You are on page 1of 14

NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM PENGELOLAAN

SUMBER DAYA AIR DI TELAGA OMANG DAN NGLORO


KECAMATAN SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA*

Sulastriyono**

Abstract
Lake is located in every village in Gunung Kidul regency whether big ones or little
ones. This is for example Omang and Ngloro Lake in Saptosari district, which are chose as
location for this research. Those Lakers are used for several activities. This research aims
to describe local wisdom owned by the community on how they manage the resources. Fur-
WKHUPRUH WKLV UHVHDUFK GHVFULEHV REVWDFOH LQ UHVRXUFHV PDQDJHPHQW DQG ¿QG 6ROXWLRQV IRU
LW 'DWD FROOHFWLRQ LV REWDLQHG IURP OLEUDU\ 3ULPDU\ GDWD PDQDJHPHQW DQG ¿QG DUH JDLQHG
IURP ¿HOG VWXG\ ZLWK LQWHUYLHZ DQG REVHUYDWLRQ QRQ SDUWLFLSDWRU\ PHWKRGV %RWK GDWD ZHUH
combined and then analyzed qualitatively. The result of this research shows that; reality of
the local wisdom in Omang pond is different with the local wisdom in Ngloro pond. There
are technical, structural and cultural obstacles to manage the water pond resources. Too
many rubbish from pond user according to the local population growth caused the pond dirty
and water seems green. The local community joint with governmental and nongovernmental
institutions to solve the problems.

Kata Kunci: kearifan lokal, pengelolaan sumber daya air telaga.

A. Latar Belakang Masalah NHNXUDQJDQ DLU GL PXVLP NHPDUDX EDQMLU GL


Air merupakan sumber daya alam yang PXVLP SHQJKXMDQ GDQ SHQFHPDUDQ 6XPEHU
mutlak diperlukan bagi hidup dan kehidupan daya air ada di permukaan dan di dalam
manusia dan makhluk hidup lainnya beserta planet bumi. Sumber daya air permukaan
OLQJNXQJDQQ\D $LU PHUXSDNDQ ]DW NHKLGXSDQ WHUGDSDW GL ZLOD\DK VXPEHU DLU DWDX PDWD DLU
sehingga tidak satu pun makhluk hidup di VXQJDL GDQDX GDQ WHODJD
planet bumi ini yang tidak membutuhkan 3DVDO D\DW 88' 15,
air1. Air merupakan material dan budaya amandemen IV menegaskan bahwa
NHKLGXSDQ PDV\DUDNDW GL VHOXUXK GXQLD bumi dan air dan kekayaan alam yang
QDPXQ VD\DQJ DLU PHQJDODPL DQFDPDQ 2 terkandung di dalamnya dikuasai oleh
.ULVLV DLU GDSDW EHUXSD DQFDPDQ WHUKDGDS negara dan dipergunakan untuk sebesar-

*
/DSRUDQ +DVLO 3HQHOLWLDQ )DNXOWDV +XNXP 8QLYHUVLWDV *DGMDK 0DGD 7DKXQ
**
'RVHQ +XNXP $GDW )DNXOWDV +XNXP 8QLYHUVLWDV *DGMDK 0DGD H PDLO VXODVWUL\RQR#\DKRR FRP
1
6XULSLQ Pelestarian Sumber Daya Air, hlm. 1.
2
9DQGKDQD :DWHU :DU 3ULYDWLVDVL 3UR¿W GDQ 3ROXVL hlm. 1.
.XVXPR Pengantar Konsep Teknologi Bersih Khusus Pengelolaan Air KOP
244 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 2, Juni 2009, Halaman 203 - 408

besar kemakmuran rakyat. Kebijakan negara pengelolaan sumber daya air di Indonesia
tersebut dilaksanakan oleh pemerintah yang berkelanjutan. Pengelolaan sumber
dengan Undang-Undang (UU) nomor daya air telaga meliputi aspek kuantitas yang
WDKXQ WHQWDQJ 6XPEHU 'D\D $LU terkait dengan konservasi atau ketersediaan
88 6'$ VHEDJDL GDVDU KXNXP \DQJ air dan aspek kualitatas yang terkait dengan
tertulis. Pengaturan tersebut bertujuan mutu air yang tersedia. Pengelolaan sumber
memberikan perlindungan hukum kepada daya air bukan hanya tanggung jawab dari
semua pihak yang membutuhkan air pemerintah yang dituangkan dalam berbagai
sehingga pembangunan sumber daya air kebijakan tertulis dan juga tanggung jawab
GDSDW PHQFDSDL VDVDUDQ \DQJ WHSDW JXQD masyarakat setempat yang tampak dalam
mewujudkan pengelolaan sumber daya air pengetahuan dan pengalaman warga
\DQJ EHUNHODQMXWDQ GDQ WHUZXMXG FLWD FLWD masyarakat dalam aktivitas menjalankan
kemakmuran rakyat. berbagai aktivitas pengelolaan sumber daya
Pengelolaan sumber daya air di air telaga. Nilai-nilai kearifan setempat yang
Indonesia menjadi sangat penting karena KLGXS WXPEXK EHUNHPEDQJGDQGLODNVDQDNDQ
mempertaruhkan kemakmuran rakyat. serta ditaati oleh warga masyarakat sebagai
Keinginan ideal pengelolaan sumber daya aturan hukum adat yang disebut nilai-nilai
\DQJ EHUNHODQMXWDQ DGDODK NHVHLPEDQJDQ kearifan lokal. Keterpaduan yang sinergis
keselarasan dan keserasian dalam pengelolaan dan harmonis dalam pengelolaan sumber
untuk meningkatkan kesejahteraan. Masalah daya alam tersebut harus memperhatikan
utama pengelolaan sumber daya air di DVSHN HNRORJLV UDPDK OLQJNXQJDQ
Indonesia adalah kekurangan air di berbagai dan pembangunan yang berkelanjutan
sektor karena pertambahan jumlah penduduk (VXVWDLQDEOH GHYHORSPHQW . 'DODP NDLWDQ
dan permintaan untuk air bersih terutama inilah menarik untuk dilakukan penelitian
di perkotaan.4 Indonesia menghadapi tentang kearifan lokal (ORFDO ZLVGRP
SHUPDVDODKDQ GL ELGDQJ SHQJHORODDQ masyarakat di sekitar telaga guna mendukung
sumber daya air yaitu istilah dan pengertian program pengelolaan sumber daya air yang
VXPEHU GD\D DLU DVDV GDQ VLVWHP SHUDWXUDQ berkelanjutan.
VXPEHU GD\D DLU DVSHN WHNQLV GDQ LOPLDK
SHQJDWXUDQ KXNXPQ\D DVSHN NHOHPEDJDDQ B. Perumusan Masalah
GDQ PHNDQLVPHQ\D DVSHN SHUDQ VHUWD Berdasarkan latar belakang masalah
PDV\DUDNDW GDQ DVSHN RWRQRPL GDHUDK 5 tersebut dapat diajukan permasalahan
Sumber daya air telaga merupakan VHEDJDL EHULNXW Pertama, bagaimanakah
sumber daya alam yang perlu dikelola realitas kearifan lokal masyarakat di sekitar
dengan baik agar dapat mendukung program telaga dalam pengelolaan sumber daya air

4
+DGDG Water Privatization In Indonesia, KOP
5
6LODODKL Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup, KOP
6XNDUVD Kewenangan Pengelolaan Sumber Daya Air pada Kawasan DAS Citarum dan Pelaksanaan
Otonomi Daerah di Bidang Lingkungan Hidup, hlm. 5.
Sulastriyono, Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Air 245

telaga?; Kedua, kendala apa sajakah yang NHDULIDQ ORNDO GLJXQDNDQ FDUD ZDZDQFDUD
dihadapi dan bagaimana solusinya dalam dengan responden yaitu warga masyarakat
PHOHVWDULNDQ PHQJJDOL GDQ PHQDQDPNDQ pengguna sumber daya air telaga dan para
nilai-nilai kearifan lokal dalam konteks pejabat pemerintah desa di lokasi peneli-
pengelolaan sumber daya air telaga? tian. Agar diperoleh data yang lengkap maka
dalam penelitian ini juga digunakan teknik
C. Metode Penelitian pengamatan tidak terlibat QRQSDUWLFLSDQW).
Penelitian dengan tema kearifan lokal 7HNQLN LQL GLJXQDNDQ GDODP SHQHOLWLDQ KX-
ini mengambil lokasi di telaga Omang dan NXP GHQJDQ WXMXDQ XQWXN PHQFDWDW SHULODNX
1JORUR GL NHFDPDWDQ 6DSWRVDUL .DEXSDWHQ hukum sebagaimana terjadi di dalam ke-
*XQXQJ .LGXO <RJ\DNDUWD GLWHQWXNDQ VHFDUD nyataan.7
purpossive dengan pertimbangan bahwa dua 'DWD \DQJ GLSHUROHK GDUL KDVLO SHQHOL-
telaga tersebut merupakan telaga besar yang tian lapangan dipilah-pilah untuk mendapat-
tidak pernah kering dan masih digunakan kan data yang relevan dan kurang relevan.
oleh masyarakat setempat untuk memenuhi 3HQJDWXUDQ SHQJRODKDQ GDWD \DQJ GHPLNLDQ
EHUEDJDL NHSHUOXDQ .DUDNWHULVWLN 7HODJD LWX GLVHEXW VHEDJDL NODVL¿NDVL GDWD 8 'DWD
2PDQJ WHUOHWDN GL GHVD 3ODQMDQ NHFDPDWDQ yang relevan dengan permasalahan selanjut-
6DSWRVDUL *XQXQJ .LGXO DGDODK DODPL Q\D GLPDVXNNDQ GDODP WDEHO WDEXODVL GDQ
karena dikelilingi oleh pepohonan besar selanjutnya dilakukan pembahasan dan dia-
VHSHUWL DVHP ZLGRUR JD\DP EHULQJLQ GDQ QDOLVLV VHFDUD NXDOLWDWLI GHQJDQ PHPDGXNDQ
SUHK 6HEDOLNQ\D WHODJD 1JORUR \DQJ WHUOHWDN data dari hasil penelitian lapangan dengan
GL GHVD 1JORUR 6DSWRVDUL *XQXQJ .LGXO data dari hasil penelitian kepustakaan untuk
mempunyai karakteristik sebagai telaga yang mendapatkan kesimpulan.
sudah tidak alami karena sudah direnovasi
dengan dibuat tanggul beton dari semen dan D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
tidak lagi dikelilingi oleh pepohonan besar 1. Gambaran Umum Telaga Omang
sehingga tampak seperti kolam besar. dan Ngloro
Penelitian ini bertujuan untuk men- .DEXSDWHQ *XQXQJ .LGXO PHUXSDNDQ
deskripsikan nilai-nilai kearifan lokal ma- NDEXSDWHQ GL 3URSLQVL 'DHUDK ,VWLPHZD
syarakat setempat dalam mengelola sumber <RJ\DNDUWD \DQJ PHPLOLNL WLGDN NXUDQJ GDUL
daya air telaga. Nilai-nilai kearifan lokal WHODJD 9 'XD SXOXK WXMXK WHODJD GL
tersebut berupa perangkat pengetahuan dan DQWDUDQ\D EHUORNDVL GL NHFDPDWDQ 6DSWRVDUL
pengalaman warga masyarakat dalam meng- GHQJDQ ULQFLDQ WHODJD PDVLK GLJXQDNDQ GDQ
hadapi permasalahan dan menyelesaikannya 9 sisanya pada musim kemarau tidak dapat
SHUPDVDODKDQ \DQJ GLKDGDSL VHFDUD DULI EL- dipakai lagi atau tidak aktif karena kering.
jaksana. Untuk mengumpulkan data berupa 7HODJD 2PDQJ GDQ 1JORUR PHUXSDNDQ GXD

8
9UHGHQEHUJW Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat, hlm. 125.
9
'DWD 3RWHQVL .DEXSDWHQ *XQXQJ .LGXO WDKXQ
MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 2, Juni 2009, Halaman 203 - 408

WHODJD EHVDU GL NHFDPDWDQ 6DSWRVDUL \DQJ tempat mandi warga dan memandikan serta
sampai saat ini masih digunakan oleh untuk PHPEHULNDQ PLQXP XQWXN KHZDQ WHUQDN
PHPHQXKL EHUEDJDL PDFDP NHEXWXKDQ namun tidak lagi digunakan untuk memasak
masyarakat setempat. karena sudah dapat dipenuhi dari proyek
7HODJD 2PDQJ WHUOHWDN GL GHVD 3$+ GDQ 3'$0
3ODQMDQ PHUXSDNDQ WHODJD WXD \DQJ PDVLK *DPEDUDQXPXPWHODJD1JORUREHUEHGD
WHGXK DODPL NDUHQD GL VHNLWDU WHODJD PDVLK GHQJDQ WHODJD 2PDQJ 3DGD VDDW LQL
terdapat pohon-pohon besar dan rindang. kondisi telaga Ngloro sudah tidak alami
6HFDUD XPXP NRQGLVL DLU SDGD PXVLP KXMDQ karena sudah dibangun tanggul beton dari
WDPSDN NHUXK GDQ FRNHODW VHGDQJNDQ SDGD semen dan tidak dikelilingi oleh pepohonan
musim kemarau kondisi air telaga Omang besar. Menurut keterangan kepala dukuh
tampak berwarna hijau dan berlumut. Akar VHWHPSDW VHEHOXP WHODJD 1JORUR GLEDQJXQ
pepohonan yang besar tersebut menjulur WDQJJXO EHWRQ WDKXQ GL ORNDVL
sampai di pinggir dan masuk ke telaga. telaga Ngloro terdapat sumber mata air dan
'DXQ GDXQ GDQ GDKDQ GDKDQ NHULQJ \DQJ sekaligus merupakan tempat penampungan
jatuh di pinggir telaga mengakibatkan air hujan karena lokasi telaga Ngloro berupa
telaga tampak kotor dan kurang terpelihara. FHNXQJDQ GL DQWDUD SHUEXNLWDQ 0HQXUXW
'L SLQJJLU EDJLDQ VHODWDQ WHODJD 2PDQJ NHWHUDQJDQ GDUL ZDUJD VHWHPSDW WHODJD
digunakan oleh masyarakat setempat untuk Ngloro pada masa lalu digunakan untuk
aktivitas mandi tanpa ada pembatas antara memenuhi berbagai keperluan seperti
tempat mandi laki-laki dengan perempuan. VXPEHU DLU PLQXP PHPDVDN PHQFXFL
6DPSDK SODVWLN EHNDV SHPEXQJNXV VDPSR mandi dan sekaligus untuk memandikan dan
VDEXQ PDQGL GDQ VDEXQ FXFL EHUVHUDNDQ GL memberikan air minum hewan ternak. Sejak
sekitar tempat mandi bahkan ada yang di tahun 2000 yaitu ketika proyek PAH dan
dalam telaga. SLSD DLU PLQXP GDUL 3'$0 GLODNVDQDNDQ GL
6HEHOXP WDKXQ PDV\DUDNDW GL desa tersebut dan pelaksanaan pembangunan
sekitar telaga Omang menggunakan sumber tanggul telaga yang menggunakan semen
GD\D DLU WHODJD XQWXN EHUEDJDL PDFDP maka sumber daya air telaga Ngloro hanya
NHSHUOXDQ VHSHUWL PHPDVDN PHQFXFL dimanfaatkan oleh warga setempat sebagai
PDQGL PHPDQGLNDQ GDQ PHPEHUL PLQXP tempat memandikan ternak dan sebagai
hewan ternak. Menurut keterangan kepala kolam pemeliharaan ikan.
desa setempat dan dibenarkan oleh warga Air di telaga Omang maupun Ngloro
GL VHNLWDU WHODJD SDGD ZDNWX LWX SUR\HN pada musim kemarau berwarna hijau dan di
Penampungan Air Hujan (PAH) dan proyek dasar telaga terdapat lumpur kotoran hewan
SLSD DLU PLQXP 3HUXVDKDDQ 'DHUDK $LU WHUQDN MLND GLLQMDN PDND GL NDNL WHUDVD JDWDO
0LQXP 3'$0 GDUL PDWD DLU GL %ULELQ JDWDO GDQ PXQFXO EHQMRODQ +DO LQL GLUDVDNDQ
belum sampai di desa sekitar telaga oleh masyarakat yang tidak biasa mandi di
Omang. Setelah tahun 1980 sampai saat ini telaga tersebut terutama orang luar karena
sumber daya air telaga Omang juga masih DLU WHODJD VXGDK WHUFHPDU NRWRUDQ KHZDQ
digunakan oleh masyarakat setempat sebagai yang dimandikan di telaga tersebut. Pada
Sulastriyono, Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Air 247

saat musim hujan air telaga Omang dan Hal ini membuat debit air telaga Ngloro
1JORUR WDPSDN NHFRNHODWDQ NDUHQD WHODJD pada musim kemarau berkurang bahkan
tersebut menampung air hujan yang berasal SDGD PXVLP NHPDUDX SDQMDQJ WDKXQ
dari lereng gunung yang ada di sekitar telaga. air telaga Ngloro hampir kering. Pada hal
Kondisi ini sudah disadari oleh pemerintah PHQXUXW NHWHUDQJDQ GDUL ZDUJD VHWHPSDW
desa dan masyarakat setempat tetapi belum sebelum telaga Ngloro dibangun tanggul
ada langkah konkret untuk mengurangi EHWRQ DLU WHODJD WLGDN SHUQDK NHULQJ
SHQFHPDUDQ DLU 0HQXUXW NHWHUDQJDQ GDUL
warga setempat bahwa pada saat ini sudah 2. Kearifan Lokal
DGD XSD\D SHQDQJJXODQJDQ SHQFHPDUDQ DLU Menurut ketentuan Pasal 1 angka 7
telaga dengan memisahkan tempat mandi 88 1RPRU 7DKXQ WHQWDQJ 6XPEHU
KHZDQ GHQJDQ ZDUJD PDV\DUDNDW 1DPXQ 'D\D $LU SHQJHUWLDQ SHQJHORODDQ VXPEHU
kenyataannya warga masyarakat dan hewan GD\D DLU DGDODK XSD\D PHUHQFDQDNDQ
ternaknya mandi pada tempat yang sama PHODNVDQDNDQ PHPDQWDX GDQ PHQJHYDOXDVL
sehingga belum ada kesadaran kebersihan penyelenggaraan konservasi sumber daya
lingkungan. DLU SHQGD\DJXQDDQ VXPEHU GD\D DLU GDQ
7HODJD 2PDQJ PHPSXQ\DL OXDV NXUDQJ pengendalian daya rusak air. Pengertian
lebih dua hektar masih lebih baik keadaannya WHUVHEXW VDQJDW OXDV PDND SHQJHUWLDQ
MLND GLEDQGLQJNDQ GHQJDQ WHODJD 1JORUR pengelolaan sumber daya air telaga
karena masih terdapat pepohonan besar di dalam penelitian ini dibatasi yaitu upaya
VHNLWDU WHODJD VHSHUWL SRKRQ DVHP SRKRQ PHUHQFDQDNDQ PHODNVDQDNDQ PHQJDZDVL
ZLGRUR SRKRQ ELELV SRKRQ MDWL SRKRQ pemanfaatan dan pengendalian daya rusak
SUHK EHULQJLQ GDQ VHEDJDLQ\D 7DQJJXO air telaga oleh pemerintah dan masyarakat
yang mengelilingi telaga tersebut dibuat setempat.
dari susunan batu-batu tetapi tidak disemen 'DODP .DPXV ,QJJULV ,QGRQHVLD
sehingga air dari dalam tanah masih dapat kearifan lokal merupakan terjemahan dari
meresap dan masuk ke dalam telaga. Hal bahasa Inggris local wisdom. Istilah tersebut
ini berbeda dengan kondisi telaga Ngloro. terdiri atas 2 kata yaitu local yang berarti
7HODJD 1JORUR PHPSXQ\DL OXDV NXUDQJ GDUL VHWHPSDW GDQ wisdom berarti kearifan.
2 hektar dan tampak tidak alami tampak 'H¿QLVL NHDULIDQ ORNDO \DQJ PHQHNDQNDQ
seperti kolam besar yang bagian pinggirnya SDGD DVSHN VLVWHP LGH JDJDVDQ GDODP
dibatasi tanggul beton dan tidak dikelilingi kebudayaan menyatakan bahwa kearifan
ROHK SHSRKRQDQ ULQGDQJ 7HODJD 1JORUR ORNDO PHUXSDNDQ QLODL QLODL NHPDQXVLDDQ
hanya menampung saja air hujan pada NHEHUVDPDDQ GDQ NHWHODGDQDQ \DQJ WHUGDSDW
PXVLP KXMDQ VHGDQJNDQ PDWD DLU \DQJ DGD pada lingkungan budaya.10 Kearifan lokal
di telaga Ngloro sudah mati sejak dibangun tampak dari berbagai pengetahuan dan
tanggul beton yang permanen dari semen. pengalaman warga masyarakat yang berupa

10
$EGXU 5R]DNL ³5HVROXVL .RQÀLN %HUEDVLV .HDULIDQ /RNDO´ KWWS ZZZ LUH\RJ\D RUJ DGDW diakses
GLDNVHV 15 Juni
-XQL
2005.
248 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 2, Juni 2009, Halaman 203 - 408

piwulang DMDUDQ pitutur QDVLKDW GDQ kerukunan dan keharmonisan akan membuat
wewaler (larangan).11 'DODP SHQHOLWLDQ LQL NHKLGXSDQ \DQJ VHQWRVD EDKDJLD PHVNLSXQ
kearifan lokal (local wisdom GLGH¿QLVLNDQ antara idealitas-normatif dengan realitas-
sebagai perangkat pengetahuan dari historis belum tentu sejalan. Oleh karena
suatu masyarakat yang digunakan untuk itu kearifan lokal dipahami dalam dua ranah
PHPHFDKNDQ EHUEDJDL PDFDP PDVDODK yaitu dalam ranah normatif (idealitas) dan
DWDX NHVXOLWDQ VHFDUD DULI ELMDNVDQD GDQ ranah empirik (realitas) dalam kehidupan
berkekuatan seperti hukum maupun tidak. EHUPDV\DUDNDW 'DODP UDQDK LGHDOLWDV
6DODK VDWX FDUD PHPHWDNDQ NHDULIDQ QRUPDWLI NHDULIDQ ORNDO SHQJHORODDQ VXPEHU
ORNDO\DLWXGHQJDQPHQJLGHQWL¿NDVLWLJDUDQDK daya air telaga Omang dan Ngloro tampak
tempat berlakunya kearifan lokal.12 Ranah GDODP FHULWD UDN\DW OHJHQGD DWDX WUDGLVL
pertama adalah hubungan manusia dengan piwulang DMDUDQ pitutur QDVLKDW GDQ
manusia; ranah kedua adalah hubungan wewaler (larangan pantangan) yang ada
manusia dengan alam; dan ranah ketiga dalam norma keagamaan dan moral. Menurut
DGDODK KXEXQJDQ PDQXVLD GHQJDQ 7XKDQ NHWHUDQJDQ ZDUJD PDV\DUDNDW VHWHPSDW
Kearifan lokal dalam ranah hubungan antar piwulang (ajaran) dan SLWXWXU nasihat)
PDQXVLD WDPSDN GDODP LGH JDJDVDQ QRUPD budaya Jawa dalam pengelolaan air adalah
pergaulan hidup manusia di masyarakat baik bahwa setiap orang dapat memanfaatkan air
melalui pengalaman maupun pengamatan NDUHQD DLU DGDODK NDUXQLD 7XKDQ +DQ\D VDMD
untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam memanfaatkan air harus sak madya
masyarakat. Kearifan lokal dalam ranah MDQJDQ ERURV WHWDSL VHFXNXSQ\D
hubungan manusia dengan alam tampak 0HQXUXW FHULWD PDV\DUDNDW VHWHPSDW
dalam berbagai jenis kegiatan manusia telaga Omang dihuni oleh buaya putih yang
GDODP KLGXS EHUPDV\DUDNDW VHSHUWL ULWXDO lidahnya terdapat batu akik merah delima.
EXGD\D JRWRQJ UR\RQJ GDQ PXV\DZDUDK 0HQXUXW NHSHUFD\DDQ PDV\DUDNDW VHWHPSDW
Kearifan lokal dalam ranah ketiga yaitu apabila batu akik merah delima tersebut
KXEXQJDQ PDQXVLD GHQJDQ 7XKDQ WDPSDN diambil maka air telaga akan kering. Selain
dalam berbagai piwulang DMDUDQ pitutur LWX PDV\DUDNDW VHWHPSDW MXJD SHUFD\D EDKZD
QDVLKDW GDQ wewaler (larangan pantangan) telaga Omang juga dihuni oleh ular besar
yang ada dalam norma keagamaan dan \DQJ VDQJDW FHSDW KLODQJ GDQ FHSDW GDWDQJ
moral. Pernah suatu ketika ada warga masyarakat
'DODP EXGD\D -DZD WHUNDQGXQJ \DQJ PHQFDUL GDQ PHQJHMDU XODU WHUVHEXW
nilai-nilai kearifan lokal dalam kehidupan XQWXN GLWDQJNDS QDPXQ NHWLND XODU DNDQ
bermasyarakat yaitu keharmonisan dengan ditangkap maka dalam sekejap maka kepala
¿ORVR¿ rukun agawe santosa \DQJ EHUDUWL ular yang ada di pinggir telaga sebelah timur

10
.RPSDV 2QOLQH ³.HDULIDQ
.HDULIDQ /RNDO 7HUDEDLNDQ´ KWWS ZZZ NRPSDV FRP NRPSDV FHWDN GDH-
UDK KWP diakses 15 Juni 2005.
12
6DLQL Kearifan Lokal di Aras Global .RPSDV -XOL
5RTLE Harmoni dalam Budaya Jawa, hlm. 2.
Sulastriyono, Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Air 249

tersebut kemudian berpindah di pinggir dapat meresap masuk ke dalam telaga.


telaga sebelah barat. Kejadian tersebut 0HQXUXW KDVLO ZDZDQFDUD GHQJDQ ZDUJD
PHPEXDW PDV\DUDNDW WHUKHUDQ KHUDQ setempat dan pengamatan selama penelitian
kemudian masyarakat sepakat untuk tidak ODSDQJDQ VHUWD GLDNXL ROHK SDPRQJ GHVD
mengejar lagi ular tersebut. Sampai sekarang setempat bahwa penduduk desa di sekitar
PDV\DUDNDW VHWHPSDW PDVLK SHUFD\D EDKZD telaga tersebut masih tetap memanfaatkan
ular dan buaya sebagai penunggu telaga WHODJD WHUVHEXW XQWXN PDQGL WHUQDN PHQFXFL
Omang. PHPDQFLQJ PHPHOLKDUD LNDQ 18
'DODP UDQDK UHDOLWDV KLVWRULV SHPDQ- 6HMDN WDKXQ WHODJD 1JORUR
faatan sumber daya air telaga Omang dan desa Ngloro Saptosari direnovasi tanpa
Ngloro bervariasi dan mengalami perkem- mengadopsi kearifan lokal karena tanggul
EDQJDQ \DQJ FXNXS SHVDW 14 Sebelum tahun telaga direnovasi dengan membuat tanggul
1980 air telaga Omang dimanfaatkan untuk beton sehingga air tanah tidak dapat meresap
memenuhi kebutuhan primer yaitu kebutuh- NH GDODP WHODJD EDKNDQ PDWD DLU GL WHODJD
DQ DLU PLQXP PDQGL PHQFXFL PHPDQGLNDQ tersebut menjadi tertutup dan mati. Hal ini
ternak dan memberi minum hewan ternak.15 dibenarkan oleh tokoh masyarakat setempat
Perkembangannya (setelah adanya PAM karena pelaksanaan renovasi tersebut
dan PAH) air telaga hanya untuk keperluan langsung oleh dinas Pekerjaan Umum dan
VHNXQGHU VDMD VHSHUWL PHQFXFL PHPDQGLNDQ tidak melibatkan warga setempat.19
dan memberi minum ternak. Kearifan lokal pengelolaan sumber
3DGD WDKXQ WHODJD 2PDQJ GD\D DLU GL WHODJD 2PDQJ GDQ 1JORUR VHFDUD
direnovasi yang dibiayai langsung idealitas-normatif yaitu adanya budaya Jawa
<D\DVDQ %LQD 'HVD \DQJ EHUWXMXDQ XQWXN yang disebut wewaler (larangan) yang harus
mengembalikan fungsi awal sumber daya GLWDDWL ROHK VHWLDS RUDQJ \DQJ EHUXSD
air telaga untuk sumber air minum.17 larangan menebang pohon-pohonan di sekitar
Pelaksanaan renovasi tersebut belum telaga; (b) larangan mengambil air di telaga
dapat mengembalikan fungsi awal telaga MDP F ODUDQJDQ PHPDQFLQJ
sebagai penyedia air untuk minum atau ikan sebelum panen (musim kemarau);
PHPDVDN WHWDSL PDVLK OHELK EDLN NDUHQD (d) larangan menangkap binatang liar di
masih mengadopsi kearifan lokal yaitu sekitar telaga dan (e) larangan membuang
pembangunan tanggul dengan menggunakan sampah di sekitar telaga. Berdasarkan hasil
batu tetapi tidak disemen sehingga air masih SHQJDPDWDQ GDQ ZDZDQFDUD GHQJDQ ZDUJD

14
+DVLO ZDZDQFDUD GHQJDQ 6UL 6XZDUWLQL .HSDOD 'HVD 3ODQMDQ EDKZD VXPEHU GD\D DLU WHODJD WLGDN KDQ\D XQ-
WXN PHQFXFL PDQGL GDQ PHPEHUL PLQXP KHZDQ WHUQDN VDMD WHWDSL MXJD XQWXN EXGL GD\D LNDQ \DQJ NHPXGLDQ
GLDGDNDQ SHUORPEDDQ PLQFLQJ SDGD DFDUD DFDUD WHUHWHQWX VHSHUWL SHUD\DDQ +87 .HPHUGHNDDQ 5, GDQ OLEXUDQ
puasa.
15
+DVLO ZDZDQFDUD GHQJDQ %DSDN 1JDWQR :DUJD 'XVXQ 3ODQMDQ
+DVLO ZDZDQFDUD GHQJDQ %DSDN 6XZLWR 5HGMR :DUJD 'XVXQ 3ODQMDQ
17
+DVLO ZDZDQFDUD GHQJDQ ,EX 6UL 6XZDUWLQL .HSDOD 'HVD 3ODQMDQ
18
+DVLO ZDZDQFDUD GHQJDQ %DSDN :DOX\R .HSDOD %DJLDQ 3HUHNRQRPLDQ GDQ 3HPEDQJXQDQ 'HVD 3ODQMDQ
19
+DVLO ZDZDQFDUD GHQJDQ $GL 6XPDUQR 7RNRK 0DV\DUDNDW 1JORUR
250 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 2, Juni 2009, Halaman 203 - 408

masyarakat di Planjan (telaga Omang) dan /DUDQJDQ PHPDQFLQJ LNDQ VHEHOXP


warga desa Ngloro (telaga Ngloro) diperoleh masa panen mengandung pelajaran agar ikan
data bahwa warga masyarakat mengetahui dapat berkembang biak sehingga jumlah
larangan-larangan tersebut di atas. Larangan ikan tidak semakin berkurang tetapi justru
menebang pohon-pohonan besar di sekitar VHPDNLQ EHUWDPEDK EDQ\DN 6HMDN WDKXQ
telaga Omang masih ditaati warga setempat di telaga Omang dan Ngloro dilaksanakan
PDVLK SHUFD\D EDKZD SRKRQ SRKRQ EHVDU program penaburan ikan oleh mahasiswa
SRKRQ ZLGRUR DVHP EHULQJLQ SUHK HOR ..1 8*0 \DQJ GLEDQWX ODQJVXQJ GDUL
dan gayam) yang ada di tepi telaga tidak 'LQDV 3HULNDQDQ 3URSLQVL ',< 'DODP ZDNWX
boleh dirusak karena ada penunggunya setahun ikan sudah berkembang dengan
GDQ VHWLDS EXODQ 6XUR GLDGDNDQ XSDFDUD SHVDW VHKLQJJD VHMDN DZDO WDKXQ VDPSDL
adat bersih telaga. Namun bagi masyarakat saat ini warga masyarakat diperbolehkan
GHVD 1JORUR ODUDQJDQ PHQHEDQJ SRKRQ XQWXN PHPDQFLQJ LNDQ WDQSD PHQXQJJX
sudah tidak berlaku buktinya kondisi telaga masa panen (musim kemarau). Pada tahun
Ngloro sudah tidak dikelilingi pepohonan 2004 yaitu ketika menjelang pemilihan
EHVDU 0HQXUXW NHWHUDQJDQ ZDUJD VHWHPSDW XPXP 3HPHULQWDK NDEXSDWHQ *XQXQJ .LGXO
sejak renovasi tanggul di sekitar telaga kembali menaburi ikan lalu diadakan lomba
sudah tidak ada pepohonan besar sehingga PHPDQFLQJ GDQ EHUKDVLO PHQJXPSXONDQ
larangan menebang pohon besar di sekitar dana untuk pembangunan desa.
telaga tidak ada. Kearifan lokal lainnya berupa larangan
Kearifan lokal yang berupa larangan menangkap binatang liar di sekitar telaga.
PHQJDPELO DLU SDGD PDODP KDUL PHQXUXW Masyarakat sekitar telaga Omang masih
keterangan kepala desa Ngloro dan Planjan SHUFD\D EDKZD WHODJD WHUVHEXW GLKXQL ROHK
berlaku pada masa lalu ketika kondisi jalan buaya dan ular yang berkembang terus
menuju telaga masih bebatuan dan gelap sehingga masyarakat tidak diperbolehkan
karena listrik belum mengalir di wilayah menangkap ular dan binatang lainnya seperti
telaga. Pelajaran yang terkandung dari EXUXQJ ODQGDN GDQ WXSDL 0DV\DUDNDW
larangan tersebut agar masyarakat berhati- VHWHPSDW PDVLK SHUFD\D EDKZD SHQDQJNDSDQ
hati dalam mengambil air di telaga. Pada saat ular dan lainnya dapat menyebabkan air
ini larangan tersebut sudah tidak berlaku lagi WHODJD KDELV NHULQJ 0HQXUXW NHWHUDQJDQ
NDUHQD VHMDN DGD SURJUDP 3$+ GDQ 3'$0 warga masyarakat dan dikuatkan oleh kepala
masuk di wilayah tersebut masyarakat tidak GXNXK VHWHPSDW ODUDQJDQ WHUVHEXW VDPSDL
perlu lagi mengambil air minum dari telaga sekarang masih ditaati oleh warga setempat
karena kebutuhan air minum sudah dapat agar telaga tidak kering. Sampai saat ini
GLSHQXKL ROHK 3$+ GDQ 3'$0 3DGD VDDW pun air telaga pada musim kemarau pun
ini pun jalan yang menuju telaga sudah WLGDN NHULQJ VHSHUWL WHODJD WHODJD ODLQQ\D
relatif baik dan diterangi listrik sehingga tetapi hanya berkurang. Pelajaran yang
pada malam hari masyarakat pun mudah dapat diambil dari kearifan lokal tersebut
mengambil air telaga. adalah terpeliharanya spesies binatang ular
Sulastriyono, Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Air 251

dan hewan liar lainnya sehingga membantu sedikit dan hampir kering. Pendapat tersebut
program pelestarian hewan liar dan sekaligus berdasarkan pengalaman nyata yaitu hasil
menjaga konservasi air telaga. pembuatan tanggul beton oleh pemerintah
Kearifan lokal masyarakat di telaga tanpa mengadopsi kearifan lokal. Pelajaran
Omang yang berupa larangan menangkap yang dapat diambil dari pembangunan
binatang liar berbeda dengan kearifan tanggul beton yaitu bahwa tidak selamanya
lokal masyarakat di sekitar telaga Ngloro. pembangunan itu berhasil atau bermanfaat.
Berdasarkan pengamatan peneliti dan hasil Pembangunan yang semata-mata bertujuan
ZDZDQFDUD GHQJDQ ZDUJD PDV\DUDNDW untuk mengejar pertumbuhan ekonomi dan
VHWHPSDW GDODP NHKLGXSDQ PDV\DUDNDW WLGDN PHPSHUKDWLNDQ EDKNDQ PHQJDEDLNDQ
Ngloro juga mengetahui larangan tersebut kearifan lokal justru membawa dampak
QDPXQ KDO LWX KDQ\D EHUODNX GL WHODJD 2PDQJ negatif dan merugikan masyarakat.
sedangkan di telaga Ngloro larangan tersebut 'DODP UDQDK LGHDOLVWLN QRUPDWLI GDUL
tidak berlaku. Hal itu karena telaga Ngloro kearifan lokal berupa larangan membuang
tidak angker seperti telaga Omang yang sampah sembarangan atau tidak pada
memang terkesan masih alami dan dikelilingi tempatnya ada budaya Jawa maupun lainnya
pepohonan besar. Menurut keterangan terutama daerah perkotaan yang sudah tidak
ZDUJD VHWHPSDW GDKXOX NHWLND WHODJD 1JORUR ada lagi tempat untuk membuang sampah.
EHOXP GLEDQJXQ WDQJJXO EHWRQ WHODJD PDVLK Bagi masyarakat desa yang lahannya masih
terasa berwibawa dan angker karena masih FXNXS OXDV PDND ODUDQJDQ SHPEXDQJDQ
ada beberapa pohon besar di pinggir telaga sampah sembarangan bukan merupakan
VHSHUWL EHULQJLQ GDQ JD\DP QDPXQ VHWHODK keharusan tetapi sebagai anjuran. Walaupun
dilakukan program pembuatan tanggul demikian tidak berarti bahwa warga di desa
permanen dengan menebangi pepohonan di seenaknya saja membuang sampah karena
pinggir telaga maka mata air telaga malah masih tersedia tempat tetapi hal itu tidak
mati dan tidak berwibawa (angker) lagi. PHQGLGLN GDQ GDSDW PHPSHUFHSDW SHUXVDNDQ
0DV\DUDNDW SXQ WLGDN ODJL PHPSHUFD\DL lingkungan. Semua sampah atau limbah
larangan kearifan lokal berupa larangan \DQJ GLEXDQJ VHFDUD JUDWLV GL EXPL LQL
menangkap binatang liar di sekitar telaga mengakibatkan kerusakan lingkungan.20
yang menyebabkan kekeringan telaga. 'DODP UDQDK HPSLULN KLVWRULV NHDULIDQ
Menurut keterangan dari warga setempat lokal berupa larangan membuang sampah
kekeringan telaga Ngloro justru disebabkan di sekitar telaga Omang dan Ngloro dapat
oleh pembuatan tanggul beton. Ketika diungkap sebagai berikut. Ketika dilakukan
musim kemarau panjang terutama pada pengamatan di lapangan di kedua telaga
bulan September sampai Oktober jika belum baik Omang maupun Ngloro terdapat
turun hujan maka debit air telaga Ngloro sampah plastik yang berserakan di pinggir
berkurang banyak sehingga telaga tinggal WHODJD GDQ GL GDODP DLU WHODJD SDGD KDO GL

20
. +DUGMDVRHPDQWUL Hukum Tata Lingkungan KOP
252 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 2, Juni 2009, Halaman 203 - 408

tempat itu sudah dibuatkan bak sampah dari tampak bahwa tempat mandi laki-laki
buis beton dan juga ada tulisan “buanglah GDQ ZDQLWD WLGDN WHUSLVDK WHWDSL MDGL VDWX
sampah ada tempatnya” yang dibuat oleh Menurut keterangan dari warga yang
PDKDVLVZD ..1 8*0 WDKXQ 2UDQJ melaksanakan aktivitas mandi di tempat
\DQJ GDWDQJ PHQFXFL SDNDLDQQ\D GHQJDQ tersebut mereka sudah terbiasa jadi tidak ada
PHPEDZD HPEHU ODQJVXQJ PHQFHEXUNDQ rasa malu di antara mereka. Hanya orang
ODQJVXQJ SDNDLDQQ\D NH GDODP DLU NHPXGLDQ luar saja yang merasa malu karena tidak
dilanjutkan membersihkannya dengan sabun terbiasa mandi di tempat tersebut. Fakta lain
deterjen atau krim serta dibilas dengan air adalah bahwa walaupun di telaga tersebut
yang sama. VXGDK GLEDQJXQ WHPSDW PDQGL FXFL GDQ
Menurut keterangan dari kedua PHPDQGLNDQ KHZDQ WHUQDN VHFDUD WHUSLVDK
NHSDOD GHVD \DLWX 3ODQMDQ GDQ 1JORUR tetapi warga masyarakat setempat tetap
memang warga desanya belum sadar bersih juga membawa ternaknya langsung menuju
lingkungan sehingga hal itu merupakan ke tengah telaga agar bebas untuk minum
tantangan yang tidak ringan. Pelanggaran atau mandi. Hal ini tentu menyebabkan
ODUDQJDQ WHUVHEXW SHUOX GLEHUL VDQNVL QDPXQ SHQFHPDUDQ WHODJD QDPXQ EHOXP GLVDGDUL
bukan sanksi pidana tetapi sanksi yang oleh para warga yang berprofesi sebagai
PHQGLGLN DJDU PXQFXO NHVDGDUDQ EHUVLK peternak terutama sapi dan kambing. Pada
lingkungan. Sosialisasi memang sudah saat ini orang yang melaksanakan aktivitas
dilaksanakan dengan mengadakan kerja mandi di telaga sudah tidak banyak karena
bakti dan teguran dari tokoh masyarakat VXGDK DGD 3$+ GDQ 3'$0 VHKLQJJD ZDUJD
namun juga belum membuahkan hasil yang masyarakat setempat lebih senang mandi
PHPXDVNDQ %HUGDVDUNDQ KDVLO ZDZDQFDUD di rumah. Aktivitas yang masih tampak
dengan warga yang sedang melaksanakan menonjol di telaga adalah memandikan dan
aktivitas mandi diperoleh data bahwa memberi minum hewan ternak terutama
mereka tahu bahwa membuang sampah di pada musim kemarau.
telaga terutama plastik bekas bungkus sabun
GDQ VDPSR GDSDW PHQJRWRUL WHODJD QDPXQ 3. Kendala dan Solusi
mereka berdalih bahwa semua orang yang Menurut keterangan dari warga
mandi di situ juga membuang sampah tidak masyarakat setempat yang dikuatkan juga
pada tempat yang sudah disediakan. Oleh ROHK SDUD SDPRQJ GHVD VHWHPSDW GDODP
NDUHQD LWX SHUOX GLFDUL DOWHUQDWLI SHPHFDKDQ melakukan pengelolaan sumber daya air di
VROXVL VHKLQJJD SHQFHPDUDQ GDSDW GLNXUDQJL NHGXD WHODJD PXQFXO EHUEDJDL NHQGDOD EDLN
dan tidak merusak lingkungan. VHFDUD WHNQLV VWUXNWXUDO PDXSXQ NXOWXUDO
Realitas empirik kearifan lokal tampak 6HFDUD WHNQLV NHVXOLWDQ \DQJ GLKDGDSL DGDODK
dalam tingkah laku warga masyarakat FDUD XQWXN PHPEXDQJ OLPEDK DLU \DQJ VXGDK
GDODP DNWLYLWDV PDQGL PHPDQGLNDQ GDQ GLJXQDNDQ XQWXN PDQGL GDQ PHQFXFL SDNDLDQ
memberikan minum kepada hewan ternak. Hal ini disebabkan oleh keadaan alam yang
%HUGDVDUNDQ KDVLO SHQJDPDWDQ GL ODSDQJDQ tidak memungkinkan untuk dibangun saluran
Sulastriyono, Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Air

atau selokan pembuangan limbah air karena dan masyarakat setempat adalah dengan
WHODJD WHUVHEXW WHUOHWDN GL NDZDVDQ FHNXQJDQ membentuk lembaga khusus yang diberi
sehingga tidak mungkin air mengalir ke NHZHQDQJDQ XQWXN PHQJHOROD 'DQ
WHPSDW ODLQ NHFXDOL PDVXN NH GDODP WDQDK melibatkan partisipasi warga masyarakat.
Kendala tersebut sampai sekarang belum ada Adanya keinginan untuk memelihara
solusinya sehingga air telaga kotor dan tidak keberadaan tersebut tidak hanya disebabkan
jernih terutama di musim kemarau. Kendala ROHK FHULWD PLVWLV \DQJ DGD NDLWDQQ\D GHQJDQ
WHUVHEXW DNDQ EHUNXUDQJ VHFDUD DODPL GHQJDQ WHODJD DNDQ WHWDSL NDUHQD PHPDQJ WLGDN DGD
datangnya musim hujan yang membawa alternatif lain yaitu untuk menanggulangi
air hujan sehingga jumlah atau volume air kekurangan air saat air sumur tersebut kering.
semakin bertambah banyak. Pada saat itu hewan-hewan yang mereka
.HQGDOD ODLQ \DQJ PXQFXO GDODP PLOLNL WHUDQFDP PDWL MLND WLGDN PHPSXQ\DL
pengelolaan sumber daya air telaga di kedua persediaan air. Oleh karena itu telaga
WHODJD WHUVHEXW PHQXUXW NHWHUDQJDQ ZDUJD merupakan satu-satunya harapan untuk dapat
masyarakat di sekitar telaga antara lain menyediakan air bagi pemenuhan mandi dan
karena masyarakat tidak tahu instansi mana minum hewan ternaknya.
\DQJ VHFDUD VWUXNWXUDO GLEHULNDQ NHZHQDQJDQ Partisipasi aktif masyarakat dalam
melakukan pengelolaan telaga tersebut. melaksanakan kegiatan yang berkaitan
Instansi diketahui warga masyarakat hanya dengan pengelolaan telaga adalah sangat
pemerintah desa setempat sebagai pihak penting sesuai dengan prinsip otonomi yang
yang bertanggung jawab atas hal itu. telah ditetapkan oleh peraturan perundangan
.HWLND SHQHOLWL PHODNXNDQ NRQ¿UPDVL KDO yang berlaku. Saling mengingatkan jika ada
itu memang diakui oleh kepala desa bahwa yang membuang sampah sisa-sisa rumah
pemerintah desa bertanggung jawab atau WLQJJDO GL VHNLWDU WHODJD .HJLDWDQ XSDFDUD
berwenang melakukan pengelolaan bersama EHUVLK WHODJD VHFDUD JRWRQJ UR\RQJ GHQJDQ
masyarakat setempat sesuai dengan prinsip menyediakan sesaji yang terdiri dari hasil
otonomi seperti yang telah diatur dalam bumi atau penghasilan yang terdapat di
peraturan perundangan yang berlaku. dukuh tempat mereka tinggal. Setiap dukuh
1DPXQ GLNDWDNDQ ROHK NHSDOD GHVD EDKZD SHUNDPSXQJDQ PHPLOLNL ZDNWX XSDFDUD
sebenarnya pihak pemerintah Kabupaten sesaji dan gotong royong yang berbeda
*XQXQJ .LGXO \DLWX 'LQDV 3HNHUMDDQ 8PXP sehingga usaha diharapkan pengelolaan
juga bertanggung jawab dan berwenang sumber air telaga terutama dalam usaha
mengelola telaga. memelihara kebersihan lingkungan dapat
Kendala lainnya adalah aspek budaya terus ditingkatkan. Hal ini merupakan upaya
atau tingkah laku warga masyarakat yang PDV\DUDNDW XQWXN PHPHOLKDUD PHQDQDPNDQ
kurang memperhatikan aspek kebersihan dan menggali nilai-nilai kearifan lokal.
lingkungan dalam melaksanakan aktivitas Upaya lain yang dilaksanakan oleh
mandi dan memandikan ternak. Solusi PDV\DUDNDW PHUHQFDQDNDQ XQWXN PHPEXDW
yang ditawarkan oleh pemerintah desa tempat khusus di bagian bibir telaga yang
254 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 2, Juni 2009, Halaman 203 - 408

mudah digunakan oleh hewan ternak untuk pembahasan yang telah diuraikan di atas
langsung minum di tempat tersebut. Selain PDND GDSDW GLWDULN VXDWX NHVLPSXODQ
itu juga ada upaya untuk membuat tempat Pertama, realitas kearifan lokal pengelolaan
PDQGL \DQJ WHUSLVDK GHQJDQ WHPSDW PHQFXFL sumber daya air telaga Omang berbeda
yang dilakukan di kedua telaga tersebut. dengan kearifan lokal di telaga Ngloro hal ini
Peran serta masyarakat untuk tetap mematuhi tampak dalam berbagai aktivitas budaya atau
penggunaan tempat tersebut sesuai dengan tingkah laku warga masyarakat pengguna air
fungsinya memberikan sumbangsih bagi telaga yang masih tetap menggunakan air
terselenggaranya pola pengelolaan sumber telaga untuk berbagai kepentingan; Kedua,
GD\D DLU WHODJD VHFDUD EHUNHODQMXWDQ kendala yang dihadapi oleh pemerintah
Ada hal yang menarik berkaitan dengan PDXSXQ PDV\DUDNDW EHUXSD NHQGDOD WHNQLV
teknik penjernihan air oleh masyarakat yaitu struktural dan budaya (kultural). Kendala
dengan memberikan tawas pada air telaga budaya merupakan kendala yang menonjol
yang telah dimasukkan ke dalam ember. yaitu belum ada kesadaran pengguna sumber
Masyarakat ingin meminum atau bahkan daya air telaga. Limbah atau sampah plastik
PHQJRQVXPVL DLU WHUVHEXW FXNXS GHQJDQ tampak berserakan sehingga telaga tampak
memberikan sedikit tawas pada ember yang NRWRU WHPSDW PHPDQGLNDQ KHZDQ WLGDN
VXGDK WHULVL DLU WHODJD PDND DLU WHUVHEXW VHFDUD dipisahkan dengan tempat mandi manusia
langsung akan jernih dan tidak berwarna tersebut sehingga kualitas air telaga semakin
hijau lagi. Namun hal ini hanya bermanfaat PHQXUXQ WDPSDN KLMDX GDQ WLGDN MHUQLK
bagi diri sendiri dan belum merupakan solusi Berbagai upaya mengatasi kendala tersebut
yang bermanfaat bagi masyarakat. terus dilaksanakan dengan mengadakan kerja
sama kemitraan dengan lembaga pemerintah
E. Kesimpulan terkait dan lembaga nonpemerintah.
Berdasarkan hasil penelitian dan

DAFTAR PUSTAKA

$EGXU 5R]DNL ³5HVROXVL .RQÀLN %HUEDVLV GDHUDK KWP diakses 15 Juni


.HDULIDQ /RNDO´ KWWS ZZZ LUH\RJ\D 2005.
RUJ DGDW diakses 15 Juni 2005. 5RTLE 0 Harmoni dalam Budaya
+DGDG 1 Water Privatization In Jawa, 67$,1 3XUZRNHUWR 3UHVV
Indonesia, Makalah. Purwokerto.
+DUGMDVRHPDQWUL . Hukum Tata 6DLQL Kearifan Lokal di Aras Global
Lingkungan, *DGMDK 0DGD 8QLYHUVLW\ .RPSDV -XOL
3UHVV <RJ\DNDUWD 6LODODKL 0' Pengaturan Hukum
.RPSDV 2QOLQH ³.HDULIDQ /RNDO Sumber Daya Air dan Lingkungan
7HUDEDLNDQ´ KWWS ZZZ NRPSDV Hidup, $OXPQL %DQGXQJ
FRP NRPSDV FHWDN
Sulastriyono, Nilai-nilai Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumber Daya Air 255

6RHNDQWR 6 Pengantar Penelitian 7MRQGUR . Pengantar Konsep


Hukum, 8QLYHUVLWDV ,QGRQHVLD 3UHV Teknologi Bersih Khusus Pengelolaan
Jakarta. Air 677/+ <RJ\DNDUWD
6XNDUVD ' ( Kewenangan 9DQGKDQD 6 Water Wars Privatisasi,
Pengelolaan Sumber Daya Air 3UR¿W GDQ 3ROXVL WALHI dan Insist
pada Kawasan DAS Citarum dan <RJ\DNDUWD
pelaksanaan Otonomi Daerah di 9UHGHQEHUJW Metode dan Teknik
Bidang Lingkungan Hidup, 7HVLV 6 Penelitian Masyarakat, *UDPHGLD
)DNXOWDV +XNXP 8*0 <RJ\DNDUWD Jakarta.
6XULSLQ Pelestarian Sumber Daya
Tanah dan Air 3HQHUELW $QGL
<RJ\DNDUWD

You might also like