulated Learning on Junior High School of Low Socioeconomic Status

DAFTAR PUSTAKA
Barus, Gendon. (2003). Memaknai Pola Paris, S. G., and Newman, R. S. (1990).
Pengasuhan Orang Tua pada Remaja. Developmental aspects of self-
Jurnal Intelektual, 1, 151-164. regulated learning. Educ. Psychol. 25,
Bergin, C.C. & Bergin, D.A. (2015). Child 85–102. doi:
and Adolescent Development In Yaour 10.1207/s15326985ep2501_7
Classroom 2nd Ed. Canada: Nelson Pintrich, P. R. (2000). The role of goal
Education, Ltd orientation in self-regulated learning.
Bradley, R.H. & Corwyn, R.F. (2002). Handbook of Self-regulation. San
Socioeconomic Status and Child Diego: Academic.
Development. Annual Reviews Santrock, J. W. (2011). Children 10th edition.
Psychology, 53, 371–99 New York: McGraw-Hill Company
Lear, E., Li, L., & Prentice, S. (2016). Schunk, D. H., & Zimmerman, B. J. (1988).
Developing academic literacy through Self-regulated learning: From teaching to
self-regulated online learning. Student self-reflective practice. New York: The
Success, 7(1), 13–23. Guilford Press.
https://doi.org/10.5204/ssj.v7i1.297 Schunk, D. H., Pintrich, P. R., & Meece, J.
Li, J., Ye, H., Tang, Y., Zhou, Z., & Hu, X. L. (2008). Motivation in education:
(2018). What Are the Effects of Self- Theory, research, and application. Upper
Regulation Phases and Strategies for Saddle River, N.J: Pearson/Merrill
Chinese Students ? A Meta-Analysis Prentice Hall
of Two Decades Research of the Sirin, S.R. (2005). Socioeconomic Status
Association Between Self-Regulation and Academic Achievement: A Meta-
and Academic Performance. Frontiers Analytic Review of Research. Review of
in Psychology, 9(2434), 1–13. Educational Research,75, 3, 417-453
https://doi.org/10.3389/fpsyg.2018.024 Tucker-Drob, E.M. & Paige, K. (2012).
34 Intellectual Interest Mediates Gene x
Nasution, S. 2003. Metode Penelitian Socioeconomic Status Interaction on
Naturalistik Kualitatif. Bandung: Adolescent Academic Achievement.
Tarsito Child Development, 83, 2, 743-757
Newman, B.M. & Newman, P.R. (2015). Uno, H. B. (2011). Teori Motivasi dan
Development through Life: A Psychosocial Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
Approach, 12th Ed. Canada: Nelson Zimmerman, B. J., & Schunk, D. H. (Eds.).
Education, Ltd (2001). Self-regulated learning and
Panadero, E. (2017). A review of self- academic achievement: Theoretical
regulated learning: six models and perspectives. New York: Routledge.
four directions for research. Front. Zimmerman, B. J. (1989). A social cognitive
Psychol. 8:422. doi: view of self-regulated academic learning.
10.3389/fpsyg.2017.00422 American Psychological Association:
Papalia D.E., Olds, S.W, & Feldman, R.D. Journal of Educational Psychology.
(2009). Human Development. New York:
Mc-Graw Hill

| Psychosophia Vol. 2, No. 2 (2020)


Page 94 of 16

You might also like